KEPERAWATAN
I. SAK ANAK
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA BAYI DENGAN BRONCHOPNEUMONI
A. PENGERTIAN
Suatu peradangan paru, terjadi pada jaringan paru atau alveoli. Biasanya ini terjadi
didahului oleh infeksi traktus respiratorius bagian atas selama beberapa hari.
B. POHON MASALAH
ISPA
Daya tahan tubuh menurun
Penyakit menahun
Aspirasi
Hipotermi
Gangguan
nutrisi
Hipersekresi mukus
Penumpukan mukus
Gangguan
keseimbangan cairan
Kurang penetahuan
dan elektrolit
Cemas
C. PENGKAJIAN
1. Identitas pasien.
2. Data subyektif
-
3. Data obyektif
-
Batuk produktif
Perubahan kesadaran.
Pasien rewel karena nyeri dada yang timbul akibat gesekan pleura yang
meradang.
Pada X. Foto thorak ditemukan gambaran bercak infiltrat pada daerah para
cardial dan parahilar.
Kriteria
Rasional
menentukan
tindakan
selanjutnya.
oksigen
pengaruh iritan
dari
pemberian O2.
d. Tinggikan bagian kepala saat tidur d. Posisi
Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati
ekstensi
dapat
4
30O 40
mempertahankan
ekstensi.
anatomi
jalan
f. Monitor nadi.
dan
untuk
menentukan
tindakan
selanjutnya.
g. Kolaborasi
untuk
bronchodilator.
Kriteria
Rasional
pola napas.
selanjutnya.
oksigen
dengan c. Humiditas
meningkatkan
yang
sama
mengurangi
paru-paru,
dapat
mengurangi
ekstensi
mempertahankan
ekstensi.
dapat
anatomi
jalan
f. Monitor nadi.
f. Untuk
menilai
perkembangan
untuk
bronchodilator.
Intervensi
Rasional
a. untuk
deteksi
awal
adanya
ketidakseimbangan cairan.
b. Berikan cairan parenteral secara b. Menjamin tidak terjadi dehidrasi.
adekuat.
c. Berikan
cairan
peroral
adekuat.
d. Monitor serum elektrolit.
berulang.
Kriteria
Rasional
b. Suhu
ruangan
yang
hangat
c. Penurunan
suhu
tubuh
secara
konduksi.
d. Tingkatkan intake cairan adekuat.
e. Antibiotik
untuk
profilaksis
sesuai program.
penurun panas.
Kecemasan pada orang tua dan anak berhubungan dengan hospitalisasi dan
kesukaran dalam bernafas.
Tujuan
Intervensi
Rasional
a. Instruksikan agar orang tua tetap a. Agar anak dan orang tua merasa
menemani akan.
b. Pergunakan komunikasi terapiutik.
lebih tenang.
b. Untuk menjaga hubungan saling
percaya antara orang tua pasien dan
perawat.
c. Jelaskan
perawatan
tentang
sebelum
dilakukan
tindakan.
d. Berika terapi bermain sesuai dengan d. Agar anak dapat bermain seperti di
usia dan kondisi.
e. Ajarkan
oran
rumahnya sendiri.
tua
keluarga pasien.
verbal.
f. Libatkan orang tua dalam perawatan f. Untuk mempercepat penyembuhan
anak.
pada anaknya.
Kriterai hasil : - Orang tua mencuci tangan sebelum dan sesudah merawat anak.
- Secara verbal orang tua mengatakan tahu perawatan di rumah
Intervensi
a. Ajarkan
orang
Rasional
tua
untuk a. Orang
tua
mampu
melakukan
termasuk
benar.
pengobatan
dan
dengan
perawatannya.
b. Jelaskan tanda dan gejala distress b. Agar orang tua tidak merasa cemas
pernafasan dan infeksi, demam,
dan takut.
c. Dengan
mengetahui
pentingnya
E. IMPLEMENTASI
Pada tahap pelaksanaan ini kegiatannya adalah melakukan asuhan keperawatan
sesuai dengan perencanaan atau bila perlu bisa menyimpang dari perencanaan
semula, tergantung situasi dan kondisi saat itu.
F. EVALUASI
Asuhan keperawatan dilaksanakan sesuai rencana yang telah disusun. Diperlukan
suatu evaluasi untuk menilai suatu tindakan.
1. Tujuan tercapai ; jika pasien menunjukkan perubahan sesuai dengan standar
yang telah ditentukan.
2. Tujuan tercapai sebagian ; jika pasien menunjukkan perbandingan sebanding
dengan standar dan kriteria yang telah ditetapkan konsultasi dengan dokter.
3. Tujuan tidak tercapai ; jika pasien tidak menunjukkan perubahan dan kemajuan
sama sekali dan bahkan timbul masalah baru.
G. DISCHARGE PLANING ( RENCANA PEMULANGAN )
1. Ventilasi dan oksigenasi adekuat
2. Menjelaskan gejala gejala kekambuhan penyakit dan hal yang harus dilakukan
untuk mengatasi gejala
3. Prognosis/ proses penyakit dan program terapi dapat dipahami
4. Tekankan untuk melakukan kontrol sesuai waktu yang ditentukan
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA BAYI DENGAN HIRSCHPRUNG
A. PENGERTIAN
Hirschprung
adanya sel ganglion dalam rectum dan sebagian tidak ada dalam colon.
B. POHON MASALAH
Kegagalan sel neural pada masa embrio dalam dinding usus, gagal eksistensi, kranio kaudal pada myentrik
dan sub mukosa dinding plexus
Obstruksi parsial
refluks peristaltik
perasaan penuh
Resiko kurangnya
volume cairan dari
kebutuhan
obstruksi di colon
Perubahan nutrisi
kurang dari
kebutuhan
Colonostomy
10
Colonostomy
Luka pembedahan
Pembatasan intake
makanan (Puasa)
Resiko Infeksi
Perubahan nutrisi
kurang dari
kebutuhan
Kurang pengetahuan
Cemas
C. PENGKAJIAN
1. Identitas / Biodata
Nama lengkap, tempat tinggal, jenis kelamin, tanggal lahir, umur, nama orang tua,
pekerjaan orang tua, penghasilan, dll.
2. Data Subyektif
3. Data Obyektif
-
Pengkajian status bising usus untuk melihat pola bunyi hiperaktif pada bagian
proximal karena obstruksi.
11
Kriteria
Rasional
Intervensi
a.
b.
c.
d.
Monitor elektrolit.
e.
Kaji
status
hidrasi
sebelum
dan
pembedahan
dengan
mengkaji
dan
membran
turgor
kulit
menunjang
keberhasilan
pembedahan.
sesudah
mukosa.
2. Konstipasi berhubungan dengan obstruksi karena meganglion pada usus.
Tujuan
Kriteria
Bab Normal
Konsistensi lembek
12
Intervensi
a.
Kaji
fungsi
Rasional
usus
karakteristik tinja.
b.
c.
ketidakseimbangan elektrolit.
Kaji
status
sebelum
dan
pembedahan
dengan
mengkaji
dan
membran
turgor
kulit
sesudah
cairannya.
mukosa.
3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan colostomy dan perbaikan
pembedahan.
Tujuan
mencegah
infeksi
pembedahan
dan
colostomy
serta
a.
Rasional
b.
infeksi
dan
drainage.
Kaji
warna
sekeliling
stoma,
area
infeksi.
insisi
pembedahan.
Catat
drainage
berkurang
f.
dengan
kemerahan,
e.
yang
pembedahan.
abdomen.
d.
tidakan
berhubungan
setiap 4 jam.
c.
akibat
yang
tidak
dalam
adanya
langkah
demam,
risiko
alergi
&
iritasi.
biasa,
13
Rasional
infeksi
tindakan
yang
akibat
insisi
kemerahan,
pembedahan, c. Mengetahui
bengkak,
dan
drainage.
dini
terhadap
adanya
langkah
dalam
infeksi.
berkurang
Kriteria hasil
14
Intervensi
a.
Puasakan
Rasional
anak
hinggi a. Mengetahui
( flatus ).
Pertahankan NGT.
c.
normal
pencernaan.
b.
d.
fungsi
berat
kebutuhan
&
gangguan pertumbuhan.
Kriterai hasil
Intervensi
a.
b.
nyeri
c.
ketenangan
pada anak.
d.
pada
memberikan
anak
dalam
kekuatan
mengatasi
traumanya ( nyeri ).
dan
Berikan
nyeri
sesuai
program.
rasa
hal-hal
yang
tidak
dini
terhadap
adanya
Intervensi
Rasional
yang
di
dialami
rumah
lebih
dini
anak,
dan
15
pengobatan.
perasaan,
tentang
irigasi
kesembuhan
dan
perawatan
colostomy.
tua
dalam
orang
perkembangan
hasil
&
pembedahan
anaknya.
perawatan
colostomy
E. IMPLEMENTASI
Pada tahap pelaksanaan ini kegiatannya adalah melakukan asuhan keperawatan sesuai
dengan perencanaan atau bila perlu bisa menyimpang dari perencanaan semula,
tergantung situasi dan kondisi saat itu.
F. EVALUASI
Asuhan keperawatan dilaksanakan sesuai rencana yang telah disusun. Diperlukan
suatu evaluasi untuk menilai suatu tindakan.
4. Tujuan tercapai ; jika pasien menunjukkan perubahan sesuai dengan standar yang
telah ditentukan.
5. Tujuan tercapai sebagian ; jika pasien menunjukkan perbandingan sebanding
dengan standar dan kriteria yang telah ditetapkan konsultasi dengan dokter.
6. Tujuan tidak tercapai ; jika pasien tidak menunjukkan perubahan dan kemajuan
sama sekali dan bahkan timbul masalah baru.
G. DISCHARGE PLANING ( RENCANA PEMULANGAN )
1. Jelaskan cara perawatan colostomy.
2. Ajarkan untuk mengenal komplikasi terjadinya infeksi.
3. Ajarkan untuk mencegah terjadinya infeksi; ajarkan tentang standar tehnik septik
dan aseptik.
4. Ajarkan perawatan bayi : mencuci tangan sebelum memegang bayi.
5. Jelaskan obat-obatan yang diberikan; efek samping dan kegunaannya.
6. Tekankan untuk kontrol sesuai dengan waktu yang ditentukan.
16
pO2 menurun
IWL
Atelektasis
Dehidrasi
Metabolisme anaerob
Menurunnya ventilasi
Resti Pe volume
cairan tubuh
CO2 meningkat
Asidosis
Hospitalisasi
Cemas
Reflek menelan
Gg pemenuhan
nutrisi
17
C. PENGKAJIAN
1. Identitas pasien.
2. Data subyektif
3. Data obyektif
-
RR : 60 kali permenit.
Cyanosis central.
Apnoe.
Terjadi asfiksia.
X. foto thoraks
Shake test
menelan,
motilitas
gastrik
menurun
dan
kurangnya
penyerapan.
INTERVENSI
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan imatur paru dan dinding dada
atau kurangnya jumlah cairan surfaktan.
Tujuan
Kriteria hasil
Rasional
pertukaran gas.
keburukan
kondisi
pernafasan.
c. Monitor analisa gas darah.
c. Gangguan
pertukaran
gas
mendukung
agar
ada
upaya
bernapas.
e. Pertahankan
suhu
lingkungan e. Suhu
netral.
udara
mengakibatkan
yang
rendah
terjadinya
19
f. Memberikan
oksigen
tambahan
Kriteria hasil
Intervensi
Rasional
a. Kaji dada bayi apakah bunyi nafas a. Menentukan beratnya obstruksi pada
bilateral
dan
adanya
ekspansi
selama inspirasi.
b. Atur
posisi
bayi
memudahkan drainage.
c. Lakukan penghisapan ( Suction ).
d. Kaji kepatenan jalan nafas setiap d. Menjaga jalan napas tetap efektif.
hari.
e. Kaji posisi ketepatan alat ventilator e. Menjaga alat ventilator tetap efektif.
setiap jam.
f. Auskultasi kedua lapang paru.
Kriteria hasil
20
Intervensi
Rasional
pola
napas
tetap stabil.
c. Menjaga
fungsi
ventilator
tetap
efektif.
d. Berikan lingkungan yang kondusif d. Pola napas stabil saat bayi dalam
supaya bayi dapat tidur, gunakan
keadaan tidur
Kriteria hasil
: - Asam-basa seimbang
- Tidak terjadi perlukaan dinding mukosa.
Intervensi
Rasional
21
dini
adanya
fungsi
abnormal pernafasan.
b. Monitor komplikasi.
alat
bentu
nafas
atau
tetap efektif.
ventilator.
Resiko perubahan peran orang tua berhubungan dengan hospitalisasi sekunder
dari situasi kritis pada bayi.
Tujuan
Kriteria hasil
Intervensi
Rasional
e. Instruksikan
pada
ibu
22
Tujuan
Intervensi
Rasional
parenteral.
dokter.
b. Monitor intake dan output cairan b. Intake dan output yang seimbang
dan makanan enteral dan catat
menjaga
secara ketat.
tubuh.
keseimbangan
c. Mengetahui
cairan
ketidakseimbangan
popok.
menelan,
motilitas
gastrik
menurun
dan
kurangnya
penyerapan.
Tujuan
Kriteria hasil
Intervensi
a. Pasang
NGT
untuk
Rasional
pemberian a. Untuk memberikan nutrisi jika
minum.
c. Pastikan
bahwa
selang
NGT c. Menghindari
terjadinya
aspirasi
paru.
d. Berikan
makanan
minuman
bayi
dengan
risiko tumpah.
E. IMPLEMENTASI
Pada tahap pelaksanaan ini kegiatannya adalah melakukan asuhan keperawatan
sesuai dengan perencanaan atau bila perlu bisa menyimpang dari perencanaan
semula, tergantung situasi dan kondisi saat itu.
F. EVALUASI
Asuhan keperawatan dilaksanakan sesuai rencana yang telah disusun. Diperlukan
suatu evaluasi untuk menilai suatu tindakan.
1. Tujuan tercapai ; jika pasien menunjukkan perubahan sesuai dengan standar
yang telah ditentukan.
2. Tujuan tercapai sebagian ; jika pasien menunjukkan perbandingan sebanding
dengan standar dan kriteria yang telah ditetapkan konsultasi dengan dokter.
3. Tujuan tidak tercapai ; jika pasien tidak menunjukkan perubahan dan kemajuan
sama sekali dan bahkan timbul masalah baru.
24
25
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA BAYI DENGAN TETANUS NEONATORUM
A. PENGERTIAN
Tetanus adalah suatu penyakit akut yang disebabkan oleh Clostridium Tetani yang
menghasilkan exotoxin.
B. POHON MASALAH
sterilitas alat
Kualitas penolong
persalinan :
Bidan
Dokter
Dokter umum
Dokter ahli
Dukun
Dukun terlatih
Dukun tak
terlatih
Pengetahuan
Tingkat
pendidikan
Informasi <
Cemas
Resiko injuri
Kejang tonik
Kualitas
pemotongan tali
pusat
Status
ekonomi
Perilaku
T
E
T
A
N
U
S
Penghasilan
N
E
O
N
A
T
O
R
U
M
Budaya
Toksin
Hospitalisasi
Neurotropik
Mempengaruhi SSP
Otot Faring
Exotoxin
Tetanosposmin
Akson neuron
Nyeri
Sist vaskuler
Dinetralkan oleh
antitoksin
Tidak bisa
menetek
26
Hipersalivasi
Kesulitan
menelan
Cianosis
Tidak efektif
bersihan
Resiko
aspirasi
Lethargi
Resiko
infeksi
Dehidrasi
Resiko kurangnya
volume cairan
nafas
Pemasangan
sonde
Intake cairan
kurang
Perubahan
nutria kurang
C. PENGKAJIAN
1. Kaji riwayat dan faktor pencetus.
2. Kaji manifestasi kejang atauu aktifitas kejang.
3. Pemeriksaan fisik ; adanya luka.
4. Pemeriksaan sistem pernafasan.
5. Respon keluarga.
D. DIAGNOSA DAN INTERVENSI
1. Tidak efektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan meningkatnya sekresi
atau produksi mukus.
Tujuan
Kriteria
a.
Rasional
b.
terjadi
adanya
kesulitan
akumulasi
menelan,
secret
dapat
27
kejang.
d. Mencegah
d.
Pertahankan
kebersihan
terjadinya
obstruksi
nafas.
e. Mencegah terjadinya aspirasi.
e.
f.
Pemberian
f. Mencegah Hipoxia
oksigen,
Kriteria
Intervensi
Rasional
penghisapan
adanya
akumulasi
secret
dapat
d. Mencegah
terjadinya
obstruksi
nafas.
e. Mencegah terjadinya aspirasi.
f. Mencegah Hipoxia
program.
28
Kriteria hasil
Intervensi
a.
Rasional
b.
b. Mencegah
Tempatkan
bayi
dengan
meningkatkan
rangsangan
harus
ditempatkan
f.
integritas kulit.
Anak
e.
gangguan
terjadinya
kejang.
f. Lidah tidak tergigit saat terjadi
kejang
g. Menghindari terjadinya obstruksi
nafas.
g.
Tempatkan
anak
dengan
lidah
jatuh
ke
i.
Catat
yang
tepat
dapat
29
frekuensi,
lamanya
dan
faktor
pencetusnya.
j.
meningkatkan prognosa.
Berikan
antikejang
dan
Kriteria
Rasional
a. Deteksi
keseimbangan
cairan
tubuh.
b. Observasi tanda-tanda dehidrasi, b. Deteksi dini terhadap terjadinya
ubun-ubun, membran mukosa dan
komplikasi : dehidrasi.
turgor kulit.
c. Berikan dan pertahankan intake c. Memenuhi
cairan oral atau perparenteral sesuai
kebutuhan
inake
makanan.
indikasi.
d. Monitor berat jenis urine.
e. Memenuhi
kebutuhan
asupan
30
5. Nyeri berhubungan dengan toksin dalam sel saraf dan aktifitas kejang.
Tujuan
Kriteria hasil
Intervensi
a.
Rasional
a. Mengatasi
nyeri
dengan
c.
meningkatkan
kejang
dan
penenang
vasodilatasi
dan
yang
sangat
terinfeksi
sensitive
tetanus
terhadap
rangsangan.
d.
e.
yang
tenang
menurunkan rangsangan.
Tempatkan
pada
tempat e. Menurunkan
rangsangan
dan
Kriterai hasil
Intervensi
a.
Pertahankan
Rasional
NGT
untuk a. Memenuhi
kebutuhan
asupan
31
intake makanan.
b.
c.
d.
Berikan
yang sama.
Kriteria
a.
Jelaskan
tentang
Rasional
hal-hal a. Pasien
sangat
rangsangan.
terang.
b.
yang
terinfeksi
sensitive
tetanus
terhadap
penanganan
tentang
kejang
perawatan pasien.
untuk
Jelaskan
memahami
dan
menjaga
32
ketenangan lingkungan.
d.
Kriteria
Rasional
orang
mengekspresikan
tua
perasaannya
terhadap anak.
c. Jelaskan semua prosedur yang akan c. Keluarga memahami dan kooperatif
dilakukan.
tenang
dan
mengurangi
hospitalisasi
E. IMPLEMENTASI
Pada tahap pelaksanaan ini kegiatannya adalah melakukan asuhan keperawatan sesuai
dengan perencanaan atau bila perlu bisa menyimpang dari perencanaan semula,
tergantung situasi dan kondisi saat itu.
F. EVALUASI
33
Asuhan keperawatan dilaksanakan sesuai rencana yang telah disusun. Diperlukan suatu
evaluasi untuk menilai suatu tindakan.
1. Tujuan tercapai ; jika pasien menunjukkan perubahan sesuai dengan standar yang
telah ditentukan.
2. Tujuan tercapai sebagian ; jika pasien menunjukkan perbandingan sebanding dengan
standar dan kriteria yang telah ditetapkan konsultasi dengan dokter.
3. Tujuan tidak tercapai ; jika pasien tidak menunjukkan perubahan dan kemajuan
sama sekali dan bahkan timbul masalah baru.
G. DISCHARGE PLANING ( RENCANA PEMULANGAN )
1. Jelaskan perawatan yang diperlukan; pemenuhan kebutuhan sehari-hari.
2. Bila ada gangguan mebilitas fisik ajarkan untuk ROM di rumah.
3. Jelaskan pentingnya stimulasi tumbuh kembang seperti kebutuhan bermain.
4. Jelaskan obat-obat yang diberikan, efek samping, tujuan dan reaksinya.
5. Jelaskan faktor-faktor yang dapat menimbulkan penyakit tetanus; adanya luka.
6. Jelaskan pentingnya imunisasi tetanus pada anak.
34
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA BAYI DENGAN TETANUS NEONATORUM
A. PENGERTIAN
Tetanus adalah suatu penyakit akut yang disebabkan oleh Clostridium Tetani yang
menghasilkan exotoxin.
B. POHON MASALAH
sterilitas alat
Kualitas penolong
persalinan :
Bidan
Dokter
Dokter umum
Dokter ahli
Dukun
Dukun terlatih
Dukun tak
terlatih
Pengetahuan
Tingkat
pendidikan
Informasi <
Cemas
Kualitas
pemotongan tali
pusat
Status
ekonomi
Perilaku
Penghasilan
T
E
T
A
N
U
S
N
E
O
N
A
T
O
R
U
M
Budaya
Toksin
Hospitalisasi
Neurotropik
Tetanosposmin
Akson neuron
Exotoxin
Sist vaskuler
35
Kejang tonik
Resiko injuri
Mempengaruhi SSP
Otot Faring
Hipersalivasi
Dinetralkan oleh
antitoksin
Tidak bisa
menetek
Kesulitan
menelan
Cianosis
Tidak efektif
bersihan
Nyeri
Resiko
aspirasi
Lethargi
Perubahan
nutria kurang
Resiko kurangnya
volume cairan
nafas
Intake cairan
kurang
Pemasangan
sonde
Dehidrasi
Resiko
infeksi
C. PENGKAJIAN
1. Kaji riwayat dan faktor pencetus.
2. Kaji manifestasi kejang atauu aktifitas kejang.
3. Pemeriksaan fisik ; adanya luka.
4. Pemeriksaan sistem pernafasan.
5. Respon keluarga.
D. DIAGNOSA DAN INTERVENSI
1. Tidak efektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan meningkatnya sekresi
atau produksi mukus.
Tujuan
Kriteria
a.
Rasional
36
b.
adanya
akumulasi
secret
dapat
kejang.
d. Mencegah
d.
Pertahankan
kebersihan
terjadinya
obstruksi
nafas.
e. Mencegah terjadinya aspirasi.
e.
f.
Pemberian
f. Mencegah Hipoxia
oksigen,
Kriteria
Intervensi
a.
Rasional
b.
adanya
akumulasi
secret
dapat
kejang.
d. Mencegah
d.
Pertahankan
jalan nafas dan mulut.
kebersihan
terjadinya
obstruksi
nafas.
e. Mencegah terjadinya aspirasi.
37
e.
f.
Pemberian
f. Mencegah Hipoxia
oksigen,
Kriteria hasil
Intervensi
a.
Rasional
b.
b. Mencegah
Tempatkan
bayi
dengan
meningkatkan
harus
ditempatkan
sangat
rangsangan
f.
terhadap
tetanus
sensitive
Anak
e.
terinfeksi
gangguan
integritas kulit.
c. Pasien
terjadinya
kejang.
f. Lidah tidak tergigit saat terjadi
kejang
g. Menghindari terjadinya obstruksi
nafas.
g.
