A DENGAN
DEMAM
DI PUSKESMAS TELUK DALAM
BANJARMASIN
Disusun Oleh :
BANJARMASIN
2024
LEMBAR PENGESAHAN
Asuhan keperawatan pediatrik klien An. N dengan demam di puskesmas teluk
dalam banjarmasin yang telah dikonsultasikan dan disetujui oleh preseptor
akademik dan preseptor klinik
BAB I
LATAR BELAKANG
A. Pendahuluan
Anak adalah seseorang yang berusia dibawah 18 tahun dan akan menjadi
penerus citacita perjuangan suatu bangsa, sehingga perlu diperhatikan tumbuh
kembangnya terutama masalah kesehatan pada anak (Hanafi, 2022). Masalah
kesehatan pada anak menjadi salah satu masalah utama dalam bidang kesehatan,
karena anak termasuk ke dalam kelompok rentan. Saat pergantian musim biasanya
menjaga kesehatan anak menjadi perhatian khusus karena berkembangnya
berbagai penyakit pada masa tersebut. Perubahan cuaca dapat mempengaruhi daya
tahan tubuh atau kondisi kesehatan anak. Kondisi tubuh anak dari sehat menjadi
sakit menyebabkan tubuh merespon untuk meningkatkan suhu yang disebut
dengan demam (Cahyaningrum et al., 2021). Demam terjadi karena adanya
peningkatan suhu tubuh yang berhubungan dengan ketidakmampuan suhu tubuh
untuk menghilangkan panas ataupun mengurangi produksi panas (Siregar et al.,
2021). Demam menjadi tanda adanya kenaikan set point di hipotalamus akibat
infeksi atau adanya ketidakseimbangan antara produksi dan pengeluaran panas
(Cahyaningrum et al., 2021).
Demam yaitu suatu gejala dari penyakit yang terjadi ketika keadaan suhu
tubuh yang menjadi lebih tinggi dari batas normal. Suhu tubuh yang dikatakan
normal berkisar - Demam merupakan respon normal tubuh saat melawan infeksi.
Infeksi terjadi karena masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh, seperti virus,
bakteri, parasite, maupun jamur (Lazdia et al., 2022). Demam yang terjadi pada
anak biasanya disebabkan oleh infeksi virus. Demam juga dapat disebabkan
karena paparan panas yang berlebihan (overheating), kekurangan cairan
(dehidrasi), alergi dan gangguan system imun dalam tubuh (Sari et al., 2022).
Berdasarkan data yang didapatkan dari Data sementara pada tahun 2024
yaitu pada bulan Januari untuk data anak dan bayi demam di Puskesmas teluk
dalam Banjarmasin yaitu berjumlah untuk dengan diagnosa R50 (demam) pada
bayi Laki -laki adalah 2 orang dan Perempuan tidak ada. Sedangkan balita laki-
laki adalah 2 orang dan perempuan adalah 6 orang.
B. MANFAAT PENULISAN
1. Bagi klien dan keluarga
Diharapkan keluarga mampu mengaplikasikan nya dalam kehidupannya dan
mampu melakukan bantuan terhdapap anak dan anggota keluarga lainnya
2. Bagi mahasiswa
Diharapkan dapat digunakan sebagai bahan dalam pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi di bidang keperawatan khususnya di bidang
keperawatan anak.
3. Bagi para perawat profesional yang bertugas di pelayanan kesehatan
Diharapkan dapat digunakan sebagai informasi atau bahan pertimbangan
untuk menentukan kebijakan tentang penanganan demam pada anak.
