Anda di halaman 1dari 7

Telaah Kurikulum

Pengertian Kurikulum. Kurikulum adalah perangkat pendidikan yang merupakan jawaban


terhadap kebutuhan dan tantangan masyarakat. Secara etimologis, kurikulum merupakan tejemahan
dari kata curriculumdalam bahasa Inggris, yang berarti rencana pelajaran. Curriculum berasal dari
bahasa latin currere yang berarti berlari cepat, maju dengan cepat, menjalani dan berusaha untuk.
Banyak defenisi kurikulum yang pernah dikemukakan para ahli. Defenisi-defenisi tersebut bersifat
operasioanl dan sangat membantu proses pengembangan kurikulum tetapi pengertian yang diajukan
tidak pernah lengkap. Ada ahli yang mengungkapkan bahwa kurikulum adalah pernyataan mengenai
tujuan (MacDonald; Popham), ada juga yang mengemukakan bahwa kurikulum adalah suatu rencana
tertulis (Tanner, 1980).

Secara semantik, kurikulum senantiasa terkait dengan kegiatan pendidikan. Kurikulum
sebagaijembatan untuk mendapatkan ijasah. Secara konseptual, kurikulum adalah perangkat
pendidikan yang merupakan jawaban terhadap kebutuhan dan tantangan masyarakat (Olivia,
1997:60).Pengertian kurikulum ini sangat fundamental dan menggambarkan posisi sesungguhnya
kurikulum dalam suatu proses pendidikan. Dalam sejarah kurikulum Indonesia telah berulang kali
melakukan penggantian kurikulum seperti
Tahun 1947-Leer Plan (Rencana Pelajaran),
Tahun 1952-Rencana Pelajaran Terurai,
Tahun 1964-Rentjana Pendidikan,
Tahun 1968-Kurikulum 1968,
Tahun 1975-Kurikulum 1975,
Tahun 1984-Kurikulum 1984,
Tahun 1994 dan 1999-Kurikulum 1994 dan Suplemen Kurikulum 1999,
Tahun 2004-Kurikulum Berbasis Kompetensi,
Tahun 2006-Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan,
Tahun 2013-Kurikulum 2013.
Berikut ini beberapa pengertian kurikulum yang dikemukakan oleh para ahli:
Pengertian Kurikulum Menurut Kerr, J. F (1968): Kurikulum adalah semua pembelajaran
yang dirancang dan dilaksanakan secara individu ataupun secara kelompok, baik di sekolah
maupun di luar sekolah.
Pengertian Kurikulum Menurut Inlow (1966): Kurikulum adalah usaha menyeluruh yang
dirancang oleh pihak sekolah untuk membimbing murid memperoleh hasil pembelajaran yang
sudah ditentukan.
Pengertian Kurikulum Menurut Neagley dan Evans (1967): kurikulum adalah semua
pengalaman yang dirancang dan dikemukakan oleh pihak sekolah.
Pengertian Kurikulum Menurut Beauchamp (1968): Kurikulum adalah dokumen tertulis
yang mengandung isi mata pelajaran yang diajar kepada peserta didik melalui berbagai mata
pelajaran, pilihan disiplin ilmu, rumusan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
Pengertian Kurikulum Menurut Good V. Carter (1973): Kurikulum adalah kumpulan
kursus ataupun urutan pelajaran yang sistematik.
Pengertian Kurikulum Menurut UU No. 20 Tahun 2003: Kurikulum adalah seperangkat
rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan
sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
Dari catatan Tempo, setidaknya pemerintah telah mengganti kurikulum sebanyak tujuh kali, mulai
1968 sampai 2013. Berikut ini perbedaan yang ditekankan di masing-masing kurikulum tersebut:

Kurikulum 1968
Sifat: perubahan dari program Pancawardhana (Kurikulum 1964) yang menitikberatkan
pengembangan moral, kecerdasan, emosional/artistik, keperigelan, dan jasmani.

Sedangkan Kurikulum 1968 menitikberatkan pembinaan jiwa Pancasila, pengetahuan dasar, dan
kecakapan khusus. Pengganti kurikulum Orde Lama ini lebih menekankan kelompok pembinaan
Pancasila.

