Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

TAKSONOMI TEMPUYUNG (SONCHUS ARVENSIS) SEBAGAI OBAT


BATU GINJAL

DISUSUN OLEH :

1. APRILIA RUSMIA PUTRI ( NIM. 202006050089)


2. BAGUS JANUARI C (NIM. 202006050062)
3. MUSHOLLIFAH A (NIM. 202006050070)

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

FAKULTAS ILMU KESAHATAN UNIVERSITAS KADIRI

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas selesainya Makalah Taksonomi
Tempuyung (sonchus arvensis) sebagai obat Batu Ginjal. Tidak lupa juga kami mengucapkan
terimakasih kepada dosen pengampu yang telah membimbing kami dan teman-teman yang
telah mendukung terselesaikannya makalah ini.

Makalah ini juga bisa selesai atas kerjasama yang baik dan peran serta dari para
anggota kelompok ini. Tentunya makalah ini masih memiliki banyak kekurangan, yang
mudah- mudahan masih bisa dimaklumi.

Kami selaku penulis berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi pembacanya
dan memberikan informasi dan pengetahuan yang lebih kepada banyak orang. Dan sekiranya
jika ada kekurangan, dapat diberikan saran yang membangun bagi kelompok kami
kedepannya

Kediri, 10 Mei 2020

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Kecenderungan kembali ke alam (back to nature) telah mendorong perhatian
masyarakat kepada obat-obat herbal yang berasal dari tanaman obat (Winarto, et al.,
2014). Penggunaan obat tradisional semakin banyak disukai oleh masyarakat karena
bahan nabatinya mudah didapat, mudah diramu dan harganya terjangkau oleh masyarakat,
sehingga perlu diimbangi dengan perbaikan kualitas dan peningkatan mutu dari bahan
yang digunakan sesuai dengan kebutuhan masyarakat serta perkembangan zaman
(Wijayakusuma, 2016).
Salah satu tanaman yang berkhasiat obat adalah tempuyung (Sonchus arvensis L.).
Sebagian masyarakat banyak memanfaatkannya untuk dijadikan lalap. Tidak hanya
itu, tanaman tempuyung juga bermanfaat untuk menyembuhkan berbagai penyakit.
Banyak pengalaman yang menunjukkan khasiat dari tempuyung untuk menyembuhkan
penyakit, seperti batu ginjal, asam urat, darah tinggi, beberapa kasus sakit kepala, batu
empedu, batu kandung kemih dan prostat (Sulaksana, et al.,2014). Di daerah
Tawangmangu Surakarta, daun tempuyung sudah dikenal dan dimanfaatkan oleh
penduduk setempat sebagai jamu bagi perempuan yang habis melahirkan guna
memulihkan kesehatan fisik. Sementara di Cina, daun tempuyung juga digunakan sebagai
insektisida selain sebagai tanaman obat (Anonim, 2012).
Studi kepustakaan yang membahas daun tempuyung menyebutkan bahwa
kandungan kimia yang banyak terdapat di dalamnya adalah ion-ion mineral antara lain
silika, kalium, magnesium, natrium, dan senyawa organik seperti flavonoid, kumarin serta
asam fenolat (Anonim, 2019).
Senyawa flavonoid pada daun tempuyung berkhasiat sebagai antiradang juga
sebagai peluruh batu ginjal (Anonim, 2012). Flavonoid merupakan kandungan khas
tumbuhan hijau dan salah satu senyawa aktif yang menjadi perhatian peneliti dalam
mengembangkan obat tradisional Indonesia (Markham, 2018). Flavonoid tersebar dalam
tumbuhan tinggi dan mempunyai berbagai macam bioaktivitas sesuai dengan jenis
flavonoidnya (Markham, 2018). Sehingga untuk mengetahui struktur parsial dari flavonoid
dalam daun tempuyung, perlu dilakukan penelitian untuk mengisolasi dan mengidentifikasi
flavonoid dalam daun tempuyung menggunakan metode kromatografi lapis tipis, reaksi
warna dan spektrofotometri ultra violet.