4. bagi profesi-profesi terkait :
a. Dokter
membantu dalam penegakan diagnosa dan untuk memahami apa yang
menjadi masalah kesehatan pada anak
b. Petugas laboratorium
diharapkan dapat digunakan sebagai informasi atau bahan pertimbangan
untuk menentukan kebijakan tentang penanganan demam pada anak.
c. Apoteker
Mampu sebagai acuan dalam pemberian penangan dalam pemberian
dosis serta obat yang tepat untuk pengobatan
d. Ahli Gizi
Mampu sebagai acuan dalam pemberian penangan dalam pemberian
gizi yang tepat dalam pemenuhan kebutuhan anak
C. BATASAN MASALAH
laporan stase keperawatan pediatrik ini dibatasi hanya pada lingkup asuhan
keperawatan klien An.A dengan demam di ruang pemeriksaan di puskesmas teluk
dalam datang melakukan pengobatan pada tanggal 16 januari 2024. dan hanya
melakukan pengkajian dan evaluasi 1 hari.
D. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Mengetahui Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Penanganan Demam
pada Balita di Wilayah puskesmas teluk dalam banjarmasin kaliamantan
selatan dan memperoleh pengalaman nyata dalam melakukan management
terpadu balita sakit pada klien An.A dengan demam diruang gizi dan anak
dipuskesmas teluk dalam
2. Tujuan khusus
a. melaksanakan pengkajian pada anak yang mengalami demam di ruang
gizi dan anak di puskesmas teluk dalam
b. merumuskan klirifikasi mtbs pada pasien demam di ruang gizi dan anak
di puskesmas teluk dalam
c. menyusun rencana tindakan pengobatan demam di ruang gizi dan anak di
puskesmas teluk dalam
d. d.melaksanakan tindakan pengobatan pasien demam di ruang gizi dan
anak di puskesmas teluk dalam berdasarkan evidenbace based
nursing( EBN)
e. e.melaksanakan evaluasi pada pasien demam di ruang gizi dan anak di
puskesmas teluk dalam
E. METODE
1. Wawancara
Metode wawancara dapat digunakan untuk memperoleh data fokus dalam
pengkajian data terkait bagaimana diagnosa keperawatan dapat ditegakan
dalam kasus seperti menanyakan apa, bagimana, mengapa dapat terjadinya
proses penyakit yang dialami sebelumnynya agar mudah mengetahui
bagaimana awal mulanya terjadi kasus tersebut
2. Observasi
Observasi adalah serangkaian kegiatan dalam memantau atau momonitor
keadaan klien baik dari tanda-tanda vital, respon klien dimana akan menjadi
sumber data yang akan dapat di pantau dari setiap melakukan ovservasi
3. pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik lengkap termasuk tanda-tanda vital (suhu 38°C = 100.4°F),
oksimetri nadi, dan parameter pertumbuhan dengan persentil diperlukan.
Penampilan umum harus diperhatikan tingkat aktivitas, warna, nada, dan
iritabilitas. Tanda-tanda infeksi lokal harus diidentifikasi melalui pemeriksaan
menyeluruh pada kulit, selaput lendir, telinga, dan ekstremitas.
4. Diagnostik tets review
BAB II
LANDASAN TEORI
A. ANATOMI
a. Lobus Frontal
Lobus frontal berperan sebagai pusat fungsi intelektual yang lebih
tinggi, seperti kemampuan berpikir abstrak dan nalar, bicara dan emosi.
Pada lobus ini terdapat daerah broca yang mengatur ekspresi bicara.
Lobus ini mempunyai peran dalam pengendalian fungsi motorik,
volunteer, motivasi, agresi, suasana hati, dan penerimaan penciuman
(VanPutte dkk., 2016).
b. Lobus Parietal
Lobus parietal adalah pusat utama untuk menerima dan secara sadar
mempersepsikan sebagian besar informasi sensorik seperti sentuhan,
nyeri, suhu dan keseimbangan. Lobus frontal dan lobus parietal
dipisahkan oleh sulkus sentralis (VanPutte et al., 2016).