Pelajaran inti: pelajaran ilmu hayat dam ilmu alam, digabung menjadi ilmu pengetahuan alam (IPA)

Kurikulum 1975
Sifat: berorientasi pada tujuan. Tujuan pendidikan nasional, institusional, kurikuler, instruksional
umum, dan instruksional khusus. Perbedaan dengan kurikulum sebelumnya adalah memberikan
penilaian pada akhir semester atau akhir tahun saja.

Pelajaran inti: agama, pendidikan moral Pancasila, bahasa Indonesia, ilmu pengetahuan sosial (IPS),
matematika, IPA, olahraga dan kesehatan, kesenian, serta keterampilan khusus.

Ciri Kurikulum 1975 adalah dimulainya penjurusan di SMA, yaitu IPA, IPS, dan bahasa.

Kurikulum 1984
Sifat: berorientasi pada tujuan instruksional.

Pelajaran inti: agama, pendidikan moral Pancasila, pendidikan sejarah perjuangan bangsa, bahasa dan
kesusasteraan Indonesia, geografi Indonesia, geografi dunia, ekonomi, kimia, fisika, biologi,
matematika, bahasa Inggris, kesenian, keterampilan, pendidikan jasmani dan olahraga, serta sejarah
dunia dan nasional.

Alasan pergantian kurikulum kali ini adalah memenuhi tuntutan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
kebutuhan masyarakat. Selain itu, pendekatan berpusat pada anak didik melalui cara belajar siswa
aktif (CBSA).

Tujuan pengadaan program studi baru (seperti di SMA) adalah memenuhi kebutuhan perkembangan
lapangan kerja. Perubahan penjurusan dengan istilah program A dan B mulai SMA.

Program A: A1 adalah fisika. A2 untuk pelajaran biologi. A3 untuk pelajaran ekonomi. A4 lebih
penekanan bahasa dan budaya.

Program B: Lebih menekankan keterampilan kejuruan.

Kurikulum 1994
Sifat: diterapkannya sistem caturwulan dan bersifat populis. Dengan sifat populis, masing-masing
daerah dapat mengembangkan pelajarannya sendiri yang disesuaikan dengan lingkungan dan
kebutuhan masyarakat. Sedangkan dalam tataran jawaban dari murid, guru memberikan soal yang
jawabannya dimungkinkan lebih dari satu jawaban.

Kurikulum 2004
Sifat: sentralis pendidikan. Bersifat sentralis karena kurikulum ini disusun oleh tim pusat.

Kurikulum 2004 lebih dikenal dengan Kurikulum Penguasaan Materi Hasil dan Kompetensi (KBK).
KBK tidak mempersoalkan proses belajar, tapi mementingkan peserta didik mencapai kompetensi
yang diharapkan.

Jumlah jam pelajaran 32-40 jam per minggu, tapi jumlah mata pelajaran belum bisa dikurangi.
Sedangkan Kurikulum 2004 harus mencakup muatan lokal; kegiatan pengembangan diri; pengaturan
beban belajar; kenaikan kelas, penjurusan, dan kelulusan; pendidikan kecakapan hidup; serta
pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global.

Kurikulum 2006
Sifat: desentralisme pendidikan. Pada kurikulum ini, guru daerah dapat mengembangkan kerangka
dasar yang disusun oleh tim pusat.

Tujuan utama Kurikulum 2006 adalah agar peserta didik berpusat pada potensi, perkembangan,
kebutuhan, serta kepentingan peserta didik dan lingkungannya.

Kurikulum 2013
Sifat: pendidikan berbasis karakter. Kurikulum 2013 mengutamakan pemahaman, keterampilan, dan
siswa dituntut memahami materi, aktif berdiskusi dan presentasi, serta memiliki sopan santun disiplin
yang tinggi. Dalam Kurikulum 2013 terdapat mata pelajaran wajib dan mata pelajaran pilihan sesuai
dengan keinginan peserta didik.



