Anda di halaman 1dari 56

LAPORAN PENDAHULUAN DAN LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN


DEMAM KEJANG DI RUMAH SAKIT RIS
KABUPATEN TANGERANG

Oleh:

Dwiana Fitriani,S.Kep
202107020

STIKES ICHSAN MEDICAL CENTRE BINTARO


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
TAHUN 2021/2022
BAB I

PENDAHULUAN

1. Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Secara sederhana, demam adalah kenaikan suhu tubuh diatas normal,
meskipun tidak semua kenaikan suhu tubuh termasuk demam, dan kenaikan
suhu tubuh merupakan bagian dari reaksi biologis kompleks, ,yang diatur dan
di kontrol oleh susunan saraf pusat.Demam merupakan gambaran
karakteristikdari kenaikan suhu oleh karena berbagai penyakit infeksi dan non
infeksi,sehingga perlu dibedakan dari kenaikan suhu oleh karena stress dan
penyakit demam.Sebagai manifestasi klinis,maka demam terjadi pada
sebagian besar penyakit infeksi yang ringan dan serius.
Suhu tubuh yang tinggi pada saat demam dapat menimbulkan serangan
kejang,demam kejang merupakan salah satu penyakit yang sering dialami
anak dan kalangan awam lebih sering menyebutnya dengan istilah
step,sementara istilah medisnya adalah Confulsio febrilis.Demam kejang
lazim terjadi pada anak usia 2 tahun rata-rata anak menderita demam sampai
6 kali serangan.
Tiap anak mempunyai ambang kejang yang berbeda dan tergantung dari
tinggi rendahnya ambang kejang seorang anak.pada anak dengan ambang
kejang yang rendah,kejadian kejang terjadi pada suhu 38⁰ C sedangkan
dengan ambang kejang tinggi,kejang baru terjadi pada suhu 40⁰ C atau lebih.
Demam adalah penyebab utama terjadinya demam kejang.Selain itu
terdapat faktor riwayat kejang demam pada orang tua atau saudara
kandung,perkembangan terlambat,problem pada masa neonatus,anak dalam
perawatan khusus,dan kadar natrium yang rendah.Setelah kejang demam
pertama,kira-kira 33% anak akan mengalami satu kali rekurensi atau
lebih,dan kira-kira 9% anak mengalami 3 kali rekurensi atau lebih,resiko
rekurensi meningkat dengan usia dini,cepatnya anak mendapat kejang setelah
demam timbul,temperatur yang terjadi saat kejang,riwayat keluarga
epilepsi.Kejang demam terdiri dari kejang demam sederhana,dan demam
kejang komplek.
WHO memperkirakan pada tahun 2015 terdapat lebih dari 21,65 juta
penderita kejang demam dan lebih dari 216 ribu diantarayanya
meninggal.selain itu di Kuwait dari 400 anak berusia 1 bulan -13 tahun
dengan riwayat kejang , yang mengalamai kejang demam sekitar 77%
(WHO,2015).Angka kejadian kejang demam di Indonesia sendiri mencapai 2-
3% dari anak yang berusia 6 bulan - 5 pada tahun 2013. Di provinsi jawa
tengah mencapai 2-3% dari anak 6 bula – 5 pada tahu 2015. Menurut RSUP
Dr. M DJAMIL padang tahun 2013- 2014 jumlah demam kejang sebayak 40
0rang pasien.Berdasarkan data yang diambil dari rekap medik di ruang anak
RSUD DR. Achmad mochtar bukittinggi angka kejadian kejang demam pada
3 bulan kebelakangan yaiyu bulan maret sampai mei tahun 2018 terdapat
sebanyak 3 orang dari 48 pasien 1.4% menderita peyakit kejang demam.

2. Tujuan
2.1. Tujuan Umum
Mampu melaksnakan Asuhan Keperawatan pada Klien An. S dengan
kejang demam di ruang rawat inap Anak Rs. RIS.

2.2. Tujuan Khusus


a. Mampu mengetahui konsep dasar tumbuh kembang pada anak.
b. Mampu mengetahui konsep dasar teori kejang demam
c. Mampu mengetahui konsep teori dari asuhan keperawatan di Rs. RIS
tentang kejang demam
1) Pengkajian pada anak
2) Diagnosa keperawatan kejang demam pada anak
3) Intervensi keperawatan kejang demam pada anak.
4) Implementasi keperawatan kejang demam pada anak.
5) Evaluasi keperawatan kejang demam pada anak.
6) Dokumentasi keperawatan kejang demam pada anak.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2. Konsep Dasar
2.1. Konsep Dasar Keperawatan Anak
A. Atraumatic Care
Menurut Supartini (2004), dalam Debbi (2013), Atraumatic care
merupakan perawatan terapeutik yang diberikan oleh tenaga kesehatan
dalam bentuk tatan pelayanan kesehatan anak melalui penggunaan
tindakan yg dapat mengurangi distress fisik maupun psikologis yg
dialami ank maupun orang tua.
Perawatan terapeutik pencegahan dapat dilakukan melalui tindakan,
penerapan diagnostik, pengobatan dan baik perwatan pada kasus akut
maupun kronis dengan mencakup intervensi pendekatan psikologis
(Supartini, 2004, dalam Debbi, 2013).

B. Prinsip Atraumatic Care


Menurut Hidayat (2005) dalam Debbi (2013), ada beberapa prinsip
atraumatic care perawatan yang harus dimiliki oleh perawat anak, yaitu:
a) Mencegah atau menurunkan dampak perpisahan dari keluarga
Perpisahan dari keluarga berdampak pada anak akan mengalami
gangguan psikologis seperti kurangnya kasih sayang, ketakutan,
kecemasan, gngguan ini akan menghambat proses penymbuhan
anak dan dpat mengganggu prtumbuhan dan prkembangan anak
b) Meningkatkan kemampuan orang tua dalam mengontrol perawatan
pada anak
Perasaan kehilangan kontrol dapat dicegah dengan menghindari
pembatasan fisik jika anak kooperatif terhadap petugas kesehatan.
c) Mengurangi atau mencegah cedera (injury) dan nyeri (dampak
psikologis)
Proses pengurangan rasa nyeri sering tidak dapat dihilangkan
namun dapat dikurangi melalui teknik farmakologi (seperti prinsip
penggunaan obat enam benar) dan teknik nonfarmakologi (seperti
mempersiapkan psikologi orang tua dan anak.
d) Tidak melakukan kekerasan pada anak
Kekerasan pda anak akn menimbulkan gangguann psikologis yang
sangat berarti dlm kehidpan anak. Pada saat anak dalam proses
tumbuh kembang apabila itu terjadi maka kemungkinan pencapaian
kematangan akan terhambat, dngan demikian tindkan kekerasan
pda 9 anak sangat tidak dianjurkan karna akan memperberat kondsi
anak.
e) Modifikasi lingkungan fisik
Modifikasi ruang perawatan anak dapat dilakukan dengan cara
membuat situasi ruang anak yang bernuansa anak, seperti
menempelkan gambar tokoh kartun, dinding ruangan berwarna
cerah, dan terdapat hiasan mainan anak

C. Family Center Care (FCC)


Family Center Care (FCC) didefinisikan oleh Association for the
Care of Chidren’s Health (ACCH) sebagai filosofi dimana pemberi
perawatan meningkat dan peran penting dari keluarga melibatkan
dukungan keluarga akan membangun kekuatan, membantu umtuk
membuat suatu pilihan yang trbaik, dan mningkatkan pola normal yang
ada dlam kesehariannya selama anak sakit dan menjalani penymbuhan
Family Center Care didefinisikan menurut Hanson dalam Yetti, dkk
(2018) sebagai pendkatan inovatif dalam merncanakan, melakukan dan
mengevaluasi tindakan keperawatan yng diberikan berdasarkan pda
manfaat hubungan antara perawat dan keluarga yaitu orang tua..
a) Tujuan Family Center Care (FCC)
Tujuan penerapan konsep Family Center Care dalam
perawatan anak, menurut Brunner and suddarth (1986) dalam
Yetti, dkk (2018) adalah mmberikan kesemptan bagi orang tua
umtuk merawat anak mereka selama proses hospitalisasi dngan
pengawasan dri perawat sesuai dngan aturan yng berlaku.
Selain itu Family Center Care juga bertujuan umtuk
meminimalkan trauma selama perwatan anak dirumah sakit dan
meningkatkn kemandirian sehngga peningkatan kualitas hdup dpat
tercapai.
b) Elemen Family Center Care (FCC)
Menurut Shelton (1987) dalam Yetti, dkk (2018) terdapat
beberapa elemen Family Center Care, yaitu: perawat menyadari
bahwa keluarga adalah bagian yang konstan dalam kehidupan
anak, memfasilitai kerjasama antara keluarga dan perawat disemua
tingkat pelayanan kesehatan, mengakui kekuatan keluarga dan
individualitas, memberikan informasi yng lengkap dan jelas
kepada orng tua dan secara berkelanjutan dngan dukungan penuh,
menghormati keanekargaman ras, etnis bdaya dan sosial ekonomi
dalam keluarga, mendorong dan memfasilitasi keluarga untuk
saling mendukung, memahami dan menggabungkan kebutuhan
dalam setiap perkembangan bayi, anak-anak, remaja dan keluarga
kedalam sistem perawatan kesehatan, menrapkan kebjakan yng
komprehensif dan program yng membrikan dukungan emosional
dan keuangan umtuk memenuhi kehidupan keluarga, dan
merncang sistem perwatan kesehatan yng fleksibel.
c) Prinsip Family Center Care (FCC)
a) Kehormatan dan Martabat
Praktisi keperawatan menghormati dan mendengarkan
pandangan dan pilihan pasien. Pngetahuan, nlai, kepercayaan,
dan latar belkang budaya pasien dan keluarga bergabung
dlam rencana dan intervensi keprawatan
b) Berbagi informasi
Praktisi keprawatan berkomunikasi dan memberikan
informasi yng berguna bgi pasien dan kluarga dngan benar
dan tdak memihak kepda keluarga dan pasien.
c) Partisipasi
Keluarga dan pasien termotivasi dalm perwatan dan
pngambilan keputusan sesuai dngan kesepakatan yng tlah
mereka buat
d) Kolaborasi
Keluarga dan pasien jga termasuk kedalam kmponen dasar
kolaborasi. Perwat berklaborasi dngan keluarga 12 dan pasien
dlam pengambilan kebijakaan dan pengembangan program,
implementasi, dan evaluasi, desain fsilitas keshatan dan
pndidikan profesional tertama dalm pemberian kperawatan
(Potter & Oerry, 2007 dalam Yetti, dkk, 2018)

2.2.Konsep Tumbuh Kembang


A. Pengertian
Tumbuh KembangSecara alamiah, setiap individu hidup akan melalui
tahap pertumbuhan dan perkembangan, yaitu sejak embrio sampai akhir
hayatnya mengalami perubahan ke arah peningkatan baik secara ukuran
maupun secara perkembangan. Istilah tumbuh kembang mencakup dua
peristiwa yang sifatnya saling berbeda tetapi saling berkaitan dan sulit
dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan perkembangan. Pengertian mengenai
pertumbuhan dan perkembangan adalah sebagai berikut :Pertumbuhan
adalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran, atau dimensi tingkat sel
organ, maupun individu yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram,
pon, kilogram), ukuran panjang (cm), umur tulang, dan keseimbangan
metabolik(retensi kalsium dan nitrogen tubuh) (Adriana, 2013).
Perkembangan (development) adalah bertambahnya skill(kemampuan)
dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang
teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan.
Disini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan
tubuh, organ-organ, dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa
sehingga masing- masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga
perkembangan emosi, intelektual, dan tingkah laku sebagai hasil interaksi
dengan lingkungannya (Soetjiningsih, 2012).