c. Lobus Oksipital
Lobus oksipital berfungsi dalam menerima dan memahami input visual
dan area asosiasi penglihatan seperti menginterpretasi dan memproses
rangsang penglihatan dari nervus optikus dan mengasosiakan rangsang
dengan informasi 10 saraf lain dan memori serta tidak terpisah secara
jelas dari lobus lainnya (VanPutte dkk., 2016).
d. Lobus Temporal
Lobus temporal terlibat dalam penciuman (bau) dan sensasi
pendengaran, dan memainkan peran penting dalam memori. Bagian
anterior dan inferiornya disebut psychic cortex, yang diasosiakan
dengan fungsi seperti pemikiran abstrak dan pertimbangan. Sebagian
besar lobus temporal dipisahkan dari bagian lainnya di otak besar oleh
fissure lateral, dan jauh di dalam fissure adalah insula sering disebut
lobus kelima (VanPutte dkk., 2016).
Keterangan gambar :
5.lobus parietalis
Keterangan gambar:
6. Polus occipitalis
Keterangan Gambar :
b. Pons Pons
Tepat di atas medula oblongata. Ini berisi saluran saraf naik dan turun,
serta beberapa inti. Beberapa inti di pons menyampaikan informasi
antara otak besar dan otak kecil. Pons tidak hanya merupakan jembatan
fungsional antara otak besar dan otak kecil, tetapi pada permukaan
anterior menyerupai jembatan lengkung. Beberapa inti dari medula
oblongata, dijelaskan sebelumnya, meluas ke bagian bawah pons,
sehingga fungsi seperti bernapas, menelan, dan keseimbangan 13
dikendalikan di pons bawah, serta di medula oblongata. Inti lain dalam
fungsi kontrol pons seperti mengunyah dan mengeluarkan air liur.
(VanPutte dkk., 2016).
c. Otak tengah (Midbrain)
Fungsi otak tengah adalah untuk pendengaran, gerakan mata, sensasi
wajah, hingga respon dari perubahan lingkungan, serta mengatur
pergerakan mata, memproses informasi visual dan suara yang diterima
oleh otak. Otak tengah adalah bagian terkecil dari batang otak yang
terdiri dari empat gundukan yang disebut colliculi. Dua colliculi
inferior adalah pusat estafet utama untuk jalur saraf pendengaran di
sistem saraf pusat. Dua colliculi superior terlibat dalam refleks visual
dan menerima input sentuhan dan pendengaran, Gerakan seperti
memutar kepala ke arah tepukan di bahu, suara keras yang tiba-tiba,
atau kilatan cahaya yang terang adalah refleks yang dikendalikan di
colliculi superior. (VanPutte dkk., 2016).
4. Diencephalon
Diencephalon adalah bagian otak antara batang otak dan otak besar.
Diencephalon terdiri dari thalamus, epithalamus dan hypothalamus.
a. Thalamus
Bagian yang paling besar dari diencephalon yang terdiri dari susunan
syaraf dengan bentuk seperti yo-yo. Kedua sisi dihubungkan dengan
suatu bagian kecil yang disebut interthalamic adhesion. Sebagian besar
input sensorik yang naik melalui sumsum tulang belakang dan proyek
batang otak ditransmisikan ke thalamus, di mana neuron asenden
bersinapsis dengan neuron thalamic. Neuron thalamic, pada gilirannya,
mengirim akson mereka ke korteks serebral. Thalamus juga
memengaruhi suasana hati dan mencatat persepsi nyeri yang tidak
terlokalisasi dan tidak nyaman. (VanPutte dkk., 2016).
b. Epitalamus
Epithalamus adalah area kecil di bagian superior dan posterior
thalamus. Ini terdiri dari beberapa inti kecil, yang terlibat 15 dalam
respons emosional dan visceral terhadap bau, dan kelenjar pineal.