Dari sisi kebahasaan, seperti yang dikutip oleh Binti Maunah dari kamus Webster tahun
1812, kurikulum berarti (1) a race course, a place for running, a chariot, (2) a course, in general,
applied particullary to the course of study in university (Maunah, 2005: 1). Namun menurut S.
Nasution istilah kurikulum baru muncul dalam kamus 1856, dan itu pun penggunaannya baru di
dalam bidang olah raga. Kemudian istilah kurikulum digunakan di dalam dunia
pendidikan dan ditulis dalam kamus Webster tahun 1955 dan diartikan sebagai sejumlah mata
pelajaran atau kuliah di sekolah atau perguruan tinggi yang harus ditempuh untuk mencapai suatu
ijazah atau tingkat, juga keseluruhan pelajaran yang disajikan oleh suatu lembaga
pendidikan(Nasution, 2005: 1).
Banyak terjadi perdebatan terkait pengertian kurikulum. Dalam pengertian di atas kurikulum
lebih diartikan sebagai terkait mata pelajaran dikelas saja. Namun Binti Maunah dengan merujuk
pada pendapat J.G. Taylor dan William H. Alexander berpendapat bahwakurikulum adalah semua
pengalaman belajar atau pengalaman pendidikan bagi siswa(Maunah, 2005: 2).
Tanpa mengesampingkan perdebatan-perdebatan tersebut, pemerintah RI dalam UUSPN
menyebutkan bahwa:
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan isi pelajaran, bahan kajian, dan cara
penyampaian serta penilaiannya yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
belajar-mengajar.


1. Landasan Kurikulum
Bila kurikulum dikaitkan denga hal-hal yang praktis-aplikatif maka akan lebih cenderung
berkenaan dengan usaha-usaha yang dilakukan oleh perencana kurikulum dalam menyusun bidang
matapelajaran sesuai tingkat pendidikan. Oleh karena setiap jenjang pendidikan selalu memiliki
perbedaan di dalam banyak hal maka dalam penyusunan kurikulum harus berlandaskan
pada landasan yang jelas. Binti Maunah menyebutkan 5 landasan dalam hal ini, yaitu:
landasan filosofis
landasan sosial budaya
landasan psikologis
hakikat pengetahuan (Maunah, 2005: 5),
landasan asas organisatoris (Nasution, 1990: 21)


2. Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
Dua model kurikulum tersebut adalah kurikulum yang digunakan di dalam dunia pendidikan
Indonesia. Sebenarnya sebelum KBK digunakan sudah ada kurikulum 1994 yang pernah diterapkan di
Indonesia. Namun di dalam makalah ini hanya akan sedikit dibahas tentang KBK dan KTSP.
Seperti ditulis oleh E. Mulyasa, KBK adalah suatu konsep kurikulum yang menekankan pada
pengembangan kemampuan melakukan (kompetensi) tugas-tugas dengan standar perfomansi tertentu
(Mulyasa, 2003: 39). Sedangkan KTSP, menurut SNP pasal 1 ayat 15 seperti dikutip E. Mulyasa
adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan
(Mulyasa, 2006: 19).
Untuk mengenal KBK dan KTSP kita dapat melihat karakteristik yang dimiliki oleh keduanya. KBK
semisal, karakteristiknya adalah
sistem belajar dengan modul,
menggunakan keseluruhan sumber belajar,
pengalaman lapangan,
strategi individual personal,
kemudahan belajar,
belajar tuntas (Mulyasa, 2003: 43).
Sedangkan karakteristik KTSP adalah
pemberian otonomi luas kepada satuan pendidikan,
partisipasi masyarakat dan orang tua,
kepemimpinan yang demokratis dan profesional, serta
tim kerja yang kompak dan transparan (Mulyasa, 2006: 29).
demikianlah penjelasan dari kurikulum kbk dan ktsp, untuk kurikulum 2013 akan segera dipublish
Judul: Pengertian Kurikulum, Bagaimana Dengan Kurikulum 2013
Rating Blog: 5 dari 5







PERUBAHAN KURIKULUM
Oleh Agus Suhartono Putra
Diunduh dari http://www.kompasberita.com/2012/01/analisis-kritis-perubahan-kurikulum-
pendidikan-di-indonesia/ pada tanggal 23 Mei 2012