B. Tahap Pertumbuhan dan Perkembangan


Tahapan pertumbuhan dan perkembangan anak dapat ditentukan oleh
masa atau waktu kehidupan anak.MenurutHidayat (2008)secara umum
terdiri atas masa prenatal dan masa postnatal.
a) Masa Prenatal
Masa prenatal terdiri atas dua fase, yaitu fase embrio dan fase
fetus.Pada masa embrio, pertumbuhan dapat diawali mulai dari
konsepsi hingga 8 minggu pertamayang dapat terjadi perubahan
yang cepat dari ovum menjadi suatu organisme dan terbentuknya
manusia. Pada fase fetus terjadi sejak usia 9 minggu hingga
kelahiran, sedangkan minggu ke-12 sampai ke40 terjadi peningkatan
fungsi organ, yaitu bertambah ukuran panjang dan berat badan
terutama pertumbuhan serta penambahan jaringan subkutan dan
jaringan otot.
b) Masa Posnatal
Terdiri atas masa neonatus, masa bayi, masausia prasekola, masa
sekolah, dan masa remaja.
 Masa Neonatus
Pertumbuhan dan perkembangan postnatal setelah lahir
diawali dengan masa neonatus (0-28 hari). Pada masa ini terjadi
kehidupan yang baru di dalam ekstrauteri, yaitu adanya proses
adaptasi semua sistem organ tubuh.
 Masa Bayi
Masa bayi dibagi menjadi dua tahap perkembangan. Tahap
pertama (antara usia 1-12 bulan): pertumbuhan dan
perkembangan pada masa ini dapat berlangsung secara terus
menerus, khususnya dalam peningkatan sususan saraf. Tahap
kedua (usia 1-2 tahun): kecepatan pertumbuhan pada masa ini
mulai menurun dan terdapat percepatan pada perkembangan
motorik.
 Manusia Prasekolah
Perkembangan pada masa ini dapat berlangsung stabil dan
masih terjadi peningkatan pertumbuhan dan perkembangan,
khususnya pada aktivitas Fisik dan kemampuan kognitif.
Menurut teori Erikson (dalam Nursalam, 2005), pada usia
prasekolah anak berada pada fase inisiatif vs rasa bersalah
(initiative vs guilty). Pada masa ini, rasa ingin tahu (courius)dan
adanya imajinasi anak berkembang, sehingga anak banyak
bertanya mengenai segala sesuatu di sekelilingnya yang tidak
diketahuinya. Apabila orang tua mematikan inisiatifnya maka
hal tersebut membuat anak merasa bersalah.Sedangkan menurut
teori Sigmund Freud, anak berada pada fase phalik, dimana anak
mulai mengenal perbedaan jenis kelamin perempuan dan laki-
laki. Anak juga akan mengidentifikasi figur atau perilaku kedua
orang tuanya sehingga kecenderungan untuk meniru tingkah
laku orang dewasa disekitarnya.Pada masa usia prasekolah anak
mengalami proses perubahan dalam pola makan dimana pada
umunya anak mengalami kesulitan untuk makan. Proses
eliminasi pada anak sudah menunjukkan proses kemandirian dan
perkembangan kognitif sudah mulai menunjukkan
perkembangan, anak sudah mempersiapkan diri untuk memasuki
sekolah (Hidayat, 2008).
 Masa Sekolah
Perkembangan masa sekolah ini lebih cepat dalam
kemampuan fisik dan kognitif dibandingkan dengan masausia
prasekolah
 Masa Remaja
Pada tahap perkembangan remaja terjadi perbedaan pada
perempuan dan laki-laki.Pada umumnya wanita 2 tahun lebih
cepat untuk masuk ke dalam tahap remaja/pubertas
dibandingkan dengan anak laki-laki dan perkembangan ini
ditunjukkan pada perkembangan pubertas.

C. Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan


Anak
Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak
menurut Adriana, 2013 adalah:
a) Faktor Internal
Berikut ini adalah faktor-faktor internal yang berpengaruh pada
tumbuh kembang anak, yaitu :
1) Ras/Etnik atau bangsa
Anak yang dilahirkan dari ras/bangsa Amerika tidak memiliki
faktor herediter ras/bangsa Indonesia atau sebaliknya.
2) Keluarga
Ada kecenderungan keluarga yang memiliki postur tubuh
tinggi, pendek, gemuk, atau kurus
3) Umur
Kecepatan pertumbuhan yang pesat adalah pada masa
prenatal, tahun pertama kehidupan, dan pada masa remaja.
4) Jenis Kelamin
Fungsi reproduksi pada anak perempuan berkembang lebih
cepat daripada laki-laki. Akan tetapi setelah melewati masa
pubertas, pertumbuhan anak laki-laki akan lebih cepat.
5) Genetik
Genetik (heredokonstitusional) adalah bawaan anak yaitu
potensi anak yang akan menjadi ciri khasnya. Ada beberapa
kelainan genetik yang berpengaruh pada tumbuh kembang
anak, contohnya seperti kerdil
6) Kelainan kromosom
Kelainan kromosom umumnya disertai dengan kegagalan
pertumbuhan seperti pada sindroma Down’s dan sindroma
Turner’s. b) Faktor eksternal
b) Faktor Eksternal berikut ini adalah faktor-faktor eksternal yang
berpengaruh pada tumbuh kembang anak.
1) Faktor Prenatal
a) Gizi
Nutrisi ibu hamil terutama pada trimester akhir kehamilan
akan memengaruhi pertumbuhan janin.
b) Mekanis
Posisi fetus yang abnormal bisa menyebabkan kelainan
kongenital seperti club foot.
c) Toksin/Zat Kimia
Beberapa obat-obatan seperti Aminopterin atau
Thalidomid dapat menyebabkan kelainan kongenital
seperti palatoskisis
d) Endokrin
Diabetes mellitus dapat menyebabkan makrosomia,
kardiomegali, dan hyperplasia adrenal
e) Radiasi
Paparan radiasi dan sinar Rontgen dapat mengakibatkan
kelainan pada janin seperti mikrosefali, spina bifida,
retardasi mental, dan deformitas anggota gerak, kelainan
kongenital mata, serta kelainan jantung.
f) Infeksi
Infeksi pada trimester pertama dan kedua oleh TORCH
(Toksoplasma, Rubella, Citomegali virus, Herpes
simpleks) dapat menyebabkan kelainan pada janin seperti
katarak, bisu tuli, mikrosefali, retardasi mental, dan
kelainan jantung kongenital.
g) Kelainan Imunologi
Eritoblastosis fetalis timbul atas dasar perbedaan golongan
darah antara janin dan ibu sehingga ibu membentuk
antibody terhadap sel darah merah janin, kemudian
melalui plasenta masuk ke dalam peredaran darah janin
dan akan menyebabkan hemolysis yang selanjutnya
mengakibatkan hiperbilirubinemia dan kerniktus yang
akan menyebabkan kerusakan jaringan otak.
h) Anoksia Embrio
Anoksia embrio yang disebabkan oleh gangguan fungsi
plasenta menyebabkan pertumbuhan terganggu.
i) Psikologi Ibu
Kehamilan yang tidak diinginkan serta perlakuan salah
atau kekerasan mental pada ibu hamil dan lain-lain.
2) Faktor Persalinan
Komplikasi persalinan pada bayi seperti trauma kepala,
asfiksia dapat menyebabkan kerusakan jaringan otak.
3) Faktor Pasca Persalinan
a) Gizi
Untuk tumbuh kembang bayi, diperlukan zat makanan
yang adekuat.
b) Penyalit kronis atau kelainan kongenital
Tuberculosis, anemia, dan kelainan jantung bawaan
mengakibatkan retardasi pertumbuhan jasmani.
c) Lingkungan Fisik dan Kimia
Lingkungan yang sering disebut meliez adalah tempat
anak tersebut hidup berfungsi sebagai penyedia kebutuhan
dasar anak (provider).Sanitasi lingkungan yang kurang
baik, kurangnya sinar matahari, paparan sinar radioaktif
dan zat kimia tertentu (Pb, Merkuri, rokok, dan lain-lain
mempunyai dampak yang negatif terhadap pertumbuhan
anak.
d) Psikologis
Hubungan anak dengan orang sekitarnya. Seorang anak
yang tidak dikehendaki oleh orang tuanya atau anak yang
selalu merasa tertekan, akan mengalami hambatan di
dalam pertumbuhan dan perkembangan.
e) Endokrin
Gangguan hormon, misalnya pada penyakit hipotiroid,
akan menyebabkan anak mengalami hambatan
pertumbuhan.
f) Sosial Ekonomi
Kemiskinan selalu berkaitan dengan kekurangan makanan
serta kesehatan lingkungan yang jelek dan tidaktahuan, hal
tesebut menghambat pertumbuhan anak.
g) Lingkungan Pengasuhan
Pada lingkungan pengasuhan, interaksi ibu-anak sangat
memengaruhi tumbuh kembang anak.
h) Stimulasi
Perkembangan memerlukan rangsangan atau stimulasi,
khususnya dalam keluarga, misalnya penyediaan mainan,
sosialisasi anak, serta keterlibatan ibu dan anggota
keluarga lain terhadap kegiatan anak.
i) Obat-Obatan
Pemakaian kortikosteroid jangka panjang akan
menghambat pertumbuhan, demikian halnya dengan
pemakaian obat perangsang terhadap susunan saraf yang
menyebabkan terhambatnya produksi hormone
pertumbuhan

2.3. Konsep Penyakit


2.2.1 Definisi Kejang Demam
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan
suhu tubuh (suhu mencapai >38̊C). Kejang demam dapat terjadi karena
proses intracranial maupun ekstrakranial. Kejang demam terjadi pada 2-
4% populasi anak berumur 6 bulan sampai dengan 5 tahun (Amid dan
Hardhi, NANDA-NIC-NOC 2013).
Kejang merupaka suatu perubaha fugsi pada otak secara medadak
da sangat singat atau sementara yang dapat disebabkan oleh aktifitas
yang abnormal serta adanya pelepasan listrik serebal yang sangat
berlebihan. Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada
kenaikan suhu tubuh (suhu rektal diatas 38 ˚C ) yang disebabkan oleh
proses ekstrakranium (barara & jaumar 2013 ).
Menurut wulandari & erawati (2016) kejang demam merupakan
kelainan neurologis yang sering ditemukan pada anak, terutama pada
golongananak umur 6 bulan sampai 4 tahun.