1.1 Rumusan Masalah


- Bagaimana Taksonomi Tempuyung (Sonchus arvensis L)?
- Bagaimana Ekologi dan Morfologi Tanaman Tempuyung?
- Apa Kandungan Kimia Tanaman tempuyung?
- Bagaimana Farmakologi Tempuyung?
1.2 Tujuan Penulisan
- mengetahui Taksonomi Tempuyung (Sonchus arvensis L)
- Mengetahui Ekologi dan Morfologi Tanaman Tempuyung
- Mengetahui Kandungan Kimia Tanaman tempuyung
- Mengetahui Farmakologi Tempuyung
BAB II
PEMBAHASAN

A. Tanaman Tempuyung
1. Taksonomi Tanaman Tempuyung (Sonchus arvensis L)
Indonesia kaya akan keanekaragaman hayati yang dapat dimanfaatkan dalam semua
aspek kehidupan manusia. Obat tradisional adalah salah satu bentuk nyata
pemanfaatan sumber daya hayati tersebut. Salah satu tanaman yang biasa digunakan
sebagai obat tradisional adalah tempuyung (Sonchus arvensis L). Dilihat dari
taksonominya, tempuyung berasal dari:
Kingdom : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Classis : Magnoliopsida
Sub Classis : Asteriidae
Ordo : Asterales
Familia : Asteraceae
Genus : Sonchus
Species : Sonchus arvensis L
(Kelompok Studi Hortikultura Formica, 2016).
Ada empat spesies yang diketemukan di Asia Tenggara, yaitu Sonchus asper (L) Hill;
Sonchus malaianus Miquuel; Sonchus oleraccus L; Sonchus arvensis L
(http://Ilmuan.wordpress.com/2018/10/06/Tempuyung).

2. Ekologi dan Morfologi Tanaman tempuyung ( Sonchus arvensis L)


Tempuyung tumbuh liar di tempat terbuka yang terkena sinar matahari atau sedikit
terlindung, seperti di tebing-tebing, tepi saluran air, atau tanah terlantar, kadang
ditanam sebagai tumbuhan obat. Tumbuhan yang berasal dari Eurasia ini bisa
ditemukan pada daerah yang banyak turun hujan pada ketinggian 50 - 1.650 m di atas
permukaan laut. Tempuyung termasuk tanaman tahunan, tegak, tinggi 0,6 - 2 m,
mengandung getah putih, dengan akar tunggang yang kuat. Batang berongga dan
berusuk. Daun tunggal, bagian bawah tumbuh berkumpul pada pangkal membentuk
roset akar. Helai daun berbentuk lanset atau lonjong, ujung runcing, pangkal bentuk
jantung, tepi berbagi menyirip tidak teratur, panjang 6 - 48 cm, lebar 3 - 12 cm,
warnanya hijau muda. Daun yang keluar dari tangkai bunga bentuknya lebih kecil
dengan pangkal memeluk batang, letak berjauhan, berseling. Perbungaan berbentuk
bonggol yang tergabung dalam malai, bertangkai, mahkota bentuk jarum, warnanya
kuning cerah, lama kelamaan menjadi merah kecokelatan. Buah kotak, berusuk lima,
bentuknya memanjang sekitar 4 mm, pipih, berambut, cokelat kekuningan. Ada
keaneka-ragaman tumbuhan ini, yang berdaun kecil disebut lempung, dan yang
berdaun besar dengan tinggi mencapai 2 m disebut rayana. Batang muda dan daun
walaupun rasanya pahit bisa dimakan sebagai lalapan. Perbanyakan dengan biji
(http://www.iptek.net.id/ind/).
Penyebaran luas dari Sonchus asper dan Sonchus oleraceus merupakan bukti
kehebatan mereka dalam beradaptasi dengan lingkungan. Taman dan tanah subur
yang lembab merupakan habitat normalnya. Sonchus asper lebih dapat hidup di
tempat yang lebih dingin dan lebih lembab dari Sonchus oleraceus. Tanaman ini
tidak memiliki persyaratan tumbuh lainnya. Sonchus malainus telah diketahui hidup
di hutan dan sepanjang jalan di ketinggian 1000 meter di Sumatra dan Jawa.
Sonchus arvensis L tumbuh di tempat lembab seperti di tanah berlapis dan kanal
irigasi sampai dengan ketinggian 3200 m (http://Ilmuan.wordpress.com/2008/10/06/
Tempuyung).

