Anda di halaman 1dari 7

Hal: 189

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN TENTANG PENGELOLAAN


DEMAM TERHADAP PERSEPSI IBU TENTANG KEGAWATAN
KEJANG DEMAM PADA BATITA

THE INFLUENCE OF HEALTH COUNSELING ON FEVER MANAGEMENT


ON MOTHER'S PERCEPTIONS ABOUT THE MERCY
OF FEVER SEQUELS IN TODDLER

Diah Pujiastuti
1
STIKES Bethesda Yakkum
Email: diah@stikesbethesda.ac.id

ABSTRAK

Kondisi demam sering dianggap hal umum yang sering terjadi pada bayi. Beberapa
persepsi ibu tentang kegawatan kejang karena demam masih didapatkan rendah. Banyak
ibu yang baru membawa anaknya ke RS setelah kejang di rumah. Kerusakan otak yang
terjadi karena kejang demam akan berdampak pada proses tumbuh kembang anak maka
sangat penting bagi ibu mendapatkan informasi tentang pengelolaan demam dengan benar
sehingga dapat mempunyai persepsi yang positif tentang kegawatan kejang agar anak
dapat terhindar dari komplikasi paling berbahaya dari demam yaitu kejang demam yang
akhirnya mengakibatkan kematian. Penyuluhan kesehatan dapat meningkatkan
pengetahuan sehingga akan menimbulkan persepsi yang benar dalam merawat anggota
keluarga yang sedang sakit dirumah. Mengidentifikasi pengaruh penyuluhan kesehatan
terkait pengelolaan demam terhadap persepsi tentang kegawatan kejang demam pada
batita. Desain yang digunakan adalahpre-experimental dengan pendekatan pre and post-
test one group dengan teknik purposive sampling pada 19 ibu. Instrumen pengumpulan
datadengan kuesionerdan analisis pengaruh dengan uji t-test. Hasil uji statistik
menunjukkan nilai 𝜌-value 0.000 artinya terdapat pengaruh penyuluhan kesehatan dengan
persepsi tentang kejang demam. Penyuluhan kesehatan tentang pengelolaan demam
berpengaruh terhadap persepsikegawatan kejang demam pada anak usia 0-36 batita.

Kata kunci: kejang demam, pengelolaan demam, persepsi, penyuluhan kesehatan

ABSTRACT

Fever is considered as a common disease for infants. Some mothers have low perceptions
to the severity of seizures due to fever . Motherstake their children to the hospital after
having a seizure at home. Brain damage that occurs due to febrile seizures causes
distraction on children’s growth and development even death. The refore, it is important
for mothers to get information about fever management properly. It conducts positive
perception about the severity of seizures to mothers. Health counseling increases the
knowledge of fever management to mothers and constructs right perception in caring sick
family members at home. Objective to identify of health counseling on fever management
on mothers' perceptions of the severity of febrile seizures in toddler. The research design
used a pre-experimental approach with pre-test and post-test one group with purposive
sampling technique on 19 mothers. Collecting data using a questionnaire and analysis of
the relationship with the t-test. The t-test showed an ρ-value of 0.000. According to the
190 Jurnal Penelitian Keperawatan Vol 8. (2) Agustus 2022 ISSN. 2407-7232

aim, the conlusion is an effect of health counseling on fever management on mothers'


perceptions of the severity of febrile seizures in children aged 0-36 months.

