Anda di halaman 1dari 285

KUMPULAN STANDAR ASUHAN

KEPERAWATAN

RUMAH SAKIT MUTIARA HATI


JALAN RAYA KEMANTREN WETAN 49
TERUSAN GEDEG MOJOKERTO

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

I. SAK ANAK

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

ASUHAN KEPERAWATAN
PADA BAYI DENGAN BRONCHOPNEUMONI

A. PENGERTIAN
Suatu peradangan paru, terjadi pada jaringan paru atau alveoli. Biasanya ini terjadi
didahului oleh infeksi traktus respiratorius bagian atas selama beberapa hari.
B. POHON MASALAH

ISPA
Daya tahan tubuh menurun
Penyakit menahun
Aspirasi

Infeksi dan peradangan pada parenkim


paru : pneumonia

Perubahan membran kapiler


alveolar

Hipotermi

Dyspnea, malas minum,

Gangguan pertukaran gas

Gangguan

nutrisi

Hipersekresi mukus

berat badan menurun

Penumpukan mukus

Tidak efektif bersihan jalan napas

kurang dari kebutuhan

Gangguan
keseimbangan cairan

Kurang penetahuan

dan elektrolit
Cemas

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

C. PENGKAJIAN
1. Identitas pasien.
2. Data subyektif
-

Ibu mengatakan anaknya batuk.

Ibu pasien mengatakan anaknya demam tinggi / kadang-kadang demamnya


tidak begitu tinggi.

Ibu pasien mengatakan napas anaknya cepat.

Ibu pasien mengatakan anaknya rewel.

3. Data obyektif
-

Batuk produktif

Demam tinggi / kadang-kadang sub febris.

Napas cepat ( RR = 55 kali permenit )

Pernafasan cuping hidung.

Dyspnea sampai cyanosis.

Perubahan kesadaran.

Pasien rewel karena nyeri dada yang timbul akibat gesekan pleura yang
meradang.

Perubahan suara napas ( ronchi ).

4. Riwayat kesehatan sekarang


Pa demam tinggi / kadang-kadang sub febris, pasien batuk, pasien sesak,
pernafasan cuping hidung, dyspnea sampai cyanosis, perubahan kesadaran
pasien rewel dan adanya perubahan suara napas.
5. Pemeriksaan Penunjang
-

Pada X. Foto thorak ditemukan gambaran bercak infiltrat pada daerah para
cardial dan parahilar.

Darah lengkap : leukositosis

Urine lengkap : albumninuria akibat suhu tinggi.

D. DIAGNOSA DAN INTERVENSI


DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan odema dan meningkatnya
produksi lendir sekret.
Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

2. Tidak efektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan meningkatnya lendir /


sekret.
3. Kurangnya volume cairan berhubungan dengan hilangnya cairan yang tanpa
disadari ( IWL ) secara berlebihan melalui ekshalasi dan menurunnya intake.
4. Hipotermi berhubungan dengan proses infeksi.
5. Kecemasan pada orang tua dan anak berhubungan dengan hospitalisasi dan
kesukaran dalam bernafas
6. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan perawatan di rumah.
INTERVENSI
Gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan odema dan meningkatnya
produksi lendir sekret.
Tujuan

: pertukaran gas menjadi baik.

Kriteria

: - Tidak mengalami kesukaran bernafas


- Tidak ada penggunaan otot-otot bantu nafas
- Suara nafas bersih
- Pernafasan adekuat.
Intervensi

Rasional

a. Kaji pernafasan setiap 2 4 jam; a. Deteksi dini perubahan pola napas.


kedalaman, irama, penggunaan otototot bantu nafas, pernafasan cuping
hidung dan adanya batuk.
b. Auskultasi bunyi nafas setiap 2 4 b. Untuk
jam.
c. Pemberian

menentukan

tindakan

selanjutnya.
oksigen

dengan c. Humiditas meningkatkan kelembaban

humidifikasi sesuai program.

dalam paru-paru, pada saat yang


sama mengurangi kehilangan air dari
saluran napas dan paru-paru, dapat
mengurangi

pengaruh iritan

dari

pemberian O2.
d. Tinggikan bagian kepala saat tidur d. Posisi
Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

ekstensi

dapat
4

30O 40

dengan kepala sedikit

mempertahankan

ekstensi.

anatomi

jalan

napas, sehingga udara bebas keluar


masuk.

e. Lakukan fisioterapi dada bila perlu.

e. Vibrasi dan perkusi bisa melepaskan


sekresi yang dapat diaspirasi.
f. Untuk menilai perkembagan penyakit

f. Monitor nadi.

dan

untuk

menentukan

tindakan

selanjutnya.
g. Kolaborasi

untuk

pemberian g. Agar sekret yang kental menjadi


encer, sehingga dapat batuk produktif

bronchodilator.

dan memudahkan penghisapan.


Tidak efektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan meningkatnya lendir /
sekret.
Tujuan

: jalan nafas bersih

Kriteria

- Tidak mengalami kesukaran bernafas


- Tidak ada penggunaan otot-otot bantu nafas
- Suara nafas dan jalan nafas bersih
- Pernafasan adekuat.
Intervensi

Rasional

a. Kaji pernafasan setiap 2 4 jam; a. Untuk mengetahui adanya perubahan


kedalaman, irama, penggunaan otot-

pola napas.

otot bantu nafas, pernafasan cuping


hidung dan adanya batuk.
b. Auskultasi bunyi nafas tiap 2 4 b. Menentukan perawatan dan tindakan
jam.
c. Pemberian

selanjutnya.
oksigen

dengan c. Humiditas

humidifikasi sesuai program

meningkatkan

kelembaban dalam paru-paru, pada


saat

yang

sama

mengurangi

kehilangan air dari saluran napas dan


Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

paru-paru,

dapat

mengurangi

pengaruh iritan dari pemberian O2.


d. Tinggikan bagian kepala saat tidur d. Posisi
30O 40

dengan kepala sedikit

ekstensi

mempertahankan

ekstensi.

dapat

anatomi

jalan

napas, sehingga udara bebas keluar


masuk.

e. Lakukan fisioterapi dada bila perlu.

e. Vibrasi dan perkusi bisa melepaskan


sekresi yang dapat diaspirasi.

f. Monitor nadi.

f. Untuk

menilai

perkembangan

penyakit dan bila perlu dapat diambil


tindakan.
g. Kolaborasi

untuk

pemberian g. Agar sekret yang kental menjadi

bronchodilator.

encer sehingga dapat batuk produktif


dan memudahkan penghisapan.

Kurangnya volume cairan berhubungan dengan hilangnya cairan yang tanpa


disadari ( IWL ) secara berlebihan melalui ekshalasi dan menurunnya intake.
Tujuan

: anak tidak mengalami dehidrasi.

Kriteria hasil : - Membran mukosa lembab.


- Intake cariran dapat dipertahankan.
- Output urine dalam batas normal.

Intervensi

Rasional

a. Monitor intake dan output cairan.

a. untuk

deteksi

awal

adanya

ketidakseimbangan cairan.
b. Berikan cairan parenteral secara b. Menjamin tidak terjadi dehidrasi.
adekuat.
c. Berikan

cairan

peroral

adekuat.
d. Monitor serum elektrolit.

secara c. Untuk mencegah dehidrasi


d. Mencegah terjadinya kejandg akibat
kekurangan elektrolit.
e. Tidak sampai terjadi dehidrasi

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

e. Kaji tanda-tanda dehidrasi.

berulang.

Hipotermi berhubungan dengan proses infeksi.


Tujuan

: Untuk mencegah komplikasi akibat hipotermi.

Kriteria

: Temperatur tubuh 36,5 OC 37,5OC


Intervensi

Rasional

a. Monitor suhu tubuh setiap 2 4 a. Deteksi dini perubahan suhu tubuh.


jam.
b. Pertahankan suhu ruangan.

b. Suhu

ruangan

yang

hangat

mempengaruhi suhu tubuh.


c. Seka dengan air biasa.

c. Penurunan

suhu

tubuh

secara

konduksi.
d. Tingkatkan intake cairan adekuat.

d. Mencegah dehidrasi, karena panas


menyebabkan evaporasi.

e. Pemberian antibiotik dan antipiretik

e. Antibiotik

untuk

profilaksis

terhadap infeksi, antipiretik sebagai

sesuai program.

penurun panas.
Kecemasan pada orang tua dan anak berhubungan dengan hospitalisasi dan
kesukaran dalam bernafas.
Tujuan

: Rasa cemas berkurang sampai dengan hilang.

Kriteria hasil : - Anak tidak menangis, tidak gelisah.


- Anak tampak rileks dan dapat beristirahat.
- Orang tau secara verbal memahami kondisi anak.
- Orang tua mengerti kooperatif terhadap pengobatan.

Intervensi

Rasional

a. Instruksikan agar orang tua tetap a. Agar anak dan orang tua merasa
menemani akan.
b. Pergunakan komunikasi terapiutik.

lebih tenang.
b. Untuk menjaga hubungan saling
percaya antara orang tua pasien dan

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

perawat.
c. Jelaskan
perawatan

tentang

prosedur c. Agar orang tua pasien mengerti

sebelum

dilakukan

tentang tindakan yang dilakukan.

tindakan.
d. Berika terapi bermain sesuai dengan d. Agar anak dapat bermain seperti di
usia dan kondisi.
e. Ajarkan

oran

rumahnya sendiri.
tua

untuk e. Untuk mengurangi rasa cemas pada

mengekspresikan perasaan secara

keluarga pasien.

verbal.
f. Libatkan orang tua dalam perawatan f. Untuk mempercepat penyembuhan
anak.

pada anaknya.

Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan perawatan di rumah.


Tujuan

: Orang tua memahami tentang perawatan di rumah.

Kriterai hasil : - Orang tua mencuci tangan sebelum dan sesudah merawat anak.
- Secara verbal orang tua mengatakan tahu perawatan di rumah

Intervensi
a. Ajarkan

orang

Rasional
tua

untuk a. Orang

tua

mampu

melakukan

memberikan bantuan pada anak,

perawatan pada anaknya

termasuk

benar.

pengobatan

dan

dengan

perawatannya.
b. Jelaskan tanda dan gejala distress b. Agar orang tua tidak merasa cemas
pernafasan dan infeksi, demam,

dan takut.

dyspnea, nafas cepat, perubahan


warna sputum dan wheezing.
c. Jelaskan pentinya hidrasi.

c. Dengan

mengetahui

pentingnya

hidrasi maka orang tua terpacu untuk


memberikan kebutuhan cairan yang
cukup pada bayinya.

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

E. IMPLEMENTASI
Pada tahap pelaksanaan ini kegiatannya adalah melakukan asuhan keperawatan
sesuai dengan perencanaan atau bila perlu bisa menyimpang dari perencanaan
semula, tergantung situasi dan kondisi saat itu.
F. EVALUASI
Asuhan keperawatan dilaksanakan sesuai rencana yang telah disusun. Diperlukan
suatu evaluasi untuk menilai suatu tindakan.
1. Tujuan tercapai ; jika pasien menunjukkan perubahan sesuai dengan standar
yang telah ditentukan.
2. Tujuan tercapai sebagian ; jika pasien menunjukkan perbandingan sebanding
dengan standar dan kriteria yang telah ditetapkan konsultasi dengan dokter.
3. Tujuan tidak tercapai ; jika pasien tidak menunjukkan perubahan dan kemajuan
sama sekali dan bahkan timbul masalah baru.
G. DISCHARGE PLANING ( RENCANA PEMULANGAN )
1. Ventilasi dan oksigenasi adekuat
2. Menjelaskan gejala gejala kekambuhan penyakit dan hal yang harus dilakukan
untuk mengatasi gejala
3. Prognosis/ proses penyakit dan program terapi dapat dipahami
4. Tekankan untuk melakukan kontrol sesuai waktu yang ditentukan

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

ASUHAN KEPERAWATAN
PADA BAYI DENGAN HIRSCHPRUNG

A. PENGERTIAN
Hirschprung

disebut juga congenital aganglionosis atau megacolon yaitu tidak

adanya sel ganglion dalam rectum dan sebagian tidak ada dalam colon.
B. POHON MASALAH
Kegagalan sel neural pada masa embrio dalam dinding usus, gagal eksistensi, kranio kaudal pada myentrik
dan sub mukosa dinding plexus

Sel ganglion pada kolon


Tidak ada / sangat sedikit
Kontrol kontraksi dan relaksasi
Peristaltik abnormal
Peristaltik tidak sempurna

Spinter rektum tidak dapat relaksasi

Obstruksi parsial

Feses tidak mampu melewati


spinker ani

refluks peristaltik

mual dan muntah

akumulasi benda padat, gas, cair

perasaan penuh

Resiko kurangnya
volume cairan dari
kebutuhan

obstruksi di colon
Perubahan nutrisi
kurang dari
kebutuhan

Gangguan defekasi konstipasi


sumber : ( Betz, Cecily & Sowden, 2002 : 196 )

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

Pelebaran kolon (Mega Colon)

Colonostomy

10

Colonostomy

Luka pembedahan

Pembatasan intake
makanan (Puasa)

Resiko Infeksi

Perawatan luka dan tindakan


khusus

Perubahan nutrisi
kurang dari
kebutuhan

Kurang pengetahuan

Cemas

C. PENGKAJIAN
1. Identitas / Biodata
Nama lengkap, tempat tinggal, jenis kelamin, tanggal lahir, umur, nama orang tua,
pekerjaan orang tua, penghasilan, dll.
2. Data Subyektif
3. Data Obyektif
-

Riwayat pengeluaran meconium dalam 24 jam pertama setelah lahir.

Riwayat tinja seperti pita dan bau busuk.

Pengkajian status nutrisi dan status hidrasi

Pengkajian status bising usus untuk melihat pola bunyi hiperaktif pada bagian
proximal karena obstruksi.

Pengkajian psikososial keluarga.

4. Riwayat kesehatan sekarang


-

Bayi lahir genap bulan

Berat badan normal > 2500 gr

Anus ( + ) bayi belum mengeluarkan mekonium.

Adanya Down Syndrom.

5. Riwayat kesehatan dahulu


6. Riwayat kesehatan keluarga
7. Pemeriksaan penunjang.
-

Pemeriksaan RT ( Rectal Toucher )

Pemeriksaan dengan barium enema.

D. DIAGNOSA DAN INTERVENSI


DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Risiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan persiapan pembedahan,
intake yang kurang,. Mual dan muntah.
2. Konstipasi berhubungan dengan obstruksi karena meganglion pada usus.

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

11

3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan colostomy dan perbaikan


pembedahan
4. Risiko infeksi berhubungan dengan prosedur pembedahan dan adanya insisI.
5. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan pembedahan
gastrointestinal.
6. Nyeri berhubungan dengan insisi pembedahan
7. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kebutuhan irigasi, pembedahan, dan
perawatan colostomy
INTERVENSI
1. Risiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan persiapan pembedahan,
intake yang kurang,. Mual dan muntah.
Tujuan

: cairan dan elektrolit seimbang.

Kriteria

: - Membran mukosa lembab.


- Berat jenis urine normal.
- elektrolit dalam batas normal.

Rasional

Intervensi
a.

Monitor dan pertahankan a. Intake dan output yang seimbang


intake dan output cairan

b.

menjaga keseimbangan cairan tubuh.

Monitor berat jenis urine.

b. Deteksi dini adanya ketidakseimbangan


elektrolit.

c.
d.

c. Memenuhi kebutuhan secara parenteral.

Monitor elektrolit.

Berikan cairan intravena d. Deteksi dini adanya ketidakseimbangan


elektrolit elektrolit dan cairan tubuh
bila perlu sesuai program dokter.
dalam

e.

Kaji

status

hidrasi

sebelum

dan

pembedahan

dengan

mengkaji

dan

membran

turgor

kulit

menunjang

keberhasilan

pembedahan.

sesudah

mukosa.
2. Konstipasi berhubungan dengan obstruksi karena meganglion pada usus.
Tujuan

: pengeluaran tinja lembek dan tanpa retensi / hidrasi yang adekuat.

Kriteria

Bab Normal

Konsistensi lembek

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

12

Intervensi
a.

Kaji

fungsi

Rasional
usus

dan a. Deteksi dini adanya peningkatan

karakteristik tinja.
b.

bising usus dan konsistensi tinja.

Monitor elektrolit sesuai b. Mengetahui lebih awal adanya


program.

c.

ketidakseimbangan elektrolit.

Kaji

status

hidrasi c. Menjamin bahwa bayi terpenuhi

sebelum

dan

pembedahan

dengan

mengkaji

dan

membran

turgor

kulit

sesudah

cairannya.

mukosa.
3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan colostomy dan perbaikan
pembedahan.
Tujuan

mencegah

infeksi

pembedahan

dan

colostomy

serta

mempertahankan keutuhan kulit disekeliling area pembedahan.


Kriteria hasil

: - Insisi bekas pembedahan tidak ada pus / eksudat.


- Tidak ada kemerahan, drainage dan tanpa perdarahan.
Intervensi

a.

Rasional

Pemberian antibiotik oral a. Mencegah dan mengobati luka


atau intravena sesuai program.

b.

infeksi

Monitor tanda-tanda vital


Mengukur

lingkar b. Mengetahui lebih dini adanya

Kaji insisi pembedahan; c. Mengetahui


bengkak,

dan

drainage.

d. Deteksi dini terhadap adanya

Kaji

warna

sekeliling

stoma,

area

infeksi.

insisi

pembedahan.
Catat
drainage

berkurang

bertambahnya abdomen ( perut ).

perdarahan dan kaji kerusakan e. Menentukan

f.

dengan

gangguan fungsi vital.

kemerahan,
e.

yang

pembedahan.

abdomen.
d.

tidakan

berhubungan

setiap 4 jam.
c.

akibat

yang

tidak

dalam

penanganan yang benar dan tepat.


f. Mengurangi

adanya

langkah

demam,

risiko

alergi

&

iritasi.

biasa,

kemerahan atau bau, laporkan !


g.

Gunakan kantong stoma


yang hipoalergenik.

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

13

4. Risiko infeksi berhubungan dengan prosedur pembedahan dan adanya insisi.


Tujuan

: Anak akan terbebas dari infeksi.


Intervensi

Rasional

a. Pemberian antibiotik oral / IV a. Mencegah dan mengobati luka /


sesuai program.

infeksi

b. Monitor tanda-tanda vital tiap 4


jam.

tindakan

yang

berhubungan dengan pembedahan.


b. Mengetahui lebih dini adanya

c. Mengukur lingkar abdomen.


d. Kaji

akibat

insisi

kemerahan,

gangguan fungsi vital.

pembedahan, c. Mengetahui
bengkak,

dan

drainage.

dini

terhadap

adanya

langkah

dalam

infeksi.

yang tidak biasa, kemerahan atau e. Menentukan


bau, laporkan.

bertambahnya abdomen ( perut ).


d. Deteksi

e. Catat adanya demam, drainage

berkurang

penanganan yang benar dan tepat.

f. Gunakan kantong stoma yang f. Mengurangi risiko alergi & iritasi.


hipoalergenik.

5. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


pembedahan gastrointestinal.
Tujuan

: mempertahankan status nutrisi yang adekuat.

Kriteria hasil

: - Bising usus dalam batas normal.


- Pengeluaran tinja mudah.
- Tidak ada tanda-tanda dehidrasi.

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

14

Intervensi
a.

Puasakan

Rasional

anak

hinggi a. Mengetahui

bising usus positif dan sudah


buang gas

( flatus ).

b. Menghindari terjadinya aspirasi

Pertahankan NGT.

c.

Pemberian cairan melalui c. Memnuhi

akibat perubahan posisi.

intravena sesuai program.


Timbang

normal

pencernaan.

b.

d.

fungsi

berat

kebutuhan

&

keseimbangan cairan tubuh.


badan d. Mengetahui lebih awal adanya

setiap hari dengan timbangan dan

gangguan pertumbuhan.

temapat yang sama.


6. Nyeri berhubungan dengan insisi pembedahan
Tujuan

: Memberikan kontrol nyeri yang adekuat.

Kriterai hasil

: - Anak tidak menunjukkan rasa nyeri.


- Anak dapat beristirahat dan tidak rewel.
Rasional

Intervensi
a.

Berikan rasa nyaman; a. Membantu mengalihkan perhatian


pijat punggung, mendengarkan
musik, sentuhan lembut, dll.

b.

anak dari rasa nyerinya.


b. Menghilangkan

Pemberian obat untuk


mengatasi

nyeri

c.

ketenangan

pada anak.
d.

pada

memberikan

anak

dalam

kekuatan
mengatasi

traumanya ( nyeri ).

Kaji pola tidur dan d. Deteksi


hindari

dan

akibat nyeri yang dideritanya.


c. Membantu

Berikan

nyeri

mengurangi trauma psikis pada anak

sesuai

program.

rasa

hal-hal

yang

tidak

dini

terhadap

adanya

gangguan pola tidur anak.

dibutuhkan oleh anak.


7. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kebutuhan irigasi, pembedahan,
dan perawatan colostomy.
Tujuan

: Orang tua memahami kondisi anak dan dapat membantu dalam


perawatan.

Intervensi

Rasional

a. Kaji tingkat pengetahuan tentang a. Mengetahui


kondisi
perawatan

yang
di

dialami
rumah

lebih

dini

anak,

ketidaktahuan & ketidakmampuan

dan

orang tua dalam perawatan anak

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

15

pengobatan.

dengan colostomy di rumah.

b. Ajarkan pada orang tua untuk b. Membantu


mengekspresikan

perasaan,

tentang

irigasi

kesembuhan

dan

perawatan

colostomy.

tua

dalam

mengetahui rasa keingintahuannya

kecemasan dan perhatian tentang


rectal

orang

perkembangan
hasil

&

pembedahan

anaknya.

c. Jelaskan perbaikan pembedahan c. Mencegah terjadinya kesalahan


dan proses kesembuhan.
d. Ajarkan

perawatan

colostomy

dalam perawatan colostomy yang


mengakibatkan terjadinya infeksi.

segera setelah pembedahan dan


lakukan supervisi saat orang tua
melakukan perawatan colostomy.

E. IMPLEMENTASI
Pada tahap pelaksanaan ini kegiatannya adalah melakukan asuhan keperawatan sesuai
dengan perencanaan atau bila perlu bisa menyimpang dari perencanaan semula,
tergantung situasi dan kondisi saat itu.

F. EVALUASI
Asuhan keperawatan dilaksanakan sesuai rencana yang telah disusun. Diperlukan
suatu evaluasi untuk menilai suatu tindakan.
4. Tujuan tercapai ; jika pasien menunjukkan perubahan sesuai dengan standar yang
telah ditentukan.
5. Tujuan tercapai sebagian ; jika pasien menunjukkan perbandingan sebanding
dengan standar dan kriteria yang telah ditetapkan konsultasi dengan dokter.
6. Tujuan tidak tercapai ; jika pasien tidak menunjukkan perubahan dan kemajuan
sama sekali dan bahkan timbul masalah baru.
G. DISCHARGE PLANING ( RENCANA PEMULANGAN )
1. Jelaskan cara perawatan colostomy.
2. Ajarkan untuk mengenal komplikasi terjadinya infeksi.
3. Ajarkan untuk mencegah terjadinya infeksi; ajarkan tentang standar tehnik septik
dan aseptik.
4. Ajarkan perawatan bayi : mencuci tangan sebelum memegang bayi.
5. Jelaskan obat-obatan yang diberikan; efek samping dan kegunaannya.
6. Tekankan untuk kontrol sesuai dengan waktu yang ditentukan.

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

16

ASUHAN KEPERAWATAN BAYI DENGAN


SINDROM DISTRES PERNAFASAN
A. PENGERTIAN
Sindrom distres pernafasan / Respiratory Distress Syndrom ( RDS ) adalah
perkembangan yang imatur pada sistem pernafasan atau tidak adekuatnya jumlah
surfaktan dalam paru.
B. POHON MASALAH
Surfaktan menurun
Compliance ( distensibilitas ) paru menurun

pO2 menurun

IWL

Atelektasis
Dehidrasi

Usaha nafas meningkat

Metabolisme anaerob

Menurunnya ventilasi
Resti Pe volume
cairan tubuh
CO2 meningkat

Asidosis

Perfusi perifer menurun


Tekanan darah arteri menurun

Vasokonstriksi perifer dan pulmonal

Aliran darah paru menurun


Surfaktan menurun

Tekanan arteri pulmonal meningkat


Pemasangan ventilator

Gg. Pertukaran Gas


Ketidak efektifan
jalan nafas dan pola
nafas

Hospitalisasi

Perubahan peran orang tua

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

Cemas

Reflek menelan

Gg pemenuhan
nutrisi

17

C. PENGKAJIAN
1. Identitas pasien.
2. Data subyektif
3. Data obyektif
-

RR : 60 kali permenit.

Expiratori grunting ( merintih waktu expirasi )

Cyanosis central.

Retraksi di daerah epigastrium, suprasternal, interkostal pada saat inspirasi.

Pernafasan cuping hidung.

Apnoe.

Pada auskultasi terdengar penurunan masukan udara ke dalam paru-paru.

4. Riwayat kesehatan sekarang


-

Bayi lahir proematur ( masa gestasi 30 36 minggu ).

Berat badan lahir 1000 2000 gram.

Terjadi asfiksia.

Gangguan napas tampak dalam 6 8 jam sesudah lahir ( 24 jam pertama ),


spesifik teriat pada umur 24 72 jam.

5. Riwayat kesehatan dahulu


6. Riwayat kesehatan keluarga
7. Pemeriksaan penunjang
-

X. foto thoraks

Analisa Gas Darah.

Shake test

D. DIAGNOSA DAN INTERVENSI


DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan imatur paru dan dinding dada
atau kurangnya jumlah cairan surfaktan.
2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi /
pemasangan intubasi trakea yang kurang tepat dan adanya sekret di jalan nafas.
3. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan ketidaksamaan nafas bayi dan
ventilator, tidak berfungsinya ventilator, dan posisi
tepat.

ventilator yang kurang

4. Risiko injuri berhubungan dengan ketidakseimbangan asam basa dan perlukaan


dinding mukosa sekunder alat bantu nafas.
5. Resiko perubahan peran orang tua berhubungan dengan hospitalisasi sekunder
dari situasi kritis pada bayi.
6. Risiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan hilangnya cairan yang
tanpa disadari ( IWL ).
7. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan

menelan,

motilitas

gastrik

menurun

dan

kurangnya

penyerapan.
INTERVENSI
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan imatur paru dan dinding dada
atau kurangnya jumlah cairan surfaktan.
Tujuan

: Pertukaran gas adekuat

Kriteria hasil

: Nilai analisa gas darah dan saturasi oksigen dalam batas


normal.
Intervensi

Rasional

a. Idenfikasi bayi mungkin adanya a. Mendeteksi dini adanya gangguan


risiko yang muncul.

pertukaran gas.

b. Monitor status pernafasan; distress b. Deteksi dini distress pernafasan.


pernafasan dan lapor ke dokter bila
terjadi

keburukan

kondisi

pernafasan.
c. Monitor analisa gas darah.

c. Gangguan

pertukaran

gas

mempengaruhi hasil analisa gas


darah.
d. Posisikan bayi dengan tepat agar d. Posisi yang tepat dan anatomis
ada upaya bernafas.

mendukung

agar

ada

upaya

bernapas.
e. Pertahankan

suhu

lingkungan e. Suhu

netral.

udara

mengakibatkan

yang

rendah
terjadinya

hipotermia yang dapat memperberat


Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

19

gangguan pernafasan bayi.


f. Pemberian oksigen sesuai program.

f. Memberikan

oksigen

tambahan

sesuai kebutuhan dan mengurangi


risiko terjadinya komplikasi dari
pemberian oksigen yang berlebihan.
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi /
pemasangan intubasi trakea yang kurang tepat dan adanya sekret di jalan nafas.
Tujuan

: Keefektifan jalan nafas dapat dipertahankan.

Kriteria hasil

: Bunyi nafas adekuat dan ada pergerakan dinding dinding


dada.

Intervensi

Rasional

a. Kaji dada bayi apakah bunyi nafas a. Menentukan beratnya obstruksi pada
bilateral

dan

adanya

ekspansi

paru sisi kanan dan kiri.

selama inspirasi.
b. Atur

posisi

bayi

untuk b. Memudahkan drainage.

memudahkan drainage.
c. Lakukan penghisapan ( Suction ).

c. Penghisapan dapat membebaskan


jalan napas dari obstruksi ( adanya
sekret )

d. Kaji kepatenan jalan nafas setiap d. Menjaga jalan napas tetap efektif.
hari.
e. Kaji posisi ketepatan alat ventilator e. Menjaga alat ventilator tetap efektif.
setiap jam.
f. Auskultasi kedua lapang paru.

f. Mengetahui kelainan di paru.

Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan ketidaksamaan nafas bayi dan


ventilator, tidak berfungsinya ventilator, dan posisi ventilator yang kurang tepat.
Tujuan

: Pola nafas efektif.

Kriteria hasil

: - Analisa gas darah dalam batas normal


- Support ventilator tepat dan ada usaha bayi untuk bernafas.

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

20

Intervensi

Rasional

a. Monitor serial analisa gas darah a. Ketidakefektifan


sesuai program.

pola

napas

mempengaruhi hasil analisa gas


darah.

b. Gunakan alat bantu nafas sesuai b. Mempertahankan pola pernafasan


instruksi.

tetap stabil.

c. Pantau ventilator setiap jam.

c. Menjaga

fungsi

ventilator

tetap

efektif.
d. Berikan lingkungan yang kondusif d. Pola napas stabil saat bayi dalam
supaya bayi dapat tidur, gunakan

keadaan tidur

sedative bila perlu sesuai program.


e. Kaji adanya usaha bayi dalam e. Ventilator yang tepat mendukung
bernafas.

bayi ada usaha untuk bernafas.

Risiko injuri berhubungan dengan ketidakseimbangan asam basa dan perlukaan


dinding mukosa sekunder alat bantu nafas.
Tujuan

: Injuri tidak terjadi.

Kriteria hasil

: - Asam-basa seimbang
- Tidak terjadi perlukaan dinding mukosa.

Intervensi

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

Rasional

21

a. Evaluasi gas darah untuk melihat a. Mendeteksi


fungsi abnormal pernafasan.

dini

adanya

fungsi

abnormal pernafasan.

b. Monitor komplikasi.

b. Mendeteksi dini adanya komplikasi.

c. Pantau dan pertahankan ketepatan c. Mempertahankan fungsi ventilator


posisi

alat

bentu

nafas

atau

tetap efektif.

ventilator.
Resiko perubahan peran orang tua berhubungan dengan hospitalisasi sekunder
dari situasi kritis pada bayi.
Tujuan

: Bonding orang tua dan bayi meningkat.

Kriteria hasil

: Orang tua akan menerima keadaan anaknya dan mau


melakukan bonding dan mengidentifikasi perannya.

Intervensi

Rasional

a. Jelaskan semua alat-alat ( monitor, a. Pengenalan alat-alat yang dipakai


ETT, Ventilator ) pada orang tua.

bayi kepada orang tua, mengurangi


kecemasan orang tua.

b. Ajarkan orang tua untuk selalu b. Memberikan kesempatan orang uta


mengunjungi.

untuk berhubungan / berinteraksi


dengan bayinya.

c. Jika tidak menggunakan oksigen, c. Menjaga hubungan kasih sayang


antara orang tua dan bayi.
ajarkan oran tua untuk menyentuh
bayi, bercakap dan belaian kasih
sayang.
d. Ajarkan cara orang tua untuk d. Membantu orang tua melaksanakan
perannya.
berpartisipasi dalam perawatan
bayi.
untuk e. Dengan memberikan ASI akan
berperan dalam hubungan batin anak
memberikan ASI dan ajarkan cara
dan ibu.
merangsang pengeluaran ASI.

e. Instruksikan

pada

ibu

Risiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan hilangnya cairan yang


tanpa disadari ( IWL ).
Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

22

Tujuan

: Keseimbangan cairan dan elektrolit dapat dipertahankan.

Intervensi

Rasional

a. Pertahankan cairan infus 60 100 a. Memenuhi kebutuhan cairan secara


cc/ kgBB / hari atau sesuai advis

parenteral.

dokter.
b. Monitor intake dan output cairan b. Intake dan output yang seimbang
dan makanan enteral dan catat

menjaga

secara ketat.

tubuh.

c. Cek laborat elektrolit.

keseimbangan

c. Mengetahui

cairan

ketidakseimbangan

elektrolit secara dini.


d. Monitor jumlah cairan infus yang d. Jumlah cairan infus yang masuk
masuk dan monitor output urine di

dikurangi output urine dipopok

popok.

adalah jumlah cairan yang hilang


tanpa disadari.

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


ketidakmampuan

menelan,

motilitas

gastrik

menurun

dan

kurangnya

penyerapan.
Tujuan

: Kebutuhan intake nutrisi dapat dipertahankan.

Kriteria hasil

: tidak ada tanda malnutrisi

Intervensi
a. Pasang

NGT

untuk

Rasional
pemberian a. Untuk memberikan nutrisi jika

minum.

tidak dapat dipenuhi secara peroral.

b. Evaluasi abdomen; auskultasi.

b. Mengetahui adanya peristaltik usus


( fungsi normal pencernaan ).

c. Pastikan

bahwa

selang

NGT c. Menghindari

masuknya tepat pada lambung


Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

terjadinya

aspirasi

akibat selang NGT yang masuk


23

paru.
d. Berikan

makanan

minuman

d. Mencegah terjadinya reflek.

melalui NGT secara bertahap.


e. Tinggikan kepala anak sedikit pada

e. Mencegah terjadinya tumpah yang

saat akan minum.

bisa menyebabkan aspirasi.

f. Pantau sisa makanan / minuman

f. Mengetahui fungsi penyerapan dan

sebelum pemberian makanan.


g. Tempatkan

bayi

dengan

mencegah terjadinya reflek.


posisi g. Sesuai dengan anatomi saluran

miring ke kanan setelah pemberian

pencernaan, sehingga mengurangi

minum selama satu jam.

risiko tumpah.

E. IMPLEMENTASI
Pada tahap pelaksanaan ini kegiatannya adalah melakukan asuhan keperawatan
sesuai dengan perencanaan atau bila perlu bisa menyimpang dari perencanaan
semula, tergantung situasi dan kondisi saat itu.
F. EVALUASI
Asuhan keperawatan dilaksanakan sesuai rencana yang telah disusun. Diperlukan
suatu evaluasi untuk menilai suatu tindakan.
1. Tujuan tercapai ; jika pasien menunjukkan perubahan sesuai dengan standar
yang telah ditentukan.
2. Tujuan tercapai sebagian ; jika pasien menunjukkan perbandingan sebanding
dengan standar dan kriteria yang telah ditetapkan konsultasi dengan dokter.
3. Tujuan tidak tercapai ; jika pasien tidak menunjukkan perubahan dan kemajuan
sama sekali dan bahkan timbul masalah baru.

G. DISCHARGE PLANING ( RENCANA PEMULANGAN )


1. Ventilasi dan oksigenasi adekuat
2. Menjelaskan gejala gejala kekambuhan penyakit dan hal yang harus dilakukan
untuk mengatasi gejala
Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

24

3. Prognosis/ proses penyakit dan program terapi dapat dipahami


4. Tekankan untuk melakukan kontrol sesuai waktu yang ditentukan

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

25

ASUHAN KEPERAWATAN
PADA BAYI DENGAN TETANUS NEONATORUM
A. PENGERTIAN
Tetanus adalah suatu penyakit akut yang disebabkan oleh Clostridium Tetani yang
menghasilkan exotoxin.
B. POHON MASALAH
sterilitas alat

Kualitas penolong
persalinan :
Bidan
Dokter
Dokter umum
Dokter ahli
Dukun
Dukun terlatih
Dukun tak
terlatih
Pengetahuan

Tingkat
pendidikan

Informasi <

Cemas

Resiko injuri

Kejang tonik

Kualitas
pemotongan tali
pusat

Status
ekonomi

Perilaku

T
E
T
A
N
U
S

Penghasilan

Cara perawatan tali


pusat

N
E
O
N
A
T
O
R
U
M

Budaya
Toksin

Hospitalisasi

Neurotropik

Mempengaruhi SSP

Otot Faring

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

Exotoxin

Tetanosposmin

Akson neuron

Nyeri

Sist vaskuler

Dinetralkan oleh
antitoksin

Tidak bisa
menetek

26

Hipersalivasi

Kesulitan
menelan

Cianosis
Tidak efektif
bersihan

Resiko
aspirasi

Lethargi

Resiko
infeksi

Dehidrasi

Resiko kurangnya
volume cairan

nafas

Pemasangan
sonde

Intake cairan
kurang

Perubahan
nutria kurang

C. PENGKAJIAN
1. Kaji riwayat dan faktor pencetus.
2. Kaji manifestasi kejang atauu aktifitas kejang.
3. Pemeriksaan fisik ; adanya luka.
4. Pemeriksaan sistem pernafasan.
5. Respon keluarga.
D. DIAGNOSA DAN INTERVENSI
1. Tidak efektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan meningkatnya sekresi
atau produksi mukus.
Tujuan

: Meningakatkan kepatenan jalan nafas dan mencegah aspirasi.

Kriteria

: - Tidak terjadi aspirasi.


- Jalan nafas bersih, tidak ada sekresi mukus.
Intervensi

a.

Rasional

Obervasi status pernafasan a. Deteksi dini terjadinya komplikasi.


setiap 2 4 jam.

b.

Lakukan penghisapan lendir b. Bila


dengan hati hati dan pasti.

terjadi

adanya

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

kesulitan

akumulasi

menelan,

secret

dapat

27

mengakibatkan terjadinya aspirasi.


c.

Gunakan sudip lidah saat c. Lidak tidak tergigit saat tejadi


kejang.

kejang.
d. Mencegah

d.

Pertahankan

kebersihan

jalan nafas dan mulut.

terjadinya

obstruksi

nafas.
e. Mencegah terjadinya aspirasi.

e.

Miringkan untuk drainage.

f.

Pemberian

f. Mencegah Hipoxia

oksigen,

sedative sesuai program.

2. Risiko aspirasi berhubungan dengan meningkatnya sekresi, kesukaran menelan,


dan spasme otot faring.
Tujuan

: Meningakatkan kepatenan jalan nafas dan mencegah aspirasi.

Kriteria

: - Tidak terjadi aspirasi.


- Jalan nafas bersih, tidak ada sekresi mukus.

Intervensi

Rasional

a. Observasi status pernafasan setiap a. Deteksi dini terjadinya komplikasi.


2 4 jam.
b. Lakukan

penghisapan

lendir b. Bila terjadi kesulitan menelan,

dengan hati hati dan pasti.

adanya

akumulasi

secret

dapat

mengakibatkan terjadinya aspirasi.


c. Gunakan sudip lidah saat kejang.

c. Lidak tidak tergigit saat tejadi


kejang.

d. Pertahankan kebersihan jalan nafas


dan mulut.
e. Miringkan untuk drainage.
f. Pemberian oksigen, sedative sesuai

d. Mencegah

terjadinya

obstruksi

nafas.
e. Mencegah terjadinya aspirasi.
f. Mencegah Hipoxia

program.

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

28

3. Risiko injuri berhubungan dengan aktivitas kejang.


Tujuan

: Menghindari terjadinya injury pada anak.

Kriteria hasil

: Tidak ada injury selama kejang.

Intervensi
a.

Rasional

Pasang pengaman tempat a. Mencegah pasien jatuh saat kejang.


tidur.

b.

b. Mencegah
Tempatkan

bayi

dengan

pengalas yang lembut.


c.
dapat

sensitive terhadap rangsangan :

meningkatkan

suara, sinar, sentuhan, dll.

rangsangan

harus

ditempatkan

pada ruangan khusus ( isolasi ).

d. Mengurangi hal hal yang dapat


merangsang timbulnya kejang.
e. Mencegah terjadinya cedera saat

Hindari benda benda yang


membahayakan.

f.

integritas kulit.

Hindarkan hal hal yang

Anak

e.

gangguan

c. Pasien terinfeksi tetanus sangat

kejang; suara, sinar, sentuhan, dll.


d.

terjadinya

kejang.
f. Lidah tidak tergigit saat terjadi

Pasang sudip lidah saat


kejang.

kejang
g. Menghindari terjadinya obstruksi
nafas.

g.

Tempatkan

anak

dengan

posisi miring saat kejang untuk


menghindari

lidah

jatuh

ke

belakang yang dapat menyebabkan h. Menghidari terjadinya cedera.


obstruksi jalana nafas.
h.

Jangan pergunakan restrain i. Pengkajian


pada anak.

i.

Catat

yang

tepat

dapat

menghindari penyebab kejang.


aktifitas

kejang, j. Tidak terjadi Hipoxia.

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

29

frekuensi,

lamanya

dan

faktor

pencetusnya.
j.

Pantau pernafasan selama k. Mengurangi kejadian kejang dan


kejang, buka baju yang dapat

meningkatkan prognosa.

mengganggu saat kejang.


k.

Berikan

antikejang

dan

antibiotik sesuai program dokter.

4. Risiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan intake cairan yang


kurang.
Tujuan

: Meningakatkan status hidrasi anak.

Kriteria

: Membran mukosa lembab dan turgor kulit normal.


Intervensi

a. Obervasi intake dan output cairan.

Rasional
a. Deteksi

keseimbangan

cairan

tubuh.
b. Observasi tanda-tanda dehidrasi, b. Deteksi dini terhadap terjadinya
ubun-ubun, membran mukosa dan

komplikasi : dehidrasi.

turgor kulit.
c. Berikan dan pertahankan intake c. Memenuhi
cairan oral atau perparenteral sesuai

kebutuhan

inake

makanan.

indikasi.
d. Monitor berat jenis urine.

d. Berat jenis urin menunjukan kadar


volume cairan tubuh.

e. Pertahankan kepatenan NGT.

e. Memenuhi

kebutuhan

asupan

makanan dan cairan.

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

30

5. Nyeri berhubungan dengan toksin dalam sel saraf dan aktifitas kejang.
Tujuan

: Nyeri berkurang atau hilang.

Kriteria hasil

: - Anak tenang tidak gelisah.


- Wajah rileks, tidak menyeringai.

Intervensi
a.

Rasional

Kaji tingkat nyeri.

a. Mengatasi

nyeri

dengan

menyesuaikan tingkat nyerinya.


b.

Pemberian antikejang dan b. Anti


penenang sesuai advis dokter.

c.

meningkatkan

Hindari hal-hal yang dapat


menimbulkan rangsang nyeri.

kejang

dan

penenang

vasodilatasi

dan

mencegah terjadinya kejang an


vaso kontriksi.
c. Pasien

yang

sangat

terinfeksi

sensitive

tetanus
terhadap

rangsangan.
d.

Berikan suasana lingkungan d. Lingkungan


yang tenang.

e.

yang

tenang

menurunkan rangsangan.

Tempatkan

pada

tidur yang nyaman.

tempat e. Menurunkan

rangsangan

dan

meningkatkan rasa nyaman.

6. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kesukaran


menelan dan membuka mulut dan adanya aktifitas kejang.
Tujuan

: Meningkatkan status nutrisi pada anak.

Kriterai hasil

: - Berat badan stabil atau sesuai dengan usia.


- Porsi makanan 90% dapat dikonsumsi.

Intervensi
a.

Pertahankan

Rasional
NGT

untuk a. Memenuhi

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

kebutuhan

asupan

31

intake makanan.
b.

makanan dan cairan.

Obsevasi bising usus bila b. Deteksi tingkat reaksi pencernaan.


perlu dan hati-hati karena sentuhan
dapat merangsang kejang.

c.

Berikan nutrisi yang tinggi c. Memenuhi kebutuhan nutrisi tubuh.


kalori dan protein.

d.

Berikan

nutrisi d. Kebutuhan nutrisi terpenuhi.

perparenteral sesuai program.


e.

Timbang berat badan setiap


hari dengan timbangan dan tempat

e. Indikator keberhasilan intervensi


dan terpenuhi kebutuhan nutrisi
tubuh.

yang sama.

7. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan penatalaksanaan gangguan


kejang.
Tujuan

: Meningkatkan pengetahuan orang tua.

Kriteria

: Orang tua memahami perawatan, pengobatan, dan penanganan kejang


pada bayi.
Intervensi

a.

Jelaskan

tentang

Rasional
hal-hal a. Pasien

yang dapat merangsang kejang ;

sangat

suara, sentuhan, sinar yang sangat

rangsangan.

terang.
b.

yang

terinfeksi

sensitive

tetanus
terhadap

b. Keluarga dapat ikut serta dalam


Jelaskan

penanganan

tentang
kejang

perawatan pasien.

untuk

menghindari injury, seperti pasang


sudip lidah, miringkan kepala untuk c. Keluarga
drainage.
c.

Jelaskan

memahami

dan

menciptakan suasana tenang untuk


untuk

menjaga

mengurangi rangsangan kejang.

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

32

ketenangan lingkungan.

d. Keluarga memahami penyakit dan


cara pencegahannya.

d.

Jelaskan perawatan yang


perlu dilakukan oleh orang tua pada
anak, memenuhi kebutuhan seharihari.

8. Kecemasan orang tua berhubungan dengan kemungkinan injuri selama kejang.


Tujuan

: Rasa cemas pada orang tua berkurang sampai dengan hilang.

Kriteria

: Orang tua dapat mengekspresikan perasaaan.


Intervensi

Rasional

a. Jelaskan tentang aktivitas kejang a. Keluarga memahami penyakit dan


yang terjadi pada anak.
b. Ajarkan

orang

mengekspresikan

dapat menghidari penyebab kejang.

tua

untuk b. Mengurangi hopitalisasi.

perasaannya

terhadap anak.
c. Jelaskan semua prosedur yang akan c. Keluarga memahami dan kooperatif
dilakukan.

dengan tindakan yang dilakukan.

d. Gunakan komunikasi dan sentuhan d. Pasien


terapiutik.

tenang

dan

mengurangi

hospitalisasi

E. IMPLEMENTASI
Pada tahap pelaksanaan ini kegiatannya adalah melakukan asuhan keperawatan sesuai
dengan perencanaan atau bila perlu bisa menyimpang dari perencanaan semula,
tergantung situasi dan kondisi saat itu.
F. EVALUASI

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

33

Asuhan keperawatan dilaksanakan sesuai rencana yang telah disusun. Diperlukan suatu
evaluasi untuk menilai suatu tindakan.
1. Tujuan tercapai ; jika pasien menunjukkan perubahan sesuai dengan standar yang
telah ditentukan.
2. Tujuan tercapai sebagian ; jika pasien menunjukkan perbandingan sebanding dengan
standar dan kriteria yang telah ditetapkan konsultasi dengan dokter.
3. Tujuan tidak tercapai ; jika pasien tidak menunjukkan perubahan dan kemajuan
sama sekali dan bahkan timbul masalah baru.
G. DISCHARGE PLANING ( RENCANA PEMULANGAN )
1. Jelaskan perawatan yang diperlukan; pemenuhan kebutuhan sehari-hari.
2. Bila ada gangguan mebilitas fisik ajarkan untuk ROM di rumah.
3. Jelaskan pentingnya stimulasi tumbuh kembang seperti kebutuhan bermain.
4. Jelaskan obat-obat yang diberikan, efek samping, tujuan dan reaksinya.
5. Jelaskan faktor-faktor yang dapat menimbulkan penyakit tetanus; adanya luka.
6. Jelaskan pentingnya imunisasi tetanus pada anak.

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

34

ASUHAN KEPERAWATAN
PADA BAYI DENGAN TETANUS NEONATORUM
A. PENGERTIAN
Tetanus adalah suatu penyakit akut yang disebabkan oleh Clostridium Tetani yang
menghasilkan exotoxin.
B. POHON MASALAH
sterilitas alat

Kualitas penolong
persalinan :
Bidan
Dokter
Dokter umum
Dokter ahli
Dukun
Dukun terlatih
Dukun tak
terlatih
Pengetahuan

Tingkat
pendidikan

Informasi <

Cemas

Kualitas
pemotongan tali
pusat

Status
ekonomi

Perilaku

Penghasilan

Cara perawatan tali


pusat

T
E
T
A
N
U
S
N
E
O
N
A
T
O
R
U
M

Budaya
Toksin

Hospitalisasi

Neurotropik

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

Tetanosposmin

Akson neuron

Exotoxin

Sist vaskuler

35

Kejang tonik

Resiko injuri

Mempengaruhi SSP

Otot Faring
Hipersalivasi

Dinetralkan oleh
antitoksin

Tidak bisa
menetek
Kesulitan
menelan

Cianosis
Tidak efektif
bersihan

Nyeri

Resiko
aspirasi

Lethargi
Perubahan
nutria kurang
Resiko kurangnya
volume cairan

nafas

Intake cairan
kurang

Pemasangan
sonde

Dehidrasi

Resiko
infeksi

C. PENGKAJIAN
1. Kaji riwayat dan faktor pencetus.
2. Kaji manifestasi kejang atauu aktifitas kejang.
3. Pemeriksaan fisik ; adanya luka.
4. Pemeriksaan sistem pernafasan.
5. Respon keluarga.
D. DIAGNOSA DAN INTERVENSI
1. Tidak efektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan meningkatnya sekresi
atau produksi mukus.
Tujuan

: Meningakatkan kepatenan jalan nafas dan mencegah aspirasi.

Kriteria

: * Tidak terjadi aspirasi.


* Jalan nafas bersih, tidak ada sekresi mukus.
Intervensi

a.

Rasional

Obervasi status pernafasan a. Deteksi dini terjadinya komplikasi.


setiap 2 4 jam.

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

36

b.

Lakukan penghisapan lendir b. Bila terjadi kesulitan menelan,


dengan hati hati dan pasti.

adanya

akumulasi

secret

dapat

mengakibatkan terjadinya aspirasi.


c.

Gunakan sudip lidah saat c. Lidak tidak tergigit saat tejadi


kejang.

kejang.
d. Mencegah

d.

Pertahankan

kebersihan

jalan nafas dan mulut.

terjadinya

obstruksi

nafas.
e. Mencegah terjadinya aspirasi.

e.

Miringkan untuk drainage.

f.

Pemberian

f. Mencegah Hipoxia

oksigen,

sedative sesuai program.

2. Risiko aspirasi berhubungan dengan meningkatnya sekresi, kesukaran menelan,


dan spasme otot faring.
Tujuan

: Meningakatkan kepatenan jalan nafas dan mencegah aspirasi.

Kriteria

: * Tidak terjadi aspirasi.


* Jalan nafas bersih, tidak ada sekresi mukus.

Intervensi
a.

Rasional

Observasi status pernafasan a. Deteksi dini terjadinya komplikasi.


setiap 2 4 jam.

b.

Lakukan penghisapan lendir b. Bila terjadi kesulitan menelan,


dengan hati hati dan pasti.

adanya

akumulasi

secret

dapat

mengakibatkan terjadinya aspirasi.


c.

Gunakan sudip lidah saat c. Lidak tidak tergigit saat tejadi


kejang.

kejang.
d. Mencegah

d.

Pertahankan
jalan nafas dan mulut.

kebersihan

terjadinya

obstruksi

nafas.
e. Mencegah terjadinya aspirasi.

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

37

e.

Miringkan untuk drainage.

f.

Pemberian

f. Mencegah Hipoxia

oksigen,

sedative sesuai program.

3. Risiko injuri berhubungan dengan aktivitas kejang.


Tujuan

: Menghindari terjadinya injury pada anak.

Kriteria hasil

: Tidak ada injury selama kejang.

Intervensi
a.

Rasional

Pasang pengaman tempat a. Mencegah pasien jatuh saat kejang.


tidur.

b.

b. Mencegah
Tempatkan

bayi

dengan

pengalas yang lembut.


c.
dapat

meningkatkan

suara, sinar, sentuhan, dll.

harus

ditempatkan

pada ruangan khusus ( isolasi ).

sangat

rangsangan

d. Mengurangi hal hal yang dapat


merangsang timbulnya kejang.
e. Mencegah terjadinya cedera saat

Hindari benda benda yang


membahayakan.

f.

terhadap

tetanus

sensitive

Anak

e.

terinfeksi

Hindarkan hal hal yang


rangsangan

gangguan

integritas kulit.
c. Pasien

kejang; suara, sinar, sentuhan, dll.


d.

terjadinya

kejang.
f. Lidah tidak tergigit saat terjadi

Pasang sudip lidah saat


kejang.

kejang
g. Menghindari terjadinya obstruksi
nafas.

g.

Tempatkan

anak

dengan

posisi miring saat kejang untuk


menghindari

lidah

jatuh

ke

belakang yang dapat menyebabkan h. Menghidari terjadinya cedera.


obstruksi jalana nafas.

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

38

h.

Jangan pergunakan restrain i. Pengkajian


pada anak.

i.

tepat

dapat

menghindari penyebab kejang.

Catat
frekuensi,

yang

aktifitas

lamanya

kejang, j. Tidak terjadi Hipoxia.

dan

faktor

pencetusnya.
j.

Pantau pernafasan selama k. Mengurangi kejadian kejang dan


kejang, buka baju yang dapat

meningkatkan prognosa.

mengganggu saat kejang.


k.

Berikan

antikejang

dan

antibiotik sesuai program dokter.

4. Risiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan intake cairan yang


kurang.
Tujuan

: Meningakatkan status hidrasi anak.

Kriteria

: Membran mukosa lembab dan turgor kulit normal.


Intervensi

a.

Rasional

Obervasi intake dan output a. Deteksi keseimbangan cairan tubuh.


cairan.

b. Deteksi dini terhadap terjadinya


komplikasi : dehidrasi.

b.

Observasi
dehidrasi,

tanda-tanda

ubun-ubun,

membran c. Memenuhi

mukosa dan turgor kulit.


c.

inake

makanan.

Berikan dan pertahankan


intake cairan oral atau perparenteral
sesuai indikasi.

d.

kebutuhan

Monitor berat jenis urine.

d. Berat jenis urin menunjukan kadar


volume cairan tubuh.
e. Memenuhi

kebutuhan

asupan

makanan dan cairan.

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

39

e.

Pertahankan

kepatenan

NGT.

5. Nyeri berhubungan dengan toksin dalam sel saraf dan aktifitas kejang.
Tujuan

: Nyeri berkurang atau hilang.

Kriteria hasil

: * Anak tenang tidak gelisah.


* Wajah rileks, tidak menyeringai.

Intervensi
a.

Rasional

Kaji tingkat nyeri.

a. Mengatasi

nyeri

dengan

menyesuaikan tingkat nyerinya.


b.

Pemberian antikejang dan b. Anti


penenang sesuai advis dokter.

c.

Hindari hal-hal yang dapat


menimbulkan rangsang nyeri.

kejang

meningkatkan

dan

penenang

vasodilatasi

dan

mencegah terjadinya kejang an vaso


kontriksi.
c. Pasien yang terinfeksi tetanus sangat
sensitive terhadap rangsangan.
d. Lingkungan

d.

Berikan suasana lingkungan


yang tenang.

e.

pada

tempat

tenang

menurunkan rangsangan.
e. Menurunkan

Tempatkan

yang
rangsangan

dan

meningkatkan rasa nyaman.

tidur yang nyaman.

6. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kesukaran


menelan dan membuka mulut dan adanya aktifitas kejang.
Tujuan

: Meningkatkan status nutrisi pada anak.

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

40

Kriterai hasil

: - Berat badan stabil atau sesuai dengan usia.


- Porsi makanan 90% dapat dikonsumsi.

Intervensi
a.

Pertahankan

Rasional
NGT

untuk a. Memenuhi

intake makanan.
b.

kebutuhan

asupan

makanan dan cairan.

Obsevasi bising usus bila b. Deteksi tingkat reaksi pencernaan.


perlu dan hati-hati karena sentuhan
dapat merangsang kejang.

c.

Berikan nutrisi yang tinggi c. Memenuhi kebutuhan nutrisi tubuh.


kalori dan protein.

d.

Berikan

nutrisi d. Kebutuhan nutrisi terpenuhi.

perparenteral sesuai program.


e.