3. Kandungan Kimia Tanaman Tempuyung (Sonchus arvensis L)

Kandungan kimia yang terdapat di dalam daun tempuyung adalah ion-ion mineral
antara lain, silika, kalium, magnesium, natrium, dan senyawa organik seperti
golongan flavonoid (kaempferol, luteolin-7-O-glukosida dan apigenin-7-O-
glukosida), kumarin (skepoletin), taraksasterol, inositol, serta asam fenolat (sinamat,
kumarat dan vanilat). (http://indonesisindonesia.com).

Kandungan flavonoid total dalam daun tempuyung 0,1044%, akar tanaman 0,5%
dengan jenis yang terbesar adalah apigenin-7-O-glikosida (3,4,5). Sementara pustaka
lain menyebutkan bahwa daun tempuyung mengandung senyawa kimia antara lain
luteolin, flavon, flavonol dan auron. Di dalam tumbuhan, flavonoid ada dalam bentuk
glikosida dan aglikon flavonoid (Kelompok Studi Hortikultura Formica, 2016,
http://kshf.multiply.com)

4. Efek Farmakologi Tanaman Tempuyung (Sonchus arvensis L)

Dalam farmakologi Cina disebutkan bahwa tanaman obat ini memililki sifat: rasa
pahit, dingin, menurunkan panas dan menghilangkan racun, berfungsi sebagai
diuretik (peluruh kencing), penghancur batu saluran kemih dan batu empedu
(http://tanamanobatcom.aurtoolbar.com). Unsur kalium yang terkandung dalam
daun tempuyung mampu mengikis batu ginjal. Kelarutan batu ginjal oleh
tempuyung diduga melalui efek diuretiknya yaitu memperbanyak ekskresi urin.
Selain itu tempuyung juga digunakan sebagai obat memar akibat benturan dengan
cara menempelkannya pada bagian yang bengkak, menghilangkan rasa lesu, dan
rasa pegal-pegal (Rusdeyti, 2015). Menurut Drs. Bambang Mursito, Apt. Msi,
tanaman tempuyung bermanfaat untuk menghancurkan batu ginjal, memperlancar
keluarnya air kencing, mengobati radang saluran kencing (anti-urolitiasis), dan
menurunkan panas. Khasiat lainnya adalah dapat mengeluarkan atau menawarkan
racun dan menghilangkan bengkak (W.P. Winarto dan Tim Karyasari, 2014).
Efek farmakologis dan hasil penelitian : 1. Penelitian pengaruh ekstrak air dan
ekstrak alkohol daun tempuyung terhadap volume urine tikus in vivo dan pelarutan
batu ginjal in vitro, menghasilkan kesimpulan sebagai berikut: a. daun tempuyung
tidak secara jelas mempunyai efek diuretik, namun mempunyai daya melarutkan
batu ginjal. b. daya melarutkan batu ginjal oleh ekstrak air lebih baik daripada
ekstrak alkohol (Giri Hardiyatmo, Fak. Farmasi UGM, 2018). 2. Praperlakuan
flavonoid fraksi etil asetat daun tempuyung mampu menghambat hepatotoksisitas
karbon tetraklorida (CCl4) yang diberikan pada mencit jantan (Atiek Liestyaningsih,
Fak. Farmasi UGM, 2011). Flavonoid apigenin-7-O-glukosida adalah salah satu
golongan flavonoid yang mempunyai potensi cukup baik untuk menghambat kerja
enzim ksantin oksidase dan superoksidase, kandungan senyawa flavonoid yang
cukup tinggi, aman digunakan untuk pencegahan pembentukan asam urat dalam
tubuh (Paul Cos dalam Prakoso Budi, 2017)
Kandungan kalium dalam daun tempuyung cukup tinggi. Kalium inilah yang
membuat batu ginjal berupa kalsium oksalat tercerai berai, karena kalium akan
menyingkirkan kalsium dan bergabung dengan senyawa kalsium oksalat, atau urat
yang merupakan pembentuk batu ginjal dengan membentuk senyawa garam yang
mudah larut dalam air, sehingga batu ginjal itu akan terlarut secara perlahan-lahan
dan ikut keluar bersama urine dengan reaksi kimia sebagai berikut:
2K+ + CaC2O4 € K2C2O4 + Ca2+
(endapan CaC2O4/batu oksalat) larut larut
Daya melarutkan kalium terhadap endapan kalsium oksalat disebabkan oleh letak
kalium di dalam deret Volta sebelum letak kalsium, sehingga kalium akan
menyingkirkan kalsium untuk bergabung dengan senyawa karbonat, oksalat, atau urat
dan senyawa kalsium menjadi larut (Intisari, 2019, Tempuyung.
www.indomedia.com/intisari).
Dari uji klinis/pra klinis yang pernah dilakukan yaitu : 1). Uji laboratorium terhadap
tempuyung. Dua senyawa flavonoid tempuyung mampu bereaksi dengan batu ginjal
berkalsium setelah dilakukan perendaman pada 37º C selama 4 jam. Kedua senyawa
aktif tersebut mengarah pada apigenin 7-glukosida dan luteolin 7- glukosida. 2). Uji
pra klinis efek diuretik tempuyung, pada percobaan in vivo, infus tempuyung
menunjukkan efek menghambat batu kandung kemih buatan pada tikus, infus
tempuyung juga menunjukkan efek melarutkan kalsium oksalat, kolesterol, asam urat
dan batu ginjal secara in vitro. Diduga mekanisme pelarutan batu ginjal disebabkan
oleh pembentukan komplek antara flavonoid dengan kalsium yang menyusun batu
ginjal (Active Media Bandung Indonesia, 2018, Tanaman Obat Tempuyung
(Sonchus arvensis L) , http://tanamanobatcom.aurtoolbar.com//exe
Tempuyung dapat diminum setiap hari sebagai pengganti teh (daun yang kering).
Untuk batu ginjal, lamanya pemakaian tergantung pada besarnya batu ginjal pasien,
atau ditandai dengan tidak ada lagi batu yang keluar bersama urin. Pengobatan dapat
dilakukan selama satu minggu, kemudian istirahat untuk pemulihan saluran uretra
yang luka selama satu minggu karena sewaktu batu ginjal keluar bersama urin akan
terjadi iritasi saluran uretra sehingga urinnya akan berdarah (Chairul, 2019).