Tempatkan
anak
dengan
lidah
jatuh
ke
38
h.
i.
tepat
dapat
Catat
frekuensi,
yang
aktifitas
lamanya
dan
faktor
pencetusnya.
j.
meningkatkan prognosa.
Berikan
antikejang
dan
Kriteria
a.
Rasional
b.
Observasi
dehidrasi,
tanda-tanda
ubun-ubun,
membran c. Memenuhi
inake
makanan.
d.
kebutuhan
kebutuhan
asupan
39
e.
Pertahankan
kepatenan
NGT.
5. Nyeri berhubungan dengan toksin dalam sel saraf dan aktifitas kejang.
Tujuan
Kriteria hasil
Intervensi
a.
Rasional
a. Mengatasi
nyeri
dengan
c.
kejang
meningkatkan
dan
penenang
vasodilatasi
dan
d.
e.
pada
tempat
tenang
menurunkan rangsangan.
e. Menurunkan
Tempatkan
yang
rangsangan
dan
40
Kriterai hasil
Intervensi
a.
Pertahankan
Rasional
NGT
untuk a. Memenuhi
intake makanan.
b.
kebutuhan
asupan
c.
d.
Berikan
e. Indikator
keberhasilan
intervensi
yang sama.
Kriteria
Intervensi
a.
Jelaskan
tentang
Rasional
hal-hal a. Pasien yang terinfeksi tetanus sangat
suara, sentuhan, sinar yang sangat b. Keluarga dapat ikut serta dalam
terang.
b.
perawatan pasien.
Jelaskan
tentang
41
penanganan
kejang
untuk
memahami
dan
drainage.
c.
Jelaskan
untuk
ketenangan lingkungan.
d.
cara pencegahannya.
Kriteria
Intervensi
a.
Rasional
b.
perasaannya
terhadap anak.
c.
d.
hospitalisasi
sentuhan terapiutik.
42
E. IMPLEMENTASI
Pada tahap pelaksanaan ini kegiatannya adalah melakukan asuhan keperawatan sesuai
dengan perencanaan atau bila perlu bisa menyimpang dari perencanaan semula,
tergantung situasi dan kondisi saat itu.
F. EVALUASI
Asuhan keperawatan dilaksanakan sesuai rencana yang telah disusun. Diperlukan suatu
evaluasi untuk menilai suatu tindakan.
1. Tujuan tercapai ; jika pasien menunjukkan perubahan sesuai dengan standar yang
telah ditentukan.
2. Tujuan tercapai sebagian ; jika pasien menunjukkan perbandingan sebanding dengan
standar dan kriteria yang telah ditetapkan konsultasi dengan dokter.
3. Tujuan tidak tercapai ; jika pasien tidak menunjukkan perubahan dan kemajuan
sama sekali dan bahkan timbul masalah baru.
G. DISCHARGE PLANING ( RENCANA PEMULANGAN )
1. Jelaskan perawatan yang diperlukan; pemenuhan kebutuhan sehari-hari.
2. Bila ada gangguan mebilitas fisik ajarkan untuk ROM di rumah.
3. Jelaskan pentingnya stimulasi tumbuh kembang seperti kebutuhan bermain.
4. Jelaskan obat-obat yang diberikan, efek samping, tujuan dan reaksinya.
5. Jelaskan faktor-faktor yang dapat menimbulkan penyakit tetanus; adanya luka.
6. Jelaskan pentingnya imunisasi tetanus pada anak.
43
Faktor malabsorbsi
Endotoksin
Tekanan osmotik
Gangguan peristaltik
Hiperperistaltik
Hipoperistaltik
merusak mukosa
usus
Pergeseran cairan
an elektrolit ke
lumen usus
Endotoksin berlebih
Hipersekresi cairan
& elektrolit
44
Rangsangan pengeluaran
Hiperperistaltik
Cemas
Kurang
pengetahuan
Diare
Perubahan ketidak
nyamanan
kolik
Hiponatremia
Hipokalemia
Hipotensi
kejang,
postural,
kulit
tremor
peka
rangsang,
denyut
jantung cepat
(Horne & Swearingen, 2001; Smeltzer & Bare, 2002)
C. PENGKAJIAN
1. Identitas / Biodata
Nama lengkap, tempat tinggal, jenis kelamin, tanggal lahir, umur, nama
orang tua, pekerjaan orang tua, penghasilan, dll.
2. Keluhan Utama
a. Diare < 4 kali BAB cair tanpa dehidrasi.
b. Diare 4 10 kali BAB cair dengan dehidrasi ringan / sedang.
c. Diare > 10 kali dengan dehidrasi berat.
d. Sudah berapa lama anak menderita, bila diare < 14 hari adalah diare akut,
bila berlangsung 14 hari atau lebih adalah diare persisten.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
45
Dehidrasi ringan 5%
46
Kulit
-
b. Kepala
a) Dehidrasi ringan ubun-ubun besar agak cekung.
b) Dehidrasi sedang ubun-ubun besar cekung.
c) Dehidrasi berat ubun-ubun besar cekung sekali.
c. Mulut dan lidah
a) Tanpa dehidrasi Mulut dan lidah basah.
b) Dehidrasi ringan / sedang Mulut dan lidah kering.
c) Dehidrasi berat Mulut dan lidah sangat kering.
d. Abdomen Distensi, kram, bising usus meningkat.
e. Anus Iritasi kulit, kemerahan
D. DIAGNOSA DAN INTERVENSI
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah dan diare.
2. Perubahan nutrisi berhubungan dengan absorbsi makanan yang tidak
adekuat.
3. Perubahan integritas kulit berhubungan dengan seringnya defekasi dengan
iritasi pada daerah anal dan bokong.
4. Perubahan ketidaknyamanan berhubungan dengan kram abdomen, diare,
muntah dan dilatasi vaskuler & hiperperistaltik.
5. Kurangnya pengetahuan orang tua yang berhubungan dengan kurangnya
informasi tentang tanda serta gejala komplikasi diare.
6. Cemas berhubungan dengan perpisahan dengan ibu.
47
INTERVENSI
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah dan diare.
Tujuan : bayi tercukupi kebutuhan volume cairan.
Kriteria hasil :
a. Bayi akan tercukupi volume cairan, yang ditandai dengan tidak adanya
diare berlendir dan darah, muntah distensi, mata cekung.
b. Bising usus normal ( 10 30 x/1 ).
c. Kembalinya BB yang hilang selama sakit.
d. Ubun ubun besar datar, turgor kulit normal.
e. Produksi urine cukup ( 1 - 2 cc /kgBB/jam ).
f. Suhu tubuh 36,5OC 37,5OC.
g. Serum K, Na normal.
Intervensi
Rasional
usus
mengurangi
volume
sirkulasi
absorbsi
yang
air,
rendah
masukan
dan
keluaran
mengurangi
muntah
absorbsi
juga
yang sama.
kehilangan cairan.
48
sirkulasi
keseimbangan
cairan
darah,
dan
metabolisme.
f. Lakukan
tindakan
untuk
f. Hipothalamus
sebagai
termofat
Intervensi
a. Pelihara input dan output yang tepat
dengan meneruskan nutrisi peroral.
Rasional
a. Hidrasi dan nutrisi yang adekuat
diperlukan
untuk
metabolisme
tubuh.
b. Observasi muntah dan berak tiap 4
jam.
c. Timbang berat badan setiap hari
dengan timbangan dan temapat
memberikan
pengukuran
49
yang sama.
Intervensi
a. Jaga popok agar tetap kering dan
bersih.
Rasional
a. Keadaan yang bersih dan kering
akan
mencegah
tumbuhnya
mikroorganisme.
b. Periksa dan ganti popok setiap kali
basah.
c. Cuci tangan sebelum dan sesudah
mengganti popok.
BAB.
dan anus.
disposible
dapat
meningkatkan iritasi.
g. Popok
kain
akan
mengurangi
50
kebutuhan
BAB
h. Jaringan
lebih
mudah
untuk
Intervensi
a. Baringkan
bayi
dalam
Rasional
posisi a. Relaksasi
otot
otot
saluran
Berikan input ASI PASI sedikit- b. Cairan dalam jumlah kecil tidak
sedikit tapi sering.
c.
d.
cairan
peristaltik.
panas
merangsang
51
Tujuan
diare.
Kriteria hasil
Intervensi
a. Bahas
proses
Rasional
penyakit
dengan
meningkatkan
tua
penyakit,
kooperatif
dan
perawatan.
yaitu
penyebab
tindakan
pencegahan,
pentingnya
cuci
tangan
kepatuhan
dengan
tindakan
sampai
bersih.
b. Jelaskan
pentingya
mempertimbangkan keseimbangan
tindakan
pencegahan
dengan ;
d. Penyimpanan makanan dan cara
c. Penyebab
paling
gasteroenteritis
umum
adalah
yang
asupan
makanan
52
Intervensi
a. Memberikan
rasa
Rasional
aman
nyaman.
b. Minta
tinggal
sebentar
ibu
untuk b. Dengan
memberi
sentuhan, dekapan.
tinggal
sebentar
dan
menimang
d. Sarankan pada ibu untuk tidak d. Bayi akan merasa tenang dan
terlalu khawatir sekali terhadap
tidak rewel.
bayinya.
E. IMPLEMENTASI
Pada tahap pelaksanaan ini kegiatannya adalah melakukan asuhan keperawatan
sesuai dengan perencanaan atau bila perlu bisa menyimpang dari perencanaan
semula, tergantung situasi dan kondisi saat itu.
F. EVALUASI
Asuhan keperawatan dilaksanakan sesuai rencana yang telah disusun.
Diperlukan suatu evaluasi untuk menilai suatu tindakan.
1. Tujuan tercapai ; jika pasien menunjukkan perubahan sesuai dengan standar
yang telah ditentukan.
53
54
A. PENGERTIAN
Sepsis neonatorum adalah suatu penyakit infeksi yang sering menyerang neonatus yang
ditandai dengan adanya gejala sistemik yang disertai dengan adanya bakterimia.
Infeksi pada neonatus dapat melalui bebarapa cara. Blanc ( 1961 ) membagi dalam 3
golongan yaitu ;
1. Infeksi Antenatal
Kuman mencapai janin melalui peredaran darah ibu ke placenta. Selanjutnya infeksi
melalui vena umbilikalis masuk ke janin.
2. Infeksi Intranatal
Kuman dari vagina naik dan masuk ke dalam rongga amnion setelah ketuban pecah.
Atau infeksi terjasi pada partus lama dan seringkali dilakukan pemeriksaan vagina
toucher ( VT ). Janin terinfeksi karena menginhalasi liquor yang sertik, atau karena
kuman memasuki peredaran darahnya dan menyebabkan septikemia.
3. Infeksi Post Natal
55
Infeksi terjadi sesudah bayi lahir lengkap sebagai akibat penggunaan alat atau
perawatan yang tidak steril atau karena cross infection.
B. POHON MASALAH
Mikroorganisme di
Urogenital ibu
Aktifitas complement
jelek
Fungsi macrophage
terganggu
Infeksi acending
Penularan
Transplacental
Faktor Persalinan
Melalui cairan
amnion
Septikemia
Pemasangan alat
invasive pada bayi
Peralatan kurang
memperhatikan tehnik
septic dan aseptik
Cross infection
SEPSIS NEONATORUM
Distensibilitas paru
Otot pernafasan
melemah
Pemasangan alat
invasif
Gg integritas
kulit
Hospitalisasi
Kurang
pengetahuan
56
Ventilasi menurun
Gg pola pemenuhan
nutrisi
Perubahan frekuensi,
Perfusi perifer menurun
irama & kualitas
nafas
Dehidrasi
Resiko infeksi
Cemas
Gg keseimbangan
cairan dan
elektrolit
Suhu tubuh
menurun /
Hipothermi
1. Identitas pasien, tanggal lahir, nama orang tua, nomor register, diagnosa medis,
alamat, dll.
2. Data obyektif
a. Keadaan umum ; Somnolence, apatis, malas minum, hypotermia, hypertermia.
b. Sistem saraf pusat; hipotoni otot, iritabel, kejang, lethargi.
c. Saluran nafas; pernafasan tidak teratur, sesak nafas, apnea, cyanosis, tachipnea
( > 60 kali permenit ), sirkulasi perifer jelek, sampai timbul renjatan.
d. Saluran cerna; retensi lambung, hepatomegali, mencret, muntah, perut
kembung.
e. Manifestasi hematologi; pucat, kuning, splenomegali, trombositopeni sampai
dengan 100.000/mm.
3. Pemeriksaan penunjang
a. Cultur darah
b. Cultur feses
c. Cultur urine
d. Cultur cairan cerebrospinal
e. Thorak foto untuk mengetahui infeksi di paru-paru.
f. Lumbal pungsi untuk mengetahui adanya infeksi di otak.
g. Darah lengkap : trombositopeni, lekositosis, HB menurun.
h. Urine lengkap ; lekositosis.
i. Feses lengkap ; ada tidaknya bakteri.
j. CRP.
Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati
57
Intervensi
a. Cuci tangan sebelum dan sesudah
melakukan tindakan.
b. Beri posisi terlentang dengan kepala
sedikit ekstensi.
Rasional
a. Cuci
tangan
mencegah
infeksi
nosokomial.
b. Posisi
terlentang
dan
sedikit
58
lurus.
c. Bersihkan
sumbatan,
jalan
bila
nafas
perlu
dari
lakukan
akan
suction.
memudahkan
proses
pernafasan.
Diagnosa 2
Risiko terjadinya gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan
dengan pengeluaran cairan yang berlebihan ( diare, muntah, retensi lambung).
Tujuan
Intervensi
Rasional
terjadinya
infeksi
nosokomial.
a. Mencegah
tanda-tanda
perubahan
sedini
59
e. Laksanakan
program
dokter,
Tujuan
Intervensi
Rasional
dilengkapi
dengan
alat
dapat
membantu
normal.
diberi lampu.
d. Hindarkan
bayi
kontak
dengan
dapat
mengakibatkan
bayi
kehilangan panas.
e. Jaga lingkungan dan pakaian bayi
tetap kering.
e. Lingkungan
basah
yang
dapat
lembab
dan
menyebabkan
60
Diagnosa 4
Potensial terjadinya gangguan pola pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan
dengan reflek menghisap lemah.
Tujuan
Intervensi
a. Cuci tangan sebelum dan sesudah
Rasional
a. Mencegah infeksi nosokomial.
melakukan tindakan.
b. Beri minum bayi sesuai kebutuhan.
c. Untuk
merangsang
refleks
d. Deteksi
dini
agar
terjadi
penurunan
yang sama.
e. Memberikan
berat
bila
badan
rehidrasi
atau
sedini
mungkin.
f. Observasi intake dan output cairan.
g. Kolaborasi untuk pemberian PASI
atau pemasangan NGT.
f. Mencegah
terjadinya
dehidrasi
pemberian
PASI
sesuai
61
Kriteria
: - Kulit utuh
- Tidak ada tand-tanda infeksi.
Intervensi
Rasional
pertumbuhan kuman.
kesterilan
c. Untuk
mencegah
infeksi
mencegah
infeksi
menghindari
penekanan
nosokomial.
alat-alat
yang
d. Untuk
nosokomial.
e. Untuk
( plester, alat
62
Diagnosa 6
Cemas pada orang tua berhubungan dengan kondisi penyakit pada anaknya.
Tujuan
Rasional
b. Beri
kesempatan
untuk
mengungkapkan perasaannya.
b. Dengan
mendengar
ungkapan
percaya,
sehingga
bisa
dengan
masalah-masalah
hubungannya
kondisi
pasien
yang
dengan
untuk
keluarga
ada
kondisi-
mencari
keluarga
pemecahan masalahnya.
tidak
cemas
dan
kooperatif.
d. Mereka dihargai
hak perannya
E. IMPLEMENTASI
Pada tahap pelaksanaan merupakan ini kegiatannya adalah untuk melakukan asuhan
keperawatan sesuai dengan perencanaan atau bila perlu bisa menyimpang dari
perencanaan semula, tergantung situasi dan kondisi saat itu.
F. EVALUASI
63
Asuhan keperawatan dilaksanakan sesuai rencana yang telah disusun. Diperlukan suatu
evaluasi untuk menilai suatu tindakan.
a. Tujuan tercapai ; jika pasien menunjukkan perubahan sesuai dengan standar yang
telah ditentukan.
b. Tujuan tercapai sebagian ; jika pasien menunjukkan perbandingan sebanding dengan
standar dan kriteria yang telah ditetapkan konsultasi dengan dokter.
c. Tujuan tidak tercapai ; jika pasien tidak menunjukkan perubahan dan kemajuan
sama sekali dan bahkan timbul masalah baru.
G. DISCHARGE PLANING ( RENCANA PEMULANGAN )
1. Jelaskan penyebab terjadinya Sepsis.
2. Ajarkan perawatan bayi : mencuci tangan dengan sabun setiap akan memegang bayi.
3. Berikan minum yang cukup.
4. Ajarkan mengenal tanda-tanda terjadinya infeksi dan cara pencegahannya.
5. Jaga suhu tubuh dalam keadaan hangat.
6. Prognosis/ proses penyakit dan program terapi dapat dipahami
7. Jelaskan obat-obatan yang diberikan; efek samping dan kegunaannya.
8. Tekankan untuk melakukan kontrol sesuai waktu yang ditentukan
64
A. PENGERTIAN
Bayi yang lahir pada umur kehamilan 38 40 minggu dengan keadaan lahir segera
menangis keras dan terjadi permulaan napas, tidak cyanosis, tidak kaku tangan dan kaki.
B. POHON MASALAH
BAYI LAHIR
Sekresi mucus
Air ketuban
Penghisapan
lendir
Jalan nafas
tidak efetif
Jalan nafas
terhambat
Trauma jaringan
Hipoxia
Resiko infeksi
Ventilasi
adekuat
Terpapar dunia
luar
Pemotongan tali
pusat
Perubahan suhu
drastis
Septic aseptic
Resiko infeksi
Hipothermi
Kerusakan Otak
65
C. PENGKAJIAN
1. Identitas pasien
2. Keluhan utama
Neonatus lahir aterm, spontan belakang, jenis kelamin , Apgar Skor 8 9
ketuban jernih, BB 3500 gr, Panjang Badan 51 cm, lingkar kepala 36 cm, linkar
dada 35 cm, anus ada, cacat tidak ada, cephal hematom.
3. Penyakit sekarang
Neonatus lahir aterm, spontan belakang, jenis kelamin , Apgar Skor 8 9
ketuban jernih, BB 3500 gr, Panjang Badan 51 cm, lingkar kepala 36 cm, linkar
dada 35 cm, anus ada, cacat tidak ada, cephal hematom.
4. Riwayat dahulu
5. Penyakit keluarga
a. Apakah keluarga memiliki penyakit hipertensi.
b. Apakah keluarga mempunyai Diabetes Melitus.
6. Riwayat persalinan
a. Lahir spontan belakang tanpa menggunakan alat.
b. Lahir Vacum Extraksi menggunakan alat forsep
c. Lahir Sectio Caesaria melalui operasi ( pembedahan )
7. Pemeriksaan penunjang
D. DIAGNOSA DAN INTERVENSI
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi mukus / adanya lendir dan
air ketuban.
2. Potensial Hipotermi berhubungan dengan keadaan terbuka setelah lahir.
3. Potensial infeksi berhubungan dengan kondisi bayi masih rentan terhadap
infeksi.
66
INTERVENSI
Diagnosa 1 :
Jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi mukus / adanya lendir dan air
ketuban.
Tujuan : Jalan nafas tidak tersumbat, sehingga bayi dapat bernafas dengan baik.
Kriteria hasil : - RR 40 60 kali permenit.
- Sekret tidak ada.
- Bayi tampak bernafas dengan baik
- Tidak sianosis
Intervensi
a. Pertahankan
trendelenberg
Rasional
posisi
bayi
setelah
bayi
slym
dengan
a. Posisi
trendelenberg
dapat
dirapikan.
b. Isap
lendir
menggunakan suction.
d. Penemuan
cuping
hidung
dan
yang
tanda-tanda
abnormal
mengambil
respirasi
dapat
segera
tindakan-tindakan
retraksi ICS.
Diagnosa 2
badan
Rasional
bayi
segera
67
setelah lahir.
b. Supaya
warmer.
bayi
tetap
hangat
dan
c. Penemuan
sedini
mendeteksi
mungkin
hipotermi
dan
dapat
mencegah komplikasi.
d. Tutup kepala bayi dengan tutup
kepala.
Diagnosa 3
Potensial infeksi berhubungan dengan kondisi bayi masih rentan terhadap infeksi
Tujuan
Intervensi
Rasional
68
E. IMPLEMENTASI
Pada tahap pelaksanaan ini kegiatannya adalah melakukan asuhan keperawatan sesuai
dengan perencanaan atau bila perlu bisa menyimpang dari perencanaan semula,
tergantung situasi dan kondisi saat itu.
F. EVALUASI
Asuhan keperawatan dilaksanakan sesuai rencana yang telah disusun. Diperlukan suatu
evaluasi untuk menilai suatu tindakan.
a. Tujuan tercapai ; jika pasien menunjukkan perubahan sesuai dengan standar yang
telah ditentukan.
b. Tujuan tercapai sebagian ; jika pasien menunjukkan perbandingan sebanding dengan
standar dan kriteria yang telah ditetapkan konsultasi dengan dokter.
c. Tujuan tidak tercapai ; jika pasien tidak menunjukkan perubahan dan kemajuan
sama sekali dan bahkan timbul masalah baru.
G. DISCHARGE PLANING ( RENCANA PEMULANGAN )
1. Jaga suhu tubuh dalam keadaan hangat.
2. Ajarkan perawatan bayi : cara merawat tali pusat, cara memandikan bayi,
untuk menjemur di sinar matahari 1 jam pada jam 06.00 07.00 pagi, baju terbuka
dengan ditutup pada mata dan alat kelamin, berikan minum cukup selama di jemur
dan sesudah dijemur.
3. Ajarkan tehnik menyusui yang benar.
4. Ajarkan mengenal tanda-tanda terjadinya hiperbilirubin : malas minum dan tidur
terus, kulit kuning.
5. Tekankan untuk melakukan kontrol sesuai waktu yang ditentukan
69
70
4. Ikterus yang disertai proses hemolisis ( inkontabilitas darah, defisiensi enzim G6PD
dan sepsis ).
5. Bilirubin direk lebih dari 1mg/dl, atau kenaikan bilirubin serum 1mg/dl/jam atau
lebih 5mg / dl / hari.
6. Ikterus menetap sesudah bayi umur 10 hari ( bayi cukup bulan ) dan lebih dari 14
hari pada bayi baru lahir BBLR.
B. POHON MASALAH
Destruksi
Protein plasma
Bilirubin
Akumulasi
Kejaringan
Globin
Joundice
Hemoglobin
Unkonjugasi bilirubin
Iron
Ikhterus
Heme
enzim glucoronil
transferase
- Unkonyugasi bilirubin
- Glukoronic acid
Perekatan
bilirubin indirek
pada otak
Konyugasi bilirubin
Glukoronicle
Kerusakan Otak
Empedu
Ekskresi
Bilirubin
menurun
dalam feses
Urobilinogen
menurun
dalam urine
Resiko injury
Ekresi (warna) pada feses
dan urine.