Timbang berat badan setiap


hari dengan timbangan dan tempat

e. Indikator

keberhasilan

intervensi

dan terpenuhi kebutuhan nutrisi


tubuh.

yang sama.

7. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan penatalaksanaan gangguan


kejang.
Tujuan

: Meningkatkan pengetahuan orang tua.

Kriteria

: Orang tua memahami perawatan, pengobatan, dan penanganan kejang


pada bayi.

Intervensi
a.

Jelaskan

tentang

Rasional
hal-hal a. Pasien yang terinfeksi tetanus sangat

yang dapat merangsang kejang ;

sensitive terhadap rangsangan.

suara, sentuhan, sinar yang sangat b. Keluarga dapat ikut serta dalam
terang.
b.

perawatan pasien.
Jelaskan

tentang

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

41

penanganan

kejang

untuk

menghindari injury, seperti pasang c. Keluarga

memahami

dan

sudip lidah, miringkan kepala untuk

menciptakan suasana tenang untuk

drainage.

mengurangi rangsangan kejang.

c.

Jelaskan

untuk

menjaga d. Keluarga memahami penyakit dan

ketenangan lingkungan.
d.

cara pencegahannya.

Jelaskan perawatan yang


perlu dilakukan oleh orang tua pada
anak, memenuhi kebutuhan seharihari.

8. Kecemasan orang tua berhubungan dengan kemungkinan injuri selama kejang.


Tujuan

: Rasa cemas pada orang tua berkurang sampai dengan hilang.

Kriteria

: Orang tua dapat mengekspresikan perasaaan.

Intervensi
a.

Rasional

Jelaskan tentang aktivitas a. Keluarga memahami penyakit dan


kejang yang terjadi pada anak.

b.

dapat menghidari penyebab kejang.

Ajarkan orang tua untuk b. Mengurangi hopitalisasi.


mengekspresikan

perasaannya

terhadap anak.
c.

Jelaskan semua prosedur c. Keluarga memahami dan kooperatif


yang akan dilakukan.

dengan tindakan yang dilakukan.


d. Pasien tenang dan mengurangi

d.

Gunakan komunikasi dan

hospitalisasi

sentuhan terapiutik.

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

42

E. IMPLEMENTASI
Pada tahap pelaksanaan ini kegiatannya adalah melakukan asuhan keperawatan sesuai
dengan perencanaan atau bila perlu bisa menyimpang dari perencanaan semula,
tergantung situasi dan kondisi saat itu.
F. EVALUASI
Asuhan keperawatan dilaksanakan sesuai rencana yang telah disusun. Diperlukan suatu
evaluasi untuk menilai suatu tindakan.
1. Tujuan tercapai ; jika pasien menunjukkan perubahan sesuai dengan standar yang
telah ditentukan.
2. Tujuan tercapai sebagian ; jika pasien menunjukkan perbandingan sebanding dengan
standar dan kriteria yang telah ditetapkan konsultasi dengan dokter.
3. Tujuan tidak tercapai ; jika pasien tidak menunjukkan perubahan dan kemajuan
sama sekali dan bahkan timbul masalah baru.
G. DISCHARGE PLANING ( RENCANA PEMULANGAN )
1. Jelaskan perawatan yang diperlukan; pemenuhan kebutuhan sehari-hari.
2. Bila ada gangguan mebilitas fisik ajarkan untuk ROM di rumah.
3. Jelaskan pentingnya stimulasi tumbuh kembang seperti kebutuhan bermain.
4. Jelaskan obat-obat yang diberikan, efek samping, tujuan dan reaksinya.
5. Jelaskan faktor-faktor yang dapat menimbulkan penyakit tetanus; adanya luka.
6. Jelaskan pentingnya imunisasi tetanus pada anak.

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

43

ASUHAN KEPERAWATAN PADA


BAYI DENGAN GASTROENTERITIS
A. PENGERTIAN
Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan
lebih dari 3 kali pada anak, dengan konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau
atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja.
B. POHON MASALAH
Faktor infeksi

Faktor malabsorbsi

Endotoksin

Tekanan osmotik

Gangguan peristaltik
Hiperperistaltik

Hipoperistaltik

merusak mukosa
usus

Pergeseran cairan
an elektrolit ke

Makanan tidak Pertumbuhan bakteri


sempat diserap

lumen usus

Endotoksin berlebih
Hipersekresi cairan
& elektrolit

Isi lumen usus


Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

44

Rangsangan pengeluaran
Hiperperistaltik
Cemas

Kurang
pengetahuan

Perubahan integritas kulit

Diare

Gangguan keseimbangan cairan

Perubahan ketidak
nyamanan

kolik

Gangguan keseimbangan elektrolit

Kurang volume cairan (dehidrasi)

Hiponatremia
Hipokalemia

Pusing, lemah, letih, sinkope, anoreksia,

Penurunan klorida serum

mual, muntah, haus, oliguri, turgor kulit


kurang, mukosa mulut kering, mata dan
dingin,

Hipotensi

ubun-ubun cekung, peningkatan suhu

tubuh, penurunan berat badan dan lemah

kejang,

postural,

kulit

tremor
peka

rangsang,

denyut

jantung cepat
(Horne & Swearingen, 2001; Smeltzer & Bare, 2002)

C. PENGKAJIAN
1. Identitas / Biodata
Nama lengkap, tempat tinggal, jenis kelamin, tanggal lahir, umur, nama
orang tua, pekerjaan orang tua, penghasilan, dll.
2. Keluhan Utama
a. Diare < 4 kali BAB cair tanpa dehidrasi.
b. Diare 4 10 kali BAB cair dengan dehidrasi ringan / sedang.
c. Diare > 10 kali dengan dehidrasi berat.
d. Sudah berapa lama anak menderita, bila diare < 14 hari adalah diare akut,
bila berlangsung 14 hari atau lebih adalah diare persisten.
3. Riwayat Penyakit Sekarang

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

45

a. Mula-mula bayi / anak menjadi cengeng gelisah, suhu tubuh meningkat,


nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemungkinan timbul diare.
b. Tinja makin cair, mungkin disertai lendir atau lendir dan darah, warna
tinja berubah menjadi kehijauan.
c. Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare.
4. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Imunisasi, yang sering berkaitan dengan diare adalah imunisasi
campak.
b. Riwayat alergi terhadap makanan atau obat-obatan ( antibiotik )
5. Riwayat Nutrisi
a. Riwayat pemberian makanan sebelum sakit diare, meliputi;
b. Pemberian ASI penuh 0 4 bulan akan mengurangi risiko diare.
c. Pemberian susu formula, sumber air minum, cara memasak air, diberikan
dengan botol atau gelas, karena botol yang tidak bersih akan mudah
terjadi kontaminasi.
d. Pemberian makanan pada saat diare, meliputi;
e. Pada diare tanpa dehidrasi tidak merasa haus ( minum biasa )
f. Pada dehidrasi ringan atau sedang anak merasa haus ingin minum banyak
g. Pada dehidrasi berat anak malas minum atau tidak mampu minum.
6. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
a) Baik, sadar tanpa dehidrasi.
b) Gelisah, rewel dehidrasi ringan / sedang
c) Lesu, lunglai atau tidak sadar dehidrasi berat
Prosentase kehilangan berat badan
-

Dehidrasi ringan 5%

Dehidrasi sedang 5% - 10%

Dehidrasi berat 10% - 15%

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

46

Kulit
-

Tanpa dehidrasi turgor cepat kembali < 1detik

Dehidrasi ringan / sedang turgor kembali lambat 1 2 detik

Dehidrasi berat turgor kembali sangat lambat 2detik

b. Kepala
a) Dehidrasi ringan ubun-ubun besar agak cekung.
b) Dehidrasi sedang ubun-ubun besar cekung.
c) Dehidrasi berat ubun-ubun besar cekung sekali.
c. Mulut dan lidah
a) Tanpa dehidrasi Mulut dan lidah basah.
b) Dehidrasi ringan / sedang Mulut dan lidah kering.
c) Dehidrasi berat Mulut dan lidah sangat kering.
d. Abdomen Distensi, kram, bising usus meningkat.
e. Anus Iritasi kulit, kemerahan
D. DIAGNOSA DAN INTERVENSI
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah dan diare.
2. Perubahan nutrisi berhubungan dengan absorbsi makanan yang tidak
adekuat.
3. Perubahan integritas kulit berhubungan dengan seringnya defekasi dengan
iritasi pada daerah anal dan bokong.
4. Perubahan ketidaknyamanan berhubungan dengan kram abdomen, diare,
muntah dan dilatasi vaskuler & hiperperistaltik.
5. Kurangnya pengetahuan orang tua yang berhubungan dengan kurangnya
informasi tentang tanda serta gejala komplikasi diare.
6. Cemas berhubungan dengan perpisahan dengan ibu.

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

47

INTERVENSI
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah dan diare.
Tujuan : bayi tercukupi kebutuhan volume cairan.
Kriteria hasil :
a. Bayi akan tercukupi volume cairan, yang ditandai dengan tidak adanya
diare berlendir dan darah, muntah distensi, mata cekung.
b. Bising usus normal ( 10 30 x/1 ).
c. Kembalinya BB yang hilang selama sakit.
d. Ubun ubun besar datar, turgor kulit normal.
e. Produksi urine cukup ( 1 - 2 cc /kgBB/jam ).
f. Suhu tubuh 36,5OC 37,5OC.
g. Serum K, Na normal.

Intervensi

Rasional

a. Pantau tanda dan gejala dehidrasi

a. Propulsi feses yang cepat melalui

( kulit, membran mukosa kering,

usus

mengurangi

rasa haus, turgor kulit menurun,

volume

mata cowong, ubun-ubun cekung ).

menyebabkan kekeringan membran

sirkulasi

absorbsi
yang

air,

rendah

mukosa dan rasa haus.


b. Pantau

masukan

dan

keluaran

b. Catatan masukan dan pengeluaran

dengan cermat meliputi frekuensi,

cairan membantu mendeteksi tanda

warna dan konsistensi.

dini keseimbangan cairan.

c. Pantau ketidakseimbangan elektrolit


( Na, K, Cl ).

c. Propulsi feses yang cepat melalui


usus
elektrolit,

mengurangi
muntah

absorbsi
juga

menyebabkan kehilangan elektrolit.


d. Timbang BB setiap hari dengan

d. Penimbangan berat badan setiap

timbangan yang sama dan tempat

hari yang tepat dapat mendeteksi

yang sama.

kehilangan cairan.

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

48

e. Monitor tanda-tanda vital ( suhu,


nadi ) setiap 4 jam.

e. Demam mengkibatkan gangguan


pada titik pengaturan hipothalamus,
sedangkan denyut nadi yang tidak
normal menandakan masalah dalam
pengaturan

sirkulasi

keseimbangan

cairan

darah,
dan

metabolisme.
f. Lakukan

tindakan

untuk

f. Hipothalamus

sebagai

termofat

mengurangi demam ( ganti pakaian

merasakan perubahan minor suhu

katun dan kompres )

tubuh dan aktifitas produksi panas


untuk mempertahankan suhu tubuh.

g. Kolaborasi dengan dokter tentang


rehidrasi.

g. Pemberian cairan parenteral untuk


mengganti cairan atau elektrolit
yang hilang.

2. Perubahan nutrisi berhubungan dengan absorbsi makanan yang tidak


adekuat.
Tujuan

a. Anak / bayi akan berhenti muntah dan diare.


b. Berat badan normal sesuai umur.

Intervensi
a. Pelihara input dan output yang tepat
dengan meneruskan nutrisi peroral.

Rasional
a. Hidrasi dan nutrisi yang adekuat
diperlukan

untuk

metabolisme

tubuh.
b. Observasi muntah dan berak tiap 4

b. Menghindari dehidrasi lebih lanjut.

jam.
c. Timbang berat badan setiap hari
dengan timbangan dan temapat

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

c. Penimbangan berat badan yang


akurat

memberikan

pengukuran

49

yang sama.

keseimbangan cairan tubuh yang


baik.

d. Berikan penyuluhan pada orang tua


tentang diet diare di rumah.

d. Agar tidak memperparah kondisi


anak dengan pemberian makanan
yang salah

3. Perubahan integritas kulit berhubungan dengan seringnya defekasi dengan


iritasi pada daerah anal dan bokong.
Tujuan

: integritas kulit tidak terganggu dan tidak ada infeksi sekunder.

Intervensi
a. Jaga popok agar tetap kering dan
bersih.

Rasional
a. Keadaan yang bersih dan kering
akan

mencegah

tumbuhnya

mikroorganisme.
b. Periksa dan ganti popok setiap kali
basah.
c. Cuci tangan sebelum dan sesudah
mengganti popok.

b. Periksa dan ganti popok setiap kali


basah.
c. Ccuci tangan sebelum dan sesudah
mengganti popok.

d. Bersihkan daerah perianal dengan

d. Perawatan yang baik dan benar

air dan sabun yang lembut setiap

mencegah iritasi daerah perianal

BAB.

dan anus.

e. Beri zalf / lotion pada daerh ruam di


bokong.

e. Partikel bedak akan melekat pada


kulit dan menambah lecet bila saat
membersihkan tidak benar.

f. Hindari penggunaan bedak bila


telah terjadi lecet.

f. Popok kain yang terbuka dapat


dialiri udara untuk sirkulasi udara.
Popok

g. Gunkan popok kain yang terbuka


daripada popok disposible.

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

disposible

dapat

meningkatkan iritasi.
g. Popok

kain

akan

mengurangi

50

kelembaban pada bokong, dan


cepat ketahuan bila bayi BAK /
h. Yakinkan pemenuhan

kebutuhan

nutrisi sesegera mungkin untuk


mendukung penyembuhan jaringan

BAB
h. Jaringan

lebih

mudah

untuk

menjadi nekrosis dengan sedikit


tekanan bila nutrisi kurang.

4. Perubahan ketidaknyamanan berhubungan dengan kram abdomen, diare,


muntah dan dilatasi vaskuler & hiperperistaltik.
Tujuan : bayi menjadi nyaman bebas dari kram.
Kriteria hasil :
a. Abdomen menjadi superl ( tidak kembung ).
b. Bayi tidak menunjukkan nyeri pada saat BAB ( menangis )
c. Anak tidur dengan nyaman.

Intervensi
a. Baringkan

bayi

dalam

Rasional
posisi a. Relaksasi

terlentang dan olesi perut dengan

otot

otot

saluran

pencernaan dan mengurangi kram.

minyak telon untuk menghangatkan


perut.
b.

Berikan input ASI PASI sedikit- b. Cairan dalam jumlah kecil tidak
sedikit tapi sering.

c.

akan mendesak gastrik

Tengkurapkan bayi setelah diberi c. Dengan tengkurap, bisa mengurangi


minum.

muntah dan menyebabkan kentut.


d. Cairan dingin merangsang kram

d.

Beri penjelasan pada orang tua

cairan

untuk pembuatan susu pada bayi.

peristaltik.

panas

merangsang

5. Kurangnya pengetahuan orang tua yang berhubungan dengan kurangnya


informasi tentang tanda serta gejala komplikasi diare.

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

51

Tujuan

: Orang tua mengerti tentang tanda dan gejala komplikasi

diare.
Kriteria hasil

: - Menguraikan bagaimana mencegah kekembuhan.


- Orang tua dapat menunjukkan teknik cuci tangan dan
sanitasi yang benar.
- Isolasi anak dari kemungkinan sumber infeksi.

Intervensi
a. Bahas

proses

Rasional

penyakit

dengan

a. Pemahaman orang tua klien dapat

istilah yang dapat dipahami orang

meningkatkan

tua

penyakit,

kooperatif

dan

perawatan.

yaitu

penyebab

tindakan

pencegahan,

pentingnya

cuci

tangan

kepatuhan
dengan

tindakan

sampai

bersih.
b. Jelaskan

pentingya

mempertimbangkan keseimbangan

b. Muntah dan diare dapat dengan


cepat menyebabkan dehidrasi.

antara masukan cairan oral dan


keluaran cairan.
c. Jelaskan

tindakan

pencegahan

dengan ;
d. Penyimpanan makanan dan cara

c. Penyebab
paling

gasteroenteritis

umum

adalah

yang
asupan

makanan

memasak yang tepat.


e. Cuci tanngan sebelum dan sesudah
memegang makanan.
f. Cara perawatan botol, buah dada
dan alat makan.
6. Cemas berhubungan dengan perpisahan dengan ibunya.
Tujuan : cegah seminimal mungkin dari perpisahan.
Kriteria hasil

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

52

a. Bayi merasa tenang dan nyaman.

Intervensi
a. Memberikan

rasa

Rasional
aman

dan a. Dengan mengganti popok, bayi

nyaman.
b. Minta

merasa aman dan hangat.


dukungan

tinggal

sebentar

ibu

untuk b. Dengan

memberi

sentuhan, dekapan.

tinggal

menjamin ada kontak batin antara


ibu dan anak.

c. Gendong dan timang bayi bila c. Menggendong


bayi menangis.

sebentar

dan

menimang

bayi akan merasa nyaman seperti


dalam dekapan ibu.

d. Sarankan pada ibu untuk tidak d. Bayi akan merasa tenang dan
terlalu khawatir sekali terhadap

tidak rewel.

bayinya.
E. IMPLEMENTASI
Pada tahap pelaksanaan ini kegiatannya adalah melakukan asuhan keperawatan
sesuai dengan perencanaan atau bila perlu bisa menyimpang dari perencanaan
semula, tergantung situasi dan kondisi saat itu.
F. EVALUASI
Asuhan keperawatan dilaksanakan sesuai rencana yang telah disusun.
Diperlukan suatu evaluasi untuk menilai suatu tindakan.
1. Tujuan tercapai ; jika pasien menunjukkan perubahan sesuai dengan standar
yang telah ditentukan.

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

53

2. Tujuan tercapai sebagian ; jika pasien menunjukkan perbandingan sebanding


dengan standar dan kriteria yang telah ditetapkan konsultasi dengan
dokter.
3. Tujuan tidak tercapai ; jika pasien tidak menunjukkan perubahan dan
kemajuan sama sekali dan bahkan timbul masalah baru.
G. DISCHARGE PLANING ( RENCANA PEMULANGAN )
1. Jelaskan penyebab diare
2. Ajarkan untuk mengenal komplikasi diare
3. Ajarkan untuk mencegah penyakit diare dan penularan; ajarkan tentang
standar pencegahan
4. Ajarkan perawatan bayi : pemberian minuman (misalnya; susu rendah
lactose saat diare )
5. Ajarkan mengenal tanda-tanda dehidrasi, ubun-ubun dan mata cekung, turgor
kulit tidak elastis, membran mukosa kering.
6. Jelaskan obat-obatan yang diberikan; efek samping dan kegunaannya.

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

54

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI


DENGAN SEPSIS NEONATORUM

A. PENGERTIAN
Sepsis neonatorum adalah suatu penyakit infeksi yang sering menyerang neonatus yang
ditandai dengan adanya gejala sistemik yang disertai dengan adanya bakterimia.
Infeksi pada neonatus dapat melalui bebarapa cara. Blanc ( 1961 ) membagi dalam 3
golongan yaitu ;
1. Infeksi Antenatal
Kuman mencapai janin melalui peredaran darah ibu ke placenta. Selanjutnya infeksi
melalui vena umbilikalis masuk ke janin.
2. Infeksi Intranatal
Kuman dari vagina naik dan masuk ke dalam rongga amnion setelah ketuban pecah.
Atau infeksi terjasi pada partus lama dan seringkali dilakukan pemeriksaan vagina
toucher ( VT ). Janin terinfeksi karena menginhalasi liquor yang sertik, atau karena
kuman memasuki peredaran darahnya dan menyebabkan septikemia.
3. Infeksi Post Natal

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

55

Infeksi terjadi sesudah bayi lahir lengkap sebagai akibat penggunaan alat atau
perawatan yang tidak steril atau karena cross infection.

B. POHON MASALAH

PERIODE NEO NATAL

Imatur Sistem Imun

Mikroorganisme di
Urogenital ibu

Respon humoral jelek


terhadap
organisme

Aktifitas complement
jelek

Fungsi macrophage
terganggu

Infeksi acending

Penularan
Transplacental

Faktor Persalinan

Trauma kulit dan


pembuluh darah

Melalui cairan
amnion

Septikemia

Vena umbilikalis Janin menginhalasi


liquor sentrik

Pemasangan alat
invasive pada bayi
Peralatan kurang
memperhatikan tehnik
septic dan aseptik

Cross infection

SEPSIS NEONATORUM

Distensibilitas paru

Otot pernafasan
melemah

Daya cerna dan absorbs Retensi lambung


menurun
Reflek hisap

Mual muntah, mencret

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

Pemasangan alat
invasif
Gg integritas
kulit

Hospitalisasi

Kurang
pengetahuan

56

Ventilasi menurun

Gg pola pemenuhan
nutrisi

Perubahan frekuensi,
Perfusi perifer menurun
irama & kualitas
nafas

Gg. Pola Nafas


C.tidak
PENGKAJIAN
efektif

Dehidrasi
Resiko infeksi

Cemas

Gg keseimbangan
cairan dan
elektrolit

Suhu tubuh
menurun /
Hipothermi

1. Identitas pasien, tanggal lahir, nama orang tua, nomor register, diagnosa medis,
alamat, dll.
2. Data obyektif
a. Keadaan umum ; Somnolence, apatis, malas minum, hypotermia, hypertermia.
b. Sistem saraf pusat; hipotoni otot, iritabel, kejang, lethargi.
c. Saluran nafas; pernafasan tidak teratur, sesak nafas, apnea, cyanosis, tachipnea
( > 60 kali permenit ), sirkulasi perifer jelek, sampai timbul renjatan.
d. Saluran cerna; retensi lambung, hepatomegali, mencret, muntah, perut
kembung.
e. Manifestasi hematologi; pucat, kuning, splenomegali, trombositopeni sampai
dengan 100.000/mm.
3. Pemeriksaan penunjang
a. Cultur darah
b. Cultur feses
c. Cultur urine
d. Cultur cairan cerebrospinal
e. Thorak foto untuk mengetahui infeksi di paru-paru.
f. Lumbal pungsi untuk mengetahui adanya infeksi di otak.
g. Darah lengkap : trombositopeni, lekositosis, HB menurun.
h. Urine lengkap ; lekositosis.
i. Feses lengkap ; ada tidaknya bakteri.
j. CRP.
Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

57

D. DIAGNOSA DAN INTERVENSI


DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan perubahan frekuensi, irama dan
kualitas yang ditandai dengan adanya takhipnea, apnea, sesak napas dan sumbatan
2. Risiko terjadinya gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan
dengan pengeluaran cairan yang berlebihan ( diare, muntah, retensi lambung).
3. Gangguan penurunan suhu tubuh ( hipotermia ) berhubungan dengan infeksi
( sepsis ).
4. Potensial terjadinya gangguan pola pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan
dengan reflek menghisap lemah.
5. Potensial terjadinya gangguan integritas kulit atau infeksi berhubungan dengan
tindakan invasif.
6. Cemas pada orang tua berhubungan dengan kondisi penyakit pada anaknya.
INTERVENSI
Diagnosa 1
Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan perubahan frekuensi, irama dan
kualitas yang ditandai dengan adanya takhipnea, apnea, sesak napas dan sumbatan .
Tujuan

: Dapat mempertahankan pernafasan dengan efektif.

Kriteria hasil : - RR dalam batas normal 40 60 kali permenit.


- Jalan nafas bersih / tidak ada penumpukan sekret.
- Tidak Cyanosis, tidak ada retraksi ICS

Intervensi
a. Cuci tangan sebelum dan sesudah
melakukan tindakan.
b. Beri posisi terlentang dengan kepala
sedikit ekstensi.

Rasional
a. Cuci

tangan

mencegah

infeksi

nosokomial.
b. Posisi

terlentang

dan

sedikit

ekstensi mengakibatkan jalan nafas

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

58

lurus.
c. Bersihkan
sumbatan,

jalan
bila

nafas
perlu

dari

c. Jalan nafas bebas dari sumbatan

lakukan

akan

suction.

memudahkan

proses

pernafasan.

d. Monitoring tanda vital atau tanda

d. Untuk mendeteksi dini bila ada

cyanosis dua jam sekali.

perubahan kondisi bayi, sehingga


dapat mengambil tindakan tepat
sedini mungkin.

e. Kolaborasi untuk pemberian O2 .

e. Mencegah terjadinya hipoxia

Diagnosa 2
Risiko terjadinya gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan
dengan pengeluaran cairan yang berlebihan ( diare, muntah, retensi lambung).
Tujuan

: Cairan dalam keadaan seimbang.

Kriterai hasil : - Ubun-ubun datar.


- Mata tidak cowong.
- Turgor kulit bagus / normal.
- Tidak ada diare, muntah, retensi lambung.
- Hasil serum dan elektrolit dalam batas normal.

Intervensi

Rasional

a. Cuci tangan sebelum dan sesudah


melakukan tindakan.
dan catat dalam lembar observasi.
adanya

terjadinya

infeksi

nosokomial.

b. Monitoring intake, output cairan


c. Observasi

a. Mencegah

tanda-tanda

dehidrasi dan tanda tanda vital.

b. Agar dapat diketahui dan mengukur


keseimbangan cairan.
c. Mengetahui

perubahan

sedini

mungkin agar dapat memberikan


pertolongan yang tepat.

d. Timbang berat badan secara rutin

d. Untuk mengetahui perkembangan

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

59

dengan timbangan yang sama dan

berat badan untuk menentukan

tempat yang sama.

perawatan sebagai berikut.

e. Laksanakan

program

dokter,

e. Kolaborasi dengan tim medis.

misalnya pemberian cairan.


Diagnosa 3
Gangguan penurunan suhu tubuh ( hipotermia ) berhubungan dengan infeksi
( sepsis ).
: Suhu tubuh dalam batas normal 36,5OC 37,5OC

Tujuan

Kriteria hasil : - Suhu tubuh 36,5OC 37,5OC.


- Akral hangat.

Intervensi

Rasional

a. Cuci tangan sebelum dan sesudah


melakukan tindakan perawatan.

a. Mencegah infeksi nosokomial.


b. Untuk mengetahui secepatnya bila

b. Observasi suhu tubuh dan tanda


vital tiap 1 2 jam.

ada perubahan suhu tubuh dan


tanda vital lain, sehingga cepat bisa
mengambil tindakan selanjutnya.

c. Masukkan bayi dalam inkubator


yang

dilengkapi

dengan

alat

c. Agar suhu tubuh tetap netral,


sehingga

dapat

membantu

pengatur suhu tubuh dan suhu

mempertahankan suhu tubuh tetap

ruangan atau temapat tidur yang

normal.

diberi lampu.
d. Hindarkan

bayi

kontak

dengan

d. Kontak dengan lingkungan yang

sumber yang dapat mengakibatkan

lebih rendah dari suhu tubuh bayi

penurunan suhu tubuh.

dapat

mengakibatkan

bayi

kehilangan panas.
e. Jaga lingkungan dan pakaian bayi
tetap kering.

e. Lingkungan
basah

yang

dapat

lembab

dan

menyebabkan

penurunan suhu tubuh.


Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

60

Diagnosa 4
Potensial terjadinya gangguan pola pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan
dengan reflek menghisap lemah.
Tujuan

: Bayi dapat minum ( menetek ibu / perspeen ) sesuai polanya.

Kriteria hasil : - Reflek menghisap baik.


- Dapat menetek ibu dan perspeen ( per botol )
- Tidak ada tanda-tanda dehidrasi.

Intervensi
a. Cuci tangan sebelum dan sesudah

Rasional
a. Mencegah infeksi nosokomial.

melakukan tindakan.
b. Beri minum bayi sesuai kebutuhan.

b. Jumlah minum yang sesuai dengan


kebutuhan bayi akan menghindari
terjadinya kekurangan nutrisi atau
dehidrasi.

c. Latih bayi untuk menetek ibu atau


minum perspeen.

c. Untuk

merangsang

refleks

menghisap, sehingga bayi bisa


minum sendiri tanpa harus dibantu
dengan pemasangan NGT.

d. Timbang bayi secara rutin dengan

d. Deteksi

dini

agar

terjadi

timbangan yang sama dan tempat

penurunan

yang sama.

dehidrasi dapat segera diatasi.

e. Observasi tanda-tanda dehidrasi.

e. Memberikan

berat

bila
badan

rehidrasi

atau
sedini

mungkin.
f. Observasi intake dan output cairan.
g. Kolaborasi untuk pemberian PASI
atau pemasangan NGT.

f. Mencegah

terjadinya

dehidrasi

ataupun overload cairan.


g. Agar

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

pemberian

PASI

sesuai

61

kebutuhan tubuh bayi, dan bila


minum perspeen tidak habis bisa
diberikan lewat NGT.
Diagnosa 5
Potensial terjadinya gangguan integritas kulit atau infeksi berhubungan dengan
tindakan invasif.
Tujuan

: Tidak terjadi kerusakan pada kulit / infeksi.

Kriteria

: - Kulit utuh
- Tidak ada tand-tanda infeksi.

Intervensi

Rasional

a. Cuci tangan sebelum dan sesudah

a. Mencegah infeksi nosokomial.

melakukan tindakan perawatan.


b. Jaga kulit agar tetap kering , ganti

b. Mencegah iritasi, karena benda

popok segera bila basah dan rawat

yang lembab sangat baik untuk

kulit dengan lotion atau bedak.

pertumbuhan kuman.

c. Lakukan tindakan invasif secara


aseptik.
d. Jaga

kesterilan

c. Untuk

mencegah

infeksi

mencegah

infeksi

menghindari

penekanan

nosokomial.
alat-alat

yang

berhubungan dengan pasien.


e. Ubah posisi bayi tiap 2 jam.

d. Untuk
nosokomial.
e. Untuk

yang lama pada kulit, sehingga


sirkulasi berjalan lancar.
f. Lepaskan alat-alat yang menempel
pada tubuh bayi

( plester, alat

f. Untuk menghindari melukai kulit


bayi.

monitoring ) dengan lembut.


g. Pantau kulit bayi setiap mengganti
popok atau pakaian.

g. Deteksi dini terhadap perubahan


yang terjadi pada kulit.

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

62

h. Kolaborasi untuk pemberian terapi.

h. Melaksanakan fungsi dependent.

Diagnosa 6
Cemas pada orang tua berhubungan dengan kondisi penyakit pada anaknya.
Tujuan

: Kecemasan berkurang atau hilang.

Kriteria hasil : - Keluarga tenang dan kooperatif.


- Keluarga dapat beradaptasi dengan lingkungan.
Intervensi

Rasional

a. Kaji tingkat kecemasan keluarga.

a. Untuk mengetahui seberapa tingkat


kecemasan keluarga atau orang tua.

b. Beri

kesempatan

untuk

mengungkapkan perasaannya.

b. Dengan

mendengar

ungkapan

perasaannya akan terbina hubungan


saling

percaya,

sehingga

bisa

mengurangi kecemasan keluarga.


c. Diskusikan

dengan

masalah-masalah
hubungannya
kondisi

pasien

yang
dengan
untuk

keluarga

c. Berdiskusi dengan keluarga pasien

ada

akan tahu maksud dan tujuan

kondisi-

dilakukannya tindakan, sehingga

mencari

keluarga

pemecahan masalahnya.

tidak

cemas

dan

kooperatif.

d. Berikan sedikit kebebasan kepada

d. Mereka dihargai

orang tua untuk memberikan kasih

sebagai orang tua.

hak perannya

sayang kepada anaknya.

E. IMPLEMENTASI
Pada tahap pelaksanaan merupakan ini kegiatannya adalah untuk melakukan asuhan
keperawatan sesuai dengan perencanaan atau bila perlu bisa menyimpang dari
perencanaan semula, tergantung situasi dan kondisi saat itu.
F. EVALUASI

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

63

Asuhan keperawatan dilaksanakan sesuai rencana yang telah disusun. Diperlukan suatu
evaluasi untuk menilai suatu tindakan.
a. Tujuan tercapai ; jika pasien menunjukkan perubahan sesuai dengan standar yang
telah ditentukan.
b. Tujuan tercapai sebagian ; jika pasien menunjukkan perbandingan sebanding dengan
standar dan kriteria yang telah ditetapkan konsultasi dengan dokter.
c. Tujuan tidak tercapai ; jika pasien tidak menunjukkan perubahan dan kemajuan
sama sekali dan bahkan timbul masalah baru.
G. DISCHARGE PLANING ( RENCANA PEMULANGAN )
1. Jelaskan penyebab terjadinya Sepsis.
2. Ajarkan perawatan bayi : mencuci tangan dengan sabun setiap akan memegang bayi.
3. Berikan minum yang cukup.
4. Ajarkan mengenal tanda-tanda terjadinya infeksi dan cara pencegahannya.
5. Jaga suhu tubuh dalam keadaan hangat.
6. Prognosis/ proses penyakit dan program terapi dapat dipahami
7. Jelaskan obat-obatan yang diberikan; efek samping dan kegunaannya.
8. Tekankan untuk melakukan kontrol sesuai waktu yang ditentukan

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

64

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI


BARU LAHIR NORMAL

A. PENGERTIAN
Bayi yang lahir pada umur kehamilan 38 40 minggu dengan keadaan lahir segera
menangis keras dan terjadi permulaan napas, tidak cyanosis, tidak kaku tangan dan kaki.
B. POHON MASALAH
BAYI LAHIR
Sekresi mucus
Air ketuban

Penghisapan
lendir
Jalan nafas
tidak efetif

Jalan nafas
terhambat

Trauma jaringan

Hipoxia

Resiko infeksi

Ventilasi
adekuat

Terpapar dunia
luar

Pemotongan tali
pusat

Perubahan suhu
drastis

Septic aseptic

Pusat pengatur suhu


tubuh belum berfungsi
baik

Resiko infeksi

Hipothermi
Kerusakan Otak

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

65

C. PENGKAJIAN
1. Identitas pasien
2. Keluhan utama
Neonatus lahir aterm, spontan belakang, jenis kelamin , Apgar Skor 8 9
ketuban jernih, BB 3500 gr, Panjang Badan 51 cm, lingkar kepala 36 cm, linkar
dada 35 cm, anus ada, cacat tidak ada, cephal hematom.
3. Penyakit sekarang
Neonatus lahir aterm, spontan belakang, jenis kelamin , Apgar Skor 8 9
ketuban jernih, BB 3500 gr, Panjang Badan 51 cm, lingkar kepala 36 cm, linkar
dada 35 cm, anus ada, cacat tidak ada, cephal hematom.
4. Riwayat dahulu
5. Penyakit keluarga
a. Apakah keluarga memiliki penyakit hipertensi.
b. Apakah keluarga mempunyai Diabetes Melitus.
6. Riwayat persalinan
a. Lahir spontan belakang tanpa menggunakan alat.
b. Lahir Vacum Extraksi menggunakan alat forsep
c. Lahir Sectio Caesaria melalui operasi ( pembedahan )
7. Pemeriksaan penunjang
D. DIAGNOSA DAN INTERVENSI
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi mukus / adanya lendir dan
air ketuban.
2. Potensial Hipotermi berhubungan dengan keadaan terbuka setelah lahir.
3. Potensial infeksi berhubungan dengan kondisi bayi masih rentan terhadap
infeksi.

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

66

INTERVENSI
Diagnosa 1 :
Jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi mukus / adanya lendir dan air
ketuban.
Tujuan : Jalan nafas tidak tersumbat, sehingga bayi dapat bernafas dengan baik.
Kriteria hasil : - RR 40 60 kali permenit.
- Sekret tidak ada.
- Bayi tampak bernafas dengan baik
- Tidak sianosis
Intervensi
a. Pertahankan
trendelenberg

Rasional

posisi

bayi

setelah

bayi

slym

dengan

a. Posisi

trendelenberg

dapat

memperlancar keluarnya sekresi.

dirapikan.
b. Isap

lendir

b. Pengeluaran lendir akan mencegah

menggunakan suction.

aspirasi yang lebih dalam dan


membersihkan jalan nafas.

c. Pertahankan posisi bayi miring.

c. Posisi miring membantu mencegah


aspirasi mukus / lendir.

d. Observasi pernafasan : frekuensi,

d. Penemuan

suara nafas yang tidak normal,


pernafasan

cuping

hidung

dan

yang

tanda-tanda

abnormal

mengambil

respirasi

dapat

segera

tindakan-tindakan

untuk mencegah komplikasi.

retraksi ICS.
Diagnosa 2

Potensial Hipotermi berhubungan dengan keadaan terbuka setelah lahir


Tujuan : Membuat suhu tubuh bayi dalam batas normal dan stabil.
Kriteria hasil : - Suhu rectal 36,5 OC 37,5OC
- Acral hangat
Intervensi
a. Keringkan

badan

Rasional
bayi

segera

a. Pengeringan bayi secepat mungkin

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

67

setelah lahir.

akan mengurangi kehilangan panas


secara evaporasi.

b. Tempatkan bayi dibawah infant

b. Supaya

warmer.

bayi

tetap

hangat

dan

mencegah bayi kedinginan.

c. Monitor temperatur bayi.

c. Penemuan

sedini

mendeteksi

mungkin

hipotermi

dan
dapat

mencegah komplikasi.
d. Tutup kepala bayi dengan tutup

d. Kepala merupakan bagian terbesar

kepala.

dari permukaan tubuh bayi yang


terbuka.

Diagnosa 3
Potensial infeksi berhubungan dengan kondisi bayi masih rentan terhadap infeksi
Tujuan

: Tidak terjadi infeksi nosokomial selama di rumah sakit.

Intervensi

Rasional

a. Gunakan pakaian khusus ( Scort,

a. Mencegah infeksi melalui pakaian

masker ) selama di ruangan bayi.

karena bayi masih rentan terhadap


infeksi.

b. Cuci tangan sebelum dan sesudah


merawat bayi.
c. Jangan berjaga di ruang bayi jika

b. Mencegah infeksi nosokomial atau


infeksi silang diantara bayi.
c. Dapat menular ke bayi.

perawat ada gejala sakit / menular.


d. Rawat tali pusat secara aseptik.

d. Tali pusat merupakan jalan / pintu


masuknya kuman / infeksi.

e. Observasi tanda-tanda infeksi baik


pada tali pusat maupun luka lain.
f. Cek / pantau tanda-tanda infeksi
pada kulit ( rash, vesikel, lesi ).

e. Untuk mengetahui sedini mungkin


adanya tanda-tanda infeksi.
f. Kulit bayi sensitif dan mudah
terkena infeksi.

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

68

g. Lakukan pencegahan pada mata

g. Obat tetes mata / zalf mata dapat

dengan tetes mata / zalf mata.

mencegah konjungtivitis neonatal.

E. IMPLEMENTASI
Pada tahap pelaksanaan ini kegiatannya adalah melakukan asuhan keperawatan sesuai
dengan perencanaan atau bila perlu bisa menyimpang dari perencanaan semula,
tergantung situasi dan kondisi saat itu.
F. EVALUASI
Asuhan keperawatan dilaksanakan sesuai rencana yang telah disusun. Diperlukan suatu
evaluasi untuk menilai suatu tindakan.
a. Tujuan tercapai ; jika pasien menunjukkan perubahan sesuai dengan standar yang
telah ditentukan.
b. Tujuan tercapai sebagian ; jika pasien menunjukkan perbandingan sebanding dengan
standar dan kriteria yang telah ditetapkan konsultasi dengan dokter.
c. Tujuan tidak tercapai ; jika pasien tidak menunjukkan perubahan dan kemajuan
sama sekali dan bahkan timbul masalah baru.
G. DISCHARGE PLANING ( RENCANA PEMULANGAN )
1. Jaga suhu tubuh dalam keadaan hangat.
2. Ajarkan perawatan bayi : cara merawat tali pusat, cara memandikan bayi,
untuk menjemur di sinar matahari 1 jam pada jam 06.00 07.00 pagi, baju terbuka
dengan ditutup pada mata dan alat kelamin, berikan minum cukup selama di jemur
dan sesudah dijemur.
3. Ajarkan tehnik menyusui yang benar.
4. Ajarkan mengenal tanda-tanda terjadinya hiperbilirubin : malas minum dan tidur
terus, kulit kuning.
5. Tekankan untuk melakukan kontrol sesuai waktu yang ditentukan

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

69

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI DENGAN


HIPERBILIRUBIN ( ICTERUS NEONATORUM )
A. PENGERTIAN
Hiperbilirubin adalah meningkatnya kadar bilirubin dalam darah bayi yang kadar
nilainya lebih dari normal / lebih dari 15 mg%.
Icterus neonatorum adalah keadaan ikterus yang terjadi pada bayi baru lahir dimana
kadar bilirubin di dalam jaringan ekstravaskuler meningkat, sehingga kulit, konjungtiva,
mukosa dan alat tubuh lainnya berwarna kuning.
Icterus neonatorum dibagi menjadi dua :
1. Icterus Fisiologi.
2. Ikterus patologis.
ICTERUS FISIOLOGI
Warna kuning akan timbul pada hari ke 2 atau ke 3 dan tampak jelas pada hari ke 5 6
dan menghilang pada hari ke 10. Bayi tampak biasa, minum baik, berat badan naik
biasa. Kadar bilirubin serum pada bayi cukup bulan tidak lebih dari 12 mg/dl dan pada
BBLR 10 mg/dl dan akan hilang pada hari ke 14.
Penyebab ikterus fisiologis diantaranya karena kurang protein Y dan Z, enzim
glukoronyl transferase yang belum cukup jumlahnya.
ICTERUS PATOLOGIS
1. Icterus timbul dalam 24 jam pertama kehidupan; serum bilirubin total lebih dari 12
mg/dl.
2. Peningkatan kadar bilirubin 5 mg% atau lebih dalam 24 jam .
3. Konsentrasi bilirubin serum melebihi 10 mg% pada bayi kurang bulan (BBLR) dan
12,5 mg% pada bayi cukup bulan.

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

70

4. Ikterus yang disertai proses hemolisis ( inkontabilitas darah, defisiensi enzim G6PD
dan sepsis ).
5. Bilirubin direk lebih dari 1mg/dl, atau kenaikan bilirubin serum 1mg/dl/jam atau
lebih 5mg / dl / hari.
6. Ikterus menetap sesudah bayi umur 10 hari ( bayi cukup bulan ) dan lebih dari 14
hari pada bayi baru lahir BBLR.
B. POHON MASALAH
Destruksi
Protein plasma

Bilirubin

Akumulasi
Kejaringan

Globin

Joundice

Sel Darah Merah

Pemecahan sel darah


merah

Hemoglobin

Unkonjugasi bilirubin

Iron

Konyugasi dari hati

Ikhterus

Heme

enzim glucoronil
transferase

- Unkonyugasi bilirubin
- Glukoronic acid

Perekatan
bilirubin indirek
pada otak

Konyugasi bilirubin
Glukoronicle
Kerusakan Otak

Empedu
Ekskresi

Penyuatuan bilirubin, urobilinogen & sterkobilin

Bilirubin
menurun
dalam feses

Urobilinogen
menurun
dalam urine

Resiko injury
Ekresi (warna) pada feses
dan urine.
Foto Terapi

Sinar lampu

Terpapar radiasi

Mata tidak
ditutup

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

Hospitalisasi

71

Suhu

Kemerahan

IWL

Gg. Integritas
kulit

Dehidrasi

Gg retina

Resiko injury
mata

Tanda & gejala :


Mata berputar
Ikhterus berat
Sianosis
Opistotomi
Kejang

Resiko kurangnya
volume cairan

Kurang Pengetahuan

Cemas

Tidak mau menghi sap.


Tidak mau minum
Muntah, lethargi
Reflek moro

Resti nutrisi
kurang dari
kebutuhan

C. PENGKAJIAN
1. Identitas pasien.
2. Keluhan utama.
a. Pasien icterus hari ke 3 di seluruh tubuh.
b. Kadar pemeriksaan laborat kadar bilirubin meningkat.
c. Pasien malas minum.
d. Tanyakan berapa lama jaundice muncul dan sejak kapan.
e. Apakah bayi ada demam.
f. Bagaimana kebutuhan pola minum.
3. Riwayat penyakit sekarang.
a. Sejak kapan pasien kelihatan kuning.
b. Kapan test darah dilakukan.
4. Riwayat imunisasi.
a. Apakah ibu pernah mendapat vaksin hepatitis ?
5. Riwayat keluarga.
a. Adakah keluarga yang menderita hepatitis ?
6. Riwayat kehamilan
a. Prenatal

: penyakit yang diderita ibu selama hamil.

b. Natal

: * Proses persalinan secara spontan, SC, VE.

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

72

* Apakah bayi aterm, prematur.


c. Post natal

: * Apgar Score.
* Reflek hamer.
*

Ekstremitas.

7. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan.


8. Pemeriksaan fisik.
Inspeksi, warna pada sklera, konjungtiva, membran mukosa mulut, kulit, urine dan
tinja.
9. Pemeriksaan laborat : bilirubin menunjukkan adanya peningkatan.
D. DIAGNOSA DAN INTERVENSI
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Risiko injuri berhubungan dengan peningkatan serum bilirubin sekunder dari
pemecahan sel darah merah dan gangguan ekskresi bilirubin.
2. Risiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan hilangnya air ( IWL ) tanpa
disadari sekunder dari fototherapi.
3. Risiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan fototherapi.
4. Kecemasan orang tua berhubungan dengan kondisi bayi dan gangguan bonding.
5. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya pengalaman orang tua.
6. Risiko injuri pada mata berhubungan dengan fototheraphy.
INTERVENSI
Risiko injuri berhubungan dengan peningkatan serum bilirubin sekunder dari
pemecahan sel darah merah dan gangguan ekskresi bilirubin.
Tujuan

: Bayi terbebas dari injuri.

Kriteria hasil : * Kadar serum bilirubin menurun.


* Tidak ada jaundice.
* Refleks moro normal.
* Tidak terdapat sepsis.
* Reflek hisap dan menelan baik.

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

73

Intervensi

Rasional

a. Monitor Hb, Hct, hiperbilirubin tiap a. Deteksi dini perubahan bilirubin.


1 4 jam dan catat.

b. Membantu

b. Berikan fisioterapi sesuai program.


c. Antisipasi

kebutuhan

menurunkan

kadar

bilirubin.

transfusi c. Menurunkan kadar bilirubin dalam

tukar.

waktu cepat.

Risiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan hilangnya air ( IWL ) tanpa
disadari sekunder dari fototherapi.
Tujuan

: Bayi tidak menunjukkan tanda-tanda dehidrasi.

Kriteria hasil : * Pengeluaran urine kurang dari 1 3 cc/kgBB/jam.


* Membran mukosa normal.
* Ubun-ubun tidak cekung.
* Temperatur dalam batas normal.
Intervensi

Rasional

a. Pertahankan intake cairan adekuat.


b. Berikan minum sesuai jadwal.
c. Monitor intake dan output.
d. Berikan terapi infus sesuai program

a. Menjamin

keseimbangan

tubuh.
b. Mempertahankan kebutuhan cairan
dalam tubuh.

bila temperatur naik, konsentrasi c. Deteksi


urine meningkatnya, dan cairan
yang hilang berlebihan.
e. Kaji
membran

tanda-tanda

dini

adanya

ketidakseimbangan cairan tubuh.


d. Suplay

dehidrasi;

cairan

cairan

yang

cukup

mencegah hilangnya cairan tubuh.

mukosa,

ubun-ubun, e. Deteksi

turgor kulit dan mata.

hidrasi.

dini

perubahan

status

f. Monitor temperatur setiap 2 jam.


f. Deteksi perubahan suhu tubuh.
Risiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan fototherapi.

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

74

Tujuan

: Bayi tidak menunjukkan adanya iritasi pada kulit.

Kriteria hasil

: * Tidak terdapat rash


* Tidak ada ruam makuler eritematosa.

Intervensi

Rasional

a. Inspeksi kulit setiap 4 jam.

a. Deteksi dini adanya perubahan.

b. Gunakan lotion bayi.

b. Melembabkan

c. Ubah posisi bayi dengan sering


( setiap 4 jam sekali )

kulit

bayi

dan

mengurangi alergi kulit bayi.


c. Mengurangi penekanan pada kulit.

d. Gunakan pelindung daerah genital.

d. Memberi perlindungan area genital.

e. Gunakan pengalas yang lembut.

e. Memberikan rasa nyaman pada bayi.

Kecemasan orang tua berhubungan dengan kondisi bayi dan gangguan bonding.
Tujuan

: Orang tua tidak tampak cemas.

Kriteria hasil

: * Orang tua mengekspresikan perasaan


* Perhatian pada bayi
* Berpartisipasi aktif dalam perawatan bayi.

Intervensi

Rasional

a. Pertahankan kontak orang tua dan a. Menjalin kasih sayang dan tali
bayi.

kasih orang tua dan bayi.

b. Jelaskan kondisi bayi, perawatan dan b. Orang


pengobatannya.

tua

mengerti

dan

memahami keadaan bayi.

c. Ajarkan orang tua

mengekspresikan c. Dapat mengurangi beban &

perasaan, dengarkan rasa takutnya dan

memberi rasa tenang pada orang

perhatian orang tua.

tua.

Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya pengalaman orang tua.


Tujuan

: Orang tua memahami kondisi bayi dan alasan pengobatan.

Kriteria hasil

: * Berpartisipasi dalam perawatan bayi.

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

75

* Mengerti dan berpartisipasi dalam pemberian minum dan


mengganti popok.
Intervensi

Rasional

a. Ajak orang tua untuk diskusi a. Pengertian


dengan

menjelaskan

tentang

yang

cukup

akan

membuat orang tua tenang.

fisiologis, alasan perawatan dan b. Menjalin kedekatan orang tua dan


pengobatan.

bayi.

b. Libatkan dan ajarkan orang tua c. Pengetahuan orang tua yang cukup
dalam perawatan bayi.

akan membantu pengenalan keadaan

c. Jelaskan komplikasi dan mengenal

yang buruk pada bayi.

tanda dan gejala; lethargi, kekakuan


otot, menangis terus, kejang dan
tangisan yang melengking.
Risiko injuri pada mata berhubungan dengan fototheraphy.
Tujuan

: Bayi tidak mengalami injuri pada mata.

Kriteria hasil

: Tidak ada konjungtivitis.

Intervensi
a. Gunakan

Rasional
pelindung

mata

saat a. Melindungi mata dari injuri.

fothotheraphy.

b. Untuk

b. Pastikan mata tertutup, hindari


penekanan

pada

berlebihan

mata

karena

yang

melindungi

kornea

dari

goresan, jika bayi dapat membuka


mata.

dapat

menimbulkan jejas pada mata.


E. IMPLEMENTASI
Pada tahap pelaksanaan ini kegiatannya adalah melakukan asuhan keperawatan sesuai
dengan perencanaan atau bila perlu bisa menyimpang dari perencanaan semula,
tergantung situasi dan kondisi saat itu.

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

76

F. EVALUASI
Asuhan keperawatan dilaksanakan sesuai rencana yang telah disusun. Diperlukan suatu
evaluasi untuk menilai suatu tindakan.
a. Tujuan tercapai ; jika pasien menunjukkan perubahan sesuai dengan standar yang
telah ditentukan.
b. Tujuan tercapai sebagian ; jika pasien menunjukkan perbandingan sebanding dengan
standar dan kriteria yang telah ditetapkan konsultasi dengan dokter.
c. Tujuan tidak tercapai ; jika pasien tidak menunjukkan perubahan dan kemajuan
sama sekali dan bahkan timbul masalah baru.
G. DISCHARGE PLANING ( RENCANA PEMULANGAN )
1. Jelaskan penyebab terjadinya Hiperbilirubin.
2. Ajarkan untuk mengenal komplikasi hiperbilirubin.
3. Ajarkan perawatan bayi : untuk menjemur di sinar matahari 1 jam pada jam 06.00
07.00 pagi, baju terbuka dengan ditutup pada mata dan alat kelamin.
4. Berikan minum cukup selama di jemur dan sesudah dijemur.
5. Ajarkan mengenal tanda-tanda terjadinya hiperbilirubin : malas minum dan tidur
terus, kulit kuning.
6. Jelaskan obat-obatan yang diberikan; efek samping dan kegunaannya.
7. Tekankan untuk kontrol sesuai waktu yang ditentukan.

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

77

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI DENGAN HIPOGLIKEMI


A. PENGERTIAN
Hipoglikemi adalah penurunan kadar glukosa darah
-

Kurang dari 45 mg/dl pada bayi/anak dengan atau tanpa gejala.

Kurang dari 35 mg/dl pada neonatus aterm 72 jam pertama.

Kurang dari 25 mg/dl pada bayi prematur dan BBLR pada minggu pertama
kehidupan.

B. POHON MASALAH
Hipermetabolisme

Sepsis

Intra uterin
malnutrisi

Diabetes mellitus pada orang tua


/ keluarga

Pemakaian parenteral nutrition

Kadar
glukaosa
darah
kurang

Enteral feeding
Pemakaian Corticosteroid therapi

Disfungsi

Ibu yang memakai atau ketergantungan


narkotika

H
I
P
O
G
L
I
K
E
M
I

pankreas

Kanker pada keluarga

Ggn
metabolism
e muskuler
Keterbatasan
gerak dan
aktivitas

Gg saraf otonom

Potensial komplikasi
b/d kadar glukosa

Banyak keringat

Potensial Ggn
Keseimbangan

cairan
dan
Potensial terjadi
hipotermi

Daya tahan
turun

plasma yang rendah


seperti,

gangguan

mental,

gangguan

perkembangan otak,
gangguan

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

Potensial
infeksi

fungsi

78

C. PENGKAJIAN
1. Identitas pasien, nama orang tua, diagnosa medis, register, umur, berat badan.
2. Keluhan utama; malas minum, lemah, penurunan kesadaran, hipotermi, kejang,
apnea, cyanosis.
3. Riwayat kehamilan dan kelahiran.
a. Prenatal
Kebiasaan dan kegiatan ibu saat hamil; merokok, pecandu obat terlarang,
suka minum minuman beralkohol, toxemia, ibu penderita DM ?
b. Natal
Umur kehamilan, berat badan waktu lahir, gemelli atau tidak.
c. Post natal
Apgar score, apakah sepsis, asfiksi, toxemia / tidak.
4. Pemeriksaan fisik; cyanosis, pernafasan ireguler, apatis, lemah, keringat dingin,
tachipnea, tachicardi, tidak mau minum, hipotermia.
5. Pemeriksaan penunjang : Laborat Dextrosik.
D. DIAGNOSA DAN INTERVENSI
1. Potensial terjadi cedera ( kerusakan otak dan kematian ) berhubungan dengan

insufisiensi glukosa.
2. Potensial terjadinya trauma yang berhubungan dengan gangguan tingkat

kesadaran dan kejang yang diakibatkan oleh hipoglikemi.


3. Potensial komplikasi berhubungan dengan kadar glukosa plasma yang rendah seperti,
gangguan mental, gangguan perkembangan otak, gangguan fungsi saraf otonom, koma
hipoglikemi
4. Potensial terjadi infeksi berhubungan dengan penurunan daya tahan tubuh
Rencana tindakan:
5. Potensial Ggn Keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan peningkatan
pengeluaran keringat
6. Keterbatasan gerak dan aktivitas berhubungan dengan hipoglikemi pada otot

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

79

INTERVENSI
Potensial terjadi cedera ( kerusakan otak dan kematian ) berhubungan dengan
insufisiensi glukosa.
Tujuan : Tidak terjadi kerusakan otok dan kematian dala 30.
Kriteria

: Tidak ada tanda-tanda hipoglikemi, glukosa darah > 45 mg/dl.


Intervensi

a.

Rasional

Periksa kadar glukosa darah secara a. Untuk ketepatan tindakan dan terapi.
akurat.

b.

b. Untuk memenuhi kebutuhan glukosa


Kolaborasi dengan tim medis dalam

pemberian

glukosa

secara

intravenous

ataupun perspeen.
c.

Tentukan

faktor-faktor

predisposisi

misalnya :

maka

dapat

dilakukan

pencegahannya.
d. Untuk bisa memberikan tindakan

Masukan

makanan

berkurang

dari

kebutuhan tubuh.
Suhu lingkungan yang terlalu dingin.

Oksigenasi yang kurang.