5. Kalsium Oksalat
a. Kalsium dalam Tubuh Manusia
Kalsium merupakan salah satu jenis mineral yang sangat dibutuhkan oleh
tubuh. Beberapa fungsi dari kalsium adalah sebagai pembentukan tulang dan gigi
yang dipengaruhi oleh vitamin D, melindungi tubuh dari penyerapan zat
radioaktif, berperan dalam aktivitas otot jantung, berperan dalam aktivitas saraf
dan otak, membantu proses pembekuan darah, dan mengaktifkan enzim. Apabila
kita kekurangan kalsium, maka diri kita akan terancam mengalami beberapa
penyakit, antara lain: riketsia, rakitis, pertumbuhan terhambat, hipokalsemia,
darah sukar membeku, osteoporosis
Kalsium dapat kita peroleh dari makanan, seperti: susu, daging, sayuran hijau,
keju, dan kacang-kacangan. Di dalam tubuh kalsium yang kita konsumsi akan
ditimbun dalam tulang, terutama dalam tulang spon. Penyerapan kalsium akan
meningkat dengan adanya vitamin D. Penggunaan kalsium dalam tubuh akan
diatur oleh kelenjar tiroid dan kelenjar paratiroid. Kelenjar tiroid menghasilkan
hormon kalsitonin yang fungsinya menurunkan kadar kalsium dalam darah.
Sedangkan, kelenjar paratiroid akan menghasilkan hormon paratiroid yang
fungsinya meningkatkan kadar kalsium dalam darah.
Jumlah kebutuhan kalsium untuk orang dewasa per hari adalah 0,8 gram.
Untuk anak-anak 1,4 gram per hari. Ibu hamil 1,5 gram per hari. Dan, ibu
menyusui 2,0 gram per hari. Kekurangan kalsium dapat menyebabkan penyakit
seperti yang telah disebutkan di atas. Sedangkan, kelebihan kalsium dalam tubuh
akan dapat menimbulkan hiperkalsemia serta kalsifikasi jaringan dan tulang
rawan ( realmaya maknyak, 2017, Ayo Kenal Lebih Dekat dengan Kalsium,
http://id.shvoong.com).