Foto Terapi
Sinar lampu
Terpapar radiasi
Mata tidak
ditutup
Hospitalisasi
71
Suhu
Kemerahan
IWL
Gg. Integritas
kulit
Dehidrasi
Gg retina
Resiko injury
mata
Resiko kurangnya
volume cairan
Kurang Pengetahuan
Cemas
Resti nutrisi
kurang dari
kebutuhan
C. PENGKAJIAN
1. Identitas pasien.
2. Keluhan utama.
a. Pasien icterus hari ke 3 di seluruh tubuh.
b. Kadar pemeriksaan laborat kadar bilirubin meningkat.
c. Pasien malas minum.
d. Tanyakan berapa lama jaundice muncul dan sejak kapan.
e. Apakah bayi ada demam.
f. Bagaimana kebutuhan pola minum.
3. Riwayat penyakit sekarang.
a. Sejak kapan pasien kelihatan kuning.
b. Kapan test darah dilakukan.
4. Riwayat imunisasi.
a. Apakah ibu pernah mendapat vaksin hepatitis ?
5. Riwayat keluarga.
a. Adakah keluarga yang menderita hepatitis ?
6. Riwayat kehamilan
a. Prenatal
b. Natal
72
: * Apgar Score.
* Reflek hamer.
*
Ekstremitas.
73
Intervensi
Rasional
b. Membantu
kebutuhan
menurunkan
kadar
bilirubin.
tukar.
waktu cepat.
Risiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan hilangnya air ( IWL ) tanpa
disadari sekunder dari fototherapi.
Tujuan
Rasional
a. Menjamin
keseimbangan
tubuh.
b. Mempertahankan kebutuhan cairan
dalam tubuh.
tanda-tanda
dini
adanya
dehidrasi;
cairan
cairan
yang
cukup
mukosa,
ubun-ubun, e. Deteksi
hidrasi.
dini
perubahan
status
74
Tujuan
Kriteria hasil
Intervensi
Rasional
b. Melembabkan
kulit
bayi
dan
Kecemasan orang tua berhubungan dengan kondisi bayi dan gangguan bonding.
Tujuan
Kriteria hasil
Intervensi
Rasional
a. Pertahankan kontak orang tua dan a. Menjalin kasih sayang dan tali
bayi.
tua
mengerti
dan
tua.
Kriteria hasil
75
Rasional
menjelaskan
tentang
yang
cukup
akan
bayi.
b. Libatkan dan ajarkan orang tua c. Pengetahuan orang tua yang cukup
dalam perawatan bayi.
Kriteria hasil
Intervensi
a. Gunakan
Rasional
pelindung
mata
fothotheraphy.
b. Untuk
pada
berlebihan
mata
karena
yang
melindungi
kornea
dari
dapat
76
F. EVALUASI
Asuhan keperawatan dilaksanakan sesuai rencana yang telah disusun. Diperlukan suatu
evaluasi untuk menilai suatu tindakan.
a. Tujuan tercapai ; jika pasien menunjukkan perubahan sesuai dengan standar yang
telah ditentukan.
b. Tujuan tercapai sebagian ; jika pasien menunjukkan perbandingan sebanding dengan
standar dan kriteria yang telah ditetapkan konsultasi dengan dokter.
c. Tujuan tidak tercapai ; jika pasien tidak menunjukkan perubahan dan kemajuan
sama sekali dan bahkan timbul masalah baru.
G. DISCHARGE PLANING ( RENCANA PEMULANGAN )
1. Jelaskan penyebab terjadinya Hiperbilirubin.
2. Ajarkan untuk mengenal komplikasi hiperbilirubin.
3. Ajarkan perawatan bayi : untuk menjemur di sinar matahari 1 jam pada jam 06.00
07.00 pagi, baju terbuka dengan ditutup pada mata dan alat kelamin.
4. Berikan minum cukup selama di jemur dan sesudah dijemur.
5. Ajarkan mengenal tanda-tanda terjadinya hiperbilirubin : malas minum dan tidur
terus, kulit kuning.
6. Jelaskan obat-obatan yang diberikan; efek samping dan kegunaannya.
7. Tekankan untuk kontrol sesuai waktu yang ditentukan.
77
Kurang dari 25 mg/dl pada bayi prematur dan BBLR pada minggu pertama
kehidupan.
B. POHON MASALAH
Hipermetabolisme
Sepsis
Intra uterin
malnutrisi
Kadar
glukaosa
darah
kurang
Enteral feeding
Pemakaian Corticosteroid therapi
Disfungsi
H
I
P
O
G
L
I
K
E
M
I
pankreas
Ggn
metabolism
e muskuler
Keterbatasan
gerak dan
aktivitas
Gg saraf otonom
Potensial komplikasi
b/d kadar glukosa
Banyak keringat
Potensial Ggn
Keseimbangan
cairan
dan
Potensial terjadi
hipotermi
Daya tahan
turun
gangguan
mental,
gangguan
perkembangan otak,
gangguan
Potensial
infeksi
fungsi
78
C. PENGKAJIAN
1. Identitas pasien, nama orang tua, diagnosa medis, register, umur, berat badan.
2. Keluhan utama; malas minum, lemah, penurunan kesadaran, hipotermi, kejang,
apnea, cyanosis.
3. Riwayat kehamilan dan kelahiran.
a. Prenatal
Kebiasaan dan kegiatan ibu saat hamil; merokok, pecandu obat terlarang,
suka minum minuman beralkohol, toxemia, ibu penderita DM ?
b. Natal
Umur kehamilan, berat badan waktu lahir, gemelli atau tidak.
c. Post natal
Apgar score, apakah sepsis, asfiksi, toxemia / tidak.
4. Pemeriksaan fisik; cyanosis, pernafasan ireguler, apatis, lemah, keringat dingin,
tachipnea, tachicardi, tidak mau minum, hipotermia.
5. Pemeriksaan penunjang : Laborat Dextrosik.
D. DIAGNOSA DAN INTERVENSI
1. Potensial terjadi cedera ( kerusakan otak dan kematian ) berhubungan dengan
insufisiensi glukosa.
2. Potensial terjadinya trauma yang berhubungan dengan gangguan tingkat
79
INTERVENSI
Potensial terjadi cedera ( kerusakan otak dan kematian ) berhubungan dengan
insufisiensi glukosa.
Tujuan : Tidak terjadi kerusakan otok dan kematian dala 30.
Kriteria
a.
Rasional
Periksa kadar glukosa darah secara a. Untuk ketepatan tindakan dan terapi.
akurat.
b.
pemberian
glukosa
secara
intravenous
ataupun perspeen.
c.
Tentukan
faktor-faktor
predisposisi
misalnya :
maka
dapat
dilakukan
pencegahannya.
d. Untuk bisa memberikan tindakan
Masukan
makanan
berkurang
dari
kebutuhan tubuh.
Suhu lingkungan yang terlalu dingin.
Stres, dll.
Lakukan
yang tepat.
e. Untuk
d.
tubuh.
c. Bila diketahui faktor predisposisi,
perbaikan
mengetahui
respon
pengobatan.
faktor-faktor
predisposisi
-
Berikan
makanan
sesuai
dengan
kebutuhan tubuh.
-
Jaga
agar
penderita
selalu
hangat,
80
e.
Pantau
status
neurologis
dan
Intervensi
Rasional
b.
c.
d.
d. Berikan penjelasan kepada keluarga
tentang keadaan dan tindakan yang
Dengan
penjelasan
diharapkan
akan dilakukan.
Potensial komplikasi berhubungan dengan kadar glukosa plasma yang rendah seperti,
gangguan mental, gangguan perkembangan otak, gangguan fungsi saraf otonom, koma
hipoglikemi
Tujuan
Kriteria hasil :
81
Intervensi
Rasional
a.
setelah makan
Untuk
mengetahui
tingkat
b. Monitor
kadar
glukosa,
pucat,
b.
Deteksi
dini
terjadinya
hipoglikemi.
c.
d.
Deteksi
dini
terjadinya
shock
hipoglikemi.
e. Monitor tanda gugup, irritabilitas
e.
f.
f.
Memenuhi
Lakukan
pemberian
susu
manis
kondisi
glukosa
dalam darah.
peroral 20 cc X 12
g. Analisis
kebutuhan
lingkungan
yang
g.
h.
BB
merupakan
indicator
i.
j.
i.
j.
k.
kebutuhan
glukosa
darah.
% IV
l.
Memenuhi
l.
2 lt /menit
Kriteria hasil :
82
Intervensi
a. Lakukan prosedur perawatan tangan
Rasional
a. Mencegah
terjadinya
infeksi
terjadinya
infeksi
nosokomial.
b. Mencegah
nosokomial.
yang
ditunjukkan
adalah diare.
gejala
f. Pemeriksaan penunjang
secara teratur.
Kriteria hasil :
Intervensi
Rasional
83
pemberian ASI.
Aktifitas normal
Intervensi
a. Bantu pemenuhan kebutuhan seharihari
Rasional
a. Kebutuhan dasar terpenuhi.
b. Fisiotherapi
b. Lakukan fisiotherapi
c. Ganti pakaian bayi secara teratur dan
akan
meningkatkan
E. IMPLEMENTASI
Pada tahap pelaksanaan ini kegiatannya adalah melakukan asuhan keperawatan
sesuai dengan perencanaan atau bila perlu bisa menyimpang dari perencanaan
semula, tergantung situasi dan kondisi saat itu.
F. EVALUASI
Asuhan keperawatan dilaksanakan sesuai rencana yang telah disusun. Diperlukan
suatu evaluasi untuk menilai keberhasilan suatu tindakan. Ada beberapa kriteria
dalam mengevaluasi keberhasilan asuhan keperawata, yaitu
1. Tujuan tercapai ; jika pasien menunjukkan perubahan sesuai dengan standar
yang telah ditentukan.
2. Tujuan tercapai sebagian ; jika pasien menunjukkan perbandingan sebanding
dengan standar dan kriteria yang telah ditetapkan konsultasi dengan dokter.
3. Tujuan tidak tercapai ; jika pasien tidak menunjukkan perubahan dan kemajuan
sama sekali dan bahkan timbul masalah baru.
G. DISCHARGE PLANING ( RENCANA PEMULANGAN )
84
85
86
Mendesak
jaringan sekitar
Mendesak
Sel syaraf
Mendesak
Pembuluh darah
Menekan jaringan
pada mammae
Aliran darah
terhambat
nyeri
Peningkatan
konsistensi
mammae
Hipermetabolis ke
jaringan
Suplai nutrisi
jaringan lain
Berat badan turun
Mammae
membengkak
Massa tumor
mendesak ke
jaringan luar
Perfusi jaringan
Nutrisi kurang dari
terganggu
kebutuhan
Infiltrasi pleura
Ulkus
parietale
Expansi paru
menurun
hipoxia
Necrose
jaringan
Ukuran
mammae
abnormal
Mammae
asimetrik
Gg body
image
Bakteri Patogen
Kurang
pengetahuan
Infeksi
cemas
Gg integritas kulit/
jaringan
Gg pola nafas
Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati
87
C. PENGKAJIAN
1. Identitas.
2. Keluhan Utama
a) Mungkin tidak ada.
b) Perdarahan dari ulkus
c) Erosi puting susu.
d) Perdarahan / keluar cairan dari puting susu
e) Nyeri pada payudara.
3. Riwayat penyakit sekarang :
Kanker payudara tumbuh lokal ditempat semula, lalu selang waktu menyebar
melalui saluran limfe ke kelenjar regional axial atau mamaria interna. Dapat pula
menyebar melalui aliran darah ( penyebaran sistemik ) ke organ vital lain seperti
paru-paru, tulang, hati dan kulit.
4. Riwayat penyakit dahulu
Apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama ( kanker
mamma ).
5. Pola persepsi pemeliharaan kesehatan.
a. Pola nutrisi dan metabolisme
Penurunan nafsu makan karena mual, muntah.
b. Pola aktifitas dan latihan.
Apakah pasien pekerja pada pabrik bahan kimia dan radioaktif.
c. Pola berfikir dan persepsi.
Pasien merasa rendah diri, enggan bergaul dan malu atau enggan berinteraksi
dengan pasien lain, sering melamun.
6. Pemeriksaan fisik.
a) Tanda-tanda vital :
Suhu tubuh dalam batas normal( 36 37 C )
RR DBH
Tensi dalam batas normal
( 110/70 120/70 mm Hg )
Nadi DBH
88
b) Mata
Di dapatkan anemia bila terjadi perdarahan terus menerus.
c) Dada
Di dapatkan adanya kelainan pada bentuk payudara.
Nyeri pada payudara, bentuk tidak teratur, batas tidak jelas.
d) Ekstremitas atas dan bawah
Terdapat eritema kulit, peaud orange,
89
CT scan
D. DIAGNOSA
DIAGNOSA KEPERAWATAN PRE DAN POST OPERASI
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Kriteria hasil : -
INTERVENSI
RASIONAL
langkah
pasien
yang
merupakan
penting
untuk
ketenangan
dan
rileks,
90
Kriteria hasil :
INTERVENSI
RASIONAL
keluarga
terjadinya nyeri.
tentang
proses
b. Ciptakan suasana yang nyaman dan b. Adanya stimulus yang kuat dari luar
tenang.
terhadap
nyeri
dan
91
perubahan
tingkah
laku
dapat
kenyamanan
seperti
masase punggung,
e. Ajarkan
dan
anjurkan
dapat
menunjukkan
peningkatan
intensitas nyeri.
g. Kolaborasi dengan tim medik untuk g. Analgesik dapat mengurangi rasa
nyeri.
pemberian obat analgesik.
Diagnosa keperawatan post operasi :
Nyeri berhubungan dengan terputusnya continuitas jaringan yang ditandai dengan
pasien mengeluh kesakitan bila menggerakkan lengan, wajah tampak menyeringai,
nyeri operasi.
Tujuan
Kriteria hasil : -
INTERVENSI
RASIONAL
keluarga
tentang
terjadinya nyeri.
proses
dan
keluarga
dapat
meningkatkan
kooperatif
dalam
tindakan
perawatan
yang
dilaksanakan.
b. Anjurkan
dan
ajarkan
teknik b. Mengalihkan
perhatian
akan
92
relaksasi.
c. Respon
terhadap
perubahan
tingkah
nyeri
laku
dan
dapat
d. Menunjukkan
adanya
perubahan
dini.
e. Kolaborasi dengan tim medik untuk e. Analgesik dapat mengurangi rasa
pemberian analgesik.
nyeri.
Kriteria hasil : - Pasien dapat mengetahui masalahnya secara jelas dan alternatif
pemecahannya.
- Pasien dapat terbuka.
- Pasien mampu mengekspresikan suatu sikap yang positif pada dirinya.
INTERVENSI
RASIONAL
dengan
fungsional
b. Tunjukkan
pasien
pada
adalah
pasien
individu
terganggunya
kapasitas
berhubungan
dengan
membantu
memperluas
dan
93
sikap
pasien
lalu.
tentang kewanitaannya.
INTERVENSI
RASIONAL
terjadinya
kontami
nasi.
kontaminasi.
tingkat
tinggi
protein
d. Mendeteksi
sedini
mungkin
terjadinya infeksi.
e. Kolaborasi dengan tim medik untuk e. Fungsi
interdependent
perawat
94
pemberian antibiotik.
untuk
mencegah
pertumbuhan
kuman.
Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan sirkulasi adanya
edema, destruksi jaringan.
Tujuan
Kriteria evaluasi :
Akan terjadi penyembuhan luka bebas drainase, purulen atau eritema
INTERVENSI
RASIONAL
a. Observasi balutan / luka setelah a. Untuk mengetahui kondisi luka.
dilakukan perawatan luka, guna
mengetahui
karakteristik
luka,
b. Observasi
cairan
luka,
dan
terjadinya
kelainan
sejak dini.
d. Meningkatkan
d. Berikan Terapi dokter sesuai dengan
prognose
pasien
program.
RASIONAL
mengetahui
banyaknya
95
b. Timbang
badan
tiap
hari
jika b. Observasi
memungkinkan.
tingkat
keberhasilan
dan
memenuhi
kebutuhan
nutrisi jaringan.
d. Ciptakan lingkungan yang nyaman,
bersih, dan tak berbau.
d. Lingkungan
bersih
akan
yang
nyaman
merangsang
dan
nafsu
makan.
asupan
e. Anjurkan makan porsi kecil dan e. Memberikan
sedikit demi sedikit
sering.
makanan
sehingga
ahli
gizi
untuk
E. PELAKSANAAN
Pada tahap pelaksanaan ini kegiatannya adalah melaksanakan asuhan keperawatan
sesuai dengan perencanaan atau bila perlu dapat menyimpang dari perencanaan
semula, tergantung dari sitiasi dan kondisi saat itu.
F. EVALUASI
Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan yang bertujuan
untuk menilai apakah dalam perencanaan perawatan tercapai atau tidak dan untuk
melakukan pengkajian ulang.
1. Jika pasien mampu menunjukkan perilaku pada waktu yang sesuai dengan
pernyataan tujuan, maka tercapai.
96
2. Jika pasien telah mampu menunjukkan perilaku, tetapi tidak sebaik yang
ditentukan didalam pernyataan tujuan, maka tujuan tercapai sebagian.
3. Jika pasien tidak mampu sama sekali untuk menunjukkan perilaku yang
diharapkan sesuai dengan persyaratan tujuan, maka berarti tujuan tidak tercapai.
G. DICSHARGE PLANNING ( RENCANA PEMULANGAN)
1. Berikan informasi tentang cara mengurangi nyeri dengan melakukan tehnik
relaksasi.
2. Jelaskan terapi yang diberikan, anjurkan untuk kontrol bila obat habis.
3. Tekankan untuk melakukan kontrol sesuai waktu yang ditentukan
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN RADANG AKUT USUS BUNTU
A. PENGERTIAN
Radang akut usus buntu adalah proses keradangan akut pada usus buntu
97
B. POHON MASALAH
Peradangan awal
Apendisitis mukosa dan dinding apendiks
Nyeri
Mual muntah
Kurangnya kebutuhan
nutrisi tubuh
Meradang Nyeri
Terbentuk jaringan
Parut
Tidak abses
Massa apendiks
tenang dan
Mengurai diri
Secara lambat
remiten
Perlengketan
dengan jaringan
sekitarnya
Meradang akut Hipermetabolik Kebutuhan cairasn
(akseserbasi)
Abses Nyeri
Perforasi
Demam
Toksik
syock
Kekurangan cairan
tubuh
Demam
C. PENGKAJIAN
1. Identitas.
2. Keluhan Utama
a. Nyeri perut
b. Kembung
c. Mual muntah
d. Panas
98
99
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan terjadi perforasi / ruptur
pada appendiks peritonitis.
2. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan
terjadi status hipermetabolik ( proses penyembuhan, demam ).
3. Gangguan rasa nyaman ( nyeri akut ) berhubungan dengan terjadi distensi
jaringan usus oleh inflamasi.
4. Kurangnya kebutuhan nutrisi tubuh berhubungan dengan kurangnya nafsu
makan.
INTERVENSI
Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan terjadi perforasi / ruptur
pada appendiks peritonitis di tandai dengan pasien nyeri perut kanan
bawah.
Tujuan
Kriteria hasil
T : 120/70
INTERVENSI
a.
RASIONAL
Observasi
perhatikan
tanda-tanda
demam,
berkeringat,
perubahan
mental,
c.
Lihat
insisi
resiko
penyebaran
bakteri.
dan
balutan,
100
proses
d.
e.
infeksi
pengawasan
ada sebelumnya.
d. Pengetahuan
dan
tentang
kemajuan
situasi
memberikan
dukungan
emosi,
membantu
menurunkan
ansietas.
e. Mungkin
diberikan
profilaksis
untuk
secara
menurunkan
INTERVENSI
a. Awasi tekanan darah dan nadi.
a. Tanda
RASIONAL
yang membantu
tifikasi
fluktuasi
mengiden
volume
intra
vaskuler.
b. Lihat membran mukosa dan kaji kulit b. Indikator kegawatan sirkulasi perifer
serta waktu pengisian kapiler.
c. Awasi input dan out put, catat warna c. Penurunan output urine pekat dengan
urine / konsentrasi dan berat jenis.
dehidrasi
kebutuhan
kembalinya
peristaltic,
pemberian cairan.
d. Auskultasi bising usus, catat kelancaran d. Indikator
flatus, gerakan usus.
101
volume
sirkulasi
mengakibatkan
darah,
hipovolemia.
INTERVENSI
a. Kaji
nyeri
catat
RASIONAL
dalam
pengawasan
lokasi, a. Berguna
keefektifan
penyembuhan.
tepat.
karakteristik
terjadinya
obat,
kemajuan
Perubahan
nyeri
abses
pada
menunjukkan
/
peritonitis
melokalisasi
eksudat
kelancaran
menurunkan
flatus
akan
ketidaknyamanan
abdomen.
d. Observasi tanda-tanda vital.
102
nyeri,
memper
kurangnya
RASIONAL
a. Dapat menentukan diet yang disukai
pasien
untuk
makan c. Kebutuhan
nutrisi
diharapkan
terpenuhi.
103
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN BATU EMPEDU
A. PENGERTIAN
Terdapat batu di dalam kantong empedu, dapat disertai batu saluran empedu.
B. POHON MASALAH
Asam empedu dan
fosfolipid
Kolesterol
Presipitasi Kolesterol
104
Batu empedu
Di dalam kantong empedu
Saluran empedu
Cemas
Obstruksi saluran
empedu
Infeksi
Kadar bilirubin
Kurang Pengetahuan
Demam
Nyeri
Kolik
Mual muntah
Operasi
Nyeri
Gg. Pemenuhan
kebutuhan nutrisi
Terputusnya kontinuitas
jaringan
Nyeri
Mobilisasi terbatas
C. PENGKAJIAN
1. Identitas.
2. Keluhan Utama
a. Nyeri bersifat kolik, mulai daerah epigastrium atau hipokondrium dan
menjalar kebahu kanan.
b. Demam
c. Ikterus.
3. Riwayat penyakit sekarang :
Sering mengeluh nyeri yang sifatnya kolik mulai daerah epigastrium atau
hipokondrium dan menjalar kebahu kanan, nyeri dapat terus menerus bila terjadi
penyumbatan atau keradangan maka akan timbul demam yang tinggi dan ikterus.
105
b.
Mual
c.
Kembung
6. Pemeriksaan laboratorium.
Pada ikterus obstruksi terjadi :
a. Adanya peningkatan kadar dalam darah dari bahan-bahan :
a)
b)
Kolesterol
c)
Alkali fosfatase
d)
b. Billirubinemia
c. Tinja akolis
d. USG
e. Kolesitografi oral
D. DIAGNOSA DAN INTERVENSI
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.
2.
106
3.
4.
INTERVENSI
Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan terjadi obstruksi ductus
sistikus yang ditandai pasien mengeluh nyeri perut kanan.
Tujuan
INTERVENSI
a.
RASIONAL
b.
dan
relaxasi
akan
meregangkan otot-otot.
c.
Ciptakan
lingkungan
nyaman.
d.
d. Sebagai
tanda
awal
perubahan
pasien.
e.
Kolaborasi
dengan
dokter.
Gangguan psikologis ( cemas ) berhubungan dengan preoperasi yang ditandai
dengan pasien sering bertanya tentang penyakitnya, pasien merasa cemas.
Tujuan
Kriteria hasil : -
107
INTERVENSI
RASIONAL
penjelasan
prosedur operasi.
penanggulangan,
mengerti
d. Ciptakan lingkungan yang nyaman.
bahayanya
serta
jika
tidak
dioperasi.
d. Lingkungan yang nyaman akan
mengurangi
ketegangan
emosi
pasien.
Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan terjadi post operasi yang ditandai
dengan pasien mengeluh nyeri operasi.
Tujuan
: Nyeri teratasi sampai dengan hilang.
