Oleh:
Dwiana Fitriani,S.Kep
202107020
PENDAHULUAN
1. Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Secara sederhana, demam adalah kenaikan suhu tubuh diatas normal,
meskipun tidak semua kenaikan suhu tubuh termasuk demam, dan kenaikan
suhu tubuh merupakan bagian dari reaksi biologis kompleks, ,yang diatur dan
di kontrol oleh susunan saraf pusat.Demam merupakan gambaran
karakteristikdari kenaikan suhu oleh karena berbagai penyakit infeksi dan non
infeksi,sehingga perlu dibedakan dari kenaikan suhu oleh karena stress dan
penyakit demam.Sebagai manifestasi klinis,maka demam terjadi pada
sebagian besar penyakit infeksi yang ringan dan serius.
Suhu tubuh yang tinggi pada saat demam dapat menimbulkan serangan
kejang,demam kejang merupakan salah satu penyakit yang sering dialami
anak dan kalangan awam lebih sering menyebutnya dengan istilah
step,sementara istilah medisnya adalah Confulsio febrilis.Demam kejang
lazim terjadi pada anak usia 2 tahun rata-rata anak menderita demam sampai
6 kali serangan.
Tiap anak mempunyai ambang kejang yang berbeda dan tergantung dari
tinggi rendahnya ambang kejang seorang anak.pada anak dengan ambang
kejang yang rendah,kejadian kejang terjadi pada suhu 38⁰ C sedangkan
dengan ambang kejang tinggi,kejang baru terjadi pada suhu 40⁰ C atau lebih.
Demam adalah penyebab utama terjadinya demam kejang.Selain itu
terdapat faktor riwayat kejang demam pada orang tua atau saudara
kandung,perkembangan terlambat,problem pada masa neonatus,anak dalam
perawatan khusus,dan kadar natrium yang rendah.Setelah kejang demam
pertama,kira-kira 33% anak akan mengalami satu kali rekurensi atau
lebih,dan kira-kira 9% anak mengalami 3 kali rekurensi atau lebih,resiko
rekurensi meningkat dengan usia dini,cepatnya anak mendapat kejang setelah
demam timbul,temperatur yang terjadi saat kejang,riwayat keluarga
epilepsi.Kejang demam terdiri dari kejang demam sederhana,dan demam
kejang komplek.
WHO memperkirakan pada tahun 2015 terdapat lebih dari 21,65 juta
penderita kejang demam dan lebih dari 216 ribu diantarayanya
meninggal.selain itu di Kuwait dari 400 anak berusia 1 bulan -13 tahun
dengan riwayat kejang , yang mengalamai kejang demam sekitar 77%
(WHO,2015).Angka kejadian kejang demam di Indonesia sendiri mencapai 2-
3% dari anak yang berusia 6 bulan - 5 pada tahun 2013. Di provinsi jawa
tengah mencapai 2-3% dari anak 6 bula – 5 pada tahu 2015. Menurut RSUP
Dr. M DJAMIL padang tahun 2013- 2014 jumlah demam kejang sebayak 40
0rang pasien.Berdasarkan data yang diambil dari rekap medik di ruang anak
RSUD DR. Achmad mochtar bukittinggi angka kejadian kejang demam pada
3 bulan kebelakangan yaiyu bulan maret sampai mei tahun 2018 terdapat
sebanyak 3 orang dari 48 pasien 1.4% menderita peyakit kejang demam.
2. Tujuan
2.1. Tujuan Umum
Mampu melaksnakan Asuhan Keperawatan pada Klien An. S dengan
kejang demam di ruang rawat inap Anak Rs. RIS.
2. Konsep Dasar
2.1. Konsep Dasar Keperawatan Anak
A. Atraumatic Care
Menurut Supartini (2004), dalam Debbi (2013), Atraumatic care
merupakan perawatan terapeutik yang diberikan oleh tenaga kesehatan
dalam bentuk tatan pelayanan kesehatan anak melalui penggunaan
tindakan yg dapat mengurangi distress fisik maupun psikologis yg
dialami ank maupun orang tua.