Keywords: febrile seizures, fever management, perception, health education

Pendahuluan ada ibu fobia karena pernah melihat


anaknya demam hingga kejang.
Demam lebih sering dianggap Hal ini disebabkan karena ibu tidak
sebagai kondisi tersering yang terjadi pada memahami indikasi demam yang harus
anak-anak terutama bayi, batita, serta diwaspadai sehingga berpotensi untuk
balita. Hampir setiap anak pasti pernah munculnya kejang karena demam.
mengalami demam. Setiap kondisi demam Beberapa persepsi ibu terkait dengan
meunjukkan terjadinya suatu perubahan kegawatan kejang masih didapatkan
suhu tubuh. Perubahan tersebut dapat rendah. Hal ini ditemukan bahwa banyak
menguntungkan juga merugikan (Plipat, ibu yang baru membawa anaknya setelah
Hakim, & Ahrens, 2002). Tingkat tertentu kejang di rumah karena setahu ibu, kejang
pada demam dapat menjadi sebuah itu hanya muncul saat demam tinggi saja
pertahanan bagi tubuh serta permanen sedangkan demam yang tidak terlalu tinggi
sebagai respon terhadap penyakit namun tidak dapat menyebabkan kejang. Hal ini
jika terlalu tinggi juga membahayakan penting untuk dipahami oleh para ibu yang
nyawa (Lee, Freidman, Ross-Degnan, memiliki batita. Anak usia tersebut sedang
Hibberd, & Goldmann, 2003). Berdasarkan dalam masa tumbuh kembang yang sangat
prinsip tersebut, maka demam memerlukan cepat (golden period). Kerusakan otak
penatalaksanaan yang berbeda. Kesatu yang terjadi karena kejang demam akan
adalah demam yang bersifat selflimited berdampak pada proses tumbuh kembang
yaitu demam yang segera diturunkan anak. Berdasarkan hal tersebut, maka
suhunya karena dapat kemungkinan adalah sangat penting ibu mendapatkan informasi
respon terhadap infeksi ringan. terkait dengan pengelolaan demam dengan
Selanjutnya, demam yang memerlukan benar sehingga dapat mempunyai persepsi
penanganan sesegera mungkin karena yang positif tentang kegawatan kejang
dapat menjadi tanda virulensi dan dapat karena demam sehingga anak dapat
mengancam nyawa seperti pada kasus terhindar dari komplikasi paling berbahaya
radang paru, radang otak, dan sepsis. Hal dari demam yaitu kejang demam yang
ini memerlukan pengertian yang benar akhirnya mengakibatkan kematian.
terkait dengan manajemen demam pada Anggota keluarga yaitu ibu diharapkan
batita menjadi informasi yang penting memiliki pengetahuan yang luas serta
untuk dipahami (Plipat, Hakim & Ahrens, sikap yang tepat, salah satu cara adalah
2002; Finkelstein, Christiansen & Platt, memberikan penyuluhan kesehatan kepada
2000). Manajemen demam pada anak-anak anggota keluarga yang merawat anggota
sangat tergantung pada peran orang tua keluarga yang menderita. Sikap yang tepat
terutama ibu, terlebih pada usia 0-36 bulan. serta pengetahuan yang luas diharapkan
Ibu menjadi bagian integral dalam menimbulkan persepsi serta keinginan
penyelenggaraan tata kelola rumah tangga. keluarga untuk merawat anggota keluarga
Ibu yang memliki pengetahuan dan yang sakit dirumah. Pemberian informasi
persepsi yang baik dalam perawatan kesehatan merupakan kegiatan pendidikan
keluarga terutama anak akan dapat kesehatan yang dilakukan dengan cara
menentukan penatalaksanaan demam yang menginformasikan pengetahuan dan
berbaik bagi keluarganya (Riandita, 2012). memberikan literasi informasi, sehingga
Beberapa ibu mengatakan bahwa dapat tidak sekedar tahu, mengerti, sertasadar,
melakukan perawatan bagi anaknya di namun juga memiliki kemauan dan dapat
rumah tanpa diperiksakan akan tetapi juga
Hal: 189-195 Pengaruh Penyuluhan Kesehatan tentang Pengelolaan Demam terhadap Persepsi Ibu tentang
191
Kegawatan Kejang Demam pada Batita

melakukan masukan terkait dengan dari awal hingga akhir penelitian.


perilaku kesehatan (Maulana, 2009). Instrumen dalam penelitian ini
menggunakan instrumen yang sudah baku
tentang persepsi dan dimodifikasi tanpa
Metodeologi Penelitian merubah konten tentang komponen
persepsi. Penelitian ini juga telah lolos uji
Penelitian ini menggunakan pre- etik penelitian. Analisa data pada
eksperimentaldesain dengan pendekatan penelitian ini meliputi analisa univariat dan
pre dan post-test one group. Teknik analisa bivariat dengan t-test yang
sampling yang digunakan adalah purposive sebelumnya dilakukan uji normalitas
sampling dan didapatkan 19 ibu yang Shapiro-wilk.
memiliki batita serta bersedia mengikuti

Hasil Penelitian

1. Gambaran karakteristik responden

Analisa univariat pada penelitian ini pekerjaan, status anak, dan pengalaman
akan mendeskripsikan karakteristik ibu penyuluhan dalam bentuk distribusi
berdasarkan usia, pendidikan terakhir, frekuensi.

