TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Edukasi
Edukasi adalah suatu bentuk intervensi atau upaya yang ditujukan kepada
perilaku, agar perilaku tersebut kondusif untuk kesehatan. Dengan perkataan lain
kemampuan seseorang melalui teknik praktik belajar atau instruksi, dengan tujuan
untuk mengingat fakta atau kondisi nyata, dengan cara memberi dorongan
atau ide baru (Craven & Hirnle, 1996 dalam Suliha, dkk, 2002).
belajar dari individu, kelompok, atau masyarakat dari tidak tahu tentang nilai
kesehatan menjadi tahu, dan dari yang tidak mampu mengatasi masalah kesehatan
Joint Commission (dalam Potter & Perry, 2009) memberikan standar bagi edukasi
klien dan keluarga. Standar ini mewajibkan perawat dan tim kesehatan untuk
topik seperti pengobatan, nutrisi, penggunaan alat medis, nyeri, dan rencana
perawatan klien. Usaha edukasi harus menyertakan nilai psikososial, spiritual, dan
budaya yang dimiliki klien serta keinginan berpartisipasi aktif (Potter & Perry,
2009).
preventif dapat mengurangi biaya kesehatan dan menurunkan beban bagi individu,
dapat mengubah perilaku pasien menjadi lebih sehat (Potter & Perry, 2009).
pengendalian infeksi. Hal ini karena klien kurang menyadari faktor-faktor yang
(Potter & Perry, 2010). Ajarkan klien, keluarga, dan pengunjung mengenai
infeksi, cara penyebaran infeksi, dan metode pencegahan (Roshdahl & Kowalski,
2014).
pengetahuan baru atau pelaksanaan keterampilan baru (Potter & Perry, 2009).
keterampilan baru. Dibutuhkan pola yang kompleks jika klien ingin mempelajari
afektif (sikap), dan psikomotor (keterampilan motorik) (Bloom dalam Potter &
Perry, 2009).
2.1.2.1.Pembelajaran Kognitif
kemampuan memahami arti dari materi ajar, (3) aplikasi: menggunakan ide
asbstrak yang baru dipelajari kedalam situasi yang konkret, (4) analisis:
menghasilakan bentuk baru, (6) evaluasi: penilitian tentang nilai informasi bagu
tujuan tertentu.
2.1.2.2.Pembelajaran Afektif
penerimaan sikap, opini, atau nilai. Perilaku hierarki ini adalah menerima, dan
mendengarkan dan bereaksi secara verbal dan nonverbal, (3) memberi nilai:
menentukan nilai pada suatu objek atau perilaku yang diperlihatkan oleh pelajar,
2.1.2.3.Pembelajaran Psikomotor
menggunakan alat makan. Perilaku yang paling sederhana dalam hierarki ini
adanya objek atau kualitas melalui penggunaan indra, (2) penetapan: kesiapan
untuk mengambil aksi tertentu. Terdapat tiga penetapan, yaitu: mental, fisik, dan
lebih kompleks atau melibatkan beberapa langkah yang lebih banyak, (5) respons
pola gerakan kompleks dengan lancar dan akurat, (6) adaptasi: kemampuan
mengubah respons motorik saat terjadi masalah yang tidak terduga, (7) originasi
infeksius) dalam tubuh pejamu (Potter & Perry, 2005). Menurut Rosdahl &
disebabkan oleh mikroba patogen dan bersifat sangat dinamis. Mikroba sebagai
makhluk hidup tentunya ingin bertahan hidup dengan cara berkembang biak pada
suatu reservoir yang cocok dan mampu mencari resorvoir baru dengan cara
nosokomial atau infeksi rumah sakit, didefinisikan sebagai: infeksi yang terjadi
pada pasien selama proses perawatan di fasilitas kesehatan yang tidak dialami
pada saat penerimaan. Ini termasuk infeksi yang diperoleh di rumah sakit tapi
muncul setelah keluar, dan juga infeksi yang berhubungan dengan pekerjaan
antara staf. Infeksi terjadi lebih dari 48 jam setelah masuk biasanya dianggap
infeksi yang didapat dari rumah sakit yang terjadi pada pasien yang dirawat
selama 72 jam dan pasien tersebut tidak menunjukkan tanda dan gejala infeksi
mudah diobati dan tidak memiliki efek jangka panjang. Namun, beberapa infeksi
seseorang harus tinggal di rumah sakit lebih lama dan mengakibatkan efek buruk
Infeksi ini dapat terjadi sebagai hasil prosedur yang invasif, pemakaian
antibiotik, adanya organisme yang resisten dengan berbagai obat, dan pelanggaran
hidup dalam tubuh pejamu atau diluar tubuh, kemampuan untuk masuk dan
bertahan hidup dalam tubuh pejamu, dan kerentanan tubuh pejamu (Potter &
Perry, 2009).