Kelenjar pineal adalah kelenjar endokrin yang dapat mempengaruhi
masa pubertas. (VanPutte dkk,. 2016).
c. Hipotalamus
Hipotalamus adalah bagian paling bawah dari diensefalon, mengandung
beberapa inti kecil yang sangat penting dalam mempertahankan
homeostasis. Hipotalamus memainkan peran sentral dalam kontrol suhu
tubuh, lapar, dan haus. Sensasi seperti kenikmatan seksual, kemarahan,
ketakutan, dan relaksasi setelah makan berhubungan dengan fungsi
Keterangan gambar :
1. Definisi
Demam/Fever/Febris, bila suhu tubuh > 37,7° C. Ada yang menyebutkan
demam sebagai peningkatan suhu tubuh diatas normal (38°.
40°C). Hiperpireksia, bila suhu tubuh > 41,1° C, ada juga yang menyebutkan >
40° C. Subfebris, bila suhu tubuh diatas normal, tapi lebih rendah dari 37,7°C
(Zein, 2012).
Demam adalah proses alami tubuh untuk melawan infeksi yang masuk ke
dalam tubuh ketika suhu meningkat melebihi suhu tubuh normal (>37,5°C).
Demam adalah proses alami tubuh untuk melawan infeksi yang masuk ke
dalam tubuh. Demam terajadi pada suhu > 37, 2°C, biasanya disebabkan oleh
infeksi (bakteri, virus, jamu atau parasit), penyakit autoimun, keganasan,
ataupun obat- obatan (Hartini, 2015).
Demam merupakan suatu keadaan suhu tubuh diatas normal sebagai akibat
peningkatan pusat pengatur suhu di hipotalamus. Sebagian besar demam pada
anak merupakan akibat dari perubahan pada pusat panas (termoregulasi) di
hipotalamus. Penyakit - penyakit yang ditandai dengan adanya demam dapat
menerang sistem tubuh. Selain itu demam mungkin berperan dalam
meningkatkan perkembangan imunitas spesifik dan non spesifik dalam
membantu pemulihan atau pertahanan terhadap infeksi (Wardiyah, 2016).
2. Etiologi
Peningkatan suhu tubuh in disebabkan oleh beredarnya suatu molekul
kecil di dalam tubuh kita yang disebut dengan Pirogen, yaitu zat pencetus
panas. Biasanya penyebab demam sudah bisa diketahui dalam waktu satu tau
dua hari dengan pemeriksaan medis yang terarah.
Demam sering disebabkan karena infeksi. Penyebab demam selain infeksi
juga dapat disebabkan ole keadaan toksemia, keganasan atau reaksi terhadap
pemakaian obat, juga pada gangguan pusat regulasi suhu sentral (misalnya
perdarahan otak, koma). Pada dasarnya untuk mencapai ketepatan diagnosis
penyebab demam diperlukan antara lain: ketelitian pengambilan riwayat
penyekit pasien, pelaksanaan pemeriksaan fisik, observasi perjalanan penyakit
dan evaluasi pemeriksaan laboratorium, serta penunjang lain secara tepat dan
holistic (Nurarif, 2015). Demam terjadi bila pembentukan panas melebihi
pengeluaran.
Demam dapat berhubungan dengan infeksi, penyakit kolagen, keganasan,
penyakit metabolik maupun penyakit lain. Demam dapat disebabkan karena
kelainan dalam otak sendiri atau zat toksik yang mempengaruhi pusat
pengaturan suhu, penyakit-penyakit bakteri, tumor otak atau dehidrasi (Guyton
dalam Thobroni, 2015).