2.2.2 Anatomi Fisiologi

Seperti yang dikemukakan Syaifuddin (1997), bahwa system saraf


terdiri dari system saraf pusat (sentral nervous system) yang terdiridari
cerebellum, medulla oblongata dan pons (batang otak) sertamedulla
spinalis (sumsum tulang belakang), system saraf tepi (peripheral
nervous system) yang terdiri dari nervus cranialis (saraf-saraf kepala)
dan semua cabang dari medulla spinalis, system saraf gaib(autonomic
nervous system) yang terdiri dari sympatis (sistem saraf simpatis) dan
parasymphatis(sistem saraf parasimpatis). Otak berada di dalam rongga
tengkorak (cavum cranium) dan dibungkus oleh selaput otak yang
disebut meningen yang berfungsi untuk melindungi struktur saraf
terutama terhadap resikobenturan atau guncangan. Meningen terdiri dari
3 lapisan yaitu duramater, arachnoid dan piamater. Sistem saraf pusat
(Central Nervous System) terdiri dari :
1) Cerebrum (otak besar)
Merupakan bagian terbesar yang mengisi daerah anterior dan
superior rongga tengkorak di mana cerebrum ini mengisi cavum
cranialis anterior dan cavum cranial. Cerebrum terdiri dari dua
lapisan yaitu : Corteks cerebri dan medulla cerebri. Fungsi dari
cerebrum ialah pusat motorik, pusat bicara, pusat sensorik, pusat
pendengaran / auditorik, pusat penglihatan / visual, pusat
pengecap dan pembau serta pusat pemikiran. Sebagian kecil
substansia gressia masuk ke dalam daerah substansia alba
sehingga tidak berada di corteks cerebri lagi tepi sudah berada di
dalam daerah medulla cerebri. Pada setiap hemisfer cerebri
inilah yang disebut sebagai ganglia basalis termasuk termasuk
padaganglia basalis ini adalah :
a) Thalamus
Menerima semua impuls sensorik dari seluruh tubuh,
kecuali impuls pembau yang langsung sampai ke kortex
cerebri.Fungsi thalamus terutama penting untuk integrasi
semua impuls sensorik.Thalamus juga merupakan pusat
panas dan rasa nyeri.
b) Hypothalamus
Terletak di inferior thalamus, di dasar ventrikel III
hypothalamus terdiri dari beberapa nukleus yang
masingmasing mempunyai kegiatan fisiologi yang berbeda.
Hypothalamus merupakan daerah penting untuk mengatur
fungsi alat demam seperti mengatur metabolisme, alat
genital, tidur dan bangun, suhu tubuh, rasa lapar dan haus,
saraf otonom dan sebagainya. Bila terjadi gangguan pada
tubuh, maka akan terjadi perubahan-perubahan. Seperti
pada kasus kejang demam, hypothalamus berperan penting
dalam proses tersebut karena fungsinya yang mengatur
keseimbangan suhu tubuh terganggu akibat adanya proses-
proses patologik ekstrakranium
c) Formation Riticularis
Terletak di inferior dari hypothalamus sampai daerah
batang otak (superior dan pons varoli) ia berperan untuk
mempengaruhi aktifitas cortex cerebri di mana pada daerah
formatio reticularis ini terjadi stimulasi / rangsangan dan
penekanan impuls yang akan dikirimke cortex cerebri
d) Serebellum
Merupakan bagian terbesar dari otak belakang yang
menempati fossa cranial posterior.Terletak di superior dan
inferior dari cerebrum yang berfungsi sebagai pusat
koordinasi kontraksi otot rangka. System saraf tepi (nervus
cranialis) adalah saraf yang langsung keluar dari otak atau
batang otak dan mensarafi organ tertentu. Nervus cranialis
ada 12 pasang:
1) N. I : Nervus Olfaktorius
2) N. II : Nervus Optikus
3) N. III : Nervus Okulamotorius
4) N. IV : Nervus Troklearis
5) N. V : Nervus Trigeminus
6) N. VI : Nervus Abducen
7) N. VII : Nervus Fasialis
8) N. VIII : Nervus Akustikus
9) N. IX : Nervus Glossofaringeus
10) N. X : Nervus Vagus
11) N. XI : Nervus Accesorius
12) N. XII : Nervus Hipoglosus.

System saraf otonom ini tergantung dari system sistema


saraf pusat dan system saraf otonom dihubungkan dengan
urat-urat saraf aferent dan efferent. Menurut fungsinya
system saraf otonom ada 2 di mana keduanya mempunyai
serat pre dan post ganglionik. Yang termasuk dalam system
saraf simpatis adalah :

1) Pusat saraf di medulla servikalis, torakalis, lumbal dan


seterusnya
2) Ganglion simpatis dan serabut-serabutnya yang disebut
trunkus symphatis.
3) Pleksus pre vertebral : Post ganglionik yg dicabangkan
dari ganglion kolateral.
System saraf parasimpatis ada 2 bagian yaitu :
1) Serabut saraf yang dicabagkan dari medulla spinalis
2) Serabut saraf yang dicabangkan dari otak atau batang
otak.
2.2.3 Etiologi
1) Demam yang disebabkan oleh infeksi saluran pernafasan atas, otitis
media, pneumonia, gastroenteritis, dan infeksi saluran kemih,
kejang tidak selalu timbul pada suhu yang tinggi.
2) Efek produk toksik daripada mikroorganisme.
3) Respon alergik atau keadaan umum yang abnormal oleh infeksi.
4) Perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit
5) Ensefalitis viral (radang otak akibat virus) yang ringan, yang tidak
diketahui atau enselofati toksik sepintas.(Mansjoer, Dkk,2000: 434)

2.2.4 Manifestasi Klinis


Kebanyakan kejang demam berlangsung singkat, bilateral, serangan
berupa klonik atau tonik-klonik. Umumnya kejang berhenti sendiri.
Begitu kejang berhenti anak tidak memberi reaksi apapun untuk
sejenak, tetapi setelah beberapa detik atau menit anak terbangun dan
sadar kembali tanpa adanya kelainan syaraf. Kejang demam dapat
berlangsung lama dan atau parsial. Pada kejang yang unilateral kadang-
kadang diikuti oleh hemiplegi sementara (Todd’s hemiplegia) yang
berlansung beberapa jam atau beberapa hari. Kejang unilateral yang
lama dapat diikuti oleh hemiplegi yang menetap. Kejang demam terkait
dengan kenaikan suhu tubuh yang tinggi dan biasanya berkembang bila
suhu tubuh mencapai 390 C atau lebih ditandai dengan adanya kejang
khas menyeluruh tionik kloni lama beberapa detik sampai 10 menit.
Kejang demam yang menetap ≥ 15 menit menunjukkan penyebab
organic seperti proses infeksi atau toksik, selain itu juga dapat terjadi
mata terbalik keatas dengan disertai kekakuan dan kelemahan serta
gerakan sentakan berulang. (Behman, 2000: 843).
Tanda dan Gejala:
1) Peningkatan suhu tubuh yang tinggi (suhu rektal diatas 38 0C).
2) Kejang yang bersifat kejang kolonik atau tonik - kolonik
bilateral.
3) Mata terbalik keatas disertai kekakuan atau kelemahan.
4) Gerakan sentakan berulang tanpa di dahului kekakuan atau
hanya sentakan atau kekuatan fokal.
5) Pada sebagian kejang disertai hemiparesis sementara yang
berlangsung beberapa jam sampai beberapa hari atau juga
bersifat menetap (Mansjoer A, 2000 : 434).
2.2.5 Klasifikasi Kejang
Kejang yang merupakan pergerakan abnormal atau perubahan tonus
badan dan tungkai dapat diklasifikasikan menjadi 3 bagian yaitu :
kejang, klonik, kejang tonik dan kejang mioklonik.
1) Kejang Tonik
Kejang ini biasanya terdapat pada bayi baru lahir dengan berat
badan rendah dengan masa kehamilan kurang dari 34 minggu
dan bayi dengan komplikasi prenatal berat.Bentuk klinis kejang
ini yaitu berupa pergerakan tonik satu ekstrimitas atau
pergerakan tonik umum dengan ekstensi lengan dan tungkai yang
menyerupai deserebrasi atau ekstensi tungkai dan fleksi lengan
bawah dengan bentuk dekortikasi. Bentuk kejang tonik yang
menyerupai deserebrasi harus di bedakan dengan sikap
epistotonus yang disebabkan oleh rangsang meningkat karena
infeksi selaput otak atau kernikterus
2) Kejang Klonik
Kejang Klonik dapat berbentuk fokal, unilateral, bilateral
dengan pemulaan fokal dan multifokal yang berpindah-
pindah.Bentuk klinis kejang klonik fokal berlangsung 1 – 3 detik,
terlokalisasi dengan baik, tidak disertai gangguan kesadaran dan
biasanya tidak diikuti oleh fase tonik.Bentuk kejang ini dapat
disebabkan oleh kontusio cerebri akibat trauma fokal pada bayi
besar dan cukup bulan atau oleh ensepalopati metabolik.
3) Kejang Mioklonik
Gambaran klinis yang terlihat adalah gerakan ekstensi dan
fleksi lengan atau keempat anggota gerak yang berulang dan
terjadinya cepat. Gerakan tersebut menyerupai reflek moro.
Kejang ini merupakan pertanda kerusakan susunan saraf pusat
yang luas dan hebat.Gambaran EEG pada kejang mioklonik pada
bayi tidak spesifik (Mansjoer,2000).

2.2.6 Patofisologi
Untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel / organ otak
diperlukanenergi yang didapat dari metabolisme. Bahan baku untuk
metabolisme otak yang terpenting adalah glucose,sifat proses itu adalah
oxidasi dengan perantara pungsi paru-paru dan diteruskan
keotak.Berdasarkan hal diatas bahwa energi otak adalah glukosa yang
melalui proses oxidasi, dan dipecah menjadi karbon dioksidasi dan air.
Sel dikelilingi oleh membran sel. Yang terdiri dari permukaan dalam
yaitu limford dan permukaan luar yaitu tonik.Dalam keadaan normal
membran sel neuron dapat dilalui oleh ionNA+dan elektrolit lainnya,
kecuali ion clorida.
Akibatnya konsentrasi K+ dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi
NA+ rendah. Sedangkan didalam sel neuron terdapat keadaan
sebaliknya,karena itu perbedaan jenis dan konsentrasi ion didalam dan
diluar sel. Maka terdapat perbedaan membran yang disebut potensial
membran dari neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial
membran ini diperlukan energi dan bantuan enzim NA, K, ATP yang
terdapat pada permukaansel.
Keseimbangan potensial membran ini dapat diubah dengan
perubahan konsentrasi ion diruang extra selular, rangsangan yang
datangnya mendadak misalnya mekanis, kimiawi atau aliran listrik dari
sekitarnya.Perubahan dari patofisiologisnya membran sendiri karena
penyakit/keturunan.Pada seorang anak sirkulasi otak mencapai 65 %
dari seluruh tubuh dibanding dengan orang dewasa 15 %. Dan karena
itu pada anak tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membran sel
neuron dalam singkat terjadi dipusi di ion K+ maupun ion NA+ melalui
membran tersebut dengan akibat terjadinya lepasnya muatan listrik.
Lepasnya muatan listrik ini sedemikian besarnya sehingga dapat
meluas keseluruh sel maupun membran sel sekitarnya dengan bantuan
bahan yang disebut neurotransmitter sehingga mengakibatkan
terjadinya kejang. Kejang yang yang berlangsung singkat pada
umumnya tidak berbahaya dan tidak meninggalkan gejala sisa.Tetapi
kejang yang berlangsung lama lebih 15 menit biasanya disertai apnea,
NA meningkat, kebutuhan O2 dan energi untuk kontraksi otot skeletal
yang akhirnya terjadi hipoxia dan menimbulkan terjadinya asidosis.
(Hasan dan Alatas, 1985: 847 dan Ngastiyah, 1997: 229)
2.2.7 Pathway