b. Oksalat Bagi Tubuh Manusia


Asam oksalat ditemukan pada beberapa sayuran dan buah-buahan dalam
jumlah rendah. Seperti halnya asam fitat, asam oksalat juga mengganggu absorbsi
kalsium oleh pembentukan senyawa kalsium yang tidak larut. Pada sel tumbuhan
biasanya oksalat ditemukan dalam bentuk kristal garam oksalat (kalsium oksalat)
yang terdapat dalam sel vakuola dan dibentuk dari ion kalsium (Ca2+) dengan
asam oksalat. Pada umumnya asam oksalat mudah larut dalam air kecuali garam-
garam oksalat dari logam alkali tanah (Mg, Ca, Be dan lain-lain). Garam oksalat
ini akan larut jika direaksikan dengan asam asetat (CH3COOH), asam klorida
(HCL) dan asam sulfat (H2SO4).
Kadar ion oksalat yang tinggi tidak baik untuk kesehatan, bahkan dapat
menimbulkan gangguan kesehatan yang serius seperti terjadinya
ketidakseimbangan ion terutama pada pengikatan kalsium (Ca) oleh ion oksalat
dalam tubuh dan gangguan ginjal seperti pengendapan kalsium oksalat di dalam
ginjal yang dikenal dengan sebutan batu ginjal (Yuliani Aisyah, 2017, Asam
Sunti : Hitam atau Putih, http://www.nad.go.id/index.php).
c. Terjadinya batu kalsium oksalat (CaC2O4) dalam tubuh manusia
Faktor risiko terbentuknya batu ginjal atau saluran kemih sangat terkait
dengan kelainan metabolisme tubuh pada setiap orang, jenis makanan yang
dikonsumsi, volume cairan atau air yang diminum, usia, jenis kelamin, dan
genetik. Dari sejumlah faktor tersebut, yang paling berpengaruh adalah
konsumsi makanan dan air.
Makanan terutama yang memiliki kadar kalsium yang tinggi berisiko
meningkatkan kadar kalsium dalam air kemih sehingga berdampak pada
penurunan keasaman urin. Inilah salah satu penyebab pembentukan batu.
Demikian juga jika air yang diminum sangat sedikit maka terjadi ketidak
seimbangan antara jumlah garam dengan volume air di ginjal menyebabkan
tingkat kejenuhan yang tinggi dan akibatnya timbul pengkristalan (Soenanto
dan Sri Kuncoro, 2015).
Jenis batu ginjal yang paling sering (lebih dari 80 %) adalah yang
terbentuk dari kristal kalsium oksalat. Pendapat konvensional mengatakan
bahwa konsumsi kalsium dalam jumlah besar dapat memicu terjadinya batu
ginjal. Namun, bukti-bukti terbaru justru menyatakan bahwa konsumsi
kalsium dalam jumlah sedikitlah yang memicu terjadinya batu ginjal ini. Hal
ini disebabkan karena dengan sedikitnya kalsium yang dikonsumsi, maka
oksalat yang diserap tubuh semakin banyak. Oksalat ini kemudian melalui
ginjal dan dibuang ke urin. Dalam urin, oksalat merupakan zat yang mudah
membentuk endapan kalsium oksalat.
Jenis batu yang lain adalah yang terbentuk dari struvit (magnesium,
ammonium, dan fosfat), asam urat, kalsium fosfat, dan sistin (Indeks
Penyakit, 2018, Batu Ginjal, http://www.klikdokter.com/illness/). Komposisi
Batu saluran kencing terdiri dari: (1).Batu Kalsium fosfat ( warna kuning,
coklat bahkan hitam, dapat menjadi batu yang besar / Staghorn stone).
(2).Batu Magnesium amonium fosfat (warna kuning, dapat menjadi Satghorn
stone, batu paling keras ). (3).Batu Kalsium oksalat (mulberry stone, biasanya
kecil, kasar dan keras, Staghorn jarang terjadi, batu agak keras). (4).Batu
Cystine ( warna kuning muda atau kuning coklat, biasanya multiple, dapat
menjadi Staghorn stone ). (5).Batu Asam Urat (batu terbentuk dari kristal urat
murni, kecil dan keras, warna kuning sampai kemerahan dantidak tampak
pada Foto Rotgen / radiolusent) (Basuki Pramana, 2017).
Sebelum urin dikeluarkan melalui saluran terakhir uretra, urin akan
disaring terlebih dahulu oleh glomerulus. Zat yang berguna akan kembali ke
darah, sedangkan zat yang tidak terpakai akan dikeluarkan melalui pembuluh
menuju ke piala ginjal, mengalir lewat saluran yang disebut ureter lalu
kekandung kemih. Jika ginjal kekurangan cairan dalam proses pengeluaran
tersebut maka akan terjadi kekeruhan dan lama-kelamaan mengkristal
menjadi kerak seperti batu. Endapan yang terjadi karena pekatnya kadar
garam dalam urin yang ada di ginjal. Jika batu-batu tersebut turun dari ginjal
berasama urin ke ureter disebut batu ureter. Jika turun lagi ke kandung kemih
maka disebut batu kandung kamih (Soenato dan Sri Kuncoro, 2015)