Sedangkan menurut Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal dalam
Thobroni (2015) bahwa etiologi febris, diantaranya
a. Suhu lingkungan.
b. Adanya infeksi
c. Pneumonia.
d. Malaria.
e. Otitis media.
f. Imunisasi
3. Klasifikasi
Klasifikasi febris menurut Nuratif (2015) adalah sebagai berikut :
a. Demam septik
Suhu badan berangsur naik ketingkat yang tinggi sekali pada malam hari
dan turun kembali ketingkat diatas normal pada pagi hari. Sering disertai
keluhan menggigil dan berkeringat. Bila demam yang tinggi tersebut turun
ketingkat yang normal dinamakan juga demam hektik.
b. Demam remiten
Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu
badan normal. Penyebab suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai dua
derajat dan tidak sebesar perbedaan suhu yang dicatat demam septik.
c. Demam intermiten
Suhu badan turun ketingkat yang normal selama beberapa jam dalam satu
hari. Bila demam seperti ini terjadi dalam dua hari sekali disebut tersiana
dan bila terjadi dua hari terbebas demam diantara dua serangan demam
disebut kuartana.
d. Demam kontinyu
Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat. Pada
tingkat demam yang terus menerus tinggi sekali disebut hiperpireksia.
e. Demam siklik
Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh
beberapa periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti
oleh kenaikan suhu seperti semula.
Suatu tipe demam kadang-kadang dikaitkan dengan suatu penyakit tertentu
misalnya tipe demam intermiten untuk malaria. Seorang pasien dengan
keluhan demam mungkin dapat dihubungkan segera dengan suatu sebab
yang jelas seperti : abses, pneumonia, infeksi saluran kencing, malaria,
tetapi kadang sama sekali tidak dapat dihubungkan segera dengan suatu
sebab yang jelas. Dalam praktek 90% dari para pasien dengan demam
yang baru saja dialami, pada dasarnya merupakan suatu penyakit yang
self-limiting seperti influensa atau penyakit virus sejenis lainnya. Namun
hal ini tidak berarti kita tidak harus tetap waspada terhadap infeksi
bakterial.
4. Manifestasi klinis
Tanda dan gejala demam antara lain :
a. Anak rewel (suhu lebih tinggi dari 37,8 c – 40 c)
b. Kulit kemerahan
c. Hangat pada sentuhan
d. Peningkatan frekuensi pernapasan
e. Menggigil
f. Dehidrasi
g. Kehilangan nafsu makan
Banyak gejala yang menyertai demam termasuk gejala nyeri punggung,
anoreksia dan somlolen. Batasan mayornya yaitu suhu tubuh lebih tinggi dari
37,5 ºC-40ºC, kulit hangat, takichardi, sedangkan batasan karakteristik minor
yang muncul yaitu kulit kemerahan, peningkatan kedalaman pernapasan,
menggigil/merinding perasaan hangat dan dingin, nyeri dan sakit yang spesifik
atau umum (misal: sakit kepala verigo), keletihan, kelemahan, dan berkeringat
5. Patofisiologi
Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah
menjadi CO2 dan air. Sel dikelilingi oleh membran yang terdiri dari permukaan
dalam yaitu lipid dan permukaan luar yaitu ionik. Dalam keadaan normal,
memmbran sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion Kalium (K+) dan
sangat sulit dilalui oleh ion natrium (Nat) serta elektrolit lainnya kecuali ion
kloirda (CI-). Akibatnya, konsentrasi ion K+ dalam neuron tinggi dan
konsentrasi ion Nat rendah, sedangkan di luar sel neuron berlaku sebaliknya.
Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan di luar sel, maka
terdapat perbedaan potensial membran yang disebut sebagai potensial
membran dari neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membran ini,
diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K-ATP-ase nag terdapat pada
permukaan sel. Keseimbangan potensial membran ini dapat diubah oleh:
a. Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstra seluler
b. Rangsangan yang datangnya mendadak misalnya mekanis, kimiawia atau
aliran listrik dari sekitarnya.
c. Perubahan patofisiologi dari membran neuron itu sendiri karena penyakit
atau keturunan
Pada keadaan demam, kenaikan suhu 1°C akan meningkatkan
metabolisme basal 10-15% dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada
seorang anak berumur 3 tahun, sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh
dibandingkan orang dewasa yang hanya mencapai 15%. Oleh karena itu,
kenaikan suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membran sel neuron
dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun ion
natrium melalui membran sel yang mengakibatkan lepasnya aliran listrik.