Kurikulum merupakan alat yang sangat penting bagi keberhasilan suatu pendidikan. Tanpa kurikulum
yang sesuai dan tepat akan sulit untuk mencapai tujuan dan sasaran pendidikan yang diinginkan.
Dalam sejarah pendidikan di Indonesia sudah beberapa kali diadakan perubahan dan perbaikan
kurikulum yang tujuannya sudah tentu untuk menyesuaikannya dengan perkembangan dan kemajuan
zaman, guna mencapai hasil yang maksimal.
Perubahan kurikulum didasari pada kesadaran bahwa perkembangan dan perubahan yang terjadi
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di Indonesia tidak terlepas dari pengaruh
perubahan global, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta seni dan budaya. Perubahan
secara terus menerus ini menuntut perlunya perbaikan sistem pendidikan nasional, termasuk
penyempurnaan kurikulum untuk mewujudkan masyarakat yang mampu bersaing dan menyesuaikan
diri dengan perubahan.
Perubahan kurikulum yang terjadi di Indonesia dewasa ini salah satu diantaranya adalah karena ilmu
pengetahuan itu sendiri selalu dinamis. Selain itu, perubahan tersebut juga dinilainya dipengaruhi oleh
kebutuhan manusia yang selalu berubah juga pengaruh dari luar, dimana secara menyeluruh
kurikulum itu tidak berdiri sendiri, tetapi dipengaruhi oleh prubahan iklim ekonomi, politik, dan
kebudayaan. Sehingga dengan adanya perubahan kurikulum itu, pada gilirannya berdampak pada
kemajuan bangsa dan negara. Kurikulum pendidikan harus berubah tapi diiringi juga dengan
perubahan dari seluruh masyarakat pendidikan di Indonesia yang harus mengikuti perubahan tersebut,
karena kurikulum itu bersifat dinamis bukan stasis, kalau kurikulum bersifat statis maka itulah yang
merupakan kurikulum yang tidak baik.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis akan membahas permasalahan yang dihadapi dalam
mencari alternatif jawaban ataupun solusi bijak yang bisa dipecahkan bersama sehingga dapat
terwujud pemahaman mengenai perubahan kurikulum. Untuk menganalisa masalah diatas penulis
mengkemasnya dengan judul Analisis Kritis Perubahan Kurikulum Pendidikan di Indonesia.
1. A. Esensi Perubahan Kurikulum
Dalam perspektif soetopo dan soemanto pengertian perubahan kurikulum agak sukar untuk
dirumuskan dalam suatu devinisi. Suatu kurikulum disebut mengalami perubahan bila terdapat adanya
perbedaan dalam satu atau lebih komponen kurikulum antara dua periode tertentu, yang disebabkan
oleh adanya usaha yang disengaja, tentunya menuju movement yang lebih baik.
Berbeda dengan ungkapan nasution, perubahan kurikulum mengenai tujuan maupun alat-alat atau
cara-cara untuk mencapai tujuan itu. Mengubah kurikulum sering berarti turut mengubah manusia,
yaitu guru, pembina pendidikan, dan mereka-mereka yang mengasuh pendidikan. Itu sebab perubahan
kurikulum dianggap sebagai perubahan sosial, suatu social change. Perubahan kurikulum juga
disebut devolupment (pembaharuan) atau inovasi kurikulum.
Mengenai makna perubahan kurikulum, bila kita bicara tentang perubahan kurikulum, kita dapat
bertanya dalam arti apa kurikulum digunakan. Kurikulum dapat dipandang sebagai buku atau
dokumen yang dijadikan guru sebagai pegangan dalam proses pembelajaran. Kurikulum dapat juga
dilihat sebagai produk yaitu apa yang diharapkan dapat dicapai siswa dan sebagai proses untuk
mencapainya. Keduanya saling berinteaksi. Kurikulum dapat juga diartikan sebagai sesuatu yang
hidup dan berlaku selama jangka waktu tertentu dan perlu di revisi secara berkala agar tetap relevan
dengan perkembangan zaman.
Selanjutnya kurikulum dapat ditafsirkan sebagai apa yang dalam kenyataan terjadi dengan murid
didalam kelas. Kurikulum dalam arti ini tak mungkin direncanakan sepenuhnya betapapun rincinya
dirrencanakan, karena dalam interaksi dalam kelas selalu timbul hal-hal yang spontan dan kreatif yang