d. Faktor terjadinya batu kalsium


Batu jenis kalsium paling banyak dijumpai, yaitu kurang lebih 70-80%
dari seluruh batu saluran kemih. Kandungan batu jenis ini terdiri atas kalsium
oksalat, Ca fosfat, atau campuran dari kedua unsur itu. Adapun faktor
terjadinya batu kalsium adalah:
1. Batu jenis kalsium paling banyak dijumpai, yaitu kurang lebih 70-80%
dari seluruh batu saluran kemih. Kandungan batu jenis ini terdiri atas
kalsium oksalat, Ca fosfat, atau campuran dari kedua unsur itu. Adapun
faktor terjadinya batu kalsium adalah:
i. Hiperkalsiuri, yaitu kadar Ca di dalam urin lebih dari 250-300
mg/jam.
Terdapat tiga macam penyebab terjadinya hiperkalsiuri, antara lain:
 Hiperkalsiuri absorbsif yang terjadi karena adanya
peningkatan absorbsi Ca melalui usus.
 Hiperkalsiuri renal terjadi karena adanya gangguan
kemampuan reabsorbsi kalsium melalui tubulus ginjal.
 Hiperkalsiuri resorptif terjadi karena adanya peningkatan
resorpsi Ca tulang yang banyak terjadi pada
hiperparatiroidisme primer atau pada tumor paratiroid.

ii. Hiperoksaluri, yaitu adanya ekskresi oxaluturin yang melebihi 45


gr/hari. Keadaan ini banyak dijumpai pada pasien yang mengalami
gangguan pada usus sehabis menjalani pembedahan usus dan pasien
yang banyak mengkonsumsi makanan yang kaya akan oksalat,
diantaranya adalah: teh, kopi instan, minuman soft drink, coklat,
arbei, jeruk sitrun, dan sayuran berwarna hijau terutama bayam

iii. Hiperurikosuria, adalah kadar asam urat di dalam urin yang melebihi
850 mg/24 jam. Asam urat yang berlebihan dalam urin bertindak
sebagai inti batu atau nidus untuk terbentuknya batu Ca Oksalat.
Sumber asam urat di dalam urin berasal dari makanan yang
mengandung banyak purin maupun berasal dari metabolisme endogen

iv. Hipositraturia, yaitu di dalam urin, sitrat bereaksi dengan kalsium


membentuk Ca sitrat sehingga menghalangi ikatan Ca dengan oksalat
atau fosfat. Hal ini dimungkinkan karena ikatan Ca sitrat lebih mudah
larut dari pada Ca Oksalat. Oleh karena itu sitrat dapat bertindak
sebagai penghambat pembentukan batu kalsium. Hipositraturi dapat
terjadi pada: penyakit asidosis tubuli ginjal atau renal tubular acidosis,
sindrom malabsobsi, atau pemakaian diuretik golongan thiazide
dalam jangka waktu lama.