Lepasnya aliran listrik ini sedemikian besarnya sehingga dapat meluas ke
seluruh bagian sel maupun membran sel di sekitarnya dengan bantuan
"neurotransmitter" sehingga terjadilah kejang.Ambang kejang tap anak
berbeda. Pada anak dengan ambang rendah, kejang dapat terjadi pada suhu 38
C, sedang anak dengan ambang kejang tinggi, kejang baru terjadi pada suhu
40°C atau lebih.
PATWAY
Agen infeksius
mediator inflamasi
↓
Monosit/makrofag Dehidrasi
↓ ↓
Sitoksin pirogen Tubuh kehilangan
↓ cairan
↓
Mempengaruhi Penurunan cairan
hipotalamus intra dan ekstra sel
↓ ↓
Anterior Demam Keluarga kurang
↓ ↓ pengetahuan
Aksi piretik Gangguan rasa
meningkat nyaman
↓ ↓
Evaporasi Anorexia
↓ ↓
Rewel Input makanan
↓ berkurang
↓
Resiko defisit Resiko ketidak
volume cairan seimbangan nutrsi
Meningkatnya
metabolik
↓
Tubuh kelelahan
↓
Intoleransi
aktivitas
Sacharin, 1996; Sodikin, 2012; Khufil, 2020
6. Komplikasi
a. Dehidrasi : demam ↑ penguapan cairan tubuh
b. Kejang demam : jarang sekali terjadi (1 dari 30 anak demam). Sering
terjadi pada anak usia 6 bulan sampai 5 tahun. Serangan dalam 24 jam
pertama demam dan umumnya sebentar, tidak berulang. Kejang demam ini
juga tidak membahayan otak
c. Takikardi, insufiseinsi jantung, insufisiensi pulmonal
7. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang mungkin dilakukan antara lain adalah
(Wijayaningsih 2017):
a. Pemeriksaan darah lengkap
Pemeriksaan darah rutin dilakukan untuk memeriksa kadar hemoglobin,
hematokrit, jumlah trombosit. Pada demam berdarah terdapat
trombositopenia dan hemokonsentrasi.
b. Pemeriksaan kultur darah
Kadnag-kadang terlihat seperti banyak darah diambil untuk dilakukan
kultur, tetapi penting bahwa darah cukup mendapatkan hasil yang akurat.
Darah yang diambil mungkin kurang dari sendok teh(5ml) untuk bayi dan
1-2 sendok the (5-10ml) untuk anak anak yang lebih tua. Dan itu akan di
perbaharui dalam waktu 24-48 jam.
c. Pemeriksaan urin dan fese
Edukasi
Kolaborasi
Intoleransi
Setelah dilakukan Observasi
aktivitas
berhubungan intervensi
dengan keperawatan selama
kelemahan 3 x 24 jam, maka Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
(D.0056) toleransi aktivitas Monitor kelelahan fisik dan emosional
meningkat, dengan Monitor pola dan jam tidur
kriteria hasil: Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas
1. Keluhan Terapeutik
Lelah
menurun Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis: cahaya, suara, kunjungan)
2. Frekuensi Lakukan latihan rentang gerak pasif dan/atau aktif
nadi membaik Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah atau berjalan
Edukasi
Kolaborasi
Gangguan pola
tidur Setelah dilakukan Observasi
berhubungan intervensi
keperawatan selama Identifikasi pola aktivitas dan tidur
dengan
3 x 24 jam, maka Identifikasi faktor pengganggu tidur (fisik dan/atau psikologis)
kurangnya
pola tidur membaik, Identifikasi makanan dan minuman yang mengganggu tidur (mis: kopi, teh, alcohol, makan
control tidur
dengan kriteria mendekati waktu tidur, minum banyak air sebelum tidur)
(D.0055) Identifikasi obat tidur yang dikonsumsi
hasil:
Terapeutik
1. Keluhan sulit
tidur menurun Modifikasi lingkungan (mis: pencahayaan, kebisingan, suhu, matras, dan tempat tidur)
2. Keluhan sering Batasi waktu tidur siang, jika perlu
terjaga Fasilitasi menghilangkan stress sebelum tidur
menurun Tetapkan jadwal tidur rutin
3. Keluhan tidak Lakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan (mis: pijat, pengaturan posisi, terapi