Perawatan terapeutik pencegahan dapat dilakukan melalui tindakan,
penerapan diagnostik, pengobatan dan baik perwatan pada kasus akut
maupun kronis dengan mencakup intervensi pendekatan psikologis
(Supartini, 2004, dalam Debbi, 2013).
2.2.6 Patofisologi
Untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel / organ otak
diperlukanenergi yang didapat dari metabolisme. Bahan baku untuk
metabolisme otak yang terpenting adalah glucose,sifat proses itu adalah
oxidasi dengan perantara pungsi paru-paru dan diteruskan
keotak.Berdasarkan hal diatas bahwa energi otak adalah glukosa yang
melalui proses oxidasi, dan dipecah menjadi karbon dioksidasi dan air.
Sel dikelilingi oleh membran sel. Yang terdiri dari permukaan dalam
yaitu limford dan permukaan luar yaitu tonik.Dalam keadaan normal
membran sel neuron dapat dilalui oleh ionNA+dan elektrolit lainnya,
kecuali ion clorida.
Akibatnya konsentrasi K+ dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi
NA+ rendah. Sedangkan didalam sel neuron terdapat keadaan
sebaliknya,karena itu perbedaan jenis dan konsentrasi ion didalam dan
diluar sel. Maka terdapat perbedaan membran yang disebut potensial
membran dari neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial
membran ini diperlukan energi dan bantuan enzim NA, K, ATP yang
terdapat pada permukaansel.
Keseimbangan potensial membran ini dapat diubah dengan
perubahan konsentrasi ion diruang extra selular, rangsangan yang
datangnya mendadak misalnya mekanis, kimiawi atau aliran listrik dari
sekitarnya.Perubahan dari patofisiologisnya membran sendiri karena
penyakit/keturunan.Pada seorang anak sirkulasi otak mencapai 65 %
dari seluruh tubuh dibanding dengan orang dewasa 15 %. Dan karena
itu pada anak tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membran sel
neuron dalam singkat terjadi dipusi di ion K+ maupun ion NA+ melalui
membran tersebut dengan akibat terjadinya lepasnya muatan listrik.
Lepasnya muatan listrik ini sedemikian besarnya sehingga dapat
meluas keseluruh sel maupun membran sel sekitarnya dengan bantuan
bahan yang disebut neurotransmitter sehingga mengakibatkan
terjadinya kejang. Kejang yang yang berlangsung singkat pada
umumnya tidak berbahaya dan tidak meninggalkan gejala sisa.Tetapi
kejang yang berlangsung lama lebih 15 menit biasanya disertai apnea,
NA meningkat, kebutuhan O2 dan energi untuk kontraksi otot skeletal
yang akhirnya terjadi hipoxia dan menimbulkan terjadinya asidosis.
(Hasan dan Alatas, 1985: 847 dan Ngastiyah, 1997: 229)
2.2.7 Pathway
Resiko
Kejang Berulang Kejang Resiko Cedera
(>15mnt)
Kurang pengtahuan/inefektif
Penatalaksanaan kejang,
cemas
2.2.8 Pencegahan
1) Pencegahan berulang
a) Mengobati infeksi yang mendasari kejang
b) Penkes tentang : Tersedianya obat penurun panas yang
didapat atas resep dokter,Tersedianya alat pengukur suhu dan
catatan penggunaan termometer, cara pengukuran suhu tubuh
anak, serta keterangan batas-batas suhu normal pada anak
(36-370 C)
2) Mencegah cedera saat kejang berlangsung kegiatan ini meliputi:
a) Baringkan pasien pada tempat yang rata.
b) Kepala dimiringkan untuk menghindari aspirasi cairan tubuh
c) Pertahankan lidah untuk tidak menutupi jalan nafas.
d) Lepaskan pakaian yang ketat.
e) Jangan melawan gerakan pasien guna menghindari cedera
.
2.2.9 Penatalaksanaan
a) Penatalaksanaan Keperawatan
1) Baringkan pasien ditempat yang rata dan pasang gudel.
2) Singkirkan benda-benda yang ada didekat pasien, lepaskan
pakaian pasien yang mengganggu pernafasan.