PATHWAY KEJANG DEMAM

Infeksi Bakteri Gangguan Keseimbangan cairan dan elektrolit


Virus & Parasit

Reaksi Inflamasi Perubahan kosentrasi ion diruang ekstraseluler

Proses Demam Ketidakseimbangan potensial


Membran ATP ASE Kelainan
Neurologis
prenatal/perinatal
Hipertermia
Difusi Na+ dan K+

Resiko
Kejang Berulang Kejang Resiko Cedera
(>15mnt)

Pengobatan perawatan < dari 15 menit Perubahan suplay


Konisi,prognosis,lanjut darah ke otak
Dan diit

Kurang inflamasi,Kondisi Tidak menimbulkan Resiko Kerusakan


Prognosis/pengobatan gejala sisa Sel Neuro
dan perawatan
Cemas

Kurang pengtahuan/inefektif
Penatalaksanaan kejang,
cemas
2.2.8 Pencegahan
1) Pencegahan berulang
a) Mengobati infeksi yang mendasari kejang
b) Penkes tentang : Tersedianya obat penurun panas yang
didapat atas resep dokter,Tersedianya alat pengukur suhu dan
catatan penggunaan termometer, cara pengukuran suhu tubuh
anak, serta keterangan batas-batas suhu normal pada anak
(36-370 C)
2) Mencegah cedera saat kejang berlangsung kegiatan ini meliputi:
a) Baringkan pasien pada tempat yang rata.
b) Kepala dimiringkan untuk menghindari aspirasi cairan tubuh
c) Pertahankan lidah untuk tidak menutupi jalan nafas.
d) Lepaskan pakaian yang ketat.
e) Jangan melawan gerakan pasien guna menghindari cedera
.
2.2.9 Penatalaksanaan
a) Penatalaksanaan Keperawatan
1) Baringkan pasien ditempat yang rata dan pasang gudel.
2) Singkirkan benda-benda yang ada didekat pasien, lepaskan
pakaian pasien yang mengganggu pernafasan.
3) Hisap lendir sampai bersih dan beri O2.
4) Bila suhu tinggi berikan kompres hangat
5) Setelah pasien bangun dan sadar, berikan minum air hangat
kuku.
6) Jika dengan tindakan ini tidak berhenti, hubungi dokter.
b) Penatalaksanaan Medis
1) Segera diberikan diazepam intravena dosis rata-rata 0,3 mg/
kg.
2) Diazepam rektal dosis ≤ 10 kg = 5 mg/kg.
3) Parasetamol 10mg/kgBB/kali kombinasi diazepam oral 0,3
mg/kgBB
4) Memberikan cairan yang cukup bila kejang berlangsung
cukup lama ( 10 menit ) dengan IV: D5 ¼, D5, RL.

2.2.10 Komplikasi
1) Kerusakan Otak
Terjadi melalui mekanisme eksitoksik neuron saraf yang aktif
sewaktu kejang melepaskan glutamat yang mengikat resptor
MMDA (M Metyl D Asparate) yang mengakibatkan ion
kalsium dapat masuk ke sel otak yang merusak sel neuron
secara irrevesible.
2) Retardasi Mental
Dapat terjadi karena deficit neurologis pada demam neonatus.
(Mansjoer,2000).

2.2.11 Pemeriksaan Penunjang


1) Elektroensefalogram (EEG): dipakai unutk membantu
menetapkan jenis dan fokus dari kejang
2) Pemindaian CT : menggunakan kajian sinar X yang lebih
sensitif dri biasanya untuk mendeteksi perbedaan kerapatan
jaringan.
3) Magneti resonance imaging ( MRI ): : menghasilkan
bayangan dengan menggunakan lapanganmagnetik dan
gelombang radio, berguna untuk memperlihatkan daerah –
daerah otak yang itdak jelas terliht bila menggunakan
pemindaian CT.
4) Pemindaian positron emission tomography ( PET ): untuk
mengevaluasi kejang yang membandel dan membantu
menetapkan lokasi lesi, perubahan metabolik atau alirann
darah dalam ota
5) Uji laboratorium
6) Pungsi lumbal : menganalisis cairan serebrovaskuler.
7) Hitung darah lengkap : mengevaluasi trombosit dan
hematokrit.
8) Panel elektrolit
9) Skrining toksik dari serum dan urin.
10) GDA

2.4. Asuhan Keperawatan Teoritis


1) Pengkajian
Proses pengkajian pertama dilakukan adalah pengumpulan data :
a) Identitas pasien
Biasanya berisikan tentang nama, umur, jenis kelamin, alamat,
diagnose medis dan tanggal masuk serta tanggal pengakajian dan
identitas penanggung jawab
b) Riwayat Kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
Demam, suhu > 38oC, muntah, kaku , kejang-kejang, sesak
nafas, kesadaran menurun, ubun-ubun cekung, bibir kering,
bak lidah ada, BAB mencret.
2) Riwayat kesehatan dahulu
Umumnya penyakit ini terjadi sebagai akibat komplikasi
perluasan penyakit lain. Yang sering ditemukan adalah ISPA,
ionsililis, olilis nedia, gastroeniecilis, meningitis.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Kemungkinan ada anggota keluarga yang mengalami
penyakit infeksi seperti ISPA dan meningitis.serta memiliki
riwayat kejang yang sama dengan pasien
c) Data tumbuh kembang
Data tumbuh kembang dapat diperoleh dari hasil pengkajian
dengan mengumpulkan data lumbang dan dibandindingkan
dengan ketentua-ketentuan perkembangan normal.Perkembangan
motorik, perkembangan bahasa, perkembangan kognitif,
perkembangan emosional, perkembangan kepribadian dan
perkembangan sosial.
d) Data fisik
Pada penyakit demam kejang sederhana didapatkan data fisik :
1) Suhu meningkat
2) Frekuensi nafas naik
3) Kesadaran menurun
4) Nadi naik
5) Kejang bersifat umum dan berlangsung sebentar
6) Lemah, letih, lesu dan gelisah
7) Susah tidur
e) Pemeriksaan fisik persistem
1) System pernafasan
Karena pada kejang yang berlangsung lama misalnya lebih
15 menit biasanya disertai apnea, Na meningkat, kebutuhan
O2 dan energi meningkat untuk kontraksi otot skeletal yang
akhirnya terjadi hipoxia dan menimbulkan terjadinya
asidosis. Akibat langsung yang timbul apabila terjadi kejang
demam adalah gerakan mulut dan lidah tidak terkontrol.Lidah
dapat seketika tergigit, dan atau berbalik arah lalu
menyumbat saluran pernapasan.
2) Sistem sirkulasi
Karena gangguan peredaran darah mengakibatkan hipoksia
sehingga meningkatkan permeabilitas kapiler dan timbul
edema otak yang mngakibatkan kerusakan sel neuron otak.
Kerusakan pada daerah medial lobus temporalis setelah
mendapat serangan kejang yang berlangsung lama dapat
menjadi matang dikemudian hari sehingga terjadi serangan
epilepsi spontan, karena itu kejang demam yang berlangsung
lama dapat menyebabkan kelainan anatomis diotak hingga
terjadi epilepsi.
3) Sistem pencernaan
Sensitivitas terhadap makanan, mual dan muntah yang
berhubungan dengan aktivitas kejang, kerusakan jaringan
lunak / gigi
4) Sistem perkemihan
Kontinensia episodik, peningkatan tekanan kandung kemih
dan tonus spinkter
5) Sistem persyarafan
Aktivitas kejang berulang, riwayat truma kepala dan infeksi
serebra
f) Aktivitas / istirahat : keletihan, kelemahan umum, perubahan
tonus / kekuatan otot. Gerakan involunter.
g) Integritas ego : stressor eksternal / internal yang berhubungan
dengan keadaan dan atau penanganan, peka rangsangan
h) Riwayat jatuh / trauma
i) Data laboratorium
1) Leukosit meningkat
2) Pada pemeriksaan tumbal punksi ditemukan cairan jernih
glukosa normal dan protein normal.
j) Data psikososial
Hubungan ibu dan anak sangat dekat sehingga perpisahan dengan
ibu menimbulkan rasa kehilangan orang yang terdekat bagi
anakanak lingkungan tidak dikenal akan menimbulkan perasaan
tidak aman, berduka cita dan cemas. Akibat sakit yang dirawat
bagi anak menimbulkan perasaan kehilangan kebebasan,
pergerakan terbatas menyebabkan anak merasa frustasi sehingga
akan mengekspresikan reaksi kecemasan secara bertahap yaitu
proses, putus asa dan menolak.
k) Data sosial ekonomi
Demam kejang dapat mengenal semua tingkat ekonomi dan
sosial.Penyakit ini disebabkan oleh sanitasi lingkungan yang
buruk dan disebabkan oleh kurangnya perhatian orang tua.

2) Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul (Roger M.D.M.P.H
diagnosis pedriatri : 231) :
1) Resiko tinggi trauma / cidera b/d kelemahan, perubahan kesadaran,
kehilangan koordinasi otot.
2) Gangguan rasa nyaman b.d peningkatan suhu tubuh.
3) Resiko kejang berulang b.d peningkatan suhu.
4) Resiko Defisit volume cairan bd kondisi demam.
5) Kurang pengetahuan orang tua tentang kondisi, prognosis,
penatalaksanaan dan kebutuhan pengobatan bd kurangnya
informasi.

3) Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah tindakan yang dirancang untuk
membantu klien dalam beralih dari tingkat kesehatan saat ini ke tingkat
yang diinginkan dalam hasil yang diharapkan. (Gordon,1994)

4) Implementasi Keperawatan
Tindakan keperawatan ( implementasi ) adalah katagori dari prilaku
keperawatan di mana yang di perlukan untukmencapai tujuan dan hasil
yang di perkirakan dari asuhan keperawatn yang di lakukan dan di
selesaikan . implementasi mencakup melakukan, membantu,
mengarahkan kinerja aktivitas kehidupan sehari-hari, memberkan
asuhan keperawtan untuk tujuan yang berpusat kepada klien (Darto
suharso 2013).

5) Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah respon pasien terhadap tindakan dan kemajuan
mengarahkan pencapaian hasil yang di harapkan. Aktivitas ini berfungsi
sebagai umpan balik dan bagian control proses keperawatan, melalui
status pernyataan diagnostic pasien secara individual di nilai untuk
diselesaikan, di lanjutkan, atau memerlukan perbaikan (Darto suharso
2013).
BAB III
TINJAUAN KASUS

3. Pengkajian
A. Data Umum

Data Pasien Data Orang Tua


No. RM: 069994 Nama Ibu: Ny. V
Nama: An. S Usia Ibu: 30 Tahun
Tempat Tanggal Lahir: Tangerang Pendidikan ibu: -
Selatan, 21/09/2019 Nama Ayah: Tn. S
Jenis Kelamin: Laki-laki Pekerjaan Ayah: Wiraswasta
Alamat: Jiswadaya No.6 RT? Pendidikan Ayah: -
RW: 03/03 Kel: Rawa Alamat: Jiswadaya No.6 RT?
Mekar 3, Kec: Serpong RW: 03/03 Kel: Rawa
Tanggal Masuk RS: 31/10/2021 Mekar 3, Kec: Serpong
Tanggal Pengkajian: 01/11/2021 Suku: Jawa
Diagnosa Medis: Kejang Demam Agama: Islam
Komplex
Bila Ada sticker identitas dapat di Sumber Informasi
tempel Nama: Ny. V
Usia : 30 Tahun
Pendidikan: -
Pekerjaan: IRT
Alamat: Jiswadaya No.6 RT?
RW: 03/03 Kel: Rawa
Mekar 3, Kec: Serpong
Hubungan dengan anak: Ibu
Kandung

B. Riwayat Kesehatan
I. Alasan Masuk
Klien masuk ke Rumah sakit dengan keluhan, demam sejak kemarin
sore (15:30), muntah 1 kali isi makanan. Kejang pukul 21:00. Pkl 23:00
dan pukul 05:30 masing kejang kurang dari 5 menit. Kejang seluruh
tubuh, mata mendelik keatas setelah kejang. BAB dan BAK tidak ada
keluhan.
II. Riwayat Penyakit Sekarang
Ibu pasien mengatakan, anaknya demam sejak kemarin sore, disertai
kejang seluruh tubuh dengan mata mendelik keatas dan disertai untah
1 kali.
III. Riwayat Masa Lalu

Riwayat Kelahiran
1. Prenatal
Usia Ibu Hamil  < 20 Tahun  20-25 Tahun  >35 Tahun
Presepsi terhadap  Kehamilan direncanakan
Kehamilan  Kehamilan tidak direncanakan
Antenatal Care  Tidak  Ya, Apabila Ya jumlah kunjungan 5
kali
Kenaikan BB Selama ± 10 kg
Kehamilan
Konsumsi obat selama Ya, Multivitamin yang dianjurkan oleh dokter
kehamilan(obat yang
bersifat tertogenik)
Riwayat Injury selama  Tidak  Jatuh  Kecelakaan
kehamilan Lainnya...
Komplikasi selama  Tidak  Ya,...
kehamilan
Riwayat Hospitalisas  Tidak  Ya,...
Pemeriksaan penunjang  Tidak  Ya:
kehamilan  Rubella  Hepatitis  CMV
 GO  Herpes  HIV
 Lainnya…………………………………....
Riwayat Obsetetri Sebelumnya
No Nama Proses Penolong Jenis Berat Penyulit
Anak Persalinan Persalinan Kelamin Badan
Lahir
1 By. S Normal Dokter Laki-laki 2900gr -
Obgyn
2. Internal
Riwayat Kelahiran  Spontan  SC  Dengan Alat Bantu
Usia Kelhiran Kurang Bulan Cukup Bulan  Lebih
Bulan
Penolong persalinan Dokter  Perawat/Bidan
 Bukan tenaga kesehatan
Lama Persalinan ± 12 Jam
Komplikasi Persalina TAK ADA
3. Postnatal
Pertumbuhan Bayi saat BBL: 2900gram, PB: 48: cm, LK: 30cm
lahir LLA: 11cm
APGAR score 10
Usia gestasi (Balard G:0 P: 1 A:0
score)
Kelainan congenital  Tidak  Ya……………………………
Kebutuhan alat bantu  Inkubator  Oksigen  Suction
Ventilator Lainnya………………….
Pengeluaran mekonium  < 24 jam > 24 jam
Riwayat Penyakit Terdahulu
1. Penyakit yang pernah  Tidak Ya, Demam Kejang
dialami
Penatalaksanaan yang TAK ADA
dilakukan
2. Riwayat Hospitalisasi  Tidak  Ya, Jika ya:
Kapan:
Dimana:
Penyakit:
3. Riwayat Operasi  Tidak  Ya, Jika ya:
Kapan: -
Dimana:-
Jenis Operasi: -
4. Riwayat penggunaan obat  Tidak  Ya, Jika ya:
Jenis Obat: Obat yang diberikan dokter untuk
penyakit kejang demam.
Respon terhadap pengobatan: Tidak Ada
5. Riwayat  Tidak  Ya
injury/kecelakaan
6. Riwayat alergi  Tidak  Ya, Jika ya:
Makanan  Obat  Udara  Debu
 Lainnya……………………………………
Riwayat Imunisasi
 BCG DPT  Polio  Campak  Hepatitis B
PCV Varicela  Thypoid  Rotavirus MMR
 Influenza  Pneumokokus  HPV Tetanus  Zoster
 Meningitis  Yellow fever  Hepatitis  HIB
Riwayat Penyakit Keluarga
 Asma  Hipertensi  Penyakit jantung  Diabetes melitus  TBC
 Lainnya TAK ADA
Genogram
IV. Karateristik Anak

Kesehatan Fisik dan Karakteristik Fisik

1. Kondisi Umum  Lemah  Sedang  Baik

2. Kesadaran (GCS) E:4 M:5 V:6

3. Tanda-tanda vital Suhu:37,10C


Tekanan Darah: - mmHg
Nadi: 140x/menit
Frekuensi Pernafasan: 26x/menit
Saturasi: 98

4. Pemeriksaan BB:13kg
pertumbuhan TB: 83,2 cm
LK: 57 cm
Status nutrisi: Baik

5. Pemeriksaan Nyeri Skor NIPS:  0-2  3-4  >4

6. Perilaku bayi

Respon terhadap  1  2  3  4  5  6  7  8 9
cahaya

Respon visual dan  1  2  3  4  5  6  7  8 9


suara terhadap
lingkungan sekitar

Kewaspadaan 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Level aktivitas  1  2  3  4  5  6  7  8 9

Iritabilitas 1 2 3 4 5 6 7 8 9

7. Temperamen bayi

Aktivitas  Tidak pernah  Sangat jarang


(menggerakkan  Hampir selalu Selalu
tangan dan kaki)

Menangis  Tidak pernah Sangat jarang


 Hampir selalu  Selalu

Tersenyum atau  Tidak pernah  Sangat jarang


tertawa  Hampir selalu  Selalu

Distres terhadap  Tidak pernah  Sangat jarang


keterbatasan (seperti
menangis atau  Hampir selalu  Selalu
menunjukkan tanda
stres saat menunggu
makanan, menolak
makanan, berada pada
tempat atau posisi
yang tidak dikenal,
dicegah untuk
memperoleh objek
yang menarik
perhatiannya)

Berkurangnya  Tidak pernah  Sangat jarang


frekuensi rewel, Hampir selalu  Selalu
menangis atau tanda
stres saat diberikan
intervensi yang
menenangkan

8. Kulit

Warna Kulit Pink  Pucat  Kuning


 Mottled

Sianosis Tidak  Ya, Lokasi………………………

Kemerahan  Tidak  Ya, Lokasi………………………

Tanda lahir  Tidak  Ya, Lokasi Paha bagian dalam

Turgor kulit  Elastis Tidak elastic

Edema  Tidak  Ada, Lokasi………………………

Luka
Beri tanda (arsir) pada lokasi luka
Karakteristik luka: TAK ADA

9. Kepala/leher

Frontanel anterior  Lunak  Tegas  Datar


 Menonjol  Cekung

Bentuk wajah  Simetris  Asimetris

Caput seuccedaneum Tidak  Ada

Cephal hematoma Tidak  Ada

Telinga  Normal  Abnormal………………….

Hidung Simetris  Asimetris


Mukus:  Ya  Tidak
Nafas cuping hidung:  Ya  Tidak
Septum deviasi:  Ya Tidak

Mata Simetris  Asimetris


Konjungtiva:  Anemis Merah muda
Sklera ikterik: Tidak  Ya
Sekret:  Tidak  Ya
Jarak intrakantus ...............cm

Mulut Labio skizis:  Ya  Tidak


Palato skizis:  Ya  Tidak
Mukosa bibir Lembab  Kering
Sariawan:  Ya  Tidak

10. Dada dan Paru-paru Bentuk dada:  Simetris  Asimetris


……….....................................................................
Suara nafas :  Vesikuler  Ronchi
 Wheezing 
Lainnya…………
Retraksi dinding dada:  Ya  Tidak
Respirasi:  Spontan tanpa alat bantu
 Dengan alat bantu…………………

11. Jantung Waktu pengisian kapiler (CRT) : <2dtk


Bunyi jantung: Lup Dup
Reguler  Ireguler

12. Abdomen Bising usus: 10 kali/menit


Datar  Distensi
Umbilikus:  Basah  Kering  Bau
Warna, sebutkan.................

13. Genitalia  Perempuan  laki-laki


 Kelainan……………………………

14. Anus Ada  Tidak

15. Ekstremitas dan Pergerakan: Bebas  Terbatas


Muskuloskeletal
Kelainan:…………………………….

16. Refleks  Moro  Babinski  Rooting


Sucking Menggenggam  Placing
 Menelan  Tonic neck

17. Tonus/Aktivitas Aktivitas: Aktif  Tenang


 Letargi  Kejang
Menangis:  Keras  Lemah
 Melengking  Sulit menangis

18. Pola tidur bayi Bayi tidur dengan nyaman, nangis apabila BAB
(rekaman selama 1 ataupun jam ingin menyususi
minggu)

V. Karateristik Orang Tua

Keterlibatan orang tua dalam merawat anak

1. Kunjungan orang tua  Tidak Ya, Jika ya:


 Kunjungan < 3 kali/minggu
Kunjungan ≥ 3 kali/minggu

2. Kontak mata orang tua dan  Tidak  Ada


bayi
3. Berbicara  Tidak Ada
4. Menyentuh  Tidak  Ada

5. Memeluk  Tidak Ada

6. Ekspresi wajah  Datar  Sesuai

7. Respon saat bayi menangis Memeluk, agar bayi berhenti menagisnya

8. Harapan terhadap kondisi Tumbuh kembang sesaui dengan usianya,


bayi tidak memiliki penyakit yang serius.

9. Pola pemberian nutrisi bayi Jenis makanan yang diberikan: ASI


Ekslusif
Frekuensi makan: per 2jam
Porsi makan: -

Pemahaman orang tua terhadap kondisi anak

1. Pemahaman terhadap Ibu pasien, mengatakan untuk penyakit


penyakit yang diderita sejak umur 18 bulan, kurang
paham karena badan anak semma, lalu
disertai dengan kejang

2. Pemahaman terhadap Ibu pasien mengatakan, apabila saat


pengobatan demam pada anak, anak diberi obat
pereda demam, sesuai umurnya, yang
tertara pada label di kemasan obat.

3. Pemahaman terhadap Ibu pasien mengatakan, untuk perawatan


perawatan saat ini yang diderita pada anak tidak
mengetahui apabila si sanak kejang.
Untuk Demam, biasanya mengopres si
sanak dengan iar hangat atau dengan
kompres kemasana (bye-bye Fever)

4. Pemahaman tentang nutrisi Ibu pasien mengatakan, untuk saat ini, si


dan diet anak tidak pernah makan dipantang
kecuali makan seafood yang dapat alergi.

VI. Karateristik Lingkungan

1. Dukungan social  Suami  Orang tua  Mertua


 Keluarga lain…………………

2. Sumber keuangan  Suami-Istri  Orang tua/mertua


 Sumber lain…………………….