Kriteria hasil : - Pasien tidak kesakitan
- Pasien merasa nyaman.
INTERVENSI
a. Berikan
RASIONAL
penjelasan
tentang a. Pasien
penyebab nyeri.
b. Ciptakan lingkungan yang nyaman.
dan
keluarga
mengerti
akan
mengalihkan
108
fungsi
interdepen
densi.
INTERVENSI
a. Berikan
penyebab
RASIONAL
penjelasan
terjadinya
tentang a. Pasien
distensi
mengetahui
sebab-sebab
mengetahui
pentingnya
fungsi
alat-alat
pencernaan
mengeluarkan
E. IMPLEMENTASI
Pada tahap pelaksanaan ini kegiatannya adalah melaksanakan asuhan keperawatan
sesuai dengan perencanaan atau bila perlu bisa menyimpang dari perencanaan
semula, tergantung situasi dan kondisi saat itu.
F. EVALUASI
109
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan dengan tujuan untuk
menilai bahwa tujuan itu tercapai atau tidak dapat di ketahui dari perilaku pasien /
keluarga serta menunjukkan keadaan fisik sebagai berikut :
1. Tujuan tercapai, jika pasien menunjukkan perubahan sesuai dengan standar yang
telah ditetapkan.
2. Tujuan tercapai sebagian, jika pasien menunjukkan perubahan sebagian dari
standar dan kriteria yang ditetapkan.
3. Tujuan tidak tercapai, jika tidak menunjukkan perubahan dan kemajuan sama
sekali dan bahkan timbul masalah, baru kolaborasi dengan dokter yang
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN BATU EMPEDU
A. PENGERTIAN
Terdapat batu di dalam kantong empedu, dapat disertai batu saluran empedu.
B. POHON MASALAH
Asam empedu dan
fosfolipid
Kolesterol
Presipitasi Kolesterol
110
Batu empedu
Di dalam kantong empedu
Saluran empedu
Cemas
Obstruksi saluran
empedu
Infeksi
Kadar bilirubin
Kurang Pengetahuan
Demam
Nyeri
Kolik
Mual muntah
Operasi
Nyeri
Gg. Pemenuhan
kebutuhan nutrisi
Terputusnya kontinuitas
jaringan
Nyeri
Mobilisasi terbatas
C. PENGKAJIAN
1. Identitas.
2. Keluhan Utama
a. Nyeri bersifat kolik, mulai daerah epigastrium atau hipokondrium dan
menjalar kebahu kanan.
b. Demam
c. Ikterus.
3. Riwayat penyakit sekarang :
Sering mengeluh nyeri yang sifatnya kolik mulai daerah epigastrium atau
hipokondrium dan menjalar kebahu kanan, nyeri dapat terus menerus bila terjadi
penyumbatan atau keradangan maka akan timbul demam yang tinggi dan ikterus.
4. Pola persepsi pemeliharaan kesehatan.
a. Pola Eliminasi alvi dan uri
111
b.
Mual
c.
Kembung
6. Pemeriksaan laboratorium.
Pada ikterus obstruksi terjadi :
a. Adanya peningkatan kadar dalam darah dari bahan-bahan :
-
Kolesterol
Alkali fosfatase
b. Billirubinemia
c. Tinja akolis
d. USG
e. Kolesitografi oral
D. DIAGNOSA DAN INTERVENSI
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.
Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan terjadi obstruksi
ductus sistikus.
2.
3.
4.
112
INTERVENSI
Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan terjadi obstruksi ductus
sistikus yang ditandai pasien mengeluh nyeri perut kanan.
Tujuan
INTERVENSI
a.
Jelaskan
RASIONAL
pada
pasien
Ajarkan
pada
pasien
dan
relaxasi
akan
meregangkan otot-otot.
c.
Ciptakan
lingkungan
nyaman.
d.
tanda
awal
perubahan
pasien.
e. Melaksanakan fungsi interdependent
e.
INTERVENSI
RASIONAL
113
dan keluarga.
b. Berikan
penjelasan
prosedur operasi.
penanggulangan,
mengerti
d. Ciptakan lingkungan yang nyaman.
bahayanya
serta
jika
tidak
dioperasi.
d. Lingkungan yang nyaman akan
mengurangi
ketegangan
emosi
pasien.
Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan terjadi post operasi yang ditandai
dengan pasien mengeluh nyeri operasi.
Tujuan
: Nyeri teratasi sampai dengan hilang.
Kriteria hasil : - Pasien tidak kesakitan
- Pasien merasa nyaman.
INTERVENSI
a. Berikan
penjelasan
RASIONAL
tentang a. Pasien
penyebab nyeri.
b. Ciptakan lingkungan yang nyaman.
dan
keluarga
mengerti
akan
mengalihkan
114
fungsi
interdepen
densi.
penjelasan
terjadinya
RASIONAL
tentang a. Pasien
distensi
mengetahui
sebab-sebab
mengetahui
pentingnya
fungsi
alat-alat
pencernaan
mengeluarkan
E. IMPLEMENTASI
Pada tahap pelaksanaan ini kegiatannya adalah melaksanakan asuhan keperawatan
sesuai dengan perencanaan atau bila perlu bisa menyimpang dari perencanaan
semula, tergantung situasi dan kondisi saat itu.
F. EVALUASI
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan dengan tujuan untuk
menilai bahwa tujuan itu tercapai atau tidak dapat di ketahui dari perilaku pasien /
keluarga serta menunjukkan keadaan fisik sebagai berikut :
115
1. Tujuan tercapai, jika pasien menunjukkan perubahan sesuai dengan standar yang
telah ditetapkan.
2. Tujuan tercapai sebagian, jika pasien menunjukkan perubahan sebagian dari
standar dan kriteria yang ditetapkan.
3. Tujuan tidak tercapai, jika tidak menunjukkan perubahan dan kemajuan sama
sekali dan bahkan timbul masalah, baru kolaborasi dengan dokter yang
G. DISCHARGE PLANING ( RENCANA PEMULANGAN )
1. Berikan informasi tentang cara perawatan dirumah.
2. Jelaskan terapi yang diberikan, anjurkan untuk kontrol bila obat habis.
3. Jelaskan pada pasien untuk diet rendah lemak.
4. Motivasi pasien untuk tidak melakukan angkat barang berat untk sementara
waktu.
5. Tekankan untuk melakukan kontrol sesuai waktu yang ditentukan
116
A.
PENGERTIAN
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan
luasnya. (Brunner & Suddart, 2000)
JENIS FRAKTUR
Fraktur komplet : patah pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya mengalami
pergeseran.
Fraktur tidak komplet: patah hanya pada sebagian dari garis tengah tulang
Fraktur tertutup: fraktur tapi tidak menyebabkan robeknya kulit
Fraktur terbuka: fraktur dengan luka pada kulit atau membran mukosa sampai ke
patahan tulang.
Greenstick: fraktur dimana salah satu sisi tulang patah,sedang sisi lainnya
membengkak.
Transversal: fraktur sepanjang garis tengah tulang
Kominutif: fraktur dengan tulang pecah menjadi beberapa frakmen
Depresi: fraktur dengan fragmen patahan terdorong ke dalam
Kompresi: Fraktur dimana tulang mengalami kompresi (terjadi pada tulang
belakang)
Patologik: fraktur yang terjadi pada daerah tulang oleh ligamen atau tendo pada
daerah perlekatannnya.
ETIOLOGI
Trauma
Gerakan pintir mendadak
Kontraksi otot ekstem
Keadaan patologis : osteoporosis, neoplasma
117
B.
POHON MASALAH
Trauma langsung
kondisi patologis
FRAKTUR
Diskontinuitas tulang
spasme otot
putus vena/arteri
Kerusakan
integritas
deformitas
nyeri
perdarahan
kulit
gg. fungsi
protein plasma hilang
kehilangan volume cairan
edema
Gg
Shock
mobilitas
hipivolemik
emboli
penekn pem. drh
menyumbat pemb drh
penurunan perfusi jar
gg.perfusi jar
C. PENGKAJIAN
Pengkajian primer
1. Airway
Adanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya penumpukan sekret akibat
kelemahan reflek batuk
2. Breathing
Kelemahan menelan/ batuk/ melindungi jalan napas, timbulnya pernapasan yang
sulit dan / atau tak teratur, suara nafas terdengar ronchi /aspirasi
3. Circulation
TD dapat normal atau meningkat , hipotensi terjadi pada tahap lanjut, takikardi,
bunyi jantung normal pada tahap dini, disritmia, kulit dan membran mukosa
pucat, dingin, sianosis pada tahap lanjut
118
Pengkajian sekunder
1.
Aktivitas/istirahat
kehilangan fungsi pada bagian yangterkena
Keterbatasan mobilitas
2.
Sirkulasi
Hipertensi ( kadang terlihat sebagai respon nyeri/ansietas)
Hipotensi ( respon terhadap kehilangan darah)
Tachikardi
Penurunan nadi pada bagiian distal yang cidera
Cailary refil melambat
Pucat pada bagian yang terkena
Masa hematoma pada sisi cedera
3.
Neurosensori
Kesemutan
Deformitas, krepitasi, pemendekan
kelemahan
4.
Kenyamanan
nyeri tiba-tiba saat cidera
spasme/ kram otot
5.
Keamanan
laserasi kulit
perdarahan
perubahan warna
pembengkakan local
D. DIAGNOSA
DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI
119
INTERVENSI
a. Pertahankan tirah baring
RASIONALISASI
dalam a. Mencegah terjadinya kerusakan
karena imobilitas.
c) Mencegah kerusakan jaringan
ketika bergerak
e. Jelaskan pandangan dan keterbatasan
dalam aktivitas.
f. Berikan dorongan ada pasien untuk
melakukan
ADL
dalam
lingkup
melakukan aktivitas.
h. Ubah posisi secara periodik.
i. Kolabirasi fisioterapi
dengan
kooperatif
terpenuhi
dalam
keterbatasannya.
f) Mencegah terjadinya dekubitus
karena tekanan pada satu sisi
tubuh.
g) Melatih latihan gerak pasien.
120
RASIONALISASI
a. Untuk menentukan intervenesi
lanjutan bila nyeri meningkat.
b. Mengurangi terjadinya kerusakan
jaringan karena fraktur.
c. Pengalihan perhatian pasien dari
rasa nyerinya.
d. Menghindari terjadinya penekanan
aktivitas hiburan
dekubitus.
e. Pasien siap dengan tindakan yang
akan
dilakukan
sehingga
bisa
menggunakan
stress,
relasksasi, latihan
tehnik
contoh
nafas
dalam,
121
a.
INTERVENSI
RASIONALISASI
Kaji ulang integritas luka dan a. Panatauan kondisi luka
secara
atau drainae
b.
c.
terjadi.
b. Kenaikan suhu tubuh merupakan
salah
satu
indicator
infeksi.
c. Luka terbuka
terjadinya
merupakan
pintu
menonjol
d.
masuknya kuman,
Lakukan alih posisi dengan sering, d. Perubahan
posisi
pertahankan kesejajaran tubuh
e.
f.
meningkatkan
akan
peredaran
darah
gangguan
integritas kulit.
f. Memperlancar aliran darah pada
dengan alkohol
g.
h.
gangguan
integritas kulit.
h. Fungsi dependent perawat
E. PELAKSANAAN
Pada tahap pelaksanaan ini kegiatannya adalah askep sesuai dengan perencanaan
atau bila perlu bisa menyimpang dari perencanaan semula tergantung situasi dan
kondisi saat itu.
F. EVALUASI
122
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan dengan tujuan untuk
menilai bahwa tujuan itu tercapai atau tidak dapat diketahui dari perilaku pasien /
keluarga serta menunjukkan keadaan fisik sebagai berikut :
1. Tujuan tercapai jika pasien menunjukkan perubahan sesuai dengan standar yang
telah ditetapkan.
2. Tujuan tercapai sebagian jika pasien menunjukkan perubahan sebagian dari
standar dan kriteria yang ditetapkan.
3. Tujuan tidak tercapai jika tidak menunjukkan perubahan kemajuan sama sekali
dan bahkan timbul masalah baru, kolaborasi dengan dokter yang merawat.
G. DICSHARGE PLANNING ( RENCANA PEMULANGAN)
1. Berikan informasi tentang perawatan di rumah.
2. Jelaskan terapi yang diberikan.
3. Jelaskan pasien untuk tidak berpantang makanan.
4. Jelaskan untuk mobilisasi sesuai latihan yang sudah dilakukan di rumah sakit
selama di rumah.
5. Tekankan untuk melakukan kontrol sesuai waktu yang ditentukan
DAFTAR PUSTAKA
Tucker,Susan Martin (1993). Standar Perawatan Pasien, Edisi V, Vol 3. Jakarta.
EGC
Donges Marilynn, E. (1993). Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Jakarta.
EGC
Smeltzer Suzanne, C (1997). Buku Ajar Medikal Bedah, Brunner & Suddart.
Edisi 8. Vol 3. Jakarta. EGC
123
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN HEMOROID INTERNA
A. PENGERTIAN
Hemoroid interna adalah pelebaran, pemanjangan dan berkelok keloknya
vena pada pleksus hemoroidalis superior.
124
B. POHON MASALAH
Peningkatan tek vena hemoroidalis
Sirosis hepatis
Thrombosis vena porta
Tumor abdomen
Faktor Penyebab
Prolap jaringan
Iritasi
Iritasi kronis
Gg.elimin
asi alvi
Nyeri
Resiko Infeksi
sekunder
Nyeri
Perdarahan
Kurangnya
informasi
Anemis
Cemas
Kelemahan fisik
C. PENGKAJIAN
1. Identitas.
2. Keluhan Utama
Keluhan utama yang sering ditemukan antara lain :
125
126
RASIONAL
a. Hubungan yang terapeutik akan
meningkatkan rasa percaya klien
terhadap perawat dan tindakannya.
b.
c.
127
tindakan selanjutnya.
d.
larutan PK hangat.
e.
f.
INTERVENSI
a. Bina hubungan terapeutik dengan
pasien dan keluarga.
b. Kaji tingkat pengetahuan pasien
tentang penyakitnya.
c. Beri informasi tentang penyakit,
RASIONAL
a. Klien akan terbuka dengan
masalahnya.
b. Akan lebih mudah dalam
menjelaskan penyakitnya.
c. Klien dan keluarga lebih tenang
sinya.
perawatan.
Kriteria hasil :
INTERVENSI
a. Bina hubungan terapeutik dengan
pasien dan keluarga.
b. Anjurkan untuk banyak minum
RASIONAL
a. Diharapkan klien akan kooperatif
dengan tindakan keperawatan.
b. Merangsang konsistensi BAB.
kira-kira 2 liter/hari.
c. Berikan buah-buahan yang
berserat.
d. Anjurkan pasien untuk mengurangi
mengejan.
129
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan dengan tujuan menilai
bahwa tujuan itu tercapai atau tidak dapat diketahui dari perilaku pasien /
keluarga serta menunjukkan keadaan fisik sebagai berikut :
1. Tujuan tercapai, jika pasien menunjukkan perubahan sesuai dengan standar
yang telah ditetapkan.
2. Tujuan tercapai sebagian, jika pasien menunjukkan perubahan sebagian dari
standar dan kriteria yang ditetapkan.
3. Tujuan tidak tercapai jika tidak menunjukkan perubahan dan kemajuan sama
sekali dan bahkan timbul masalah, baru kolaborasi dengan dokter yang
merawat.
G. DISCHARGE PLANING ( RENCANA PEMULANGAN )
1. Berikan informasi tentang perawatan di rumah.
2. Jelaskan terapi yang diberikan.
3. Jelaskan pasien untuk tidak berpantang makanan.
4. Jelaskan pada pasien sementara untuk diet lunak tinggi serat.
5. Jelaskan untuk mobilisasi selama di rumah.
6. Tekankan untuk melakukan kontrol sesuai waktu yang ditentukan
130
Bahan Kimia
Termis
Radiasi
Listrik/petir
bernafas), dan circulation (sirkulasi). Gnagguan airway tidak hanya dapat terjadi
Biologis
LUKA
BAKAR
MK:
segera atau beberapa
saat setelah
terbakar,
namun masihPsikologis
dapat terjadi obstruksi
Gangguan
Konsep diri
saluran pernafasan akibat cedera inhalasi dalam 48-72 jam pasca trauma.Kurang
Cedera
inhalasi adalah penyebab
kematian utama
penderiat pada fase akut.
Di ruang tertutup
Kerusakan kulit
Pada Wajah
pengetahuan
Anxietas
Pada fase akut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit akibat
Kerusakan
mukosa
cedera
termal
Keracunan
gas CO sistemik.
Penguapan meningkat
yang
berdampak
CO mengikat Hb
atau
kehilangan
jaringan
akibat
Obstruksi
jalan
nafas
Hb tidak mampu
mengikat O2
Masalah Keperawatan:
Resiko tinggi terhadap infeksi
Gangguan rasa nyaman
Ganguan aktivitas
adalah
kerusakan
Kerusakan
integritas kulit
menyebabkan:
Gagal nafas
Tek hidrostatik
3. Keadaan hipermetabolisme.
3. Fase lanjut.
Cairan intravaskuler
menurun
Fase lanjut akan berlangsung hingga terjadinya maturasi parut akibat luka dan
pemulihan fungsi organ-organ fungsional. Problem yang muncul pada fase ini
adalah penyulit berupa parut yang
Hipovolemia dan
hemokonsentrasi
hipertropik,
kleoid,
Masalah Keperawatan:
Kekurangan volume cairan
gangguanGangguan
pigmentasi,
perfusi jaringan
B. POHON MASALAH
Patofisiologi (Hudak & Gallo; 1997)
Gangguan
Ssirkulasi seluler
Otak
Kardiovaskuler
Ginjal
Hepar
GI
Neurologi
Imun
Gangguan
Daya
Neurologi
tahan
Gangguan perfusi
Traktus
Hipoxia
Kebocoran
kapiler
Hipoxia
sel ginjal
Pelepasan
katekolamin
Dilatasi
lambung
tubuh
Sel otak
mati
Penurunan
curah jantung
Gagal
fungsi
sentral
Fungsi
Hipoxia
Hambahan
ginjal
hepatik
pertumbuhan
Gagal
menurun
Glukoneogenesis
glukogenolisis
menurun
Gagal jantung
Laju
metabolisme
meningkat
Gagal hepar
ginjal
MK: Per nutrisi
131
C. PENGKAJIAN
1. Identitas.
2. Keluhan Utama
Adanya luka bakar yang disebabkan oleh ;
a.
Gas
b) Cairan
c)
b.
c.
d.
132
133
134
135
b. Pemeriksaan ECG dilakukan pada pasien yang berusia lebih dari 45 tahun
(soemtanto 1998).
D. DIAGNOSA DAN INTERVENSI
Diagnosa Keperawatan
Marilynn E. Doenges dalam Nursing care plans, Guidelines for planning and
documenting patient care mengemukakan beberapa Diagnosa keperawatan
sebagai berikut :
1 Resiko tinggi bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obtruksi
trakeabronkial;edema mukosa dan hilangnya kerja silia. Luka bakar daerah
leher; kompresi jalan nafas thorak dan dada atau keterdatasan pengembangan
dada.
2
Resiko
tinggi
kerusakan
perfusi
jaringan,
perubahan/disfungsi
136
10
11
Kurang
pengetahuan
tentang
kondisi,
prognosis
dan
kebutuhan
Intervensi
Resiko bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi
trakheobronkhial; oedema mukosa; kompressi jalan nafas .
Tujuan
Intervensi
a. Kaji refleks gangguan/menelan;
Rasional
a. Dugaan cedera inhalasi
muda.
c. Perhatikan adanya pucat atau warna
buah ceri merah pada kulit yang
137
cidera
d. Tinggikan kepala tempat tidur.
optimal/fungsi pernafasan.
Bilakepala/leher terbakar, bantal
f. Peningkatan sekret/penurunan
periodik.
mental.
dapat menunjukkan
terjadinya/memburuknya hipoksia.
i. O2 memperbaiki
meliputi :
hipoksemia/asidosis. Pelembaban
wajah
viskositas sputum.
j. Perubahan menunjukkan
atelektasis/edema paru tak dapat
138
dada/spirometri intensif.
melalui
rute
abnormal.
Peningkatan
kebutuhan
status
Kriteria evaluasi
INTERVENSI
a. Awasi pengeluaran urine. Observasi
warna urine dan hemates sesuai indikasi.
RASIONALISASI
a. Memberikan pedoman untuk
penggantian cairan dan mengkaji
respon kardiovaskuler.
Penggantian cairan dititrasi untuk
meyakinkan rata-2 pengeluaran
urine 30-50 cc/jam pada orang
dewasa. Urine berwarna merah pada
kerusakan otot masif karena
adanyadarah dan keluarnya
mioglobin.
139
yang tampak
cepat.
IV.
membantu mencegah
komplikasi.
natrium).
Mengidentifikasi kehilangan
darah/kerusakan SDM dan
140
Diuretika
contohnya
(Osmitrol)
Kalium
Antasida
h. Pantau:
periode rehabilitasi.
Warna urine.
141
pemantauan CVP.
hipovolemi.
kompartemen intravaskuler.
Temuan-temuan muntahan
simetidin
(Curlings).
142
INTERVENSI
a. Beriakan suplemen oksigen pada tingkat
RASIONALISASI
a. Inhalasi asap dapat merusak
143
INTERVENSI
a. Pantau:
a) Penampilan luka bakar (area luka
bakar, sisi donor dan status balutan di
RASIONALISASI
a. Mengidentifikasi indikasi-indikasi
kemajuan atau penyimapngan dari
hasil yang diharapkan.
granulasi.
144
kebosanan.
kebutuhan energi.
145
Kriteria evaluasi: menyangkal nyeri, melaporkan perasaan nyaman, ekspresi wajah dan
postur tubuh rileks.
INTERVENSI
a. Lakukan persiapan eskarotomi
RASIONALISASI
a. Persiapan yang tepat akan
mengurangi dampak tindakan yang
tidak diinginkan.
b. Panas dan air hilang melalui
kehangatan.
panas.
c. Menghilangkan tekanan pada
tonjolan tulang dependen.
Dukungan adekuat pada luka bakar
selama gerakan membantu
meinimalkan ketidaknyamanan.
146
INTERVENSI
a. Untuk luka bakar yang mengitari
RASIONALISASI
a. Mengidentifikasi indikasi-indikasi
setaip 2 jam.
b. Pertahankan ekstermitas bengkak
ditinggikan.
RASIONALISASI
147
sekitar luka.
d. Menurunkan pembengkakan
mempengaruhi penyembuhan
optimal.
e. Area mungkin ditutupi oleh bahan
biologis.
kelenturan.
g. Graft kulit diambil dari kulit orang
itu sendiri/orang lain untuk
penutupan sementara pada luka
148
E. PELAKSANAAN
Pada tahap pelaksanaan ini kegiatannya adalah askep sesuai dengan perencanaan
atau bila perlu bisa menyimpang dari perencanaan semula tergantung situasi dan
kondisi saat itu.
F. EVALUASI
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan dengan tujuan untuk
menilai bahwa tujuan itu tercapai atau tidak dapat diketahui dari perilaku pasien /
keluarga serta menunjukkan keadaan fisik sebagai berikut :
1. Tujuan tercapai jika pasien menunjukkan perubahan sesuai dengan standar yang
telah ditetapkan.
2. Tujuan tercapai sebagian jika pasien menunjukkan perubahan sebagian dari
standar dan kriteria yang ditetapkan.
3. Tujuan tidak tercapai jika tidak menunjukkan perubahan kemajuan sama sekali
dan bahkan timbul masalah baru, kolaborasi dengan dokter yang merawat.