Stres, dll.
Lakukan

yang tepat.
e. Untuk

d.

tubuh.
c. Bila diketahui faktor predisposisi,

pada penderita beresiko tinggi hipoglikemi,


-

yang digunakan dalam metabolisme

perbaikan

mengetahui

respon

pengobatan.

faktor-faktor

predisposisi
-

Berikan

makanan

sesuai

dengan

kebutuhan tubuh.
-

Jaga

agar

penderita

selalu

hangat,

pemberian selimut, ganti popok bila


basah.
-

Pemberaian oksigen yang tepat.

Obat-obatan yang diberikan harus sesuai


dengan dosis dan waktu yang tepat.

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

80

e.

Pantau

status

neurologis

dan

kardiovaskuler setiap 30 sampai bereaksi


sempurna.

Potensial terjadinya trauma yang berhubungan dengan gangguan tingkat


kesadaran dan kejang yang diakibatkan oleh hipoglikemi.
Tujuan : tidak terjadi trauma.
Kriteria : gula darah dalam batas normal.

Intervensi

Rasional

a. Tempatkan bayi pada box yang a.


disertai pengaman.
b. Bila bayi kejang, beri tonge spatel.

Untuk melindungi bayi dari cedera


/ trauma.

b.

Pemberian tonge spatel bertujuan


mencegah perlukaan di daerah
rongga mulut.

c. Observasi kesadaran dan vital sign.

c.

Untuk mengetahui respon terhadap


pengobatan yang diberikan.

d.
d. Berikan penjelasan kepada keluarga
tentang keadaan dan tindakan yang

Dengan

penjelasan

diharapkan

keluarga penderita mengerti dan


kooperatif.

akan dilakukan.
Potensial komplikasi berhubungan dengan kadar glukosa plasma yang rendah seperti,
gangguan mental, gangguan perkembangan otak, gangguan fungsi saraf otonom, koma
hipoglikemi

Tujuan

: Komplikasi tidak terjadi.

Kriteria hasil :

Glukosa darah normal.

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

81

Tidak terjadi komplikasi

Intervensi

Rasional

a. Cek serum glukosa sebelum dan

a.

setelah makan

Untuk

mengetahui

tingkat

kenaikan glokosa darah setelah


makan.

b. Monitor

kadar

glukosa,

pucat,

b.

keringat dingin, kulit yang lembab.


c. Monitor vital sign
d. Monitor kesadaran.

Deteksi

dini

terjadinya

hipoglikemi.
c.

Deteksi dini terhadap kelainan.

d.

Deteksi

dini

terjadinya

shock

hipoglikemi.
e. Monitor tanda gugup, irritabilitas

e.

Deteksi dini tehadap kelainan.

f.

f.

Memenuhi

Lakukan

pemberian

susu

manis

kondisi

glukosa

dalam darah.

peroral 20 cc X 12
g. Analisis

kebutuhan

lingkungan

yang

berpotensi menimbulkan hipoglikemi.

g.

Mencegah terjadinya hipoglikemi.

h.

BB

h. Cek BB setiap hari

merupakan

indicator

terjadinya glikolisis dari lemak


dan otot.

i.

Cek tanda-tanda infeksi

j.

Hindari terjadinya hipoterm.

k. Lakukan kolaborasi pemberian Dex 10

i.

Deteksi dini terhadap kelainan.

j.

Hipotermi merupakan salah satu


tanda terjadinya hipoglikemi.

k.

kebutuhan

glukosa

darah.

% IV
l.

Memenuhi

Lakukan kolaborasi pemberian O2 1 lt

l.

Mencegah terjadinya Hipoxia.

2 lt /menit

Potensial terjadi infeksi berhubungan dengan penurunan daya tahan tubuh


Tujuan

: Tidak terjadi infeksi

Kriteria hasil :

Tidak ada tanda tanda infeksi

Tidak terjadi komplikasi

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

82

Intervensi
a. Lakukan prosedur perawatan tangan

Rasional
a. Mencegah

sebelum dan setelah tindakan


b. Pastikan setiap benda yang dipakai

terjadinya

infeksi

terjadinya

infeksi

nosokomial.
b. Mencegah

kontak dengan bayi dalam keadaan

nosokomial.

bersih atau steril


c. Cegah kontak dengan petugas atau

c. Mencegah penularan penyakit.

pihak lain yang menderita infeksi


saluran nafas.
d. Perhatikan kondisi feces bayi

d. Bayi yang terinfeksi penyakit salah


sqatu

e. Anjurkan keluarga agar mengikuti


Berikan antibiotik sebagai profolaksis

yang

ditunjukkan

adalah diare.

prosedur septik aseptik.


f.

gejala

e. Mencegah terjadinya penularan.

sesuai dengan order.


g. Lakukan pemeriksaan DL, UL, FL

f. Pemeriksaan penunjang

secara teratur.

Potensial Gangguan Keseimbangan cairan dan elektrolit s.e peningkatan


pengeluaran keringat
Tujuan

: Tidak terjadi gangguan keseimbanan cairan

Kriteria hasil :

Tidak ada tanda tanda terjadinya kekurangan cairan.

Tidak terjadi komplikasi

Intervensi

Rasional

a. Cek intake dan output

a. Observasi keseimbangan cairan.

b. Berikan cairan sesuai dengan

b. Memenuhi kebutuhan intake bayi

kebutuhan bayi /kg BB/24 jam


c. Cek turgor kulit bayi

c. Deteksi dini tanda tanda dehidrasi


d. Deteksi dini penurunan intake yang

d. Kaji intoleransi minum bayi

e. Jika mengisap sudah baik anjurkan

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

kurang dari kebutuhan.

83

pemberian ASI.

e. Memenuhi kebutuhan intake bayi.

Keterbatasan gerak dan aktivitas berhubungan dengan hipoglikemi pada otot


Tujuan
: Mampu beraktifitas dengan baik
Kriteria hasil :

Tidak ada tanda tanda terjadinya gangguan aktifitas.

Aktifitas normal

Intervensi
a. Bantu pemenuhan kebutuhan seharihari

Rasional
a. Kebutuhan dasar terpenuhi.
b. Fisiotherapi

b. Lakukan fisiotherapi
c. Ganti pakaian bayi secara teratur dan

akan

meningkatkan

kemampuan tonus otot.


c. Mencegah terjadinya ruam kulit

atau jika kotor dan basah.

E. IMPLEMENTASI
Pada tahap pelaksanaan ini kegiatannya adalah melakukan asuhan keperawatan
sesuai dengan perencanaan atau bila perlu bisa menyimpang dari perencanaan
semula, tergantung situasi dan kondisi saat itu.
F. EVALUASI
Asuhan keperawatan dilaksanakan sesuai rencana yang telah disusun. Diperlukan
suatu evaluasi untuk menilai keberhasilan suatu tindakan. Ada beberapa kriteria
dalam mengevaluasi keberhasilan asuhan keperawata, yaitu
1. Tujuan tercapai ; jika pasien menunjukkan perubahan sesuai dengan standar
yang telah ditentukan.
2. Tujuan tercapai sebagian ; jika pasien menunjukkan perbandingan sebanding
dengan standar dan kriteria yang telah ditetapkan konsultasi dengan dokter.
3. Tujuan tidak tercapai ; jika pasien tidak menunjukkan perubahan dan kemajuan
sama sekali dan bahkan timbul masalah baru.
G. DISCHARGE PLANING ( RENCANA PEMULANGAN )

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

84

1. Jelaskan penyebab terjadinya hipoglikemi.


2. Ajarkan untuk mengenal komplikasi hipoglikemi
3. Ajarkan untuk mencegah hipoglikemi dan ajarkan tentang standar pencegahan
4. Ajarkan perawatan bayi : pemberian minuman dan makanan sesuai dengan
kebutuhan tumbangnya.
5. Ajarkan mengenal tanda-tanda terjadinya hipoglikemi : keringat dingin,
hipothermia, gelisah.
6. Jelaskan obat-obatan yang diberikan; efek samping dan kegunaannya.
7. Tekankan untuk kontrol sesuai waktu yang ditentukan.

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

85

II. SAK BEDAH

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

86

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN CARSINOMA


MAMMAE
A. PENGERTIAN
Tumor ganas payudara ( carcinoma mammae ) adalah keganasan dari parenkim, stroma,
areola dan papilla mamma ( termasuk tumor filodes malign, tidak termasuk dari kulit
payudara ) (Pedoman diagnose dan terapi, RS. Dr. Sutomo, 2008)
B. POHON MASALAH
Faktor predisposisi dan resiko tinggi
Hiper plasia pada sel mammae

Mendesak
jaringan sekitar

Mendesak
Sel syaraf

Mendesak
Pembuluh darah

Interupsi sel saraf sel


Mensuplai nutrisi
ke jaringan ca

Menekan jaringan
pada mammae

Aliran darah
terhambat

nyeri

Peningkatan
konsistensi
mammae
Hipermetabolis ke
jaringan

Suplai nutrisi
jaringan lain
Berat badan turun

Mammae
membengkak
Massa tumor
mendesak ke
jaringan luar

Perfusi jaringan
Nutrisi kurang dari
terganggu
kebutuhan
Infiltrasi pleura
Ulkus
parietale
Expansi paru
menurun

hipoxia
Necrose
jaringan

Ukuran
mammae
abnormal

Mammae
asimetrik

Gg body
image

Bakteri Patogen
Kurang
pengetahuan

Infeksi

cemas

Gg integritas kulit/
jaringan

Gg pola nafas
Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

87

C. PENGKAJIAN
1. Identitas.
2. Keluhan Utama
a) Mungkin tidak ada.
b) Perdarahan dari ulkus
c) Erosi puting susu.
d) Perdarahan / keluar cairan dari puting susu
e) Nyeri pada payudara.
3. Riwayat penyakit sekarang :
Kanker payudara tumbuh lokal ditempat semula, lalu selang waktu menyebar
melalui saluran limfe ke kelenjar regional axial atau mamaria interna. Dapat pula
menyebar melalui aliran darah ( penyebaran sistemik ) ke organ vital lain seperti
paru-paru, tulang, hati dan kulit.
4. Riwayat penyakit dahulu
Apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama ( kanker
mamma ).
5. Pola persepsi pemeliharaan kesehatan.
a. Pola nutrisi dan metabolisme
Penurunan nafsu makan karena mual, muntah.
b. Pola aktifitas dan latihan.
Apakah pasien pekerja pada pabrik bahan kimia dan radioaktif.
c. Pola berfikir dan persepsi.
Pasien merasa rendah diri, enggan bergaul dan malu atau enggan berinteraksi
dengan pasien lain, sering melamun.
6. Pemeriksaan fisik.
a) Tanda-tanda vital :
Suhu tubuh dalam batas normal( 36 37 C )
RR DBH
Tensi dalam batas normal

( 110/70 120/70 mm Hg )

Nadi DBH

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

88

b) Mata
Di dapatkan anemia bila terjadi perdarahan terus menerus.
c) Dada
Di dapatkan adanya kelainan pada bentuk payudara.
Nyeri pada payudara, bentuk tidak teratur, batas tidak jelas.
d) Ekstremitas atas dan bawah
Terdapat eritema kulit, peaud orange,

retraksi kulit / papil, mobilitas

terbatas, nodul satelit.


7. Pemeriksaan laboratorium.
a. Rutin : darah lengkap, urine.
b. Gula darah : puasa 2 jam PP
c. Enzim : alkali fosfatase, LDH
d. Petanda tumor : CEA, MC Am AFP
e. Hormon Reseptor : ER, PR
f. Kalau perlu : aktifitas estrogen / vagnal smear.
8. Pemeriksaan penunjang.
a. Pemeriksaan sitologi :
a) FNA dan tumor
b) Cairan pleura
c) Cairan kista
d) Sekret puting susu
b. Pemeriksaan radiologis :
a) Mammografi / USG mamma
b) X - Foto thorax
c) Kalau perlu :
Galaktografi
Tulang-tulang
USG abdomen
Bone scan

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

89

CT scan
D. DIAGNOSA
DIAGNOSA KEPERAWATAN PRE DAN POST OPERASI

1.

Ansietas berhubungan dengan rencana akan dilakukan mastektomi.

2.

Nyeri berhubungan dengan adanya regangan dari jaringan payudara.

3.

Nyeri berhubungan dengan terputusnya continuitas jaringan.

4.

Gangguan Body Image berhubungan dengan terjadi kehilangan payudara.

5.

Resiko terjadi infeksi berhubungan dengan terjadi luka operasi.

6.

Gangguan integritas kulit / jaringan berhubungan dengan perubahan sirkulasi,


adanya edema, destruksi jaringan.

7.

Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan efek kemotherapi.

DIAGNOSA KEPERAWATAN PRE OPERASI


Ansietas berhubungan dengan rencana dilakukan mastektomi yang ditandai dengan
pasien terlihat sedih dan melamun.
Tujuan

: Ansietas ( cemas ) berkurang sampai dengan hilang.

Kriteria hasil : -

Ekspresi wajah rilex

Rasa sedih dan takut berkurang

Dapat mengungkapkan prosedur dan proses penyakitnya.

INTERVENSI

RASIONAL

a. Ciptakan hubungan saling percaya a. Kepercayaan


dan terbuka.

langkah

pasien

yang

merupakan

penting

untuk

membina hubungan yang baik dan


adekuat.
b. Berikan kesempatan pasien dan b. Akan
mempermudah
demi
keluarga mengungkapkan perasaan,
pemecahan masalah yang dirasakan.
lakukan kontak sering, berikan
suasana

ketenangan

dan

rileks,

tunjukkan sikap yang tidak menilai

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

90

dan mendengar penuh perhatian,


dorong diskusi tentang carsinoma
dan pengalaman orang lain
c. Beritahu cara-cara untuk mengu c. Pasien dapat mencoba melakukan
sendiri usaha untuk mengurangi
rangi ketegangan ( relaxasi ).
ketegangan.
lingkungan
dapat
d. Pertahankan lingkungan yang aman d. Keadaan
membantu pasien demi mengurangi
dan tenang.
ketegangan.
e. Observasi vital sign.

e. Mendeteksi secara dini dan untuk


mengamati adanya pernafasan yang
non regular dan nadi yang cepat.

Nyeri berhubungan dengan adanya regangan dan jaringan payudara yang


ditandai dengan pasien mengeluh nyeri pada payudara dan wajah tampak
menyeringai.
Tujuan

: Rasa nyeri teratasi.

Kriteria hasil :

- Pasien tidak nyeri.


- Ekspresi wajah rilex

INTERVENSI

RASIONAL

a. Berikan penjelasan kepada pasien a. Pasien dan keluarga dapat kooperatif


dan

keluarga

terjadinya nyeri.

tentang

proses

dalam tindakan perawatan yang


dilakukan.

b. Ciptakan suasana yang nyaman dan b. Adanya stimulus yang kuat dari luar
tenang.

akan meningkatkan intensitas nyeri.

c. Kaji karakteristik nyeri dan catat c. Respon

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

terhadap

nyeri

dan

91

keluhan verbal dan non verbal.

perubahan

tingkah

laku

dapat

menggambarkan intensitas nyeri.


d. Bantu pasien untuk posisi yang d. Bisa merelaksasi jaringan dan rasa
nyeri bisa berkurang.
nyaman serta tindakan yang dapat
memberi

kenyamanan

seperti

masase punggung,
e. Ajarkan

dan

anjurkan

melakukan latihan relaxasi.

untuk e. Relaksasi akan mengurangi rasa


nyeri.
f. Perubahan peningkatan suhu, nadi

f. Observasi vital sign.

dapat

menunjukkan

peningkatan

intensitas nyeri.
g. Kolaborasi dengan tim medik untuk g. Analgesik dapat mengurangi rasa
nyeri.
pemberian obat analgesik.
Diagnosa keperawatan post operasi :
Nyeri berhubungan dengan terputusnya continuitas jaringan yang ditandai dengan
pasien mengeluh kesakitan bila menggerakkan lengan, wajah tampak menyeringai,
nyeri operasi.
Tujuan

: Nyeri berkurang atau sampai dengan hilang.

Kriteria hasil : -

Pasien tidak kesakitan.

- Wajah pasien rilex, tidak tegang.


- Pasien bisa menggerakkan lengan dengan leluasa tanpa adanya rasa
sakit.

INTERVENSI

RASIONAL

a. Berikan penjelasan kepada pasien a. Pasien


dan

keluarga

tentang

terjadinya nyeri.

proses

dan

keluarga

dapat

meningkatkan

kooperatif

dalam

tindakan

perawatan

yang

dilaksanakan.
b. Anjurkan

dan

ajarkan

teknik b. Mengalihkan

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

perhatian

akan

92

relaksasi.

membuat pasien lupa pada nyerinya,


sehingga dapat mengurangi rasa
nyeri.

c. Kaji tingkat nyeri.

c. Respon

terhadap

perubahan

tingkah

nyeri
laku

dan
dapat

menggambarkan intensitas nyeri.


d. Observasi vital sign.

d. Menunjukkan

adanya

perubahan

dini.
e. Kolaborasi dengan tim medik untuk e. Analgesik dapat mengurangi rasa
pemberian analgesik.

nyeri.

Gangguan Body Image berhubungan dengan terjadi kehilangan payudara yang


ditandai dengan pasien sering melamun dan menarik diri dari lingkungan.
Tujuan

: Pasien dapat memperhatikan kelebihan dan mempertahankan harga diri


serta menyadari keadaan.

Kriteria hasil : - Pasien dapat mengetahui masalahnya secara jelas dan alternatif
pemecahannya.
- Pasien dapat terbuka.
- Pasien mampu mengekspresikan suatu sikap yang positif pada dirinya.

INTERVENSI

RASIONAL

a. Bantu pasien untuk mengetahui a. Penyakit yang menyertai pasien


tentang akibat penyakit, penampilan

dengan

dirinya dalam aktifitas sehari-hari

fungsional

dalam keluarga dan teman.

rendahnya tingkat harga diri.

b. Tunjukkan
pasien

pada

adalah

pasien
individu

terganggunya

kapasitas

berhubungan

dengan

bahwa b. Untuk mengurangi ancaman dan


yang

berharga dan bertanggung jawab

membantu

memperluas

dan

menerima semua aspek pribadinya.

terhadap dirinya sendiri.

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

93

c. Berikan dorongan untuk mengidenti c.

Untuk meningkatkan harga dir

fikasi kekuatan dan kesempatan

pasien secara sempurna sebagai

yang dimiliki dengan tujuan untuk

manusia yang utuh.

menggunakan kekuatan tersebut.


d. Hentikan

sikap

pasien

yang d. Untuk memupuk rasa optimis dan

merenungi kegagalannya pada masa

percaya diri, serta pasien mengalami

lalu.

kemunduran akibat trauma dan


kegagalan di masa lalu.

e. Mendorong pasien untuk berdandan e. Pasien membutuhkan pengakuan


dan menggunakan pakaian segera

tentang kewanitaannya.

mungkin dan yang rapi.


Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan adanya luka operasi yang ditandai
dengan adanya luka bekas operasi yang basah dan bau.
Tujuan

: Tidak terjadi infeksi sekunder

Kriteria hasil : - Luka kering dan bersih.


- Tanda infeksi sekunder tidak terjadi.
- Suhu tubuh normal.

INTERVENSI

RASIONAL

a. Rawat luka dengan memperhatikan a. Menghindari


teknik aseptic.

terjadinya

kontami

nasi.

b. Anjurkan untuk menjaga kebersihan b. Menjaga kebersihan akan terjadinya


pada daerah luka operasi.

kontaminasi.

c. Berikan diet tinggi kalori dan tinggi c. Diet


protein.

tingkat

tinggi

protein

membantu merangsang pertumbu


han jaringan.

d. Observasi tanda-tanda radang.

d. Mendeteksi

sedini

mungkin

terjadinya infeksi.
e. Kolaborasi dengan tim medik untuk e. Fungsi

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

interdependent

perawat

94

pemberian antibiotik.

untuk

mencegah

pertumbuhan

kuman.
Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan sirkulasi adanya
edema, destruksi jaringan.
Tujuan

: Luka cepat kering dan tidak terjadi infeksi.

Kriteria evaluasi :
Akan terjadi penyembuhan luka bebas drainase, purulen atau eritema
INTERVENSI
RASIONAL
a. Observasi balutan / luka setelah a. Untuk mengetahui kondisi luka.
dilakukan perawatan luka, guna
mengetahui

karakteristik

luka,

drainase, quasi edema, kemerahan


dan insisi pada mammae.

b. Observasi

b. Kosongkan drain secara periodik,


catat jumlah dan karakteristik cairan

cairan

luka,

dan

mencegah terjadinya infeksi


c. Mengetahui

terjadinya

kelainan

sejak dini.

c. Obsevasi tanda tanda vital

d. Meningkatkan
d. Berikan Terapi dokter sesuai dengan

prognose

pasien

dengan pemberian obat - obatan

program.

Nutrisi Kurang dari kebutuhan berhubungan dengan efekn dari kemoterapi


Tujuan

: Kebutuhan nutrisi terpenuhi

Kriteria evaluasi : Berat badan naik


INTERVENSI

RASIONAL

a. Monitor untuk intake dan output a. Untuk

mengetahui

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

banyaknya

95

makanan tiap hari.

cairan dan nutrisi yang didapat


pasien dalam satu hari.

b. Timbang

badan

tiap

hari

jika b. Observasi

memungkinkan.

tingkat

keberhasilan

pemberian asupan nutrisi pasien.

c. Jelaskan pentingnya nutrisi adekuat. c. Nutrisi penting bagi penyembuhan


luka

dan

memenuhi

kebutuhan

nutrisi jaringan.
d. Ciptakan lingkungan yang nyaman,
bersih, dan tak berbau.

d. Lingkungan
bersih

akan

yang

nyaman

merangsang

dan
nafsu

makan.

asupan
e. Anjurkan makan porsi kecil dan e. Memberikan
sedikit demi sedikit
sering.

makanan
sehingga

kebutuhan nutrisi tubuh terpenuhi.


f. Kolaborasi

ahli

gizi

untuk

pemberian diet TKTP

f. Pemberian diet yang tepat.

E. PELAKSANAAN
Pada tahap pelaksanaan ini kegiatannya adalah melaksanakan asuhan keperawatan
sesuai dengan perencanaan atau bila perlu dapat menyimpang dari perencanaan
semula, tergantung dari sitiasi dan kondisi saat itu.
F. EVALUASI
Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan yang bertujuan
untuk menilai apakah dalam perencanaan perawatan tercapai atau tidak dan untuk
melakukan pengkajian ulang.
1. Jika pasien mampu menunjukkan perilaku pada waktu yang sesuai dengan
pernyataan tujuan, maka tercapai.

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

96

2. Jika pasien telah mampu menunjukkan perilaku, tetapi tidak sebaik yang
ditentukan didalam pernyataan tujuan, maka tujuan tercapai sebagian.
3. Jika pasien tidak mampu sama sekali untuk menunjukkan perilaku yang
diharapkan sesuai dengan persyaratan tujuan, maka berarti tujuan tidak tercapai.
G. DICSHARGE PLANNING ( RENCANA PEMULANGAN)
1. Berikan informasi tentang cara mengurangi nyeri dengan melakukan tehnik
relaksasi.
2. Jelaskan terapi yang diberikan, anjurkan untuk kontrol bila obat habis.
3. Tekankan untuk melakukan kontrol sesuai waktu yang ditentukan

ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN RADANG AKUT USUS BUNTU

A. PENGERTIAN
Radang akut usus buntu adalah proses keradangan akut pada usus buntu

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

97

B. POHON MASALAH
Peradangan awal
Apendisitis mukosa dan dinding apendiks

Nyeri

Mekanisme pertahanan dengan membatasi


proses radang yaitu menutup apendiks
dengan omentum, usus halus atau adeneksa

Mual muntah

Kurangnya kebutuhan
nutrisi tubuh

Massa periapendiks infiltrat

Meradang Nyeri

Terbentuk jaringan
Parut

Tidak abses

Massa apendiks
tenang dan
Mengurai diri
Secara lambat

remiten
Perlengketan
dengan jaringan
sekitarnya
Meradang akut Hipermetabolik Kebutuhan cairasn
(akseserbasi)

Abses Nyeri

Perforasi
Demam
Toksik
syock

Kekurangan cairan
tubuh

Demam

C. PENGKAJIAN
1. Identitas.
2. Keluhan Utama
a. Nyeri perut
b. Kembung
c. Mual muntah
d. Panas

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

98

e. Nyeri di daerah titik MC. Burney


3. Riwayat penyakit sekarang :
Sering mengeluh nyeri di daerah epigastrium, setelah beberapa jam, nyeri
berpindah dan menetap di fosa iliaka kanan kemudian di susul dengan anoreksia,
mual dan muntah-muntah, kadang-kadang suhu badan sub febris.
4. Riwayat kesehatan dahulu.
Apakah sering mengeluh nyeri perut.
5. Riwayat kesehatan keluarga.
Apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit menular, menurun.
6. Pola persepsi pemeliharaan kesehatan.
a. Pola nutrisi dan metabolisme.
Perut terasa kembung, mual, muntah-muntah sehingga pasien tidak mau
makan, nafsu makan menurun.
b. Pola eliminasi alvi dan uri.
Sulit BAK.
c. Pola istirahat tidur.
Sulit tidur karena sering terjadi nyeri di daerah perut.
7. Pemeriksaan fisik.
a. Tanda-tanda vital.
Suhu tubuh tinggi bila terjadi infeksi atau penyulit ( 37 - 40 C ).
b. Abdoment.
Nyeri pada daerah epigastrium, nyeri pada tekanan intra abdominal yang
naik ( batuk, jalan ).
8. Laboratorium.
a. Lekositosis tidak terlalu tinggi ( kurang dari 10.000 )
b. Urine tidak ada kelainan.
9. Pemeriksaan penunjang.
a. USG
b. IVP
c.

Pemeriksaan Rectal Toucher

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

99

D. DIAGNOSA DAN INTERVENSI

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan terjadi perforasi / ruptur
pada appendiks peritonitis.
2. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan
terjadi status hipermetabolik ( proses penyembuhan, demam ).
3. Gangguan rasa nyaman ( nyeri akut ) berhubungan dengan terjadi distensi
jaringan usus oleh inflamasi.
4. Kurangnya kebutuhan nutrisi tubuh berhubungan dengan kurangnya nafsu
makan.

INTERVENSI
Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan terjadi perforasi / ruptur
pada appendiks peritonitis di tandai dengan pasien nyeri perut kanan
bawah.
Tujuan

Kriteria hasil

Luka sembuh tidak di dapatkan tanda tanda infeksi.


- Suhu tubuh 36 - 37 C
-

T : 120/70

Luka sembuh dan bersih.

INTERVENSI
a.

RASIONAL

Observasi
perhatikan

tanda-tanda
demam,

berkeringat,

vital, a. Dugaan adanya infeksi / terjadinya


menggigil,

perubahan

sepsis, abses, peritonitis.

mental,

meningkatnya nyeri abdomen.


b.

Lakukan cuci tangan yang baik dan b. Menurunkan


perawatan luka.

c.

Lihat

insisi

resiko

penyebaran

bakteri.
dan

balutan,

catat c. Memberikan deteksi dini terjadinya

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

100

karakteristik drainase luka / drain (bila

proses

dimasukkan) adanya eritema.

penyembuhan peritonitis yang telah

d.

Berikan informasi yang tepat dan jujur


pada pasien / orang terdekat.

e.

infeksi

pengawasan

ada sebelumnya.
d. Pengetahuan

Kolaborasi dengan tim medik.

dan

tentang

kemajuan

situasi

memberikan

dukungan

emosi,

membantu

menurunkan

ansietas.
e. Mungkin

diberikan

profilaksis

untuk

secara

menurunkan

jumlah organisme pada infeksi.


Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan terjadi
status hipermetabolik ( proses penyembuhan, demam ).
Tujuan

: Keseimbangan cairan terpenuhi.

INTERVENSI
a. Awasi tekanan darah dan nadi.

a. Tanda

RASIONAL
yang membantu

tifikasi

fluktuasi

mengiden

volume

intra

vaskuler.
b. Lihat membran mukosa dan kaji kulit b. Indikator kegawatan sirkulasi perifer
serta waktu pengisian kapiler.

dan hidrasi sekunder.

c. Awasi input dan out put, catat warna c. Penurunan output urine pekat dengan
urine / konsentrasi dan berat jenis.

peningkatan berat jenis sebagai tanda


adanya

dehidrasi

kebutuhan

kembalinya

peristaltic,

pemberian cairan.
d. Auskultasi bising usus, catat kelancaran d. Indikator
flatus, gerakan usus.

kesiapan untuk pemasukan makanan


peroral.

e. Berikan sejumlah kecil minuman jernih e. Peritonium bereaksi terhadap iritasi/


bila pemasukan peroral dimulai dan

infeksi dengan menghasilkan sejumlah

anjurkan diet sesuai toleransi.

besar cairan yang dapat menurunkan

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

101

volume

sirkulasi

mengakibatkan

darah,
hipovolemia.

Dehidrasi dan dapat terjadi ketidak


seimbangan elektrolit.
Gangguan rasa nyaman ( nyeri akut ) berhubungan dengan terjadi distensi
jaringan usus oleh inflamasi ditandai dengan pasien tampak kesakitan, sulit tidur.
Tujuan

: Setelah perawatan diharapkan nyeri berkurang sampai dengan hilang.

Kriteria hasil : - Pasien tidak kesakitan


- Pasien dapat istirahat

INTERVENSI
a. Kaji
nyeri

catat

RASIONAL
dalam
pengawasan

lokasi, a. Berguna

karakteristik, beratnya nyeri dan

keefektifan

laporkan perubahan nyeri dengan

penyembuhan.

tepat.

karakteristik
terjadinya

obat,

kemajuan

Perubahan
nyeri

abses

pada

menunjukkan
/

peritonitis

memerlukan evaluasi medik.


b. Pertahankan istirahat dengan posisi b. Gravitasi
semi fowler.

melokalisasi

eksudat

inflamasi dalam abdomen bawah


pelvis, menghilangkan ketegangan
abdomen yang bertambah dengan
posisi terlentang.

c. Beri informasi tentang terjadinya c. Meningkatkan normalisasi fungsi


rasa nyeri.

organ seperti merangsang peristaltic


dalam

kelancaran

menurunkan

flatus

akan

ketidaknyamanan

abdomen.
d. Observasi tanda-tanda vital.

d. Focus perhatian kembali, meningkat


kan relaksasi dan dapat mening

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

102

katkan kemampuan koping.


e. Kolaborasi dengan tim dokter untuk e. Menghilangkan
pemberian analgesik.

nyeri,

memper

mudah kerjasama dengan intervensi


terapi lain, contoh ambulasi dan
batuk.

Kurangnya kebutuhan nutrisi tubuh berhubungan dengan terjadi

kurangnya

nafsu makan ditandai dengan pasien tidak mau makan.


Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi.
Kriteria : - Pasien dapat menghabiskan porsi makan yang disediakan.
- Berat badan dapat di pertahankan.
INTERVENSI
a. Kaji kebiasaan makan pasien.

RASIONAL
a. Dapat menentukan diet yang disukai

b. Hidangkan makanan dalam keadaan


hangat dan menarik.
c. Anjurkan

pasien

pasien sesuai terapi.


b. Meningkatkan selera makan pasien.

untuk

makan c. Kebutuhan

dalam porsi kecil tapi sering.

nutrisi

diharapkan

terpenuhi.

d. Kolaborasi dengan tim gizi dan d. Melaksanakan fungsi interdependent


dokter.
E. IMPLEMENTASI
Pada tahap pelaksanaan ini kegiatannya adalah askep sesuai dengan
perencanaan atau bila perlu bisa menyimpang dari perencanaan semula
tergantung situasi dan kondisi saat itu.
F. EVALUASI
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan dengan tujuan untuk
menilai bahwa tujuan itu tercapai atau tidak dapat diketahui dari perilaku pasien /
keluarga serta menunjukkan keadaan fisik sebagai berikut :
1. Tujuan tercapai jika pasien menunjukkan perubahan sesuai dengan standar yang
telah ditetapkan.

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

103

2. Tujuan tercapai sebagian jika pasien menunjukkan perubahan sebagian dari


standar dan kriteria yang ditetapkan.
3. Tujuan tidak tercapai jika tidak menunjukkan perubahan kemajuan sama sekali
dan bahkan timbul masalah baru, kolaborasi dengan dokter yang merawat.
G. DICSHARGE PLANING (RENCANA PEMULANGAN)
1. Berikan informasi tentang perawatan di rumah.
2. Jelaskan terapi yang diberikan.
3. Jelaskan pasien untuk tidak berpantang makanan.
4. Jelaskan untuk mobilisasi selama di rumah.
5. Tekankan untuk melakukan kontrol sesuai waktu yang ditentukan

ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN BATU EMPEDU

A. PENGERTIAN
Terdapat batu di dalam kantong empedu, dapat disertai batu saluran empedu.
B. POHON MASALAH
Asam empedu dan
fosfolipid

Kolesterol
Presipitasi Kolesterol

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

104

Batu empedu
Di dalam kantong empedu

Saluran empedu

Cemas

Obstruksi saluran
empedu

Infeksi

Ikterus obstruksi Hidrop galblader

Kadar bilirubin

Kurang Pengetahuan

Demam

Nyeri

Gg. Rasa nyaman

Kolik

Mual muntah
Operasi

Nyeri
Gg. Pemenuhan
kebutuhan nutrisi

Terputusnya kontinuitas
jaringan
Nyeri

Mobilisasi terbatas

Gg. Rasa nyaman

C. PENGKAJIAN
1. Identitas.
2. Keluhan Utama
a. Nyeri bersifat kolik, mulai daerah epigastrium atau hipokondrium dan
menjalar kebahu kanan.
b. Demam
c. Ikterus.
3. Riwayat penyakit sekarang :
Sering mengeluh nyeri yang sifatnya kolik mulai daerah epigastrium atau
hipokondrium dan menjalar kebahu kanan, nyeri dapat terus menerus bila terjadi
penyumbatan atau keradangan maka akan timbul demam yang tinggi dan ikterus.

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

105

4. Pola persepsi pemeliharaan kesehatan.


a. Pola Eliminasi alvi dan uri
Pasien mengalami sulit buang air kencing.
b. Pola istirahat tidur.
Sering terbangun karena merasa nyeri.
5. Pemeriksaan fisik.
Tanda-tanda vital :
Suhu tubuh tinggi 37 38 C bila disertai keradangan
Tekanan darah normal 120/80 mr/Hg.
Abdoment :
a.

Nyeri perut mulai daerah epigastrium

b.

Mual

c.

Kembung

6. Pemeriksaan laboratorium.
Pada ikterus obstruksi terjadi :
a. Adanya peningkatan kadar dalam darah dari bahan-bahan :
a)

Billirubin direk dan total

b)

Kolesterol

c)

Alkali fosfatase

d)

Gelma glukoronie transferase

b. Billirubinemia
c. Tinja akolis
d. USG
e. Kolesitografi oral
D. DIAGNOSA DAN INTERVENSI
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.

Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan terjadi obstruksi


ductus sistikus.

2.

Gangguan psikologis ( cemas ) berhubungan dengan terjadi preoperasi.

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

106

3.

Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan terjadi post operasi.

4.

Gangguan rasa nyaman ( distensi ) berhubungan dengan terjadi imobilisasi.

INTERVENSI
Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan terjadi obstruksi ductus
sistikus yang ditandai pasien mengeluh nyeri perut kanan.
Tujuan

: Rasa nyaman terpenuhi.

Kriteria hasil : - Nyeri berkurang.


-

Keadaan umum membaik.

INTERVENSI
a.

RASIONAL

Jelaskan pada pasien dan a. Dengan penjelasan yang kita berikan


keluarga penyebab nyeri.

b.

pasien lebih kooperatif.

Ajarkan pada pasien teknik b. Teknik distraksi akan mengalihkan


relaxasi dan distraksi.

perhatian dari rasa nyeri pada obyek


tertentu

dan

relaxasi

akan

meregangkan otot-otot.
c.

Ciptakan

lingkungan

yang c. Lingkungan yang nyaman membuat

nyaman.
d.

emosi pasien berkurang.

Observasi tanda-tanda vital.

d. Sebagai

tanda

awal

perubahan

pasien.
e.

Kolaborasi

dengan

tim e. Melaksanakan fungsi interdependent

dokter.
Gangguan psikologis ( cemas ) berhubungan dengan preoperasi yang ditandai
dengan pasien sering bertanya tentang penyakitnya, pasien merasa cemas.
Tujuan

: Perasaan cemas hilang.

Kriteria hasil : -

Pasien mengerti akan penyakitnya.

- Pasien merasa nyaman.

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

107

INTERVENSI

RASIONAL

a. Lakukan pendekatan kepada pasien a. Dengan pendekatan pasien dan


dan keluarga.
b. Berikan

keluarga akan kooperatif.

penjelasan

tentang b. Dengan mengerti tentang prosedur

prosedur operasi.

operasi rasa kawatir dan cemas


pasien akan hilang.

c. Berikan healt education tentang c. Keluarga pasien mengerti bahwa


penyakit yang diderita pasien.

penyakit, penyebab, gejala dan caracara

penanggulangan,

mengerti
d. Ciptakan lingkungan yang nyaman.

bahayanya

serta

jika

tidak

dioperasi.
d. Lingkungan yang nyaman akan
mengurangi

ketegangan

emosi

pasien.
Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan terjadi post operasi yang ditandai
dengan pasien mengeluh nyeri operasi.
Tujuan
: Nyeri teratasi sampai dengan hilang.
Kriteria hasil : - Pasien tidak kesakitan
- Pasien merasa nyaman.

INTERVENSI
a. Berikan

RASIONAL
penjelasan

tentang a. Pasien

penyebab nyeri.
b. Ciptakan lingkungan yang nyaman.

dan

keluarga

mengerti

tentang penyebab nyeri.


b. Dengan lingkungan yang nyaman
akan mengurangi ketegangan emosi
pasien.

c. Ajarkan teknik relaxasi dan distraksi

c. Relaxasi mengurangi nyeri dengan


cara meregangkan otot-otot. Teknik
distraksi

akan

mengalihkan

perhatian klien dari rasa nyeri

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

108

terhadap obyek yang lain.


d. Observasi tanda-tanda vital.

d. Mengetahui perkembangan keseha


tan klien secara continue.

e. Kolaborasi dengan tim medik untuk e. Melaksanakan


pemberian analgesik.

fungsi

interdepen

densi.

Gangguan rasa nyaman ( distensi ) berhungan dengan mobilisasi yang ditandai


dengan pasien mengeluh nyeri bila dibuat bergerak.
Tujuan

: Rasa nyaman teratasi

Kriteria hasil : Pasien bisa mobilisasi dengan nyaman.

INTERVENSI
a. Berikan
penyebab

RASIONAL
penjelasan
terjadinya

tentang a. Pasien
distensi

(kembung setelah operasi )


b. Berikan healt education tentang
mobilisasi dini setelah operasi.

mengetahui

sebab-sebab

terjadinya kembung setelah operasi.


b. Pasien

mengetahui

pentingnya

mobilisasi dini setelah operasi untuk


mengembalikan
dan

fungsi

alat-alat

c. Berikan lingkungan yang nyaman.

pencernaan

mengeluarkan

d. Observasi tanda tanda vital.

kotoran / darah pada bekas luka.


c. Dengan lingkungan yang nyaman
akan mengurangi ketegangan emosi.
d. Untuk mengetahui perkembangan
pasien secara continue.

E. IMPLEMENTASI
Pada tahap pelaksanaan ini kegiatannya adalah melaksanakan asuhan keperawatan
sesuai dengan perencanaan atau bila perlu bisa menyimpang dari perencanaan
semula, tergantung situasi dan kondisi saat itu.
F. EVALUASI

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

109

Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan dengan tujuan untuk
menilai bahwa tujuan itu tercapai atau tidak dapat di ketahui dari perilaku pasien /
keluarga serta menunjukkan keadaan fisik sebagai berikut :
1. Tujuan tercapai, jika pasien menunjukkan perubahan sesuai dengan standar yang
telah ditetapkan.
2. Tujuan tercapai sebagian, jika pasien menunjukkan perubahan sebagian dari
standar dan kriteria yang ditetapkan.
3. Tujuan tidak tercapai, jika tidak menunjukkan perubahan dan kemajuan sama
sekali dan bahkan timbul masalah, baru kolaborasi dengan dokter yang

G. DISCHARGE PLANING ( RENCANA PEMULANGAN )


1. Berikan informasi tentang cara perawatan dirumah.
2. Jelaskan terapi yang diberikan, anjurkan untuk kontrol bila obat habis.
3. Jelaskan pada pasien untuk diet rendah lemak.
4. Motivasi pasien untuk tidak melakukan angkat barang berat untk sementara
waktu.
5. Tekankan untuk melakukan kontrol sesuai waktu yang ditentukan

ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN BATU EMPEDU
A. PENGERTIAN
Terdapat batu di dalam kantong empedu, dapat disertai batu saluran empedu.
B. POHON MASALAH
Asam empedu dan
fosfolipid

Kolesterol
Presipitasi Kolesterol

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

110

Batu empedu
Di dalam kantong empedu

Saluran empedu

Cemas

Obstruksi saluran
empedu

Infeksi

Ikterus obstruksi Hidrop galblader

Kadar bilirubin

Kurang Pengetahuan

Demam

Nyeri

Gg. Rasa nyaman

Kolik

Mual muntah
Operasi

Nyeri
Gg. Pemenuhan
kebutuhan nutrisi

Terputusnya kontinuitas
jaringan
Nyeri

Mobilisasi terbatas

Gg. Rasa nyaman

C. PENGKAJIAN
1. Identitas.
2. Keluhan Utama
a. Nyeri bersifat kolik, mulai daerah epigastrium atau hipokondrium dan
menjalar kebahu kanan.
b. Demam
c. Ikterus.
3. Riwayat penyakit sekarang :
Sering mengeluh nyeri yang sifatnya kolik mulai daerah epigastrium atau
hipokondrium dan menjalar kebahu kanan, nyeri dapat terus menerus bila terjadi
penyumbatan atau keradangan maka akan timbul demam yang tinggi dan ikterus.
4. Pola persepsi pemeliharaan kesehatan.
a. Pola Eliminasi alvi dan uri

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

111

Pasien mengalami sulit buang air kencing.


b. Pola istirahat tidur.
Sering terbangun karena merasa nyeri.
5. Pemeriksaan fisik.
Tanda-tanda vital :
Suhu tubuh tinggi 37 38 C bila disertai keradangan
Tekanan darah normal 120/80 mr/Hg.
Abdoment :
a.

Nyeri perut mulai daerah epigastrium

b.

Mual

c.

Kembung

6. Pemeriksaan laboratorium.
Pada ikterus obstruksi terjadi :
a. Adanya peningkatan kadar dalam darah dari bahan-bahan :
-

Billirubin direk dan total

Kolesterol

Alkali fosfatase

Gelma glukoronie transferase

b. Billirubinemia
c. Tinja akolis
d. USG
e. Kolesitografi oral
D. DIAGNOSA DAN INTERVENSI
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.
Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan terjadi obstruksi
ductus sistikus.
2.

Gangguan psikologis ( cemas ) berhubungan dengan terjadi preoperasi.

3.

Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan terjadi post operasi.

4.

Gangguan rasa nyaman ( distensi ) berhubungan dengan terjadi imobilisasi.

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

112

INTERVENSI
Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan terjadi obstruksi ductus
sistikus yang ditandai pasien mengeluh nyeri perut kanan.
Tujuan

: Rasa nyaman terpenuhi.

Kriteria hasil : - Nyeri berkurang.


- Keadaan umum membaik.

INTERVENSI
a.

Jelaskan

RASIONAL
pada

pasien

dan a. Dengan penjelasan yang kita berikan

keluarga penyebab nyeri.


b.

Ajarkan

pada

pasien

pasien lebih kooperatif.


teknik b. Teknik distraksi akan mengalihkan

relaxasi dan distraksi.

perhatian dari rasa nyeri pada obyek


tertentu

dan

relaxasi

akan

meregangkan otot-otot.
c.

Ciptakan

lingkungan

yang c. Lingkungan yang nyaman membuat

nyaman.

emosi pasien berkurang.


d. Sebagai

d.

Observasi tanda-tanda vital.

tanda

awal

perubahan

pasien.
e. Melaksanakan fungsi interdependent

e.

Kolaborasi dengan tim dokter.

Gangguan psikologis ( cemas ) berhubungan dengan preoperasi yang ditandai


dengan pasien sering bertanya tentang penyakitnya, pasien merasa cemas.
Tujuan

: Perasaan cemas hilang.

Kriteria hasil : - Pasien mengerti akan penyakitnya.


-Pasien merasa nyaman.

INTERVENSI

RASIONAL

a. Lakukan pendekatan kepada pasien a. Dengan pendekatan pasien dan

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

113

dan keluarga.
b. Berikan

keluarga akan kooperatif.

penjelasan

tentang b. Dengan mengerti tentang prosedur

prosedur operasi.

operasi rasa kawatir dan cemas


pasien akan hilang.

c. Berikan healt education tentang c. Keluarga pasien mengerti bahwa


penyakit yang diderita pasien.

penyakit, penyebab, gejala dan caracara

penanggulangan,

mengerti
d. Ciptakan lingkungan yang nyaman.

bahayanya

serta

jika

tidak

dioperasi.
d. Lingkungan yang nyaman akan
mengurangi

ketegangan

emosi

pasien.
Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan terjadi post operasi yang ditandai
dengan pasien mengeluh nyeri operasi.
Tujuan
: Nyeri teratasi sampai dengan hilang.
Kriteria hasil : - Pasien tidak kesakitan
- Pasien merasa nyaman.

INTERVENSI
a. Berikan

penjelasan

RASIONAL
tentang a. Pasien

penyebab nyeri.
b. Ciptakan lingkungan yang nyaman.

dan

keluarga

mengerti

tentang penyebab nyeri.


b. Dengan lingkungan yang nyaman
akan mengurangi ketegangan emosi
pasien.

c. Ajarkan teknik relaxasi dan distraksi

c. Relaxasi mengurangi nyeri dengan


cara meregangkan otot-otot. Teknik
distraksi

akan

mengalihkan

perhatian klien dari rasa nyeri


terhadap obyek yang lain.
d. Observasi tanda-tanda vital.

d. Mengetahui perkembangan keseha

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

114

tan klien secara continue.


e. Kolaborasi dengan tim medik untuk e. Melaksanakan
pemberian analgesik.

fungsi

interdepen

densi.

Gangguan rasa nyaman ( distensi ) berhungan dengan mobilisasi yang ditandai


dengan pasien mengeluh nyeri bila dibuat bergerak.
Tujuan

: Rasa nyaman teratasi

Kriteria hasil : Pasien bisa mobilisasi dengan nyaman.


INTERVENSI
a. Berikan
penyebab

penjelasan
terjadinya

RASIONAL
tentang a. Pasien
distensi

(kembung setelah operasi )


b. Berikan healt education tentang
mobilisasi dini setelah operasi.

mengetahui

sebab-sebab

terjadinya kembung setelah operasi.


b. Pasien

mengetahui

pentingnya

mobilisasi dini setelah operasi untuk


mengembalikan
dan

fungsi

alat-alat

c. Berikan lingkungan yang nyaman.

pencernaan

mengeluarkan

d. Observasi tanda tanda vital.

kotoran / darah pada bekas luka.


c. Dengan lingkungan yang nyaman
akan mengurangi ketegangan emosi.
d. Untuk mengetahui perkembangan
pasien secara continue.

E. IMPLEMENTASI
Pada tahap pelaksanaan ini kegiatannya adalah melaksanakan asuhan keperawatan
sesuai dengan perencanaan atau bila perlu bisa menyimpang dari perencanaan
semula, tergantung situasi dan kondisi saat itu.
F. EVALUASI
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan dengan tujuan untuk
menilai bahwa tujuan itu tercapai atau tidak dapat di ketahui dari perilaku pasien /
keluarga serta menunjukkan keadaan fisik sebagai berikut :

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

115

1. Tujuan tercapai, jika pasien menunjukkan perubahan sesuai dengan standar yang
telah ditetapkan.
2. Tujuan tercapai sebagian, jika pasien menunjukkan perubahan sebagian dari
standar dan kriteria yang ditetapkan.
3. Tujuan tidak tercapai, jika tidak menunjukkan perubahan dan kemajuan sama
sekali dan bahkan timbul masalah, baru kolaborasi dengan dokter yang
G. DISCHARGE PLANING ( RENCANA PEMULANGAN )
1. Berikan informasi tentang cara perawatan dirumah.
2. Jelaskan terapi yang diberikan, anjurkan untuk kontrol bila obat habis.
3. Jelaskan pada pasien untuk diet rendah lemak.
4. Motivasi pasien untuk tidak melakukan angkat barang berat untk sementara
waktu.
5. Tekankan untuk melakukan kontrol sesuai waktu yang ditentukan

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

116

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN FRAKTUR

A.

PENGERTIAN
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan
luasnya. (Brunner & Suddart, 2000)
JENIS FRAKTUR
Fraktur komplet : patah pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya mengalami
pergeseran.
Fraktur tidak komplet: patah hanya pada sebagian dari garis tengah tulang
Fraktur tertutup: fraktur tapi tidak menyebabkan robeknya kulit
Fraktur terbuka: fraktur dengan luka pada kulit atau membran mukosa sampai ke
patahan tulang.
Greenstick: fraktur dimana salah satu sisi tulang patah,sedang sisi lainnya
membengkak.
Transversal: fraktur sepanjang garis tengah tulang
Kominutif: fraktur dengan tulang pecah menjadi beberapa frakmen
Depresi: fraktur dengan fragmen patahan terdorong ke dalam
Kompresi: Fraktur dimana tulang mengalami kompresi (terjadi pada tulang
belakang)
Patologik: fraktur yang terjadi pada daerah tulang oleh ligamen atau tendo pada
daerah perlekatannnya.
ETIOLOGI
Trauma
Gerakan pintir mendadak
Kontraksi otot ekstem
Keadaan patologis : osteoporosis, neoplasma

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

117

B.

POHON MASALAH

Trauma langsung

trauma tidak langsung

kondisi patologis

FRAKTUR
Diskontinuitas tulang

pergeseran frakmen tulang

Perub jaringan sekitar

kerusakan frakmen tulang


laserasi kulit:

Pergeseran frag Tlg

spasme otot

putus vena/arteri

Kerusakan
integritas

deformitas

nyeri

perdarahan

kulit

peningk tek kapiler


pelepasan histamin

tek. Ssm tlg > tinggi dr kapiler


reaksi stres klien
melepaskan katekolamin

gg. fungsi
protein plasma hilang
kehilangan volume cairan
edema

Gg

Shock

mobilitas

hipivolemik

memobilisai asam lemak


bergab dg trombosit

emboli
penekn pem. drh
menyumbat pemb drh
penurunan perfusi jar
gg.perfusi jar

C. PENGKAJIAN
Pengkajian primer
1. Airway
Adanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya penumpukan sekret akibat
kelemahan reflek batuk
2. Breathing
Kelemahan menelan/ batuk/ melindungi jalan napas, timbulnya pernapasan yang
sulit dan / atau tak teratur, suara nafas terdengar ronchi /aspirasi
3. Circulation
TD dapat normal atau meningkat , hipotensi terjadi pada tahap lanjut, takikardi,
bunyi jantung normal pada tahap dini, disritmia, kulit dan membran mukosa
pucat, dingin, sianosis pada tahap lanjut

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

118

Pengkajian sekunder
1.

Aktivitas/istirahat
kehilangan fungsi pada bagian yangterkena
Keterbatasan mobilitas

2.

Sirkulasi
Hipertensi ( kadang terlihat sebagai respon nyeri/ansietas)
Hipotensi ( respon terhadap kehilangan darah)
Tachikardi
Penurunan nadi pada bagiian distal yang cidera
Cailary refil melambat
Pucat pada bagian yang terkena
Masa hematoma pada sisi cedera

3.

Neurosensori
Kesemutan
Deformitas, krepitasi, pemendekan
kelemahan

4.

Kenyamanan
nyeri tiba-tiba saat cidera
spasme/ kram otot

5.

Keamanan
laserasi kulit
perdarahan
perubahan warna
pembengkakan local

D. DIAGNOSA
DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI

Kerusakan mobilitas fisik b.d cedera jaringan sekitasr fraktur, kerusakan


rangka neuromuskuler

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

119

Tujuan : kerusakan mobilitas fisik dapat berkurang setelah dilakukan tindakan


keperawatan.
Kriteria hasil:
-

Meningkatkan mobilitas pada tingkat paling tinggi yang mungkin

Mempertahankan posisi fungsional

Meningkaatkan kekuatan /fungsi yang sakit

Menunjukkan tehnik mampu melakukan aktivitas

INTERVENSI
a. Pertahankan tirah baring

RASIONALISASI
dalam a. Mencegah terjadinya kerusakan

posisi yang diprogramkan


b. Tinggikan ekstrimitas yang sakit.
c. Instruksikan klien/bantu dalam latian

yang lebih parah dengan :


a) Mengurangi aliran darah yang

rentang gerak pada ekstrimitas yang

menuju area sakit.


b) Tidak terjadi kekakuan sendi

sakit dan tak sakit


d. Beri penyangga pada ekstrimitas

karena imobilitas.
c) Mencegah kerusakan jaringan

yang sakit diatas dan dibawah fraktur

yang lebih parah karena fraktur.


d) Pasien memiliki persepsi yang

ketika bergerak
e. Jelaskan pandangan dan keterbatasan
dalam aktivitas.
f. Berikan dorongan ada pasien untuk
melakukan

ADL

dalam

lingkup

sama dalam perawatan sehingga


dapat

melakukan aktivitas.
h. Ubah posisi secara periodik.
i. Kolabirasi fisioterapi

dengan

tindakan yang diberikan.


e) Kebutuhan
dasar
pasien

keterbatasan dan beri bantuan sesuai


kebutuhan
g. Awasi tekanan darah, nadi dengan

kooperatif

terpenuhi

dalam

keterbatasannya.
f) Mencegah terjadinya dekubitus
karena tekanan pada satu sisi
tubuh.
g) Melatih latihan gerak pasien.

Nyeri b.d spasme otot , pergeseran fragmen tulang


Tujuan ; nyeri berkurang setelah dilakukan tindakan perawatan
Kriteria hasil:
-

Klien menyatajkan nyei berkurang


Tampak rileks, mampu berpartisipasi dalam aktivitas/tidur/istirahat dengan tepat

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

120

Tekanan darah normal


Tidak ada peningkatan nadi dan RR
INTERVENSI
a. Kaji ulang lokasi, intensitas dan tipe
nyeri
b. Pertahankan imobilisasi bagian yang

RASIONALISASI
a. Untuk menentukan intervenesi
lanjutan bila nyeri meningkat.
b. Mengurangi terjadinya kerusakan
jaringan karena fraktur.
c. Pengalihan perhatian pasien dari

sakit dengan tirah baring


c. Berikan lingkungan yang tenang dan
berikan dorongan untuk melakukan

rasa nyerinya.
d. Menghindari terjadinya penekanan

aktivitas hiburan

disatu sisi yang dapat menyebabkan

d. Ganti posisi dengan bantuan bila


ditoleransi.

dekubitus.
e. Pasien siap dengan tindakan yang
akan

e. Jelaskan prosedur sebelum memulai.

dilakukan

sehingga

bisa

bekerja sama dengan baik.


f. Pasien mampu melakukan aktifitas
f. Akukan dan awasi latihan rentang
gerak pasif/aktif
g. Dorong
manajemen

menggunakan
stress,

relasksasi, latihan

tehnik

contoh
nafas

sesuai dengan kemampuannya.


g. Manajemen stress yang tepat akan

dalam,

imajinasi visualisasi, sentuhan

dapat mengurangi nyeri.


h. Mengetahui kelainan yang terjadi
sejak awal.
i. Fungsi dependent perawat.

h. Observasi tanda-tanda vital.


i. Kolaborasi : pemberian analgetik

Kerusakan integritas jaringan b.d fraktur terbuka , bedah perbaikan


Tujuan: kerusakan integritas jaringan dapat diatasi setelah tindakan perawatan
Kriteria hasil:
-

Penyembuhan luka sesuai waktu


Tidak ada laserasi, integritas kulit baik

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

121

a.