VII. Kebutuhan Edukasi (Orangtua/Pengasuh)

 Diagnosis  Pengobatan  Perawatan


 Nutrisi Perilaku anak  Rehabilitasi
 Manajemen Nyeri  Rawat luka  Pencegahan
komplikasi
 Modifikasi lingkungan  Pertumbuhan dan Perkembangan
 Lainnya………………………………………………

Hambatan Menerima Edukasi

Tidak Ada  Ada, Gangguan Penglihatan  Ada, Gangguan


Pendengaran
 Buta huruf  Ada, Gangguan Fisik  Ada, Gangguan
Emosi
 Ada, Gangguan Kognitif  Keterbatasan
Motivasi
 Ada Keterbatasan Basaha, Sosial Budaya
Lainnya……………………….

VIII. Perencanaan Pulang

Pasien tinggal dengan Orang tua 


siapa? Lainnya……………………..

Apakah orang tua khawatir  Tidak  Ya


ketika kembali ke rumah?

Apakah ada anggota  Tidak  Ya


keluarga perokok?

Bagaimana jenis tempat Rumah permanen  Kost


tinggal?
 Tidak memiliki tempat tinggal

Lainnya………………………………………..

Bagaimana kondisi  Sumber air bersih / kotor (*coret salah satu)


lingkungan rumah?
 Lingkugan berpolusi / tidak berpolusi
(*coret salah satu)

Apkah pasien memerlukan  Tidak  Ya, sebutkan………………


alat bantu khusus?

Apa makanan pasien?  ASI


 PASI/formula,sebutkan……….
 Sudah mengikuti makanan orang rumah
Apakah perlu dirujuk ke  Tidak 
komunitas terrentu? Ya,sebutkan…………………

Bagaimana transportasi Menggunakan tranportasi pribadi yaitu mobil


pasien pulang?

IX. Riwayat Sosial


a. Yang Mengasuh: Orangtua baik Ibu atau Ayah, tanpa pengasuh
b. Hubungan dengan Anggota keluaraga: Baik
c. Hubungan dengan Teman sebaya: Baik
d. Pembawaan secara umum: Baik
e. Lingkungan rumah: Baik

X. Kebutuhan Dasar
A. Makan
1. Makanan yang disukai: Sejenis Biskuit dan Roti
2. Makanan yang tidak disukai: Tidak ada
3. Pola Makan/Jam makan: 3 Kali sehari (Pagi,siang,dan
malam)
B. Tidur
1. Lama tidur siang: 2 Jam
2. Lama Tidur malam: ± 8Jam
3. Kebiasaan sebelum tidur: Mainan/Menyusu dan Toilet
traning
C. Personal Hygine
1. Mandi: 2 kali sehari (Pagi dan Sore)
2. Mencuci rambut: Setiap hari (pagi dan sore)
3. Menggososk Gigi: 2 kali ( pagi dan sebelum tidur)
D. Eliminasi
1. BAB- Karateristik Fases: 1-2 kali, coklat dengan seperti sosis
dan tidak menggumpal
2. BAK – Karateristik Urine: Kuning ± 6-8 kali
E. Akivitas Bermain – Jenis permainan: Hubungan dengan tean
baik, jenis permainan sesuai dengan umurnya: seperti main mobil-
mobilan, sepeda, dll

XI. Keadaan Kesehatan Saat ini


a. Diagnosis Medis: KD (Kejang Demam) Kompleks
b. Tindakan Operasi: Tidak Ada Tindakan
c. Status Nutrisi: Diet Lunak
d. Status Cairan: RMT 20cc/Jam Infus Pump
e. Obat-obatan:
Melalui Intravena/Injection:
- Cefotaxime 3 x 650mg
- PCT 6x 150mg
- Diazepam 3 x 5mg
- PCT 3x150mg K/P
f. Aktivitas: Bedrest dengan infus terpasang di tangan kanan
g. Tindakan Keperawatan:
- Mengopres dengan air hangat
- Terapi obat injection
- Pantau TTV terutama suhu tubuh dan Kejang
h. Hasil Pemeriksaan Penunjang
Hasil Lab:

Nama Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan


Hematologi
Hemoglobin 10,5 13,0-18,0
Leokosit 7,8 4.5-11.0
Hematokrit 37 40 – 52
Trombosit 311 150-450
Hitung Jenis
Basofil 0 0–1
Episinofil 0 0–4
Neutrofil Batang 1 3–5
Neutrofil Segmen 74 50 – 70
Lymphosit 10 20 -40
Monosit 15 2–8
Kimia Darah
Glukosa Sure Step 92
Elektrolit
Natrium 136 135 – 145
Kalium 4,6 3,5 – 5,3
Clorida 113 100 – 106

i. Data Tambahan
TAK ADA

XII. Pemeriksaan Fisik

Kesehatan Fisik dan Karakteristik Fisik

1. Kondisi Umum  Lemah  Sedang  Baik

2. Kesadaran (GCS) E:4 M:5 V:6 (Composmentis)

3. Tanda-tanda vital Suhu:39,10C


Tekanan Darah: - mmHg
Nadi: 140x/menit
Frekuensi Pernafasan: 26x/menit
Saturasi: 98

4. Pemeriksaan BB:13kg
pertumbuhan TB: 83,2 cm
LK: 57 cm
Status nutrisi: Baik

5. Pemeriksaan Nyeri Skor NIPS:  0-2  3-4  >4

6. Kepala/Rambut Lingkar Kepala: 57,Nomochephalo, tidak ada


benjolan, perdarahan, tidak ada lesi, pertumbuhan
rambut merata, tidak ada kutu/ketombe

Frontanel anterior  Lunak  Tegas  Datar


 Menonjol  Cekung

Bentuk wajah  Simetris  Asimetris

Caput seuccedaneum Tidak  Ada

Cephal hematoma Tidak  Ada

Leher Tidak ada pembengkakan kelenjar getah bening


Telinga  Normal (Simetris, daun telinga ada, tidak ada
infeksi)
 Abnormal………………….

Hidung Simetris  Asimetris


Mukus:  Ya  Tidak
Nafas cuping hidung:  Ya  Tidak
Septum deviasi:  Ya Tidak

Mata Simetris  Asimetris


Konjungtiva:  Anemis Merah muda
Sklera ikterik: Tidak  Ya
Sekret:  Tidak  Ya
Penglihatan: baik
Terlihat mata cekung

Mulut Labio skizis:  Ya  Tidak


Palato skizis:  Ya  Tidak
Mukosa bibir Lembab  Kering
Sariawan:  Ya  Tidak

7. Dada dan Paru-paru Bentuk dada:  Simetris  Asimetris.


Suara nafas :  Vesikuler  Ronchi
 Wheezing Lainnya……
Retraksi dinding dada:  Ya (Simetris) Tidak
Respirasi:  Spontan tanpa alat bantu
 Dengan alat bantu………

8. Jantung Waktu pengisian kapiler (CRT) : >2dtk


Bunyi jantung: Lup Dup
Reguler  Ireguler

9. Abdomen Bising usus: 10 kali/menit


Datar  Distensi
Umbilikus:  Basah  Kering  Bau
Warna, sebutkan.................

10. Genitalia  Perempuan  laki-laki


 Kelainan……………………………
11. Anus Ada  Tidak

12. Ekstremitas dan Pergerakan: Bebas (Akral bawah atas dan


Muskuloskeletal bawah Dingin, Ekstremitas atas bagian kanan
terpasang IVD)
 Terbatas Kelainan:…………

13. Kulit Turgor Kulit : Elastis Tidak Elastis

14. Tonus/Aktivitas Aktivitas: Aktif  Tenang


 Letargi  Kejang

XIII. Pemeriksaan Tingkat Perkembangan


(Gunakan Format DDST untuk Usia ≤ 6 Tahun)
a. Personal sosial: Klien pada tahap personal sosial sudah bisa
memakai baju sendiri tanpa bantuan, mencuci tangan dan
mengeringkanya, menyebutkan nama temen-temennya.
b. Motorik Halus: Klien pada tahap ini, mampu membangun
menara dari 6 kubus bahkan lebih, dan mengambar garis
vertikal.
c. Motorik Kasar: Klien pada tahap ini, sudah mampu melempar
bola mainan keatas, melompat, loncat jauh, dan berdiri dengan 1
kaki dalam 1 detik.
d. Bahasa dan Kognitif: klien pada tahap ini, mampu berbicara
dengan menegrti, menyebut 4 gambar saat ditanya dan
melihatnya, dan mengetahui 2 kegiatan

XIV. Resume Hasil Pengkajian ( Riwayat Masuk Hingga Saat ini)


Pasien datang dengan orangtuanya dari UGD keruang Jawa pukul
09:00. Ibu klien mengatakan anaknya demam sejak kemarin sore
(15:30) belum ada keajng. Sekitar pukul 21:00, 23:00, dan 05:30
anaknya masih demam dan disertai kejang. Dan ada muntah 1 kali
BAB dan BAK tidak ada gangguan. DI ruang jawa pasien disuhu
39,1 Nadi: 140x/mnt anak rewe. Dan dari UGD sudah diberikan
terapi infus RMT 20cc/jam infus pump dan obat yang dimasukkan
kedalam dubur ( Diazepam supp 5mg). Keluarga klien diberikan
edukasi untuk mencuci tangan saat berkunjung keruang anak dan
diberikan educaasi tepid water sponge atau kompres hangat jika anak
demam.
Analisa Data

No Data Etiologi Masalah


1 Data Subyektif: Proses penyakit Hypertermi
 Ibu pasien megatakan anaknya (Terganggunya (peningkatan
demam sudah dari kemarin sistem suhu tubuh)
pukul 15:30 Termogulasi)
 Ibu pasien mengatakan
anaknya juga ada kejang,
pertama pukul 21:00, Kejang
kedua: 23:00 dan Kejang ketiga
pukul: 05:30 masing kejang
kurang dari 5 menit.
 Ibu pasien mengatakan Kejang
seluruh tubuh,
 Ibu pasien mengatakan mata
anaknya mendelik keatas
setelah kejang

Data Obyektif:
 Kesadaran pasein Composmetis
 Pasein teraba demam
 Pasien terlihat rewel
 Pasien teraba ekstremitas atas
dan bawah dengan akral dingin
 Hasil Pemeriksaan TTV:
Suhu: 39,10C
Nadi: 140x/mnt
Rr: 26x/mnt
 Hasil Lab:
Hb: 10,5mg/dl
2 Data Subyektif: Resiko Kejang Riwayat Kejang
 Ibu pasien megatakan khawatir berulang
akan ada kejang kembali pada
anaknya
 Ibu pasien mengatakan
anaknya kejang, pertama pukul
21:00, Kejang kedua: 23:00
dan Kejang ketiga pukul: 05:30
masing-masing kejang kurang
dari 5 menit.
Ibu pasien mengatakan mata
anaknya mendelik keatas
setelah kejang
Ibu pasien mengatakan
anaknya dulu pernah kejang
saat usia 18 bulan
Ibu pasien mengatakan tidak
memahami cara untuk
penanganan apabila terjadi
kejang