G. DICSHARGE PLANNING ( RENCANA PEMULANGAN)
1. Berikan informasi tentang perawatan di rumah.
2. Jelaskan terapi yang diberikan.
3. Jelaskan pasien untuk tidak berpantang makanan, dan makan makanan tinggi
protein.
149
4. Jelaskan untuk mobilisasi terutama pada daerah persendian agar tidak terjadi
perlengketan dan kontraktur sendi selama di rumah.
5. Motivasi untuk menjaga kebersihan tubuh agar tidak mudah terjadi infeksi.
6. Jelaskan untuk menggunakan alat tenun bersih, bila memungkinkan berikan alat
tenun yang steril.
7. Tekankan untuk melakukan kontrol sesuai waktu yang ditentukan
150
Tiroiditis kronis
Penekanan pada
tarachea
Keganasan
Neoplasma
Kosmetik
Penekanan pada
esophagus
Psikologis
Gg. Body
Image
Gg.
Komunikasi
verbal
Cemas
Disphagia / nyeri
telan
Gg. pemenuhan
nutrisi
OPERASI
Terputusnya jaringan
Nyeri
151
C. PENGKAJIAN
1. Identitas.
2. Keluhan Utama
a. Ada benjolan pada leher bagian depan bawah.
b. Disphagia.
c. Sesak nafas.
3. Riwayat penyakit sekarang
a.
Terjadinya
benjolan
tiroid
karena
adanya
perubahan
gagalnya
Apakah pasien dulu pernah mengalami penyakit yang sama (struma non
toksika)
b.
Apakah ada keluarga yang meninggal akibat penyakit yang sama dengan
pasien (karsinoma tiroid tips meduler).
d.
e.
PEMERIKSAAN FISIK
A. Tanda-tanda vital
1. Tensi dalam batas normal
Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati
152
153
2.
3.
4.
INTERVENSI
Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan disfagia/sulit
menelan, nyeri telan yang ditandai pasien tidak menghabiskan makanan,
mukosa membran kering, turgor kulit menurun.
Tujuan
a.
INTERVENSI
Jelaskan semua tindakan pada
RASIONAL
Menjalin
hubungan
a.
kooperatif
antara
yang
perawat
dan
keluarga.
b.
b.
penyembuhan pasien .
c.
c.
d.
Observasi
intake
dan
output
d.
makanan.
Untuk
makanan
dan
e.
mengetahui
jumlah
mengetahui
keseimbangan
154
Gangguan body image berhubungan dengan ada benjolan pada leher yang
ditandai dengan pasien merasa malu, menarik diri, mudah marah, putus asa,
perubahan dalam penampilan dan fungsi tubuh.
Tujuan
Kriteria hasil
a.
INTERVENSI
Jelaskan semua tindakan pada
a.
Motivasi
pasien
RASIONAL
Supaya pasien kooperatif dalam
tindakan.
untuk
b.
mengungkapkan perasaannya.
Untuk
menggali
permasalahan
pasien
semua
serta
c.
penampilan.
d.
Agar
pasien
percaya
akan
d.
diterima pasien.
Kriteria hasil : -
155
a.
INTERVENSI
Jelaskan semua tindakan yang a.
akan dilakukan pasien dan keluarga.
b.
Motivasi
pasien
agar
mau b.
d.
antara
mengungkapkan perasaannya.
c.
RASIONAL
Menjalin
hubungan
d.
Mengetahui
perkembangan
e.
Fungsi interdepent.
Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan luka operasi yang ditandai
dengan pasien mengeluh nyeri pada luka operasi, pasien tampak kesakitan,
keluar keringat dingin.
Tujuan
Kriteria hasil : -
INTERVENSI
a. Bina hubungan terapeutik dengan
RASIONAL
a. Supaya pasien dan keluarga lebih
kooperatif.
d. Ajarkan
tehnik
relaksasi
dengan
nafas panjang.
e. Observasi tanda-tanda vital.
f. Untuk
mencegah
infeksi
156
nasokomial.
g. Kolaborasi dengan tim medis untuk
nyeri
dan
mempercepat
penyembuhan.
E. IMPLEMENTASI
Pada tahap pelaksaanaan ini kegiatannya adalah melaksanakan asuhan keperawatan
sesuai dengan perencanaan atau bila perlu dapat menyimpang dari perencanaan
semua tergantung dari situasi dan kondisi saat ini.
F. EVALUASI
Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan yang bertujuan
untuk menilai apakah dalam perencanaan perawatan tercapai atau tidak dan untuk
melakukan pengkajian ulang.
1.
2.
3.
Jika pasien tidak mampu sama sekali untuk menunjukkan perilaku yang
diharapkan sesuai dengan persyaratan tujuan, maka berarti tujuan tidak tercapai.
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN ILEUS OBSTRUKSI
157
A. PENGERTIAN
Adalah gangguan pasase isi usus secara normal ke rcctum karena hambatan
ekstrinsik atau intrinsik, baik pada usus kecil maupun pada usus besar.
Obstruksi usus adalah gangguan pada aliran normal isi usus sepanjang traktus
intestinal (Nettina, 2001). Obstruksi terjadi ketika ada gangguan yang menyebabkan
terhambatnya aliran isi usus ke depan tetapi peristaltiknya normal (Reeves, 2001).
Obstruksi usus merupakan suatu blok saluran usus yang menghambat pasase cairan,
flatus dan makanan dapat secara mekanis atau fungsional (Tucker, 1998).
B. POHON MASALAH
ILEUS OBSTRUKSI MEKANIK
Obstruksi Intralumen oleh tekanan ekstrinsik
Penurunan dekompresi usus
Tekanan intralumen meningkat
Penekanan pembuluh darah
mual muntah
Gg. Pemenuhan Nutrisi
Iskemia, Stranggulasi
Kurang Pengetahuan
Gg. Kebutuhan
cairan
Nyeri
Ansietas
Perforasi
158
Obstruksi Paralitik
Mual muntah
Gg kebutuhan
cairan
Bising usus
Gg eliminasi
alvi
Gg pemenuhan nutrisi
Nyeri
C. PENGKAJIAN
1. Identitas.
2. Keluhan Utama
a) Kolik
b) Borborigmi dan bising usus meningkat.
c) Obstipasi
d) Distensi
e) Mual
f) Muntah
g) Nyeri tekan
3. Riwayat penyakit sekarang :
Sering mengeluh kolik, berborigmi dan bising usus meningkat. Didapatkan kontur
dan steipung disertai obstipasi dan distensi. Pada obstruksi proksimal muntah
terjadi lebih dini sedang pada obstruksi distal muntah terjadi lebih lambat. Bila
obstruksi disertai dengan strangulasi dirasakan nyeri hebat yang terlokalisir terus
menerus dan keadaan umum yang cepat menurun.
4. Pola persepsi pemeliharaan kesehatan.
a. Pola nutrisi dan metabolisme
Pada pasien obstruksi ileus nafsu makan tidak ada karena pasien merasa perut
kembung, mual disertai muntah.
b. Pola eliminasi alvi dan uri.
Pasien akan mengalami obstipasi atau sulit buang air besar. Karena usus
tersumbat pada suatu tempat.
c. Pola istirahat tidur.
Pasien ileus obstruksi sering mengalami kesulitan tidur karena nyeri pada
perutnya.
5. Pemeriksaan fisik.
a. Tanda-tanda vital :
a) Tekanan darah dalam batas normal 120/80 130/80 mm
b) Suhu tubuh akan meningkat 37 38 C bila terjadi dehidrasi.
c) Nadi dalam batas normal 80 88
d) Pernafasan dalam batas normal 20 x/mnt
b. Abdoment
a) Adanya ketegangan lokal
b) Nyeri tekan
c) Panas
d) Perut kembung
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan Distensi dan kekakuan
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah.
3. Gangguan istirahat ( tidur ) berhubungan dengan nyeri perut..
4. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakitnya dan tindakan yang
diberikan berhubungan dengan kurangnya pemohon terhadap informasi yang
sudah diberikan.
5. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
input tidak
adekuat..
6. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi dan perubahan status kesehatan.
INTERVENSI
Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan distensi dan kekakuan
yang ditandai dengan pasien mengeluh kesakitan, wajah tampak menyeringai,
perut tegang dan membuncit.
Tujuan
: Nyeri berkurang
INTERVENSI
RASIONAL
a. Pertahankan tirah baring pada posisi a. Menyangga lutut akan memberikan
yang nyaman; jangan menyangga
lutut.
distensi.
161
b. Untuk
melakukan
tindakan
selanjutnya.
c. Kaji keefektifan dan pantau terhadap c. Fungsi kolaborasi perawat.
efek samping anlgesik;
d. Kaji dan anjurkan melakukan lathan d. Mobilisasi
bertahap
akan
dapat
meningkatkan
peris
merangsang
4 jam.
e. Ubah posisi dengan sering dan e. Bedrest total yang lama dapat
berikan
perawatan kulit.
berikan
enema
enema
perlahan
bila
dipesankan.
g. Berikan
dan
akan
dapat
merangsang
tindakan g. Tindakan
perlu
mandiri
perawat,
dilakukan
bila
tindakan
kolaboratif.
Kurangnya volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah, yang
ditandai dengan mual muntah sering, turgor menurun, mata cowong, bibir
kering.
Tujuan
INTERVENSI
RASIONAL
a. Pantau tanda vital dan observasi a. Deteksi dini bila tearjadi kelainan.
tingkat kesadaran dan gejala syok
b. Ukur produksi MS setiap 8 jam, b. Deteksi dini bila terjadi kelainan.
observasi isi, warna dan konsistensi
c. Ukur lingkar abdomen setiap 4 jam
c. Mengevalasi
tingkat
distensi
abdomen
d. Pantau elektrolit, Hb dan Ht
terhadap makanan.
intake
out
put
adekuat.
INTERVENSI
a.
Bina
RASIONAL
hubungan
b.
memungkinkan
pasien
dapat
istirahat.
Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati
163
c.
Beri
posisi
tidur
menyenangkan.
dan
d.
tindakan
pada
saat
e.
f.
penolakan
dapat
menyebabkan
terhadap
tindakan
keperawatan.
g.
interprestasi
nyeri
dan
dengan
Kriteria hasil : -
- Pasien tenang.
INTERVENSI
a. Berikan
penjelasan
tentang
RASIONAL
proses a. Menigkatkan kemampuan
terhadap
diberikan.
b. Mantapkan
penjelasan
dengan
situasi
umpan b. Mengevaluasi
balik.
dan
pasien
sekarang
dan
meningkatkan
c. Ajak pasien mengenal masalahnya dan c. Pasien akan merasa sebagai pribadi
merencanakan kebutuhan perawatan diri.
d. Catat
perkembangan
pasien
dalam
mengatasi masalahnya.
: Ansietas teratasi
164
Kriteria hasil : -
INTERVENSI
RASIONAL
a. Kaji perilaku koping baru dan a. Menggali dan meningkatkan koping
anjurkan penggunaan ketrampilan
b. Pasaien
dapat
mengungkapkan
ketenangan.
tindakan
yang
akan
dilakukan
d. Pertahankan
lingkungan
yang
spiritual
akan
E. IMPLEMENTASI
Pada tahap pelaksanaan ini kegiatannya adalah melaksanakan asuhan keperawatan
sesuai dengan perencanaan atau bila perlu bisa menyimpang dari perencanaan semula,
tergantung situasi dan kondisi saat itu.
F. EVALUASI
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan dengan tujuan untuk
membawa tujuan itu tercapai atau tidak dapat di ketahui dari perilaku pasien / keluarga
serta menunjukkan keadaan fisik sebagai berikut :
1. Tujuan tercapai, jika pasien menunjukkan perubahan sesuai dengan standar yang
telah ditetapkan.
2. Tujuan tercapai sebagian, jika pasien menunjukkan perubahan sebagian dari standar
dan kriteria yang ditetapkan.
3. Tujuan tidak tercapai, jika tidak menunjukkan perubahan dan kemajuan sama sekali
dan bahkan timbul masalah, baru kolaborasi dengan dokter yang merawat.
G. DICSHARGE PLANING ( RENCANA PEMULANGAN )
Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati
165
166
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN INVAGINASI
A. PENGERTIAN
Masuknya satu segmen usus ( paroksimal ) ke segmen usus yang lain ( distal )
B. POHON MASALAH
INTUSEPSI = INVAGINASI
Obstruksi Intralumen oleh masuknya satu segmen usus.
Peningkatan dekompresi usus
Tekanan intralumen
Penekanan pembuluh darah
mual muntah
Gg. Pemenuhan Nutrisi
Iskemia, Stranggulasi
Kurang Pengetahuan
Gg. Kebutuhan
cairan
Nyeri
Ansietas
Perforasi
C. PENGKAJIAN
1. Identitas.
2. Keluhan Utama
-
Panas
Muntah - muntah
167
Perut terasa kembung, muntah terus menerus sehingga nafsu makan menurun.
b. Pola eliminasi alvi dan uri
Pasien akan sering berak darah lendir, gejala ini sangat klasik akibat proses
strangulasi juga disebut Red Currant Jelly .
c. Pola istirahat tidur.
Pasien sulit tidur karena sering menahan sakit ( nyeri perut secara intermitten ).
5. Pemeriksaan fisik
a. Tanda tanda vital dalam batas normal.
b. Abdoment.
-
Diagnostik
168
Kurangnya volume cairan berhubungan dengan terjadi out put yang berlebihan
yang ditandai pasien muntah terus, merasa haus. Kulit kering, bibir kering.
Tujuan
RASIONAL
b. Keluarga
tidak
cemas
tentang
penyakit anaknya.
c. Puasakan pasien.
Kriteria hasil : -
INTERVENSI
RASIONAL
c. Memberikan ketenangan.
e. Kolaborasi
dengan
tim
bedah.
Cemas berhubungan dengan akan dilakukan tindakan operasi yang ditandai dengan
pasien dan keluarga sering bertanya kepada perawat.
Tujuan
: Cemas berkurang.
169
INTERVENSI
a. Jelaskan pada keluarga
RASIONAL
tentang a. Dengan pemahaman pasien dan
dilakukan.
yang
diperlukan.
tindakan
dapat
membina
E. IMPLEMENTASI
Pada tahap pelaksanaan ini kegiatannya adalah melaksanakan askep sesuai dengan
perencanaan atau bila perlu bisa menyimpang dari perencanaan semula, tergantung
situasi dan kondisi saat itu.
F. EVALUASI
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan, dengan tujuan untuk menilai
bahwa tujuan itu tercapai atau tidak, dapat diketahui dari perilaku pasien / keluarga
serta menunjukkan keadaan fisik sebagai berikut :
1. Tujuan tercapai, jika pasien menunjukkan perubahan sesuai dengan standar yang
telah ditentukan.
2. Tujuan tercapai sebagian, jika pasien menunjukkan perubahan sebagian dari standar
dan kriteria yang ditetapkan.
3. Tujuan tidak tercapai, jika tidak menunjukkan perubahan dan kemajuan sama sekali
dan bahkan timbul masalah baru, kolaborasi dengan dokter yang merawat.
G. DISCHARGE PLANING ( RENCANA PEMULANGAN )
1. Berikan informasi tentang perawatan di rumah.
2. Jelaskan terapi yang diberikan, dosis dan efek sampingnya.
3. Jelaskan pasien tentang makanan yang boleh dimakan, yaitu makanan lunak rendah
serat.
4. Jelaskan pada pasien untuk tidak memakan makanan yang asam dan merangsang.
5. Jelaskan untuk mobilisasi selama di rumah.
6. Tekankan untuk melakukan kontrol sesuai waktu yang ditentukan
170
Vagianalis peritoneum
Tdk menutupnya prosesus vaginalis
Hernia lengkap
Turun keinguinal
Desakan/ tekanan
Nyeri
H.lateralis canalis inguinalis
Gg. rasa
pembesaran inguinal
Bendungan vena
Odema organ
Jepitan cincin hernia bertambah H. Stranggulata
Peredaran darah terganggu Isi hernia nekrosis
Kantung transudat
Gg. Rasa
Nyaman
Nyeri
Usus Perforasi
Post Herniotomy
Abses local
Herniotomy
171
Dampak anetesi
Gg. fs. Sirkulasi
Hipersalivasi
COP
meningkat
TD&HR meningkat
Suplai O2 berkurang
Gg. perfusi jaringan
Penumpukan sekret
Obs. Jln nfs
H. PENGKAJIAN
1. Identitas.
2. Keluhan Utama
- Ada benjolan di daerah inguinalis
- Mual dan muntah bila ada komplikasi
- Kadang-kadang nyeri tekan pada abdoment
3. Riwayat penyakit sekarang :
Pasien merasa adanya benjolan diselangkangan / inguinai yang timbul bila pasien
berdiri atau mengejan dan dapat masuk kembali bila pasien berbaring. Selain itu
juga didapatkan gejala mual muntah akibat dari peningkatan tekanan intra
abdominal.
4. Riwayat kesehatan dulu
Apakah pasien dengan hernia inguinal lateralis akan mengalami penyakit kronis
sebelumnya yaitu adanya batuk kronis, gangguan proses kenang (BPH) konstipasi
kronis, ascites.
5. a. Pola persepsi pemeliharaan kesehatan.
Kebiasaan membersihkan mulai ujung rambut sampai ujung kaki terutama pada
urogenetalia.
b.
c.
d.
172
6. Pemeriksaan fisik.
- Tanda tanda vital dalam batas normal
- Abdoment
a) Bising usus menurun
b) Perut kembung
c) Terjadi konstipasi
d) Nyeri tekan pada abdoment
7. Pemeriksaan laboratorium.
- Lab lengkap + faal homeostasis
- Urine lengkap untuk mengetahui infeksi saluran kencing.
8. Pemeriksaan penunjang
- Foto thorax untuk mengetahui keadaan dari jantung dan paru.
- Pemeriksaan ECG dilakukan pada pasien yang berusia lebih dari 45 tahun
(soemtanto 1998).
Diagnosa Keperawatan pre dan post hernia.
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan terjepitnya usus di daerah
inguinalis.
2. Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan adanya insisi dan pembedahan
dan trauma jaringan.
3. Ketidakefektifan jalan nafas berhubungan dengan produksi sekret yang berlebihan
akibat general anastesi.
4. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit yang ditandai pasien
sering bertanya setiap ada perawat, pasien tampak cemas, pasien menanyakan apakah
benjolan bisa masuk lagi.
I. DIAGNOSA DAN INTERVENSI
Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan terjepitnya usus di daerah inguinalis
yang ditandai dengan adanya benjolan yang tidak bisa hilang, pasien tampak kesakitan,
pasien mulai muntah, pasien mengeluh nyeri di daerah selangkangan.
Tujuan
Kriteria hasil :
173
INTERVENSI
a. Lakukan hubungan terapletik pada
pasien dan keluarga.
RASIONAL
a. Dengan hubungan terapeutik
diharapkan pasien kooperatif dalam
tindakan.
INTERVENSI
a. Lakukan hubungan terapeutik pada
pasien dan keluarga.
RASIONAL
a. Dengan hubungan terapeutik
diharapkan pasien dan keluarga bisa
kooperatif dalam tindakan.
periodik.
e. Melaksanakan fungsi
interdependent.
174
Ketidak efektifan jalan nafas berhubungan dengan produksi sekret yang berlebihan
akibat general anastesi yang ditandai pasien tampak mengeluarkan lendir, batuk.
Tujuan
INTERVENSI
a.
RASIONAL
a. Dengan hubungan terapeutik
aspirasi.
e. Untuk membersihkan secret dari
Kriteria hasil : -
INTERVENSI
a.
RASIONAL
a.
tentang penyakitnya.
b.
b.
c.
Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati
c.
d.
e.
e.
Fungsi interdependent.
J. PELAKSANAAN
Pada tahap pelaksanaan ini kegiatannya adalah askep sesuai dengan perencanaan atau
bila perlu bisa menyimpang dari perencanaan semula tergantung situasi dan kondisi
saat itu.
K. EVALUASI
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan dengan tujuan untuk menilai
bahwa tujuan itu tercapai atau tidak dapat diketahui dari perilaku pasien / keluarga
serta menunjukkan keadaan fisik sebagai berikut :
1. Tujuan tercapai jika pasien menunjukkan perubahan sesuai dengan standar yang
telah ditetapkan.
2. Tujuan tercapai sebagian jika pasien menunjukkan perubahan sebagian dari standar
dan kriteria yang ditetapkan.
3. Tujuan tidak tercapai jika tidak menunjukkan perubahan kemajuan sama sekali dan
bahkan timbul masalah baru, kolaborasi dengan dokter yang merawat.
L. DICSHARGE PLANNING ( RENCANA PEMULANGAN)
1. Berikan informasi tentang perawatan di rumah.
2. Jelaskan terapi yang diberikan.
3. Jelaskan pasien untuk tidak berpantang makanan.
4. Jelaskan untuk mobilisasi selama di rumah.
5. Tekankan untuk melakukan kontrol sesuai waktu yang ditentukan
176
177
PRE EKLAMSIA
I. KONSEP MEDIS
A. Definisi
Pre eklamsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema, dan
proteinuria yang timbul karena kehamilan dan umumnya terjadi dalam triwulan ke3 kehamilan. (Sarwono, 2002 : 282)
Pre eklamsia adalah kumpulan gejala yang timbul pada wanita hamil,
bersalin, dan dalam masa nifas yang terdiri dari Trias : hipertensi, edema, dan
proteinuria. (Mochtar, 1998 : 199)
B. Klasifikasi pre eklamsia
Dibagi menjadi 2 golongan, yaitu :
1. Pre eklamsia ringan (PER), bila disertai keadaan sebagai berikut :
a. Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang diukur pada posisi berbaring
terlentang; atau kenaikan tekanan diastolic 15 mmHg atau lebih; atau
kenaikan tekanan sistolik 30 mmHg atau lebih, cara pengukuran sekurangkurangnya pada 2 kali pemeriksaan dengan jarak periksa 1 jam, atau
sebaiknya 6 jam.
b. Edema umum, kaki, jari tangan, dan muka; atau kenaikan berat badan 1 kg
atau lebih per minggu.
c. Proteinuria kwantitatif 0,3 gr atau lebih per liter; kwalitatif +1 atau +2 pada
urine kateter atau mid stream.
2. Pre eklamsia berat (PEB), bila disertai keadaan sebagai berikut:
a. Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih
b. Proteinuria 5 gr atau lebih per liter
c. Oligouria, yaitu jumlah urine kurang dari 500 cc / 24 jam
d. Adanya gangguan serebral, gangguan visus, rasa nyeri pada epigastrium
e. Terdapat edema paru dan sianosis.
C. Etiologi
Apa yang menjadi penyebab Pre eklamsia dan Eklamsia sampai sekarang
belum diketahui. Telah banyak teori yang mencoba menerangkan sebab musabab
penyakit tersebut, akan tetapi tidak ada yang dapat member jawaban yang
memuaskan.
Teori yang dapat diterima harus dapat menerangkan hal-hal berikut : (1)
sebab bertambahnya frekuensi pada primigravida, kehamilan ganda, hidramnion,
Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati
178
dan mola hidatidosa, (2) sebab bertambahnya frekuensi dengan makin tuanya
kehamilan, (3) sebab dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan
kematian janin dalam uterus, (4) sebab jarangnya terjadi eklamsia pada kehamilankehamilan berikutnya, dan (5) sebab timbulnya hipertensi, edema, proteinuria,
kejang, dan koma. Teori yang dewasa ini banyak dikemukakan sebagai sebab pre
eklamsia adalah iskemia plasenta. Akan tetapi, dengan teori ini tidak dapat
diterangkan semua hal yang bertalian dengan prasyarat itu. (Sarwono, 2002 : 283)
D. Patofisiologi
Pada pre eklamsia terjadi spasme pembuluh darah disertai dengan retensi
garam dan air. Pada biopsy ginjal ditemukan spasme hebat arteriola glomerolus.