INTERVENSI
RASIONALISASI
Kaji ulang integritas luka dan a. Panatauan kondisi luka

secara

observasi terhadap tanda infeksi

periodik dapat mengetahui secara

atau drainae

dini kelainan / komplikasi yang

b.

Monitor suhu tubuh.

c.

Lakukan perawatan kulit, dengan


sering pada patah tulang yang

terjadi.
b. Kenaikan suhu tubuh merupakan
salah

satu

indicator

infeksi.
c. Luka terbuka

terjadinya

merupakan

pintu

menonjol
d.

masuknya kuman,
Lakukan alih posisi dengan sering, d. Perubahan
posisi
pertahankan kesejajaran tubuh

e.

Pertahankan sprei tempat tidur


tetap kering dan bebas kerutan

f.

Masage kulit sekitar akhir gips

meningkatkan

akan

peredaran

menjadi lebih lancar.


e. Mencegah terjadinya

darah

gangguan

integritas kulit.
f. Memperlancar aliran darah pada

dengan alkohol
g.

area penekanan gips.


Gunakan tempat tidur busa atau g. Mencegah terjadinya
kasur udara sesuai indikasi

h.

Kolaborasi pemberian antibiotik.

gangguan

integritas kulit.
h. Fungsi dependent perawat

E. PELAKSANAAN
Pada tahap pelaksanaan ini kegiatannya adalah askep sesuai dengan perencanaan
atau bila perlu bisa menyimpang dari perencanaan semula tergantung situasi dan
kondisi saat itu.

F. EVALUASI

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

122

Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan dengan tujuan untuk
menilai bahwa tujuan itu tercapai atau tidak dapat diketahui dari perilaku pasien /
keluarga serta menunjukkan keadaan fisik sebagai berikut :
1. Tujuan tercapai jika pasien menunjukkan perubahan sesuai dengan standar yang
telah ditetapkan.
2. Tujuan tercapai sebagian jika pasien menunjukkan perubahan sebagian dari
standar dan kriteria yang ditetapkan.
3. Tujuan tidak tercapai jika tidak menunjukkan perubahan kemajuan sama sekali
dan bahkan timbul masalah baru, kolaborasi dengan dokter yang merawat.
G. DICSHARGE PLANNING ( RENCANA PEMULANGAN)
1. Berikan informasi tentang perawatan di rumah.
2. Jelaskan terapi yang diberikan.
3. Jelaskan pasien untuk tidak berpantang makanan.
4. Jelaskan untuk mobilisasi sesuai latihan yang sudah dilakukan di rumah sakit
selama di rumah.
5. Tekankan untuk melakukan kontrol sesuai waktu yang ditentukan

DAFTAR PUSTAKA
Tucker,Susan Martin (1993). Standar Perawatan Pasien, Edisi V, Vol 3. Jakarta.
EGC
Donges Marilynn, E. (1993). Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Jakarta.
EGC
Smeltzer Suzanne, C (1997). Buku Ajar Medikal Bedah, Brunner & Suddart.
Edisi 8. Vol 3. Jakarta. EGC

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

123

Price Sylvia, A (1994), Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.


Jilid 2 . Edisi 4. Jakarta. EGC

ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN HEMOROID INTERNA

A. PENGERTIAN
Hemoroid interna adalah pelebaran, pemanjangan dan berkelok keloknya
vena pada pleksus hemoroidalis superior.

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

124

B. POHON MASALAH
Peningkatan tek vena hemoroidalis
Sirosis hepatis
Thrombosis vena porta
Tumor abdomen

Faktor Penyebab

Pelebaran dan pembesaran vena hemoridedalis

Jaringan mukosa bawah kulit


kendor

Prolap jaringan

Iritasi

Iritasi kronis

Gg.elimin
asi alvi

Interupsi sel saraf

Pembuluh darah pecah

Nyeri

Resiko Infeksi
sekunder

Nyeri

Mendesak sel saraf

Perdarahan

P suplai oksigen dan


nutrisi

Kurangnya
informasi

Anemis
Cemas
Kelemahan fisik

C. PENGKAJIAN
1. Identitas.
2. Keluhan Utama
Keluhan utama yang sering ditemukan antara lain :

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

125

a. Bila BAB keluar darah segar.


b. Bila BAB kesakitan.
c. Anus kadang-kadang kemeng.
d. Keluar benjolan bila mengejan.
3. Riwayat penyakit sekarang :
a. Perjalanan penyakit.
b. Gambaran keadaan keluhan
Apabila BAB keluar darah warna merah segar pada dubur, disertai rasa
kemeng terus menerus dan bila mengejan keluar benjolan.
4. Riwayat kesehatan keluarga
Hemoroid disebabkan salah satunya karena faktor keturunan. Biasanya
dalam keluarga ada atau pernah menderita hemoroid.
5. Pola persepsi pemeliharaan kesehatan
a. Kebiasaan membersihkan anus setelah defekasi ( BAB )
b. Pola eliminasi alvi.
BAB keluar darah warna merah segar dan terasa sakit.
c. Pola istirahat tidur
Ada gangguan pada pola tidur karena tidak bisa tidur nyenyak akibat
nyeri.
d. Pola penanggulangan stress
Pasien hemoroid dapat mengalami stress apabila tidak mengetahui
tentang penyakitnya.
6. Pemeriksaan fisik
a. Tanda tanda vital :
a) Suhu > 38 C
b) TD 120 - 140
c) Nadi 80 88 x/mnt regular.
b. Fisik : Kemungkinan tidak didapatkan kelainan pada pemeriksaan luar
kadang-kadang di dapatkan anemia.
7. Pemeriksaan laboratorium

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

126

Untuk menegakkan diagnosa, perlu dilakukan berbagai pemeriksaan


laboratorium antara lain pemeriksaan darah lengkap.
Pada pemeriksaan darah pada pasien hemoroid didapatkan :
- HB menurun < 8 g/dl
8. Pemeriksaan penunjang
Rectal toucher

Ditemukan adanya benjolan di dubur.

RT harus dilakukan untuk mendapatkan kelainan yang baru.


D. DIAGNOSA DAN INTERVENSI
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan infeksi / trombosis pada
anus.
2. Cemas berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakitnya.
3. Gangguan eliminasi alvi berhubungan dengan infeksi pada anus.
INTERVENSI
Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan infeksi / trombosis
pada anus.
Tujuan

: Setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri berkurang /


hilang.

Kriteria hasil : - Pasien tidak kesakitan.


- Wajah rilexs.
INTERVENSI
a.

Bina hubungan terapeutik


dengan pasien dan keluarga.

RASIONAL
a. Hubungan yang terapeutik akan
meningkatkan rasa percaya klien
terhadap perawat dan tindakannya.

b.

Bersihkan area rectal dengan


tindakan aseptic.

c.

Kaji dan catat gambaran nyeri.

b. Tindakan aseptik akan menghambat


pertumbuhan kuman.
c. Mengetahui perkembangan nyeri
sehingga dapat menentukan

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

127

tindakan selanjutnya.
d.

Lakukan rendam duduk dengan

d. Menjaga luka dari infeksi.

larutan PK hangat.
e.

Observasi vital sign.

e. Rasa nyeri dapat mempengaruhi


perubahan vital sign.

f.

Kolaborasi dengan tim medik


untuk pemberian analgesik.

f. Analgesik berfungsi untuk


menekan sistem saraf pusat
sehingga merubah persepsi
terhadap nyeri turun.

Cemas berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakitnya.


Tujuan

: Setelah diberikan penjelasan yang adequate cemas dapat


teratasi.

Kriteria hasil : - Pasien lebih tenang.


- Wajah lebih segar dan rilexs.

INTERVENSI
a. Bina hubungan terapeutik dengan
pasien dan keluarga.
b. Kaji tingkat pengetahuan pasien
tentang penyakitnya.
c. Beri informasi tentang penyakit,

RASIONAL
a. Klien akan terbuka dengan
masalahnya.
b. Akan lebih mudah dalam
menjelaskan penyakitnya.
c. Klien dan keluarga lebih tenang

pengobatan, gejala dan komplika

dan nyaman dalam tindakan

sinya.

perawatan.

d. Beri support mental pada pasien

d. Support mental yang positif


membuat klien tenang.

e. Anjurkan untuk relaksasi.

e. Relaksasi dapat meregangkan otot


otot yang tegang.

f. Observasi tanda-tanda vital.


Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

f. Cemas dapat dipengaruhi


128

perubahan tanda-tanda vital.


Gangguan eliminasi alvi berhubungan dengan infeksi pada anus.
Tujuan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pasien


dapat BAB dengan mudah.

Kriteria hasil :

Pasien melaporkan adanya kemudahan dalam BAB.

INTERVENSI
a. Bina hubungan terapeutik dengan
pasien dan keluarga.
b. Anjurkan untuk banyak minum

RASIONAL
a. Diharapkan klien akan kooperatif
dengan tindakan keperawatan.
b. Merangsang konsistensi BAB.

kira-kira 2 liter/hari.
c. Berikan buah-buahan yang
berserat.
d. Anjurkan pasien untuk mengurangi
mengejan.

c. Buah-buahan yang berserat dapat


membantu melunakkan BAB.
d. Mengejan dapat membantu
pelebaran vena plexus
hemoroidalis.

e. Kolaborasi dengan tim gizi dalam


pemberian tinggi serat.
f. Kolaborasi dengan tim medik

e. Pola makanan tinggi serat akan


memperlancar BAB.
f. Sebagai tindakan interdependent.

dalam pemberian obat perangsang


BAB / pelunak feses.
E. IMPLEMENTASI
Pada tahap pelaksanaan ini kegiatannya adalah melaksanakan asuhan
keperawatan sesuai dengan perencanaan atau bila perlu bisa menyimpang dari
perencanaan semula, tergantung situasi dan kondisi saat itu.
F. EVALUASI

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

129

Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan dengan tujuan menilai
bahwa tujuan itu tercapai atau tidak dapat diketahui dari perilaku pasien /
keluarga serta menunjukkan keadaan fisik sebagai berikut :
1. Tujuan tercapai, jika pasien menunjukkan perubahan sesuai dengan standar
yang telah ditetapkan.
2. Tujuan tercapai sebagian, jika pasien menunjukkan perubahan sebagian dari
standar dan kriteria yang ditetapkan.
3. Tujuan tidak tercapai jika tidak menunjukkan perubahan dan kemajuan sama
sekali dan bahkan timbul masalah, baru kolaborasi dengan dokter yang
merawat.
G. DISCHARGE PLANING ( RENCANA PEMULANGAN )
1. Berikan informasi tentang perawatan di rumah.
2. Jelaskan terapi yang diberikan.
3. Jelaskan pasien untuk tidak berpantang makanan.
4. Jelaskan pada pasien sementara untuk diet lunak tinggi serat.
5. Jelaskan untuk mobilisasi selama di rumah.
6. Tekankan untuk melakukan kontrol sesuai waktu yang ditentukan

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN LUKA BAKAR


( COMBUTIO )
A. PENGERTIAN
Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik, bahan kimia
dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih dalam (SDT
Bedah RSUD Dr.Soetomo, 2001).
Fase Luka Bakar
1. Fase akut.
Disebut sebagai fase awal atau fase syok. Dalam fase awal penderita akan
mengalami ancaman gangguan airway (jalan nafas), brething (mekanisme

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

130

Bahan Kimia

Termis

Radiasi

Listrik/petir

bernafas), dan circulation (sirkulasi). Gnagguan airway tidak hanya dapat terjadi
Biologis
LUKA
BAKAR
MK:
segera atau beberapa
saat setelah
terbakar,
namun masihPsikologis
dapat terjadi obstruksi
Gangguan

Konsep diri

saluran pernafasan akibat cedera inhalasi dalam 48-72 jam pasca trauma.Kurang
Cedera
inhalasi adalah penyebab
kematian utama
penderiat pada fase akut.
Di ruang tertutup
Kerusakan kulit

Pada Wajah

pengetahuan
Anxietas

Pada fase akut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit akibat
Kerusakan
mukosa
cedera
termal

Keracunan
gas CO sistemik.
Penguapan meningkat
yang
berdampak

2. Fase sub akut.


Oedema laring

Peningkatan pembuluh darah

CO mengikat Hb

kapiler yang terjadi


Berlangsung setelah fase syok teratasi. Masalah

atau
kehilangan
jaringan
akibat
Obstruksi
jalan
nafas
Hb tidak mampu
mengikat O2

Masalah Keperawatan:
Resiko tinggi terhadap infeksi
Gangguan rasa nyaman
Ganguan aktivitas
adalah
kerusakan
Kerusakan
integritas kulit

kontak denga sumber panas. Luka yang terjadi


Ektravasasi cairan (H2O,
Elektrolit, protein)

menyebabkan:

Gagal nafas

1. Proses inflamasi dan infeksi.


Hipoxia otak

2. Problempenuutpan luka dengan titikTek.


perhatian
Osmtik pada luka telanjang atau tidak

MK: Jalan nafas


tidak efektif
berbaju

Tek hidrostatik

epitel luas dan atau pada struktur


atau organ
organ fungsional.

3. Keadaan hipermetabolisme.
3. Fase lanjut.

Cairan intravaskuler
menurun

Fase lanjut akan berlangsung hingga terjadinya maturasi parut akibat luka dan
pemulihan fungsi organ-organ fungsional. Problem yang muncul pada fase ini
adalah penyulit berupa parut yang

Hipovolemia dan
hemokonsentrasi
hipertropik,
kleoid,

Masalah Keperawatan:
Kekurangan volume cairan
gangguanGangguan
pigmentasi,
perfusi jaringan

deformitas dan kontraktur.


Gangguan sirkulasi makro
meningkat

B. POHON MASALAH
Patofisiologi (Hudak & Gallo; 1997)

Gangguan
Ssirkulasi seluler

Gangguan perfusi organ penting

Otak

Kardiovaskuler

Ginjal

Hepar

GI

Neurologi

Imun

Gangguan

Daya

Neurologi

tahan

Gangguan perfusi

Traktus
Hipoxia

Kebocoran
kapiler

Hipoxia
sel ginjal

Pelepasan
katekolamin

Dilatasi
lambung

tubuh

Sel otak
mati

Penurunan
curah jantung

Gagal
fungsi
sentral

Fungsi

Hipoxia

Hambahan

ginjal

hepatik

pertumbuhan

Gagal

menurun
Glukoneogenesis
glukogenolisis

menurun
Gagal jantung

Laju
metabolisme
meningkat

Gagal hepar

ginjal
MK: Per nutrisi

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati


MULTI SISTEM ORGAN FAILURE

131

C. PENGKAJIAN
1. Identitas.
2. Keluhan Utama
Adanya luka bakar yang disebabkan oleh ;
a.

Luka Bakar Suhu Tingg (Thermal Burn)


a)

Gas

b) Cairan
c)

Bahan padat (Solid)

b.

Luka Bakar Bahan Kimia (hemical Burn)

c.

Luka Bakar Sengatan Listrik (Electrical Burn)

d.

Luka Bakar Radiasi (Radiasi Injury)

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

132

3. Riwayat penyakit sekarang :


Sebab sebab terjadinya luka bakar.
4. Riwayat kesehatan dulu
Hal hal yang dapat mempengaruhi kesembuhan seperti adanya riwayat
Diabetes Melitus.
5. Pengkajian Persistem tubuh :
a. Aktifitas/istirahat:
Tanda: Penurunan kekuatan, tahanan; keterbatasan rentang gerak pada area
yang sakit; gangguan massa otot, perubahan tonus.
b. Sirkulasi:
Tanda (dengan cedera luka bakar lebih dari 20% APTT): hipotensi (syok);
penurunan nadi perifer distal pada ekstremitas yang cedera; vasokontriksi
perifer umum dengan kehilangan nadi, kulit putih dan dingin (syok listrik);
takikardia (syok/ansietas/nyeri); disritmia (syok listrik); pembentukan
oedema jaringan (semua luka bakar).
c. Integritas ego:
Gejala: masalah tentang keluarga, pekerjaan, keuangan, kecacatan.
Tanda: ansietas, menangis, ketergantungan, menyangkal, menarik diri,
marah.
d. Eliminasi:
Tanda: haluaran urine menurun/tak ada selama fase darurat; warna mungkin
hitam kemerahan bila terjadi mioglobin, mengindikasikan kerusakan otot
dalam; diuresis (setelah kebocoran kapiler dan mobilisasi cairan ke dalam
sirkulasi); penurunan bising usus/tak ada; khususnya pada luka bakar
kutaneus lebih besar dari 20% sebagai stres penurunan motilitas/peristaltik
gastrik.
e. Makanan/cairan:
Tanda: oedema jaringan umum; anoreksia; mual/muntah.
f. Neurosensori:
Gejala: area batas; kesemutan.

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

133

Tanda: perubahan orientasi; afek, perilaku; penurunan refleks tendon dalam


(RTD) pada cedera ekstremitas; aktifitas kejang (syok listrik); laserasi
korneal; kerusakan retinal; penurunan ketajaman penglihatan (syok listrik);
ruptur membran timpanik (syok listrik); paralisis (cedera listrik pada aliran
saraf).
g. Nyeri/kenyamanan:
Gejala: Berbagai nyeri; contoh luka bakar derajat pertama secara eksteren
sensitif untuk disentuh; ditekan; gerakan udara dan perubahan suhu; luka
bakar ketebalan sedang derajat kedua sangat nyeri; smentara respon pada
luka bakar ketebalan derajat kedua tergantung pada keutuhan ujung saraf;
luka bakar derajat tiga tidak nyeri.
h. Pernafasan:
a) Gejala: terkurung dalam ruang tertutup; terpajan lama (kemungkinan
cedera inhalasi).
b) Tanda: serak; batuk mengii; partikel karbon dalam sputum;
ketidakmampuan menelan sekresi oral dan sianosis; indikasi cedera
inhalasi.
c) Pengembangan torak mungkin terbatas pada adanya luka bakar lingkar
dada; jalan nafas atau stridor/mengii (obstruksi sehubungan dengan
laringospasme, oedema laringeal); bunyi nafas: gemericik (oedema
paru); stridor (oedema laringeal); sekret jalan nafas dalam (ronkhi).
i. Keamanan:
Tanda:
a) Kulit umum: destruksi jaringan dalam mungkin tidak terbukti selama 3-5
hari sehubungan dengan proses trobus mikrovaskuler pada beberapa
luka.
b) Area kulit tak terbakar mungkin dingin/lembab, pucat, dengan pengisian
kapiler lambat pada adanya penurunan curah jantung sehubungan
dengan kehilangan cairan/status syok.

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

134

c) Cedera api: terdapat area cedera campuran dalam sehubunagn dengan


variase intensitas panas yang dihasilkan bekuan terbakar. Bulu hidung
gosong; mukosa hidung dan mulut kering; merah; lepuh pada faring
posterior;oedema lingkar mulut dan atau lingkar nasal.
d) Cedera kimia: tampak luka bervariasi sesuai agen penyebab.
e) Kulit mungkin coklat kekuningan dengan tekstur seprti kulit samak
halus; lepuh; ulkus; nekrosis; atau jarinagn parut tebal. Cedera secara
mum ebih dalam dari tampaknya secara perkutan dan kerusakan
jaringan dapat berlanjut sampai 72 jam setelah cedera.
f) Cedera listrik: cedera kutaneus eksternal biasanya lebih sedikit di bawah
nekrosis. Penampilan luka bervariasi dapat meliputi luka aliran
masuk/keluar (eksplosif), luka bakar dari gerakan aliran pada proksimal
tubuh tertutup dan luka bakar termal sehubungan dengan pakaian
terbakar.
g) Adanya fraktur/dislokasi (jatuh, kecelakaan sepeda motor, kontraksi otot
tetanik sehubungan dengan syok listrik).
6. Pemeriksaan diagnostik:
a. LED: mengkaji hemokonsentrasi.
b. Elektrolit serum mendeteksi ketidakseimbangan cairan dan biokimia. Ini
terutama penting untuk memeriksa kalium terdapat peningkatan dalam 24
jam pertama karena peningkatan kalium dapat menyebabkan henti jantung.
c. BUN dan kreatinin mengkaji fungsi ginjal.
d. Bronkoskopi membantu memastikan cedera inhalasi asap.
e. Koagulasi memeriksa faktor-faktor pembekuan yang dapat menurun pada
luka bakar masif.
7. Pemeriksaan laboratorium.
a. Lab lengkap + faal homeostasis
b. Urine lengkap untuk mengetahui infeksi saluran kencing.
8. Pemeriksaan penunjang
a. Foto thorax untuk mengetahui keadaan dari jantung dan paru.

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

135

b. Pemeriksaan ECG dilakukan pada pasien yang berusia lebih dari 45 tahun
(soemtanto 1998).
D. DIAGNOSA DAN INTERVENSI

Diagnosa Keperawatan
Marilynn E. Doenges dalam Nursing care plans, Guidelines for planning and
documenting patient care mengemukakan beberapa Diagnosa keperawatan
sebagai berikut :
1 Resiko tinggi bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obtruksi
trakeabronkial;edema mukosa dan hilangnya kerja silia. Luka bakar daerah
leher; kompresi jalan nafas thorak dan dada atau keterdatasan pengembangan
dada.
2

Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan Kehilangan


cairan melalui rute abnormal. Peningkatan kebutuhan : status hypermetabolik,
ketidak cukupan pemasukan. Kehilangan perdarahan.

Resiko kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan cedera inhalasi asap


atau sindrom kompartemen torakal sekunder terhadap luka bakar sirkumfisial
dari dada atau leher.

Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan Pertahanan primer tidak


adekuat; kerusakan perlindungan kulit; jaringan traumatik. Pertahanan
sekunder tidak adekuat; penurunan Hb, penekanan respons inflamasi.

Nyeri berhubungan dengan Kerusakan kulit/jaringan; pembentukan


edema. Manifulasi jaringan cidera contoh debridemen luka.

Resiko

tinggi

kerusakan

perfusi

jaringan,

perubahan/disfungsi

neurovaskuler perifer berhubungan dengan Penurunan/interupsi aliran darah


arterial/vena, contoh luka bakar seputar ekstremitas dengan edema.
7

Perubahan nutrisi : Kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


status hipermetabolik (sebanyak 50 % - 60% lebih besar dari proporsi normal
pada cedera berat) atau katabolisme protein.

Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuskuler,

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

136

nyeri/tak nyaman, penurunan kekuatan dan tahanan.


9

Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan Trauma : kerusakan


permukaan kulit karena destruksi lapisan kulit (parsial/luka bakar dalam).

10

Gangguan citra tubuh (penampilan peran) berhubungan dengan krisis


situasi; kejadian traumatik peran klien tergantung, kecacatan dan nyeri.

11

Kurang

pengetahuan

tentang

kondisi,

prognosis

dan

kebutuhan

pengobatan berhubungan dengan Salah interpretasi informasi Tidak mengenal


sumber informasi.

Intervensi
Resiko bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi
trakheobronkhial; oedema mukosa; kompressi jalan nafas .
Tujuan

: Bersihan jalan nafas tetap efektif.

Kriteria Hasil : Bunyi nafas vesikuler, RR dalam batas normal, bebas


dispnoe/cyanosis.

Intervensi
a. Kaji refleks gangguan/menelan;

Rasional
a. Dugaan cedera inhalasi

perhatikan pengaliran air liur,


ketidakmampuan menelan, serak,
batuk mengi.
b. Awasi frekuensi, irama, kedalaman

b. Takipnea, penggunaan otot bantu,


sianosis dan perubahan sputum

pernafasan ; perhatikan adanya

menunjukkan terjadi distress

pucat/sianosis dan sputum

pernafasan/edema paru dan

mengandung karbon atau merah

kebutuhan intervensi medik.

muda.
c. Perhatikan adanya pucat atau warna
buah ceri merah pada kulit yang

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

c. Dugaan adanya hipoksemia atau


karbon monoksida.
d. Meningkatkan ekspansi paru

137

cidera
d. Tinggikan kepala tempat tidur.

optimal/fungsi pernafasan.
Bilakepala/leher terbakar, bantal

Hindari penggunaan bantal di

dapat menghambat pernafasan,

bawah kepala, sesuai indikasi

menyebabkan nekrosis pada


kartilago telinga yang terbakar dan
meningkatkan konstriktur leher.

e. Dorong batuk/latihan nafas dalam


dan perubahan posisi sering.

e. Meningkatkan ekspansi paru,


memobilisasi dan drainase sekret.

f. Tingkatkan istirahat suara tetapi

f. Peningkatan sekret/penurunan

kaji kemampuan untuk bicara

kemampuan untuk menelan

dan/atau menelan sekret oral secara

menunjukkan peningkatan edema

periodik.

trakeal dan dapat mengindikasikan


kebutuhan untuk intubasi.

g. Selidiki perubahan perilaku/mental

g. Meskipun sering berhubungan

contoh gelisah, agitasi, kacau

dengan nyeri, perubahan kesadaran

mental.

dapat menunjukkan
terjadinya/memburuknya hipoksia.

h. Awasi 24 jam keseimbangan cairan,


perhatikan variasi/perubahan.

h. Perpindahan cairan atau kelebihan


penggantian cairan meningkatkan
risiko edema paru. Catatan : Cedera
inhalasi meningkatkan kebutuhan
cairan sebanyak 35% atau lebih
karena edema.

i. Lakukan program kolaborasi

i. O2 memperbaiki

meliputi :

hipoksemia/asidosis. Pelembaban

Berikan pelembab O2 melalui

menurunkan pengeringan saluran

cara yang tepat, contoh masker

pernafasan dan menurunkan

wajah

viskositas sputum.

j. Kaji ulang seri rontgen

j. Perubahan menunjukkan
atelektasis/edema paru tak dapat

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

138

terjadi selama 2 3 hari setelah


terbakar
k. Berikan/bantu fisioterapi

k. Fisioterapi dada mengalirkan area

dada/spirometri intensif.

dependen paru, sementara


spirometri intensif dilakukan untuk
memperbaiki ekspansi paru,
sehingga meningkatkan fungsi
pernafasan dan menurunkan
atelektasis.

Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan Kehilangan


cairan

melalui

rute

abnormal.

Peningkatan

kebutuhan

status

hypermetabolik, ketidak cukupan pemasukan. Kehilangan perdarahan.


Tujuan

: Pasien dapat mendemostrasikan status cairan dan


biokimia membaik.

Kriteria evaluasi

: Tak ada manifestasi dehidrasi, resolusi oedema, elektrolit


serum dalam batas normal, haluaran urine di atas 30
ml/jam.

INTERVENSI
a. Awasi pengeluaran urine. Observasi
warna urine dan hemates sesuai indikasi.

RASIONALISASI
a. Memberikan pedoman untuk
penggantian cairan dan mengkaji
respon kardiovaskuler.
Penggantian cairan dititrasi untuk
meyakinkan rata-2 pengeluaran
urine 30-50 cc/jam pada orang
dewasa. Urine berwarna merah pada
kerusakan otot masif karena
adanyadarah dan keluarnya
mioglobin.

b. Perkirakan drainase luka dan kehilangan

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

b. Peningkatan permeabilitas kapiler,

139

yang tampak

perpindahan protein, proses


inflamasi dan kehilangan cairan
melalui evaporasi mempengaruhi
sirkulasi dan pengeluaran urine.

c. Timbang berat badan setiap hari

c. Penggantian cairan tergantung pada


berat badan pertama dan perubahan
selanjutnya. Memperkirakan
luasnya oedema/perpindahan cairan
yang mempengaruhi volume
sirkulasi dan pengeluaran urine.

d. Selidiki perubahan mental

d. Penyimpangan pada tingkat


kesadaran dapat mengindikasikan
ketidak adequatnya volume
sirkulasi/penurunan perfusi serebral

e. Observasi distensi abdomen, hemato


mesis, feces hitam.

e. Stres (Curling) ulcus terjadi pada


setengah dari semua pasien yang
luka bakar berat (dapat terjadi pada
awal minggu pertama).

f. Lakukan program kolaborasi meliputi

f. Observasi ketat fungsi ginjal dan

Pasang / pertahankan kateter urine

mencegah stasis atau refleks urine.

Pasang/ pertahankan ukuran kateter

cepat.

IV.

Berikan penggantian cairan IV yang

Memungkinkan infus cairan

Resusitasi cairan menggantikan

dihitung, elektrolit, plasma, albumin.

kehilangan cairan/elektrolit dan

Awasi hasil pemeriksaan

membantu mencegah

laboratorium ( Hb, elektrolit,

komplikasi.

natrium).

Mengidentifikasi kehilangan
darah/kerusakan SDM dan

g. Berikan obat sesuai indikasi :

kebutuhan penggantian cairan


dan elektrolit.

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

140

Diuretika

contohnya

Manitol g. Meningkatkan pengeluaran urine

(Osmitrol)

dan membersihkan tubulus dari

Kalium

debris /mencegah nekrosis.

Antasida

Penggantian lanjut karena


kehilangan urine dalam jumlah
besar

Menurunkan keasaman gastrik


sedangkan inhibitor histamin
menurunkan produksi asam
hidroklorida untuk menurunkan
produksi asam hidroklorida
untuk menurunkan iritasi gaster.

h. Pantau:

Tanda-tanda vital setiap jam selama h. Mengidentifikasi penyimpangan


indikasi kemajuan atau
periode darurat, setiap 2 jam selama
periode akut, dan setiap 4 jam selama

penyimpangan dari hasil yang

periode rehabilitasi.

diharapkan. Periode darurat (awal

Warna urine.

Masukan dan haluaran setiap jam


selama periode darurat, setiap 4 jam
selama periode akut, setiap 8 jam
selama periode rehabilitasi.

Berat badan setiap hari.

CVP (tekanan vena sentral) setiap


jam bila diperlukan.

Status umum setiap 8 jam.

Pada penerimaan rumah sakit,

48 jam pasca luka bakar) adalah


periode kritis yang ditandai oleh
hipovolemia yang mencetuskan
individu pada perfusi ginjal dan
jaringan tak adekuat.

Inspeksi adekuat dari luka bakar.

Penggantian cairan cepat


penting untuk mencegah gagal
ginjal. Kehilangan cairan
bermakna terjadi melalui
jarinagn yang terbakar dengan

lepaskan semua pakaian dan

luka bakar luas. Pengukuran

perhiasan dari area luka bakar.

tekanan vena sentral

Mulai terapi IV yang ditentukan

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

141

dengan jarum lubang besar (18G),

memberikan data tentang status

lebih disukai melalui kulit yang telah

volume cairan intravaskular.

terluka bakar. Bila pasien menaglami

Temuan-temuan ini menandakan

luka bakar luas dan menunjukkan

hipovolemia dan perlunya

gejala-gejala syok hipovolemik,

peningkatan cairan. Pada lka

bantu dokter dengan pemasangan

bakar luas, perpindahan cairan

kateter vena sentral untuk

dari ruang intravaskular ke

pemantauan CVP.

ruang interstitial menimbukan

Beritahu dokter bila: haluaran urine <

hipovolemi.

30 ml/jam, haus, takikardia, CVP < 6

Pasien rentan pada kelebihan

mmHg, bikarbonat serum di bawah

beban volume intravaskular

rentang normal, gelisah, TD di

selama periode pemulihan bila

bawah rentang normal, urine gelap

perpindahan cairan dari

atau encer gelap.

kompartemen interstitial pada

Konsultasi dokter bila manifestasi

kompartemen intravaskuler.

kelebihan cairan terjadi.

Observasi dan laporkan muntahan


warna kopi atau feses ter hitam.

Temuan-temuan muntahan

Laporkan temuan-temuan positif.

hitam menandakan adanya

Berikan antasida yag diresepkan atau

perdarahan GI. Perdarahan GI

antagonis reseptor histamin seperti

menandakan adaya stres ulkus

simetidin

(Curlings).

Mencegah perdarahan GI. Luka


bakar luas mencetuskan pasien
pada ulkus stres yang
disebabkan peningkatan sekresi
hormon-hormon adrenal dan
asam HCl oleh lambung.

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

142

Resiko kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan cedera inhalasi asap


atau sindrom kompartemen torakal sekunder terhadap luka bakar sirkumfisial
dari dada atau leher.
Tujuan
: Pasien dapat mendemonstrasikan oksigenasi adekuat.
Kriteroia evaluasi :

RR 12-24 x/mnt, warna kulit normal, GDA dalam renatng


normal, bunyi nafas bersih, tak ada kesulitan bernafas.

INTERVENSI
a. Beriakan suplemen oksigen pada tingkat

RASIONALISASI
a. Inhalasi asap dapat merusak

yang ditentukan. Pasang atau bantu dengan

alveoli, mempengaruhi pertukaran

selang endotrakeal dan temaptkan pasien

gas pada membran kapiler alveoli.

pada ventilator mekanis sesuai pesanan bila


terjadi insufisiensi pernafasan (dibuktikan
dengna hipoksia, hiperkapnia, rales,
takipnea dan perubahan sensorium).
b. Anjurkan pernafasan dalam dengan

b. Suplemen oksigen meningkatkan

penggunaan spirometri insentif setiap 2 jam

jumlah oksigen yang tersedia

selama tirah baring.

untuk jaringan. Ventilasi mekanik


diperlukan untuk pernafasan
dukungan sampai pasie dapat
dilakukan secara mandiri.
Pernafasan dalam mengembangkan
alveoli, menurunkan resiko
atelektasis.

c. Pertahankan posisi semi fowler, bila


hipotensi tak ada.

c. Memudahkan ventilasi dengan


menurunkan tekanan abdomen
terhadap diafragma.

d. Untuk luka bakar sekitar torakal, beritahu

d. Luka bakar sekitar torakal dapat

dokter bila terjadi dispnea disertai dengan

membatasi ekspansi adda.

takipnea. Siapkan pasien untuk

Mengupas kulit (eskarotomi)

pembedahan eskarotomi sesuai pesanan.

memungkinkan ekspansi dada.

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

143

Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan Pertahanan primer tidak adekuat;


kerusakan perlinduingan kulit; jaringan traumatik. Pertahanan sekunder tidak
adekuat; penurunan Hb, penekanan respons inflamasi
Tujuan
: Pasien bebas dari infeksi.
Kriteria evaluasi : Tak ada demam, pembentukan jaringan granulasi baik.

INTERVENSI
a. Pantau:
a) Penampilan luka bakar (area luka
bakar, sisi donor dan status balutan di

RASIONALISASI
a. Mengidentifikasi indikasi-indikasi
kemajuan atau penyimapngan dari
hasil yang diharapkan.

atas sisi tandur bial tandur kulit


dilakukan) setiap 8 jam.
b) Suhu setiap 4 jam.
c) Jumlah makanan yang dikonsumsi
setiap kali makan.
b. Bersihkan area luka bakar setiap hari dan

b. Pembersihan dan pelepasan jaringan

lepaskan jarinagn nekrotik (debridemen)

nekrotik meningkatkan pembentukan

sesuai pesanan. Berikan mandi kolam

granulasi.

sesuai pesanan, implementasikan


perawatan yang ditentukan untuk sisi
donor, yang dapat ditutup dengan balutan
vaseline atau op site.
c. Lepaskan krim lama dari luka sebelum

c. Antimikroba topikal membantu

pemberian krim baru. Gunakan sarung

mencegah infeksi. Mengikuti prinsip

tangan steril dan berikan krim antibiotika

aseptik melindungi pasien dari infeksi.

topikal yang diresepkan pada area luka

Kulit yang gundul menjadi media yang

bakar dengan ujung jari. Berikan krim

baik untuk kultur pertumbuhan baketri.

secara menyeluruh di atas luka.

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

d. Temuan-temuan ini mennadakan

144

d. Beritahu dokter bila demam drainase

infeksi. Kultur membantu

purulen atau bau busuk dari area luka

mengidentifikasi patogen penyebab

bakar, sisi donor atau balutan sisi tandur.

sehingga terapi antibiotika yang tepat

Dapatkan kultur luka dan berikan

dapat diresepkan. Karena balutan siis

antibiotika IV sesuai ketentuan.

tandur hanya diganti setiap 5-10 hari,


sisi ini memberiakn media kultur
untuk pertumbuhan bakteri.
e. Kulit adalah lapisan pertama tubuh

e. Tempatkan pasien pada ruangan khusus

untuk pertahanan terhadap infeksi.

dan lakukan kewaspadaan untuk luka

Teknik steril dan tindakan perawatan

bakar luas yang mengenai area luas tubuh.

perlindungan lainmelindungi pasien

Gunakan linen tempat tidur steril, handuk

terhadap infeksi. Kurangnya berbagai

dan skort untuk pasien. Gunakan skort

rangsang ekstrenal dan kebebasan

steril, sarung tangan dan penutup kepala

bergerak mencetuskan pasien pada

dengan masker bila memberikan

kebosanan.

perawatan pada pasien.

f. Melindungi terhadap tetanus.

f. Bila riwayat imunisasi tak adekuat,


berikan globulin imun tetanus manusia
(hyper-tet) sesuai pesanan.
g. Mulai rujukan pada ahli diet, berikan

g. Ahli diet adalah spesialis nutrisi yang


dapat mengevaluasi paling baik status

protein tinggi, diet tinggi kalori. Berikan

nutrisi pasien dan merencanakan diet

suplemen nutrisi seperti ensure atau

untuk emmenuhi kebuuthan nutrisi

sustacal dengan atau antara makan bila

penderita. Nutrisi adekuat memabntu

masukan makanan kurang dari 50%.

penyembuhan luka dan memenuhi

Anjurkan NPT atau makanan enteral bial

kebutuhan energi.

pasien tak dapat makan per oral.


Nyeri berhubungan dengan Kerusakan kulit/jaringan; pembentukan edema.
Manipulasi jaringan cidera contoh debridemen luka.
Tujuan Pasien dapat mendemonstrasikan hilang dari ketidaknyamanan.

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

145

Kriteria evaluasi: menyangkal nyeri, melaporkan perasaan nyaman, ekspresi wajah dan
postur tubuh rileks.

INTERVENSI
a. Lakukan persiapan eskarotomi

RASIONALISASI
a. Persiapan yang tepat akan
mengurangi dampak tindakan yang

b. Pertahankan pintu kamar tertutup,


tingkatkan suhu ruangan dan berikan

tidak diinginkan.
b. Panas dan air hilang melalui

selimut ekstra untuk memberikan

jaringan luka bakar, menyebabkan

kehangatan.

hipoetrmia. Tindakan eksternal ini


membantu menghemat kehilangan

c. Bantu dengan pengubahan posisi setiap 2


jam bila diperlukan. Dapatkan bantuan
tambahan sesuai kebutuhan, khususnya
bila pasien tak dapat membantu
membalikkan badan sendiri.

panas.
c. Menghilangkan tekanan pada
tonjolan tulang dependen.
Dukungan adekuat pada luka bakar
selama gerakan membantu
meinimalkan ketidaknyamanan.

Resiko tinggi kerusakan perfusi jaringan, perubahan/disfungsi neurovaskuler


perifer berhubungan dengan Penurunan/interupsi aliran darah arterial/vena,
contoh luka bakar seputar ekstremitas dengan edema.
Tujuan
: Pasien menunjukkan sirkulasi tetap adekuat.
Kriteria evaluasi : Warna kulit normal, menyangkal kebas dan kesemutan, nadi perifer
dapat diraba.

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

146

INTERVENSI
a. Untuk luka bakar yang mengitari

RASIONALISASI
a. Mengidentifikasi indikasi-indikasi

ekstermitas atau luka bakar listrik, pantau

kemajuan atau penyimpangan dari

status neurovaskular dari ekstermitas

hasil yang diharapkan.

setaip 2 jam.
b. Pertahankan ekstermitas bengkak
ditinggikan.

b. Meningkatkan aliran balik vena dan


menurunkan pembengkakan.
c. Temuan-temuan ini menandakan
keruskana sirkualsi distal. Dokter

c. Beritahu dokter dengan segera bila terjadi

dapat mengkaji tekanan jaringan

nadi berkurang, pengisian kapiler buruk,

untuk menentukan kebutuhan

atau penurunan sensasi. Siapkan untuk

terhadap intervensi bedah.

pembedahan eskarotomi sesuai pesanan.

Eskarotomi (mengikis pada eskar)


atau fasiotomi mungkin diperlukan
untuk memperbaiki sirkulasi
adekuat.

Kerusakan integritas kulit b/d kerusakan permukaan kulit sekunder destruksi


lapisan kulit.
Memumjukkan regenerasi jaringan
Kriteria hasil: Mencapai penyembuhan tepat waktu pada area luka bakar.
INTERVENSI

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

RASIONALISASI

147

a. Kaji/catat ukuran, warna, kedalaman luka,

a. Memberikan informasi dasar

perhatikan jaringan nekrotik dan kondisi

tentang kebutuhan penanaman kulit

sekitar luka.

dan kemungkinan petunjuk tentang


sirkulasi pada aera graft.

b. Lakukan perawatan luka bakar yang tepat


dan tindakan kontrol infeksi.

b. Menyiapkan jaringan untuk


penanaman dan menurunkan resiko
infeksi/kegagalan kulit.

c. Pertahankan penutupan luka sesuai


indikasi.

c. Kain nilon/membran silikon


mengandung kolagen porcine
peptida yang melekat pada
permukaan luka sampai lepasnya
atau mengelupas secara spontan
kulit repitelisasi.

d. Tinggikan area graft bila mungkin/tepat.

d. Menurunkan pembengkakan

Pertahankan posisi yang diinginkan dan

/membatasi resiko pemisahan graft.

imobilisasi area bila diindikasikan.

Gerakan jaringan dibawah graft


dapat mengubah posisi yang

e. Pertahankan balutan diatas area graft baru


dan/atau sisi donor sesuai indikasi.

mempengaruhi penyembuhan
optimal.
e. Area mungkin ditutupi oleh bahan

f. Cuci sisi dengan sabun ringan, cuci, dan


minyaki dengan krim, beberapa waktu

dengan permukaan tembus pandang


tak reaktif.

dalam sehari, setelah balutan dilepas dan


penyembuhan selesai.
g. Lakukan program kolaborasi :

f. Kulit graft baru dan sisi donor yang


sembuh memerlukan perawatan

- Siapkan / bantu prosedur bedah/balutan

khusus untuk mempertahankan

biologis.

kelenturan.
g. Graft kulit diambil dari kulit orang
itu sendiri/orang lain untuk
penutupan sementara pada luka

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

148

bakar luas sampai kulit orang itu


siap ditanam.

E. PELAKSANAAN
Pada tahap pelaksanaan ini kegiatannya adalah askep sesuai dengan perencanaan
atau bila perlu bisa menyimpang dari perencanaan semula tergantung situasi dan
kondisi saat itu.
F. EVALUASI
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan dengan tujuan untuk
menilai bahwa tujuan itu tercapai atau tidak dapat diketahui dari perilaku pasien /
keluarga serta menunjukkan keadaan fisik sebagai berikut :
1. Tujuan tercapai jika pasien menunjukkan perubahan sesuai dengan standar yang
telah ditetapkan.
2. Tujuan tercapai sebagian jika pasien menunjukkan perubahan sebagian dari
standar dan kriteria yang ditetapkan.
3. Tujuan tidak tercapai jika tidak menunjukkan perubahan kemajuan sama sekali
dan bahkan timbul masalah baru, kolaborasi dengan dokter yang merawat.
G. DICSHARGE PLANNING ( RENCANA PEMULANGAN)
1. Berikan informasi tentang perawatan di rumah.
2. Jelaskan terapi yang diberikan.
3. Jelaskan pasien untuk tidak berpantang makanan, dan makan makanan tinggi
protein.

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

149

4. Jelaskan untuk mobilisasi terutama pada daerah persendian agar tidak terjadi
perlengketan dan kontraktur sendi selama di rumah.
5. Motivasi untuk menjaga kebersihan tubuh agar tidak mudah terjadi infeksi.
6. Jelaskan untuk menggunakan alat tenun bersih, bila memungkinkan berikan alat
tenun yang steril.
7. Tekankan untuk melakukan kontrol sesuai waktu yang ditentukan

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

150

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN STRUMA NON


TOKSIKA
A. PENGERTIAN
Struma nodosa non toksik adalah pembesaran dari kelenjar tiroid yang berbatas
jelas, tanpa gejala gejala hipertiroid.
B. POHON MASALAH
Defisiensi Jodium
Gg. Metab. Jodium

Tiroiditis kronis

Terjadi Benjolan Tiroid


(STRUMA NIDOSA )

Penekanan pada
tarachea

Keganasan

Neoplasma

Kosmetik

Penekanan pada
esophagus

Psikologis

Gg. Body
Image

Metastase dan Mendesak sel saraf


Obstruksi jalan nafas Kurang
merusak pita suara
menelan
pengetahuan
Gg. Pola
pemenuhan O2

Gg.
Komunikasi
verbal
Cemas

Disphagia / nyeri
telan

Gg. pemenuhan
nutrisi
OPERASI
Terputusnya jaringan
Nyeri

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

151

C. PENGKAJIAN
1. Identitas.
2. Keluhan Utama
a. Ada benjolan pada leher bagian depan bawah.
b. Disphagia.
c. Sesak nafas.
3. Riwayat penyakit sekarang
a.

Terjadinya

benjolan

tiroid

karena

adanya

perubahan

gagalnya

kompensasi tiroid (kekurangan diet Jodium, gangguan metabolisme jodium)


atau karena proses penyakit pada tiroid itu sendiri (tiroid kronis, neoplasma
jinak.ganas).
4. Riwayat Penyakit dahulu
a.

Apakah pasien dulu pernah mengalami penyakit yang sama (struma non
toksika)

b.

Apakah ada keluarga yang meninggal akibat penyakit yang sama dengan
pasien (karsinoma tiroid tips meduler).

5. Pola persepsi pemeliharaan kesehatan


Apakah pasien berasal dari daerah endemis dan banyak tetangga yang sakit
seperti pasien (struma endemik)
a. Pola nutrisi dan metabolisme
Nafsu makan menurun karena sulit menelan atau sering nyeri pada leher.
b. Pola persepsi dan pola pikir
c.

Pasien merasa minder, malu karena dileher ada benjolan

d.

Pasien sering bertanya kepada perawat atau keluarga apakah penyakitnya


bisa sembuh.

e.

Menarik diri dari lingkungan luar.

PEMERIKSAAN FISIK
A. Tanda-tanda vital
1. Tensi dalam batas normal
Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

152

2. Nadi dalam batas normal


3. RR dalam batas normal
4. Peningkatan suhu tubuh 38-39C (tiroiditis kronis)
B. Leher
1. Inspeksi dari depan pasien nampak suatu benjolan pada leher bagian
depan bawah yang bergerak ke atas pada waktu pasien menelan ludah.
2. Pada palpasi dari belakang dengan ibu jari kedua tangan pada tengkuk
pasien dan jari-jari lain meraba benjolan pada leher pasien.
3. Pada palpasi didapatkan lokalisasi benjolan terhadap trakea, ukuran
konsistensi, mobilitas, infiltrat terhadap kulit/jaringan selakar.
4. Pembesaran getah bening leher
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
1. Kadar kalsitonin serum meningkat pada karsinoma tipe meduler
2. Pemeriksaan potong beku dikerjakan intra operatif untuk menentukan
apakah struma tersebut jinak atau ganas
PEMERIKSAAN TAMBAHAN
-

X- Foto traks AP/LAT : untuk mengetahui adanya bagian struma yang


retro strelnal juga melihat adanya Colri Lession dalam paru pada
keganasan tiroid

X- Foto leher AP/LAT : untuk mengetahui adanya klasifikasi pada


struma (kemungkinan keganasan tiroid), penyempitan atau pendorongan
trakea oleh struma yang besar.

D. DIAGNOSA DAN INTERVENSI


DIAGNOSA KEPERAWATAN PRE DAN POST OPERASI
1.

Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan disfagia/ sulit


menelan.

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

153

2.

Gangguan body image berhubungan dengan adnya benjolan pada leher.

3.

Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit.

4.

Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan post operasi.

INTERVENSI
Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan disfagia/sulit
menelan, nyeri telan yang ditandai pasien tidak menghabiskan makanan,
mukosa membran kering, turgor kulit menurun.
Tujuan

: kebutuhan nutrisi pasien dapat terpenuhi

Kriteria hasil : - pasien menghabiskan satu porsi makanan

a.

mukosa membran lembab

turgur kulit baik (elastis)

INTERVENSI
Jelaskan semua tindakan pada

RASIONAL
Menjalin
hubungan

a.

pasien dan keluarga.

kooperatif

antara

yang

perawat

dan

keluarga.
b.

Jelaskan pentingnya nutrisi untuk

b.

penyembuhan pasien .

Agar pasien tahu dan mengerti


tentang gizi penting bagi kesehatan
pasien .

c.

Berikan makanan dengan porsi

c.

kecil tapi sering (yang lunak).

Agar mudah melewati esophagus


yang mengalami penekanan oleh
trakea.

d.

Observasi

intake

dan

output

d.

makanan.

Untuk
makanan
dan

e.

Kolaborasi dengan tim medis,


gizi.

mengetahui

jumlah

yang telah dikonsumsi

mengetahui

keseimbangan

antara input dan output.


e.

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

Sebagai fungsi interdependent.

154

Gangguan body image berhubungan dengan ada benjolan pada leher yang
ditandai dengan pasien merasa malu, menarik diri, mudah marah, putus asa,
perubahan dalam penampilan dan fungsi tubuh.
Tujuan
Kriteria hasil

a.

: agar pasien dapat menerima keadaan/perubahan pada dirinya


: - Pasien mau berpartisipasi dalam perawatan diri.
-

Pasien tidak menarik diri.

Pasien dapat menerima keadaan dirinya.

INTERVENSI
Jelaskan semua tindakan pada

a.

pasien dan keluarga .


b.

Motivasi

pasien

RASIONAL
Supaya pasien kooperatif dalam
tindakan.

untuk

b.

mengungkapkan perasaannya.

Untuk

menggali

permasalahan

pasien

semua
serta

mengurangi beban pikiran pasien.


c.

Diskusikan cara meningkatkan

c.

penampilan.
d.

Agar

pasien

percaya

akan

dirinya/mengurangi beban pikiran.

Berikan informasi yang dapat

d.

diterima pasien.

Supaya pasien tahu dan mengerti


tentang penyakitnya.

Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang prosedur tindakan


yang dilakukan dan perkembangan kondisinya yang ditandai dengan pasien
sering bertanya tentang penyakitnya, gelisah, menarik diri, ekspresi wajah
tegang.
Tujuan

: agar kecemasan pasien berkurang atau tidak cemas.

Kriteria hasil : -

mau mengungkapkan masalahnya.

ekspresi wajah tenang dan tidak gelisah.

tidak menarik diri.

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

155

a.

INTERVENSI
Jelaskan semua tindakan yang a.
akan dilakukan pasien dan keluarga.

b.

Motivasi

pasien

agar

mau b.

Menggali semua permasalahan


pasien.

Ciptakan suasana yang aman dan c.


tenang.

d.

antara

perawat dan keluarga.

mengungkapkan perasaannya.
c.

RASIONAL
Menjalin
hubungan

Supaya pasien bisa rileks dan


mengurangi beban pasien.

Kaji tingkat kecemasan pasien.

d.

Mengetahui

perkembangan

pasien lebih dini.


e.

Kolaborasi dengan tim medis.

e.

Fungsi interdepent.

Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan luka operasi yang ditandai
dengan pasien mengeluh nyeri pada luka operasi, pasien tampak kesakitan,
keluar keringat dingin.
Tujuan

: rasa nyaman nyeri berkurang/sampai dengan hilang.

Kriteria hasil : -

Keluhan nyeri berkurang.

Ekspresi wajah tidak tegang.

Tidak keluar keringat dingin.

INTERVENSI
a. Bina hubungan terapeutik dengan

RASIONAL
a. Supaya pasien dan keluarga lebih

pasien dan keluarga.

kooperatif.

b. Beri penjelasan pada pasien dan

b. Agar pasien dan keluarga mengerti

keluarga tentang timbulnya nyeri.


c. Kaji tingkat ambang nyeri pasien.

dan menambah kooperatif.


c. Untuk dapat menentukan tindakan
selanjutnya.

d. Ajarkan

tehnik

relaksasi

dengan

d. Agar pasien bisa rileks diharapkan

nafas panjang.
e. Observasi tanda-tanda vital.

rasa nyeri berkurang.


e. Untuk mengetahui perkembangan
selanjutnya/lebih dini.

f. Rawat luka dengan tehnik asptik.

f. Untuk

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

mencegah

infeksi
156

nasokomial.
g. Kolaborasi dengan tim medis untuk

g. Analgesik untuk mengurangi rasa

pemberian analgesik dan antibiotika.

nyeri

dan

mempercepat

penyembuhan.

E. IMPLEMENTASI
Pada tahap pelaksaanaan ini kegiatannya adalah melaksanakan asuhan keperawatan
sesuai dengan perencanaan atau bila perlu dapat menyimpang dari perencanaan
semua tergantung dari situasi dan kondisi saat ini.
F. EVALUASI
Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan yang bertujuan
untuk menilai apakah dalam perencanaan perawatan tercapai atau tidak dan untuk
melakukan pengkajian ulang.
1.

Jika pasien mampu menunjukkan perilaku pada waktu yang sesuai


dengan pernyataan tujuan, maka tercapai.

2.

Jika pasien telah mampu menunjukkan perilaku, tetapi tidak yang


ditentukan di dalam pernyataan tujuan, maka tujuan tercapai sebagian.

3.

Jika pasien tidak mampu sama sekali untuk menunjukkan perilaku yang
diharapkan sesuai dengan persyaratan tujuan, maka berarti tujuan tidak tercapai.

G. DISCHARGE PLANING ( RENCANA PEMULANGAN )


1. Berikan informasi tentang cara perawatan di rumah.
2. Jelaskan terapi yang diberikan, anjurkan untuk kontrol bila obat habis.
3. Motivasi psien untuk diet TKTP
4. Motivasi pasien untuk mibilisasi saat di rumah.
5. Tekankan untuk melakukan kontrol sesuai waktu yang ditentukan

ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN ILEUS OBSTRUKSI

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

157

A. PENGERTIAN
Adalah gangguan pasase isi usus secara normal ke rcctum karena hambatan
ekstrinsik atau intrinsik, baik pada usus kecil maupun pada usus besar.
Obstruksi usus adalah gangguan pada aliran normal isi usus sepanjang traktus
intestinal (Nettina, 2001). Obstruksi terjadi ketika ada gangguan yang menyebabkan
terhambatnya aliran isi usus ke depan tetapi peristaltiknya normal (Reeves, 2001).
Obstruksi usus merupakan suatu blok saluran usus yang menghambat pasase cairan,
flatus dan makanan dapat secara mekanis atau fungsional (Tucker, 1998).
B. POHON MASALAH
ILEUS OBSTRUKSI MEKANIK
Obstruksi Intralumen oleh tekanan ekstrinsik
Penurunan dekompresi usus
Tekanan intralumen meningkat
Penekanan pembuluh darah

Kolik, borborigmi, Bising


usus
Distensi perut

Transudasi cairan dlm usus

mual muntah
Gg. Pemenuhan Nutrisi

Iskemia, Stranggulasi
Kurang Pengetahuan

Gang. Suplai darah


Ganggren diding usus

Gg. Kebutuhan
cairan

Nyeri
Ansietas

Perforasi

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

158

ILEUS OBSTRUKSI PARALITIK


Toksin / Trauma

Kontrol otonom pergerakan


Usus terganggu

Peristaltik tidak efektif

Obstruksi Paralitik

Distensi lumen usus


Oleh Gas

Mual muntah

Gg kebutuhan
cairan

Bising usus

Gg eliminasi
alvi

Gg pemenuhan nutrisi

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

Nyeri

C. PENGKAJIAN
1. Identitas.
2. Keluhan Utama
a) Kolik
b) Borborigmi dan bising usus meningkat.
c) Obstipasi
d) Distensi
e) Mual
f) Muntah
g) Nyeri tekan
3. Riwayat penyakit sekarang :
Sering mengeluh kolik, berborigmi dan bising usus meningkat. Didapatkan kontur
dan steipung disertai obstipasi dan distensi. Pada obstruksi proksimal muntah
terjadi lebih dini sedang pada obstruksi distal muntah terjadi lebih lambat. Bila
obstruksi disertai dengan strangulasi dirasakan nyeri hebat yang terlokalisir terus
menerus dan keadaan umum yang cepat menurun.
4. Pola persepsi pemeliharaan kesehatan.
a. Pola nutrisi dan metabolisme
Pada pasien obstruksi ileus nafsu makan tidak ada karena pasien merasa perut
kembung, mual disertai muntah.
b. Pola eliminasi alvi dan uri.
Pasien akan mengalami obstipasi atau sulit buang air besar. Karena usus
tersumbat pada suatu tempat.
c. Pola istirahat tidur.
Pasien ileus obstruksi sering mengalami kesulitan tidur karena nyeri pada
perutnya.
5. Pemeriksaan fisik.
a. Tanda-tanda vital :
a) Tekanan darah dalam batas normal 120/80 130/80 mm
b) Suhu tubuh akan meningkat 37 38 C bila terjadi dehidrasi.
c) Nadi dalam batas normal 80 88
d) Pernafasan dalam batas normal 20 x/mnt
b. Abdoment
a) Adanya ketegangan lokal
b) Nyeri tekan
c) Panas
d) Perut kembung

e) Bising usus meningkat


f) Steifung
6. Pemeriksaan laboratorium.
a. Leukositosis, hemokonsentrasi dan gangguan kadar elektrolit.
b. Pada pemeriksaan colok dubur di dapatkan rectum yang kosong.
7. Pemeriksaan penunjang.
a. Foto polos abdomen posisi tegak atau lateral dekubitus tampak distensi usus
proksimal dan hambatan dan fenomena anak tangga.
b. Pada volvulus sigmoid tampak sigmoid yang distensi berbentuk U yang
terbalik.
c. Pada dugaan tumor dapat dibuat foto barium enema.
D. DIAGNOSA DAN INTERVENSI

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan Distensi dan kekakuan
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah.
3. Gangguan istirahat ( tidur ) berhubungan dengan nyeri perut..
4. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakitnya dan tindakan yang
diberikan berhubungan dengan kurangnya pemohon terhadap informasi yang
sudah diberikan.
5. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan

input tidak

adekuat..
6. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi dan perubahan status kesehatan.