3) Hisap lendir sampai bersih dan beri O2.
4) Bila suhu tinggi berikan kompres hangat
5) Setelah pasien bangun dan sadar, berikan minum air hangat
kuku.
6) Jika dengan tindakan ini tidak berhenti, hubungi dokter.
b) Penatalaksanaan Medis
1) Segera diberikan diazepam intravena dosis rata-rata 0,3 mg/
kg.
2) Diazepam rektal dosis ≤ 10 kg = 5 mg/kg.
3) Parasetamol 10mg/kgBB/kali kombinasi diazepam oral 0,3
mg/kgBB
4) Memberikan cairan yang cukup bila kejang berlangsung
cukup lama ( 10 menit ) dengan IV: D5 ¼, D5, RL.
2.2.10 Komplikasi
1) Kerusakan Otak
Terjadi melalui mekanisme eksitoksik neuron saraf yang aktif
sewaktu kejang melepaskan glutamat yang mengikat resptor
MMDA (M Metyl D Asparate) yang mengakibatkan ion
kalsium dapat masuk ke sel otak yang merusak sel neuron
secara irrevesible.
2) Retardasi Mental
Dapat terjadi karena deficit neurologis pada demam neonatus.
(Mansjoer,2000).
2) Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul (Roger M.D.M.P.H
diagnosis pedriatri : 231) :
1) Resiko tinggi trauma / cidera b/d kelemahan, perubahan kesadaran,
kehilangan koordinasi otot.
2) Gangguan rasa nyaman b.d peningkatan suhu tubuh.
3) Resiko kejang berulang b.d peningkatan suhu.
4) Resiko Defisit volume cairan bd kondisi demam.
5) Kurang pengetahuan orang tua tentang kondisi, prognosis,
penatalaksanaan dan kebutuhan pengobatan bd kurangnya
informasi.
3) Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah tindakan yang dirancang untuk
membantu klien dalam beralih dari tingkat kesehatan saat ini ke tingkat
yang diinginkan dalam hasil yang diharapkan. (Gordon,1994)
4) Implementasi Keperawatan
Tindakan keperawatan ( implementasi ) adalah katagori dari prilaku
keperawatan di mana yang di perlukan untukmencapai tujuan dan hasil
yang di perkirakan dari asuhan keperawatn yang di lakukan dan di
selesaikan . implementasi mencakup melakukan, membantu,
mengarahkan kinerja aktivitas kehidupan sehari-hari, memberkan
asuhan keperawtan untuk tujuan yang berpusat kepada klien (Darto
suharso 2013).
5) Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah respon pasien terhadap tindakan dan kemajuan
mengarahkan pencapaian hasil yang di harapkan. Aktivitas ini berfungsi
sebagai umpan balik dan bagian control proses keperawatan, melalui
status pernyataan diagnostic pasien secara individual di nilai untuk
diselesaikan, di lanjutkan, atau memerlukan perbaikan (Darto suharso
2013).
BAB III
TINJAUAN KASUS
3. Pengkajian
A. Data Umum
B. Riwayat Kesehatan
I. Alasan Masuk
Klien masuk ke Rumah sakit dengan keluhan, demam sejak kemarin
sore (15:30), muntah 1 kali isi makanan. Kejang pukul 21:00. Pkl 23:00
dan pukul 05:30 masing kejang kurang dari 5 menit. Kejang seluruh
tubuh, mata mendelik keatas setelah kejang. BAB dan BAK tidak ada
keluhan.
II. Riwayat Penyakit Sekarang
Ibu pasien mengatakan, anaknya demam sejak kemarin sore, disertai
kejang seluruh tubuh dengan mata mendelik keatas dan disertai untah
1 kali.