Tabel 1. Gambaran Karakteristik Responden Berdasarkan Usia di RW 08 Kelurahan


Patangpuluhan Kecamatan Wirobrajan Yogyakarta (n=19)
Usia Ibu (tahun) Frekuensi Presentase (%)
20-29 4 21.1
30-39 10 52.6
40-49 5 26.3
Total 19 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa sedangkan yang paling sedikit jumlahnya


dari 19 ibu, sebagian besar berusia antara yaitu 4 ibu berusia 20-29 tahun (21.1%).
30-39 tahun yaitu sebanyak 10 ibu (52.6%)

Tabel 2. Gambaran Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Terakhir


di RW 08 Kelurahan Patangpuluhan Kecamatan Wirobrajan Yogyakarta (n=19)
Pendidikan Terakhir Frekuensi Presentase (%)
SD 1 5.3
SLTP 1 5.3
SMA/SMK/SMU 9 47.4
D1/D3 2 10.5
SARJANA 5 26.3
PASCASARJANA 1 5.3
Total 19 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa jumlahnya yaitu 1 ibu berpendidikan SD


dari 19 ibu, pendidikan terakhir paling (5.3%), 1 ibu berpendidikan SMP (5.3%),
banyak adalah SMA/SMK/SMU yaitu 9 dan 1 ibu berpendidikan pascasarjana/S2
ibu (47.4%) sedangkan yang paling sedikit (5.3%).
192 Jurnal Penelitian Keperawatan Vol 8. (2) Agustus 2022 ISSN. 2407-7232

Tabel 3. Gambaran Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan di RW 08


Kelurahan Patangpuluhan Kecamatan Wirobrajan Yogyakarta (n=19)
Pekerjaan Frekuensi Presentase (%)
IRT 7 36.8
Wiraswasta 3 15.8
Swasta 9 47.4
Total 19 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa (47.4%) sedangkan yang paling sedikit


dari 19 ibu, jenis pekerjaan paling banyak jumlahnya yaitu 3 ibu dengan jenis
adalah karyawan swasta yaitu 9 ibu pekerjaan wiraswasta (5.3%).

Tabel 4. Gambaran Karakteristik Responden Berdasarkan Status Anak di RW 08


Kelurahan Patangpuluhan Kecamatan Wirobrajan Yogyakarta (N=19)
Pekerjaan Frekuensi Presentase (%)
Anak Pertama 10 52.6
Anak Kedua 6 31.6
Anak Ketiga 3 15.8
Total 19 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa sedangkan yang paling sedikit jumlahnya


dari 19 ibu, status anak sebagian besar yaitu 3 ibu dengan status anak ketiga
adalah anak pertama yaitu 10 ibu (52.6%) (15.8%).

Tabel 5. Gambaran Karakteristik Responden Berdasarkan Pengalaman Mendapatkan


Penyuluhan di RW 08 Kelurahan Patangpuluhan Kecamatan Wirobrajan
Yogyakarta (N=19)
Pekerjaan Frekuensi Presentase (%)
Belum 17 89.5
Pernah 2 10.5
Total 19 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa (89.5%) sedangkan yang paling sedikit


dari 19 ibu, sebagian besar ibu yaitu 17 ibu jumlahnya yaitu 2 ibu pernah mendapatkan
belum pernah mendapatkan penyuluhan pengalaman penyuluhan (10.5%).
tentang pengelolaan kejang demam

2. Hasil Uji Bivariat

Analisa bivariat menganalisis beda uji normalitas sebelum dan uji normalitas
skor sebelum dan sesudah dilakukan sesudah penyuluhan Uji normalitas
penyuluhan. Sebelum melakukan uji menggunakanShapiro-Wilk karena jumlah
bivariat dilakukan uji normalitas data yaitu sampel kurang dari 50.