Pada beberapa kasus, lumen arteriola sedemikian sempitnya sehingga hanya dapat
dilalui oleh satu sel darah merah. Jadi jika semua arteriola dalam tubuh mengalami
spasme, maka tekanan darah akan naik sebagai usaha untuk mengatasi kenaikan
tekanan perifer agar oksigenasi jaringan dapat dicukupi. Sedangkan kenaikan berat
badan dan edema yang disebabkan oleh penimbunan air yang berlebihan dalam
ruangan interstisial belum diketahui sebabnya. Mungkin karena retensi air, dan
garam. Proteinuria dapat disebabkan oleh spasme arteriola, sehingga terjadi
perubahan pada glomerolus. (Mochtar, 1998 : 219)
E. Gambaran Klinik Pre Eklamsia
Gambaran klinik mulai dengan kenaikan berat badan diikuti edema kaki
atau tangan, kenaikan tekanan darah, dan terakhir proteinuria. Pada pre eklamsia
ringan (PER) gejala subyektif belum dijumpai, tetapi pada pre eklamsia berat
(PEB) diikuti keluhan subyektif sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
Tekanan darah sistolik 160 mmHg atau diastolic 110 mmHg pada dua kali
2.
pemeriksaan yang setidaknya berjarak 6 jam dengan posisi ibu tirah baring.
Proteinuria 5 gr dalam 24 jam atau 3 pada pemeriksaan setidaknya pada
dua kali pemeriksaan acak menggunakan contoh urine yang diperoleh dengan
3.
4.
179
5.
6.
7.
180
terapi aktif
Setelah pemberian SM ke-2 lakukan induksi persalinan (bila
memenuhi syarat untuk lahir per vaginam). Untuk induksi pakai
181
gr bokong kiri.
Suntikan dapat diulang dengan dosis 4 gram tiap 4 jam
Syarat pemberian MgSO4 : reflek patella (+), dieresis 100 cc dalam
4 jam terakhir, respirasi 16 kali per menit, dan harus tersedia
II.
A. PENGERTIAN
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan
sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori
ilmiah, penemuan-penemuan, dan ketrampilan dalam rangkaian tahapan logis untuk
pengambilan keputusan yang berfokus pada klien. ( Varney, 1997)
B. TUJUAN
Memberikan Asuhan Kebidanan pada ibu dengan pre eklamsia yang
adekuat, komprehensif, dan terstandar dengan memperhatikan riwayat ibu selama
kehamilan, respond an kebutuhan ibu, serta mengantisipasi resiko-resiko yang
terjadi selama proses persalinan.
C. HASIL YANG DIHARAPKAN
Terlaksananya asuhan segera / rutin pada ibu dengan pre eklamsia, termasuk
melakukan pengkajian, membuat diagnose kebidanan, mengidentifikasi masalah
dan kebutuhan terhadap tindakan segera, baik oleh bidan maupun oleh dokter atau
Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati
182
untuk
mengetahui
kemungkinan
pengaruhnya
tehadap
masalah
kesehatan.
Perlu
juga
183
Seperti
mual-muntah,
mulai
usia
Bagaimana
dengan
pola
makan?
dapat
atau tidak?
5) Riwayat Penyakit Ibu
Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati
184
Pola nutrisi
Aktivitas
Istirahat
Eliminasi
Personal Hygiene.
b. Data Obyektif
1) Pemeriksaan Umum
a) Keadaan umum : apakah baik, cukup, atau lemah?
b) Kesadaran
: apakah composmentis, somnolen,
delirium, sopor, atau apatis?
c) Barat Badan
Untuk memastikan keadaan ibu. Normalnya pada Trimester I
kenaikan berat badan 1-2 Kg / bulan, Trimester II 0,5 Kg /
Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati
185
tekanan
darah
melebihi
140/90
mmHg
harus
186
Leopold IA
187
Normal
tendon ditekuk.
Bila gerakannya berlebihan dan cepat, maka hal ini
mungkin merupakan tanda pre eklamsi (Depkes RI, 2000
: 20)
+++)
b) Pemeriksaan darah
Hb normal bernilai 11 gr%, bila 11 gr% menandakan
anemia
c) USG dapat digunakan sebagai penunjang untuk mengetahui
pada ibu dengan pre eklamsia apakah terjadi IUGR atau IUFD
pada janin atau tidak.
188
Dasar
DS
DO
: Tensi 160/110 mmHg atau lebih yang diukur pada posisi ibu
telentang
Edema umum, kaki, jari tangan, dan muka.
Kenaikan berat badan 1 Kg atau lebih per minggu
Proteinuria Kwantitatif 0,3 gr atau lebih per liter.
Proteinuria Kwalitatif +1 atau +2 pada urine kateter atau
midstream.
3. Identifikasi Diagnosa / Masalah Potensial
Pada langkah ini bidan mengidentifikasi masalah dan diagnosa potensial
berdasarkan diagnosa / masalah yang sudah teridentifikasi. Langkah ini
membutuhkan antisipasi, bila mungkin dilakukan pencegahan.
Contoh
a.
b.
c.
d.
e.
189
a) Ukur tekanan darah, suhu, nadi, dan pernafasan ibu tiap 2-4 jam
2)
3)
4)
5)
memungkinkan
Anjurkan keluarga mendampingi selama proses persalinan
Anjurkan ibu untuk nafas panjang (relaksasi) apabila dalam
kontraksi
c) Jaga privacy ibu
6) Lakukan skrining terhadap komplikasi
b. Intervensi untuk masalah
1) Gangguan rasa cemas karena kehamilan patologis
a) Jelaskan pada ibu dan keluarga tentang pengaruh cemas pada proses
kehamilan dan persalinan.
Rasional
rasa cemas.
c) Kaji tingkat kecemasan ibu
Rasional
190
7. Evaluasi
Dalam langkah ini mengkaji kembali tahap tindakan yang telah
dilakukan, mungkin tindakan yang telah dilakukan sudah berhasil atau belum
berhasil. Dalm hal ini perlu mengulang kembali dari awal setiap tindakan /
asuhan yang belum efektif melalui proses manajemen asuhan kebidanan, yang
dalam
pendokumentasiannya
menggunakan
SOAP.
(Publik
Pelatihan
DAFTAR PUSTAKA
191
KONSEP MEDIS
A.
Pengertian
1. Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum inpartu, yaitu bila
pembukaan pada primi kurang dari 3 cm, dan pada multi kurang dari 5 cm.
2.
B.
Patogenesis
1. Ketuban pecah dini disebabkan oleh karena berkurangnya membran atau
meningkatnyatekanan intra uterin, atau oleh kedua factor tersebut. Berkurangnya
192
kekuatan membrane disebabkan oleh adanya infeksi yang berasal dari vagina
2.
193
2. Terhadap ibu
Karena jalan lahir telah terbuka, maka dapat terjadi infeksi intra portal,
apalagi bila ibu terlalu sering diperiksa dalam. Selain itu juga dapat
dijumpai infeksi puerperalis (nifas), Peritonitis dan septicemia, serta drulabour (persalinan kering), juga ibu akan merasa lelah karena terus
berbaring di tempat tidur. Akibatnya partus akan menjadi lebih lama, suhu
badan naik, nadi cepat, dan mulai Nampak tanda-tanda infeksi. Hal-hal di
atas akan meningkatkan angka kesakitan dan angka kematian ibu. (Mochtar,
1998 : 257)
D. Penanganan
1. Rawat inap di Rumah Sakit
2. Jika ada perdarahan pervaginam dengan nyeri perut, pikirkan solusio
3.
4.
plasenta.
Jika ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotic sama halnya jika
amnionitis.
Jika tidak ada tanda-tanda infeksi dan kehamilan < 37 minggu :
a. Berikan antibiotic untuk mengurangi morbiditas ibu dan janin
b. Berikan kortikosteroid kepada ibu untuk memperbaiki kematangan paru
janin.
c. Lakukan persalinan pada kehamilan 37 minggu
d. Jika terdapat his dan darah lender, kemungkinan terjadi persalinan
preterm
5.
194
Partus spontan
Ekstraksi vakum
Ekstraksi forcep
Embriotomi bila anak sudah meninggal
Section Caesaria bila ada indicator obstetric. (Mochtar, 1998 : 257)
F. Komplikasi
1. Pada anak :
a. IUFD
b. Asfiksia
c. Prematuritas
2. Pada ibu :
a) Parus lama dan infeksi
b) Atonia uteri
c) Perdarahan post partum atau infeksi nifas.
KONSEP ASUHAN KEBIDANAN PADA KETUBAN PECAH DINI
A.
Pengkajian
Pada langkah ini bidan mengumpulkan semua informasi yang akurat dan lengkap
dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi pasien, seperti :
Data subyektif :
1. Biodata
a. Nama
195
d. Pekerjaan
hamil?
Trimester III
tidur?
4. Riwayat Kebidanan
a.
Riwayat Haid
a.
Sejak kapan menstruasi?
b.
Siklus? : normalnya 28-30 hari
c.
Lamanya? : normalnya 3-7 hari
d.
Banyaknya selama haid 30-50 cc
e.
Dysminorhoe?
196
f.
b.
sedikit?
g.
HPHT?
Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas yang lalu
h.
Perkawinan yang ke berapa?
i.
Kehamilan ke berapa?
j.
Ikhtisar kehamilan (berisi hal-hal yang dapat mengganggu
kehamilan, perdarahan, letak sungsang, letak lintang, gemelli, pre
k.
l.
m.
197
Pola nutrisi
Aktivitas
Istirahat
Eliminasi
Personal Hygiene.
Data Obyektif
1.
Pemeriksaan Umum
a.
Keadaan umum : apakah baik, cukup, atau lemah?
b.
Kesadaran
: apakah composmentis, somnolen, delirium, sopor, atau
c.
apatis?
Berat Badan
Tinggi Badan
e.
f.
2.
Inspeksi
a.
Kepala
b.
Muka
c.
d.
e.
ichterus
Hidung
Mulut
f.
g.
h.
jugularis
Ketiak
: melihat apakah ada pembesaran kelenjar limfe, dan adanya
i.
j.
accecoriasis mammae
Dada
: apakah simetris, bagaimana pernafasannya
Mammae : melihat apakah simetris, keadaan putting menonjol / datar / masuk,
198
k.
Perut
n.
o.
p.
3.
Auskultasi
Normal detak jantung janin adalah 120-140 x/menit
Pada ibu hamil dengan ketuban pecah dini dapat terjadi penurunan atau peningkatan
DJJ (distress) akibat penurunan jumlah air ketuban atau karena infeksi.
199
5.
Reflek patella
Normal
6.
Pemeriksaan darah
Hb normal bernilai 11 gr%, bila 11 gr% menandakan anemia
c.
USG dapat digunakan sebagai penunjang untuk mengetahui pada kondisi janin,
apakah mengalami distress atau tidak.
DS
DO
: Tensi 120/110 mmHg, Suhu 37C atau lebih diukur per rectal. Nadi 80
x/menit
Inspeksi genital tampak cairan jernih merembes
Pemeriksaan cairan pervag dengan kertas lakmus : berubah menjadi biru
Tanda-tanda infeksi bisa sudah tampak atau belum
Pemeriksaan dalam belum ada pembukaan
DJJ bayi bisa masih normal atau ada peningkatan maupun penurunan
C. Identifikasi Diagnosa / Masalah Potensial
Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati
200
b.
c.
d.
e.
f.
201
g.
h.
b. Jelaskan pada ibu dan keluarga untuk menciptakan suasana yang tenang.
Rasional
kecemasan ibu
d. Kaji Tanda-Tanda Vital
Rasional
manajemen
asuhan
kebidanan,
yang
dalam
pendokumentasiannya
202
DAFTAR PUSTAKA
203
ABORTUS INKOMPLIT
KONSEP MEDIS
1.
Terlambat haid (tidak datang haid lebih dari 1 bulan, dihitung dari haid terakhir)
Terjadi perdarahan pervaginam
Spasme atau nyeri perut bawah (seperti kontraksi saat persalinan)
Keluarnya massa kehamilan (fragmen plasenta)
Apabila tidak terdapat gejala di atas, sebaiknya dipertimbangkan diagnosis lain
204
Riwayat Medik
Informasi khusus tentang reproduksi yang harus diperoleh diantaranya :
1) Hari pertama haid terakhir, dan kapan mulai berhenti haid
2) Alat kontrasepsi yang sedang dipakai (amenore akibat kontrasepsi hormonal
3)
4)
5)
6)
Pemeriksaan Fisik
Penting untuk memperhatikan :
1) Periksa dan catat tanda vital (temperature, tekanan darah, pernafasan, dan nadi)
2) Gangguan kesehatan umum (anemia, kurang gizi, keadaan umum jelek)
3) Periksa keadaan paru, jantung, dan ekstremitas.
Pemeriksaan Abdomen :
1)
2)
3)
4)
Pemeriksaan Panggul :
Tujuan utama pemeriksaan panggul atau bimanual adalah untuk mengetahui
besar, arah, konsistensi uterus, nyeri goyang serviks, nyeri tekan parametrium, dan
pembukaan ostium serviks. Penting juga untuk melihat sumber perdarahan lain
(trauma serviks / vagina) selain akibat sisa konsepsi.
Pemeriksaan Dengan Speculum (Inspekulo)
Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati
205
perabaan uterus. Penting sekali untuk mengetahui besar dan arah uterus sebelum
melakukan prosedur curettage atau AVM.
5.
Perdarahan
Sedikit-sedang
Serviks
Tertutup
Imminens
Besar uterus
Sesuai usia
Gejala lain
PPT (+), ada
kehamilan
kram perut,
uterus lunak
Abortus
Insipiens
Abortus
Sedang-banyak
Sedikit-banyak
Terbuka
Perut kram,
Terbuka
kecil
Lebih kecil dari
uterus lunak
Perut kram,
206
inkomplit
6.
(lunak)
usia kehamilan
keluar
Abortus
Sedikit / tidak
Lunak
jaringan
Sedikit / tidak
komplit
ada
(terbuka
usia kehamilan
kram, keluar
atau
jaringan,
tertutup)
uterus kenyal
7.
207
8.
Pengkajian
Pada langkah ini bidan mengumpulkan semua informasi yang akurat dan lengkap
dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi pasien, seperti :
Data subyektif :
1) Biodata
a) Nama
dihubungi.
d) Pekerjaan : Dikaji untuk mengetahui kemungkinan pengaruhnya
terhadap kebiasaan kesehatan klien, dan kemungkinan pengaruh
pekerjaan terhadap kehamilan serta kesehatan klien.
e) Agama
: Ditanyakan untuk mengetahui kemungkinan kebiasaannya
terhadap kesehatan dan kehamilan ibu. Dapat mempermudah pendekatan
terhadap klien dalam melaksanakan asuhan kebidanan.
f) Pendidikan : Dikaji untuk mengetahui tingkat intelektual klien, sebab
tingkat intelektual mempengaruhi sikap perilaku seseorang.
g) Status Perkawinan : Dikaji untuk mengetahui kemungkinan pengaruh
status perkawinan tehadap masalah kesehatan. Perlu juga ditanyakan
berapa kalinya.
2) Keluhan Utama
Hal ini yang membuat pasien datang ke petugas kesehatan. Pertanyaan yang
ditanyakan adalah apa yang dirasakan ibu. Pada kasus abortus inkomplit yang
perlu ditanyakan :
a.
Kapan ibu mengeluarkan darah ? Berapa banyak cairan darah yang keluar?
Bergumpal / ada jaringan atau tidak?
208
b.
c.
2.
2.
sedikit?
g)
HPHT?
Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas yang lalu
h)
Perkawinan yang ke berapa?
i)
Kehamilan ke berapa?
j)
Ikhtisar kehamilan (berisi hal-hal yang dapat mengganggu
kehamilan, perdarahan, letak sungsang, letak lintang, gemelli, pre
3.
k)
l)
209
penyakit menular seperti hepatitis B atau TBC? Dalam keluarga ibu atau suami
apakah ada keturunan kembar?
7) Riwayat Psikososial-Spiritual-Kultural
a. Riwayat Psikososial
a) Bagaimana tanggapan suami dan keluarga terhadap kehamilan ini?
b) Ibu tinggal bersama siapa?
c) Siapa pengambil keputusan dalam keluarga?
b. Riwayat Spiritual : Bagaimana ibu dalam menjalankan ibadah?
c. Riwayat Kultural
a) Ibu menganut adat apa?
b) Apakah ada kebiasaan yang menguntungkan dan yang mengganggu dalam
proses kehamilan atau persalinannya?
d. Pola Kebiasaan Sehari-hari
Hal-hal yang ditanyakan pada saat di rumah / sebelum masuk Rumah Sakit
dan sesudah masuk Rumah Sakit, yaitu:
1.
2.
3.
4.
5.
Pola nutrisi
Aktivitas
Istirahat
Eliminasi
Personal Hygiene.
Data Obyektif
1.
Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum
b. Kesadaran
apatis?
Berat Badan
c.
e.
f.
2.
Inspeksi
a. Kepala
: melihat bagaimana keadaan kepala apakah ada benjolan
b. Muka : apakah oedem, pucat, adakah cloasma gravidarum. Pada penderita pre eklamsi muka
tampak oedem
c. Mata
ichterus
d. Hidung
e. Mulut
210
f.
Telinga
g. Leher
jugularis
h. Ketiak
i.
j.
accecoriasis mammae
Dada
: apakah simetris, bagaimana pernafasannya
Mammae : melihat apakah simetris, keadaan putting menonjol / datar / masuk,
adakah hiperpigmentasi areola mammae primer dan sekunder, apakah ada striae
4.
5.
tidak?
Pemeriksaan darah
Hb normal bernilai 11 gr%, bila 11 gr% menandakan anemia
c.
USG dapat digunakan sebagai penunjang untuk mengetahui pada kondisi janin,
dan untuk mengetahui apakah sudah terjadi abortus inkomplit atau belum?
211
DS
DO
: Tensi 120/110 mmHg, Suhu 37C atau lebih diukur per rectal. Nadi 80
x/menit
Plano test (+)
Inspeksi genital tampak cairan darah dengan stosel
Tanda-tanda infeksi bisa sudah tampak atau belum
Pemeriksaan dalam sudah ada pembukaan, teraba jaringan
Hasil USG : abortus inkomplit
C. Identifikasi Diagnosa / Masalah Potensial
Pada langkah ini bidan mengidentifikasi masalah dan diagnosa potensial
berdasarkan diagnosa / masalah yang sudah teridentifikasi. Langkah ini membutuhkan
antisipasi, bila mungkin dilakukan pencegahan.
Contoh
1.
2.
3.
212
Bantulah ibu bila tampak gelisah atau ketakutan dengan senantiasa memberikan
dorongan dan semangat, memberi informasi yang cukup mengenai kondisi ibu,
dan mau mendengarkan keluhan ibu.
4.
Jelaskan pada ibu dan keluarga tentang pengaruh cemas pada kondisi ibu.
Rasional
2.
Jelaskan pada ibu dan keluarga tentang tindakan yang akan dilakukan dengan
jelas.
Rasional
3.
kecemasan ibu
4.
manajemen
asuhan
kebidanan,
yang
dalam
pendokumentasiannya
213
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. 2004. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta : Depkes RI.
Manuaba, IBG. 1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan, dan Keluarga Berencana
untuk Pendididkan Bidan. Jakarta : EGC.
Mansjoer, Arif, dkk. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius,
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri Fisiologi Jilid I. Jakarta : EGC.
PPKC. Pelatihan Manajemen Asuhan Kebidanan.
Saifuddin, Abdul Bari, dkk. 2002. Buku Panduan praktis Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal. Jakarta : YBP-SP
Wiknjosastro, Hanifa. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBPSP.
214
KARSINOMA SERVIKS
KONSEP MEDIS
Kanker serviks merupakan karsinoma ginekologi yang terbanyak di dunia.
1.
Etiologi
Penyebab langsung karsinoma serviks belum diketahui. Factor ekstrinsik yang
diduga berhubungan dengan insiden karsinoma serviks uteri adalah smegma, infeksi
virus Human Papiloma Virus (HPV), dan spermatozoa.
2.
dari 7 mm.
Lesi invasive > 5 mm, dibagi atas lesi 4 cm dan > 4 cm
Proses keganasan telah keluar dari serviks dan menjalar ke 2/3 bagian
atas vagina dan atau ke parametrium tetapi tidak sampai dinding
215
2a
panggul
Penyebaran hanya ke vagina, parametrium masih bebas dari infilterat
2b
tumor
Penyebaran ke parametrium, uni atau bilateral, tetapi belum sampai
dinding panggul
Penyebaran samapai 1/3 distal vagina atau ke parametrium sampai
3a
dinding panggul
Penyebaran sampai 1/3 distal vagina, namun tidak sampai ke dinding
3b
panggul
Penyebaran sampai ke dinding panggul, tidak ditemukan daerah bebas
infiltrasi antara tumor dengan dinding panggul atau proses pada tingkat
4a
4b
3.
Pemeriksaan Penunjang
1. Sitologi, dengan cara test pap smear. Tes ini merupakan penapisan untuk
mendeteksi infeksi HPV dan pra kanker serviks. Ketepatan diagnostic sitologinya
90 % pada dysplasia keras (karsinoma in situ), dan 76 % pada dysplasia
2.
3.
4.
5.
6.
4.
ringan / sedang.
Kolposkopi
Servikografi
Pemeriksaan visual langsung
Gineskopi
Pap net (pemeriksaan terkomputerisasi dengan hasil lebih sensitive)
Manifestasi Klinis
1. Dari anamnesa didapatkan : keluhan metroragi, keputihan warna putih atau
purulen yang berbau dan tidak gatal, perdarahan pasca coitus, perdarahan
spontan, dan bau busuk yang khas.
2. Ditemukan gejala metastasis seperti obstruksi total vesika urinaria
3. Pada stadium lanjut ditemukan keluhan cepat lelah, kehilangan berat badan, dan
anemia.
4. Pada pemeriksaan fisik ditemukan serviks teraba membesar, ireguler, teraba
lunak.
5. Bila tumor tumbuh eksofitik maka terlihat lesi pada portio, atau sudah sampai
vagina.
5.
Prognosis
216
Karsinoma serviks yang tidak diobati atau tidak memberikan respon terhadap
pengobatan, 95 % akan mengalami kematian dalam 2 tahun setelah timbul gejala.
Pasien yang menjalani histerektomi dan memiliki resiko rekurensi harus terus
diawasi, karena lewat deteksi dini dapat diobati dengan radioterapi. Setelah
histerektomi radikal, terjadi 80 % rekurensi dalam 2 tahun.
6.
Penatalaksanaan
Tingkat
0
1
1b, 2a
Penatalaksanaan
Biopsi kerucut, histerektomi transvaginal
Biopsy kerucut, histerektomi transvaginal
Histerektomi radikal dengan limfadenektomi panggul dan evaluasi
kelenjar limfe paraorta (bila terdapat metastasis dilakukan
2b, 3, dan 4
4a dan 4 b
Pengkajian
Pada langkah ini bidan mengumpulkan semua informasi yang akurat dan lengkap
dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi pasien, seperti :
Data subyektif :
1) Biodata
a. Nama : Nama pasien perlu ditanyakan dengan jelas dan lengkap agar
mempermudah dalam proses asuhan kebidanan
b. Umur : Perlu dikaji untuk menilai keadaan organ reproduksi pasien, seperti
pada primipara tua keadaannya akan berbeda dengan primipara muda.
c. Alamat : Diperlukan apabila dalam keadaan mendesak untuk mudah
dihubungi.
d. Pekerjaan
217
g. Status Perkawinan
c.