INTERVENSI
Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan distensi dan kekakuan
yang ditandai dengan pasien mengeluh kesakitan, wajah tampak menyeringai,
perut tegang dan membuncit.
Tujuan

: Nyeri berkurang

Kriteria hasil : - Pasien tidak gelisah / cemas


- Pasien merasa nyaman.

INTERVENSI
RASIONAL
a. Pertahankan tirah baring pada posisi a. Menyangga lutut akan memberikan
yang nyaman; jangan menyangga

tekanan pada perut yang terjadi

lutut.

distensi.

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

161

b. Kaji lokasi, berat dan tipe nyeri.

b. Untuk

melakukan

tindakan

selanjutnya.
c. Kaji keefektifan dan pantau terhadap c. Fungsi kolaborasi perawat.
efek samping anlgesik;
d. Kaji dan anjurkan melakukan lathan d. Mobilisasi

bertahap

akan

dapat

meningkatkan

peris

rentang gerak aktif atau pasif setiap

merangsang

4 jam.

taltic usus ( bagi ileus paralitik )

e. Ubah posisi dengan sering dan e. Bedrest total yang lama dapat
berikan

gosokan punggung dan

menyebabkan leceat pada kulit dan

perawatan kulit.

bising usus menurun.

f. Auskultasi bising usus; perhatikan f. Pantauan ketat untuk mengetahui


peningkatan kekauan atau nyeri;

adanya kelainan sejak dini, dan

berikan

enema

enema

perlahan

bila

dipesankan.
g. Berikan

dan

akan

dapat

merangsang

meningkatkan bising usus.


anjurkan

tindakan g. Tindakan

alternatif penghilang nyeri.

perlu

mandiri

perawat,

dilakukan

bila

tindakan

kolaboratif.
Kurangnya volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah, yang
ditandai dengan mual muntah sering, turgor menurun, mata cowong, bibir
kering.
Tujuan

: Kebutuhan cairan tubuh terpenuhi

Kriteria hasil : - Tidak mual dan muntah


- Turgor baik.
- Mata tidak cowong, bibir lembab

INTERVENSI
RASIONAL
a. Pantau tanda vital dan observasi a. Deteksi dini bila tearjadi kelainan.
tingkat kesadaran dan gejala syok
b. Ukur produksi MS setiap 8 jam, b. Deteksi dini bila terjadi kelainan.
observasi isi, warna dan konsistensi
c. Ukur lingkar abdomen setiap 4 jam

c. Mengevalasi

tingkat

distensi

abdomen
d. Pantau elektrolit, Hb dan Ht

d. Deteksi dini bila terjadi internal


bleeding.

e. Siapkan untuk pembedahan sesuai e. Persiapan operasi yang tepat akan


indikasi
Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

dapat mengurangi masalah yang


162

timbul saat post operasi.


f. Bila pembedahan tidak dilakukan, f. Observasi terhadap daya serap usus
kolaborasikan pemberian cairan per

terhadap makanan.

oral juga dengan mengklem selang


usus selama 1 jam dan memberikan
jumlah air yang telah diukur atau
memberikan cairan setelah selang
usus diangkat.
g. Buka selang, bila dipasang, pada g. Observasi terhadap daya serap usus.
waktu khusus seusai pesanan, untuk
mem perkirakan jumlah absorpsi.
h. Auskultasi bising usus, 1 jam h. Deteksi dini bila terjadi kelainan.
setelah makan; laporkan bila tak
ada bising usus.
i. Kolaborasikan untuk pembe rian i. Memberikan nutrisi yang adekuat
Diet Panenteral.
j. Ukur

intake

out

put

sampai j. Untuk mengetahui keseimbangan

adekuat.

cairan yang masuk dan keluar

k. Observasi feses pertama terhadap k. Deteksi dini terhadap kelainan.


warna, konsistensi dan jumlah;
hindari konstipasi
Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan nyeri perut dan kecemasan
yang ditandai dengan pasien mengeluh sulit tidur, sering terbangun, gelisah.
Tujuan

: Istirahat tidur terpenuhi.

Kriteria hasil : - Pasien bisa tidur dengan nyenyak.


- Pasien tidak gelisah / cemas.
- Pasien merasa nyaman.

INTERVENSI
a.

Bina

RASIONAL
hubungan

terapeutik a. Dengan adanya hubungan terapeutik

dengan pasien dan keluarga.

diharapkan pasien akan kooperatif


dengan tindakan perawatan.

b.

Ciptakan lingkungan yang aman b. Situasi yang tenang dan aman


dan tenang.

memungkinkan

pasien

dapat

istirahat.
Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

163

c.

Beri

posisi

tidur

yang c. Dengan posisi yang tepat

menyenangkan.

dan

menyenangkan pasien akan lebih


rileks.

d.

Hindari tindakan yang dapat d. Melakukan


mengganggu istirahat tidur.

tindakan

pada

saat

pasien bangun akan memaksimalkan


jam tidur pasien.

e.

Anjurkan pasien tidur jika nyeri e. Tidur akan memaksimalkan jika


berkurang.

f.

nyeri telah hilang.

Bantu pasien dalam mengatasi f. Kecemasan


kecemasan.

penolakan

dapat

menyebabkan

terhadap

tindakan

keperawatan.
g.

Kolaborasi dengan tim medik g. Analgesik merubah persepsi


untuk pemberian analgesik.

interprestasi

nyeri

dan

dengan

penekanan syaraf di hipotalamus.


Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakitnya dan tindakan yang diberikan
berhubungan dengan kurangnya pemahaman terhadap informasi yang sudah
diberikan yang di tandai dengan pasien sering bertanya kepada setiap perawat,
pasien gelisah.
Tujuan

: Pasien mengerti tentang proses penyakitnya.

Kriteria hasil : -

Pasien mengerti tentang penyakitnya.

- Pasien tenang.

INTERVENSI
a. Berikan
penjelasan

tentang

RASIONAL
proses a. Menigkatkan kemampuan

penyakitnya dan tindakan yang akan

terhadap

diberikan.

tindakan yang diberikan.

b. Mantapkan

penjelasan

dengan

situasi

umpan b. Mengevaluasi

balik.

dan

pasien

sekarang

dan

meningkatkan

kemampuan pasien untuk mengerti


terhadap penjelasan yang diberikan.

c. Ajak pasien mengenal masalahnya dan c. Pasien akan merasa sebagai pribadi
merencanakan kebutuhan perawatan diri.
d. Catat

perkembangan

pasien

dalam

mengatasi masalahnya.

yang utuh dan dihormati sehingga


perawatan diri pasien terpenuhi.
d. Menentukan hasil yang akan di capai.

e. Kolaborasi dengan tim medik.


e. Fungsi interdependent.
Ansietas berhubungan dengan krisis situasi dan perubahan status kesehatan yang ditandai
dengan pasien gelisah.
Tujuan

: Ansietas teratasi

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

164

Kriteria hasil : -

Pasien memiliki koping yang positif.

- Pasien tidak gelisah / cemas.


- pasien bisa mengungkapkan masalahnya.

INTERVENSI
RASIONAL
a. Kaji perilaku koping baru dan a. Menggali dan meningkatkan koping
anjurkan penggunaan ketrampilan

positif dalam mengatasi masalah.

yang berhasil pada waktu lalu.


b. Dorong dan sediakan waktu untuk

b. Pasaien

dapat

mengungkapkan

mengungkapkan ansietas dan rasa

permasalahannya dan mendapatkan

takut; berikan penenangan.

ketenangan.

c. Jelaskan prosedur dan tindakan dan

c. Pasien mengerti dan memahami

beri penguatan penjelasan mengenai

tindakan

yang

akan

dilakukan

penyakit, tindakan dan prognosis.

sehingga dapat kooperatif dengan


semua tindakan.

d. Pertahankan

lingkungan

yang

tenang dan tanpa stres.

d. Pasien akan rilek dan kecemasan


berkurang.

e. Dorong dukungan keluarga dan e. Dukungan


orang terdekat.

spiritual

akan

meningkatkan rasa percaya pasien.

E. IMPLEMENTASI
Pada tahap pelaksanaan ini kegiatannya adalah melaksanakan asuhan keperawatan
sesuai dengan perencanaan atau bila perlu bisa menyimpang dari perencanaan semula,
tergantung situasi dan kondisi saat itu.
F. EVALUASI
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan dengan tujuan untuk
membawa tujuan itu tercapai atau tidak dapat di ketahui dari perilaku pasien / keluarga
serta menunjukkan keadaan fisik sebagai berikut :
1. Tujuan tercapai, jika pasien menunjukkan perubahan sesuai dengan standar yang
telah ditetapkan.
2. Tujuan tercapai sebagian, jika pasien menunjukkan perubahan sebagian dari standar
dan kriteria yang ditetapkan.
3. Tujuan tidak tercapai, jika tidak menunjukkan perubahan dan kemajuan sama sekali
dan bahkan timbul masalah, baru kolaborasi dengan dokter yang merawat.
G. DICSHARGE PLANING ( RENCANA PEMULANGAN )
Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

165

1. Berikan informasi tentang perawatan di rumah.


2. Jelaskan terapi yang diberikan.
3. Jelaskan pasien tentang makanan yang boleh dimakan.
4. Jelaskan untuk mobilisasi selama di rumah.
5. Tekankan untuk melakukan kontrol sesuai waktu yang ditentukan

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

166

ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN INVAGINASI

A. PENGERTIAN
Masuknya satu segmen usus ( paroksimal ) ke segmen usus yang lain ( distal )
B. POHON MASALAH
INTUSEPSI = INVAGINASI
Obstruksi Intralumen oleh masuknya satu segmen usus.
Peningkatan dekompresi usus
Tekanan intralumen
Penekanan pembuluh darah

Kolik, borborigmi, Bising


usus
Distensi perut

Transudasi cairan dlm usus

mual muntah
Gg. Pemenuhan Nutrisi

Iskemia, Stranggulasi
Kurang Pengetahuan

Gang. Suplai darah


Ganggren diding usus

Gg. Kebutuhan
cairan

Nyeri
Ansietas

Perforasi

C. PENGKAJIAN
1. Identitas.
2. Keluhan Utama
-

Nyeri tekan pada abdomen

Batuk, sesak nafas

Panas

Muntah - muntah

3. Riwayat Kesehatan sekarang :


Tiba-tiba pasien mendadak nyeri perut. Nyeri perut ini timbul secara intermitten
(kolik) kadang-kadang di ikuti dengan muntah yang hebat, juga disertai berak darah
lendir.
4. Pola persepsi pemeliharaan kesehatan :
a. Pola nutrisi dan metabolisme
Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

167

Perut terasa kembung, muntah terus menerus sehingga nafsu makan menurun.
b. Pola eliminasi alvi dan uri
Pasien akan sering berak darah lendir, gejala ini sangat klasik akibat proses
strangulasi juga disebut Red Currant Jelly .
c. Pola istirahat tidur.
Pasien sulit tidur karena sering menahan sakit ( nyeri perut secara intermitten ).
5. Pemeriksaan fisik
a. Tanda tanda vital dalam batas normal.
b. Abdoment.
-

Perut kembung didapatkan bila sudah terjadi ileus.

Adanya masa yang lokasinya sesuai dengan lokasi intususeptumnya.

Perut kanan bawah teraba kosong.

Bising usus yang meningkat sampai klinken .

c. Pemeriksaan colok dubur.


Pemeriksaan ini penting dapat ditemukan masa yang berbentuk seperti mulut
rahim apabila intususepsi tersebut sudah sampai di rektum atau adanya darah
lendir pada sarung tangan yang dipakai.
d. Pemeriksaan penunjang.
a) Foto polos perut
Didapatkan tanda-tanda obstruksi ileus.
b) Foto barium enema
Dilakukan selama kondisi fisik masih baik dengan tujuan :

Diagnostik

Diagnostik dan terapi.

Di dapatkan gambaran Colled Spring atau Cuping apabila intususeptumnya di


daerah colon.
D. DIAGNOSA DAN INTERVENSI
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kurangnya volume cairan berhubungan dengan terjadi output yang berlebihan.
2. Nyeri berhubungan dengan terjadi meningkatnya peristaltic usus.
3. Cemas berhubungan dengan terjadi akan dilakukan tindakan operasi.
INTERVENSI

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

168

Kurangnya volume cairan berhubungan dengan terjadi out put yang berlebihan
yang ditandai pasien muntah terus, merasa haus. Kulit kering, bibir kering.
Tujuan

: Kebutuhan cairan terpenuhi.

Kriteria hasil : - Pasien tidak muntah


- Pasien tidak haus
- Kulit lembab
- Bibir lembab.
INTERVENSI
a.

RASIONAL

Bina hubungan terapeutik pada a. Pasien dan keluarga kooperatif.


pasien dan keluarganya.

b. Jelaskan tentang penyakitnya.

b. Keluarga

tidak

cemas

tentang

penyakit anaknya.
c. Puasakan pasien.

c. Mencegah terjadinya aspirasi.

d. Observasi tanda-tanda vital.

d. Mengetahui perkembangan pasien.

e. Kolaborasi dengan tim dokter untuk e. Mengembalikan status hidrasi.


terapi cairan.
Nyeri bila terjadi meningkatnya peristaltic usus yang di tandai dengan pasien merasa
kesakitan.
Tujuan

: Nyeri berkurang atau sampai dengan hilang.

Kriteria hasil : -

Pasien tidak kesakitan.

- Pasien merasa nyaman.

INTERVENSI

RASIONAL

a. Kaji tingkat nyeri.

a. Menentukan tindakan selanjutnya.

b. Ajarkan pada ibu tehnik relaxasi.

b. Mengurangi rasa nyeri.

c. Beri rasa nyaman.

c. Memberikan ketenangan.

d. Observasi tanda-tanda vital.

d. Mengetahui perkembangan pasien.

e. Kolaborasi

dengan

tim

dokter e. Memperbaiki bowel.

bedah.
Cemas berhubungan dengan akan dilakukan tindakan operasi yang ditandai dengan
pasien dan keluarga sering bertanya kepada perawat.
Tujuan

: Cemas berkurang.

Kriteria hasil : Pasien dan keluarga tenang, mengerti akan penyakitnya.

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

169

INTERVENSI
a. Jelaskan pada keluarga

RASIONAL
tentang a. Dengan pemahaman pasien dan

prosedur pembedahan yang akan

keluarga akan kooperatif dan dapat

dilakukan.

membantu mengurangi rasa cemas.

b. Kaji koping yang biasa digunakan b. Mengetahui


untuk mengatasi kecemasan.

yang

diperlukan.

c. Adakan pendekatan pada pasien dan c. Pendekatan


keluarga.

tindakan
dapat

membina

hubungan saling percaya.

d. Beri dukungan moral pada pasien d. Dukungan moral akan menimbulkan


dan keluarga.

ketenangan dan rasa percaya diri.

E. IMPLEMENTASI
Pada tahap pelaksanaan ini kegiatannya adalah melaksanakan askep sesuai dengan
perencanaan atau bila perlu bisa menyimpang dari perencanaan semula, tergantung
situasi dan kondisi saat itu.
F. EVALUASI
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan, dengan tujuan untuk menilai
bahwa tujuan itu tercapai atau tidak, dapat diketahui dari perilaku pasien / keluarga
serta menunjukkan keadaan fisik sebagai berikut :
1. Tujuan tercapai, jika pasien menunjukkan perubahan sesuai dengan standar yang
telah ditentukan.
2. Tujuan tercapai sebagian, jika pasien menunjukkan perubahan sebagian dari standar
dan kriteria yang ditetapkan.
3. Tujuan tidak tercapai, jika tidak menunjukkan perubahan dan kemajuan sama sekali
dan bahkan timbul masalah baru, kolaborasi dengan dokter yang merawat.
G. DISCHARGE PLANING ( RENCANA PEMULANGAN )
1. Berikan informasi tentang perawatan di rumah.
2. Jelaskan terapi yang diberikan, dosis dan efek sampingnya.
3. Jelaskan pasien tentang makanan yang boleh dimakan, yaitu makanan lunak rendah
serat.
4. Jelaskan pada pasien untuk tidak memakan makanan yang asam dan merangsang.
5. Jelaskan untuk mobilisasi selama di rumah.
6. Tekankan untuk melakukan kontrol sesuai waktu yang ditentukan

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

170

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN HERNIA


INGUINALIS
A. PENGERTIAN
1. Penonjolan abnormal dari jaringan/organ intra abdominal (sebagian atau
seluruhnya) melalui lubang atau defek dinding abdomen.
2. Hernia Inguinalis lateralis keluar melalui annulus menuju kanalis inguinalis-anulus
eksternus dan keluar ke dalam kantong zakar ( ICD 550 )
3. Hernia inguinalis medialis, kantong hernia keluar melalui segitiga hassselbach
menuju annulus eksternus; sedang hernia femoralis, kantong melalui annulus
femoralis menuju ke fosa ovalis
B. POHON MASALAH
Proximal prosesus vaginalis
Gagal menutup
Membentuk kantung hernia
Viskus abdomen masuk
Terbuka

pindah lokasi pngkatan tek intra abdomen&kelemahan otot


dinding trigonum HasselBach
testis turun keskrotum
menonjol kebelakang canalis
inguinalis

Membentang dalam kantung testis


Menyatu dg. Tunika vaginali

Vagianalis peritoneum
Tdk menutupnya prosesus vaginalis
Hernia lengkap

penonjolan perut di lateral pembuluh


H. Medialis
epigastrika inferior
Vasokontriksi vaskuler

Jepitan cincin hernia


fenikulus spermatikus
Gg.perfusi jaringan

Turun keinguinal

Desakan/ tekanan

Nyeri
H.lateralis canalis inguinalis
Gg. rasa
pembesaran inguinal

Gg. Perfusi jaringan

Gg. rasa nyaman nyeri


Herniotomy

Bendungan vena
Odema organ
Jepitan cincin hernia bertambah H. Stranggulata
Peredaran darah terganggu Isi hernia nekrosis
Kantung transudat

Gg. Rasa
Nyaman
Nyeri

Usus Perforasi
Post Herniotomy

Abses local
Herniotomy

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati


Peritonitis

171

Dampak anetesi
Gg. fs. Sirkulasi
Hipersalivasi
COP
meningkat
TD&HR meningkat
Suplai O2 berkurang
Gg. perfusi jaringan
Penumpukan sekret
Obs. Jln nfs

Bersihan jalan nafas

H. PENGKAJIAN
1. Identitas.
2. Keluhan Utama
- Ada benjolan di daerah inguinalis
- Mual dan muntah bila ada komplikasi
- Kadang-kadang nyeri tekan pada abdoment
3. Riwayat penyakit sekarang :
Pasien merasa adanya benjolan diselangkangan / inguinai yang timbul bila pasien
berdiri atau mengejan dan dapat masuk kembali bila pasien berbaring. Selain itu
juga didapatkan gejala mual muntah akibat dari peningkatan tekanan intra
abdominal.
4. Riwayat kesehatan dulu
Apakah pasien dengan hernia inguinal lateralis akan mengalami penyakit kronis
sebelumnya yaitu adanya batuk kronis, gangguan proses kenang (BPH) konstipasi
kronis, ascites.
5. a. Pola persepsi pemeliharaan kesehatan.
Kebiasaan membersihkan mulai ujung rambut sampai ujung kaki terutama pada
urogenetalia.
b.

Pola nutrisi dan metabolisme


Pasien akan merasa mual, muntah sebagai nafsu makan tidak ada.

c.

Pola eliminasi alvi dan uri


Pasien akan mengalami obstipasi.

d.

Pola aktifitas dan latihan

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

172

Apakah pasien pekerja berat.


e.

Pada istirahat tidur


Bila rasa nyeri terus menerus pasien menjadi sulit tidur dan mudah terbangun.

6. Pemeriksaan fisik.
- Tanda tanda vital dalam batas normal
- Abdoment
a) Bising usus menurun
b) Perut kembung
c) Terjadi konstipasi
d) Nyeri tekan pada abdoment
7. Pemeriksaan laboratorium.
- Lab lengkap + faal homeostasis
- Urine lengkap untuk mengetahui infeksi saluran kencing.
8. Pemeriksaan penunjang
- Foto thorax untuk mengetahui keadaan dari jantung dan paru.
- Pemeriksaan ECG dilakukan pada pasien yang berusia lebih dari 45 tahun
(soemtanto 1998).
Diagnosa Keperawatan pre dan post hernia.
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan terjepitnya usus di daerah
inguinalis.
2. Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan adanya insisi dan pembedahan
dan trauma jaringan.
3. Ketidakefektifan jalan nafas berhubungan dengan produksi sekret yang berlebihan
akibat general anastesi.
4. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit yang ditandai pasien
sering bertanya setiap ada perawat, pasien tampak cemas, pasien menanyakan apakah
benjolan bisa masuk lagi.
I. DIAGNOSA DAN INTERVENSI
Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan terjepitnya usus di daerah inguinalis
yang ditandai dengan adanya benjolan yang tidak bisa hilang, pasien tampak kesakitan,
pasien mulai muntah, pasien mengeluh nyeri di daerah selangkangan.
Tujuan

Kriteria hasil :

Rasa nyaman nyeri teratasi sampai dengan hilang.


-

Pasien tidak mengeluh kesakitan

Berjalan tidak ada

Pasien bisa istirahat

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

173

Pasien tidak muntah.

INTERVENSI
a. Lakukan hubungan terapletik pada
pasien dan keluarga.

RASIONAL
a. Dengan hubungan terapeutik
diharapkan pasien kooperatif dalam
tindakan.

b. Observasi tanda tanda vital.

b. Untuk mengetahui tanda-tanda syok


pada pasien.

c. Observasi / pantau input dan output.

c. Untuk mengetahui balance cairan


pasien terjadinya dehidrasi dapat
dihindari.

d. Atur posisi senyaman mungkin.

d. Dengan posisi yang nyaman


diharapkan nyeri berkurang.

e. Berikan kompres hangat pada


daerah yang sakit.

e. Dengan kompres hangat terjadi


vasodilatasi sehingga peredaran
darah lancar dan nyeri berkurang.

f. Kolaborasi dengan tim medik dalam


pemberian analgesik.

f. Untuk mengetahui seberapa jauh


rasa nyeri yang dialami pasien.

Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan adanya insisi dan


pembedahan, trauma jaringan yang ditandai dengan pasien sering sakit di daerah
selangkangan.
Tujuan

: Rasa nyaman nyeri teratasi sampai dengan hilang.

Kriteria hasil : Pasien tidak kesakitan.

INTERVENSI
a. Lakukan hubungan terapeutik pada
pasien dan keluarga.

RASIONAL
a. Dengan hubungan terapeutik
diharapkan pasien dan keluarga bisa
kooperatif dalam tindakan.

b. Anjurkan untuk rileksasi.

b. Dengan rileksasi mengurangi rasa


nyeri.

c. Observasi tanda tanda vital.

c. Deteksi dini gejala yang timbul.

d. Tinggikan daerah luka secara

d. Mengurangi terbentuknya odema

periodik.

yang berlebihan dapat menekan


jaringan yang luka.

e. Kolaborasi dengan tim dokter untuk


pemberian analgesik.

e. Melaksanakan fungsi
interdependent.

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

174

Ketidak efektifan jalan nafas berhubungan dengan produksi sekret yang berlebihan
akibat general anastesi yang ditandai pasien tampak mengeluarkan lendir, batuk.
Tujuan

: Jalan nafas bebas dari sekret

Kriteria hasil : Pasien tidak batuk.

INTERVENSI
a.

Lakukan pendekatan terapeutik

RASIONAL
a. Dengan hubungan terapeutik

pada pasien dan keluarga.

diharapkan pasien dan keluarga bisa


kooperatif dalam tindakan
perawatan.

b. Kaji suara nafas.

b. Adanya suara tambahan rales


menunjukkan secret yang kental.

c. Observasi tanda tanda vital.

c. Untuk menilai kondisi umum pasien.


d. Memungkinkan apabila pasien

d. Berikan posisi terlentang dan kepala

muntah dan mencegah timbulnya

dimiringkan apabila tidak ada


kontraindikasi.

aspirasi.
e. Untuk membersihkan secret dari

e. Lakukan suction bila perlu.

jalan nafas dan mencegah terjadinya


obstruksi.
f. Sebagai tindakan interdependent.

f. Kolaborasi dengan tim dokter untuk


pemberian obat.
Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit yang ditandai
pasien sering bertanya setiap ada perawat, pasien tampak cemas, pasien menanyakan
apakah benjolan bisa masuk lagi.
Tujuan

: Rasa cemas berkurang

Kriteria hasil : -

Pasien mengerti tentang penyakitnya


Pasien tidak cemas.

INTERVENSI
a.

Berikan penjelasan pada pasien

RASIONAL
a.

tentang penyakitnya.

Dengan penjelasan yang adekuat


klien dan keluarga mengerti tentang
penyakitnya.

b.

Anjurkan pasien untuk rilex.

b.

Dengan rilex mengurangi rasa


cemas.

c.
Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

Agar pasien dan keluarga


175

c.

Observasi vital sign.

mengetahui resiko dari penyakit


tersebut.
d.

d.

Jelaskan tentang prognosa bila


tindakan itu dilakukan.

e.

Operasi adalah satu-satunya


jalan untuk menyelamatkan pasien.

e.

Fungsi interdependent.

Kolaborasi dengan tim medik


untuk tindakan operasi.

J. PELAKSANAAN
Pada tahap pelaksanaan ini kegiatannya adalah askep sesuai dengan perencanaan atau
bila perlu bisa menyimpang dari perencanaan semula tergantung situasi dan kondisi
saat itu.
K. EVALUASI
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan dengan tujuan untuk menilai
bahwa tujuan itu tercapai atau tidak dapat diketahui dari perilaku pasien / keluarga
serta menunjukkan keadaan fisik sebagai berikut :
1. Tujuan tercapai jika pasien menunjukkan perubahan sesuai dengan standar yang
telah ditetapkan.
2. Tujuan tercapai sebagian jika pasien menunjukkan perubahan sebagian dari standar
dan kriteria yang ditetapkan.
3. Tujuan tidak tercapai jika tidak menunjukkan perubahan kemajuan sama sekali dan
bahkan timbul masalah baru, kolaborasi dengan dokter yang merawat.
L. DICSHARGE PLANNING ( RENCANA PEMULANGAN)
1. Berikan informasi tentang perawatan di rumah.
2. Jelaskan terapi yang diberikan.
3. Jelaskan pasien untuk tidak berpantang makanan.
4. Jelaskan untuk mobilisasi selama di rumah.
5. Tekankan untuk melakukan kontrol sesuai waktu yang ditentukan

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

176

III. SAK BIDAN

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

177

PRE EKLAMSIA
I. KONSEP MEDIS

A. Definisi
Pre eklamsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema, dan
proteinuria yang timbul karena kehamilan dan umumnya terjadi dalam triwulan ke3 kehamilan. (Sarwono, 2002 : 282)
Pre eklamsia adalah kumpulan gejala yang timbul pada wanita hamil,
bersalin, dan dalam masa nifas yang terdiri dari Trias : hipertensi, edema, dan
proteinuria. (Mochtar, 1998 : 199)
B. Klasifikasi pre eklamsia
Dibagi menjadi 2 golongan, yaitu :
1. Pre eklamsia ringan (PER), bila disertai keadaan sebagai berikut :
a. Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang diukur pada posisi berbaring
terlentang; atau kenaikan tekanan diastolic 15 mmHg atau lebih; atau
kenaikan tekanan sistolik 30 mmHg atau lebih, cara pengukuran sekurangkurangnya pada 2 kali pemeriksaan dengan jarak periksa 1 jam, atau
sebaiknya 6 jam.
b. Edema umum, kaki, jari tangan, dan muka; atau kenaikan berat badan 1 kg
atau lebih per minggu.
c. Proteinuria kwantitatif 0,3 gr atau lebih per liter; kwalitatif +1 atau +2 pada
urine kateter atau mid stream.
2. Pre eklamsia berat (PEB), bila disertai keadaan sebagai berikut:
a. Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih
b. Proteinuria 5 gr atau lebih per liter
c. Oligouria, yaitu jumlah urine kurang dari 500 cc / 24 jam
d. Adanya gangguan serebral, gangguan visus, rasa nyeri pada epigastrium
e. Terdapat edema paru dan sianosis.
C. Etiologi
Apa yang menjadi penyebab Pre eklamsia dan Eklamsia sampai sekarang
belum diketahui. Telah banyak teori yang mencoba menerangkan sebab musabab
penyakit tersebut, akan tetapi tidak ada yang dapat member jawaban yang
memuaskan.

Teori yang dapat diterima harus dapat menerangkan hal-hal berikut : (1)
sebab bertambahnya frekuensi pada primigravida, kehamilan ganda, hidramnion,
Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

178

dan mola hidatidosa, (2) sebab bertambahnya frekuensi dengan makin tuanya
kehamilan, (3) sebab dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan
kematian janin dalam uterus, (4) sebab jarangnya terjadi eklamsia pada kehamilankehamilan berikutnya, dan (5) sebab timbulnya hipertensi, edema, proteinuria,
kejang, dan koma. Teori yang dewasa ini banyak dikemukakan sebagai sebab pre
eklamsia adalah iskemia plasenta. Akan tetapi, dengan teori ini tidak dapat
diterangkan semua hal yang bertalian dengan prasyarat itu. (Sarwono, 2002 : 283)
D. Patofisiologi
Pada pre eklamsia terjadi spasme pembuluh darah disertai dengan retensi
garam dan air. Pada biopsy ginjal ditemukan spasme hebat arteriola glomerolus.
Pada beberapa kasus, lumen arteriola sedemikian sempitnya sehingga hanya dapat
dilalui oleh satu sel darah merah. Jadi jika semua arteriola dalam tubuh mengalami
spasme, maka tekanan darah akan naik sebagai usaha untuk mengatasi kenaikan
tekanan perifer agar oksigenasi jaringan dapat dicukupi. Sedangkan kenaikan berat
badan dan edema yang disebabkan oleh penimbunan air yang berlebihan dalam
ruangan interstisial belum diketahui sebabnya. Mungkin karena retensi air, dan
garam. Proteinuria dapat disebabkan oleh spasme arteriola, sehingga terjadi
perubahan pada glomerolus. (Mochtar, 1998 : 219)
E. Gambaran Klinik Pre Eklamsia
Gambaran klinik mulai dengan kenaikan berat badan diikuti edema kaki
atau tangan, kenaikan tekanan darah, dan terakhir proteinuria. Pada pre eklamsia
ringan (PER) gejala subyektif belum dijumpai, tetapi pada pre eklamsia berat
(PEB) diikuti keluhan subyektif sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.

Sakit kepala, terutama daerah frontalis


Rasa nyeri di epigastrium
Gangguan mata, penglihatan menjadi kabur
Terjadi gangguan kesadaran
Dengan pengeluaran proteinuria keadaan penyakit memburuk, karena

terjadi gangguan fungsi ginjal. (Manuaba, 1998 : 241-242)


Pre eklamsia Berat didiagnosis jika salah satu dari hal berikut ditemukan :
1.

Tekanan darah sistolik 160 mmHg atau diastolic 110 mmHg pada dua kali

2.

pemeriksaan yang setidaknya berjarak 6 jam dengan posisi ibu tirah baring.
Proteinuria 5 gr dalam 24 jam atau 3 pada pemeriksaan setidaknya pada
dua kali pemeriksaan acak menggunakan contoh urine yang diperoleh dengan

3.
4.

cara bersih dan berjarak setidaknya 4 jam.


Oligouria 400 cc dalam 24 jam
Gangguan otak atau gangguan penglihatan

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

179

5.
6.
7.

Nyeri ulu hati


Edema paru atau sianosis
Sindrom HELLP. (Fairlie, Sibai, 1993)

F. Perubahan Pada Organ-organ


1. Otak
Pada pre eklamsia aliran darah dan pemakaian oksigen tetap dalam batasan
normal.
2. Plasenta dan Rahim
Aliran darah menurun ke placenta dan menyebabkan gangguan placenta,
sehingga terjadi gangguan pertumbuhan janin, dank arena kekurangan oksigen
terjadi gawat janin. Pada pre eklamsia maupun eklamsia terjadi peningkatan
tonus otot rahim dan kepekaan terhadap rangsangan, sehingga terjadi partus
prematurus.
3. Ginjal
Filtrasi glomerolus berkurang oleh karena aliran ginjal menurun. Hal ini
menyebabkan filtrasi natrium melalui glomerolus menurun. Sebagai akibatnya
terjadi retensi air dan garam. Filtrasi glomerolus dapat turun sampai 50 % dari
normal bila berlanjut mengakibatkan oligouria anuria.
4. Paru-paru
Kematian ibu pada pre eklamsia dan eklamsia biasanya disebabkan karena
edema paru.
5. Mata
Dapat dijumpai adanya edema retina dan spasme pembuluh darah. Gejala
lainnya yang dapat menunjukkan tanda pre eklamsia berat yang mengarah pada
eklamsia adalah skatoma, diplopia, dan ambliopia.
6. Keseimbangan elektrolit dan air
Pada pre eklamsia ringan tidak dijumpai gangguan elektrolit, gula darah, kadar
natrium bikarbonat, dan pH darah dalam batas normal. Pada pre eklamsia berat
dan eklamsia kadar gula darah naik sementara, asam laktat, dan asam organic
lainnya naik. (Mochtar, 1998 : 200)
G. Penatalaksanaan
1. Pencegahan
a. Pemeriksaan antenatal yang teratur dan bermutu serta teliti, mengenal
tanda-tanda sedini mungkin (pre eklamsia ringan) lalu diberikan pengobatan
yang cukup supaya penyakit tidak menjadi lebih berat.
b. Harus selalu waspada terhadap kemungkinan terjadinya pre eklamsia kalau
ada faktor predisposisi.
Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

180

c. Berikan penerangan tentang manfaat istirahat dan tidur, serta pentingnya


mengatur diit rendah garam, lemak, serta karbohidrat dan tinggi protein,
juga menjaga kenaikan berat badan yang berlebihan. (Mochtar, 1998 : 202)
2. Pengobatan
a. Tujuan pengobatan pre eklamsia
a) Mencegah terjadinya eklamsia
b) Hendaknya janin lahir hidup
c) Mencegah hypertensi yang menetap
d) Trauma pada jalan lahir seminimal mungkin
b. Pre eklamsia Ringan (PER)
a) Pengobatan jalan dengan anjuran
b) Istirahat sebanyak mungkin di rumah
c) Penggunaan garam dikurangi
d) Pemeriksaan kehamilan harus 2 x seminggu
e) Berikan obat-obatan antara lain : valium tablet 5 mg dosis 3 x 1 atau
fenobarbital tablet 30 mg dosis 3 x 1
f) Bila gejala meningkat lakukan rawat inap
g) Bila keadaan mengijinkan, barulah dilakukan induksi (UK 37 mgg
keatas)
h) Bila gejala menetap lakukan rawat inap
i) Bila keadaan mengijinkan, barulah dilakukan induksi (UK 37 mgg
keatas)
j) Boleh melahirkan per vaginam
c. Pre eklamsia Berat (PEB)
Tindakan yang dilakukan :
a) Terapi konservatif, syarat-syaratnya : janin premature, janin hidup, tidak
ada impending eklamsia, tidak ada inpartu.
b) Terapi aktif :
Jika salah satu syarat dari terapi konservatif tidak terpenuhi lakukan

terapi aktif
Setelah pemberian SM ke-2 lakukan induksi persalinan (bila
memenuhi syarat untuk lahir per vaginam). Untuk induksi pakai

oksitosin (pitosin / sintosinon) 10 satuan dalam infuse tetes.


Kala II harus dipersingkat dengan ekstraksi vacuum atau forceps
Jangan diberikan methergin postpartum, kecuali bila terjadi

perdarahan yang disebabkan atonia uteri


Pemberian SM kalau tidak ada kontra indikasi kemudian diteruskan
dengan dosis 4 gr setiap 4 jam dalam 24 jam postpartum

Bila ada indikasi obstetric dilakukan SC. (Mochtar, 1998 : 202-203)


d. Pada usia kehamilan < 37 minggu
Jika janin belum menunjukkan tanda-tanda maturitas paru-paru dengan uji
kocok dan rasio L/S, maka penanganan sebagai berikut :
a) Berikan Sulfas magnesikus dosis 8 gr IM, disusul dengan injeksi
tambahan 4 gr IM tiap 4 jam (tidak ada kontra indikasi).

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

181

b) Jika ada perbaikan jalannya penyakit, pemberian SM dapat diteruskan


lagi selam 24 jam sampai dicapai criteria pre eklamsia ringan (kecuali
ada kontra indikasi).
c) Selanjutnya ibu dirawat, diperiksa, dan keadaan janin dimonitor.
e. Pada usia kehamilan > 37 minggu
a) Penderita dirawat inap
Istirahat mutlak dan ditempatkan di ruangan isolasi
Berikan diit rendah garam dan tinggi protein
Berikan suntikan Sulfas magnesikus 8 gr IM - 4 gr bokong kanan, 4

gr bokong kiri.
Suntikan dapat diulang dengan dosis 4 gram tiap 4 jam
Syarat pemberian MgSO4 : reflek patella (+), dieresis 100 cc dalam
4 jam terakhir, respirasi 16 kali per menit, dan harus tersedia

antidotumnya (kalsium glukonas 10 % dalam ampul 10 cc)


Infuse dekstrosa 5 % dan RL
b) Berikan obat anti hipertensi : injeksi katapres 1 ampul IM, dan
selanjutnya dapat diberikan tablet katapres 3 x tablet atau 2 x tablet
sehari.
c) Biuretina tidak diberikan kecuali bila terdapat edema umum, edema
paru, dan kegagalan kongestif. Untuk itu dapat disuntikkan lasik 1
ampul IV.

II.

KONSEP ASUHAN KEBIDANAN PADA PRE EKLAMSIA

A. PENGERTIAN
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan
sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori
ilmiah, penemuan-penemuan, dan ketrampilan dalam rangkaian tahapan logis untuk
pengambilan keputusan yang berfokus pada klien. ( Varney, 1997)
B. TUJUAN
Memberikan Asuhan Kebidanan pada ibu dengan pre eklamsia yang
adekuat, komprehensif, dan terstandar dengan memperhatikan riwayat ibu selama
kehamilan, respond an kebutuhan ibu, serta mengantisipasi resiko-resiko yang
terjadi selama proses persalinan.
C. HASIL YANG DIHARAPKAN
Terlaksananya asuhan segera / rutin pada ibu dengan pre eklamsia, termasuk
melakukan pengkajian, membuat diagnose kebidanan, mengidentifikasi masalah
dan kebutuhan terhadap tindakan segera, baik oleh bidan maupun oleh dokter atau
Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

182

melakukan kolaborasi dengan dengan tenaga kesehatan lain, serta menyusun


rencana asuhan dengan tepat dan rasional berdasrkan keputusan yang dibuat pada
langkah sebelumnya.
D. LANGKAH-LANGKAH
1. Pengkajian
Pada langkah ini bidan mengumpulkan semua informasi yang akurat dan
lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi pasien, seperti :
a. Data subyektif
1) Biodata
a) Nama
Nama pasien perlu ditanyakan dengan jelas dan lengkap agar
mempermudah dalam proses asuhan kebidanan
b) Umur
Perlu dikaji untuk menilai keadaan organ reproduksi pasien,
seperti pada primipara tua keadaannya akan berbeda dengan
primipara muda.
c) Alamat
Diperlukan apabila dalam keadaan mendesak untuk mudah
dihubungi.
d) Pekerjaan
Dikaji

untuk

mengetahui

kemungkinan

pengaruhnya

terhadap kebiasaan kesehatan klien, dan kemungkinan


pengaruh pekerjaan terhadap kehamilan serta kesehatan
klien.
e) Agama
Ditanyakan untuk mengetahui kemungkinan kebiasaannya
terhadap kesehatan dan kehamilan ibu. Dapat mempermudah
pendekatan terhadap klien dalam melaksanakan asuhan
kebidanan.
f) Pendidikan
Dikaji untuk mengetahui tingkat intelektual klien, sebab
tingkat intelektual mempengaruhi sikap perilaku seseorang.
g) Status Perkawinan
Dikaji untuk mengetahui kemungkinan pengaruh status
perkawinan

tehadap

masalah

kesehatan.

Perlu

juga

ditanyakan berapa kalinya.


2) Keluhan Utama
Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

183

Hal ini yang membuat pasien dating ke petugas kesehatan.


Pertanyaan yang ditanyakan adalah apa yang dirasakan ibu. Pada
kasus pre eklamsia ditanyakan :
a) Apakah ibu memiliki penyakit hipertensi atau tidak? Apakah
merasa pusing atau tidak?
b) Apakah ibu merasa nyeri pada epigastrium, pandangan kabur,
nyeri kepala yang sangat?
c) Kapan mulai ada pembengkakan pada tangan, kaki, atau
seluruh tubuh?
3) Riwayat Kehamilan Sekarang
Yang dikaji adalah:
a) Hamil anak yang keberapa, dan usia kehamilan saat ini?
b) Bagaimana pergerakan janin?
c) Keluhan-keluhan selama kehamilan
Trimester I

Seperti

mual-muntah,

mulai

usia

kehamilan berapa? Sampai usia kehamilan berapa?


Trimester II

Bagaimana

dengan

pola

makan?

Aktivitas selama hamil?


Trimester III :

Bagaimana pergerakan anak? Sering

kencing? Sulit tidur?


4) Riwayat Kebidanan
a) Riwayat Haid
Sejak kapan menstruasi?
Siklus? : normalnya 28-30 hari
Lamanya? : normalnya 3-7 hari
Banyaknya selama haid 30-50 cc
Dysminorhoe?
Fluor Albus : bagaimana warna, berbau atau tidak,
banyak atau sedikit?
HPHT?
b) Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas yang lalu
Perkawinan yang ke berapa?
Kehamilan ke berapa?
Ikhtisar kehamilan (berisi hal-hal yang

dapat

mengganggu kehamilan, perdarahan, letak sungsang,

letak lintang, gemelli, pre eklamsia, eklamsia, infeksi).


Persalinan : aterm, premature, abortus, hidup (dimana?

tahun berapa lahir? Ditolong siapa?)


Anak mati serta sebabnya. Jenis kelamin perempuan atau

laki-laki? Berat badan lahir? Panjang badan?


Masa nifas : meneteki atau tidak? Mengalami perdarahan

atau tidak?
5) Riwayat Penyakit Ibu
Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

184

Hal yang ditanyakan adalah apakah ibu pernah menderita


penyakit menurun, seperti diabetes mellitus, hipertensi, asthma,
jantung, serta penyakit menular seperti hepatitis B atau TBC?
6) Riwayat Penyakit Keluarga
Hal yang ditanyakan adalah apakah dalam keluarga ada yang
menderita penyakit menurun, seperti diabetes mellitus, hipertensi,
asthma, jantung, serta penyakit menular seperti hepatitis B atau
TBC? Dalam keluarga ibu atau suami apakah ada keturunan
kembar?
7) Riwayat KB
Ditanyakan apakah ibu memakai alat kontrasepsi? Tahun
berapa memakai? Bila lepas tahun berapa? Alasannya?
8) Riwayat Psikososial-Spiritual-Kultural
a) Riwayat Psikososial
Bagaimana tanggapan suami dan keluarga terhadap
kehamilan dan persalinan ini?
Ibu tinggal bersama siapa?
Siapa pengambil keputusan dalam keluarga?
b) Riwayat Spiritual
Bagaimana ibu dalam menjalankan ibadah?
c) Riwayat Kultural
Ibu menganut adat apa? Apakah ada kebiasaan yang
menguntungkan dan yang mengganggu dalam proses
kehamilan atau persalinannya?
9) Pola Kebiasaan Sehari-hari
Hal-hal yang ditanyakan pada saat di rumah / sebelum masuk
Rumah Sakit dan sesudah masuk Rumah Sakit, yaitu:
a)
b)
c)
d)
e)

Pola nutrisi
Aktivitas
Istirahat
Eliminasi
Personal Hygiene.

b. Data Obyektif
1) Pemeriksaan Umum
a) Keadaan umum : apakah baik, cukup, atau lemah?
b) Kesadaran
: apakah composmentis, somnolen,
delirium, sopor, atau apatis?
c) Barat Badan
Untuk memastikan keadaan ibu. Normalnya pada Trimester I
kenaikan berat badan 1-2 Kg / bulan, Trimester II 0,5 Kg /
Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

185

minggu. Bila lebih dapat diduga pada Trimester III akan


adanya pre eklamsia. Pertambahan berat badan normal 913,5 Kg selama kehamilan.
d) Tinggi Badan
Pada ibu hamil yang tinggi badannya < 145 cm terlebih pada
primigravida diduga adanya CPD.
e) Tekanan Darah
Perlu dikaji kenaikan tekanan darah. Normalnya adalah
sistolik 110-120 mmHg, dan diastole 70-80 mmHg. Apabila
ada kenaikan sistolik > 30 mmHg dan diastolic 15 mmHg,
atau

tekanan

darah

melebihi

140/90

mmHg

harus

diwaspadai, sebab keadaan ini merupakan salah satu gejala


pre eklamsia. Pada pre eklamsia berat (PEB) tekanan darah >
160/110 mmHg.
f) Temperatur dan Nadi
Suhu normalnya 36,1C 37,6C. nadi normalnya 80-100
x/menit. Pada pre eklamsia berat nadi akan meningkat lebih
dari 80 x/menit.
2) Inspeksi
a) Kepala : melihat bagaimana keadaan kepala apakah ada
benjolan
b) Muka : apakah oedem, pucat, adakah cloasma gravidarum.
Pada penderita pre eklamsi muka tampak oedem.
c) Mata : melihat apakah simetris, selaput conjungtiva
anemis, sclera tampak ichterus
d) Hidung : apakah ada polip, bagaimana keadaan konka
e) Mulut : melihat apakah bibir pucat, apakah rhagaden dan
stomatitis, apakah caries pada gigi, bagaimana keadaan lidah,
bersih atau kotor
f) Telinga : apakah simetris, bagaimanakah kebersihannya
g) Leher : apakah ada perbesaran kelenjar limfe atau tiroid,
bendungan vena jugularis
h) Ketiak : melihat apakah ada pembesaran kelenjar limfe, dan
adanya accecoriasis mammae
i) Ekstremitas atas dan bawah : melihat apakah simetris, adakah
kelainan, pada pasien pre eklamsia ekstremitas biasanya
oedema
j) Dada : apakah simetris, bagaimana pernafasannya
k) Mammae
: melihat apakah simetris, keadaan putting
menonjol / datar / masuk, adakah hiperpigmentasi areola
Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

186

mammae primer dan sekunder, apakah ada striae lividae atau


libican, apakah ASI sudah keluar
l) Perut : apakah membesar, terdapat striae lividae atau striae
albican, terdapat hyperpigmentasi linea alba menjadi linea
nigra, apakah terlihat pergerakan anak, terdapat bekas operasi
atau tidak.
m) Pelipatan paha : apakah ada pembesaran kelenjar limfe, hernia
inguinalis
n) Vulva : apakah oedema, varises, apakah ada condiloma lata,
condiloma akuminata, bartholinitis, terdapat pengeluaran
darah bercampur lendir.
o) Punggung
: apakah ada kelainan lordosis, skoliosis,
kifosis?
p) Anus : apakah ada haemoroid. (Depkes RI, 1993 : 67-70)
3) Palpasi atau periksa raba
Palpasi dilakukan secara bimanual. Palpasi perut dilakukan untuk
mengetahui:

Besar dan konsistensi rahim


Bagian-bagian janin, letak, dan presentasi
Gerakan janin
Kontraksi rahim
Apakah ada bagian anak yang sudah masuk ke pintu atas
panggul (PAP)

Palpasi dapat dilakukan dengan cara :

Leopold IA

: pemeriksaan ke arah muka ibu hamil.

Dilakukan untuk mengetahui tinggi fundus uteri


Leopold IB
: dilakukan untuk menentukan bagian

apa pada anak yang ada pada fundus uteri


Leopold IIA
: menentukan batas samping rahim
kanan dan kiri. Dilakukan untuk menentukan situs anak

apakah membujur atau melintang


Leopold IIB
: dilakukan untuk menentukan pada
saat letak membujur, sebelah mana punggung anak.
Sedangkan pada letak lintang untuk menentukan sebelah

mana kepala anak.


Leopold III
: dilakukan untuk menentukan bagian

apa pada anak yang terdapat pada bagian rahim bawah


Leopold IV
: pemeriksaan dilakukan dengan
menghadap kaki ibu hamil. Dilakukan untuk mengontrol

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

187

Leopold III, apakah bagian terbawah anak sudah masuk


PAP atau belum.
4) Auskultasi
a) Pada kehamilan kembar
Terdapat 2 detak jantung janin yang saling berjauhan, dengan
perbedaan kecepatan 10 denyut / menit. Normal detak
jantung janin adalah 120-140 x/menit
b) Pada ibu hamil dengan pre eklamsia dapat terjadi penurunan
DJJ
5) Perkusi
Reflek patella

Normal

: tungkai bawah akan bergerak sedikit ketika

tendon ditekuk.
Bila gerakannya berlebihan dan cepat, maka hal ini
mungkin merupakan tanda pre eklamsi (Depkes RI, 2000
: 20)

6) Data penunjang medis


a) Pemeriksaan urine
Protein dalam urine

Pada pre eklamsia ringan : protein urine 0,3 gr/l (+ / ++)


Pada pre eklamsia berat : protein urine 5 gr/l (+++ /+

+++)
b) Pemeriksaan darah
Hb normal bernilai 11 gr%, bila 11 gr% menandakan
anemia
c) USG dapat digunakan sebagai penunjang untuk mengetahui
pada ibu dengan pre eklamsia apakah terjadi IUGR atau IUFD
pada janin atau tidak.

2. Identifikasi Diagnosa / Masalah


Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap masalah atau diagnosa
berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan.
Harus dirumuskan diagnosa yang spesifik. Masalah psikososial berkaitan
dengan hal-hal yang sedang dialami oleh pasien tersebut.
Diagnosa : G.P., hamil..minggu dengan Pre eklamsia berat (PEB)
Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

188

Dasar

DS

: Klien mengatakan hamil anak ke .


Klien mengatakan bengkak pada muka, tangan, dan kaki
Klien mengatakan kepala pusing, nyeri ulu hati, dan mata kabur
Klien mengatakan kencing tidak lancer, jumlah air kencing sedikit
Klien mengatakan gerak anak berlebih

DO

: Tensi 160/110 mmHg atau lebih yang diukur pada posisi ibu

telentang
Edema umum, kaki, jari tangan, dan muka.
Kenaikan berat badan 1 Kg atau lebih per minggu
Proteinuria Kwantitatif 0,3 gr atau lebih per liter.
Proteinuria Kwalitatif +1 atau +2 pada urine kateter atau
midstream.
3. Identifikasi Diagnosa / Masalah Potensial
Pada langkah ini bidan mengidentifikasi masalah dan diagnosa potensial
berdasarkan diagnosa / masalah yang sudah teridentifikasi. Langkah ini
membutuhkan antisipasi, bila mungkin dilakukan pencegahan.
Contoh
a.
b.
c.
d.
e.

Potensial terjadinya fetal distress


Potensial terjadinya eklamsia
Potensial terjadinya solusio plasenta
Potensial terjadinya IUFD
Potensial terjadinya atonia uteri perdarahan post partum (HPP)

4. Identifikasi Kebutuhan Segera


Pada beberapa kasus, mengidentifikasi situasi yang membutuhkan
tindakan segera misalnya perlu konsultasi atau kolaborasi dengan dokter dalam
pertolongan persalinan.
5. Menyusun Rencana Asuhan Yang Komprehensif
Pada langkah ini direncanakan asuhan menyeluruh yang ditentukan oleh
hasil kajian pada langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan
manajemen terhadap diagnosa atau masalah yang telah diidentifikasi atau
diantisipasi.
a. Rencana asuhan pada kala I
1) Evaluasi kesejahteraan ibu
Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

189

a) Ukur tekanan darah, suhu, nadi, dan pernafasan ibu tiap 2-4 jam

2)

3)

4)
5)

pada fase laten, dan 1-2 jam pada fase aktif.


b) Evaluasi kandung kemih tiap 2 jam (minimal)
c) Apabila diperlukan, lakukan pemeriksaan urine
d) Evaluasi dehidrasi
e) Evaluasi keadaan umum
Evaluasi kesejahteraan janin
a) Letak janin, presentasi, posisi, dan gerak janin.
b) Adaptasi janin
c) Hitung DJJ pada saat ketuban pecah, atau pada saat pemberian obat
Evaluasi kemajuan persalinan, termasuk observasi :
a) Penipisan, pembukaan serviks
b) Turunnya bagian terendah
c) Pola kontraksi (frekuensi, durasi, dan intensitas)
Lakukan perawatan fisik : jaga kenyamanan dan kebersihan ibu.
Berikan dukungan psiksis pada ibu dan keluarga
a) Bantulah ibu dalam persalinan bila tampak gelisah atau ketakutan
dengan senantiasa memberikan dorongan dan semangat, member
informasi mengenai proses dan kemajuan persalinan, dan mau
mendengarkan keluhan ibu.
b) Jika ibu tampak kesakitan :
Lakukan perubahan posisi sesuai dengan keinginannya
Anjurkan ibu untuk jalan-jalan / mobilisasi bila masih

memungkinkan
Anjurkan keluarga mendampingi selama proses persalinan
Anjurkan ibu untuk nafas panjang (relaksasi) apabila dalam

kontraksi
c) Jaga privacy ibu
6) Lakukan skrining terhadap komplikasi
b. Intervensi untuk masalah
1) Gangguan rasa cemas karena kehamilan patologis
a) Jelaskan pada ibu dan keluarga tentang pengaruh cemas pada proses
kehamilan dan persalinan.
Rasional

: cemas akan meningkatkan tekanan darah

b) Jelaskan pada ibu dan keluarga untuk menciptakan suasana yang


tenang.
Rasional

: suasana psikologis yang tenang akan mengurangi

rasa cemas.
c) Kaji tingkat kecemasan ibu
Rasional

: mendapatkan gambaran yang efektif tentang

penanganan kecemasan ibu


d) Kaji Tanda-Tanda Vital
Rasional

: intensitas kecemasan mempengaruhi keadaan ibu.