tak dapat diramalkan sebelumnya. Dalam hal ini guru lebih besar kesempatannya menjadi
pengembang kurikulum dalam kelasnya. Akhirnya kurikulum dapat dipandang sebagai cetusan jiwa
pendidik yang berusaha untuk mewujudkan cita-cita, nilai-nilai yang tertinggi dalam kelakuan anak
didiknya. Kurikulum ini sangat erat hubungannya dengan kepribadian guru.
Kurikulum yang formal mengubah pedoman kurikulum, relatif lebih terbatas dari pada kurikulum
yang riil. Kurikulum yang riil bukan sekedar buku pedoman, melainkan segala sesuatu yang dialami
anak dalam kelas, ruang olahraga, warung sekolah, tempat bermain, karya wisata, dan banyak
kegiatan lainnya, pendek kata mengenai seluruh kehidupan anak sepanjang bersekolah. Mengubah
kurikulum dalam arti yang luas ini jauh lebih luas dan dengan demikian lebih pelik, sebab
menyangkut banyak variabel. Perubahan kurikulum disini berarti mengubah semua yang terlibat
didalamnya, yaitu guru sendiri, murid, kepala sekolah, penilik sekolah juga orang tua dan masyarakat
umumnya yang berkepentingan dalam pendidikan sekolah. Seperti yang telah penulis paprkn di atas,
bahwa perubahan kurikulum adalah perubahan sosial, curriculum change is social change.
1. Jenis-Jenis Perubahan
Menurut Soetopo dan Soemanto, Perubahan kurikulum dapat bersifat sebagian-sebagian, tapi dapat
pula bersifat menyeluruh.
1. Perubahan sebagian-sebagian
Perubahan yang terjadi hanya pada komponen (unsur) tentu saja dari kurikulum kita sebut perubahan
yang sebagian-sebagian. Perubahan dalam metode mengajar saja, perubahan dalam itu saja, atau
perubahan dalam sistem penilaian saja, adalah merupakan contoh dari perubahan sebagian-sebagian.
Dalam perubahan sebagian-sebagian ini, dapat terjadi bahwa perubahan yang berlangsung pada
komponen tertentu sama sekali tidak berpengaruh terhadap komponen yang lain. Sebagai contoh,
penambahan satu atau lebih bidang studi kedalam suatu kurikulum dapat saja terjadi tanpa membawa
perubahan dalam cara (metode) mengajar atau sistem penilaian dalam kurikulum tersebut.
1. Perubahan menyeluruh
Disamping secara sebagian-sebagian, perubahan suatu kurikulum dapat saja terjadi secara menyeluruh
. Artinya keseluruhan sistem dari kurikulum tersebut mengalami perubahan mana tergambar baik
didalam tujuannya, isinya organisasi dan strategi dan pelaksanaannya.
Perubahan dari kurikulum 1968 menjadi kurikulum 1975 dan 1976 lebih merupakan perubahan
kurikulum secara menyeluruh. Demikian pula kegiatan pengembangan kurikulum sekolah
pembangunan mencerminkan pula usaha perubahan kurikulum yang bersifat menyeluruh. Kurikulum
1975 dan 1976 misalnya, pengembangan , tujuan, isi, organisasi dan strategi pelaksanaan yang baru
dan dalam banyak hal berbeda dari kurikulum sebelumnya.
1. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perubahan kurikulum
Menurut Soetopo dan Soemanto, ada sejumlah faktor yang dipandang mendorong terjadinya
perubahan kurikulum pada berbagai Negara dewasa ini.
Pertama, bebasnya sejumlah wilayah tertentu di dunia ini dari kekuasaan kaum kolonialis. Dengan
merdekanya Negara-negara tersebut, mereka menyadari bahwa selama ini mereka telah dibina dalam
suatu sistem pendidikan yang sudah tidak sesuai lagi dengan cita-cita nasional merdeka. Untuk itu ,
mereka mulai merencanakan adanya perubahan yang cukup penting di dalam kurikulum dan sistem
pendidikan yang ada.
Kedua, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat sekali. Di satu pihak,
perkembangan dalam berbagai cabang ilmu pengetahuan yang diajarkan di sekolah menghasilkan
diketemukannya teori-teori yang lama. Di lain pihak, perkembangan di dalam ilmu pengetahuan
psikologi, komunikasi, dan lain-lainnya menimbulkan diketemukannya teori dan cara-cara baru di
dalam proses belajar mengajar. Kedua perkembangan di atas, dengan sendirinya mendorong
timbulnya perubahan dalam isi maupun strategi pelaksanaan kurikulum.