III. Riwayat Masa Lalu
Riwayat Kelahiran
1. Prenatal
Usia Ibu Hamil < 20 Tahun 20-25 Tahun >35 Tahun
Presepsi terhadap Kehamilan direncanakan
Kehamilan Kehamilan tidak direncanakan
Antenatal Care Tidak Ya, Apabila Ya jumlah kunjungan 5
kali
Kenaikan BB Selama ± 10 kg
Kehamilan
Konsumsi obat selama Ya, Multivitamin yang dianjurkan oleh dokter
kehamilan(obat yang
bersifat tertogenik)
Riwayat Injury selama Tidak Jatuh Kecelakaan
kehamilan Lainnya...
Komplikasi selama Tidak Ya,...
kehamilan
Riwayat Hospitalisas Tidak Ya,...
Pemeriksaan penunjang Tidak Ya:
kehamilan Rubella Hepatitis CMV
GO Herpes HIV
Lainnya…………………………………....
Riwayat Obsetetri Sebelumnya
No Nama Proses Penolong Jenis Berat Penyulit
Anak Persalinan Persalinan Kelamin Badan
Lahir
1 By. S Normal Dokter Laki-laki 2900gr -
Obgyn
2. Internal
Riwayat Kelahiran Spontan SC Dengan Alat Bantu
Usia Kelhiran Kurang Bulan Cukup Bulan Lebih
Bulan
Penolong persalinan Dokter Perawat/Bidan
Bukan tenaga kesehatan
Lama Persalinan ± 12 Jam
Komplikasi Persalina TAK ADA
3. Postnatal
Pertumbuhan Bayi saat BBL: 2900gram, PB: 48: cm, LK: 30cm
lahir LLA: 11cm
APGAR score 10
Usia gestasi (Balard G:0 P: 1 A:0
score)
Kelainan congenital Tidak Ya……………………………
Kebutuhan alat bantu Inkubator Oksigen Suction
Ventilator Lainnya………………….
Pengeluaran mekonium < 24 jam > 24 jam
Riwayat Penyakit Terdahulu
1. Penyakit yang pernah Tidak Ya, Demam Kejang
dialami
Penatalaksanaan yang TAK ADA
dilakukan
2. Riwayat Hospitalisasi Tidak Ya, Jika ya:
Kapan:
Dimana:
Penyakit:
3. Riwayat Operasi Tidak Ya, Jika ya:
Kapan: -
Dimana:-
Jenis Operasi: -
4. Riwayat penggunaan obat Tidak Ya, Jika ya:
Jenis Obat: Obat yang diberikan dokter untuk
penyakit kejang demam.
Respon terhadap pengobatan: Tidak Ada
5. Riwayat Tidak Ya
injury/kecelakaan
6. Riwayat alergi Tidak Ya, Jika ya:
Makanan Obat Udara Debu
Lainnya……………………………………
Riwayat Imunisasi
BCG DPT Polio Campak Hepatitis B
PCV Varicela Thypoid Rotavirus MMR
Influenza Pneumokokus HPV Tetanus Zoster
Meningitis Yellow fever Hepatitis HIB
Riwayat Penyakit Keluarga
Asma Hipertensi Penyakit jantung Diabetes melitus TBC
Lainnya TAK ADA
Genogram
IV. Karateristik Anak
4. Pemeriksaan BB:13kg
pertumbuhan TB: 83,2 cm
LK: 57 cm
Status nutrisi: Baik
6. Perilaku bayi
Respon terhadap 1 2 3 4 5 6 7 8 9
cahaya
Kewaspadaan 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Level aktivitas 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Iritabilitas 1 2 3 4 5 6 7 8 9
7. Temperamen bayi
8. Kulit
Luka
Beri tanda (arsir) pada lokasi luka
Karakteristik luka: TAK ADA
9. Kepala/leher
18. Pola tidur bayi Bayi tidur dengan nyaman, nangis apabila BAB
(rekaman selama 1 ataupun jam ingin menyususi
minggu)
X. Kebutuhan Dasar
A. Makan
1. Makanan yang disukai: Sejenis Biskuit dan Roti
2. Makanan yang tidak disukai: Tidak ada
3. Pola Makan/Jam makan: 3 Kali sehari (Pagi,siang,dan
malam)
B. Tidur
1. Lama tidur siang: 2 Jam
2. Lama Tidur malam: ± 8Jam