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

190

6. Melakukan rencana asuhan secara menyeluruh


Dalam langkah ini seluruh rencana asuhan dilakukan secara aman.

7. Evaluasi
Dalam langkah ini mengkaji kembali tahap tindakan yang telah
dilakukan, mungkin tindakan yang telah dilakukan sudah berhasil atau belum
berhasil. Dalm hal ini perlu mengulang kembali dari awal setiap tindakan /
asuhan yang belum efektif melalui proses manajemen asuhan kebidanan, yang
dalam

pendokumentasiannya

menggunakan

SOAP.

(Publik

Pelatihan

Manajemen Asuhan Kebidanan)

DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 2004. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta : Depkes RI.


Manuaba, IBG. 1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan, dan Keluarga Berencana
untuk Pendididkan Bidan. Jakarta : EGC.
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri Fisiologi Jilid I. Jakarta : EGC.
PPKC. Pelatihan Manajemen Asuhan Kebidanan.
Saifuddin, Abdul Bari, dkk. 2002. Buku Panduan praktis Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal. Jakarta : YBP-SP
Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

191

Wiknjosastro, Hanifa. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBPSP.

KETUBAN PECAH DINI

KONSEP MEDIS
A.

Pengertian
1. Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum inpartu, yaitu bila
pembukaan pada primi kurang dari 3 cm, dan pada multi kurang dari 5 cm.
2.

(Mochtar, 2001 : 255)


Ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput ketuban sebelumada tanda-tanda
persalinan. (Mansjoer, 2001 : 310)

B.

Patogenesis
1. Ketuban pecah dini disebabkan oleh karena berkurangnya membran atau
meningkatnyatekanan intra uterin, atau oleh kedua factor tersebut. Berkurangnya

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

192

kekuatan membrane disebabkan oleh adanya infeksi yang berasal dari vagina
2.

dan serviks. (Saifuddin, 2002)


Penyebab lain dari ketuban pecah dini adalah :
a. Serviks incomplit
b. Overdistensi uterus
c. Factor keturunan, diantaranya : serum ion Cu rendah, Vitamin C rendah,
kelainan genetic.
d. Pengaruh dari luar yang melemahkan ketuban : infeksi genitalia,
meningkatnya enzim protealitik.
e. Masa interval sejak ketuban pecah dini sampai terjadi kontraksi disebut fase
laten :
a) Makin panjang fase laten (> 7-8 jam) makin tinggi kemungkinan
infeksi.
b) Komplikasi ketuban pecah dini makin meningkat.
f. Sebab umum ketuban pecah dini :
a) Grande multi
b) Overdistensi uterus (Hidramnion, hamil ganda)
c) Sefalo pelvic disproporsi
d) Kelainan letak (lintang, sungsang)
g. Mekanisme ketuban premature serviks
a) Terjadi pembukaan premature serviks
b) Membrane terkait dengan pembukaan terjadi :
Deraskularisasi
Nekrosis dan dapt diikuti ketuban pecah dini
Jaringan kuat yang mengganggu membrane ketuban makin
berkurang. (Manuaba, 2001 : 222)
Kadang-kadang agak sulit atau meragukan kita, apakah ketuban benar sudah
pecah atau belum, apalagi pembukaan kanalis servikalis belum ada atau
kecil. Cara menentukannya adalah dengan :
a. Memeriksa adanya cairan yang berisi mekonium, verniks caseosa atau
bila telah terinfeksi berbau.
b. Inspekulo : lihat dan perhatikan apakah memang ketuban keluar dari
kanalis servikalis, dan apakah ada bagian ketuban yang sudah pecah.
c. Gunakan kertas lakmus (litmus), bila berubah menjadi biru (basa)
berarti air ketuban, bila menjadi merah (asam) berarti air kemih / urine.
d. Pemeriksaan pH forniks posterior pada prom adalah pH basa (cairan
ketuban)
e. Pemeriksaan sitologi air ketuban. (Mochtar, 1998 : 256)

C. Pengaruh Ketuban Pecah Dini


1. Terhadap janin
Walaupun ibu belum menunjukkan tanda-tanda infeksi, janin mungkin
sudah terkena infeksi karena infeksi intra uterin lebih dahulu terjadi
(amnionitis vaskulitas) sebelum gejala pada ibu dirasakan, jadi akan
menimbulkan morbiditas dan mortalitas pada janin.
Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

193

2. Terhadap ibu
Karena jalan lahir telah terbuka, maka dapat terjadi infeksi intra portal,
apalagi bila ibu terlalu sering diperiksa dalam. Selain itu juga dapat
dijumpai infeksi puerperalis (nifas), Peritonitis dan septicemia, serta drulabour (persalinan kering), juga ibu akan merasa lelah karena terus
berbaring di tempat tidur. Akibatnya partus akan menjadi lebih lama, suhu
badan naik, nadi cepat, dan mulai Nampak tanda-tanda infeksi. Hal-hal di
atas akan meningkatkan angka kesakitan dan angka kematian ibu. (Mochtar,
1998 : 257)
D. Penanganan
1. Rawat inap di Rumah Sakit
2. Jika ada perdarahan pervaginam dengan nyeri perut, pikirkan solusio
3.
4.

plasenta.
Jika ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotic sama halnya jika
amnionitis.
Jika tidak ada tanda-tanda infeksi dan kehamilan < 37 minggu :
a. Berikan antibiotic untuk mengurangi morbiditas ibu dan janin
b. Berikan kortikosteroid kepada ibu untuk memperbaiki kematangan paru
janin.
c. Lakukan persalinan pada kehamilan 37 minggu
d. Jika terdapat his dan darah lender, kemungkinan terjadi persalinan
preterm

5.

Jika tidak terdapat infeksi dari kehamilan > 37 minggu :


a. Jika ketuban pecah lebih dari 18 jam, berikan antibiotic profilaksis
b. Nilai serviks : jika serviks sudah matang, lakukan induksi persalinan
dengan oksigen. Jika serviks belum matang, matangkan serviks dengan

prostaglandin dan infus oksitosin, atau lakukan sectio caesaria.


6. Penanganan pada amnionitis :
a. Berikan antibiotic kombinasi sampai persalinan
b. Nilai serviks : jika serviks matang, lakukan induksi persalinan dengan
oksitosin, jika serviks belum matang, matangkan serviks dengan
prostaglandin dan infus oksitosin atau lakukan SC.
E. Pimpinan Persalinan
Ada bermacam-macam pendapat mengenai penatalaksanaan dan pimpinan
persalinan dalam menghadapi ketuban pecah dini.
1. Bila anak belum viable (kurang dari 36 minggu) penderita dianjurkan untuk
beristirahat di tempat tidur, dan berikan obat-obatan antibiotika profilaksis

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

194

osmolitika dan roboransia dengan tujuan untuk mengulur waktu sampai


bayi viable.
2. Bila anak sudah viable (lebih dari 36 minggu) lakukan induksi partus 1-2
jam setelah laten phase tertentu, dimana induksi persalinan dengan PGEA
dan atau drip oksitosin gagal, maka dapat dilakukan tindakan operatif.
Indikasi untuk melakukan induksi pada ketuban pecah dini :
1. Pertimbangkan waktu dan berat janin dalam rahim
a. Pertimbangkan waktu dan berat janin dalam rahim
b. Berat janin sebaiknya di atas 2000 gram.
2. Terdapat tanda infeksi intra uterin
a. Temperature di atas 38C dengan pengukuran rectal
b. Terdapat tanda infeksi melalui hasil : pemeriksaan laboratorium,
pemeriksaan kultur air ketuban.
Jadi, pada ketuban pecah dini penyelesaian persalinan biasanya dengan :
1.
2.
3.
4.
5.

Partus spontan
Ekstraksi vakum
Ekstraksi forcep
Embriotomi bila anak sudah meninggal
Section Caesaria bila ada indicator obstetric. (Mochtar, 1998 : 257)

F. Komplikasi
1. Pada anak :
a. IUFD
b. Asfiksia
c. Prematuritas
2. Pada ibu :
a) Parus lama dan infeksi
b) Atonia uteri
c) Perdarahan post partum atau infeksi nifas.
KONSEP ASUHAN KEBIDANAN PADA KETUBAN PECAH DINI
A.

Pengkajian
Pada langkah ini bidan mengumpulkan semua informasi yang akurat dan lengkap
dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi pasien, seperti :
Data subyektif :
1. Biodata
a. Nama

: Nama pasien perlu ditanyakan dengan jelas dan lengkap agar

mempermudah dalam proses asuhan kebidanan


b. Umur : Perlu dikaji untuk menilai keadaan organ reproduksi pasien, seperti
pada primipara tua keadaannya akan berbeda dengan primipara muda.
c. Alamat : Diperlukan apabila dalam keadaan mendesak untuk mudah
dihubungi.

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

195

d. Pekerjaan

: Dikaji untuk mengetahui kemungkinan pengaruhnya

terhadap kebiasaan kesehatan klien, dan kemungkinan pengaruh pekerjaan


terhadap kehamilan serta kesehatan klien.
e. Agama : Ditanyakan untuk mengetahui kemungkinan kebiasaannya
terhadap kesehatan dan kehamilan ibu. Dapat mempermudah pendekatan
terhadap klien dalam melaksanakan asuhan kebidanan.
f. Pendidikan
: Dikaji untuk mengetahui tingkat intelektual klien, sebab
tingkat intelektual mempengaruhi sikap perilaku seseorang.
g. Status Perkawinan
: Dikaji untuk mengetahui kemungkinan pengaruh
status perkawinan tehadap masalah kesehatan. Perlu juga ditanyakan berapa
kalinya.
2. Keluhan Utama
Hal ini yang membuat pasien datang ke petugas kesehatan. Pertanyaan yang
ditanyakan adalah apa yang dirasakan ibu. Pada kasus ketuban pecah dini yang
perlu ditanyakan :
a. Kapan ibu merasa ketuban sudah pecah? Berapa banyak cairan yang keluar?
Warna cairan ketuban?
b. Apakah ibu sudah merasa kenceng-kenceng atau belum?
c. Apakah ada juga lendir dan darah yang keluar?
3. Riwayat Kehamilan Sekarang
Yang dikaji adalah:
a.
b.
c.

Hamil anak yang keberapa, dan usia kehamilan saat ini?


Bagaimana pergerakan janin?
Keluhan-keluhan selama kehamilan
Trimester I

Seperti mual-muntah, mulai usia kehamilan berapa?

Sampai usia kehamilan berapa?


Trimester II

Bagaimana dengan pola makan? Aktivitas selama

hamil?
Trimester III

Bagaimana pergerakan anak? Sering kencing? Sulit

tidur?
4. Riwayat Kebidanan
a.
Riwayat Haid
a.
Sejak kapan menstruasi?
b.
Siklus? : normalnya 28-30 hari
c.
Lamanya? : normalnya 3-7 hari
d.
Banyaknya selama haid 30-50 cc
e.
Dysminorhoe?

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

196

f.

b.

Fluor Albus : bagaimana warna, berbau atau tidak, banyak atau

sedikit?
g.
HPHT?
Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas yang lalu
h.
Perkawinan yang ke berapa?
i.
Kehamilan ke berapa?
j.
Ikhtisar kehamilan (berisi hal-hal yang dapat mengganggu
kehamilan, perdarahan, letak sungsang, letak lintang, gemelli, pre
k.

eklamsia, eklamsia, infeksi).


Persalinan : aterm, premature, abortus, hidup (dimana? tahun berapa

l.

lahir? Ditolong siapa?)


Anak mati serta sebabnya. Jenis kelamin perempuan atau laki-laki?

m.

Berat badan lahir? Panjang badan?


Masa nifas : meneteki atau tidak? Mengalami perdarahan atau tidak?

5. Riwayat Penyakit Ibu


Hal yang ditanyakan adalah apakah ibu pernah menderita penyakit menurun,
seperti diabetes mellitus, hipertensi, asthma, jantung, serta penyakit menular
seperti hepatitis B atau TBC?
6. Riwayat Penyakit Keluarga
Hal yang ditanyakan adalah apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit
menurun, seperti diabetes mellitus, hipertensi, asthma, jantung, serta penyakit
menular seperti hepatitis B atau TBC? Dalam keluarga ibu atau suami apakah ada
keturunan kembar?
7. Riwayat KB
Ditanyakan apakah ibu memakai alat kontrasepsi? Tahun berapa memakai? Bila
lepas tahun berapa? Alasannya?
8. Riwayat Psikososial-Spiritual-Kultural
a. Riwayat Psikososial
n. Bagaimana tanggapan suami dan keluarga terhadap kehamilan dan
persalinan ini?
o. Ibu tinggal bersama siapa?
p. Siapa pengambil keputusan dalam keluarga?
b. Riwayat Spiritual : Bagaimana ibu dalam menjalankan ibadah?
c. Riwayat Kultural
q. Ibu menganut adat apa?
r. Apakah ada kebiasaan yang menguntungkan dan yang mengganggu
dalam proses kehamilan atau persalinannya?

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

197

9. Pola Kebiasaan Sehari-hari


Hal-hal yang ditanyakan pada saat di rumah / sebelum masuk Rumah Sakit dan
sesudah masuk Rumah Sakit, yaitu:
a.
b.
c.
d.
e.

Pola nutrisi
Aktivitas
Istirahat
Eliminasi
Personal Hygiene.

Data Obyektif
1.

Pemeriksaan Umum
a.
Keadaan umum : apakah baik, cukup, atau lemah?
b.
Kesadaran
: apakah composmentis, somnolen, delirium, sopor, atau
c.

apatis?
Berat Badan

: Untuk memastikan keadaan ibu. Normalnya pada Trimester

I kenaikan berat badan 1-2 Kg / bulan, Trimester II 0,5 Kg / minggu.


Pertambahan berat badan normal 9-13,5 Kg selama kehamilan.
d.

Tinggi Badan

: Pada ibu hamil yang tinggi badannya < 145 cm terlebih

e.

pada primigravida diduga adanya CPD.


Tekanan Darah : Perlu dikaji kenaikan tekanan darah. Normalnya adalah

f.

sistolik 110-120 mmHg, dan diastole 70-80 mmHg.


Temperatur dan Nadi
: Suhu normalnya 36,1C 37,6C. Temperatur di
atas 38C dengan pengukuran rectal dicurigai telah terjadi infeksi intra uterine.
Nadi normalnya 80-100 x/menit.

2.

Inspeksi
a.
Kepala
b.
Muka

: melihat bagaimana keadaan kepala apakah ada benjolan


: apakah oedem, pucat, adakah cloasma gravidarum. Pada penderita

c.

pre eklamsi muka tampak oedem.


Mata
: melihat apakah simetris, selaput conjungtiva anemis, sclera tampak

d.
e.

ichterus
Hidung
Mulut

f.
g.

caries pada gigi, bagaimana keadaan lidah, bersih atau kotor


Telinga : apakah simetris, bagaimanakah kebersihannya
Leher
: apakah ada perbesaran kelenjar limfe atau tiroid, bendungan vena

h.

jugularis
Ketiak
: melihat apakah ada pembesaran kelenjar limfe, dan adanya

i.
j.

accecoriasis mammae
Dada
: apakah simetris, bagaimana pernafasannya
Mammae : melihat apakah simetris, keadaan putting menonjol / datar / masuk,

: apakah ada polip, bagaimana keadaan konka


: melihat apakah bibir pucat, apakah rhagaden dan stomatitis, apakah

adakah hiperpigmentasi areola mammae primer dan sekunder, apakah ada


striae lividae atau libican, apakah ASI sudah keluar
Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

198

k.

Perut

: apakah membesar, terdapat striae lividae atau striae albican,

terdapat hyperpigmentasi linea alba menjadi linea nigra, apakah terlihat


l.
m.

pergerakan anak, terdapat bekas operasi atau tidak.


Pelipatan paha : apakah ada pembesaran kelenjar limfe, hernia inguinalis
Vulva
: apakah oedema, varises, apakah ada condiloma lata, condiloma
akuminata, bartholinitis, terdapat pengeluaran darah bercampur lendir? Pada

n.
o.
p.

ketuban pecah dini terlihat pengeluaran cairan ketuban.


Punggung : apakah ada kelainan lordosis, skoliosis, kifosis?
Anus
: apakah ada haemoroid.
Ekstremitas atas dan bawah : melihat apakah simetris, adakah kelainan?
(Depkes RI, 1993 : 67-70)

3.

Palpasi atau periksa raba


Palpasi dilakukan secara bimanual. Palpasi perut dilakukan untuk mengetahui:
a.
b.
c.
d.
e.

Besar dan konsistensi rahim


Bagian-bagian janin, letak, dan presentasi
Gerakan janin
Kontraksi rahim
Apakah ada bagian anak yang sudah masuk ke pintu atas panggul (PAP)

Palpasi dapat dilakukan dengan cara :


a. Leopold IA

: pemeriksaan ke arah muka ibu hamil. Dilakukan untuk mengetahui

tinggi fundus uteri


b. Leopold IB : dilakukan untuk menentukan bagian apa pada anak yang ada pada
fundus uteri
c. Leopold IIA

: menentukan batas samping rahim kanan dan kiri. Dilakukan untuk

menentukan situs anak apakah membujur atau melintang


d. Leopold IIB : dilakukan untuk menentukan pada saat letak membujur, sebelah
mana punggung anak. Sedangkan pada letak lintang untuk menentukan sebelah
mana kepala anak.
e. Leopold III : dilakukan untuk menentukan bagian apa pada anak yang terdapat
pada bagian rahim bawah
f. Leopold IV : pemeriksaan dilakukan dengan menghadap kaki ibu hamil.
Dilakukan untuk mengontrol Leopold III, apakah bagian terbawah anak sudah
masuk PAP atau belum.
4.

Auskultasi
Normal detak jantung janin adalah 120-140 x/menit
Pada ibu hamil dengan ketuban pecah dini dapat terjadi penurunan atau peningkatan
DJJ (distress) akibat penurunan jumlah air ketuban atau karena infeksi.

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

199

5.

Reflek patella
Normal

6.

: tungkai bawah akan bergerak sedikit ketika tendon ditekuk.

Data penunjang medis


a. Pemeriksaan urine
Dengan menggunakan kertas lakmus / litmus untuk membedakan apakah cairan
yang keluar pervaginam adalah urine atau air ketuban. Bila kertas menjadi biru
berarti air ketuban, tapi bila kertas menjadi merah berarti cairan urine.
b.

Pemeriksaan darah
Hb normal bernilai 11 gr%, bila 11 gr% menandakan anemia

c.

USG dapat digunakan sebagai penunjang untuk mengetahui pada kondisi janin,
apakah mengalami distress atau tidak.

B. Identifikasi Diagnosa / Masalah


Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap masalah atau diagnosa
berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Harus
dirumuskan diagnosa yang spesifik. Masalah psikososial berkaitan dengan hal-hal
yang sedang dialami oleh pasien tersebut.
Diagnosa : G.P., hamil..minggu dengan Ketuban Pecah Dini (KPD)
Dasar

DS

: Klien mengatakan hamil anak ke .


Klien mengatakan belum kenceng-kenceng
Klien mengatakan mengeluarkan cairan jernih dari kemaluan yang
merembes
Klien mengatakan belum mengeluarkan lendir darah
Klien mengatakan gerak anak berlebih

DO

: Tensi 120/110 mmHg, Suhu 37C atau lebih diukur per rectal. Nadi 80

x/menit
Inspeksi genital tampak cairan jernih merembes
Pemeriksaan cairan pervag dengan kertas lakmus : berubah menjadi biru
Tanda-tanda infeksi bisa sudah tampak atau belum
Pemeriksaan dalam belum ada pembukaan
DJJ bayi bisa masih normal atau ada peningkatan maupun penurunan
C. Identifikasi Diagnosa / Masalah Potensial
Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

200

Pada langkah ini bidan mengidentifikasi masalah dan diagnosa potensial


berdasarkan diagnosa / masalah yang sudah teridentifikasi. Langkah ini membutuhkan
antisipasi, bila mungkin dilakukan pencegahan.
Contoh
1.
2.
3.
4.

Potensial terjadinya fetal distress


Potensial terjadinya persalinan preterm
Potensial terjadinya infeksi pada janin
Potensial terjadinya IUFD

D. Identifikasi Kebutuhan Segera


Pada beberapa kasus, mengidentifikasi situasi yang membutuhkan tindakan
segera misalnya perlu konsultasi atau kolaborasi dengan dokter dalam pertolongan
persalinan.
E. Menyusun Rencana Asuhan Yang Komprehensif
Pada langkah ini direncanakan asuhan menyeluruh yang ditentukan oleh hasil
kajian pada langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen
terhadap diagnosa atau masalah yang telah diidentifikasi atau diantisipasi.
a.

b.

c.

d.
e.

Rencana asuhan pada kala I


a) Evaluasi kesejahteraan ibu
b) Ukur tekanan darah, suhu, nadi, dan pernafasan ibu tiap 2-4 jam pada fase
laten, dan 1-2 jam pada fase aktif.
c) Evaluasi kandung kemih tiap 2 jam (minimal)
d) Apabila diperlukan, lakukan pemeriksaan laboratorium dan kultur air ketuban
e) Evaluasi dehidrasi
f) Evaluasi keadaan umum dan tanda-tanda infeksi
Evaluasi kesejahteraan janin
a) Letak janin, presentasi, posisi, dan gerak janin.
b) Adaptasi janin
c) Hitung DJJ tiap 30 menit pada fase laten dan tiap 15 menit pada fase aktif,
atau pada saat pemberian obat
Evaluasi kemajuan persalinan, termasuk observasi :
a. Penipisan, pembukaan serviks
b. Turunnya bagian terendah
c. Pola kontraksi (frekuensi, durasi, dan intensitas)
Lakukan perawatan fisik : menjaga kenyamanan dan kebersihan ibu
Berikan dukungan psiksis pada ibu dan keluarga
Bantulah ibu dalam persalinan bila tampak gelisah atau ketakutan dengan
senantiasa memberikan dorongan dan semangat, member informasi mengenai
proses dan kemajuan persalinan, dan mau mendengarkan keluhan ibu.

f.

Jika ibu tampak kesakitan :


a) Lakukan perubahan posisi sesuai dengan keinginannya
b) Anjurkan ibu untuk jalan-jalan / mobilisasi bila masih memungkinkan

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

201

g.
h.

c) Anjurkan keluarga mendampingi selama proses persalinan


d) Anjurkan ibu untuk nafas panjang (relaksasi) apabila dalam kontraksi
Jaga privacy ibu
Lakukan skrining terhadap komplikasi

F. Intervensi untuk masalah


Gangguan rasa cemas karena kehamilan patologis
a. Jelaskan pada ibu dan keluarga tentang pengaruh cemas pada proses kehamilan dan
persalinan.
Rasional

: cemas akan meningkatkan tekanan darah

b. Jelaskan pada ibu dan keluarga untuk menciptakan suasana yang tenang.
Rasional

: suasana psikologis yang tenang akan mengurangi rasa cemas

c. Kaji tingkat kecemasan ibu


Rasional

: mendapatkan gambaran yang efektif tentang penanganan

kecemasan ibu
d. Kaji Tanda-Tanda Vital
Rasional

: intensitas kecemasan mempengaruhi keadaan ibu.

G. Melakukan rencana asuhan secara menyeluruh


Dalam langkah ini seluruh rencana asuhan dilakukan secara aman.
H. Evaluasi
Dalam langkah ini mengkaji kembali tahap tindakan yang telah dilakukan, mungkin
tindakan yang telah dilakukan sudah berhasil atau belum berhasil. Dalm hal ini perlu
mengulang kembali dari awal setiap tindakan / asuhan yang belum efektif melalui
proses

manajemen

asuhan

kebidanan,

yang

dalam

pendokumentasiannya

menggunakan SOAP. (Publik Pelatihan Manajemen Asuhan Kebidanan)

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

202

DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 2004. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta : Depkes RI.


Manuaba, IBG. 1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan, dan Keluarga Berencana
untuk Pendididkan Bidan. Jakarta : EGC.
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri Fisiologi Jilid I. Jakarta : EGC.
PPKC. Pelatihan Manajemen Asuhan Kebidanan.
Saifuddin, Abdul Bari, dkk. 2002. Buku Panduan praktis Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal. Jakarta : YBP-SP
Wiknjosastro, Hanifa. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBPSP.

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

203

ABORTUS INKOMPLIT

KONSEP MEDIS
1.

Gejala dan Tanda


Untuk wanita yang masih dalam usia reproduksi, sebaiknya dipikirkan suatu abortus
inkomplit, apabila :
1.
2.
3.
4.

Terlambat haid (tidak datang haid lebih dari 1 bulan, dihitung dari haid terakhir)
Terjadi perdarahan pervaginam
Spasme atau nyeri perut bawah (seperti kontraksi saat persalinan)
Keluarnya massa kehamilan (fragmen plasenta)
Apabila tidak terdapat gejala di atas, sebaiknya dipertimbangkan diagnosis lain

(misalnya, infeksi panggul). Terminasi kehamilan secara paksa yang dilakukan


dengan memasukkan kayu, plastic, atau benda tajam lainnya ke dalam kavum uteri
akan menjadi penyebab utama terjadinya infeksi / komplikasi serius abortus
inkomplit. Karena berbagai alas an tertentu, kebanyakan pasien abortus provokatus
segan atau sengaja menyembunyikan penyebab abortus yang dapat membahayakan
atau mengancam keselamatan jiwa pasien.
2.

Penapisan Komplikasi Serius


Bila seorang pasien datang dengan dugaan suatu abortus inkomplit, penting
segera untuk menentukan ada tidaknya komplikasi berbahaya (syok, perdarahan

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

204

hebat, sepsis/infeksi, dan trauma abdomen/perforasi uterus). Bila ditemui


komplikasi yang membahayakan jiwa pasien maka harus segera dilakukan upaya
stabilisasi sebelum penanganan lanjut / dirujuk ke fasilitas kesehatan rujukan.
3.

Riwayat Medik
Informasi khusus tentang reproduksi yang harus diperoleh diantaranya :
1) Hari pertama haid terakhir, dan kapan mulai berhenti haid
2) Alat kontrasepsi yang sedang dipakai (amenore akibat kontrasepsi hormonal
3)
4)
5)
6)

dapat dikelirukan dengan abortus bila kemudian terjadi menoragi)


Perdarahan per vaginam (lama dan jumlahnya)
Demam, menggigil, dan kelemahan umum
Nyeri abdomen, punggung atau bahu (berkaitan dengan trauma intra abdominal)
Riwayat vaksinasi dan kemungkinan resiko tetanus (abortus provokatus).

Informasi medik yang penting meliputi :


1) Alergi obat (anastesi dan antibiotic)
2) Gangguan hematologi (anemia bulan sabit/ sickle cell anaemia, thalasemia,
hemofili, atau gangguan pembekuan darah)
3) Penggunaan obat jangka panjang (misalnya kortikosteroid)
4) Minum jamu atau obat-obatan yang tidak jelas komposisi dan khasiatnya
(apabila bersifat toksik, dapat menimbulkan efek samping yang serius)
5) Kondisi gangguan kesehatan yang lain (misalnya, malaria dan kehamilan).
4.

Pemeriksaan Fisik
Penting untuk memperhatikan :
1) Periksa dan catat tanda vital (temperature, tekanan darah, pernafasan, dan nadi)
2) Gangguan kesehatan umum (anemia, kurang gizi, keadaan umum jelek)
3) Periksa keadaan paru, jantung, dan ekstremitas.
Pemeriksaan Abdomen :
1)
2)
3)
4)

Memeriksa adanya massa atau kelainan intra abdominal lainnya


Perut kembung atau bising usus melemah
Nyeri ulang / hilang timbul
Nyeri dan kaku dinding perut (pelvic / suprapubik).

Pemeriksaan Panggul :
Tujuan utama pemeriksaan panggul atau bimanual adalah untuk mengetahui
besar, arah, konsistensi uterus, nyeri goyang serviks, nyeri tekan parametrium, dan
pembukaan ostium serviks. Penting juga untuk melihat sumber perdarahan lain
(trauma serviks / vagina) selain akibat sisa konsepsi.
Pemeriksaan Dengan Speculum (Inspekulo)
Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

205

Sebelum memasukkan speculum perhatikan :


1) Daerah genitalia eksterna, perhatikan sifat dan jumlah perdarahan pervaginam
2) Darah yang bercampur dengan secret yang berbau
Setelah selesai melakukan pengamatan bagian luar, masukkan speculum untuk
melihat dinding vagina dan serviks. Bersihkan bekuan darah / massa kehamilan
dalam lumen vagina, atau yang terjepit dalam ostium serviks. Apabila diperlukan,
awetkan jaringan/sisa konsepsi untuk pemeriksaan histopatologi. Tentukan apakah
darah keluar melalui ostium atau dari dinding vagina. Bila diduga atau jelas terjadi
infeksi, lakukan pemeriksaan bakteriologis dan uji resistensi. Pasien segera diberi
antibiotika spectrum luas secara adekuat, sebelum dilakukan prosedur tindakan
selanjutnya.
Pemeriksaan Bimanual :
Apabila periksa luar sulit untuk menentukan tinggi fundus uteri, maka lakukan
pemeriksaan dalam (besar, arah, dan konsistensi uterus).
Nilai besar dan posisi uterus :
Temuan yang pasti tentang besar dan arah uterus, sangat menentukan keamanan
dan keberhasilan prosedur klinik yang akan dijalankan. Bila uterus lebih besar dari
dugaan usia kehamilan, kemungkinannya adalah :
1)
2)
3)
4)
5)

Usia kehamilan memang lebih besar dari HPHT


Hamil ganda atau kembar
Uterus dipenuhi bekuan darah (sindroma pasca keguguran)
Hamil mola
Mioma uteri dengan kehamilan.
Uterus retroversi, obesitas, atau kekakuan dinding perut akan menyulitkan

perabaan uterus. Penting sekali untuk mengetahui besar dan arah uterus sebelum
melakukan prosedur curettage atau AVM.
5.

Jenis dan Derajat Abortus


Diagnosis
Abortus

Perdarahan
Sedikit-sedang

Serviks
Tertutup

Imminens

Besar uterus
Sesuai usia

Gejala lain
PPT (+), ada

kehamilan

kram perut,
uterus lunak

Abortus
Insipiens
Abortus

Sedang-banyak
Sedikit-banyak

Terbuka

Sesuai atau lebih

Perut kram,

Terbuka

kecil
Lebih kecil dari

uterus lunak
Perut kram,

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

206

inkomplit

6.

(lunak)

usia kehamilan

keluar

Abortus

Sedikit / tidak

Lunak

Lebih kecil dari

jaringan
Sedikit / tidak

komplit

ada

(terbuka

usia kehamilan

kram, keluar

atau

jaringan,

tertutup)

uterus kenyal

Penatalaksanaan Abortus Inkomplit


Prinsip pengobatan abortus inkomplit adalah pembersihan sisa konsepsi dari
kavum uteri. Cara melaksanakan pembersihan tersebut tergantung usia kehamilan,
besar uterus, dan hasil penghitungan HPHT. Selain itu, dilihat pula ketersediaan
peralatan, pasokan medik, dan tenaga kesehatan yang terampil.
Bila sarana dan tenaga terampil tidak tersedia, maka dianjurkan untuk merujuk
pasien ke fasilitas kesehatan yang lebih lengkap.
Prosedur penatalaksanaan abortus inkomplit adalah sebagai berikut :
1) Evakuasi sisa konsepsi pada abortus inkomplit hingga usia kehamilan 12-14
minggu dengan menggunakan Aspirasi Vakum Manual (AVM) atau dilatasi dan
kuretase (D&K).
Dari hasil penelitian AVM menunjukkan resiko yang lebih rendah jika
dibandingkan dengan kuret tajam. AVM tidak memerlukan anastesi umum, dan
tidak memerlukan ruang khusus (dapat dilayani dengan rawat jalan).
2) Penatalaksanaan nyeri dengan pemberian medikamentosa (oral, Intramuskular,
atau Intravena), misalnya morfin, ketamin dosis rendah, meperidin, tramadol,
parasetamol, dan golongan asam salisilat, termasuk blok paraservikal untuk
mengontrol nyeri. Penatalaksanaan nyeri sangat tergantung dari status emosional
pasien, bukaan serviks, dan perkiraan lamanya prosedur AVM atau kuretase,
ketrampilan operator, dan staf klinik.
3) Pemberian oksitosin drip, diperlukan pada evaluasi sisa konsepsi pada kasus
abortus inkomplit trimester kedua.
4) Dapat huga diberikan mesoprostol 600 mg per oral sebagai pengganti oksitosin.

7.

Pemantauan Pemulihan Pasien


1) Pantau tanda vital mulai pada saat pasien berada di atas meja tindakan
2) Upayakan pasien dapat beristitahat dengan tenang, sehingga pemantauan dapat
berlangsung dengan baik.
3) Berikan antibiotika sebagai upaya profilaksis, terutama bila terdapat tanda-tanda
infeksi.
4) Pada kasus tanpa komplikasi, periksa konsentrasi Hb dan tanda vital sebelum
pasien dipulangkan.
5) Setelah kondisi pasien stabil, berikan informasi tentang perawatan lanjutan.

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

207

8.

Kontrasepsi Pasca Abortus


Bila usia kehamilan di bawah 12 minggu, setelah abortus selesai kesuburan akan
kembali paling cepat dalam 11 hari. Pada beberapa kasus tertentu mungkin beberapa
pasangan tidak menginginkan untuk segera hamil kembali. Oleh karena itu, dapat
digunakan hampir semua metode kontrasepsi oleh pasien pasca keguguran, kecuali
metode alamiah

KONSEP ASUHAN KEBIDANAN PADA ABORTUS INKOMPLIT


A.

Pengkajian
Pada langkah ini bidan mengumpulkan semua informasi yang akurat dan lengkap
dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi pasien, seperti :
Data subyektif :
1) Biodata
a) Nama

: Nama pasien perlu ditanyakan dengan jelas dan lengkap

agar mempermudah dalam proses asuhan kebidanan


b) Umur
: Perlu dikaji untuk menilai keadaan organ reproduksi pasien,
seperti pada primipara tua keadaannya akan berbeda dengan primipara
muda.
c) Alamat

: Diperlukan apabila dalam keadaan mendesak untuk mudah

dihubungi.
d) Pekerjaan : Dikaji untuk mengetahui kemungkinan pengaruhnya
terhadap kebiasaan kesehatan klien, dan kemungkinan pengaruh
pekerjaan terhadap kehamilan serta kesehatan klien.
e) Agama
: Ditanyakan untuk mengetahui kemungkinan kebiasaannya
terhadap kesehatan dan kehamilan ibu. Dapat mempermudah pendekatan
terhadap klien dalam melaksanakan asuhan kebidanan.
f) Pendidikan : Dikaji untuk mengetahui tingkat intelektual klien, sebab
tingkat intelektual mempengaruhi sikap perilaku seseorang.
g) Status Perkawinan : Dikaji untuk mengetahui kemungkinan pengaruh
status perkawinan tehadap masalah kesehatan. Perlu juga ditanyakan
berapa kalinya.
2) Keluhan Utama
Hal ini yang membuat pasien datang ke petugas kesehatan. Pertanyaan yang
ditanyakan adalah apa yang dirasakan ibu. Pada kasus abortus inkomplit yang
perlu ditanyakan :
a.

Kapan ibu mengeluarkan darah ? Berapa banyak cairan darah yang keluar?
Bergumpal / ada jaringan atau tidak?

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

208

b.
c.

Apakah ibu sudah merasa nyeri perut bawah atau tidak?


Apakah ibu terlambat haid?

3) Riwayat Kehamilan Sekarang


Yang dikaji adalah:
1.

Hamil anak yang keberapa, dan usia kehamilan saat ini?

2.

Bagaimana pergerakan janin

3. Keluhan-keluhan selama kehamilan ini :


e. Seperti ada atau tidaknya mual-muntah? Bagaimana dengan pola makan ibu?
f. Ibu habis jatuh atau tidak?
4) Riwayat Kebidanan
1.
Riwayat Haid
a)
Sejak kapan menstruasi?
b)
Siklus? : normalnya 28-30 hari
c)
Lamanya? : normalnya 3-7 hari
d)
Banyaknya selama haid 30-50 cc
e)
Dysminorhoe?
f)
Fluor Albus : bagaimana warna, berbau atau tidak, banyak atau

2.

sedikit?
g)
HPHT?
Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas yang lalu
h)
Perkawinan yang ke berapa?
i)
Kehamilan ke berapa?
j)
Ikhtisar kehamilan (berisi hal-hal yang dapat mengganggu
kehamilan, perdarahan, letak sungsang, letak lintang, gemelli, pre

3.

k)

eklamsia, eklamsia, infeksi).


Persalinan : aterm, premature, abortus, hidup (dimana? tahun berapa

l)

lahir? Ditolong siapa?)


Anak mati serta sebabnya. Jenis kelamin perempuan atau laki-laki?

Berat badan lahir? Panjang badan?


m) Masa nifas : meneteki atau tidak? Mengalami perdarahan atau tidak?
Riwayat KB
Kontrasepsi yang digunakan? Berapa lama pemakaian? Keluhan yang
dialami?

5) Riwayat Penyakit Ibu


Hal yang ditanyakan adalah apakah ibu pernah menderita penyakit
menurun, seperti diabetes mellitus, hipertensi, asthma, jantung, serta penyakit
menular seperti hepatitis B atau TBC?
6) Riwayat Penyakit Keluarga
Hal yang ditanyakan adalah apakah dalam keluarga ada yang menderita
penyakit menurun, seperti diabetes mellitus, hipertensi, asthma, jantung, serta
Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

209

penyakit menular seperti hepatitis B atau TBC? Dalam keluarga ibu atau suami
apakah ada keturunan kembar?
7) Riwayat Psikososial-Spiritual-Kultural
a. Riwayat Psikososial
a) Bagaimana tanggapan suami dan keluarga terhadap kehamilan ini?
b) Ibu tinggal bersama siapa?
c) Siapa pengambil keputusan dalam keluarga?
b. Riwayat Spiritual : Bagaimana ibu dalam menjalankan ibadah?
c. Riwayat Kultural
a) Ibu menganut adat apa?
b) Apakah ada kebiasaan yang menguntungkan dan yang mengganggu dalam
proses kehamilan atau persalinannya?
d. Pola Kebiasaan Sehari-hari
Hal-hal yang ditanyakan pada saat di rumah / sebelum masuk Rumah Sakit
dan sesudah masuk Rumah Sakit, yaitu:
1.
2.
3.
4.
5.

Pola nutrisi
Aktivitas
Istirahat
Eliminasi
Personal Hygiene.

Data Obyektif
1.

Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum
b. Kesadaran

: apakah baik, cukup, atau lemah?


: apakah composmentis, somnolen, delirium, sopor, atau

apatis?
Berat Badan

: Untuk memastikan keadaan ibu. Normalnya pada Trimester

c.

I kenaikan berat badan 1-2 Kg / bulan, Trimester II 0,5 Kg / minggu.


d.

Pertambahan berat badan normal 9-13,5 Kg selama kehamilan.


Tinggi Badan
: Pada ibu hamil yang tinggi badannya < 145 cm terlebih

e.

pada primigravida diduga adanya CPD.


Tekanan Darah
: Perlu dikaji kenaikan tekanan darah. Normalnya adalah

f.

sistolik 110-120 mmHg, dan diastole 70-80 mmHg.


Temperatur dan Nadi
: Suhu normalnya 36,1C 37,6C. Temperatur di
atas 38C dengan pengukuran rectal dicurigai telah terjadi infeksi intra uterine.
Nadi normalnya 80-100 x/menit.

2.

Inspeksi
a. Kepala
: melihat bagaimana keadaan kepala apakah ada benjolan
b. Muka : apakah oedem, pucat, adakah cloasma gravidarum. Pada penderita pre eklamsi muka
tampak oedem

c. Mata

: melihat apakah simetris, selaput conjungtiva anemis, sclera tampak

ichterus
d. Hidung
e. Mulut

: apakah ada polip, bagaimana keadaan konka


: melihat apakah bibir pucat, apakah rhagaden dan stomatitis, apakah

caries pada gigi, bagaimana keadaan lidah, bersih atau kotor


Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

210

f.
Telinga
g. Leher

: apakah simetris, bagaimanakah kebersihannya


: apakah ada perbesaran kelenjar limfe atau tiroid, bendungan vena

jugularis
h. Ketiak

: melihat apakah ada pembesaran kelenjar limfe, dan adanya

i.
j.

accecoriasis mammae
Dada
: apakah simetris, bagaimana pernafasannya
Mammae : melihat apakah simetris, keadaan putting menonjol / datar / masuk,
adakah hiperpigmentasi areola mammae primer dan sekunder, apakah ada striae

lividae atau libican, apakah ASI sudah keluar


k. Perut: apakah membesar, terdapat striae lividae atau striae albican, terdapat
hyperpigmentasi linea alba menjadi linea nigra, apakah terlihat pergerakan anak,
terdapat bekas operasi atau tidak.
l.
Pelipatan paha : apakah ada pembesaran kelenjar limfe, hernia inguinalis
m. Vulva
: apakah oedema, varises, apakah ada condiloma lata, condiloma
akuminata, bartholinitis, terdapat pengeluaran darah? Jumlah perdarahan? Ada
gumpalan darah / stosel atau tidak? Pada kasus abortus perlu juga dilihat apabila
terdapat jaringan yang sudah keluar.
n. Punggung : apakah ada kelainan lordosis, skoliosis, kifosis?
o. Anus: apakah ada haemoroid.
p. Ekstremitas atas dan bawah : melihat apakah simetris, adakah kelainan?
(Depkes RI, 1993 : 67-70)
3.

Palpasi atau periksa raba


Palpasi dilakukan secara bimanual. Palpasi perut dilakukan untuk mengetahui:

4.

a) Besar dan konsistensi rahim


b) Nyeri tekan abdomen
Reflek patella
Normal

5.

: tungkai bawah akan bergerak sedikit ketika tendon ditekuk.

Data penunjang medis


a. Pemeriksaan urine (plano test) : untuk mengetahui apakah pasien hamil atau
b.

tidak?
Pemeriksaan darah
Hb normal bernilai 11 gr%, bila 11 gr% menandakan anemia

c.

USG dapat digunakan sebagai penunjang untuk mengetahui pada kondisi janin,
dan untuk mengetahui apakah sudah terjadi abortus inkomplit atau belum?

B. Identifikasi Diagnosa / Masalah


Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap masalah atau diagnosa
berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Harus
dirumuskan diagnosa yang spesifik. Masalah psikososial berkaitan dengan hal-hal
yang sedang dialami oleh pasien tersebut.

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

211

Diagnosa : G.P., hamil..minggu dengan abortus inkomplit.


Dasar

DS

: Klien mengatakan hamil anak ke .


Klien mengatakan mengeluarkan cairan darah dari kemaluan disertai
gumpalan.
Klien mengatakan nyeri perut bawah

DO

: Tensi 120/110 mmHg, Suhu 37C atau lebih diukur per rectal. Nadi 80

x/menit
Plano test (+)
Inspeksi genital tampak cairan darah dengan stosel
Tanda-tanda infeksi bisa sudah tampak atau belum
Pemeriksaan dalam sudah ada pembukaan, teraba jaringan
Hasil USG : abortus inkomplit
C. Identifikasi Diagnosa / Masalah Potensial
Pada langkah ini bidan mengidentifikasi masalah dan diagnosa potensial
berdasarkan diagnosa / masalah yang sudah teridentifikasi. Langkah ini membutuhkan
antisipasi, bila mungkin dilakukan pencegahan.
Contoh
1.
2.
3.

Potensial terjadinya infeksi


Potensial terjadinya syok karena perdarahan
Potensial terjadi syok neurogenik karena nyeri

D. Identifikasi Kebutuhan Segera


Pada beberapa kasus, mengidentifikasi situasi yang membutuhkan tindakan
segera misalnya perlu konsultasi atau kolaborasi dengan dokter dalam pertolongan
persalinan.
E. Menyusun Rencana Asuhan Yang Komprehensif
Pada langkah ini direncanakan asuhan menyeluruh yang ditentukan oleh hasil
kajian pada langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen
terhadap diagnosa atau masalah yang telah diidentifikasi atau diantisipasi.
1.

Evaluasi kesejahteraan ibu


a. Ukur tekanan darah, suhu, nadi, dan pernafasan ibu
b. Evaluasi dehidrasi
c. Evaluasi keadaan umum dan tanda-tanda infeksi
2. Lakukan perawatan fisik : menjaga kenyamanan dan kebersihan ibu
3. Berikan dukungan psiksis pada ibu dan keluarga

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

212

Bantulah ibu bila tampak gelisah atau ketakutan dengan senantiasa memberikan
dorongan dan semangat, memberi informasi yang cukup mengenai kondisi ibu,
dan mau mendengarkan keluhan ibu.
4.

Jika ibu tampak kesakitan :


a) Lakukan perubahan posisi sesuai dengan keinginannya
b) Anjurkan ibu untuk nafas panjang (relaksasi)
c) Ajarkan ibu tentang teknik distraksi
5. Jaga privacy ibu
6. Lakukan skrining terhadap komplikasi
7. Lakukan kolaborasi dengan tim medis untuk tindakan D & K atau AVM.
F. Intervensi untuk masalah
Gangguan rasa cemas.
1.

Jelaskan pada ibu dan keluarga tentang pengaruh cemas pada kondisi ibu.
Rasional

2.

: cemas akan meningkatkan tekanan darah

Jelaskan pada ibu dan keluarga tentang tindakan yang akan dilakukan dengan
jelas.
Rasional

3.

: ketidaktahuan pasien akan meningkatkan rasa cemas

Kaji tingkat kecemasan ibu


Rasional

: mendapatkan gambaran yang efektif tentang penanganan

kecemasan ibu
4.

Kaji Tanda-Tanda Vital


Rasional

: intensitas kecemasan mempengaruhi keadaan ibu.

G. Melakukan rencana asuhan secara menyeluruh


Dalam langkah ini seluruh rencana asuhan dilakukan secara aman.
H. Evaluasi
Dalam langkah ini mengkaji kembali tahap tindakan yang telah dilakukan, mungkin
tindakan yang telah dilakukan sudah berhasil atau belum berhasil. Dalm hal ini perlu
mengulang kembali dari awal setiap tindakan / asuhan yang belum efektif melalui
proses

manajemen

asuhan

kebidanan,

yang

dalam

pendokumentasiannya

menggunakan SOAP. (Publik Pelatihan Manajemen Asuhan Kebidanan)

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

213

DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. 2004. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta : Depkes RI.
Manuaba, IBG. 1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan, dan Keluarga Berencana
untuk Pendididkan Bidan. Jakarta : EGC.
Mansjoer, Arif, dkk. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius,
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri Fisiologi Jilid I. Jakarta : EGC.
PPKC. Pelatihan Manajemen Asuhan Kebidanan.
Saifuddin, Abdul Bari, dkk. 2002. Buku Panduan praktis Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal. Jakarta : YBP-SP
Wiknjosastro, Hanifa. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBPSP.

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

214

KARSINOMA SERVIKS

KONSEP MEDIS
Kanker serviks merupakan karsinoma ginekologi yang terbanyak di dunia.
1.

Etiologi
Penyebab langsung karsinoma serviks belum diketahui. Factor ekstrinsik yang
diduga berhubungan dengan insiden karsinoma serviks uteri adalah smegma, infeksi
virus Human Papiloma Virus (HPV), dan spermatozoa.

2.

Klasifikasi Ca Serviks (menurut FIGO 1978)


Tingkat
Kriteria
0
Karsinoma in situ atau karsinoma intraepitel
1
Proses terbatas pada serviks (perluasan ke korpus uteri tidak dinilai)
1a
Karsinoma serviks pra klinis, hanya dapat didiagnosis secara
mikroskopik, lesi tidak lebih dari 3 mm, atau secara mikroskopis
kedalamannya > 3-5 mm dari epitel basal dan memanjang tidak lebih
1b
2

dari 7 mm.
Lesi invasive > 5 mm, dibagi atas lesi 4 cm dan > 4 cm
Proses keganasan telah keluar dari serviks dan menjalar ke 2/3 bagian
atas vagina dan atau ke parametrium tetapi tidak sampai dinding

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

215

2a

panggul
Penyebaran hanya ke vagina, parametrium masih bebas dari infilterat

2b

tumor
Penyebaran ke parametrium, uni atau bilateral, tetapi belum sampai

dinding panggul
Penyebaran samapai 1/3 distal vagina atau ke parametrium sampai

3a

dinding panggul
Penyebaran sampai 1/3 distal vagina, namun tidak sampai ke dinding

3b

panggul
Penyebaran sampai ke dinding panggul, tidak ditemukan daerah bebas
infiltrasi antara tumor dengan dinding panggul atau proses pada tingkat

1 atau 2, tetapi sudah ada gangguan faal ginjal atau hidronefrosis


Proses keganasan telah keluar dari panggul kecil dan melibatkan
mukosa rectum dan atau vesika urinaria (dibuktikan secara histologi)

4a
4b
3.

atau telah bermetastasis keluar panggul atau ke tempat yang jauh


Telah bermetastasis ke organ sekitar
Telah bermetastasis jauh

Pemeriksaan Penunjang
1. Sitologi, dengan cara test pap smear. Tes ini merupakan penapisan untuk
mendeteksi infeksi HPV dan pra kanker serviks. Ketepatan diagnostic sitologinya
90 % pada dysplasia keras (karsinoma in situ), dan 76 % pada dysplasia
2.
3.
4.
5.
6.

4.

ringan / sedang.
Kolposkopi
Servikografi
Pemeriksaan visual langsung
Gineskopi
Pap net (pemeriksaan terkomputerisasi dengan hasil lebih sensitive)

Manifestasi Klinis
1. Dari anamnesa didapatkan : keluhan metroragi, keputihan warna putih atau
purulen yang berbau dan tidak gatal, perdarahan pasca coitus, perdarahan
spontan, dan bau busuk yang khas.
2. Ditemukan gejala metastasis seperti obstruksi total vesika urinaria
3. Pada stadium lanjut ditemukan keluhan cepat lelah, kehilangan berat badan, dan
anemia.
4. Pada pemeriksaan fisik ditemukan serviks teraba membesar, ireguler, teraba
lunak.
5. Bila tumor tumbuh eksofitik maka terlihat lesi pada portio, atau sudah sampai
vagina.

5.

Prognosis

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

216

Karsinoma serviks yang tidak diobati atau tidak memberikan respon terhadap
pengobatan, 95 % akan mengalami kematian dalam 2 tahun setelah timbul gejala.
Pasien yang menjalani histerektomi dan memiliki resiko rekurensi harus terus
diawasi, karena lewat deteksi dini dapat diobati dengan radioterapi. Setelah
histerektomi radikal, terjadi 80 % rekurensi dalam 2 tahun.

6.

Penatalaksanaan
Tingkat
0
1
1b, 2a

Penatalaksanaan
Biopsi kerucut, histerektomi transvaginal
Biopsy kerucut, histerektomi transvaginal
Histerektomi radikal dengan limfadenektomi panggul dan evaluasi
kelenjar limfe paraorta (bila terdapat metastasis dilakukan

2b, 3, dan 4
4a dan 4 b

radioterapi pasca pembedahan)


Histerektomi transvaginal
Radioterapi, radiasi paliatif, kemoterapi

KONSEP ASUHAN KEBIDANAN PADA KARSINOMA SERVIKS


A.

Pengkajian
Pada langkah ini bidan mengumpulkan semua informasi yang akurat dan lengkap
dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi pasien, seperti :
Data subyektif :
1) Biodata
a. Nama : Nama pasien perlu ditanyakan dengan jelas dan lengkap agar
mempermudah dalam proses asuhan kebidanan
b. Umur : Perlu dikaji untuk menilai keadaan organ reproduksi pasien, seperti
pada primipara tua keadaannya akan berbeda dengan primipara muda.
c. Alamat : Diperlukan apabila dalam keadaan mendesak untuk mudah
dihubungi.
d. Pekerjaan

: Dikaji untuk mengetahui kemungkinan pengaruhnya

terhadap kebiasaan kesehatan klien, dan kemungkinan pengaruh pekerjaan


terhadap kehamilan serta kesehatan klien.
e. Agama : Ditanyakan untuk mengetahui kemungkinan kebiasaannya
terhadap kesehatan dan kehamilan ibu. Dapat mempermudah pendekatan
terhadap klien dalam melaksanakan asuhan kebidanan.
f. Pendidikan
: Dikaji untuk mengetahui tingkat intelektual klien, sebab
tingkat intelektual mempengaruhi sikap perilaku seseorang.
Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

217

g. Status Perkawinan

: Dikaji untuk mengetahui kemungkinan pengaruh

status perkawinan tehadap masalah kesehatan. Perlu juga ditanyakan berapa


kalinya.
2) Keluhan Utama
Hal ini yang membuat pasien datang ke petugas kesehatan. Pertanyaan yang
ditanyakan adalah apa yang dirasakan ibu. Pada kasus karsinoma serviks yang
perlu ditanyakan :
a. Apakah ibu mengalami pendarahan?
b. Apakah ibu sudah merasa nyeri perut bawah atau tidak?
3) Riwayat Penyakit Sekarang
Yang dikaji adalah:
a. Sejak kapan ibu mengeluarkan darah ? Berapa banyak cairan darah yang
keluar? Bergumpal atau tidak?
b. Apakah ibu mengalami keputihan? Sejak kapan? Berwarna apa, dan berbau
atau tidak?
c. Apakah ibu mengalami pendarahan bila berhubungan seksual?
4) Riwayat Kebidanan
a. Riwayat Haid
a) Sejak kapan menstruasi?
b) Siklus? : normalnya 28-30 hari
c) Lamanya? : normalnya 3-7 hari
d) Banyaknya selama haid 30-50 cc
e) Dysminorhoe?
f) Fluor Albus : bagaimana warna, berbau atau tidak, banyak atau sedikit?
g) HPHT?
b. Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas yang lalu
a) Perkawinan yang ke berapa? Usia nikah?
b) Ikhtisar kehamilan : hamil berapa kali?
c) Persalinan : aterm, premature, abortus, hidup (dimana? tahun berapa

c.

lahir? Ditolong siapa?)


d) Masa nifas : meneteki atau tidak? Mengalami perdarahan atau tidak?
Riwayat KB
Kontrasepsi yang digunakan? Berapa lama pemakaian? Keluhan yang
dialami?

5) Riwayat Penyakit Ibu


Hal yang ditanyakan adalah apakah ibu pernah menderita penyakit
menurun, seperti diabetes mellitus, hipertensi, asthma, jantung, serta penyakit
menular seperti hepatitis B atau TBC? Untuk pasien karsinoma serviks apakah
pernah mengalami penyakit yang berhubungan dengan karsinoma serviks,

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

218

misalnya Ca mammae? pernah terinfeksi virus HPV? Pernah mengalami


candiloma lata / akuminata?
6) Riwayat Penyakit Keluarga
Hal yang ditanyakan adalah apakah dalam keluarga ada yang menderita
penyakit menurun, seperti diabetes mellitus, hipertensi, asthma, jantung serta
penyakit menular seperti hepatitis B atau TBC?. Untuk pasien yang mengalami
karsinoma serviks ditanyakan apakah dari keluarga dekat ada yang memiliki
penyakit kanker?
7) Riwayat Psikososial-Spiritual-Kultural
a. Riwayat Psikososial
a) Bagaimana tanggapan suami dan keluarga terhadap penyakit ibu?
b) Ibu tinggal bersama siapa?
c) Siapa pengambil keputusan dalam keluarga?
b. Riwayat Spiritual : Bagaimana ibu dalam menjalankan ibadah?
c. Riwayat Kultural
a. Ibu menganut adat apa?
b. Apakah ada kebiasaan bisa mempengaruhi penyakit karsinoma serviks,
seperti kebiasaan menikah usia muda?
8) Pola Kebiasaan Sehari-hari
Hal-hal yang ditanyakan pada saat di rumah / sebelum masuk Rumah Sakit dan
sesudah masuk Rumah Sakit, yaitu:
a.
b.
c.
d.