218
Pola nutrisi
Aktivitas
Istirahat
Eliminasi
Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum
b. Kesadaran
c.
d.
e.
apatis?
Berat Badan
Tinggi Badan
Tekanan Darah
f.
atas 38C dengan pengukuran rectal dicurigai telah terjadi infeksi intra uterine.
Nadi normalnya 80-100 x/menit.
Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati
219
2.
Inspeksi
a. Kepala
b. Muka
accecoriasis mammae
i.
Dada
: apakah simetris, bagaimana pernafasannya, ada kelainan
j.
atau tidak
Mammae : melihat apakah simetris, keadaan putting menonjol / datar / masuk,
adakah hiperpigmentasi areola mammae primer dan sekunder, apakah ada striae
4.
5.
6.
220
DS
gumpalan.
Klien mengatakan nyeri perut bawah
Klien mengatakan sering mengalami keputihan, tidak gatal, dan berbau.
DO
: Tensi 120/110 mmHg, Suhu 37C atau lebih diukur per rectal. Nadi 80
x/menit
Inspeksi genital tampak cairan darah dengan stosel, berbau khas
Terdapat tanda-tanda infeksi atau tidak
Pemeriksaan dalam teraba potio berdungkul-dungkul
Hasil biopsi menunjukkan keganasan
C. Identifikasi Diagnosa / Masalah Potensial
Pada langkah ini bidan mengidentifikasi masalah dan diagnosa potensial
berdasarkan diagnosa / masalah yang sudah teridentifikasi. Langkah ini membutuhkan
antisipasi, bila mungkin dilakukan pencegahan.
Contoh :
1.
2.
221
Jelaskan pada ibu dan keluarga tentang tindakan yang akan dilakukan dengan
jelas.
Rasional
3.
kecemasan ibu
4.
manajemen
asuhan
kebidanan,
yang
dalam
pendokumentasiannya
222
DAFTAR PUSTAKA
Manuaba, IBG. 1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan, dan Keluarga Berencana
untuk Pendididkan Bidan. Jakarta : EGC.
Mansjoer, Arif, dkk. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius,
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
PPKC. Pelatihan Manajemen Asuhan Kebidanan.
Wiknjosastro, Hanifa. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBPSP.
223
224
225
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN ANGINA PEKTORIS
A. PENGERTIAN
B. POHON MASALAH
Dapat diubah/dimodifikasi
Diet/hiperlipidemia
Rokok
Hipertensi
Stress
Obesitas
DM
Kurang aktifitas
Pemakaian kontrasepsi
oral
Faktor resiko
Garis lemak 15
th
Tak berkembang
Cidera sel endotel arteri
Turbulensi aliran
darah
Berkembang
Peningkatan permeabilitas
Defisit NO
Agregasi trombosit
Anemia berat
Penurunan jumlah Hb
Lesi komplikata
Proliferasi otot
polos ke intima
- trombosit
- penimbunan
fibrin
Pembentukkan
jaringan parut
Plak fibrosa
Arteritis
Penyempitan/blok lebih
dari 75 %
Aktifitas berlebih
226
Kompensasi jantung
Iskemik
anaerob
Aorta insufisiensi
Penurunan COP
Asam Laktat
MK 1 : Nyeri Akut
C. PENGKAJIAN
1. Keluhan utama
a. Nyeri pada dada kiri dengan perasaan berat seperti diberi beban berat/ diremasremas/ ditekan.
b. Perasaan lemas, keringat dingin dan pusing, kadang-kadang berdebar dan
bernafas kurang lega.
2. Riwayat kesehatan sekarang.
a. Perjalanan penyakit.
b. Gambaran keadaan, keluhan, lokasi, kualitas, kuantitas, waktu, faktor yang
memperberat dan memperingan penyakit.
3. Riwayat penyakit dahulu.
a. Apakah pernah mempunyai riwayat penyakit jantung, hipertensi, kegemukan.
b. Penggunaan/kesalahan penggunaan obat jantung, hipertensi atau obat yang
dijual bebas.
c. Penggunaan alkohol, obat narkotik dan perokok.
4. Pola fungsi kesehatan
a.
b.
c.
Pola aktivitas
Kelelahan, perasaan tidak berdaya setelah latihan, kelemahan, nyeri dada bila
kerja.
d. Pola istirahat/tidur
Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati
227
nyeri
228
b.
b. Memberikan
informasi
tentang
Anjurkan
istirahat
total
pasien
selama
untuk c. Menurunkan
episode
miokard
angina.
kebutuhan
untuk
oksigen
meminimalkan
d.
Pantau
kecepatan/irama
jantung.
e.
dengan
rangsangan
simpatis,
kerja
miokard
sehubungan
dengan
kerja
pencernaan,
menurunkan
resiko
serangan angina.
h. Untuk membandingakn perubahan
yang terjadi.
i.
RASIONAL
229
atau
abu-abu,
serta
jantung,
murmur
e. Menurunkan
konsumsi
O2,
aktivitas
pasien
sesuai
indikasi.
g. Anjurkan
pasien
untuk
g. Agar
intervensi
dilaksanakan
dapat
dan
segera
mencegah
komplikasi.
h. Anjurkan
pasien
untuk
tidak
menyebabkan
penurunan
curah jantung.
i. Kolaborasi pemberian 02, terapi.
untuk
mempercepat
penyembuhan.
j. Siapkan untuk pindah ke ruang
ICU bila kondisi memerlukannya.
curah
jantung
230
RASIONAL
a. Menurunkan cemas dan
takut
pasien
menganggap
pasien
seperti
sebelumnya.
tidak berubah.
telah
dibuat
menurunkan/membatasi
yang
akan
untuk
serangan
datang
dan
d. Mendorong
pasien
untuk
mengontrol
perilaku,
untuk
meningkatkan
kepercayaan
pada
program medik.
RASIONAL
a. Pasien
dengan
angina
yang
dapat
menyebakan
pencetus
serangan
b. Dapat
menurunkan
insiden/beratnya
episode
iskemik.
angina.
Contoh : stres emosional, kerja
fisik, makan terlalu banyak/berat.
c. Bantu
pasien
mengidentifikasi
untuk
c. Langkah
sumber-sumber
penting
pembatasan/mencegah serangan
angina.
kontrol berat
d. Pengetahuan
tentang
faktor
231
resiko
perubahan.
untuk
e. Membiarkan
membuat
pasien
untuk
regangan.
dapat
dimodifikasi
untuk
terjadi
serangan
f. Menyiapkan
angina.
menghilangkan
pasien
takut
untuk
dan
obat.
E. IMPLEMENTASI
Pada tahap pelaksanaan ini kegiatannya adalah melaksanakan asuhan keperawatan sesuai
dengan perencanaan, bila perlu bisa menyimpang dari perencanaan semula tergantung
situasi dan kondisi saat itu.
F. EVALUASI
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan dengan tujuan keperawatan telah
tercapai atau belum untuk dapat menilai bahwa tujuan itu tercapai atau tidak dapat
diketahui dari perilaku pasien atau keluarganya serta untuk melakukan pengkajian ulang.
1. Tujuan tercapai, jika pasien menunjukkan perubahan sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan.
2. Tujuan tercapai sebagian, jika pasien telah menunjukkan perubahan sebagian dari
standar kriteria yang telah di tetapkan.
3. Tujuan tidak tercapai, jika pasien tidak menunjukkan perubahan atau kemajuan sama
sekali dan bahkan timbul masalah baru.
232
Aterosklerosis
Trombosis
Konstriksi arteri koronaria
Aliran darah ke jantung menurun
Oksigen dan nutrisi turun
Metabolisme an aerob
Kerusakan
pertukaran
gas
Seluler hipoksia
Integritas membran sel berubah
nyeri
Cemas
Kontraktilitas
turun
Intoleransi
aktifitas
COP turun
Resiko
penurunan
curah
jantung
Kegagalan pompa
jantung
Gangguan perfusi
jaringan
Gagal jantung
C. PENGKAJIAN
1. Keluhan utama
a. Nyeri dada yang tiba-tiba dan tidak hilang dengan istirahat.
b. Lokasi nyeri dada bagian depan sub sternal yang mungkin menyebar sampai ke
lengan, rahang dan wajah.
2. Riwayat kesehatan sekarang.
a. Perjalanan penyakit.
b. Gambaran keadaan, keluhan, lokasi, kualitas, kuantitas, waktu, faktor yang
memperberat dan memperingan penyakit.
Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati
233
b.
Pola eliminasi
Bising usus mungkin meningkat atau juga normal.
c.
Pola aktivitas
Kelemahan, kelelahan, tachycardia dan dispnea pada saat beraktifitas.
d.
Pola istirahat/tidur
Ketidakmampuan untuk tidur ( mungkin didapatkan tachycardia dan dispnea
pada saat istirahat ).
e.
f.
5. Pemeriksaan fisik
a. Sirkulasi :
a) Tekanan darah mungkin normal atau meningkat.
b) Nadi mungkin normal atau lambat, disritmia.
b. Bunyi jantung :
a) Bunyi jantung tambahan S3 atau S4 ( mungkin mencerminkan terjadinya
kegagalan jantung/ventrikel kehilangan kontraktilitasnya ).
b) Murmur, jika ada merupakan akibat dari insufisiensi katub atau muskulus
papilaris yang tidak berfungsi.
c) Heart Rate: mungkin meningkat atau mengalami penurunan (tachicardia
atau bradicardia).
d) Irama jantung: mungkin ireguller atau juga normal.
234
pasien mampu
INTERVENSI
RASIONAL
235
peningkatan
rasa
nyeri
dan
pada
pasien
agar
c. Penundaan
pelaporan
menghambat
nyeri
peredaan
nyeri/memerlukan
peningkatan
e. Membantu
dalam
penurunan
situasi/meningkatkan
perilaku positif.
f. Kolaborasi
dalam
oksigen, obat-obatan.
obat-obatan
yang
dengan narkosa.
pengobatan.
RASIONAL
236
a. Tanda-tanda
vital
dapat
aktivitas
dan
dapat
mengindikasikan
penurunan
beristirahat
terlebih
b. Menurunkan
kerja
miokard,
mencegah komplikasi.
dahulu.
c. Anjurkan pada pasien untuk tidak
c. Aktivitas
yang
memerlukan
besar.
tachikardia
dengan
pada
pasien
tentang
e. Pasien
aktivitas
melebihi batas.
sehingga
mengetahui
yang
tanda-tanda
melebihi
dapat
batas
melakukan
pencegahan.
3. Resiko terjadinya penurunan cardiac output berhubungan dengan perubahan dalam
rate, irama, konduksi jantung, menurunnya preload.
Tujuan : tidak terjadi penurunan cardiac output selama dilakukan tindakan
keperawatan.
Kriteria hasil:
a. Tekanan darah normal.
b. Tidak didapatkan disritmia.
c. Curah jantung (frekuensi jantung dalam rentang normal).
INTERVENSI
Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati
RASIONAL
237
a. Hipotensi
dapat
terjadi
sehubungan
jika memungkinkan).
katekolamin
dan
atau
dengan
komplikasi
penyakit.
b. Kaji kualitas nadi.
mungkin
terjadi
dan S4.
infark
berat.
S4
mungkin
ventrikel
dan
hipertensi
d. Mengetahui
gangguan
aliran
darah
dalam jantung.
e. Sajikan
dicerna
makanan
dan
yang
kurangi
mudah
konsumsi
kafein.
meningkatkan
kerja
miokard
dan
menybabkan
rangsang
vagal
yang
mengakibatkan bradikardi.
f. Dampingi
pasien
pada
saat f.
melakukan aktivitas.
penanganan
bisa
segera
diberikan.
g. Kolaborasi
dalam
pemeriksaan
g.
Serial
ECG
memberikan
informasi
infark,
status
fungsi
ventrikel,
sehubungan
dengan
disfungsi
ventrikel.
Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati
238
INTERVENSI
Kaji
adanya
RASIONAL
Perfusi serebral
perubahan a.
kesadaran..
dingin
dan
b.
penurunan
d.
komplikasi
tromboemboli paru.
e. Kaji fungsi gastrointestinal (bising
usus,
abdominal
e.
distensi,
Penurunan
mesentri
konstipasi, anoreksia).
aliran
dapat
darah
ke
mengakibatkan
f.
dapat
mengakibatkan
239
(kaji
adanya krekels).
b. Catat
DVJ
RASIONAL
a. dapat mengidentifikasikan edema
paru.
(distensi
vena
edema.
c. Ukur intake dan output.
menunjukkan
gangguan
keseimbangan cairan.
e. Pertahankan
pemasukan
total
f. Garam,
natrium
meningkatkan
dalam
pemberian
diuretik.
PELAKSANAAN / IMPLEMENTASI
Pada tahap pelaksanaan ini kegiatannya adalah melaksanakan asuhan keperawatan sesuai
dengan perencanaan, bila perlu bisa menyimpang dari perencanaan semula tergantung
situasi dan kondisi saat itu.
EVALUASI
240
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan dengan tujuan keperawatan telah
tercapai atau belum untuk dapat menilai bahwa tujuan itu tercapai atau tidak dapat
diketahui dari perilaku pasien atau keluarganya serta untuk melakukan pengkajian ulang.
1. Tujuan tercapai, jika pasien menunjukkan perubahan sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan.
2. Tujuan tercapai sebagian, jika pasien telah menunjukkan perubahan sebagian dari
standar kriteria yang telah di tetapkan.
3. Tujuan tidak tercapai, jika pasien tidak menunjukkan perubahan atau kemajuan sama
sekali dan bahkan timbul masalah baru.
241
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN IRAMA JANTUNG
( ARITMIA, FIBRILASI ATRIAL, FIBRILASI VENTRIKEL )
A. PENGERTIAN
Gg keseimb.
Elektrolit & gas
darah
Gagal jantung
kongestif
Hipokalemia /
hiperkalemia.
Asidosis
Tirotoksitosis
Fibrilasi / fluter
atrium
Supraventrikular
taschicardi
Gg. Konduksi
elektrikal
Penyempitan
pembuluh darah
Ketidak seimbgn
suplai O2 thdp
kebutuhan tubuh
P kontraktilitas
miokard
Perub status
kesehatan
Krisis situasi
Nyeri
Resti pe
curah jantung
Gg intoleransi
aktivitas
Gg pola pemenuhan
keb Oksigen
Hospitalisasi
Cemas
C. PENGKAJIAN
1. Keluhan utama
a. Pada pasien dengan gangguan irama jantung, keluhan utama biasanya
didapatkan : nyeri dada ringan sampai berat.
2. Riwayat kesehatan sekarang.
a. Perlu dikaji perjalanan penyakit yaitu gambaran keadaan, keluhan, lokasi,
kualitas, waktu, faktor yang memperberat, memperingan penyakit.
3. Riwayat penyakit dahulu.
Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati
242
toleran
terhadap
makanan
( denyut kuat teratur / denyut lemah ), nadi bigeminal ( denyut kuat tak
teratur / denyut lemah ).
d) Defisit nadi ( perbedaan antara nadi apikal dan nadi radial ).
i. Bunyi jantung : irama tidak teratur, bunyi ekstra, denyut menurun.
e) Kulit : warna dan kelembaban berubah, contoh : pucat, sianosis, berkeringat
( gagal jantung, syok ).
f) Edema : dependen, umum, DUJ ( pada gagal jantung ).
g) Haluaran urine : menurun bila curah jantung menurun berat.
b. Respirasi :
Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati
243
244
karotis,
RASIONAL
a. Perbedaan frekuensi, kesamaan dan
gangguan
a. Raba
INTERVENSI
nadi ( radial,
irama
catat
curah
b. Disritmia
jantung
khusus
pada
lebih
jelas
adanya
nadi.
nadi
mengindentifikasi
membantu
disritmia
pada
tanda
keadekuatan
vital
curah
dan
jantung
perfusi jaringan.
mengancam
hidup,
penanganan
rangsang
penghilangan
stres
dan
disritmia
akibat
dan
e. Meningkatkan
partisipasi
pasien
nyeri
menunjukkan
dada
dapat
iskemia
karena
oksigen
245
mencegah
iskemia,
obat-obatan
RASIONAL
a. Penundaan
pelaporan
nyeri
b. Memberikan
informasi
tentang
pada
total
pasien
selama
untuk
episode
angina.
d. Pantau kecepatan / irama jantung.
untuk
meminimalkan
secara
dengan
kemudian
dini
rangsangan
turun
bila
kerja
miokard
sehubungan
dengan
kerja
setelah makan.
pencernaan,
menurunkan
resiko
serangan angina.
Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati
246
i. Pemberian
O2
meningkatkan
INTERVENSI
Jelaskan
tentang
rencana a.
Dorong
pasien
untuk b.
yang
tidak
ketenagaan.
c.
sebelumnya.
Perasaan
d.
RASIONAL
Menurunkan cemas dan takut
tidak berubah.
d.
Mendorong
pasien
untuk
untuk
mengontrol
perilaku,
meningkatkan
kepercayaan
jantung.
program medik.
pada
E. IMPLEMENTASI
Pada tahap pelaksanaan ini kegiatannya adalah melaksanakan asuhan keperawatan sesuai
dengan perencanaan, bila perlu bisa menyimpang dari perencanaan semula tergantung
situasi dan kondisi saat itu.
F. EVALUASI
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan dengan tujuan keperawatan telah
tercapai atau belum untuk dapat menilai bahwa tujuan itu tercapai atau tidak dapat
diketahui dari perilaku pasien atau keluarganya serta untuk melakukan pengkajian ulang.
1. Tujuan tercapai, jika pasien menunjukkan perubahan sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan.
Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati
247
2. Tujuan tercapai sebagian, jika pasien telah menunjukkan perubahan sebagian dari
standar kriteria yang telah ditetapkan.
3. Tujuan tidak tercapai, jika pasien tidak menunjukkan perubahan atau kemajuan sama
sekali dan bahkan timbul masalah baru.
E. DICSHARGE PLANNING (RENCANA PEMULANGAN)
1. Berikan penjelasan tentang cara perawatan pasien dengan gangguan irama jantung :
a. Menjaga emosi dan berfikiran positif.
b. Latihan gerak badan teratur setiap hari dengan berjalan cepat selama 30 menit.
c. Anjurkan untuk tidak berolah raga yang mengandung sifat berkompetisi misalnya
sepak bola, tenis, badminton dll.
2. Anjurkan untuk diet rendah lemak.
3. Anjurkan untuk makan sayur dan buah yang mengandung tinggi serat untuk mencegah
terjadinya obstipasi.
4. Anjurkan pasien untuk mengikuti aturan dietnya.
5. Jelaskan terapi yang diberikan, anjurkan agar tidak minum-minuman keras, merokok,
minum kopi dan minum obat-obat tanpa ada anjuran dokter.
6. Tekankan untuk melakukan kontrol teratur dan sesuai waktu yang telah ditentukan.
248
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN HIPERTENSI
A. PENGERTIAN
Hipertensi adalah tekanan darah sistolik dan diastolic yang melebihi 140 mmHg
( Sistolik ) dan 95 mm Hg ( diatolik )
B. POHON MASALAH
Kelebihan steroid
(Aldosteron )
Pe asupan
garam
Pe tekanan arteri
Mengurangi hilangnya
garam + air dalam urine
Pe curah
jantung
Renin (ginjal)
Subtrat renin
(protein plasma)
Angiotensin II
Pe volume cairan
ekstra seluler
Pe beban jantung
Hipertrofi ventrikel
kiri
Angiotensin I
Enzim pengubah
( paru )
Penebalan dinding +
penebalan masa
ventrikel
Peningkatan tekanan
arteri
Masa + volume
diastolic ventrikel kiri
Pe After load
HIPERTENSI
Pe tekanan vaskuler
Ketidak seimbangan
suplai O2 dengan
kebutuhan tubuh
Peningkatan keb
metabolik
Kelemahan umum
Intoleransi
aktifitas
Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati
Obesitas (Perubahan
nutrisi lebih dari
kebutuhan tubuh )
C. PENGKAJIAN
1. Keluhan Utama.
a. Nyeri kepala bagian belakang waktu bangun pagi.
b. Pening / pusing.
2. Riwayat penyakit dahulu
Dikaji apakah pasien punya riwayat hipertensi, arterosklerosis, penyakit jantung
koroner/katup dan penyakit serebrovaskuler.
3. Riwayat kesehatan keluarga.
Perlu dikaji apakah keluarga ada yang menderita hipertensi, arterosklerosis,
penyakit jantung, diabetes mellitus, penyakit serebrovaskuler / ginjal.
4. Pola-pola fungsi kesehatan.
a. Pola nutrisi dan metabolisme.
-
Yang perlu dikaji tentang kebiasaan makan pasien, tentang makanan yang
disukai, yaitu makanan tinggi garam, tinggi lemak, tinggi kolesterol.
a. Pola eliminasi
Dikaji gangguan ginjal yang dialami saat ini atau yang lalu ( seperti infeksi )
b. Pola aktivitas.
-
5. Pemeriksaan fisik
Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati
250
b. Jantung
c. Paru paru
d. Ekstremitas
D. DIAGNOSA KEPERWATAN DAN INTERVENSI
1. Gangguaqn rasa nyaman ( nyeri ), sakit kepala berhubungan dengan peningkatan
vaskuler serebral ditandai dengan nyeri bagian kepala, saat bangun tidur leher kaku,
pusing, pasien tamapak kesakitan.
Tujuan
Kriteria hasil :
Nyeri hilang.
RASIONALISASI
Minimalkan
stimulasi
relaksasi.
efektif
memblok
sakit
c. Hilangkan aktivitas vasokontriksi
yang dapat meningkatkan sakit
respon
dalam
simpatis
menghilangkan
kepala
beserta
komplikasinya.
c. Dapat meningkatkan
tekanan
vaskuler serebral.
pasien
mengalami
dan
mengurangi
251
aktivitas.
2. Resiko tinggi terjadi penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan
after load.
Tujuan
Kriteria hasil
RASIONALISASI
a. Perbandingan dari tekanan
memberikan
gambaran
yang
vaskuler.
b. Denyutan
karotis,
jugularis
radialis
daqan
femoralis
mungkin
teramati.
Penyakit
efek
dari
vasokontriksi vena.
c. S4 biasanya terdengar pada
c. Auskultasi tonus jantung dan bunyi
nafas.
berhubungan
dengan
vasokontriksi
atau
aktivitas,
batasi
pengunjung.
g. Anjurkan tehnik relaksasi, panduan
imajinasi.
Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati
rangsang
simpatis,
meningkatkan relaksasi.
g. Dapat menurunkan rangsangan
yang
menimbulkan
stress,
menurunkan TO.
h. Dapat menangani reensi cairan
h. Berikan pembatasan cairan dan diit
dengan
respon
hipertensif,
fungsi
independent perawat.
i. Kolaborasi pemberian terapi.
3. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum, ketidak seimbangan
antara suplai dan kebutuhan oksigen, ditandai dengan keletihan, kelemahan,
frekuensi jantung, atau respon tekanan darah terhadap aktivitas, tidak nyaman saat
bergerak, perubahan ECG.