3. Kebiasaan sebelum tidur: Mainan/Menyusu dan Toilet
traning
C. Personal Hygine
1. Mandi: 2 kali sehari (Pagi dan Sore)
2. Mencuci rambut: Setiap hari (pagi dan sore)
3. Menggososk Gigi: 2 kali ( pagi dan sebelum tidur)
D. Eliminasi
1. BAB- Karateristik Fases: 1-2 kali, coklat dengan seperti sosis
dan tidak menggumpal
2. BAK – Karateristik Urine: Kuning ± 6-8 kali
E. Akivitas Bermain – Jenis permainan: Hubungan dengan tean
baik, jenis permainan sesuai dengan umurnya: seperti main mobil-
mobilan, sepeda, dll
i. Data Tambahan
TAK ADA
4. Pemeriksaan BB:13kg
pertumbuhan TB: 83,2 cm
LK: 57 cm
Status nutrisi: Baik
Data Obyektif:
Kesadaran pasein Composmetis
Pasein teraba demam
Pasien terlihat rewel
Pasien teraba ekstremitas atas
dan bawah dengan akral dingin
Hasil Pemeriksaan TTV:
Suhu: 39,10C
Nadi: 140x/mnt
Rr: 26x/mnt
Hasil Lab:
Hb: 10,5mg/dl
2 Data Subyektif: Resiko Kejang Riwayat Kejang
Ibu pasien megatakan khawatir berulang
akan ada kejang kembali pada
anaknya
Ibu pasien mengatakan
anaknya kejang, pertama pukul
21:00, Kejang kedua: 23:00
dan Kejang ketiga pukul: 05:30
masing-masing kejang kurang
dari 5 menit.
Ibu pasien mengatakan mata
anaknya mendelik keatas
setelah kejang
Ibu pasien mengatakan
anaknya dulu pernah kejang
saat usia 18 bulan
Ibu pasien mengatakan tidak
memahami cara untuk
penanganan apabila terjadi
kejang
Data Obyektif:
Pasien terlihat Rewel
Pasien teraba masih demam
Pasien teraba Akral dingin
Ibu pasien terlihat cemas dan
gelisah
Hasil Pemeriksaan TTV:
Suhu: 39,10C
Nadi: 140x/mnt
Rr: 26x/mnt
Hasil Lab:
Hb: 10,5mg/dl
3 Data Subyektif: Kurangnya Cemas
Ibu pasien mengatakan cemas pengetahuan
akan kondisi anaknya saat ini
Ibu pasien mengatakan
anaknya dulu pernah kejang
saat usia 18 bulan
Ibu pasien mengatakan tidak
pernah ada riwayat dirawat saat
kejang pertama
Ibu pasien mengatakan tidak
memahami cara untuk
penanganan apabila terjadi
kejang
Data Obyektif:
Ibu pasien terlihat cemas dan
gelisah
Ibu pasien terlihat panik saat
anaknya dalam kondisi kejang
Diagnosa Keperawatan
Berdasrkan diagnosis keperawaan yang telah dirumuskan, maka disusun rencana keperawatan pada An. A yang dilakukan
tanggal 1 Oktober 2021 adalah sebagai berikut:
Terapeutik
6. Sediakan lingkungan yang nyaman
7. Sesuaikan suhu lingkungan sesuai
kebutuhan pasien
8. Anjurkan pasien menggunakan pakaian
tipis
9. Mandikan pasien dengan spon hangat
dengan hati-hati
10. Anjurkan pasien untuk banyak asupan
cairan dan nutrisi yang adekuat
Edukasi
11. Anjurkan untuk tirah berbaring
12. Jelaskan cara pencegahan hipotermi
terpapar udara dingin
13. Jelaskan cara penanganan demam
dengan kompres air hangat/ Tepid
sponge water
Kolaborasi
14. Kolaborasi untuk pemberian antipiretik
dan cairan IV
2 Riwayat Kejang (adanya Tidak ada kejang berulang, dengan Manjeman Kejang:
peningkatan suhu tubuh) b/d kriteria:
Resiko Kejang berulang Suhu Tubuh normal Observasi
Kejang sudah dapat dikontrol 1. Kaji faktor pencetus kejang