Pola nutrisi
Aktivitas
Istirahat
Eliminasi

: bagaimana pola makan, ada gangguan atau tidak.


: apakah ibu cepat mengalami kelelahan
: apakah ada gangguan tidur.
: bila ada gangguan / keluhan pada BAK / BAB ibu,

kemungkinan sudah terjadi metastase.


e. Personal Hygiene
: bagaimana kebersihan ibu, terutama pada bagian
genitalia.
Data Obyektif
1.

Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum
b. Kesadaran

: apakah baik, cukup, atau lemah?


: apakah composmentis, somnolen, delirium, sopor, atau

c.
d.
e.

apatis?
Berat Badan
Tinggi Badan
Tekanan Darah

f.

sistolik 110-120 mmHg, dan diastole 70-80 mmHg.


Temperatur dan Nadi
: Suhu normalnya 36,1C 37,6C. Temperatur di

: Untuk memastikan kecukupan gizi ibu.


: Perlu dikaji kenaikan tekanan darah. Normalnya adalah

atas 38C dengan pengukuran rectal dicurigai telah terjadi infeksi intra uterine.
Nadi normalnya 80-100 x/menit.
Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

219

2.

Inspeksi
a. Kepala
b. Muka

: melihat bagaimana keadaan kepala apakah ada benjolan


: apakah oedem, pucat, adakah cloasma gravidarum. Pada penderita

pre eklamsi muka tampak oedem.


c. Mata
: melihat apakah simetris, selaput conjungtiva anemis, sclera tampak
ichterus
d. Hidung
e. Mulut

: apakah ada polip, bagaimana keadaan konka


: melihat apakah bibir pucat, apakah rhagaden dan stomatitis, apakah

caries pada gigi, bagaimana keadaan lidah, bersih atau kotor


f. Telinga
: apakah simetris, bagaimanakah kebersihannya
g. Leher
: apakah ada perbesaran kelenjar limfe atau tiroid, bendungan vena
jugularis
h. Ketiak

: melihat apakah ada pembesaran kelenjar limfe, dan adanya

accecoriasis mammae
i.
Dada
: apakah simetris, bagaimana pernafasannya, ada kelainan
j.

atau tidak
Mammae : melihat apakah simetris, keadaan putting menonjol / datar / masuk,
adakah hiperpigmentasi areola mammae primer dan sekunder, apakah ada striae

lividae atau libican, apakah ada kelainan atau tidak.


k. Perut: apakah membesar, terdapat striae lividae atau striae albican, terdapat
hyperpigmentasi linea alba menjadi linea nigra, apakah terlihat pergerakan anak,
terdapat bekas operasi atau tidak.
l.
Pelipatan paha : apakah ada pembesaran kelenjar limfe, hernia inguinalis
m. Vulva
: apakah oedema, varises, apakah ada condiloma lata, condiloma
akuminata, bartholinitis, terdapat pengeluaran darah? Jumlah perdarahan? Ada
gumpalan darah / stosel atau tidak? Berbau atau tidak? Ada fluor albus atau
tidak?
n. Punggung : apakah ada kelainan lordosis, skoliosis, kifosis?
o. Anus
: apakah ada haemoroid.
p. Ekstremitas atas dan bawah : melihat apakah simetris, adakah kelainan?
(Depkes RI, 1993 : 67-70)
3.

Palpasi atau periksa raba


Palpasi dilakukan secara bimanual. Palpasi perut dilakukan untuk mengetahui:

4.

a. Nyeri tekan abdomen


b. Apakah teraba massa
Reflek patella
Normal

5.
6.

: tungkai bawah akan bergerak sedikit ketika tendon ditekuk.

Pemeriksaan khusus : VT teraba portio berdungkul-dungkul.


Data penunjang medis
a. Pemeriksaan darah lengkap
Hb normal bernilai 11 gr%, bila 11 gr% menandakan anemia
b.
c.

Pemeriksaan urine lengkap


Pemeriksaan Pap Smear atau biopsy

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

220

B. Identifikasi Diagnosa / Masalah


Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap masalah atau diagnosa
berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Harus
dirumuskan diagnosa yang spesifik. Masalah psikososial berkaitan dengan hal-hal
yang sedang dialami oleh pasien tersebut.
Diagnosa : Karsinoma Serviks
Dasar

DS

: Klien mengatakan mengeluarkan cairan darah dari kemaluan disertai

gumpalan.
Klien mengatakan nyeri perut bawah
Klien mengatakan sering mengalami keputihan, tidak gatal, dan berbau.
DO

: Tensi 120/110 mmHg, Suhu 37C atau lebih diukur per rectal. Nadi 80

x/menit
Inspeksi genital tampak cairan darah dengan stosel, berbau khas
Terdapat tanda-tanda infeksi atau tidak
Pemeriksaan dalam teraba potio berdungkul-dungkul
Hasil biopsi menunjukkan keganasan
C. Identifikasi Diagnosa / Masalah Potensial
Pada langkah ini bidan mengidentifikasi masalah dan diagnosa potensial
berdasarkan diagnosa / masalah yang sudah teridentifikasi. Langkah ini membutuhkan
antisipasi, bila mungkin dilakukan pencegahan.
Contoh :
1.
2.

Potensial terjadinya syok karena perdarahan


Potensial terjadi syok neurogenik karena nyeri

D. Identifikasi Kebutuhan Segera


Pada beberapa kasus, mengidentifikasi situasi yang membutuhkan tindakan
segera misalnya perlu konsultasi atau kolaborasi dengan dokter dalam pertolongan
persalinan.
E. Menyusun Rencana Asuhan Yang Komprehensif
Pada langkah ini direncanakan asuhan menyeluruh yang ditentukan oleh hasil
kajian pada langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen
terhadap diagnosa atau masalah yang telah diidentifikasi atau diantisipasi.
Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

221

1) Evaluasi kesejahteraan ibu


a. Ukur tekanan darah, suhu, nadi, dan pernafasan ibu
b. Evaluasi dehidrasi
c. Evaluasi keadaan umum dan tanda-tanda infeksi
2) Lakukan perawatan fisik : menjaga kenyamanan dan kebersihan ibu
3) Berikan dukungan psiksis pada ibu dan keluarga
Bantulah ibu bila tampak gelisah atau ketakutan dengan senantiasa memberikan
dorongan dan semangat, memberi informasi yang cukup mengenai kondisi ibu,
dan mau mendengarkan keluhan ibu.
4) Jika ibu tampak kesakitan :
a. Lakukan perubahan posisi sesuai dengan keinginannya
b. Anjurkan ibu untuk nafas panjang (relaksasi)
c. Ajarkan ibu tentang teknik distraksi
5) Jaga privacy ibu
6) Lakukan skrining terhadap komplikasi
7) Lakukan kolaborasi dengan tim medis.
A) Intervensi untuk masalah
Gangguan rasa cemas.
1. Jelaskan pada ibu dan keluarga tentang pengaruh cemas pada kondisi ibu.
Rasional
2.

: cemas akan meningkatkan tekanan darah

Jelaskan pada ibu dan keluarga tentang tindakan yang akan dilakukan dengan
jelas.
Rasional

3.

: ketidaktahuan pasien akan meningkatkan rasa cemas

Kaji tingkat kecemasan ibu


Rasional

: mendapatkan gambaran yang efektif tentang penanganan

kecemasan ibu
4.

Kaji Tanda-Tanda Vital


Rasional

: intensitas kecemasan mempengaruhi keadaan ibu.

B) Melakukan rencana asuhan secara menyeluruh


Dalam langkah ini seluruh rencana asuhan dilakukan secara aman.
C) Evaluasi
Dalam langkah ini mengkaji kembali tahap tindakan yang telah dilakukan, mungkin
tindakan yang telah dilakukan sudah berhasil atau belum berhasil. Dalm hal ini perlu
mengulang kembali dari awal setiap tindakan / asuhan yang belum efektif melalui
proses

manajemen

asuhan

kebidanan,

yang

dalam

pendokumentasiannya

menggunakan SOAP. (Publik Pelatihan Manajemen Asuhan Kebidanan)

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

222

DAFTAR PUSTAKA

Manuaba, IBG. 1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan, dan Keluarga Berencana
untuk Pendididkan Bidan. Jakarta : EGC.
Mansjoer, Arif, dkk. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius,
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
PPKC. Pelatihan Manajemen Asuhan Kebidanan.
Wiknjosastro, Hanifa. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBPSP.

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

223

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

224

IV. SAK MEDICAL

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

225

ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN ANGINA PEKTORIS

A. PENGERTIAN

B. POHON MASALAH

Dapat diubah/dimodifikasi
Diet/hiperlipidemia
Rokok
Hipertensi
Stress
Obesitas
DM
Kurang aktifitas
Pemakaian kontrasepsi
oral

Tidak dapat diubah


Usia
Jenis kelamin
Ras
Herediter
Kepribadian tipe A

Faktor resiko

Garis lemak 15
th

Tak berkembang
Cidera sel endotel arteri
Turbulensi aliran
darah

Berkembang

Peningkatan permeabilitas

Defisit NO

Agregasi trombosit

Invasi akumulasi lipid

Ekskresi zat vaso aktif


(serotonin,asetilkolin)
Difusi otot polos
Kontraksi otot polos
Spasme koroner

Anemia berat

Penurunan jumlah Hb

Lesi komplikata

Proliferasi otot
polos ke intima

- trombosit
- penimbunan
fibrin

Pembentukkan
jaringan parut

Plak fibrosa
Arteritis

Menonjol ke dalam lumen,


arteri menjadi kaku
Oklusi
arteri lumen)
(penyempitan

Penyempitan/blok lebih
dari 75 %

Aktifitas berlebih

Ketidakseimbangan suply dengan kebutuhan


O2 miokard yang bertambah

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

226

Kompensasi jantung

Iskemik

Kebutuhan O2 miokard meningkat

Peningkatan curah jantung

Hipoksia sel energi kurang


Metabolisme

Beban kerja jantung meningkat

anaerob
Aorta insufisiensi

Penurunan COP

Asam Laktat

Gangguan kontraksi ventrikel kiri

Penurunan stroke volume

Penurunan aliran koroner Nyeri


Rasa lelah, lemas
MK 2 : Intoleransi Aktifitas

MK 1 : Nyeri Akut

C. PENGKAJIAN
1. Keluhan utama
a. Nyeri pada dada kiri dengan perasaan berat seperti diberi beban berat/ diremasremas/ ditekan.
b. Perasaan lemas, keringat dingin dan pusing, kadang-kadang berdebar dan
bernafas kurang lega.
2. Riwayat kesehatan sekarang.
a. Perjalanan penyakit.
b. Gambaran keadaan, keluhan, lokasi, kualitas, kuantitas, waktu, faktor yang
memperberat dan memperingan penyakit.
3. Riwayat penyakit dahulu.
a. Apakah pernah mempunyai riwayat penyakit jantung, hipertensi, kegemukan.
b. Penggunaan/kesalahan penggunaan obat jantung, hipertensi atau obat yang
dijual bebas.
c. Penggunaan alkohol, obat narkotik dan perokok.
4. Pola fungsi kesehatan
a.

Pola nutrisi dan metabolisme


Didapatkan mual, nyeri ulu hati/ epigastrium saat makan.

b.

Pola eliminasi uri dan alvi.

c.

Pola aktivitas
Kelelahan, perasaan tidak berdaya setelah latihan, kelemahan, nyeri dada bila
kerja.

d. Pola istirahat/tidur
Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

227

Istirahat tidur berkurang, pasien sering terbangun bila nyeri dada.


e. Pola persepsi dan konsep diri
Ketakutan, mudah marah.
5. Pemeriksaan fisik
a. Sirkulasi :
a) Takikardia, disritmia.
b) Tekanan darah normal, meningkat atau menurun.
c) Bunyi jantung : mungkin normal, murmur.
d) Kulit/membran mukosa lembab, dingin, pucat pada adanya vasokonstriksi.
b. Pernafasan :
a. Dyspnea saat kerja..
b. Frekuensi nafas meningkat, gangguan kedalaman nafas.
D. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI
DIAGNOSA
1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan penyempitan pembuluh darah,
lamanya serangan yang ditandai dengan pasien

tampak kesakitan, berkeringat,

tekanan darah dan nadi berubah, peningkatan/penurunan frekuensi pernafasan.


2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan iskemia miokard yang memanjang
yang ditandai dengan pasien gelisah, dispnea, menurunnya nadi perifer, kulit
dingin/pucat.
3. Cemas berhubungan dengan krisis situasi, perubahan status kesehatan yang ditandai
dengan pasien ketakutan, gelisah, tidak berdaya.
4. Kurang pengetahuan tentang kondisi dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan
kurangnya pemahaman, informasi yang kurang yang ditandai dengan pasien sering
bertanya tentang penyakitnya, kurang berpartisipasi dalam pengobatan.
INTERVENSI
1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan penyempitan pembuluh darah.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan, rasa nyaman terpenuhi/nyeri hilang.
Kriteria hasil:
a. Nyeri dada berkurang/hilang.
b. Pasien tampak relaks, tidak kesakitam.
c. Tekanan darah, nadi dalam batas normal.
d. Tidak berkeringat.
INTERVENSI
RASIONAL
a. Anjurkan pasien untuk memberi a. Penundaan
pelaporan
Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

nyeri
228

b.

tahu perawat dengan cepat bila

menghambat peredaan nyeri dan

terjadi nyeri dada.

memperlama serangan angina.

Kaji dan catat respon pasien.

b. Memberikan

informasi

tentang

kemajuan penyakit dan intervensi


yang dilakukan.
c.

Anjurkan
istirahat

total

pasien
selama

untuk c. Menurunkan
episode

miokard

angina.

kebutuhan

untuk

oksigen

meminimalkan

resiko cedera jaringan/nekrosis.


d. Pasien dengan angina tidak stabil

d.

Pantau

kecepatan/irama

mengalami peningkatan disritmia

jantung.

yang mengancam hidup secara akut.


e. Tekanan darah dan takikardia dapat
meningkat secara dini sehubungan

e.

Pantau tanda vital tiap 5

dengan

menit selama serangan angina.

rangsangan

simpatis,

kemudian turun bila curah jantung


dipengaruhi.
f. Stres mental/emosi meningkatkan
kerja miokard.

f. Berikan lingkungan yang tenang, g. Menurunkan

kerja

miokard

nyaman dan batasi pengunjung.

sehubungan

dengan

kerja

g. Beri makanan lunak, anjurkan

pencernaan,

menurunkan

resiko

pasien beristirahat selama 1 jam


setelah makan.

serangan angina.
h. Untuk membandingakn perubahan
yang terjadi.

h. Pantau perubahan seri EKG

i.

Pemberian oksigen meningkatkan


sediaan

i. Kolaborasi dengan dokter untuk


pemberian oksigen, terapi.

oksigen untuk kebutuhan

miokard/ mencegah iskemia, obatobatan untuk mengurangi nyeri.

2. Penurunan curah jantung berhubungan iskemia miokard yang memanjang.


Tujuan : Haemodinamik stabil.
Kriteria hasil:
e. Pasien tidak gelisah,
f. Menunjukkan penurunan dipsnea, nyeri dada berkurang,
g. Peningkatan toleransi aktivitas.
INTERVENSI
Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

RASIONAL
229

a. Pantau tanda-tanda vital frekuensi a. Takikardi dapat terjadi karena nyeri,


jantung, Tekanan darah.

cemas, hipoksemia dan menurunkan


curah jantung

b. Evaluasi status mental, (bingung,


disorientasi).

b. Menurunnya perfusi otak dapat


menyebabkan perubahan sensorium.
c. Sirkulasi perifer menurun bila curah

c. Cacat warna kulit dan kualitas nadi.

jantung menurun, membuat kulit


pucat

atau

abu-abu,

serta

menurunnya kekuatan nadi.


d. Auskultasi bunyi nafas dan bunyi
jantung dengarkan murmur.

d. S3, S4 atau krekels terjadi dengan


dekompensasi

jantung,

murmur

dapat terjadi karena nyeri dada.


e. Anjurkan pasien untuk bedrest.

e. Menurunkan

konsumsi

O2,

menurunkan kerja miokard.


f. Bantu

aktivitas

pasien

sesuai

indikasi.
g. Anjurkan

f. Penghematan energi menurunkan


kerja jantung.

pasien

untuk

melaporkan nyeri dengan segera.

g. Agar

intervensi

dilaksanakan

dapat

dan

segera

mencegah

komplikasi.
h. Anjurkan

pasien

untuk

tidak

mengedan saat defekasi.

h. Mengurangi kerja miokard yang


dapat

menyebabkan

penurunan

curah jantung.
i. Kolaborasi pemberian 02, terapi.

i. 02 untuk meningkatkan sediaan 02


miokard dan menurunkan iskemia.
Terapi

untuk

mempercepat

penyembuhan.
j. Siapkan untuk pindah ke ruang
ICU bila kondisi memerlukannya.

j. Nyeri dada dini/memanjang dengan


penurunan

curah

jantung

menunjukkan terjadinya komplikasi


yang memerlukan intervensi terus
menerus/darurat.
3. Cemas berhubungan dengan krisis situasi, perubahan status kesehatan.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan, cemas berkurang.
Kriteria hasil:
a. Pasien tampak tenang.
b. Pasien tidak ketakutan.
Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

230

c. Pasien mampu memecahkan masalah.


INTERVENSI
a. Jelaskan tentang rencana tindakan
dan prosedur pengobatan.
b. Dorong

RASIONAL
a. Menurunkan cemas dan

takut

tindakan dan prognosis.

pasien

untuk b. Perasaan yang tidak diekspresikan

mengekspresikan perasaan takut.

dapat menimbulkan ketegangan.

c. Motivasi keluarga dan teman untuk

c. Meyakinkan pasien bahwa peran

menganggap

pasien

seperti

sebelumnya.

tidak berubah.

d. Beritahu pasien program medik


yang

telah

dibuat

menurunkan/membatasi
yang

dalam keluarga dan lingkungan

akan

untuk
serangan

datang

dan

d. Mendorong

pasien

untuk

mengontrol

perilaku,

untuk

meningkatkan

kepercayaan

pada

program medik.

meningkatkan stabilitas jantung.


4. Kurang pengetahuan tentang kondisi dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan
kurangnya pemahaman, informasi yang kurang.
Tujuan : pasien paham tentang proses penyakit dan regimen pengobatan.
Kriteria hasil:
a. Pasien berpartisipasi dalam program pengobatan.
b. Pasien dapat melakukan perubahan pola hidup.
INTERVENSI
a. Tekankan pada pasien perlunya

RASIONAL
a. Pasien
dengan

mencegah serangan angina.

angina

membutuhkan belajar agar dapat


menurunkan serangan angina.

b. Dorong pasien untuk menghindari


faktor/situasi

yang

dapat

menyebakan

pencetus

serangan

b. Dapat

menurunkan

insiden/beratnya

episode

iskemik.

angina.
Contoh : stres emosional, kerja
fisik, makan terlalu banyak/berat.
c. Bantu

pasien

mengidentifikasi

untuk

c. Langkah

sumber-sumber

penting

pembatasan/mencegah serangan

stres emosi dan disdikusikan cara

angina.

yang dapat mereka hindari.


d. Kaji pentingnya

kontrol berat

d. Pengetahuan

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

tentang

faktor
231

badan, menghentikan merokok,

resiko

perubahan diet dan olah raga.

perubahan.

e. Ajari pasien untuk memantau nadi

untuk

e. Membiarkan

membuat

pasien

untuk

sendiri selama aktivitas, hindari

mengidentifikasi aktivitas yang

regangan.

dapat

dimodifikasi

untuk

menghindari stres jantung.


f. Diskusikan langkah yang diambil
bila

terjadi

serangan

f. Menyiapkan

angina.

menghilangkan

pasien
takut

untuk
dan

Contoh: menghentikan aktivitas,

tindakan yang harus dilakukan

teknik relaksasi dan pemberian

bila terjadi serangan.

obat.
E. IMPLEMENTASI
Pada tahap pelaksanaan ini kegiatannya adalah melaksanakan asuhan keperawatan sesuai
dengan perencanaan, bila perlu bisa menyimpang dari perencanaan semula tergantung
situasi dan kondisi saat itu.
F. EVALUASI
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan dengan tujuan keperawatan telah
tercapai atau belum untuk dapat menilai bahwa tujuan itu tercapai atau tidak dapat
diketahui dari perilaku pasien atau keluarganya serta untuk melakukan pengkajian ulang.
1. Tujuan tercapai, jika pasien menunjukkan perubahan sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan.
2. Tujuan tercapai sebagian, jika pasien telah menunjukkan perubahan sebagian dari
standar kriteria yang telah di tetapkan.
3. Tujuan tidak tercapai, jika pasien tidak menunjukkan perubahan atau kemajuan sama
sekali dan bahkan timbul masalah baru.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PENYAKIT


JANTUNG KORONER ( PJK )
A. PENGERTIAN
Penyakit jantung koroner adalah
B. POHON MASALAH
Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

232

Aterosklerosis
Trombosis
Konstriksi arteri koronaria
Aliran darah ke jantung menurun
Oksigen dan nutrisi turun

Jaringan Miocard Iskemik


Nekrose lebih dari 30 menit

Supply dan kebutuhan oksigen ke jantung tidak seimbang

Supply Oksigen ke Miocard turun

Metabolisme an aerob
Kerusakan
pertukaran
gas

Timbunan asam laktat


meningkat
Fatique

Seluler hipoksia
Integritas membran sel berubah

nyeri
Cemas

Kontraktilitas
turun

Intoleransi
aktifitas
COP turun

Resiko
penurunan
curah
jantung

Kegagalan pompa
jantung

Gangguan perfusi
jaringan

Gagal jantung

Resiko kelebihan volume cairan


ekstravaskuler

C. PENGKAJIAN
1. Keluhan utama
a. Nyeri dada yang tiba-tiba dan tidak hilang dengan istirahat.
b. Lokasi nyeri dada bagian depan sub sternal yang mungkin menyebar sampai ke
lengan, rahang dan wajah.
2. Riwayat kesehatan sekarang.
a. Perjalanan penyakit.
b. Gambaran keadaan, keluhan, lokasi, kualitas, kuantitas, waktu, faktor yang
memperberat dan memperingan penyakit.
Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

233

3. Riwayat penyakit dahulu.


a. Apakah pernah mempunyai riwayat penyakit IMA, CHF, tekanan darah tinggi,
DM.
b. Riwayat perokok dengan penyakit pernafasan kronik..
c. Riwayat di dalam keluarga ada yang menderita penyakit jantung, Diabetes,
Stroke, Hipertensi, perokok..
4. Pola-pola fungsi kesehatan.
a.

Pola nutrisi dan metabolisme


Pada pasien dengan penyakit jantung koroner didapatkan rasa mual, kehilangan
nafsu makan, penurunan turgor kulit, berkeringat banyak , muntah dan
perubahan berat badan.

b.

Pola eliminasi
Bising usus mungkin meningkat atau juga normal.

c.

Pola aktivitas
Kelemahan, kelelahan, tachycardia dan dispnea pada saat beraktifitas.

d.

Pola istirahat/tidur
Ketidakmampuan untuk tidur ( mungkin didapatkan tachycardia dan dispnea
pada saat istirahat ).

e.

Pola kebersihan diri


Didapatkan indikasi penurunan pemenuhan kebutuhan kebersihan diri,
kelelahan, penurunan self care.

f.

Pola persepsi dan konsep diri


Stress, kesulitan dalam beradaptasi dengan stressor, emosi yang tidak
terkontrol.

5. Pemeriksaan fisik
a. Sirkulasi :
a) Tekanan darah mungkin normal atau meningkat.
b) Nadi mungkin normal atau lambat, disritmia.
b. Bunyi jantung :
a) Bunyi jantung tambahan S3 atau S4 ( mungkin mencerminkan terjadinya
kegagalan jantung/ventrikel kehilangan kontraktilitasnya ).
b) Murmur, jika ada merupakan akibat dari insufisiensi katub atau muskulus
papilaris yang tidak berfungsi.
c) Heart Rate: mungkin meningkat atau mengalami penurunan (tachicardia
atau bradicardia).
d) Irama jantung: mungkin ireguller atau juga normal.

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

234

e) Edema: distensi vena jugularis, oedema anasarka, crackles mungkin juga


timbul dengan gagal jantung.
f) Warna kulit: mungkin pucat baik dibibir dan dikuku.
c. Respirasi :
a) Dispnea dengan atau tanpa aktivitas, batuk produktif.
b) Pada pemeriksaan mungkin didapatkan peningkatan respirasi, suara nafas
crackles atau wheezing atau juga vesikuler.
d. Neorosensori :
a) Nyeri kepala yang hebat.
b) Raut wajah tampak menyeringai, perubahan postur tubuh, menangis,
penurunan kontak mata.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan iskhemia jaringan jantung atau
sumbatan pada arteri koronaria.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen, adanya jaringan yang nekrotik dan iskemi pada miokard.
3. Resiko terjadinya penurunan cardiac output berhubungan dengan perubahan dalam
rate, irama, konduksi jantung dan menurunnya preload.
4. Resiko terjadinya penurunan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan tekanan
darah, hipovolemia.
5. Resiko terjadinya ketidakseimbangan cairan (excess) berhubungan dengan penurunan
perfusi organ (renal), peningkatan retensi natrium, penurunan plasma protein.
PERENCANAAN
1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan iskemia jaringan jantung atau
sumbatan pada arteri koronaria.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan perawatan diharapkan

pasien mampu

menunjukkan adanya penurunan tekanan dengan cara relaksasi.

INTERVENSI

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

RASIONAL

235

a. Monitor dan kaji karakteristik

a. Pasien dengan iskemia jaringan

nyeri serta lokasi nyeri.

jantung akan tampak sakit, distraksi


dan berfokus pada nyeri.

b. Monitor tanda-tanda vital (tekanan b. Tanda-tanda vital dapat mengetahui


darah, nadi, respirasi, kesadaran).

peningkatan

rasa

nyeri

dan

mengukur respon pasien.


c. Anjurkan

pada

pasien

agar

c. Penundaan

melaporkan bila terjadi nyeri dada.

pelaporan

menghambat

nyeri
peredaan

nyeri/memerlukan

peningkatan

dosis obat. Selain itu nyeri berat


dapat menyebabkan syok dengan
merangsang sistem saraf simpatis.
d. Ciptakan suasana lingkungan yang

d. Menurunkan rangsang eksternal.

tenan dan nyaman.


e. Ajarkan dan anjurkan pada pasien

e. Membantu

untuk melakukan teknik relaksasi.

dalam

penurunan

persepsi/respon nyeri, memberikan


kontrol

situasi/meningkatkan

perilaku positif.
f. Kolaborasi

dalam

pemberian f. - Pemberian oksigen meningkatkan

oksigen, obat-obatan.

jumlah oksigen yang ada dan


mengurangi ketidaknyamanan.
e.Pemberian

obat-obatan

yang

sesuai indikasi dapat mengurangi


nyeri secara kimiawi.
g. Ukur tanda-tanda vital sebelum

g. Tanda-tanda vital dapat mengetahui

dan sesudah dilakukan pengobatan

respon pasien sebelum dan sesudah

dengan narkosa.

pengobatan.

2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan


kebutuhan oksigen, adanya jaringan yang nekrotik dan iskemi pada miokard.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan, pasien menunjukkan peningkatan
kemampuan dalam melakukan aktivitas.
Kriteria hasil:
a. Tanda-tanda vital dalam batas normal.
b. Tidak ada angina.
INTERVENSI
Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

RASIONAL
236

a. Catat irama jantung, tekanan darah

a. Tanda-tanda

vital

dapat

dan nadi sebelum, selama dan

menentukan respon pasien terhadap

sesudah melakukan aktivitas.

aktivitas

dan

dapat

mengindikasikan

penurunan

oksigen miokard sehingga perlu


penurunan tingkat aktivitas dan
penggunaan 02 tambahan.
b. Anjurkan pada pasien agar lebih
banyak

beristirahat

terlebih

b. Menurunkan

kerja

miokard,

mencegah komplikasi.

dahulu.
c. Anjurkan pada pasien untuk tidak

c. Aktivitas

yang

memerlukan

mengejan pada saat buang air

menahan nafas dan menunduk

besar.

dapat mengakibatkan bradikardia


juga menurunkan curah jantung
dan

tachikardia

dengan

peningkatan tekanan darah.


d. Jelaskan

pada

pasien

tentang

d. Tahapan aktivitas berguna untuk

tahap-tahap aktivitas yang boleh

mengontrol jantung, meningkatkan

dilakukan oleh pasien.

regangan dan mencegah aktivitas


berlebihan.

e. Tunjukkan pada pasien tentang

e. Pasien

tanda-tanda fisik bahwa aktivitas

aktivitas

melebihi batas.

sehingga

mengetahui
yang

tanda-tanda

melebihi

dapat

batas

melakukan

pencegahan.
3. Resiko terjadinya penurunan cardiac output berhubungan dengan perubahan dalam
rate, irama, konduksi jantung, menurunnya preload.
Tujuan : tidak terjadi penurunan cardiac output selama dilakukan tindakan
keperawatan.
Kriteria hasil:
a. Tekanan darah normal.
b. Tidak didapatkan disritmia.
c. Curah jantung (frekuensi jantung dalam rentang normal).

INTERVENSI
Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

RASIONAL
237

a. Lakukan pengukuran tekanan darah

a. Hipotensi

dapat

terjadi

sehubungan

(bandingkan kedua lengan pada

dengan disfungsi ventrikel, hipoperfusi

posisi berdiri, duduk dan tiduran

miokard. Tetapi hipertensi juga bisa

jika memungkinkan).

terjadi sehubungan dengan nyeri, cemas,


pengeluaran

katekolamin

dan

atau

masalah vaskuler sebelumnya.


Hipotensi ortostatik (postural) mungkin
berhubungan

dengan

komplikasi

penyakit.
b. Kaji kualitas nadi.

b. Penurunan curah jantung mengakibatkan


menurunnya kelemahan/kekuatan nadi,
ketidakteraturan

mungkin

terjadi

disritmia yang memerlukan evaluasi


lanjut.
c. Catat perkembangan dari adanya S3

c. S3 terjadi karena gagal mitral dan

dan S4.

kelebihan kerja ventrikel kiri yang


disertai

infark

berat.

S4

mungkin

berhubungan dengan iskemia miokardia,


kekakuan

ventrikel

dan

hipertensi

pulmonal atau sistemik.


d. Auskultasi suara nafas.

d. Mengetahui

gangguan

aliran

darah

dalam jantung.
e. Sajikan
dicerna

makanan
dan

yang

kurangi

mudah

e. Makanan yang keras dan kafein dapat

konsumsi

kafein.

meningkatkan

kerja

miokard

dan

menybabkan

rangsang

vagal

yang

mengakibatkan bradikardi.
f. Dampingi

pasien

pada

saat f.

melakukan aktivitas.

Mengetahui perubahan kondisi pasien


sehingga

penanganan

bisa

segera

diberikan.
g. Kolaborasi

dalam

pemeriksaan

g.

Serial

ECG

memberikan

informasi

serial ECG, foto thorax, pemberian

sehubungan dengan kemajuan/perbaikan

obat-obatan anti disritmia.

infark,

status

fungsi

ventrikel,

keseimbangan elektrolit dan efek terapi


obat.
Foto thorax dapat menunjukkan oedem
paru

sehubungan

dengan

disfungsi

ventrikel.
Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

238

4. Resiko terjadinya penurunan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan tekanan


darah, hipovolemia.
Tujuan : selama dilakukan tindakan keperawatan tidak terjadi penurunan perfusi
jaringan.
Kriteria hasil:
a. Tanda-tanda vital dalam batas normal.
b. Kulit hangat, kering.
c. Intake dan output seimbang.
d. Pasien sadar/berorentasi.
a.

INTERVENSI
Kaji
adanya

RASIONAL
Perfusi serebral

perubahan a.

kesadaran..

secara lansung berhubungan dengan


curah jantung dan juga dipengaruhi
oleh elektrolit, hipoksia atau emboli
sistemik.

b. Inpeksi adanya pucat, cyanosis,


kulit

dingin

dan

b.

penurunan

Vasokonstriksi diakibatkan oleh


penurunan curah jantung yang bisa

kualitas nadi perifer.

dibuktikan oleh penurunan perfusi

c. Kaji adanya tanda homan dan


nyeri pada betis dengan posisi

kulit dan penurunan nadi.


c.

dorso fleksi), erythema, edema.


d. Kaji respirasi (irama, kedalaman

Merupakan indikator trombosi


vena dalam.

d.

dan usaha pernafasan).

Perubahan irama, kedalaman dan


usaha nafas yang tiba-tiba/ berlanjut
menunjukkan

komplikasi

tromboemboli paru.
e. Kaji fungsi gastrointestinal (bising
usus,

abdominal

e.

distensi,

Penurunan
mesentri

konstipasi, anoreksia).

aliran

dapat

darah

ke

mengakibatkan

disfungsi gastrointestinal. Contoh:


kehilangan peristaltik.

f. Monitor intake dan output.

f.

Penurunan intake (mual terus


menerus)

dapat

mengakibatkan

penurunan volume sirkulasi yang


berdampak negatif pada perfusi dan
fungsi organ.

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

239

5. Resiko terjadinya ketidakseimbangan cairan (excess) berhubungan dengan penurunan


perfusi organ (ginjal), peningkatan natrium/retensi air, penurunan plasma protein.
Tujuan : tidak terjadi kelebihan cairan di dalam tubuh pasien selama dilakukan
tindakan perawatan.
Kriteria hasil:
a. Tidak ada distensi vena perifer.
b. Tidak ada edema.
c. Paru-paru bersih.
d. Berat badan stabil..
INTERVENSI
a. Auskultasi suara nafas

(kaji

adanya krekels).
b. Catat

DVJ

RASIONAL
a. dapat mengidentifikasikan edema
paru.

(distensi

vena

jugularis) peningkatan terjadinya

b. Dicurigai adanya kelebihan volume


cairan.

edema.
c. Ukur intake dan output.

c. Kelebihan cairan positif berulang


pada gejala lain yang menunjukan
kelebihan volume cairan.

d. Timbang berat badan setiap hari.

d. Perubahan tiba-tiba pada berat


badan

menunjukkan

gangguan

keseimbangan cairan.
e. Pertahankan

pemasukan

total

cairan 2000 ml/24 jam.

e. Memenuhi kebutuhan cairan tubuh


orang dewasa.

f. Beri diet rendah garam.

f. Garam,

natrium

meningkatkan

retensi cairan tidak harus dibatasi.


g. Kolaborasi

dalam

pemberian

diuretik.

g. Diuretik perlu untuk memperbaiki


kelebihan cairan.

PELAKSANAAN / IMPLEMENTASI
Pada tahap pelaksanaan ini kegiatannya adalah melaksanakan asuhan keperawatan sesuai
dengan perencanaan, bila perlu bisa menyimpang dari perencanaan semula tergantung
situasi dan kondisi saat itu.
EVALUASI

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

240

Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan dengan tujuan keperawatan telah
tercapai atau belum untuk dapat menilai bahwa tujuan itu tercapai atau tidak dapat
diketahui dari perilaku pasien atau keluarganya serta untuk melakukan pengkajian ulang.
1. Tujuan tercapai, jika pasien menunjukkan perubahan sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan.
2. Tujuan tercapai sebagian, jika pasien telah menunjukkan perubahan sebagian dari
standar kriteria yang telah di tetapkan.
3. Tujuan tidak tercapai, jika pasien tidak menunjukkan perubahan atau kemajuan sama
sekali dan bahkan timbul masalah baru.

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

241

ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN IRAMA JANTUNG
( ARITMIA, FIBRILASI ATRIAL, FIBRILASI VENTRIKEL )
A. PENGERTIAN

Gangguan pembentukan impuls dan atau gangguan penghantaran impuls.


B. POHON MASALAH
Obat - obatan

Gg keseimb.
Elektrolit & gas
darah

Gagal jantung
kongestif

Hipokalemia /
hiperkalemia.
Asidosis

Kelainan jantung Gg ventilasi


yg aritmia genik Infeksi
Anemia
Hipotensi
shock
Sindrom WPW
Sindrom Q pjg

Tirotoksitosis

Fibrilasi / fluter
atrium

Supraventrikular
taschicardi

GANGGUAN IRAMA JANTUNG

Gg. Konduksi
elektrikal

Penyempitan
pembuluh darah

Ketidak seimbgn
suplai O2 thdp
kebutuhan tubuh

P kontraktilitas
miokard

Perub status
kesehatan
Krisis situasi

Nyeri
Resti pe
curah jantung

Kelemahan umum Pe atau pe fekuensi


pernafasan

Gg intoleransi
aktivitas

Gg pola pemenuhan
keb Oksigen

Hospitalisasi

Cemas

C. PENGKAJIAN
1. Keluhan utama
a. Pada pasien dengan gangguan irama jantung, keluhan utama biasanya
didapatkan : nyeri dada ringan sampai berat.
2. Riwayat kesehatan sekarang.
a. Perlu dikaji perjalanan penyakit yaitu gambaran keadaan, keluhan, lokasi,
kualitas, waktu, faktor yang memperberat, memperingan penyakit.
3. Riwayat penyakit dahulu.
Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

242

a. Yang perlu dikaji apakah pasien mempunyai riwayat infark miocard


sebelumnya / akut ( 90% - 95% ) mengalami disritmia ), kardiomiopati, gagal
jantung kronik, penyakit katup jantung, hipertensi.
4. Pola-pola fungsi kesehatan.
a. Pola nutrisi dan metabolisme
Hilang nafsu makan, anoreksia, tidak

toleran

terhadap

makanan

( karena adanya obat ), mual, muntah, perubahan berat badan.


b. Pola eliminasi
Bising usus mungkin menurun atau juga normal.
c. Pola aktivitas
Aktifitas pada pasien dengan gangguan irama jantung biasanya ditemukan
adanya kelemahan, kelelahan umum dan karena kerja, ditandai dengan
adanya perubahan frekuensi jantung / tekanan darah dengan aktivitas / olah
raga.
d. Pola istirahat/tidur
Istirahat tidur berkurang, pasien terbangun bila nyeri dada.
e. Pola persepsi dan konsep diri
Adanya perasaan gugup ( disertai takidisritmia ), perasaan terancam, stresor
sehubungan dengan masalah medik sehingga timbul tanda-tanda cemas, takut,
menolak, marah, gelisah, menangis.
5. Pemeriksaan fisik
a. Sirkulasi :
a) Riwayat infark miocard sebelumnya akut ( 90% - 95% mengalami
disritmia ), kardiomiopati, gagal jantung kronik, penyakit katup jantung,
hipertensi.
b) Ditandai dengan perubahan tekanan darah, contoh hipertensi atau hipotensi
selama periode disritmia.
c) Nadi : mungkin tidak teratur, contoh : denyut

kuat, pulsus altertnan

( denyut kuat teratur / denyut lemah ), nadi bigeminal ( denyut kuat tak
teratur / denyut lemah ).
d) Defisit nadi ( perbedaan antara nadi apikal dan nadi radial ).
i. Bunyi jantung : irama tidak teratur, bunyi ekstra, denyut menurun.
e) Kulit : warna dan kelembaban berubah, contoh : pucat, sianosis, berkeringat
( gagal jantung, syok ).
f) Edema : dependen, umum, DUJ ( pada gagal jantung ).
g) Haluaran urine : menurun bila curah jantung menurun berat.
b. Respirasi :
Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

243

a) Nafas pendek / perubahan kecepatan / kedalaman pernafasan selama


episode disritmia.
b) Batuk ( dengan / tanpa produksi sputum ).
c) Bunyi nafas : bunyi tambahan ( krekels, ronchi, mengi ) mungkin ada
menunjukkan komplikasi pernafasan seperti pada gagal jantung kiri ( edema
paru ) atau fenomena tromboembolitik pulmonal.
d) Hemoptisis.
c. Neorosensori :
a) Pusing, berdenyut, sakit kepala.
b) Status mental, sensori berubah, contoh : disorientasi, bingung kehilangan
memeori, perubahan pola bicara / kesadaran, pingsan, koma.
c) Perubahan perilaku, contoh : menyerang, letargi, halusinasi.
d) Perubahan pupil ( kesamaan dan reaksi terhadap sinar ).
e) Kehilangan refleks tendon dalam dengan disritmia yang mengancam hidup (
takikardia ventrikel, bradikardi berat ).
D. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI
DIAGNOSA
1. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan gangguan
konduksi elektrikal atau penurunan kontraktilitas miokardia.
2. Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan penyempitan pembuluh darah,
lamanya serangan yang ditandai dengan pasien tanpak kesakitan, berkeringat, tekanan
darah dan nadi berubah, peningkatan / penurunan frekuensi pernafasan.
3. Cemas berhubungan dengan krisis situasi, perubahan status kesehatan yang ditantai
dengan pasien ketakutan, menolak, marah, gelisah dan menangis.
INTERVENSI
1. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan gangguan
konduksi elektrikal atau penurunan kontraktilitas miokardia.
Tujuan : Haemodinamik stabil.
Kriteria hasil :
a. Mempertahankan / meningkatkan curah jantung adekuat yang dibuktikan oleh
tekanan darah dalam rentang normal, haluaran urine adekuat, nadi teraba sama,
status mental biasa.
b. Menunjukkan penurunan frekuensi / tidak adanya disritmia.
c. Berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan kerja miokardia.

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

244

karotis,

RASIONAL
a. Perbedaan frekuensi, kesamaan dan

femoral, dorsalis pedis ), catat

keteraturan nadi menunjukkan efek

frekuensi, keteraturan, amplitudo

gangguan

( penuh / kuat ) dan simetris.

sirkulasi sistemik / perifer.

a. Raba

INTERVENSI
nadi ( radial,

b. Auskultasi bunyi jantung, catat


frekuensi,

irama

catat

curah

b. Disritmia

jantung

khusus

pada

lebih

jelas

adanya

terdeteksi dengan pendengaran dari

denyut jantung ekstra, penurunan

pada dengan palpasi. Pendengaran

nadi.

terhadap bunyi jantung ekstra atau


penurunan

nadi

mengindentifikasi

membantu
disritmia

pada

pasien tak terpantau.


c. Pantau

tanda

keadekuatan

vital
curah

dan

kaji c. Meskipun tidak semua disritmia

jantung

perfusi jaringan.

mengancam

hidup,

penanganan

cepat untuk mengakhiri disritmia


diperlukan adanya gangguan curah
jantung dan perfusi jaringan.

d. Beri lingkungan yang tenang, kaji d. Penurunan

rangsang

alasan untuk membatasi aktivitas

penghilangan

selama fase akut.

katekolamin yang menyebabkan /


meningkatkan

stres

dan

disritmia

akibat
dan

vasokonstriksi dan meningkatkan


kerja miokardia.
e. Ajarkan tehnik relaksasi.

e. Meningkatkan

partisipasi

pasien

dalam mengeluarkan beberapa rasa


kontrol dalam situasi.
f. Kaji lokasi, intensitas dan lamanya
nyeri dada.

f. Sebab nyeri dada bermacam-macam


dan tergantung penyebab disritmia,
namun

nyeri

menunjukkan

dada

dapat

iskemia

karena

penurunan perfusi miokardia atau


peningkatan kebutuhan

oksigen

( Miokard Infark akan datang /


lanjut ).
g. Kolaborasi dengan dokter untuk g. Pemberian O2 meningkatkan sediaan
pemberian terapi dan oksigen.

oksigen untuk kebutuhan miokard /

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

245

mencegah

iskemia,

obat-obatan

untuk mengurangi nyeri.


2. Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan penyempitan pembuluh darah.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, rasa nyaman terpenuhi / nyeri
hilang.
Kriteria hasil:
a. Nyeri dada berkurang / hilang.
b. Pasien tampak rileks, tidak kesakitan.
c. Tekanan darah, nadi dalam batas normal.
d. Tidak berkeringat.
INTERVENSI
a. Anjurkan pasien untuk memberi

RASIONAL
a. Penundaan
pelaporan

nyeri

tahu perawat dengan cepat bila

menghambat peredaan nyeri dan

terjadi nyeri dada.

memperlama serangan angina.

b. Kaji dan catat respon pasien.

b. Memberikan

informasi

tentang

kemajuan penyakit dan intervensi


yang dilakukan.
c. Anjurkan
istirahat

pada
total

pasien
selama

untuk
episode

angina.
d. Pantau kecepatan / irama jantung.

c. Menurunkan kebutuhan oksigen


miokard

untuk

meminimalkan

resiko cidera jaringan / nekrosis.


d. Pasien dengan angina tidak stabil
mengalami peningkatan disritmia
yang mengancam hidup secara
akut.

e. Pantau tanda-tanda vital tiap menit


selama serangan angina.

e. Tekanan darah dan takikardia dapat


meningkatkan
sehubungan
simpatis,

secara
dengan

kemudian

dini

rangsangan
turun

bila

curah jantung dipengaruhi.


f. Berikan lingkungan yang tenang,
nyaman dan batasi pengunjung.
g. Beri makanan lunak, anjurkan

f. Stres mental / emosi meningkatkan


kerja miokard.
g. Menurunkan

kerja

miokard

pasien beristirahat selama 1 jam

sehubungan

dengan

kerja

setelah makan.

pencernaan,

menurunkan

resiko

serangan angina.
Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

246

h. Pantau perubahan seri EKG.

h. Untuk membandingkan perubahan


yang terjadi.

i. Kolaborasi dengan dokter untuk

i. Pemberian

pemberian oksigen terapi.

O2

meningkatkan

sediaan oksigen untuk kebutuhan


miokard / mencegah iskemia, obat-

obatan untuk mengurangi nyeri.


3. Cemas berhubungan dengan krisis situasi, perubahan status kesehatan.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, cemas berkurang.
Kriteria hasil:
a. Pasien tampak tenang.
b. Pasien tidak ketakutan.
c. Pasien mampu memecahkan masalah.
a.

INTERVENSI
Jelaskan
tentang

rencana a.

tindakan dan prosedur pengobatan.


b.

Dorong

pasien

tindakan dan prognosis.

untuk b.

mengekspresikan perasaan takut.


c.

yang

tidak

ketenagaan.
c.

sebelumnya.

Meyakinkan pasien bahwa peran


dalam keluarga dan lingkungan

Beritahu pasien program medik


yang telah dibuat untuk menurunkan

Perasaan

diekspresikan dapat menimbulkan

Motivasi keluarga dan teman


untuk menganggap pasien seperti

d.

RASIONAL
Menurunkan cemas dan takut

tidak berubah.
d.

Mendorong

pasien

untuk
untuk

/ membatasi serangan yang akan

mengontrol

perilaku,

datang dan meningkatkan stabilitas

meningkatkan

kepercayaan

jantung.

program medik.

pada

E. IMPLEMENTASI
Pada tahap pelaksanaan ini kegiatannya adalah melaksanakan asuhan keperawatan sesuai
dengan perencanaan, bila perlu bisa menyimpang dari perencanaan semula tergantung
situasi dan kondisi saat itu.
F. EVALUASI
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan dengan tujuan keperawatan telah
tercapai atau belum untuk dapat menilai bahwa tujuan itu tercapai atau tidak dapat
diketahui dari perilaku pasien atau keluarganya serta untuk melakukan pengkajian ulang.
1. Tujuan tercapai, jika pasien menunjukkan perubahan sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan.
Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

247

2. Tujuan tercapai sebagian, jika pasien telah menunjukkan perubahan sebagian dari
standar kriteria yang telah ditetapkan.
3. Tujuan tidak tercapai, jika pasien tidak menunjukkan perubahan atau kemajuan sama
sekali dan bahkan timbul masalah baru.
E. DICSHARGE PLANNING (RENCANA PEMULANGAN)
1. Berikan penjelasan tentang cara perawatan pasien dengan gangguan irama jantung :
a. Menjaga emosi dan berfikiran positif.
b. Latihan gerak badan teratur setiap hari dengan berjalan cepat selama 30 menit.
c. Anjurkan untuk tidak berolah raga yang mengandung sifat berkompetisi misalnya
sepak bola, tenis, badminton dll.
2. Anjurkan untuk diet rendah lemak.
3. Anjurkan untuk makan sayur dan buah yang mengandung tinggi serat untuk mencegah
terjadinya obstipasi.
4. Anjurkan pasien untuk mengikuti aturan dietnya.
5. Jelaskan terapi yang diberikan, anjurkan agar tidak minum-minuman keras, merokok,
minum kopi dan minum obat-obat tanpa ada anjuran dokter.
6. Tekankan untuk melakukan kontrol teratur dan sesuai waktu yang telah ditentukan.

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

248

ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN HIPERTENSI
A. PENGERTIAN
Hipertensi adalah tekanan darah sistolik dan diastolic yang melebihi 140 mmHg
( Sistolik ) dan 95 mm Hg ( diatolik )
B. POHON MASALAH
Kelebihan steroid
(Aldosteron )

Pe asupan
garam

Pe tekanan arteri

Pe kecepatan absorbs Kenaikan vol cairan


garam + air oleh
ektra seluler
tubulus ginjal

Mengurangi hilangnya
garam + air dalam urine

Pe curah
jantung

Renin (ginjal)

Subtrat renin
(protein plasma)

Angiotensin II

Pe volume cairan
ekstra seluler

Pe beban jantung

Hipertrofi ventrikel
kiri

Angiotensin I
Enzim pengubah
( paru )

Penebalan dinding +
penebalan masa
ventrikel

Angiotensinase (tidak Fungsi pompa


teraktivasi)
ventrikel terganggu

Retensi ginjal berupa


garam + air
Vasokontriksi

Peningkatan tekanan
arteri

Masa + volume
diastolic ventrikel kiri

Pe After load

HIPERTENSI

Pe tekanan vaskuler

Nyeri pada regio


oksipital ( Gg rasa
nyaman nyeri /
sakit kepala)

Ketidak seimbangan
suplai O2 dengan
kebutuhan tubuh

Resti terjadi penurunan


curah jantung
Pada Px diabetik

Peningkatan keb
metabolik
Kelemahan umum

Intoleransi
aktifitas
Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

Asupan zat gizi


berlebihan
249

(Guyton and Hall, fisoiologi kedokteran, hal 280 288)


(Doenges, Marylin E.Rencana Asuhan Keperawatan )

Obesitas (Perubahan
nutrisi lebih dari
kebutuhan tubuh )

C. PENGKAJIAN
1. Keluhan Utama.
a. Nyeri kepala bagian belakang waktu bangun pagi.
b. Pening / pusing.
2. Riwayat penyakit dahulu
Dikaji apakah pasien punya riwayat hipertensi, arterosklerosis, penyakit jantung
koroner/katup dan penyakit serebrovaskuler.
3. Riwayat kesehatan keluarga.
Perlu dikaji apakah keluarga ada yang menderita hipertensi, arterosklerosis,
penyakit jantung, diabetes mellitus, penyakit serebrovaskuler / ginjal.
4. Pola-pola fungsi kesehatan.
a. Pola nutrisi dan metabolisme.
-

Yang perlu dikaji tentang kebiasaan makan pasien, tentang makanan yang
disukai, yaitu makanan tinggi garam, tinggi lemak, tinggi kolesterol.

Pasien biasanya mual muntah.

Terdapat perubahan berat badan ( meningkat / menurun )

a. Pola eliminasi
Dikaji gangguan ginjal yang dialami saat ini atau yang lalu ( seperti infeksi )
b. Pola aktivitas.
-

Pasien biasanya merasakan kelemahan, kelelahan, gaya hidup yang


monoton.

Gangguan koordinasi / cara berjalan.

c. Pola istirahat tidur


Manifestasi dari gejala hipertensi adalah sakit kepala sub oksipital ( terjadi saat
bangun dan menghilang secara spontan setelah beberapa jam.
d. Pola persepsi dan kosep diri.
-

Yang perlu dikaji yaitu adanya perubahan kepribadian, pasien biasanya


mengalami ansietas, depresi, euphoria atau marah - marah.

Faktor faktor yang bisa menyebabkan stress, meliputi : hubungan kelarga,


keuangan, pekerjaan.

5. Pemeriksaan fisik
Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

250

a. Tanda tanda vital


-

Tekanan darah terdapat peningkatan, serta mungkin menjadi hipotensi


postural.

Suhu tubuh biasanya dibawah normal atau meningkat.

Nadi : takhicardi, aritmia/disritmia

b. Jantung
c. Paru paru
d. Ekstremitas
D. DIAGNOSA KEPERWATAN DAN INTERVENSI
1. Gangguaqn rasa nyaman ( nyeri ), sakit kepala berhubungan dengan peningkatan
vaskuler serebral ditandai dengan nyeri bagian kepala, saat bangun tidur leher kaku,
pusing, pasien tamapak kesakitan.
Tujuan

: Nyeri, sakit kepala berkurang / hilang setelah dilakukan tindakan


perawatan.

Kriteria hasil :

Nyeri hilang.

- Pasien tidak tampak kesakitan ( wajah rileks )


INTERVENSI
a. Anjurkan pasien untuk tirah baring a.

RASIONALISASI
Minimalkan
stimulasi

selama masa akut.


meningkatkan relaksasi.
b. Beri kompres dingin pada dahi, b. Menurunkan tekanan vaskuler
pijat punggung dan leher. Beri

serebral dan yang memperlambat

suasana tenang, ajari pasien tehnik

relaksasi.

efektif

memblok

sakit
c. Hilangkan aktivitas vasokontriksi
yang dapat meningkatkan sakit

respon

dalam

simpatis

menghilangkan

kepala

beserta

komplikasinya.
c. Dapat meningkatkan

tekanan

vaskuler serebral.

kepala, missal mengejan saat bab,


batuk panjang, membungkuk.
d. Bantu pasien dalam ambulasi sesuai d. Pusing dan penglihatan kabur
dengan kebutuhan.

sering berhubungan dengan sakit


kepala,

e. Beri diet lunak dan tinggi serat.

pasien

mengalami

episode hipotensi postural.


e. Mencegah terjadinya obstipasi,
dan memeudahkan pasien untuk
menelan

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

dan

mengurangi
251

aktivitas.
2. Resiko tinggi terjadi penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan
after load.
Tujuan

: Tidak terjadi penurunan curah jantung.

Kriteria hasil

Tekanan darah menurun / dalam batas normal.

- Irama dan frekuensi jantung stabil


INTERVENSI
a. Pantau tekanan darah, ukur pada
kedua tangan.

RASIONALISASI
a. Perbandingan dari tekanan
memberikan

gambaran

yang

lebih lengkap tentang masalah


b. Catat keberadaan, kualitas denyutan
sentral dan perifer.

vaskuler.
b. Denyutan

karotis,

jugularis

radialis

daqan

femoralis

mungkin

teramati.

Penyakit

pada tungkai mungkin menurun


mencerminkan

efek

dari

vasokontriksi vena.
c. S4 biasanya terdengar pada
c. Auskultasi tonus jantung dan bunyi
nafas.

pasien hipertensi berat karena


adanya hipertropi atrium.
Perkembangan S3 menunjukkan
hipertropi ventrikel dan
kerusakan fungsi. Krakles
mengindikasikan kongesti paru.
d. Pucat, dingin, kulit lembab

d. Amati warna kulit, kelembaban,


suhu dan masa pengisian kapiler.

berhubungan

dengan

vasokontriksi

atau

mencerminkan penurunan curah


jantung.
e. Mengindikasikan gagal jantung,
e. Catat adanya edema.

kerusakan ginjal atau vaskuler.


f. Membantu untuk menurunkan

f. Berikan lingkungan yang tenang,


kurangi

aktivitas,

batasi

pengunjung.
g. Anjurkan tehnik relaksasi, panduan
imajinasi.
Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

rangsang

simpatis,

meningkatkan relaksasi.
g. Dapat menurunkan rangsangan
yang

menimbulkan

stress,

membuat efek tenang, sehingga


252

menurunkan TO.
h. Dapat menangani reensi cairan
h. Berikan pembatasan cairan dan diit

dengan

respon

hipertensif,

dengan demikian menurunkan

natrium sesuai indikasi.

beban kerja jantung.


i. Melaksanakan

fungsi

independent perawat.
i. Kolaborasi pemberian terapi.
3. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum, ketidak seimbangan
antara suplai dan kebutuhan oksigen, ditandai dengan keletihan, kelemahan,
frekuensi jantung, atau respon tekanan darah terhadap aktivitas, tidak nyaman saat
bergerak, perubahan ECG.
Tujuan

Kriteria hasil :

Kebutuhan aktifitas harian terpenuhi.