Data Obyektif:
 Pasien terlihat Rewel
 Pasien teraba masih demam
 Pasien teraba Akral dingin
 Ibu pasien terlihat cemas dan
gelisah
 Hasil Pemeriksaan TTV:
Suhu: 39,10C
Nadi: 140x/mnt
Rr: 26x/mnt
 Hasil Lab:
Hb: 10,5mg/dl
3 Data Subyektif: Kurangnya Cemas
Ibu pasien mengatakan cemas pengetahuan
akan kondisi anaknya saat ini
Ibu pasien mengatakan
anaknya dulu pernah kejang
saat usia 18 bulan
Ibu pasien mengatakan tidak
pernah ada riwayat dirawat saat
kejang pertama
Ibu pasien mengatakan tidak
memahami cara untuk
penanganan apabila terjadi
kejang

Data Obyektif:
 Ibu pasien terlihat cemas dan
gelisah
 Ibu pasien terlihat panik saat
anaknya dalam kondisi kejang
Diagnosa Keperawatan

1. Hypertermi (peningkatan suhu tubuh) b/d Proses penyakit (Terganggunya


sistem Termogulasi
2. Riwayat Kejang (adanya peningkatan suhu tubuh) b/d Resiko Kejang
berulang
3. Cemas b/d Kurangnya pengetahuan
Intervensi Keperawatan

Berdasrkan diagnosis keperawaan yang telah dirumuskan, maka disusun rencana keperawatan pada An. A yang dilakukan
tanggal 1 Oktober 2021 adalah sebagai berikut:

No Diagnosa Keperawatan NIC NOC


1 Hypertermi (peningkatan suhu Termogulasi membaik, dengan kriteria Manjeman Demam:
tubuh) b/d Proses penyakit hasil:
(Terganggunya sistem Termogulasi  Suhu tubuh normal (36,5-37,5) Observasi
 Akral tidak dingin 1. Pantau suhu tubu dan tanda-tanda vital
 Tidak ada kejang lainnya
 Tekanan nadi normal (80-99x/mnt) 2. Monitor warna kulit dan suhu
 Tidak ada perubahan warna kulit 3. Monitor suhu tubuh anak setiap 2 jam
sekali
4. Monitor komplikasi akibat kenaikan suhu
tubuh naik
5. Monitor kadar elektrolit

Terapeutik
6. Sediakan lingkungan yang nyaman
7. Sesuaikan suhu lingkungan sesuai
kebutuhan pasien
8. Anjurkan pasien menggunakan pakaian
tipis
9. Mandikan pasien dengan spon hangat
dengan hati-hati
10. Anjurkan pasien untuk banyak asupan
cairan dan nutrisi yang adekuat
Edukasi
11. Anjurkan untuk tirah berbaring
12. Jelaskan cara pencegahan hipotermi
terpapar udara dingin
13. Jelaskan cara penanganan demam
dengan kompres air hangat/ Tepid
sponge water

Kolaborasi
14. Kolaborasi untuk pemberian antipiretik
dan cairan IV
2 Riwayat Kejang (adanya Tidak ada kejang berulang, dengan Manjeman Kejang:
peningkatan suhu tubuh) b/d kriteria:
Resiko Kejang berulang  Suhu Tubuh normal Observasi
 Kejang sudah dapat dikontrol 1. Kaji faktor pencetus kejang
 Tidak gelisah 2. Monitor dan catat lama kejang apabila
 Tidak rewel terjadi kejang berulang
 Akral tidak dingin 3. Pantau suhu tubu dan tanda-tanda vital
 Tidak ada trauma atau resiko cedera lainnya
4. Monitor suhu tubuh anak setiap 2 jam
sekali
5. Pertahankan jalan nafas

Terapeutik
6. Sediakan lingkungan yang nyaman
7. Pasang restrain pada tempat tidur pasien
agar terhindar resiko jatuh
8. Anjurkan pasien menggunakan pakaian
tipis
9. Anjurkan melonggorkan pakaian pasien
yang ketat
10. Tetap di sisi pasien selama kejang

Edukasi
11. Anjurkan untuk miringkan posisi pasien
apabila terjadi kejang
12. Anjurkan untung miringkan posisi
kepala pasien apabila terjadi kejang,
agar jalan nafas tetap normal
13. Jelaskan cara penaganan kejang saat
tidak ada tim medis

Kolaborasi
14. Kolaborasi untuk pemberian
antikonvulsan (mencegah kejang)
3 Cemas b/d Kurangnya pengetahuan Keluarga mengerti tentang kondisi Pengurangan Kecemasan:
dan penyakit anak, dengan kriteria 1. Tenangkan pasien dan keluarga
hasil: 2. Anjurkan pasien dalam menggunakan
 Cemas keluaraga baik bapak / ibu teknik relaksasi untuk mengurangi
berkurang ketegangan
 Gelisah keluarga baik bapak/ibu 3. Tentukan pasien dalam pengambilan
berkurang keputusan
 Keluarga dapat amenyatakan atau 4. Libatkan keluarga dalam setiap tindakan
menunjukkan antusia tentang pada klien
penyakit, kondisi dan pengobatan Pendidikan Kesehatan:
 Keluarga mampu melaksanakan 1. Prioritaskan kebutuhan pasien
procedur yang dijelaskan secara 2. Identifikasi (pribadi, ruang) yang
benar diperlukan untuk melaksanakan penkes
 Keluarga mampu menjelaskan 3. Kaji tingkat pengetahuan keluarga
kembali apa yang dijelaskan oleh
perawat Fasilitas pembelajaran:
4. Mulai instruksi hanya setelah pasien
Dengan indikator: menunjukkan kesiapan untuk belajar
1 = Tidak pernah dilakukan 5. Sediakan lingkungan yang kondusif
2 = Jaramg dilakukan untuk belajar
3 = kadang dilakukan 6. Atur informasi dalam urutan yang logis
4 = sering dilakukan dalam penyamapaian materi/ penkes
5 = Selalu dilakuka 7. Beri kesempatan keluaraga unuk
bertanya hal yang belum dimenegrti, dari
penkes yang diberikan
8. Berika reinconferment pada keluaraga
apabila mampu untuk menjelaskan
kembali apa yang sudah dijelaskan.
Implementasi dan Evaluasi

Hari ke-1

No Hari, Implementasi Evaluasi


Tanggal dan
Waktu
1 Senin,
01/11/2021 Tindakan Mandiri
09:00 1. Mengobservasi suhu tubuh dan tanda-tanda vital S  Ibu pasien mengatakan anaknya
2. Mengobservasi kesadaran pasien masih teraba demam
3. Menganjurkan pasien menggunakan pakaian tipis yang  Ibu pasien mengatakan kejang
menyerap keringat terakhir pukul 05:30
4. Menganjurkan pasien untuk banyak asupan cairan dan  Ibu pasien mengatakan anaknya
nutrisi yang adekuat masih rewel
5. Menganjurkan pasien untuk melakukan kompres hangat  Ibu pasien mengatakan anaknya
sudah menggunakan bye-bye fever
Tindakan Edukasi untuk menurunkan demamnya
6. Menganjurkan pasien untuk tirah berbaring  Ibu pasien mengatakan anaknya
7. Jelaskan cara pencegahan hipotermi terpapar udara sudah menggunakan pakaian yang
dingin longgar dan dapat menyerap keringat
8. Jelaskan cara penanganan demam dengan kompres air  Ibu pasien mengatakan sudah
hangat/ Tepid sponge water melakukan anaknya untuk tirah
berbaring
Tindakan Kolaboratif  Ibu pasien mengatakan paham untuk
9. Berkolabarasi dalam pemberian antipiretik dan cairan IV penjelasan penanganan demam
dengan kompres hangat
O  Keadaan umum pasien Composmetis
 Pasien terlihat rewel dan lemas
 adanya perubahan warna kulit
dibagain wajah terutama menjadi
kemerahan
 Pasien teraba masih demam dan akral
dingin
 Ibu pasien sangat antusias untuk
medengarkan penjelasan teantang
kompres air hangat/Tepid water
sponge
 Terdapat hasil TTV:
Suhu:39,10C
Tekanan Darah: - mmHg
Nadi: 140x/menit
Frekuensi Pernafasan: 26x/menit
Saturasi: 98
 Tangan pasien terpasang cairan infus
RMT 20cc/Jam Infus Pump
 Pasien diberika obat IV:
Cefotaxime 3 x 650mg
PCT 6x 150mg
Diazepam 3 x 5mg
PCT 3x150mg K/P
 Hasil Lab:
Nat: 136
Kal: 4,6
Cl: 113
A Masalah belum teratasi
P Lanjutkan intervensi (2 jam pantau
suhu tubuh kembali)
2 Senin,
01/11/2021
Tindakan Mandiri
10.00 1. Mengkaji faktor pencetus kejang S  Ibu pasien mengatakan takut apabila
2. Memonitor dan catat lama kejang apabila terjadi kejang ada kejang berulang pada anaknya
berulang  Ibu pasien mengatakan khawatir
3. Memantau suhu tubu dan tanda-tanda vital lainnya kondisi anaknya saat ini
4. Memonitor suhu tubuh anak setiap 2 jam sekali  Ibu pasien mengatakan terkahir
5. Mempertahankan jalan nafas kejang pukul 05:30
 Ibu pasien mengatakan saat kejang,
Tindakan Edukasi mata anaknya mendelik keatas
6. Menganjurkan untuk miringkan posisi pasien apabila dengan durasi kejang 5 menit
terjadi kejang  Ibu pasien mengatakan anaknya
7. Menganjurkan untung miringkan posisi kepala pasien menangis saat dikompres air hangat
apabila terjadi kejang, agar jalan nafas tetap normal sehingga kompres menggunakan bye
8. Menjelaskan cara penaganan kejang saat tidak ada tim bye fever
medis  Ibu pasien mengatakan sudah
memasang penjagaan (restrain) pada
Tindakan Kolaborasi tempat tidur anak.
9. Berkolaborasi untuk pemberian antikonvulsan (mencegah  Ibu pasien mengatakan sudah pernah
kejang di infokan untuk memiringkan kepala
anaknya bila terjadi kejang, namun
karena panik jadi tidak diterapkan
O  Pasien terlihat menangis ketika
dilakukan tindakan keperawatan
 Ibu pasien terlihat khawatir dan panik
 Pasien teraba masih demam dan akral
dingin
 Pasien sudah diberikan obat anti
kejang saat pindah dari UGD ke
Rawat inap
 Terdapat hasil TTV:
Suhu:39,10C (Suhu terakhir)
Nadi: 140x/menit
Frekuensi Pernafasan: 26x/menit
Saturasi: 98
A Masalah belum teratasi
P Lanjutkan intervensi (2 jam pantau
suhu tubuh kembali)
3 Senin,
01/11/2021