Tujuan
Kriteria hasil :
INTERVENSI
a. Periksa tanda tanda vital sebelum
RASIONALISASI
a. Hipotensi orthostatikm dapat
energy,
misalnya
obat.
c. Tehnik
menghemat
energy
aktivitas
peningkatan kerja
bertahap
kebutuhan
hanya
akan
253
F. PELAKSANAAN
Pada tahap pelaksanaan ini sesuai kegiatannya adalah melaksanakan asuhan
keperawatan sesuai dengan perencanaan bila perlu biar menyimpang dari perncanaan
semula tergantung situasi dan kondisi saat itu.
G. EVALUASI
Evaluasi adalah langkah akhir dalam proses keperawatan yang bertujuan untuk menilai
apakah dalam perencanaan perawatan tercapai atau tidak untuk melakukan pengkajian
ulang.
1.
Tujuan
tercapai,
jika
pasien
mampu
menunjukkan perilaku pada waktu dan tanggal tertentu sesuai dengan pernyataan
tujuan.
2.
3.
254
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN INFARK MIOCARD
A. PENGERTIAN
Infark Miocard adalah keadaan kematian jaringan otot jantung karena adanya
penghentian aliran darah dan O2 pada otot jantung, sebagai akibat dari terjadinya
sumbatan pada arteri koronaria dan cabang-cabangnya.
B. POHON MASALAH
Aterosklerosis
Trombosis
Konstriksi arteri koronaria
Aliran darah ke jantung menurun
Oksigen dan nutrisi turun
Jaringan Miocard Iskemik
Nekrose lebih dari 30 menit
Supply dan kebutuhan oksigen ke jantung tidak seimbang
Supply Oksigen ke Miocard turun
Metabolisme an aerob
Kerusakan
pertukaran
gas
Seluler hipoksia
Cemas
turun
Intoleransi
aktifitas
COP turun
Resiko
penurunan
curah
jantung
Kegagalan pompa
jantung
Gangguan perfusi
jaringan
Gagal jantung
C. PENGKAJIAN
Pengumpulan data :
1. Identitas pasien.
Nama pasien jenis kelamin dan umur.
Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati
255
2. Keluahan utama.
Pasien merasakan nyeri dada sebelah kiri yang timbulnya mendadak, tidak hilang
dengan istirahat, pernafasan kurang lega.
3. Riwayat penyakit dahulu.
Dikaji apakh oasien punya riwayat infark miokard sebelumnya, gagal jantung
kongestif, masalah tekanan darah (TD), DM, merokok.
4. Riwayat kesehatan keluarga.
Perlu dikaji apakah kelurga ada yang menderita hiperensi, DM, penyakit jantung
koroner.
5. Pola pola fungsi kesehatan :
a. Pola nutrisi
Pasien biasanya mual, kehilangan nafsu makan, nyeri ulu hati.
b. Pola eliminasi
Bisa normal atau Bising usus (BU) mmenurun.
c. Pola aktivitas
Pasien biasanya merasakan kelemahan, kelelahan.
d. Pola istirahat tidur
Manifestasi dari gejala klinik IMA adalah dada terasa berat, persaan nafas
kurang lega, sukar istirahat dan kadang kadang dada berdebar.
6. Riwayat psikososial.
Pasien biasanya menyangka dengan kondisinya, takut mati, merasa tak perlu
perawatan, cemas/marah, gelisah.
7. Pemeriksaan penunjang.
a. EKG menunjukkan peninggian gelombang S-T . Iskemik
Cedera berarti penurunan / datarnya gelombang T.
Adanya gelomnang Q 25 % gelombang R menurunkan nekrosis.
b. Pemeriksaan laboratorium
a) CKMB meningkat antara 4 6 jam, memuncak dalam 12 24, kemudian
kembali normal dalam 36 48 jam.
b) LDH meningkat dalam 12 24 jam, memuncak dalam 24-48 jam dan
memekan waktu yang lama untuk kembali normal.
c) AST ( aspartat aminotranferase ) meningkat ( kurang nyata / khusus) trjadi
dalam 6-12 jam, memuncak dalam 24 jam kembali, normal dalam 3-4 hari.
d) Elektrolit : ketidak seimbangan dapat memepengruhi kontraktilitas. Contoh
hiopokalemi / hiperkalemi.
e) Sel darah putih : leukosit ( 10.000 sampai 20.000) biasanya tampak pada
hari kedua setelah IM sehubungan dengan proses inflamasi.
Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati
256
Kriteria hasil
INTERVENSI
RASIONALISASI
a. Pantau / catat karaskteristik nyeri, a. Pasien dengan IMA tampak sakit,
catat laporan verbal, penunjuk non
intensitas,
Dan
dangkal
lamanya,
/
menyebar
kualitas
)
dan
penyebaran.
dengan
menmilai
membantu
pasien
nyeri
dapat
untukmembandingkan
dengan
sebelumnya,
nyeri
dengan
identifikasi
kompilasi
( infark miokard ).
menghambat
pelaporan
peredaran
nyeri
nyeri
257
memerlukan
peningkatan
dosis
syok
dengan
rangsang
dimana
ansietas
saraf
eksternal
regangan
tenang.
jantung
dan
serta
dalam
penurunan
perilaku
control
distraksi,
visualisasi,
bimbingan imajinasi.
situasi
meningkatkan
perilaku positif.
sesudah
pemberian
abat
narkotik.
h. Berikan
O2
tambahan
indikasi.
oabakast
oabatan
Kriteria hasil
INTERVENSI
a. Catat frekuensi jantung, irama dan a. TTV
Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati
RASIONALISASI
dapat menentukan respon
258
sesudah aktifitas.
yang
memerlukan
obat
pengunaan
O2
tambahan.
b. Tingkatkan
istirahat,
aktivitas,
batasi b. Menurunkan
berikan
aktifitas
menurunkan
kerja
miokard,
resiko
komplikasi
( misal : perluasan IM ).
c. Pembicaraan
panjang
sangat
mempengaruhi pasien.
d. Anjurkan pasien untuk menghindari d. Aktifitas
yang
memerlukan
mengejan ).
mengakibatkan
menurunkan
brdikardi
curah
jantung
juga
dan
control
jantung,
meningkatkan
ketidak
(
tidak
toleran
terhadap
aktivitas
misalnya
g. Kolaborasi
aktivitas
toleran
dengan
bidang g. Memberikan
rehabilitasi jantung.
dukungan
Kriteria hasil
259
- Dapat
mengidentifikasi
penyebab,
factor
yang
mempengaruhi.
- Pasien menyatakan penurunan akut.
- Pasien mendapat pemecahan masalah secara positif.
INTERVENSI
RASIONALISASI
a. Identifikasi dan ketahui persepsi a. Koping terhadap nyeri dan trauma
pasien terhadap ancaman / situasi.
Dorong
pasien
mengekspresikan
perasaannya.
b.
kecemasangn
pasien,
tenang
petugas
dapat
menghilangkan kecemasan.
c. Kaji tanda verbal / non verbal c. Pasien mungkin tidak menunjukkan
kecemasan dan lakukan tindakan
merusak.
meningkatkan
control
terhadap
perilakunya sendiri.
d. Terima
tetapi
jangan
dapat
menurunkan
konfrontasi.
menunda
tetapi
penerimaan
dapat
trhadap
kenyataan
situasi
Konfrontasi
dapat
meningkatkan
dan
meningkatkan
rasa
marah
penggunaan
saat
itu.
penyangkalan,
menerima
situasi
pengulangan
secara
informasi
informasi
membentuk
sesuai indikasi.
yang
tidaka
diekpersikan.
f. Dorong
pasien
untuk f. Dapat
mengkomunikasikan
memberikan
keyakinan
merupakan
dengan
bahwa
perasaannya
respon
yang
masalah.
normal
terhadap
waktu
untuk
mengeksprresikan
persaan
kemandirian,
dan
pembuatan
perawatan h. Peningkatan
keputusan
kemandirian
dapat
pemindahan
unit
pasien
untuk
resiko
kegagalan
mmenghadapi kenyataan.
4. Potensial penurunan curah jantung berhubungan dengan adanya ischemic /
nekrotik pada miokard.
Tujuan
: Hemodinamik stabil.
Kriteria hasil
: - TD normal
- Curah jantung / frekuensi jantung dalam rentang normal.
- Pengeluaran urin adekuat.
- Tidak didapatkan disritmia.
INTERVENSI
RASIONALISASI
a. Observasi TD bandingkan kedua a. Hipotensi dapat terjadi karena
tangan dan ukur dengan tidur,
disfungsi
ventrikel,
hipoperfusi
cemas
kotekolamin
vaskuler
dan
pengeluaran
atau
sebelumnya.
masalah
Hipotensi
261
berhubungan
dengan
komplikasi
curah
jantung
infark.
b. Evaluasi kualitas dan kesamaan b. Penurunan
nadi sesuai indikasi.
mengakibatkan
menurunnya
dengan
ischemia
dalam jantung.
dan
irama
jantung
situasi
mencetuskan
yang
henti
dapat
jantung,
jumlah
sediaan
fungsi
ventrikel,
262
jantung
perbaikan
memantaqu
perluaasan
infark,
Kriteria hasil
INTERVENSI
RASIONALISASI
a. Selidiki perubahan tiba-tiba atau a. Perfusi serebral secaraq langsung
gangguan
kontinyu,
pingsan.
b. Pantau
mental
apakan
sianosis,
pasien
kulit
dingin/lembab,
Menurunkan
statis
vena,
latihan
isometric
dapat
meningkatkan
kerja
pernafasan,
catat
pernafasan.
komplikasi
tromboemboli paru.
Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati
263
e. Kaji
fungsi
dapat
mual/muntah,
gastrointestinal.
distensi
abdomen,
mengakibatkan
disfungsi
konstipasi.
f. Pantau intake output.
organ.
6. Potensial kelebihan volume cairan berhubungan dengan adanya ischemic /
nekrotik miokardia
Tujuan
Kriteria hasil
a. Auskultasi
INTERVENSI
bunyi nafas ada
RASIONALISASI
a. Dapat mngidentifikasikan oedem
tidaknya ronchi.
b. Penurunan
keseimbangan cairan.
mengkibatkan
curah
jantung
gangguan
perfusi
pengeluaran
Keseimbangan
cairan
urine.
positif
menunjukkan
adanya
kardiovaskuler.
memerlukan
pembatasan
pada
264
e. Natrium
dapat
meningktakan
retensi cairan.
f. Kolaborasi
untuk
pemberian
f. Diuretic
diuretic.
diperlukan
untuk
g. Hipokalemia
membatasi
Kriteria hasil
INTERVENSI
a. Kaji tingkat pengetahuan pasien dan a. Perlu
keinginan
kemampuan
untuk
belajar.
instruksi
RASIONALISASI
untuk pembuatan rencana
individu,
menguatkan
b. Waspada
terhadap
menghambat
belajar
dan
penjelasan
tentang
factor c. Memberikan
kesempatan
p-asien
berpartisipasi
dalam
program
untuk
kerja
jantung
/konsumsi
O2
265
memerlukan
tangan
diposisikan
miokard.
diatas kepala.
e. Didik pasien sehubungan dengan e. Meningkatkan
lanjutan aktifitas secara bertahap.
aktifitas
secara
bertahap
akan
meningkatkan
kekuatan
dapat
meningkatkan
sirkulasi
kolateral
dan
pentingnya
dukungan
program
setelah pulang.
rehabilitasi
jantung
koroner,
klinik
kelompok
bantuan
diperlukan
penghentian rokok.
g. Beri
tekanan
menghubungi
dokter
nyeri
mencegah komplikasi.
demam
sehubungan
khas.
I. PELAKSANAAN
Pada tahap pelaksanaan ini sesuai kegiatannya adalah melaksanakan asuhan
keperawatan sesuai dengan perencanaan bila perlu biar menyimpang dari perncanaan
semula tergantung situasi dan kondisi saat itu.
J. EVALUASI
Evaluasi adalah langkah akhir dalam proses keperawatan yang bertujuan untuk menilai
apakah dalam perencanaan perawatan tercapai atau tidak untuk melakukan pengkajian
ulang.
1.
266
2.
3.
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN GAGAL JANTUNG
A. PENGERTIAN
267
Gagal jantung adalah suatu sindrom klinik yang disebabkan oleh suatu kelainan
jantung dan dapat dikenali dari respon hemodinamik, renal, neurol dan hormonal.
Karakteristik batasan yang lebih sederhana lagi adalah gagal jantung dapat diartikan
sebagai disfungsi ventrikel kiri yang disertai gejala ( simptomatik ).
B. POHON MASALAH
Disfungsi miocard
beban sistol
Kontraktilitas
kebutuhan metabolisme
preload
renal flow
pelepasan RAA
Metabolisme sel
edema
kelebihan volume
cairan
Kurangnya
pengetahuan
Resti inefektif
penatalaksanaan
terapeutik
C. PENGKAJIAN
1. Data subyektif
Pasien mengeluh sesak napas dan kelelahan saat melakukan aktifitas sehari-hari
bahkan saat istirahat.
2. Data obyektif
-
Tachicardia, dispnea.
268
Kriteria hasil
INTERVENSI
a. Pantau tanda dan gejala hipoksia
-
Peningkatan dan
RASIONALISASI
a. Penurunan
curah
jantung
ketidaktera
menimbulkan
san.
jaringan.
Penurunan
produksi
Peubahan
fungsi
mental,
Dengan
sianosis.
penurunan
masa
respon
kompensasi
sirkulasi
ekstremitas
pengisian
dan
pada
peningkatan
kapiler.
diakibatkan
paru akut
-
volume
Penurunan
urine
ketidakcukupan
Dyspnea
berat
oleh
cerebral.
dengan
hipoperfusi
Vasokontriksi
dan
Tachicardia
dan nadi.
Batuk menetap
kental.
jaringan
Sianosis
Hipoksia
Diaforesis.
b. Kelebihan
sirkulasi
pembuluh
dapat
pulmonal.
menyebabkan
ke
jaringan
paru
pemberian
cairan
c. Kelebihan
sirkulasi
disebabkan
oleh
pengaturan
cairan
dapat
kegagalan
IV
dengan
269
125
ml/jam.
Pastikan
untuk
cermat.
kekuatan,
sebelum
d. Istirahat
seperti
dan
sesudah
adekuat
menurunkan
Kriteria Hasil
a. Ajarkan
:-
INTERVENSI
RASIONALISASI
klien dan keluarganya a. Penyuluhan menguatkan kebutuhan
untuk
memenuhi
program
kebutuhan
untuk b. Kelebihan
masukan
Natrium
akhirnya
meningkatkan
volume
kebutuhan klien.
c. Jelaskan
kerja
obat
mencakup
menurunkan
preparat
digitalis,
kesalahan
dalam
melakukan sendiri.
tekanan
menurunkan
elektrolit,
diastolik.
Diuretik
tekanan
reabsorbsi
terutama
natrium,
270
cairan.
Vasodilator
preload
dan
menurunkan
afterload
sehingga
atau lebih.
f. Jelaskan
kebutuhan
meningkatkan
aktifitas
secara
curah
jantung.
keletihan
Dispnea
dan
mengidentifikasikan
kepada
klien
ini
jantung.
b) gangguan penglihatan
c) napas pendek
d) batuk menetap.
dan
intervensi
cepat
dapat
sirkulasi
terhadap
sekunder
penurunan
curah
jantung.
f) kelemahan dan kram otot.
hipoksemia
271
g) nyeri
dada
dan
peningkatan
keletihan.
E. PELAKSANAAN
Pada tahap pelaksanaan ini sesuai kegiatannya adalah melaksanakan asuhan
keperawatan sesuai dengan perencanaan bila perlu biar menyimpang dari perncanaan
semula tergantung situasi dan kondisi saat itu.
F. EVALUASI
Evaluasi adalah langkah akhir dalam proses keperawatan yang bertujuan untuk menilai
apakah dalam perencanaan perawatan tercapai atau tidak untuk melakukan pengkajian
ulang.
1.
2.
3.
272
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Linda Juall, R.N, M.S.N ( 1999 ), Rencana Asuhan dan Dokumentasi
Keperawatan, Diagnosa Keperawatan dan Masalah Kolaboratif, Edisi 2, ECG
Jakarta.
Doengles, Marilyn E. ( 2000 ), Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, ECG, Jakarta.
273
274
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGERTIAN
Dahak berdarah yang dibatukkan berasal dari saluran pernafasan bagian bawah
( dari
glotis ke distal ).
B. POHON MASALAH
Infeksi sekunder oleh beberapa penyakit
Edema mukosa sel goblet
memproduksi mukus
Ketidakefektifan
bersihan jalan
Pembentukan rongga
kaverne
Aneurisma cabag
arteri pulmonalis
Upaya batuk
Pembuluh darah
pecah
Batuk darah
Anemis
Gangguan
Hospitalisas
i
keseimbangan
Kurang
cairan
pengetahuan
Resiko terjadi
penyumbatan
saluran nafas
Cemas
275
C. PENGKAJIAN
1. Identitas
2. Keluhan utama; batuk dengan dahak bercampur darah sedikit-sedikit, dada terasa
panas; penderita takut untuk memuntahkan.
3. Riwayat penyakit dahulu; riwayat merokok, tumor paru, bronchoektasis, DM.
4. Riwayat keluarga; adakah keluarga yang terkena TBC.
5. Pemeriksaan fisik; pemeriksaan fisik sederhana oleh karena radang dari
pemeriksaan dasar bisa menentukan penyebab hemoptoe.
6. Pola persepsi pemeliharan kesehatan
a. Pola persepsi tentang kesehatan
-
Kebiasaan hidup pasien, yaitu tinggal di daerah yang dingin atau panas.
Kriteria
RR 16 24 x/menit
276
INTERVENSI
RASIONAL
a. Observasi
tanda-tanda a. Ketidakefektifan jalan nafas terjadi
ketidakefektifan
jalan
nafas,
pergerakan dada.
b. Atur posisi pasien semi fowler.
b. Posisi
yang
ekspansi
akan
paru
memperluas
akan
melegakan
pernafasan pasien.
c. Observasi tanda-tanda vital.
dini
sehingga
dapat
jantung
dipacu
untuk
untuk
ekspektoran,
pemberian e. Mengeluarkan
broncodilator,
bronkus,
sekret,
dilatasi
profilaksis/mengobati
2. Terjadi penyumbatan saluran napas sehubungan dengan batuk darah inefektif yang
ditandai dengan batuk darah yang banyak.
Tujuan
Kriteria : -
INTERVENSI
Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati
RASIONALISASI
277
mempermudah
dan
terjadinya
adanya
tanda
Kriteria hasil
INTERVENSI
a. Evaluasi pengetahuan pasien dan
RASIONAL
a. Pasien dan keluarga mampu
menyesuaikan keterangan.
alami pasien.
b. Yakinkan tentang kenyataan untuk
informasi.
cara penularannya.
terjadi perdarahan.
278
dibatukkan.
f. Libatkan pasien dalam rencana
perawatan .
F. PELAKSANAAN / IMPLEMENTASI
Pada tahap pelaksanaan ini kegiatannya adalah melaksanakan asuhan keperawatan sesuai
dengan perencanaan bila perlu bisa menyimpang dari perencanaan semula tergantung
situasi dan kondisi saat itu.
G. EVALUASI
Asuhan keperawatan dilaksanakan sesuai rencana yang telah disusun diperlukan suatu
evaluasi untuk menilai keberhasilan tindakan :
1.
Tujuan tercapai, jika pasien menunjukkan perubahan sesuai dengan standar yang
telah ditetapkan.
2.
Tujuan tercapai sebagian, jika pasien menunjukkan perubahan sebagian dari standar
dan kriteria yang telah ditetapkan
dokter).
3.
Tujuan tidak tercapai, jika pasien tidak menunjukkan perubahan dan kemajuan
sama sekali dan bahkan timbul masalah baru
279
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN ASMA BRONKIAL
A. PENGERTIAN
Asma Brochiale adalah penyakit paru berupa proses keradangan di saluran nafas
yang mengakibatkan hiperespon saluran nafas terhadap berbagai macam
rangsangan yang dapat menyebabkan penyempitan saluran nafas yang
menyeluruh ssehingga dapat timbul sesak nafas reversibel baik secaara spontan
maupun dengan terapi.
B. POHON MASALAH
Etiologi
Faktor genetic.
Faktor lingkungan
Bahan allergen
Infeksi sal nafas (virus)
Polusi udara
Faktor makanan
Aktivasi IG.E
Faktor Pencetus
Alergen
Fisik
Bahan kimia
Infeksi
Faktor mekanik
Faktor Psikis
Kurangnya
pengetahuan penyebab
penyakit
Resiko
kekambuhan
Batuk berdahak
Akumulasi Sekret
Peningkatan frekwensi pernafasan
Penggunaan otot-otot bantu
pernafasan.
Ketidakefektifan
bersihan jalan
nafas
Perubahan pola
nafas
C. PENGKAJIAN
1. Identitas
2. Keluhan utama
Pasien mengeluh sesak nafas dan kumat-kumatan nafas berbunyi dan sering
timbul secara mendadak.
280
Batuk dengan dahak kental dan lengket, sukar dikeluarkan. Dada terasa nyeri,
pasien merasa takut dan merasa bingung, keluar keringat banyak.
3. Riwayat penyakit dahulu.
Apakah pasien pernah sakit seperti ini ?
4. Riwayat penyakit keluarga.
a. Riwayat sakit keturunan.
b. Empisema paru.
c. Riwayat alergi.
5. Faktor pencentus serangan asma
a. Paparan terhadap alergen.
b. Latihan fisik.
c. Faktor-faktor fisik (udara dingin, panas)
d. Polusi udara.
6. Pola persepsi pemeliharan kesehatan
a. Pola persepsi tentang kesehatan
-
281
DIAGNOSA
1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas oleh
karena akumulasi skret dan bronchospasme.
2. Resiko terjadinya kekambuhan berhubungan dengan kurangnya tingkat
pengetahuan tentang penyebab penyakitnya.
INTERVENSI
1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas oleh
karena akumulasi skret dan bronchospasme.
a.
Tujuan
Kriteria
:
-
RR 16 24 x/menit
INTERVENSI
RASIONAL
Observasi
tanda-tanda a. Ketidakefektifan jalan nafas terjadi
ketidakefektifan
jalan
nafas,
pergerakan dada.
b.
b. Posisi
ekspansi
yang
akan
paru
memperluas
akan
melegakan
pernafasan pasien.
c.
dini
sehingga
dapat
Ajarkan
efektif,
pasien.
pasien
untuk
tepuk-tepuk
punggung
jantung
dipacu
untuk
sekret,
dilatasi
282
e.
Kolaborasi
untuk
ekspektoran,
pemberian
broncodilator,
bronkus,
profilaksis/mengobati
Kriteria
a. Kaji
INTERVENSI
ulang pengetahuan
tentang
etiologi,
RASIONAL
pasien a. Memastikan bahwa informasi dapat
prognosa
penatalaksanaan
pada
dan
diterima.
asma
bronchiale.
b. Jelaskan
pada
etiologi,
pasien
tentang b. Informasi
prognosa
dan
yang
telah
diberikan
bronchiale
sesuai
dengan
tingkat pemahamannya.
c. Beri kesempatan kepada pasien c. Menggali
untuk
menanyakan
kembali
kembali
kemungkinan
disampaikan
menanyakan
dengan
kembali
cara
informasi
F. PELAKSANAAN / IMPLEMENTASI
283
2.
Tujuan tidak tercapai, jika pasien tidak menunjukkan perubahan dan kemajuan
sama sekali dan bahkan timbul masalah baru
284