Peningkatan dalam toleransi aktifitas.

Pasien dapat memenuhi kebutuhan sendiri.

TTV normal selama aktifitas.

INTERVENSI
a. Periksa tanda tanda vital sebelum

RASIONALISASI
a. Hipotensi orthostatikm dapat

dan sesudah latihan.


b. Kaji penyebab kelemahan.

terjadi setelah aktivitas.


b. Kelemahan bisa tejadi dari efek

c. Intruksikan pasien tentang tehnik


penghematan

energy,

misalnya

menggunakan kursi saat mandi,


duduk saat menyisir rambut atau
menyikat gigi, melakukan aktifitas
dengan perlahan.
d. Anjurkan pasien untuk melakukan
aktivitas / perawatan diri bertahap.
e. Berikan bantuan sesuai kebutuhan.

obat.
c. Tehnik

menghemat

energy

mengurangi penggunaan energy,


juga membantu keseimbangan
antara suplai dan kebutuhan
oksigen.
d. Kemajuan
mencegah

aktivitas

peningkatan kerja

jantung tiba tiba.


e. Memberikan bantuan
sebatas

bertahap

kebutuhan

hanya
akan

mendorong kemandirian dalam


melakukan aktifitas.

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

253

F. PELAKSANAAN
Pada tahap pelaksanaan ini sesuai kegiatannya adalah melaksanakan asuhan
keperawatan sesuai dengan perencanaan bila perlu biar menyimpang dari perncanaan
semula tergantung situasi dan kondisi saat itu.
G. EVALUASI
Evaluasi adalah langkah akhir dalam proses keperawatan yang bertujuan untuk menilai
apakah dalam perencanaan perawatan tercapai atau tidak untuk melakukan pengkajian
ulang.
1.

Tujuan

tercapai,

jika

pasien

mampu

menunjukkan perilaku pada waktu dan tanggal tertentu sesuai dengan pernyataan
tujuan.
2.

Tujuan tercapai sebagian, jika pasien telah


mampu menunjukkan perilaku tetapi tidak sebaik yang ditentukan didalam
pernyataan tujuan, bila perlu dilakukan kolaborasi dengan dokter yang merawat.

3.

Tujuan tidak tercapai, jika pasien tidak


mampu sama sekali untuk menunjukkan perilaku yang diharapkan sesuai dengan
persyaratan tujuan, maka dilakukan kolaborasi dengan dokter yang merawat.

H. DICSHARGE PLANNING (RENCANA PEMULANGAN)


1. Berikan penjelasan tentang cara perawatan pasien dengan Hipertensi :
a. Menjaga emosi dan berfikiran positif.
b. Latihan gerak badan teratur setiap hari dengan berjalan cepat selama 30
menit.
c. Anjurkan untuk tidak berolah raga yang mengandung sifat berkompetisi
misalnya sepak bola, tenis, badminton dll.
2. Anjurkan untuk diet rendah garam dan rendah lemak.
3. Anjurkan untuk makan sayur dan buah yang mengandung tinggi serat untuk
mencegah terjadinya obstipasi.
4. Anjurkan pasien untuk mengikuti aturan dietnya.
5. Jelaskan terapi yang diberikan, anjurkan agar tidak minum-minuman keras,
merokok, minum kopi dan minum obat-obat tanpa ada anjuran dokter.
6. Tekankan untuk melakukan kontrol teratur dan sesuai waktu yang telah ditentukan.

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

254

ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN INFARK MIOCARD
A. PENGERTIAN
Infark Miocard adalah keadaan kematian jaringan otot jantung karena adanya
penghentian aliran darah dan O2 pada otot jantung, sebagai akibat dari terjadinya
sumbatan pada arteri koronaria dan cabang-cabangnya.
B. POHON MASALAH
Aterosklerosis
Trombosis
Konstriksi arteri koronaria
Aliran darah ke jantung menurun
Oksigen dan nutrisi turun
Jaringan Miocard Iskemik
Nekrose lebih dari 30 menit
Supply dan kebutuhan oksigen ke jantung tidak seimbang
Supply Oksigen ke Miocard turun

Metabolisme an aerob
Kerusakan
pertukaran
gas

Seluler hipoksia

Timbunan asam laktat


meningkat
Fatique

Integritas membran sel berubah


nyer
Kontraktilitas

Cemas

turun

Intoleransi
aktifitas
COP turun

Resiko
penurunan
curah
jantung

Kegagalan pompa
jantung

Gangguan perfusi
jaringan

Gagal jantung

Resiko kelebihan volume cairan


ekstravaskuler

C. PENGKAJIAN
Pengumpulan data :
1. Identitas pasien.
Nama pasien jenis kelamin dan umur.
Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

255

2. Keluahan utama.
Pasien merasakan nyeri dada sebelah kiri yang timbulnya mendadak, tidak hilang
dengan istirahat, pernafasan kurang lega.
3. Riwayat penyakit dahulu.
Dikaji apakh oasien punya riwayat infark miokard sebelumnya, gagal jantung
kongestif, masalah tekanan darah (TD), DM, merokok.
4. Riwayat kesehatan keluarga.
Perlu dikaji apakah kelurga ada yang menderita hiperensi, DM, penyakit jantung
koroner.
5. Pola pola fungsi kesehatan :
a. Pola nutrisi
Pasien biasanya mual, kehilangan nafsu makan, nyeri ulu hati.
b. Pola eliminasi
Bisa normal atau Bising usus (BU) mmenurun.
c. Pola aktivitas
Pasien biasanya merasakan kelemahan, kelelahan.
d. Pola istirahat tidur
Manifestasi dari gejala klinik IMA adalah dada terasa berat, persaan nafas
kurang lega, sukar istirahat dan kadang kadang dada berdebar.
6. Riwayat psikososial.
Pasien biasanya menyangka dengan kondisinya, takut mati, merasa tak perlu
perawatan, cemas/marah, gelisah.
7. Pemeriksaan penunjang.
a. EKG menunjukkan peninggian gelombang S-T . Iskemik
Cedera berarti penurunan / datarnya gelombang T.
Adanya gelomnang Q 25 % gelombang R menurunkan nekrosis.
b. Pemeriksaan laboratorium
a) CKMB meningkat antara 4 6 jam, memuncak dalam 12 24, kemudian
kembali normal dalam 36 48 jam.
b) LDH meningkat dalam 12 24 jam, memuncak dalam 24-48 jam dan
memekan waktu yang lama untuk kembali normal.
c) AST ( aspartat aminotranferase ) meningkat ( kurang nyata / khusus) trjadi
dalam 6-12 jam, memuncak dalam 24 jam kembali, normal dalam 3-4 hari.
d) Elektrolit : ketidak seimbangan dapat memepengruhi kontraktilitas. Contoh
hiopokalemi / hiperkalemi.
e) Sel darah putih : leukosit ( 10.000 sampai 20.000) biasanya tampak pada
hari kedua setelah IM sehubungan dengan proses inflamasi.
Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

256

f) Kimia : mungkin normal dan tergantung abnormalitas fungsi / perfusi organ


acut atau kronis.
g) Kolesterol / trigeliserida serum : meningkat, menunjukkan arteriosclerosis
sebagai penyebab infark miokard.
c. Foto Thorax
a) Mungkin normal atau menunjukkan pembesaran janatung diduga gejala
kronis atau aneurisma ventikuler.
D. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI
1. Nyeri dada berhubungan dengan iskemik jaringan sekunder terhadap
sumbatan arteri koroner.
Tujuan

: Setelah dilakukan perawatan diharapkan nyeri dada hilang /


terkontrol.

Kriteria hasil

: - Pasien menyatakan nyeri dada hilang.


- Pasien menunjukkan menurunnya tegangan, rilek, mudah
bergerak / mobilisasi.

INTERVENSI
RASIONALISASI
a. Pantau / catat karaskteristik nyeri, a. Pasien dengan IMA tampak sakit,
catat laporan verbal, penunjuk non

distraksi dan berfokus pada nyeri.

verbal dan respon hemodinamik


( misalnya meringis, menangis,
berkeringat, merenggangkan dada,
nafas cepat, TD / frekuensi jantung
berubah ).
b. Ambil gambaran lengkap terhadap b. Nyeri sebagai pengalaman subyektif
nyeri dari psien meliputi lokasi,

dan harus digambarkan oleh pasien.

intensitas,

Dan

dangkal

lamanya,
/

menyebar

kualitas
)

dan

penyebaran.

dengan

menmilai

membantu

pasien

nyeri

dapat

untukmembandingkan

dengan

pengalaman yang lain.


c. Kaji ulang apakah ada riwayat c. Dapat membandingkan nyeri yang
angina

sebelumnya,

nyeri

ada dari pola sebelumnya sesuai

menyerupai angina atau nyeri IMK

dengan

identifikasi

kompilasi

( infark miokard ).

seperti meluasnya infark, emboli


paru atau perkarditis.

d. Anjurkan psien untuk melaporkan d. Penundaan


nyeri dengan segera.
Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

menghambat

pelaporan
peredaran

nyeri
nyeri
257

memerlukan

peningkatan

dosis

obat. Selain itu nyeri berat dapat


menyebabkan

syok

dengan

merangsang sisitem saraf simpatis.


e. Berikan lingkungan yang tenang e. Menurunkan

rangsang

dimana

ansietas

saraf

aktivitas perlahan dan tindakan

eksternal

nyaman, pendekatan pasien dengan

regangan

tenang.

keteerbatasan kemampuan koping

jantung

dan
serta

dan keputusan terhadap situasi sat


ini.
f. Bantu melakukan tehnik relaksasi, f. Membantu

dalam

penurunan

misalnya nafas dalam / perlahan,

persepsi / respon nyeri memberikan

perilaku

control

distraksi,

visualisasi,

bimbingan imajinasi.

situasi

meningkatkan

perilaku positif.

g. Perikas tanda tanda vital sebelum g. Hipotensi / depresi pernafasan dapat


dan

sesudah

pemberian

abat

narkotik.

terjadi akibat pemberian narkotik


yang dapat meningkatkan kerusakan
miokard.

h. Berikan

O2

tambahan

dengan h. Meningkatkan jumlah oksigen yang

kanule nasal atau masker sesuai

ada untuk pemakaian miokard dan

indikasi.

mengurangi ketidaknyamanan oleh


karena iskemik jaringan.

i. Kolaborasi dengan dokter dalam i. Dengan pemberian obat obatan


pemberian

oabakast

oabatan

sesuai dengan indikasi.

sesuai indikasi dapat mengurangi


nyeri secara kimiawi.

2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidak seimbangan suplay oksigen


miokard dan kebutuhan.
Tujuan

: Setelah dilakukan perawatan diharapkan terdapat peningkatan


toleransi aktifitas yang dapat diukur dengan frekuensi / irama
tentang dan TD dalam batas normnal.

Kriteria hasil

: - Frekuensi / irama tenang dan TD dalam batas normal selama


/ setelah melakukan aktivitas.
- Kulit / akral hangat, merah muda dan kering.

INTERVENSI
a. Catat frekuensi jantung, irama dan a. TTV
Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

RASIONALISASI
dapat menentukan respon
258

perubahan TD sebelum, selama dan

pasien terhadap aktifitas dan dapat

sesudah aktifitas.

mengindikasikan penurunan oksigen


miokard

yang

memerlukan

penurunan tingkat aktivitas dengan


kembali tirah baring, perubahan
program

obat

pengunaan

O2

tambahan.
b. Tingkatkan

istirahat,

aktivitas,

batasi b. Menurunkan

berikan

aktifitas

sengganng yang tidak berat.

menurunkan

kerja

miokard,

resiko

komplikasi

( misal : perluasan IM ).

c. Batasi pengunjung terhadap pasien.

c. Pembicaraan

panjang

sangat

mempengaruhi pasien.
d. Anjurkan pasien untuk menghindari d. Aktifitas

yang

memerlukan

peningkatan abdomen ( misalnya

menahan nafas dan menunduk dapat

mengejan ).

mengakibatkan
menurunkan

brdikardi

curah

jantung

juga
dan

tachicardi dengan peningkatan TD.


e. Jelaskan pola peningkatan bertahap e. Aktifitas yang maju membrikan
dari tingkatan aktivitas.

control

jantung,

meningkatkan

regangan dan mencegah aktiviitas


berlebihan.
f. Kaji ulang tanda tanda yang f. Ada atau tidaknya tanda tanda
menunjukkan
terhadap

ketidak
(

tidak

toleran

terhadap

aktivitas

misalnya

merupakan indikasi perlu / tidaknya

palpitasi, nadi tidak teratur, nyeri

perubahan program olah raga /

dada atau dispnea.

aktivitas atau obat.

g. Kolaborasi

aktivitas

toleran

dengan

bidang g. Memberikan

rehabilitasi jantung.

dukungan

pengawasan tambahan berlanjut dan


partisipasi proses penyembuhan dan
kesejahteraan.

3. Ansietas / ketakutan berhubungan dengan ancaman atau perubahan


kesehatan dan status sosio ekonomi, ancaman kehilangan / kematian,
penularan.
Tujuan

: Setelah dilakukan perawatan diharapkan ketakutan hilang /


terkontrol.

Kriteria hasil

: - Pasien mengenal peranasaannya.

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

259

- Dapat

mengidentifikasi

penyebab,

factor

yang

mempengaruhi.
- Pasien menyatakan penurunan akut.
- Pasien mendapat pemecahan masalah secara positif.

INTERVENSI
RASIONALISASI
a. Identifikasi dan ketahui persepsi a. Koping terhadap nyeri dan trauma
pasien terhadap ancaman / situasi.

emosi IM memang sulit sehingga

Dorong

perlu dikaji diidentifikasi apakah

pasien

mengekspresikan

perasaannya.

terjadi emosi yang berkelanjutan


selama beberapa waktu.

b.

Percayakan rasa percaya pasien b. Sikap petugas kesahatan yang cemas


terhadap petugas.

/ tidak tenang dapat mempengaruhi


tingkst

kecemasangn

pasien,

penjelasan yang jujur dan sikap


yang

tenang

petugas

dapat

menghilangkan kecemasan.
c. Kaji tanda verbal / non verbal c. Pasien mungkin tidak menunjukkan
kecemasan dan lakukan tindakan

rasa agitasi, marah, dan gelisah.

bila pasien menunjukkan perilaku

Intervensi dapat membantu pesien

merusak.

meningkatkan

control

terhadap

perilakunya sendiri.
d. Terima

tetapi

jangan

diberi d. Menyangkal dapat menguntungkan

penggunaan penolakan dan hindari

dapat

menurunkan

konfrontasi.

menunda

tetapi

penerimaan

dapat
trhadap

kenyataan

situasi

Konfrontasi

dapat

meningkatkan

dan

meningkatkan

rasa

marah

penggunaan

saat

itu.

penyangkalan,

menurunkan takut dan membantu


pasien
nyata,

menerima

situasi

pengulangan

secara

informasi

membantu penyimpanan informasi.


e. Jawab pertanyaan secara nyata. e. Berbagi
Berikan informasi konsisten, ulangi
Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

informasi

membentuk

dukungan / kenyamanan dan dapat


260

sesuai indikasi.

menghilangkan tegangan terhadap


kekhawatiran

yang

tidaka

diekpersikan.
f. Dorong

pasien

untuk f. Dapat

mengkomunikasikan

memberikan

keyakinan
merupakan

dengan

bahwa

perasaannya

seseorang, berbagai pertanyaan dan

respon

yang

masalah.

situasi / perubahan yang diterima.

normal

g. Berikan privasi untuk pasien dan g. Memungkinkan


orang terdekat.

terhadap

waktu

untuk

mengeksprresikan

persaan

menghilangkan cemas dan perilaku


adaptasi.
h. Dorong
diri,

kemandirian,

dan

pembuatan

perawatan h. Peningkatan
keputusan

dalam rencana pengobatan.

kemandirian

dapat

meningkatkan kepercayaan diri dan


menurunkan rasa gagal yang dapat
menyertai

pemindahan

unit

koroner / pulang dari rumah sakit.


i. Dorong keputusan tentang harapan i. Membantu
setelah pulang.

pasien

untuk

mengidentifikasi tujuan nyata juga


menurunkan

resiko

kegagalan

mmenghadapi kenyataan.
4. Potensial penurunan curah jantung berhubungan dengan adanya ischemic /
nekrotik pada miokard.
Tujuan

: Hemodinamik stabil.

Kriteria hasil

: - TD normal
- Curah jantung / frekuensi jantung dalam rentang normal.
- Pengeluaran urin adekuat.
- Tidak didapatkan disritmia.

INTERVENSI
RASIONALISASI
a. Observasi TD bandingkan kedua a. Hipotensi dapat terjadi karena
tangan dan ukur dengan tidur,

disfungsi

ventrikel,

hipoperfusi

duduk dan berdiri bila bisa.

miokard dan rangsangan vagal, tapi


hipertensi bisa juga terjadi karena
nyeri,

cemas

kotekolamin
vaskuler

dan

pengeluaran
atau

sebelumnya.

masalah
Hipotensi

ortostastik ( postural ) mungkin


Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

261

berhubungan

dengan

komplikasi

curah

jantung

infark.
b. Evaluasi kualitas dan kesamaan b. Penurunan
nadi sesuai indikasi.

mengakibatkan

menurunnya

kelemahan / kekuatan nadi. Ketidak


traturan diduga terjadi disritmia
yang memerlukan evaluasi lebih
lanjut.
c. Catat terjadinya S3, S4

c. S3 bisa terjadi pada gagal mitral dan


kelebihan kerja ventrikel kiri yang
diseertai infarkberat, S4 mungkin
berhubungan

dengan

ischemia

miokardia, ketakutan ventrikel dan


hipertensi pulmonal atau sistemik.
d. Obsevasi adanya muru mur / d. Menunjukkan gangguan aliran darah
gesekan.

dalam jantung.

e. Pantau frekuensi jantung dan irama e. Ferekuensi


jantung.

dan

irama

jantung

berespon terhadap pemberian obat


dan aktifitas.

f. Berikan makanan kecil dan mudah f. Makan besar dapat meningkatkan


dikunya.

miokard dan menyebabkan rangsang


vagal mengakibatkan bradikardi.

g. Sediakan alat / obat darurat.

g. Sumbatan koroner tiba-tiba disritmia


letal perluasan infark atau nyeri
adalah

situasi

mencetuskan

yang
henti

dapat
jantung,

memerlukan terapi, penyelamatan


hidup segera.
h. Berikan oksigen tambahan sesuai h. Meningkatkan
indikasi.

jumlah

sediaan

oksigen untuk kebutuhan miokard


menurunkan iskemia dan disretmia
lanjut.

i. Kaji ulang seri ECG.

i. Memberikan informasi bila adanya


ada kemajuan / perbaikan infark ,
status

fungsi

ventrikel,

keseimbangan elektrolit dan efek


terapi obat.
Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

262

j. Kaji foto dada.

j. Dapat menunjukkan oedem paru


sampai dengan disfungsi ventrikel.

k. Pantau laborat enzim jantung, GDA, k. Enzim


elektrolit.

jantung

perbaikan

memantaqu

perluaasan

infark,

keseimbangan elektrolit berpenga


ruh irama jantung.
5. Potensial perubahan perfusi jaringan sampai dengan adanya ischemic /nekrotik
pada miokard.
Tujuan

: Perfusi jaringan yang adekuat.

Kriteria hasil

: - Kulit hangat dan kering.


- Nadi perifer kuat.
- TTV dalam batas normal.
- Pasien sadar / berorientasi.
- Intake dan out put seimbang.
- Tak ada odem.

INTERVENSI
RASIONALISASI
a. Selidiki perubahan tiba-tiba atau a. Perfusi serebral secaraq langsung
gangguan

kontinyu,

berhubungan dengan curah jantung

misalnya cemas, bigung, lethargi,

dan juga dipengaruhi oleh elektrolit,

pingsan.

hypoxia atau emboli sistemik.

b. Pantau

mental

apakan

sianosis,

pasien

kulit

pucat, b. Vasokontriksi sistemik diakibatkan

dingin/lembab,

kekuatan nadi perifer.

oleh penurunan curah jantung yang


bisa dibuktikan oleh penurunan
perfusi kulit dan penurunan nadi.

c. Dorong latihan kaki aktif / psif c.


hindari latihan isometric.

Menurunkan

statis

vena,

meningkatkan aliran balik vena dan


menurunkan resiko trombo flebitis,
namun

latihan

isometric

dapat

sangat mempengaruhi curah jantung


dengan

meningkatkan

kerja

miokard dan konsumsi oksigen.


d. Pantau

pernafasan,

catat

kerja d. Pompa jantung yang gagal dapat

pernafasan.

meningkatkan distress pernafasan,


namun dispne tiba tiba berlanjut
menunjukkan

komplikasi

tromboemboli paru.
Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

263

e. Kaji

fungsi

gastrointestinal, e. Penurunan aliran darah ke mesentri

anoreksia penurunan bising usus,

dapat

mual/muntah,

gastrointestinal.

distensi

abdomen,

mengakibatkan

disfungsi

konstipasi.
f. Pantau intake output.

f. Intake yang kurang adekuat dapat


mengkibatkan penurunan volume
sirkulasi yang berdampak negative
pada perfusi dan fungsi organ.

g. Pantau data laborat GDA, BUN, g. Hasil laboratorium tersebut diatas


kreatinin, elektrolit.

merupakan indicator perfusi / fungsi

organ.
6. Potensial kelebihan volume cairan berhubungan dengan adanya ischemic /
nekrotik miokardia
Tujuan

: Tidak terjadi kelebihan volume cairan.

Kriteria hasil

: - TD dalam bats normal


- Tidak ada distensi vena perifer.
- Tidak ada oedem.
- Paru bersih dan berat badan stabil.

a. Auskultasi

INTERVENSI
bunyi nafas ada

RASIONALISASI
a. Dapat mngidentifikasikan oedem

tidaknya ronchi.

paru sekunder akibat decompensasi


jantung.

b. Ukur intake dan output, hitung

b. Penurunan

keseimbangan cairan.

mengkibatkan

curah

jantung

gangguan

perfusi

ginjal, retensi natrium / air dan


penurunan

pengeluaran

Keseimbangan

cairan

urine.
positif

berulang pada adanya gejala lain


menunjukkan kelebihan volume /
gagal jantung.
c. Timbang berat badan setiap hari.

c. Perubahan tiba tiba pada berat


badan

menunjukkan

adanya

gangguan keseimbangan cairan.


d. Pertahankan pemasukan total cairan

d. Cukup untuk memenuhi kebutuhan

2000 ml / 24 jam dalam toleransi

cairan tubuh orang dewasa tetapi

kardiovaskuler.

memerlukan

pembatasan

pada

adanya decompensasi jantung.


Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

264

e. Berikan diet rendah natrium.

e. Natrium

dapat

meningktakan

retensi cairan.
f. Kolaborasi

untuk

pemberian

f. Diuretic

diuretic.

diperlukan

untuk

memperbaiki kelebihan cairan.

g. Pantau kalium menurut indikasi.

g. Hipokalemia

membatasi

keefektifan terapi dan dapat terjadi


pada penggunaan diuretic penurun
kalium.
7. Kurangnya pengetahuan mengenai kondisi, kebutuhan pengobatan berhubungan
dengan kurangnya informasi tenang fungsi jantung dan status kesehatan akan
dating.
Tujuan

: Terjadi persamaan persepsi tentang kondisi, pengobatan dan


fungsi jantung.

Kriteria hasil

: - Pasien paham dengan penyakit jantung yang diderita,


rencana pengobatan dan efek samping / reaksi merugikan.
- Pasien mampu menyebutkan gejala yang memerlukan
perhatian cepat.
- Pasien merencanqakan perubahan pola hidup yang perlu.

INTERVENSI
a. Kaji tingkat pengetahuan pasien dan a. Perlu
keinginan

kemampuan

untuk

belajar.

instruksi

RASIONALISASI
untuk pembuatan rencana
individu,

menguatkan

harapan bahwa ini akan menjadi


pengalaman belajar dan bisa untuk
meluruskan persepsi yang salah.

b. Waspada

terhadap

tanda b. Perilaku marah / menolak dapat

penghindaran / perilaku menolak.

menghambat

belajar

dan

kemampuan menerima informasi,


sehingga diperlukan suasana yang
tidak terlalu formal.
c. Beri

penjelasan

tentang

factor c. Memberikan

kesempatan

p-asien

resiko, pembatasan diet / aktifitas,

untuk mencakup informasi dan ikut

obat dan gejala yang memerlukan

berpartisipasi

perhatian medik cepat.

rehabilitasi serta agar psien dapat

dalam

program

menghindari factor resiko.


d. Peringatan

untuk

mengjhindari d. Aktifitas ini sangat meningkatkan

aktifitas isometric dan aktifitas yang


Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

kerja

jantung

/konsumsi

O2
265

memerlukan

tangan

diposisikan

miokard.

diatas kepala.
e. Didik pasien sehubungan dengan e. Meningkatkan
lanjutan aktifitas secara bertahap.

aktifitas

secara

bertahap

akan

meningkatkan

kekuatan

dapat

meningkatkan

sirkulasi

kolateral

dan

memungkinkan kembalinya polan


hidup normal.
f. Tekankan

pentingnya

mengikuti f. Memberi tekanan bahwa ini adalah

perawatan baik dirumah sakit atau

masalah kesehatan berlanjut dimana

yang ada di masyarakat,misalnya

dukungan

program

setelah pulang.

rehabilitasi

jantung

koroner,

klinik

kelompok

bantuan

diperlukan

penghentian rokok.
g. Beri

tekanan

menghubungi

dokter

pentingnya g. Evaluasi berkala / intervensi dapat


bila

nyeri

mencegah komplikasi.

dada. Perubahan pola angina atau


gejala lain.
h. Tekankan pentingnya melaporkan h. Komplikasi pasca IM dari inflamasi
terjadinya

demam

sehubungan

dengan nyeri dada menyebar / tidak

pericardial memerlukan evaluasi /


intervensi medic lanjut.

khas.

I. PELAKSANAAN
Pada tahap pelaksanaan ini sesuai kegiatannya adalah melaksanakan asuhan
keperawatan sesuai dengan perencanaan bila perlu biar menyimpang dari perncanaan
semula tergantung situasi dan kondisi saat itu.
J. EVALUASI
Evaluasi adalah langkah akhir dalam proses keperawatan yang bertujuan untuk menilai
apakah dalam perencanaan perawatan tercapai atau tidak untuk melakukan pengkajian
ulang.
1.

Tujuan tercapai, jika pasien mampu


menunjukkan perilaku pada waktu dan tanggal tertentu sesuai dengan pernyataan
tujuan.

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

266

2.

Tujuan tercapai sebagian, jika pasien


telah mampu menunjukkan perilaku tetapi tidak sebaik yang ditentukan didalam
pernyataan tujuan, bila perlu dilakukan kolaborasi dengan dokter yang merawat.

3.

Tujuan tidak tercapai, jika pasien tidak


mampu sama sekali untuk menunjukkan perilaku yang diharapkan sesuai dengan
persyaratan tujuan, maka dilakukan kolaborasi dengan dokter yang merawat.

K. DICSHARGE PLANNING (RENCANA PEMULANGAN)


1. Berikan penjelasan tentang cara perawatan dirumah :
a. Jaga emosi tidak terlalu sedih, marah atau gembira.
b. Latihan gerak badan teratur setiap hari dengan berjalan cepat selama 30
menit.
c. Anjurkan untuk tidak berolah raga yang mengandung sifat berkompetisi
misalnya sepak bola, tenis, badminton dll.
d. Tidak mengedan saat BAB.
2. Anjurkan untuk diet rendah garam dan rendah lemak.
3. Anjurkan pasien untuk mengikuti aturan dietnya.
4. Anjurkan untuk makan buah dengan di jus, dianjurkan untuk banyak makan pisang.
5. Anjurkan untuk tidur dengan 2 3 bantal tertuama bila teras sesak pada malam
hari.
6. Jelaskan terapi yang diberikan, anjurkan agar tidak minum-minuman keras,
merokok, minum kopi dan minum obat-obat tanpa ada anjuran dokter.
7. Jelaskan sifat nyeri mendadak yang mungkin terjadi, anjurkan untuk selalu
membawa obat darurat dan cara penggunaannya, anjurkan segera ke rumah sakit
terdekat bila timbul nyeri yang sangat.
8. Tekankan untuk melakukan kontrol teratur dan sesuai waktu yang telah ditentukan.

ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN GAGAL JANTUNG

A. PENGERTIAN

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

267

Gagal jantung adalah suatu sindrom klinik yang disebabkan oleh suatu kelainan
jantung dan dapat dikenali dari respon hemodinamik, renal, neurol dan hormonal.
Karakteristik batasan yang lebih sederhana lagi adalah gagal jantung dapat diartikan
sebagai disfungsi ventrikel kiri yang disertai gejala ( simptomatik ).
B. POHON MASALAH

Disfungsi miocard

beban sistol

Kontraktilitas

kebutuhan metabolisme

preload

beban kerja jantung

Hambatan pengosongan ventrikel


Beban jantung
Gagal jantung kongestif
Gagal pompa ventrikel
Forward failuer

back ward failure


Potensial
Hipoxemia

Curah jantung ( COP)


Suplai drh kejaringan

renal flow

Nutrisi & O2 sel

pelepasan RAA

Metabolisme sel

retensi Na & air

Lemah & letih


Intoleransi aktifitas

Tekanan vena pulmo


tekanan kapiler paru
edema paru

Pembatasan diet Gg. Pertukaran gas


Natrium

edema
kelebihan volume
cairan

Kurangnya
pengetahuan

Resti inefektif
penatalaksanaan
terapeutik

C. PENGKAJIAN
1. Data subyektif
Pasien mengeluh sesak napas dan kelelahan saat melakukan aktifitas sehari-hari
bahkan saat istirahat.
2. Data obyektif
-

Klien terlihat gelisah.

Observasi gejala kardinal, tensi, nadi, dan RR.

Oedema pergelangan kaki dan hepatomegali.

Tachicardia, dispnea.

Adanya oedema paru.

Terjadinya penurunan nafsu makan.

Terjadinya penurunan jumlah produksi urine.

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

268

D. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI


Potensial terjadinya hipoksemia berhubungan dengan penurunan curah
jantung.
Tujuan

: Tidak terjadi hipoksemia

Kriteria hasil

: terpenuhinya suplay darah untuk metabolisme jaringan.

INTERVENSI
a. Pantau tanda dan gejala hipoksia
-

Peningkatan dan

RASIONALISASI
a. Penurunan
curah
jantung

ketidaktera

menimbulkan

turan frekuensi nadi.

suplai darah terorganisasi untuk

Peningkatan frekuensi pernafa

memenuhi kebutuhan metabolisme

san.

jaringan.

Penurunan

produksi

Peubahan

fungsi

dan penurunan perfusi jaringan.

mental,

Dengan

sianosis.

penurunan
masa

respon

kompensasi

sirkulasi

ekstremitas

pengisian

dan

pada

peningkatan

frekuensi nadi dan pernafasan.

kapiler.

Perubahan fungsi mental dapat

b. Pantau tanda dan gerak oedema

diakibatkan

paru akut
-

volume

mengakibatkan hipoperfusi ginjal

gelisah, kulit dingin, lembab,


Penurunan

Penurunan

sirkulasi / curah jantung dapat

urine

( kurang dari 30 ml/jam )


-

ketidakcukupan

Dyspnea

berat

oleh

cerebral.

dengan

hipoperfusi

Vasokontriksi

dan

menggunakan otot sensori.

kongesti vena pada area tergantung

Tachicardia

menimbulkan perubahan pada kulit

Bunyi nafas tambahan

dan nadi.

Batuk menetap

Batuk produktif dengan sputum

diakibatkan oleh penurunan ukuran

kental.

jaringan

Sianosis

Hipoksia

Diaforesis.

peningkatan permeabilitas kapiler

b. Kelebihan

sirkulasi
pembuluh

dapat
pulmonal.

menyebabkan

yang akhirnya menyebabkan cairan


masuk

ke

jaringan

paru

menghasilkan tanda dan gejala


oedema paru.
c. Waspadai

pemberian

cairan

c. Kelebihan

sirkulasi

intravena ( IV ) konsul dokter bila

disebabkan

oleh

pesanan kecepatan cairan lebih dari

pengaturan

cairan

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

dapat
kegagalan

IV

dengan
269

125

ml/jam.

Pastikan

untuk

cermat.

memberikan cairan tambahan misal


antibiotik, bila kalkulasi alokasi
perjam.
d. Bantu klien dengan tindakan untuk
menyimpan
istirahat

kekuatan,

sebelum

d. Istirahat

seperti

dan

sesudah

adekuat

menurunkan

konsumsi oksigen dan menurunkan


resiko hipoksia.

aktifitas misalnya makan.

Resiko tinggi inefektif penatalaksanaan regimen terapiutik berhubungan dengan


kurangnya pengetahuan tentang diit rendah natrium.
Tujuan

: Klien mematuhi aturan diit yang dianjurkan

Kriteria Hasil

a. Ajarkan

:-

Klien siap dan mampu menyerap informasi yang diberikan.

Klien menjalankan diit yang diberikan.

Nafsu makan meningkat.

INTERVENSI
RASIONALISASI
klien dan keluarganya a. Penyuluhan menguatkan kebutuhan

tentang kondisi dan penyebabnya.

untuk

memenuhi

program

pengobatan ( diet, aktifitas dan obat


).
b. Jelaskan

kebutuhan

untuk b. Kelebihan

masukan

Natrium

memenuhi diit rendah natrium dan

meningkatkan retensi cairan yang

pembatasan cairan sesuai program,

akhirnya

konsul dengan ahli nutrisi tentang

vaskuler dan beban kerja jantung.

meningkatkan

volume

kebutuhan klien.
c. Jelaskan

kerja

obat

yang c. Penjelasan tersebut dapat membantu

diprogramkan yang secara khas

meningkatkan kepatuhan klien dan

mencakup

menurunkan

preparat

digitalis,

vasodilator dan diuretik. Digitalis

kesalahan

dalam

melakukan sendiri.

meningkatkan isi sekuncup jantung


yang akan menurunkan kongesti
dan

tekanan

menurunkan
elektrolit,

diastolik.

Diuretik

tekanan

reabsorbsi

terutama

natrium,

sehingga meningkatkan kehilangan


Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

270

cairan.

Vasodilator

preload

dan

menurunkan

afterload

sehingga

memperbaiki kinerja jantung.


d. Ajarkan klien untuk menghitung d. Perhitungan nadi dapat mendeteksi
frekuensi nadinya.

irama tak teratur / tinggi ( > 120 ) /


rendah ( < 60 ) yang dapat
mengidentifikasikan efek obat atau
komplikasi penyakit.

e. Ajarkan klien untuk menimbang e. Penimbangan

berat badan setiap

berat badannya sendiri setiap hari

hari dapat membantu mendeteksi

dan melaporkan peningkatan 0,9 kg

retensi cairan dini, memungkinkan

atau lebih.

tindakan cepat untuk mencegah


kongesti paru.

f. Jelaskan

kebutuhan

meningkatkan

untuk f. Olah raga teratur, seperti berjalan

aktifitas

secara

dapat memperbaiki sirkulasi dan

bertahap dan istirahat bila terjadi

meningkatkan isi sekuncup dan

dispnea dan kelelahan.

curah

jantung.

keletihan

Dispnea

dan

mengidentifikasikan

hipoksemia akibat kelebihan latihan.


g. Instruksikan

kepada

klien

dan g. Deteksi dini tanda-tanda dan gejala

keluarga untuk melaporkan tanda-

ini

tanda dan gejala berikut pada

menurunkan resiko efek samping

petugas pelayan kesehatan.

obat berat / memperburuk gagal

a) hilang nafsu makan

jantung.

b) gangguan penglihatan

c) napas pendek
d) batuk menetap.

dan

intervensi

cepat

dapat

a) dan b) merupakan efek


samping umum digitalis

c) dan d) merupakan tanda


memburuknya gagal jantung

e) oedema pada mata kaki dan


telapak.

e) Oedema menandakan kel;ebihan


beban

sirkulasi

terhadap

sekunder

penurunan

curah

jantung.
f) kelemahan dan kram otot.

f) Kelemahan dan kram otot dapat


menandakan

hipoksemia

sekunder terhadap peningkatan


ekskresi Kalium akibat terapi
diuretik.
Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

271

g) nyeri

dada

dan

peningkatan

keletihan.

g) Merupakan tanda memburuknya


gagal jantung.

E. PELAKSANAAN
Pada tahap pelaksanaan ini sesuai kegiatannya adalah melaksanakan asuhan
keperawatan sesuai dengan perencanaan bila perlu biar menyimpang dari perncanaan
semula tergantung situasi dan kondisi saat itu.
F. EVALUASI
Evaluasi adalah langkah akhir dalam proses keperawatan yang bertujuan untuk menilai
apakah dalam perencanaan perawatan tercapai atau tidak untuk melakukan pengkajian
ulang.
1.

Tujuan tercapai, jika pasien mampu


menunjukkan perilaku pada waktu dan tanggal tertentu sesuai dengan pernyataan
tujuan.

2.

Tujuan tercapai sebagian, jika pasien


telah mampu menunjukkan perilaku tetapi tidak sebaik yang ditentukan didalam
pernyataan tujuan, bila perlu dilakukan kolaborasi dengan dokter yang merawat.

3.

Tujuan tidak tercapai, jika pasien tidak


mampu sama sekali untuk menunjukkan perilaku yang diharapkan sesuai dengan
persyaratan tujuan, maka dilakukan kolaborasi dengan dokter yang merawat.

G. DICSHARGE PLANNING (RENCANA PEMULANGAN)


1. Berikan penjelasan tentang cara perawatan dirumah :
a. Tidak banyak kegiatan, hanya melakukan pekerjaan ringan.
b. Melakukan kegiatan secara terencana.
2. Anjurkan untuk diet rendah garam dan rendah lemak.
3. Anjurkan pasien untuk mengikuti aturan dietnya.
4. Anjurkan untuk makan buah dengan di jus, dianjurkan untuk banyak makan pisang.
5. Anjurkan untuk membatasi minum, sesuai dengan program intake cairan dari
dokter.
6. Anjurkan untuk tidur dengan 2 3 bantal tertuama bila teras sesak pada malam
hari.
7. Jelaskan terapi yang diberikan, anjurkan agar tidak minum-minuman keras,
merokok, minum kopi dan minum obat-obat tanpa ada anjuran dokter.
8. Tekankan untuk melakukan kontrol teratur dan sesuai waktu yang telah ditentukan.

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

272

DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Linda Juall, R.N, M.S.N ( 1999 ), Rencana Asuhan dan Dokumentasi
Keperawatan, Diagnosa Keperawatan dan Masalah Kolaboratif, Edisi 2, ECG
Jakarta.
Doengles, Marilyn E. ( 2000 ), Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, ECG, Jakarta.

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

273

-------------------------- ( 2008 ), Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Penyakit Jantung


RSUD dr. Soetomo, Surabaya.
Pusdiknakes ( 1993 ), Proses Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskuler, DepKes RI, Jakarta.

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

274

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN HEMOPTOE

A. PENGERTIAN
Dahak berdarah yang dibatukkan berasal dari saluran pernafasan bagian bawah

( dari

glotis ke distal ).
B. POHON MASALAH
Infeksi sekunder oleh beberapa penyakit
Edema mukosa sel goblet
memproduksi mukus

Ketidakefektifan

batuk mulai berdahak dan timbul lendir.

bersihan jalan
Pembentukan rongga
kaverne

Aneurisma cabag
arteri pulmonalis

Upaya batuk
Pembuluh darah
pecah
Batuk darah

Anemis
Gangguan

Hospitalisas
i

keseimbangan

Kurang

cairan

pengetahuan

Resiko terjadi
penyumbatan
saluran nafas

Cemas

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

275

C. PENGKAJIAN
1. Identitas
2. Keluhan utama; batuk dengan dahak bercampur darah sedikit-sedikit, dada terasa
panas; penderita takut untuk memuntahkan.
3. Riwayat penyakit dahulu; riwayat merokok, tumor paru, bronchoektasis, DM.
4. Riwayat keluarga; adakah keluarga yang terkena TBC.
5. Pemeriksaan fisik; pemeriksaan fisik sederhana oleh karena radang dari
pemeriksaan dasar bisa menentukan penyebab hemoptoe.
6. Pola persepsi pemeliharan kesehatan
a. Pola persepsi tentang kesehatan
-

Kebiasaan hidup pasien, yaitu tinggal di daerah yang dingin atau panas.

Lingkungan rumah bersih, ventilasi baik, cahaya matahari cukup.

b. Pola nutrisi dan metabolisme


Yang perlu dikaji adalah frekuensi makan, makanan kesukaan, jenis makanan.
c. Pola istirahat dan tidur
Yang dikaji apakah pasien mengalami gangguan tidur, yaitu biasanya merasa
takut untuk tidur dan bingung.
d. Pola persepsi dan konsep diri
Pasien merasa rendah diri, takut karena terjadi batuk darah.
e. Pola aktifitas dan latihan.
Aktifitas pasif dan aktif.
7. Foto thorak; dengan foto thorak dapat didiagnosa atau disingkirkan adanya TBC
baru.
D. DIAGNOSA DAN INTERVENSI
DIAGNOSA
1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas oleh karena
akumulasi sekret dan bronchospasme.
2. Resiko terjadinya sumbatan saluran nafas berhubungan dengan batuk darah
3. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya.
INTERVENSI
1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas oleh karena
akumulasi skret dan bronchospasme.
Tujuan

: Jalan nafas efektif.

Kriteria

RR 16 24 x/menit

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

276

Suara nafas bersih

Wheezing tidak ada

Sekret tidak ada

Batuk tidak ada

Spasme bronchus tidak ada

Tidak menggunakan otot bantu pernafasan

Tanda-tanda vital dalam batas normal

INTERVENSI
RASIONAL
a. Observasi
tanda-tanda a. Ketidakefektifan jalan nafas terjadi
ketidakefektifan

jalan

nafas,

karena adanya akumulasi sekret

frekuensi, kecepatan, kedalaman dan

pada jalan nafas.

pergerakan dada.
b. Atur posisi pasien semi fowler.

b. Posisi

yang

ekspansi

akan

paru

memperluas

akan

melegakan

pernafasan pasien.
c. Observasi tanda-tanda vital.

c. Mengetahui perkembangan pasien


secara

dini

sehingga

dapat

menentukan tindakan yang tepat.


d. Ajarkan pasien untuk batuk efektif, d. Sesak nafas berakibat pernafasan
tepuk-tepuk punggung pasien.

menjadi cepat dan dangkal, suplay


O2 ke jaringan perifer berkurang,
sehingga

jantung

dipacu

untuk

memenuhi kebutuhan O2 dan nadi


teraba cepat dan halus.
e. Kolaborasi

untuk

ekspektoran,

pemberian e. Mengeluarkan
broncodilator,

antibiotika dan O2.

bronkus,

sekret,

dilatasi

profilaksis/mengobati

infeksi, dan memenuhi kebutuhan


O2 pasien.

2. Terjadi penyumbatan saluran napas sehubungan dengan batuk darah inefektif yang
ditandai dengan batuk darah yang banyak.
Tujuan

: Tidak terjadi obstruksi nafas

Kriteria : -

Mengeluarkan 277ecret dan darah lebih efektif


Mampu batuk secara efektif

INTERVENSI
Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

RASIONALISASI
277

a. Berikan penderita posisi tidur dengan a. untuk


kepala lebih rendah daripada kaki.

mempermudah

dan

memperlancar keluarnya darah.

b. Membebaskan jalan napas, keluarkan b. Mencegah


bekuan darah di mulut maupun di
oropharing.

terjadinya

tersumbatnya saluran napas.


c. Batuk merupakan cara tubuh

c. Ajarkan penderita teknik batuk yang


benar.

untuk mengeluarkan darah yang


ada disaluran napas.

d. Lakukan observasi gejala cardinal secara d. Mengetahui


intensif.

adanya

tanda

kurangnya volume cairan.

e. Kolaborasi dengan tim medis lain.

e. Untuk memberikan terapi yang


tepat.

3. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakitnya


Tujuan

: Cemas berkurang, pasien tenang

Kriteria hasil

: Pasien tampak tenang.

INTERVENSI
a. Evaluasi pengetahuan pasien dan

RASIONAL
a. Pasien dan keluarga mampu

keluarga tentang penyakit yang di

menyesuaikan keterangan.

alami pasien.
b. Yakinkan tentang kenyataan untuk

b. Motivasi mungkin memberi

menghilangkan rasa takut.

kesempatan pasien untuk mudah


mengerti kenyataan tentang
penyakitnya.

c. Beri kesempatan yang baik untuk

c. Dapat membangun kepercayaan dan

bertanya dan jawaban jujur. Jelaskan

mengurangi kesalahan dari

tentang perawatan dengan istilah

informasi.

yang mudah di mengerti.


d. Jelaskan tentang penyakitnya dan

d. Pasien memahami penyakitnya dan

cara penularannya.

pencegahan penularannya, sehingga


dapat kooperatif dengan tindakan
yang dilakukan.

e. Jelaskan hal yang dapat dilakukan

e. Pasien tidak cemas saat terjadi

saat terjadi perdarahan.

perdarahan dan dapat melakukan

Kompres dada dengan es.

tindakan yang tepat untuk saat

Darah yang keluar tetap

terjadi perdarahan.

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

278

dibatukkan.
f. Libatkan pasien dalam rencana

f. Keluarga dapat ikut serta

perawatan .

memberikan suport pada pasien

F. PELAKSANAAN / IMPLEMENTASI
Pada tahap pelaksanaan ini kegiatannya adalah melaksanakan asuhan keperawatan sesuai
dengan perencanaan bila perlu bisa menyimpang dari perencanaan semula tergantung
situasi dan kondisi saat itu.
G. EVALUASI
Asuhan keperawatan dilaksanakan sesuai rencana yang telah disusun diperlukan suatu
evaluasi untuk menilai keberhasilan tindakan :
1.

Tujuan tercapai, jika pasien menunjukkan perubahan sesuai dengan standar yang
telah ditetapkan.

2.

Tujuan tercapai sebagian, jika pasien menunjukkan perubahan sebagian dari standar
dan kriteria yang telah ditetapkan

kolaborasi dengan tim medik (konsul dengan

dokter).
3.

Tujuan tidak tercapai, jika pasien tidak menunjukkan perubahan dan kemajuan
sama sekali dan bahkan timbul masalah baru

kolaborasi dengan tim medik

(konsul dengan dokter).


J. DISCHARGE PLANING ( RENCANA PEMULANGAN )
1. Menjelaskan pada pasien dan keluarga mengenai batuk darah, faktor penyebab dan cara
penanganannya .
2. Anjurkan untuk mengurangi gorengan dan buah langsung, kecuali bila di jus untuk
mengurangi getah buah yang menyebabkan batuk.
3. Anjurkan pasien makan makanan yang tinggi kalori tinggi protein.
4. Jelaskan tentang obat yang diberikan, dosis dan efek sampingnya.
5. Tekankan untuk melakukan kontrol sesuai waktu yang ditentukan.

Standar Asuhan Keperawatan RS Mutiara Hati

279

ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN ASMA BRONKIAL

A. PENGERTIAN
Asma Brochiale adalah penyakit paru berupa proses keradangan di saluran nafas
yang mengakibatkan hiperespon saluran nafas terhadap berbagai macam
rangsangan yang dapat menyebabkan penyempitan saluran nafas yang
menyeluruh ssehingga dapat timbul sesak nafas reversibel baik secaara spontan
maupun dengan terapi.
B. POHON MASALAH
Etiologi
Faktor genetic.
Faktor lingkungan
Bahan allergen
Infeksi sal nafas (virus)
Polusi udara
Faktor makanan

Aktivasi IG.E

Faktor Pencetus
Alergen
Fisik
Bahan kimia
Infeksi
Faktor mekanik
Faktor Psikis
Kurangnya
pengetahuan penyebab
penyakit

Peningkatan pelepasan histamin

Resiko
kekambuhan

Edema mukosa sel goblet


memproduksi mukus

Batuk berdahak
Akumulasi Sekret
Peningkatan frekwensi pernafasan
Penggunaan otot-otot bantu
pernafasan.

Ketidakefektifan
bersihan jalan
nafas
Perubahan pola
nafas

Nyeri pada retrosternal


Gg. Rasa nyaman
nyeri

C. PENGKAJIAN
1. Identitas
2. Keluhan utama
Pasien mengeluh sesak nafas dan kumat-kumatan nafas berbunyi dan sering
timbul secara mendadak.

280

Batuk dengan dahak kental dan lengket, sukar dikeluarkan. Dada terasa nyeri,
pasien merasa takut dan merasa bingung, keluar keringat banyak.
3. Riwayat penyakit dahulu.
Apakah pasien pernah sakit seperti ini ?
4. Riwayat penyakit keluarga.
a. Riwayat sakit keturunan.
b. Empisema paru.
c. Riwayat alergi.
5. Faktor pencentus serangan asma
a. Paparan terhadap alergen.
b. Latihan fisik.
c. Faktor-faktor fisik (udara dingin, panas)
d. Polusi udara.
6. Pola persepsi pemeliharan kesehatan
a. Pola persepsi tentang kesehatan
-

Kebiasaan hidup pasien, yaitu tinggal di daerah yang dingin atau


panas.

Lingkungan yang tercemar, polusi udara.

b. Pola nutrisi dan metabolisme


Yang perlu dikaji adalah frekuensi makan, makanan kesukaan, jenis
makanan, alergi atau pantangan makan yang dapat menyebabkan
timbulnya serangan.Pola istirahat dan tidur
c. Pola istirahat dan tidur
Yang dikaji apakah pasien mengalami gangguan tidur, yaitu biasanya
merasa takut untuk tidur dan bingung.
d. Pola persepsi dan konsep diri
Pasien merasa rendah diri, takut sewaktu-waktu serangan asma kambuh.
e. Pola aktifitas dan latihan.
Aktifitas pasif dan aktif.
7. Pemeriksaan fisik
a. Tanda-tanda vital:
Nadi dan RR biasanya cenderung meningkat.
b. Auskultasi terdapat whezing atau fase ekspirasi yang memanjang, suara
nafas berbunyi.
c. Batuk-batuk dengan dahak yang kental.
d. Pasien berkeringat, cyanosis, menggunakan otot-otot bantu pernafasan.

D. DIAGNOSA DAN INTERVENSI

281

DIAGNOSA
1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas oleh
karena akumulasi skret dan bronchospasme.
2. Resiko terjadinya kekambuhan berhubungan dengan kurangnya tingkat
pengetahuan tentang penyebab penyakitnya.
INTERVENSI
1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas oleh
karena akumulasi skret dan bronchospasme.

a.

Tujuan

: Jalan nafas efektif.

Kriteria

:
-

RR 16 24 x/menit

Suara nafas bersih

Wheezing tidak ada

Sekret tidak ada

Batuk tidak ada

Spasme bronchus tidak ada

Tidak menggunakan otot bantu pernafasan

Tanda-tanda vital dalam batas normal

INTERVENSI
RASIONAL
Observasi
tanda-tanda a. Ketidakefektifan jalan nafas terjadi
ketidakefektifan

jalan

nafas,

frekuensi, kecepatan, kedalaman dan

karena adanya akumulasi sekret


pada jalan nafas.

pergerakan dada.
b.

Atur posisi pasien semi fowler.

b. Posisi
ekspansi

yang

akan

paru

memperluas

akan

melegakan

pernafasan pasien.
c.

Observasi tanda-tanda vital.

c. Mengetahui perkembangan pasien


secara

dini

sehingga

dapat

menentukan tindakan yang tepat.


d.

Ajarkan
efektif,
pasien.

pasien

untuk

tepuk-tepuk

batuk d. Sesak nafas berakibat pernafasan

punggung

menjadi cepat dan dangkal, suplay


O2 ke jaringan perifer berkurang,
sehingga

jantung

dipacu

untuk

memenuhi kebutuhan O2 dan nadi


teraba cepat dan halus.
e. Mengeluarkan

sekret,

dilatasi

282

e.

Kolaborasi

untuk

ekspektoran,

pemberian

broncodilator,

antibiotika dan O2.

bronkus,

profilaksis/mengobati

infeksi, dan memenuhi kebutuhan


O2 pasien.

2. Resiko terjadinya kekambuhan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan


pasien tentang penyebab penyakit.
Tujuan

Kriteria

a. Kaji

Masalah tidak menjadi aktual/tidak terjadi kekambuhan.


-

Pasien mengerti tentang penyakitnya.

Pasien tidak sering bertanya tentang penyakitnya.

Pasien kooperatif dengan tindakan perawatan.

Pasien mampu menjelaskan tentang penyakitnya.

INTERVENSI
ulang pengetahuan

tentang

etiologi,

RASIONAL
pasien a. Memastikan bahwa informasi dapat

prognosa

penatalaksanaan

pada

dan

diterima.

asma

bronchiale.
b. Jelaskan

pada

etiologi,

pasien

tentang b. Informasi

prognosa

dan

yang

telah

diberikan

mampu diterima dengan baik.

penatalaksanaan pada pasien dengan


asma

bronchiale

sesuai

dengan

tingkat pemahamannya.
c. Beri kesempatan kepada pasien c. Menggali
untuk

menanyakan

kembali

informasi yang telah disampaikan.

kembali

kemungkinan

informasi yang telah disampaikan


kurang dipahami.

d. Evaluasi kembali informasi yang d. Dapat mengidentifikasi sejauh mana


telah

disampaikan

menanyakan

dengan

kembali

cara

informasi

pemahaman pasien atas informasi


yang telah disampaikan.

yang telah disampaikan.


e. Libatkan keluarga dalam setiap e. Terjalin kerjasama yang baik antara
tindakan perawatan.

tim kesehatan dan keluarga pasien


dengan harapan mampu memberikan
support system pada pasien untuk
kesembuhan.

F. PELAKSANAAN / IMPLEMENTASI

283

Pada tahap pelaksanaan ini kegiatannya adalah melaksanakan asuhan keperawatan


sesuai dengan perencanaan bila perlu bisa menyimpang dari perencanaan semula
tergantung situasi dan kondisi saat itu.
G. EVALUASI
Asuhan keperawatan dilaksanakan sesuai rencana yang telah disusun diperlukan suatu
evaluasi untuk menilai keberhasilan tindakan :
1.

Tujuan tercapai, jika pasien menunjukkan perubahan sesuai dengan standar


yang telah ditetapkan.

2.

Tujuan tercapai sebagian, jika pasien menunjukkan perubahan sebagian dari


standar dan kriteria yang telah ditetapkan

kolaborasi dengan tim medik

(konsul dengan dokter).


3.

Tujuan tidak tercapai, jika pasien tidak menunjukkan perubahan dan kemajuan
sama sekali dan bahkan timbul masalah baru

kolaborasi dengan tim medik

(konsul dengan dokter).


J. DISCHARGE PLANING ( RENCANA PEMULANGAN )
1. Motivasi untuk banyak minum air hangat terutama saat batuk.
2. Menjelaskan pada pasien dan keluarga mengenai penyakit asma, faktor penyebab
dan cara menghindarinya .
3. Hindari faktor pencetus terjadinya asma.
4. Anjurkan untuk mengurangi gorengan dan buah langsung, kecuali bila di jus
untuk mengurangi getah buah yang menyebabkan batuk.
5. Anjurkan pasien makan makanan yang tinggi kalori tinggi protein.
6. Tekankan untuk melakukan kontrol sesuai waktu yang ditentukan.

284

Anda mungkin juga menyukai