Tabel 6. Hasil Uji Normalitas Pre-Post Test Penyuluhan di RW 08 Kelurahan


Patangpuluhan Kecamatan Wirobrajan Yogyakarta (n=19)
Uji Shapiro-Wilk Jumlah Sample Signifikasi
Pre-Test 19 0.577
Post-Test 19 0.969
Hal: 189-195 Pengaruh Penyuluhan Kesehatan tentang Pengelolaan Demam terhadap Persepsi Ibu tentang
193
Kegawatan Kejang Demam pada Batita

Tabel 6 menunjukkan hasil uji didapatkan nilai p-value 0.969 (p > 0.5)
normalitas data sebelum dan sesudah artinya data tersebut normal.
penyuluhan. Hasil uji normalitas sebelum Kesimpulannya adalah uji bivariat yang
penyuluhan didapatkan nilai p-value 0.577 digunakan pada variabel tersebut yaitu uji
(p > 0.5) artinya data tersebut normal. t-test berpasangan karena uji normalitas
Hasil uji normalitas sesudah penyuluhan didapatkan datanya normal.

Tabel 7. Hasil Uji t-test Penyuluhan tentang Pengelolaan Kejang Demam di RW 08


Kelurahan Patangpuluhan Kecamatan Wirobrajan Yogyakarta (n=19)
Perbedaan
Sumber Data N Rerata ± s.b. IK 95% 𝝆
Rerata ± s.b.
Sebelum Penyuluhan 19 61.16 ± 5.22 4.48 –
6.42 ± 4.03 0.000
Sesudah Penyuluhan 19 67.58 ± 6.27 8.36

Hasil uji t-test menunjukkan bahwa pengamatan atau pengalaman seseorang


nilai p = 0.000 sehingga dapat dikatakan yang kemudian akan diperoleh penafsiran
bahwa H0 ditolak dan Hα diterima. Hal ini terhadap obyek atau peristiwa bahkan
berarti ada pengaruh penyuluhan tentang sebuah pembelajaran yang baru.Hasil
pengelolaan demam terhadap persepsi penelitian ini didapatkan dapat bahwa data
terkait kegawatan kejang demam pada demografi dari karakteristik ibu mayoritas
batita di RW 08 Kelurahan Patangpuluhan adalah pada usia 30-39 tahun, pendidikan
Kecamatan Wirobrajan Yogyakarta. terakhir SMA, pekerjaan ibu karyawan
swasta, dan anak pertama. Pengalaman ibu
mendapatkan penyuluhan tentang kejang
Pembahasan demam mayoritas belum pernah
mendapatkan informasi tentang kejang
Penelitian ini menggunakan desain demam. Sasaran penelitian adalah ibu. Hal
pre-experimental yang menggunakan ini sejalan dengan penelitian terdahulunya
intervensi sebagai tindakannya. Intervensi bahwa penyuluhan kesehatan
pada penelitian ini adalah memberikan mempengaruhi pengetahuan, persepsi,
penyuluhan kesehatan dengan media sikap, dan perilaku ibu dalam penanganan
power point dan leaflet. Penyuluhan kejang demam pada bayi (Tran, Nguyen,
kesehatan adalah satu cara yang digunakan Nguyen, Nguyen, Le, Nguyen, et al.,
untuk meningkatkan informasi sehingga 2003).
dapat meningkatkan persepsi serta Faktor lain yang berpengaruh
kemampuan seseorang melalui belajar terhadap persepsi ibu adalah usia,
yang dapatmemberikan perubahan atau pendidikan, pengalaman mendapatkan
mempengaruhi perilaku manusia pada penyuluhan, pekerjaan ibu serta
khususnya dan kelompok maupun pengalaman ibu dalam penanganan kejang
masyarakat pada umumnya. Tujuan demam (Marwan, 2017). Pada penelitian
penyuluhan kesehatan mengenai kejang ini sebagian besar dengan usia 30-39 tahun
demam yaitu memberi wawasan kepada yaitu sebanyak 10 ibu dari 19 ibu, yang
ibu yang memiliki batita tentang dapat dijelaskan bahwa pada usia tersebut
penanganan kejang demam. Hal ini adalah usia yang memiliki anak batita.
bermanfaat pada ibu yang akan Usia dapat berpengaruh terhadap besarnya
mengaplikasikaninformasi tersebut guna informasi yang dimiliki individu. Semakin
memperbaiki persepsi sehingga dapat banyak umur seseorang maka proses-
mencapai derajat kesehatan lebih baik proses perkembangan mentaknya
(Pickett & Hanlon, 2009). Persepsi makaakan lebih matang untuk melakukan
masing-masing orang dapat berbeda literasi berbagai informasi (Desmita,
walaupun hal yang diamati atau dialami 2010). Desmita (2010) juga
sama (Rakhmat, 2003). Persepsi dapat menyampaikan bahwa daya ingat dapat
diartikan secara singkat, yaitu hasil dari dipengaruhi oleh usia sehingga
194 Jurnal Penelitian Keperawatan Vol 8. (2) Agustus 2022 ISSN. 2407-7232