puas tidur akupresur)
menurun Sesuaikan jadwal pemberian obat dan/atau Tindakan untuk menunjang siklus tidur-terjaga
4. Keluhan pola
tidur berubah Edukasi
menurun
Jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit
5. Keluhan
Anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur
istirahat tidak
Anjurkan menghindari makanan/minuman yang mengganggu tidur
cukup
Anjurkan penggunaan obat tidur yang tidak mengandung supresor terhadap tidur REM
menurun
Ajarkan faktor-faktor yang berkontribusi terhadap gangguan pola tidur (mis: psikologis, gaya
hidup, sering berubah shift bekerja)
Ajarkan relaksasi otot autogenic atau cara nonfarmakologi lainnya
Defisit nutrisi
berhubungan Setelah dilakukan Observasi
dengan intervensi
keperawatan selama Identifikasi status nutrisi
penurunan intake
3 x 24 jam, maka Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
makanan,
status nutrisi Identifikasi makanan yang disukai
ketidakmampuan
membaik, dengan Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien
mengabsorbsi
kriteria hasil: Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastrik
nutrien (D0019)
Monitor asupan makanan
1. Porsi makan Monitor berat badan
yang dihabiskan Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
meningkat
2. Berat badan Terapeutik
membaik
Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
3. Indeks massa
Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis: piramida makanan)
tubuh (IMT)
Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
membaik
Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
Berikan suplemen makanan, jika perlu
Hentikan pemberian makan melalui selang nasogastik jika asupan oral dapat ditoleransi
Edukasi
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis: Pereda nyeri, antiemetik), jika perlu
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan,
jika perlu
Ansietas
(kecemasan) Setelah dilakukan Observasi
pada orang tua intervensi
keperawatan selama Identifikasi saat tingkat ansietas berubah (mis: kondisi, waktu, stresor)
berhubungan
3 x 24 jam, maka Identifikasi kemampuan mengambil keputusan
dengan
tingkat ansietas Monitor tanda-tanda ansietas (verbal dan nonverbal)
kurangnya
terpapar menurun, dengan
kriteria hasil: Terapeutik
informasi
(D.0080) Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan
1. Verbalisasi Temani pasien untuk mengurangi kecemasan, jika memungkinkan
kebingungan Pahami situasi yang membuat ansietas
menurun Dengarkan dengan penuh perhatian
2. Perilaku gelisah Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
menurun Tempatkan barang pribadi yang memberikan kenyamanan
3. Perilaku tegang Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan
menurun Diskusikan perencanaan realistis tentang peristiwa yang akan datang
4. Konsentrasi
membaik Edukasi
Kolaborasi
PEMBAHASAN
Demam adalah keadaan suhu tubuh di atas suhu normal, yaitu suhu tubuh
di atas 38º Celsius. Suhu tubuh adalah suhu visera, hati, otak, yang dapat diukur
lewat oral, rektal, dan aksila.
1. Demam kurang 7 hari (demam pendek) dengan tanda lokal yang jelas,
diagnosis etiologik dapat ditegakkan secara anamnestik, pemeriksaan fisis,
dengan atau tanpa bantuan laboratorium, misalnya tonsilitis akut.
2. Demam lebih dari 7 hari, tanpa tanda lokal, diagnosis etiologik tidak dapat
ditegakkan dengan amannesis, pemeriksaan fisis, namun dapat ditelusuri
dengan tes laboratorium, misalnya demam tifoid.