Ketiga, pertumbuhan yang pesat dari penduduk dunia. Dengan bertambahnya penduduk, maka makin
bertambah pula jumlah orang yang membutuhkan pendidikan. Hal ini menyebabkan bahwa cara atau
pendekatan yang telah digunakan selama ini dalam pendidikan perlu ditinjau kembali dan kalau perlu
diubah agar dapat memenuhi kebutuhan akan pendidikan yang semakin besar. Ketiga faktor di atas
itulah yang secara umum banyak mempengaruhi timbulnya perubahan kurikulum yang kita alami
dewasa ini.
1. Sebab-Sebab Kurikulum Itu Diubah
Kurikulum itu selalu dinamis dan senantiasa dipengaruhi oleh perubahan-perubahan dalam faktor-
faktor yang mendasarinya. Tujuan pendidikan dapat berubah secara fundamental, bila suatu negara
beralih dari negara yang dijajah menjadi Negara yang merdeka. Dengan sendirinya kurikulum pun
harus mengalami perubahan yang menyeluruh.
Kurikulum juga diubah bila tekanan dalam tujuan mengalami pergeseran. Misalnya pada tahun 30-an
sebagai pengaruh golongan progresif di USA tekanan kurikulum adalah pada anak, sehingga
kurikulum mengarah kepada child-centered curriculum sebagai reaksi terhadap subject-centered
curriculum yang dianggap terlalu bersifat adulatif (pembujukan) dan society-centered.. Pada tahun 40-
an, sebagai akibat perang, asas masyarakatlah yang diutamakan dan kurikulum menjadi lebih society-
centered.
Kurikulum dapat pula mengalami perubahan bila terdapat pendirian baru mengenai proses belajar,
sehingga timbul bentuk-bentuk kurikulum seperti activity atau experience curriculum, programmed
instruction, pengajaran modul, dan sebagainya.
Perubahan dalam masyarakat, eksplosi (ledakan) ilmu pengetahuan dan lain-lain mengharuskan
adanya perubahan kurikulum. Perubahan-perubahan itu menyebabkan kurikulum yang berlaku tidak
lagi relevan, dan ancaman serupa ini akan senantiasa dihadapi oleh setiap kurikulum, betapapun
relevannya pada suatu saat.
1. Kesulitan-Kesulitan Dalam Perubahan Kurikulum
Sejarah menunjukkan bahwa sekolah itu sangat sukar menerima pembaharuan. Ide yang baru tentang
pendidikan memerlukan waktu sekitar 75 tahun sebelum dipraktikan secara umum di sekolah-sekolah.
Manusia itu pada umumnya bersifat konservatif (tertutup) dan guru termasuk golongan itu juga. Guru-
guru lebih senang mengikuti jejak-jejak yang lama secara rutin. Ada kalanya karena cara yang
demikianlah yang paling mudah dilakukan. Mengadakan pembaharuan memerlukan pemikiran dan
tenaga yang lebih banyak. Tak semua orang suka bekerja lebih banyak daripada yang diperlukan.
Akan tetapi ada pula kalanya, bahwa guru-guru tidak mendapat kesempatan atau wewenang untuk
mengadakan perubahan karena peraturan-peraturan administratif. Guru itu hanya diharapkan
mengikuti instruksi atasan.
Pembaharuan kurikulum kadang-kadang terikat pada tokoh yang mencetuskannya. Dengan
meninggalnya tokoh itu lenyap pula pembaharuan yang telah dimulainya itu. Dalam pembaharuan
kurikulum ternyata bahwa mencetuskan ide-ide baru lebih mudah daripada menerapkannya dalam
praktik. Dan sekalipun telah dilaksanakan sebagai percobaan, masih banyak mengalami rintangan
dalam penyebarluasannya, oleh sebab harus melibatkan banyak orang dan mungkin memerlukan
perubahan struktur organisasi dan administrasi sistem pendidikan.
Disadari atau tidak pembaharuan kurikulum pastinya memerlukan biaya yang lebih banyak untuk
fasilitas dan alat-alat pendidikan baru, yang tidak selalu dapat dipenuhi. Tak jarang pula pembaharuan
ditentang oleh mereka yang ingin berpegang pada yang sudah lazim dilakukan atau yang kurang
percaya akan yang baru sebelum terbukti kelebihannya. Bersifat kritis terhadap pembaharuan
kurikulum adalah sifat yang sehat, karena pembaharuan itu jangan hanya sekedar mode yang timbul
pada suatu saat untuk lenyap lagi dalam waktu yang tidak lama.

Anda mungkin juga menyukai