bertambahnya umur seseorang dapat juga test untuk menganalisis perbedaan skor
berpengaruh terhadap informasi yang persepsi sebelum pemberian penyuluhan
didapatkannya. dan sesudah penyuluhan. Persepsi dinilai
Faktor pendidikan juga dapat dengan kuesioner yang diisi sebelum dan
mempengaruhi persepsi seseorang. sesudah penyuluhan kesehatan. Hal ini
Penelitian ini menunjukkan bahwa sejalan dengan teori Lawrence dan Green
sebagian besar responden berpendidikan yang menggambarkan kerangka
terkahir SMA. Pendidikan yang jenjangnya predisposing, reinforcing, and enabling
tinggi akan memudahkan untuk cause in education diagnosis and
menganalisis informasi bebas, khususnya evaluationyang menjelaskan bahwa
tentang kejang demam sehingga saat anak pemberian informasi kesehatan melalui
demambisa segera melakukan tindakan penyuluhan berhubungan dengan
yang tepat. Harapannya adalah dan bisa kebaharuan informasi yang dapat
melakukan pencegahan kejang saat memperbaiki perilaku dan meningkatkan
demam. Menurut Riandita (2012) pencapaian tujuan yang diharapkan
pekerjaan bisa menjadi salah satu faktor (Pickett & Hanlon, 2009). Hasil pengujian
internal yang mempengaruhi persepsi sebelum penyuluhan didapatkan hasil
individu. Hasil penelitian ini menunjukkan rerata 61.16 dan hasil sesudah penyuluhan
bawah mayoritas ibu bekerja sebagai 67.58 sehingga didapatkan peningkatan
karyawan swasta. Status ibu yang bekerja rerata pada penelitian ini adalah 6.42. Hal
akan membawa pengaruh terhadap ini berarti ada pengaruh penyuluhan
kehidupan karena informasi yang kesehatan terkait penanganan kejang
didapatkan akan lebih banyak daripada ibu demam terhadap persepsi ibu. Sejalan
yang tidak bekerja. Lingkungan pekerjaan dengan Fauziah (2012) yang mengatakan
bisa membuat seseorang mendapatkan bahwa penyuluhan kesehatan dalam waktu
pengalaman dan informasi baik secara yang singkat akan berdampak positif
langsung maupun tidak langsung dalam meningkatkan informasi dan
(Mubarak, 2007). wawasan sehingga menghasilkan
Faktor lain yang berpengaruh adalah perubahan atau peningkatan pengetahuan
pengalaman mendapatkan penyuluhan. baik dari pendidikan formal maupun non
Hasil penelitian menunjukkan mayoritas formal (Maulana, 2009) sehingga akan
ibu belum pernah mendapatkan mengubah persepsi menjadi lebih baik.
penyuluhan tentang penanganan kejang Penyuluhan kesehatan yang
demam. Kurangnya wawasan yang dilakukan harapannya adalah dapat dapat
dimiliki oleh ibu menjadi penyebab mengubah persepsi sehingga praktik
kurangnya informasi sehingga persepsi terhadap penanganan kejang demam juga
yang muncul negatif. Faktor lain yang akan lebih baik dan tepat. Hasil inisejalan
berpengaruh adalah pengalaman ibu dalam dengan tahapan-tahapan yang terjadi
penanganan kejang demam. Hasil ini sesudah mendapatkan penyuluhan
terkait dengan hasil penelitian tentang kesehatan yaitu sasaran dan output yang
jumlah anak. Kebanyakan ibu baru diinginkan berupa peningkatan informasi,
memiliki satu (1) orang bayi usia 0-36 persepsi, dan perubahan perilaku serta
bulan sehingga belum mempunyai proses menyadarkan dalam berperilaku
pengalaman dalam menangani bayi dengna (Pickett & Hanlon, 2009). Effendy (2012)
kejang demam. Pengalaman yang kurang menyebutkanmaksud dari pemberian
dikarenakan minimnya informasi dan penyuluhan tentang kesehatan
paparan tentang kejang demam. Berbeda ialahmunculnya perubahan perilaku klien
dengan ibu yang sudah memiliki lebih dari dalam mewujudkan perilaku sehat pada
anak maka ibu akan mempunyai lingkungan yang sehat, serta berperan aktif
pengalaman dalam penanganan kondisi dalam mengupayakan derajat kesehatan
kegawatan pada bayi (Marwan, 2017). yang optimal. Pelaksanaan penelitian ini
Data penelitian yang sudah juga ditemukan beberapa keterbatasan
didapatkan dianalisis menggunakan uji t- terkait dengan proses penyuluhan
Hal: 189-195 Pengaruh Penyuluhan Kesehatan tentang Pengelolaan Demam terhadap Persepsi Ibu tentang
195
Kegawatan Kejang Demam pada Batita