3. Demam yang tidak diketahui penyebabnya, sebagian terbesar adalah
sindrom virus.
A. Kesimpulan
Pada saat dilakukan pengkajian secara langsung banyak ibu yang belum
mengerti tentang bagaimana penanganan pada bayi dan balita sakit, serta dilihat
dari hasil MTBS yang didapatkan membantu sekali dalam penegakan diagnosa,
dan bagaimana perncanaan tindakan yang diberikan serta apa saja yang
dibutuhkan dalam pengobatan melakukan evaluasi tindakan sangat perlu
dilakukan dalam pemantauan serta pemahaman orang tua dalam penangan anak
demam serta Pemberian edukasi kesehatan untuk orangtua dapat membantu
mengurangi penggunaan antipiretik yang tidak tepat, mengurangi ketergantungan
terhadap pelayanan Kesehatan dan meningkatkan pengetahuan tentang demam
dan tatalaksananya.
B. Saran
Pentingnya seorang ibu meningkatkan pengetahuan dalam melakukan
penangan demam pada anak. Jika pengetahuan ibu kurang terkait penangan
demam maka dikhawatirkan akan memperlambat proses penyembuhan demam
pada anak dan dikhawatirkan membahayakan kondisi anak. sehingga bisa
meningkatkan pengetahuan terkait tatalaksana demam pada anak,serta pada
Kurangnya edukasi yang yang didapatkan oleh orang tua ,membuat kurangnya
pengetahuan tentang bagaimana tata laksana penanganan demam pada anak di
rumah sehingga banyak masyarakat yang keliru dengan cara penanganan demam
pada anak dirumah. Pemberian edukasi kesehatan untuk orangtua dapat membantu
mengurangi penggunaan antipiretik yang tidak tepat, mengurangi ketergantungan
terhadap pelayanan Kesehatan dan meningkatkan pengetahuan tentang demam
dan tatalaksananya. Selain itu juga bisa meningkatkan kepercayaan diri orangtua,
mengurangi kecemasan dan ketakutan dalam melakukan tatalaksana demam pada
anak terutama saat di rumah.
DAFTAR PUSTAKA
Patrisia, I., Juhdeliena, J., Kartika, L., Pakpahan, M., Siregar, D., Biantoro,
B., Hutapea, A. D., Khusniyah, Z, & Sihombing, R. M. (2020). Asuhan
Keperawatan Dasar Pada Kebutuhan Manusia (Edisi
1).YayasanKitaMenulis.https://www.google.co.id/books/edition/Asuhan_
Keperaatan_pada_Kebutuhan_Dasar/VeMNEAAAQBAJ?hl=id&gbpv=1
Sofikah, N., Mustaghfiroh, L., & ... (2021). Hubungan Pemberian Kompres
Hangat Dan Paracetamol Pada Anak Usia 12-24 Bulan Dengan Penurunan
Demam Di Desa Larikrejo .Jurnal Ilmu Kebidanan.
g12(1),3549.http://jurnal.stikesbup.ac.id/index.php/jks/article/view/
81Sudibyo, D. G., Anindra, R. P., Gihart, Y. El, Ni azzah, R. A.,
Kharisma, N., Pratiwi,
S. C., Chelsea, S. D., Sari, R. F., Arista, I., Damayanti, V. M., Azizah, E.
W., Poerwantoro, E., Fatmaningrum, H., & Hermansyah, A. (2020).
Pengetahuan Ibu Dan Cara Penanganan Demam Pada Anak. Jurnal
FarmasiKomunitas,7(2),69.https://doi.org/10.20473/jfk.v7i2.21808Tim
Pokja SDKI DPP
Sholihah, S. H. (2020). Efektivitas Pemberian Parasetamol Oral Versus
Parasetamol Rektal Untuk Antipiretik Pada Anak: Systematic
Review. Jurnal Ilmu Farmasi dan Farmasi Klinik, 17(01), 22-29.