10.15 Tindakan Mandiri: S  Ibu pasien mengatakan masih sedikit


1. Menenangkan pasien dan keluarga cemas dengan keadaan anaknya
2. Menganjurkan pasien dalam menggunakan teknik  Ibu Pasien mengatakan Takut apabila
relaksasi untuk mengurangi ketegangan anaknya kejang kembali
3. Menentukan pasien dalam pengambilan keputusan  Ibu pasien mengatakan takut karena
4. Melibatkan keluarga dalam setiap tindakan pada klien demamnya naik turun
 Ibu pasien mengatakan tidak
Tindakan Edukasi mengetahui pasti tentang penyakit
9. Memprioritaskan kebutuhan pasien anaknya
10. Mengidentifikasi (pribadi, ruang) yang diperlukan untuk  Ibu Pasien mengatakan paham apa
melaksanakan penkes saja obat yang diberikan kepada
11. Mengkaji tingkat pengetahuan keluarga anaknya dan tindakan yang dilakukan
oleh perawat
Tindakan Kolaborasi O  Ibu Pasien terlihat antusias
12. Memulai instruksi hanya setelah pasien menunjukkan menjelaskan dari perawat
kesiapan untuk belajar  Ibu pasien terlihat dapat mengulang
13. Menyediakan lingkungan yang kondusif untuk belajar kembali penjelasan yang perawat
14. Mengatur informasi dalam urutan yang logis dalam jelaskan
penyamapaian materi/ penkes  Ibu pasien terlihat lebih berkurang
15. Memberi kesempatan keluaraga unuk bertanya hal yang cemasnya
belum dimenegrti, dari penkes yang diberikan  Ibu pasien terlihat menerapkan
16. Memberikan reinconferment pada keluaraga apabila relaksasi untuk mengurangi
mampu untuk menjelaskan kembali apa yang sudah ketegangan
dijelaskan. A Masalah sebagian teratasi
P Lanjutkan Intervensi (Untuk
pengurangan rasa cemas)

Hari ke-2

No Hari, Implementasi Evaluasi


Tanggal dan
Waktu
1 Selasa
02/11/2021 Tindakan Mandiri
08:00 1. Mengobservasi suhu tubuh dan tanda-tanda vital S  Ibu pasien mengatakan anaknya
2. Mengobservasi kesadaran pasien demamnya sudah mulai berkurang
3. Menganjurkan pasien menggunakan pakaian tipis yang  Ibu pasien mengatakan tidak ada
menyerap keringat kejang terakhir (Minggu,31/10/2021)
4. Menganjurkan pasien untuk banyak asupan cairan dan pukul: 05:30
nutrisi yang adekuat  Ibu pasien mengatakan anaknya
5. Menganjurkan pasien untuk melakukan kompres hangat masih rewel dan menangis terus
apabila diberikan tidakan
Tindakan Edukasi keperawatan
6. Menganjurkan pasien untuk tirah berbaring  Ibu pasien mengatakan anaknya
7. Menjelaskan cara pencegahan hipotermi terpapar udara masihcmenggunakan bye-bye fever
dingin (karena pasien mennagis saat
8. Menjelaskan cara penanganan demam dengan kompres dikompres dengan air hangat)
air hangat/ Tepid sponge water  Ibu pasien mengatakan anaknya tidak
ada masalah dalam nafsu makan dan
Tindakan Kolaboratif minum
9. Berkolabarasi dalam pemberian antipiretik dan cairan IV  Ibu pasien mengatakan tidak ada
muntah, hanya muntah sekali saja
sebelum datang ke rumah sakit

O  Keadaan umum pasien Composmetis


 Pasien terlihat rewe dan emnagis saat
diberikan tindakan oleh tenaga medis
 Pasien masih teraba sedikit demam
dengan akral dingin
 Terdapat hasil TTV:
Suhu:37,80C
Nadi: 124x/menit
Frekuensi Pernafasan: 26x/menit
Saturasi: 99
 Tangan pasien terpasang cairan infus
RMT 20cc/Jam Infus Pump
 Pasien diberika obat IV:
Cefotaxime 3 x 650mg
PCT 6x 150mg
Diazepam 3 x 5mg
PCT 3x150mg K/P
 Hasil Lab:
Nat: 136
Kal: 4,6
Cl: 113
A Masalah Sebagian teratasi
P Lanjutkan intervensi (2 jam pantau
suhu tubuh kembali)
2 Selasa
02/11/2021

11:11 Tindakan Mandiri S  Ibu pasien mengatakan cemas


1. Mengkaji faktor pencetus kejang berkurang karena kejang anaknya
2. Memonitor dan catat lama kejang apabila terjadi kejang sudah tidak ada dna demma sudah
berulang berkurang
3. Memantau suhu tubu dan tanda-tanda vital lainnya  Ibu pasien mengatakan kejang
4. Memonitor suhu tubuh anak setiap 2 jam sekali terakhir (Minggu,31/10/2021) pukul:
5. Mempertahankan jalan nafas 05:30
 Ibu pasien mengatakan masih
Tindakan Edukasi memasang penjagaan (restrain) pada
6. Menganjurkan untuk miringkan posisi pasien apabila tempat tidur anak.
terjadi kejang  Ibu pasien mengatakan akan
7. Menganjurkan untung miringkan posisi kepala pasien menerapkan penjelasan yang sudah
apabila terjadi kejang, agar jalan nafas tetap normal dijelaskan kemarin untuk pertolongan
8. Menjelaskan cara penaganan kejang saat tidak ada tim pertama saat kejang (Memiringkan
medis posisi pasien untuk mempertahankan
jalan nafas)
Tindakan Kolaborasi O  Pasien terlihat menangis ketika
9. Berkolaborasi untuk pemberian antikonvulsan (mencegah dilakukan tindakan keperawatan
kejang  Ibu pasien terlihat lebih tenang
 Pasien teraba masih demam dan akral
dingin
 Terdapat hasil TTV:
Suhu:37,40C (Suhu terakhir)
Nadi: 120x/menit
Frekuensi Pernafasan: 23x/menit
Saturasi: 99
 Pasien diberika obat IV:
Cefotaxime 3 x 650mg
PCT 6x 150mg
Diazepam 3 x 5mg
PCT 3x150mg K/P

A Masalah sebagian teratasi


P Lanjutkan intervensi (2 jam pantau
suhu tubuh kembali)
3 Selasa,
02/11/2021

10:22 Tindakan Mandiri: S  Ibu pasien mengatakan sedikit lebih


1. Menenangkan pasien dan keluarga tenang
2. Menganjurkan pasien dalam menggunakan teknik  Ibu pasien mengatakan tidak cemas
relaksasi untuk mengurangi ketegangan karena demam anaknya berkurang
3. Menentukan pasien dalam pengambilan keputusan dan tidak ada kejang (sejak dirawat)
4. Melibatkan keluarga dalam setiap tindakan pada klien  Ibu pasien mengatakan sudah
memahami penjelasan yang
Tindakan Edukasi dijelaskan oleh perawat
5. Memprioritaskan kebutuhan pasien  Ibu Pasien mengatakan saat
6. Mengidentifikasi (pribadi, ruang) yang diperlukan untuk dilakukan tidankan pemberian obat,
melaksanakan penkes perawat selalu menjelaskan apa saja
7. Mengkaji tingkat pengetahuan keluarga obat yang diberikan keanaknya
O  Ibu pasien terlihat lebih tenang
Tindakan Kolaborasi  Ibu pasien terlihat lebih berkurang
8. Memulai instruksi hanya setelah pasien menunjukkan cemasnya
kesiapan untuk belajar  Ibu pasien terlihat dapat mengulang
9. Menyediakan lingkungan yang kondusif untuk belajar kembali penjelasan yang perawat
10. Mengatur informasi dalam urutan yang logis dalam jelaskan di hari sebelumnya
penyamapaian materi/ penkes  Ibu pasien terlihat mampu
11. Memberi kesempatan keluaraga unuk bertanya hal yang menerapkan relaksasi untuk
belum dimenegrti, dari penkes yang diberikan mengurangi ketegangan/Kecemasan
12. Memberikan reinconferment pada keluaraga apabila A Masalah Teratasi
mampu untuk menjelaskan kembali apa yang sudah P Lanjutkan Intervensi (Untuk
dijelaskan. pengurangan rasa cemas)

Hari Ke-3

No Hari, Implementasi Evaluasi


Tanggal dan
Waktu
1 Rabu
03/11/2021 Tindakan Mandiri
08:55 1. Mengobservasi suhu tubuh dan tanda-tanda vital S  Ibu pasien mengatakan anaknya tidak
2. Mengobservasi kesadaran pasien ada demam, tidak ada kejang
3. Menganjurkan pasien menggunakan pakaian tipis yang  Ibu pasien mengatakan tidak ada
menyerap keringat kejang selama dirawat inap
4. Menganjurkan pasien untuk banyak asupan cairan dan  Ibu pasien mengatakan anaknya
nutrisi yang adekuat sudah sedikit lebih tenang dan tidak
5. Menganjurkan pasien untuk melakukan kompres hangat rewel
 Ibu pasien mengatakan anaknya tidak
Tindakan Edukasi ada masalah dalam nafsu makan dan
6. Menganjurkan pasien untuk tirah berbaring minum dari awal masuk rumah sakit
7. Menjelaskan cara pencegahan hipotermi terpapar udara  Ibu pasien mengatakan tidak ada
dingin muntah, hanya muntah sekali saja
8. Menjelaskan cara penanganan demam dengan kompres sebelum datang ke rumah sakit
air hangat/ Tepid sponge water

Tindakan Kolaboratif
9. Berkolabarasi dalam pemberian antipiretik dan cairan IV
O  Keadaan umum pasien Composmetis
 Pasien terlihat lebih tenang tidak
rewel dan menangis saat bertemu
petugas medis
 Pasien masih sudah tidak teraba
demam
 Terdapat hasil TTV:
Suhu:36,30C
Nadi: 115x/menit
Frekuensi Pernafasan: 23x/menit
Saturasi: 99
 Tangan pasien terpasang cairan infus
RMT 20cc/Jam Infus Pump
 Pasien diberika obat IV:
Cefotaxime 3 x 650mg
PCT 6x 150mg
Diazepam 3 x 5mg
PCT 3x150mg K/P
 Hasil Lab:
Nat: 136
Kal: 4,6
Cl: 113
A Masalah teratasi
P (Rencana pulang) -> Kolaborasi
dengan dokter
2 Rabu
03/11/2021

11:55 Tindakan Mandiri S  Ibu pasien mengatakan lebih tenang


1. Mengkaji faktor pencetus kejang dan cemas lebih berkurang
2. Memonitor dan catat lama kejang apabila terjadi kejang  Ibu pasien mengatakan selama
berulang dirawat kejangnya tidak ada.
3. Memantau suhu tubu dan tanda-tanda vital lainnya  Ibu pasien mampu mengulang
4. Memonitor suhu tubuh anak setiap 2 jam sekali kembali apa yang sudah dijelaskan
5. Mempertahankan jalan nafas untuk penangan saat anak kejang
O  Pasien terlihat lebih tenang dan tidak
Tindakan Edukasi rewel
6. Menganjurkan untuk miringkan posisi pasien apabila  Ibu pasien terlihat lebih tenang, dan
terjadi kejang cemas berkurang
7. Menganjurkan untung miringkan posisi kepala pasien  Pasien sudah tidak teraba demam
apabila terjadi kejang, agar jalan nafas tetap normal  Terdapat hasil TTV:
8. Menjelaskan cara penaganan kejang saat tidak ada tim Suhu: 36,0
medis Nadi: 106x/menit
Frekuensi Pernafasan: 20x/menit
Tindakan Kolaborasi Saturasi: 99
9. Berkolaborasi untuk pemberian antikonvulsan (mencegah  Pasien diberika obat IV:
kejang Cefotaxime 3 x 650mg
PCT 6x 150mg
Diazepam 3 x 5mg
PCT 3x150mg K/P

A Masalah teratasi
P Rencana pulang

Anda mungkin juga menyukai