kesehatan yaitu suasana kurang kondusif pertama kejadian kejang demam


untuk penyuluhan kesehatan. Hal ini pada anak usia 6 bulan – 5 tahun di
disebabkan karena ibu-ibu yang hadir Puskesmas. Caring Nursing Journal.
membawa anak-anak tersebut sehingga Vol 1(1): 32-40.
pada waktu pengisian kuesioner pre dan Maulana H. (2009). Promosi kesehatan.
post tidak dapat konsentrasi dengan baik Jakarta: EGC.
akan tetapi semua isian kuesioner dapat Mubarak, W. I. (2007). Promosi
terisi seluruhnya. kesehatan: Sebuah pengantar proses
belajar mengajar dalam pendidikan.
Kesimpulan Yogyakarta: Grha Ilmu
Pickett, G., & Hanlon, J. J. (2009).
Penyuluhan tentang pengelolaan Kesehatan masyarakat: administrasi
demam berpengaruh terhadap persepsi ibu dan praktik. Edisi 9. Jakarta: EGC.
mengenai kegawatan kejang demam pada Plipat, N., Hakim, S., Ahrens, W. R.
batita di RW 08 Kelurahan Patangpuluhan (2002). The febrile child. In:
Kecamatan Wirobrajan Yogyakarta. Hasil Pediatric emergency medicine. 2nd
karakteristik ibu mayoritas adalah pada Ed. New York: McGraw-Hill. 315-
usia 30-39 tahun, pendidikan terakhir 24.
SMA, pekerjaan ibu karyawan swasta, dan Rakhmat, J. (2003). Psikologi komunikasi.
anak pertama. Pengalaman ibu Bandung: Remaja Rosdakarya.
mendapatkan penyuluhan mayoritas belum Riandita, A. (2012). Hubungan antara
pernah mendapatkan informasi tentang tingkat pengetahuan ibu tentang
pengelolaan kejang demam. Peneliti demam dengan pengelolaan demam
selanjutnya dapat mengembangkan pada anak. Jurnal Media Medika
penelitian penyuluhan kesehatan Muda.
menggunakan media tertentu dan Tran, T. T., Nguyen, T. N. A., Nguyen, T.
dievaluasi secara periodik tidak hanya H., Nguyen, T. L, Le, T. C., et al.
persepsi tetapi juga perilaku. (2003). The impact of health
education on mother’s knowledge,
attitude, and practice (KAP) of
Daftar Pustaka dengue haemorragic fever. Am J
Med. Vol 27: 174-80.
Desmita. (2010). Psikologi perkembangan.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Effendi, N. (2012). Dasar-dasar
keperawatan kesehatan masyarakat
(Ed. 2). Jakarta: EGC.
Fauziah. (2012). Pengaruh pendidikan
kesehatan tentang nutrisi
prakonsepsi terhadap tingkat
pengetahuan, sikap, dan praktik
konsumsi makanan sehat wanita
pranikah. Tesis. Universitas
Indonesia.
Lee, G., Freidman, J. F., Ross-Degnan, D.,
Hibberd, PL. Goldmann, D. D.
(2003). Misconception about colds
and predictors of health service
utilization. Pediatrics.111: 231-6.
Marwan, R. (2017). Faktor yang
berhubungan dengna penanganan

Anda mungkin juga menyukai