v. Hipomagnesuria, yaitu seperti halnya pada sitrat, magnesium


bertindak sebagai penghambat timbulnya batu Ca, karena di dalam
urine magnesium bereaksi dengan oksalat menjadi magnesium oksalat
sehingga mencegah ikatan Ca dengan oksalat. Penyebab tersering
hipomagnesuria adalah penyakit inflamasi usus (inflamatory bowel
disease) yang diikuti dengan gangguan malabsorbsi (Basuki
Purnomo, 2017).

e. Penentuan Daya Larut Kalsium Oksalat (CaC2O4) oleh Teh Tempuyung


(Sonchus arvensis) (%b/b)
Penentuan daya larut kalsium oksalat (Ca C2O4) dengan metode gravimetri.
Gravimetri merupakan salah satu cabang utama kimia analisis yang secara
fisis dipisahkan dari semua komponen lain dari sampel maupun dari
pelarutnya. Metode gravimetri untuk analisis biasanya didasarkan pada reaksi
kimia stoikiometri:
aA + rR AaRr. Dalam metode gravimetri, zat yang dicari kadarnya
dipisahkan dari zat-zat lain yang menyertainya baik dalam bentuk asli
maupun setelah diubah menjadi persenyawaan lain yang susunannya dikenal
dengan presipitasi. Presipitat itu kemudian disaring, dicuci, dikeringkan
kemudian ditimbang. Dari presipitat tersebut dapat dihitung kadar zat dalam
sampel dengan membandingkan bobot endapan dengan bobot sampel kali
faktor gravimetri dikali 100% b/b. Faktor gravimetri yaitu MR zat yang dicari
dibandingkan dengan MR endapan
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Tempuyung memililki sifat: rasa pahit, dingin, menurunkan panas dan menghilangkan
racun, berfungsi sebagai diuretik (peluruh kencing), penghancur batu saluran kemih dan
batu empedu memperlancar keluarnya air kencing, mengobati radang saluran kencing
(anti-urolitiasis), dan menurunkan panas. Unsur kalium yang terkandung dalam daun
tempuyung mampu mengikis batu ginjal. Kelarutan batu ginjal oleh tempuyung diduga
melalui efek diuretiknya yaitu memperbanyak ekskresi urin. Selain itu tempuyung juga
digunakan sebagai obat memar akibat benturan dengan cara menempelkannya pada
bagian yang bengkak, menghilangkan rasa lesu, dan rasa pegal-pegal. Khasiat lainnya
adalah dapat mengeluarkan atau menawarkan racun dan menghilangkan bengkak
Kandungan kalium dalam daun tempuyung cukup tinggi. Kalium inilah yang membuat
batu ginjal berupa kalsium oksalat tercerai berai, karena kalium akan menyingkirkan
kalsium dan bergabung dengan senyawa kalsium oksalat, atau urat yang merupakan
pembentuk batu ginjal dengan membentuk senyawa garam yang mudah larut dalam air,
sehingga batu ginjal itu akan terlarut secara perlahan-lahan dan ikut keluar bersama
urine
Tempuyung dapat diminum setiap hari sebagai pengganti teh (daun yang kering). Untuk
batu ginjal, lamanya pemakaian tergantung pada besarnya batu ginjal pasien, atau
ditandai dengan tidak ada lagi batu yang keluar bersama urin. Pengobatan dapat
dilakukan selama satu minggu, kemudian istirahat untuk pemulihan saluran uretra yang
luka selama satu minggu karena sewaktu batu ginjal keluar bersama urin akan terjadi
iritasi saluran uretra sehingga urinnya akan berdarah
DAFTAR PUSTAKA

http://journals.ums.ac.id/index.php/biomedika/article/view/274/238

https://core.ac.uk/download/pdf/290083822.pdf

http://jurnal.unpad.ac.id/ijpst/article/view/7515/3448

http://jurnal.unej.ac.id/index.php/JPK/article/view/1083

https://www.hindawi.com/journals/bmri/2015/147909/

https://www.frontiersin.org/articles/10.3389/fphar.2016.00052/full

Anda mungkin juga menyukai