infeksi yang berlaku untuk semua pasien, terlepas dari mencurigai atau
pelindung diri (misalnya,sarung tangan, baju, masker, dan kaca mata pelindung),
bagian berikut.
rubs (ABHR) dan mencuci tangan dengan sabun dan air, sangat penting untuk
memfasilitasi kebersihan tangan disamping tempat tidur pasien. Untuk alasan ini,
kebanyakan situasi klinis.Sabun dan air harus digunakan bila tangan yangterlihat
Mencuci tangan adalah tindakan mencuci tangan dengan sabun dan air,
diikuti dengan membilasnya di bawah air yang mengalir selama 15 detik (CDC,
2002). Mencuci tangan adalah proses yang secara mekanis melepaskan kotoran
dan debris dari kulit tangan dengan menggunakan sabun biasa dan air (Depkes
2007).
Shinde dan Mohite (2014) menyatakan tujuan cuci tangan adalah untuk
dengan WHO (2009) yang menyatakan tujuan dari mencuci tangan adalah
mencegah terjadinya infeksi rumah sakit yang berasal dari petugas rumah sakit ke
pasien maupun sebaliknya dan dari pasien ke pasien lain melalui tangan petugas.
yang ditularkan melalui kontak, menurunkan angka kejadian infeksi rumah sakit,
seperti: basahi tangan dengan air mengalir yang bersih, tuangkan 3-5 cc sabun cair
tangan, gosok punggung dan sela-sela jari tangan kiri dengan tangan kanan dan
sebaliknya, gosok kedua telapak dan sela-sela jari, jari-jari sisi dalam dari kedua
tangan sangling mengunci, gosok ibu jari kiri berputar kedalam genggaman
tangan kanan dan lakukan sebaliknya, gosok dengan memutar ujung jari-jari di
telapak tangan kiri dan sebaliknya, bilas kedua tangan dengan air mengalir,
keringkan dengan handuk sekali pakai atau tissue towel sampai benar-benar
kering, dan gunakan handuk sekali pakai atau tissue towel untuk menutup kran
(Depkes, 2008).
yaitu five moment for hand hygiene, yang telah diidentifikasikan sebagai waktu
kritis ketika kebersihan tangan harus dilakukan yaitu sebelum kontak dengan
pasien, sebelum tindakan aseptik, setelah terpapar cairan tubuh pasien, setelah
melindungi terhadap kuman yang berbahaya yang bisa diperoleh dari tangan
Contoh tindakan dari indikasi ini adalah: sebelum membantu pasien dalam
memasang oksigen atau kanula nasal, sebelum membantu bak dan bab, dan
sebelum memberikan obat secara oral, sebelum membantu perawatan gigi dan
mulut seperti menyuapi pasien makan, menyikat gigi, atau gigi palsu.
dalam tangan mereka, jika tidak ada kebersihan tangan sebelum menyentuh pasien
melindungi pasien dari dari kuman berbahaya yang bisa masuk kedalam tubuh
mereka selama tindakan aseptik dilakukan. Contoh tindakan dari indikasi ini
kulit pasien seperti merawat luka, membersihkan luka bakar, pemeriksaan VT.