Tidak gelisah 2. Monitor dan catat lama kejang apabila
Tidak rewel terjadi kejang berulang
Akral tidak dingin 3. Pantau suhu tubu dan tanda-tanda vital
Tidak ada trauma atau resiko cedera lainnya
4. Monitor suhu tubuh anak setiap 2 jam
sekali
5. Pertahankan jalan nafas
Terapeutik
6. Sediakan lingkungan yang nyaman
7. Pasang restrain pada tempat tidur pasien
agar terhindar resiko jatuh
8. Anjurkan pasien menggunakan pakaian
tipis
9. Anjurkan melonggorkan pakaian pasien
yang ketat
10. Tetap di sisi pasien selama kejang
Edukasi
11. Anjurkan untuk miringkan posisi pasien
apabila terjadi kejang
12. Anjurkan untung miringkan posisi
kepala pasien apabila terjadi kejang,
agar jalan nafas tetap normal
13. Jelaskan cara penaganan kejang saat
tidak ada tim medis
Kolaborasi
14. Kolaborasi untuk pemberian
antikonvulsan (mencegah kejang)
3 Cemas b/d Kurangnya pengetahuan Keluarga mengerti tentang kondisi Pengurangan Kecemasan:
dan penyakit anak, dengan kriteria 1. Tenangkan pasien dan keluarga
hasil: 2. Anjurkan pasien dalam menggunakan
Cemas keluaraga baik bapak / ibu teknik relaksasi untuk mengurangi
berkurang ketegangan
Gelisah keluarga baik bapak/ibu 3. Tentukan pasien dalam pengambilan
berkurang keputusan
Keluarga dapat amenyatakan atau 4. Libatkan keluarga dalam setiap tindakan
menunjukkan antusia tentang pada klien
penyakit, kondisi dan pengobatan Pendidikan Kesehatan:
Keluarga mampu melaksanakan 1. Prioritaskan kebutuhan pasien
procedur yang dijelaskan secara 2. Identifikasi (pribadi, ruang) yang
benar diperlukan untuk melaksanakan penkes
Keluarga mampu menjelaskan 3. Kaji tingkat pengetahuan keluarga
kembali apa yang dijelaskan oleh
perawat Fasilitas pembelajaran:
4. Mulai instruksi hanya setelah pasien
Dengan indikator: menunjukkan kesiapan untuk belajar
1 = Tidak pernah dilakukan 5. Sediakan lingkungan yang kondusif
2 = Jaramg dilakukan untuk belajar
3 = kadang dilakukan 6. Atur informasi dalam urutan yang logis
4 = sering dilakukan dalam penyamapaian materi/ penkes
5 = Selalu dilakuka 7. Beri kesempatan keluaraga unuk
bertanya hal yang belum dimenegrti, dari
penkes yang diberikan
8. Berika reinconferment pada keluaraga
apabila mampu untuk menjelaskan
kembali apa yang sudah dijelaskan.
Implementasi dan Evaluasi
Hari ke-1
Hari ke-2
Hari Ke-3
Tindakan Kolaboratif
9. Berkolabarasi dalam pemberian antipiretik dan cairan IV
O Keadaan umum pasien Composmetis
Pasien terlihat lebih tenang tidak
rewel dan menangis saat bertemu
petugas medis
Pasien masih sudah tidak teraba
demam
Terdapat hasil TTV:
Suhu:36,30C
Nadi: 115x/menit
Frekuensi Pernafasan: 23x/menit
Saturasi: 99
Tangan pasien terpasang cairan infus
RMT 20cc/Jam Infus Pump
Pasien diberika obat IV:
Cefotaxime 3 x 650mg
PCT 6x 150mg
Diazepam 3 x 5mg
PCT 3x150mg K/P
Hasil Lab:
Nat: 136
Kal: 4,6
Cl: 113
A Masalah teratasi
P (Rencana pulang) -> Kolaborasi
dengan dokter
2 Rabu
03/11/2021
A Masalah teratasi
P Rencana pulang