mencegah infeksi endogen dan eksogen pada pasien. Petugas kesehatan mungkin
melindungi diri dan lingkungan dari mikroorganisme yang bisa didapat dari
pasien. Contoh tindakan dari indikasi ini adalah setelah terpapar dengan cairan
tubuh pasien: perawat yang membantu pasien BAB/BAK, perawat kontak dengan
sputum pasien baik secara langsung melalui atau tidak langsung melalui sputum
menyentuh selang drainase. Setelah kontak dengan darah, air liur, air mata, asi,
Mencuci tangan setelah terpapar dengan cairan tubuh pasien adalah untuk
mencegah infeksi pada petugas kesehatan dan lingkungan sekitar yang terkena
Contoh tindakan dari indikasi ini adalah setelah menjabat tangan pasien, setelah
merekam EKG).
bertujuan untuk melindungi diri dan lingkungan kesehatan dari kuman pasien.
Contoh tindakan dari indikasi ini adalah setelah kontak fisik dengan lingkungan
pasien (mengganti sprei, memegang rel tempat tidur, dan membereskan meja yang
permukaan atau benda lainnya (sebaiknya hindari aktivitas yang tidak diperlukan).
Alat Pelindung Diri (APD) mengacu pada peralatan yang dipakai untuk
melindungi petugas kesehatan dari paparan atau kontak dengan agen infeksi.
pelindung.
2.2.2.1.Sarung Tangan
paparandarah, cairan tubuh atau agen infeksi. Contohpenggunaan yang tepat dari
sarung tangan disituasi yang melibatkan mungkin kontak dengan darah ataucairan
tubuh, selaput lendir, yang tidak utuh kulitatau bahan yang berpotensi menular.
lebih dari satu pasien. Jangan mencuci sarung tangan untuk tujuan penggunaan
ulang.
Tiga saat petugas perlu memakai sarung tangan: (a) perlu untuk
darah, cariran tubuh, sekresi, mucus membrane, kulit yang tidak utuh; (b) dipakai
dilakukan tindakan terhadap kulit pasien yang tidak utuh, atau mucus membrane;
(c) mencegah tangan petugas terkontaminasi kepada pasien lain. Perlu kepatuhan
petugas untuk memakai sarung tangan sesuai standart. Memakai sarung tangan
tidak menggantikan perlunya cuci tangan, karena sarung tangan dapat berlubang
walaupun kecil.
untuk menahan cipratan yang keluar untuk mencegagh percikan darah atau cairan
lainnyamemasuki hidung atau mulut. Bila masker tidak terbuat dari bahan tahan
cairan, maka masker tersebut tidak efektif untuk mencegah kedua hal tersebut.
kaca mata pengaman, pelindung wajah dan visor. Petugas kesehatan harus
menggunakan masker dan pelindung mata atau pelindung wajah, jika melakukan
tugas yang memungkinkan adanya percikkan cairan secara tidak sengaja ke area
wajah.
menular antara satu pasien dan yang lain, atau antara pasien dan penyedia layanan
meningkatkan perlindungan petugas kesehatan dari paparan darah dan luka benda
tajam.
penggunaan jarum suntik tunggal,dengan atau tanpa jarum yang sama, untuk
anestesi spinal).
pada pasien dan individu yang memiliki tanda-tanda dan gejaladari infeksi
menutup mulut mereka / hidung saatbatuk atau bersin, gunakan sapu tangan dan
tissue dan dan membuangnya pada tempat sampah, c. menyediakan sumber daya
masker untuk pasien batukdan orang dengan gejala lainnya saat masuk ke fasilitas
Kebersihan pernafasan dan etika batuk adalah dua cara penting untuk
petugas kesehatan harus dianjurkan untuk selalu mematuhi etika batuk dan
Etika batuk adalah serangkaian tindakan yang membuat ketika batuk atau
orang lain. Pilek dan flu memiliki kemampuan untuk menyebar dengan mudah
percikkan ini dapat dicegah maka transmisi infeksi dapat dikurangi. Etika batuk