Anda di halaman 1dari 19

Prosedur Bantuan Hidup Dasar (BHD)

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Gawat
Darurat

Disusun oleh :
Kelompok 4
1. Aditya Nugraha (1801550)
2. Dinda Fitra Ayu (1801041)
3. Intan Amalia Solehat (1800816)
4. Rizka Rena Nuraeni (1801603)
5. Mitha Annisa Pramelya (1801326)
6. Yuli Yulianti (1801041)

PRODI DIII KEPERAWATAN


UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
KAMPUS SUMEDANG
2020
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Kami
mengucap syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu
berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kami mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Keperawatan
Gawat Darurat “Prosedur Bantuan Hidup Dasar”.

Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
serta masih ada kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami mengharapkan kritik serta
saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini
kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Sumedang, 14 September 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... i


DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1. Latar belakang ........................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ..................................................................................... 1
1.3. Tujuan ....................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................... 2
2.1. Pemeriksaan Kesadaran Kualitatif dan Kuantitatif ..................................... 2
2.2. Prosedur Pemeriksaan Nadi ....................................................................... 5
2.3. Pemeriksaan Kepatenan Jalan Napas ......................................................... 7
2.4. Prosedur Pemeriksaan Pernafasan............................................................ 10
2.5. Langkah-langkah Resisutasi pada ibu hamil ............................................ 11
BAB III PENUTUP .......................................................................................... 14
3.1. Kesimpulan ............................................................................................. 14
3.2. Saran ....................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 16

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar belakang
Bantuan hidup dasar adalah tindakan darurat untuk membebaskan
jalan nafas, membantu pernafasan dan mempertahankan sirkulasi darah
tanpa menggunakan alat bantu (Alkatiri,2007)
Tujuan bantuan hidup dasar ialah untuk oksigenasi darurat secara
efektif pada organ vital seperti otak dan jantung melalui ventilasi buatan dan
sirkulasi buatan sampai paru dan jantung dapat menyediakan oksigen
dengan kekuatan sendiri secara normal (Latief, 2009)
Tindakan bantuan hidup dasar sangat penting pada pasien trauma
terutama pada pasien dengan henti jantung yang tiga perempat kasusnya
terjadi diluar rumah sakit (Alkatiri, 2007).
1.2.Rumusan Masalah
1.1.1. Bagaimana cara pemeriksaan kesadaran kuantitatif dan kualitatif?
1.1.2. Bagaimana cara pemeriksaan nadi?
1.1.3. Bagaimana teknik pemeriksaan kepatenan jalan nafas?
1.1.4. Bagaimana cara pemeriksaan nafas?
1.1.5. Bagaimana teknik resusitasi pada ibu hamil?

1.3. Tujuan
1.3.1. Untuk mengetahui cara pemeriksaan kesadaran kuantitatif dan kualitatif
1.3.2. Untuk mengetahui cara pemeriksaan nadi
1.3.3. Untuk mengetahui teknik pemeriksaan kepatenan jalan nafas
1.3.4. Untuk mengetahui cara pemeriksaan nafas
1.3.5. Untuk mengetahui teknik resusitasi pada ibu hamil

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1.Pemeriksaan Kesadaran Kualitatif dan Kuantitatif


A. Tingkat Kesadaran Kualitatif :
a. Compos Mentis
Yaitu sadar sepenuhnya, baik terhadap dirinya maupun
terhadap lingkungannya. Klien dapat menjawab pertanyaan
pemeriksa dengan baik.
b. Apatis
Keadaan di mana klien tampak segan dan acuk tak acuh
terhadap lingkungannya.
c. Delirium
Yaitu penurunan kesadaran disertai kekacauan motorik dan
siklus tidur bangun yang terganggu. Klien tampak gaduh gelisah,
kacau, disorientasi dan meronta-ronta
d. Somnolen (letergia, obtundasi, hipersomnia)
Yaitu keadaan mengantuk yang masih dapat pulih bila
dirangsang, tetapi bila rangsang berhenti, klien akan tertidur
kembali.
e. Sopor (stupor)
Keadaan mengantuk yang dalam, klien masih dapat
dibangunkan dengan rangsang yang kuat, misalnya rangsang nyeri,
tetapi klien tidak terbangun sempurna dan tidak dapat memberikan
jawaban verbal yang baik.
f. Semi-koma (koma ringan)
Yaitu penurunan kesadaran yang tidak memberikan respons
terhadap rangsang verbal, dan tidak dapat dibangunkan sama sekali,
tetapi refleks (kornea, pupil) masih baik. Respons terhadap rangsang
nyeri tidak adekuat.
g. Koma

2
Yaitu penurunan kesadaran yang sangat dalam, tidak ada
gerakan spontan dan tidak ada respons terhadap rangsang nyeri.

B. Tingkat kesadaran Kuantitatif


Glasgow Coma Scale (GCS) :

Hasil pemeriksaan tingkat kesadaran berdasarkan GCS disajikan dalam


simbol E…V…M…
Selanjutnya nilai-nilai dijumlahkan. Nilai GCS yang tertinggi adalah 15
yaitu E4V5M6 dan terendah adalah 3 yaitu E1V1M1.
Jika dihubungkan dengan kasus trauma kapitis maka didapatkan hasil :
GCS : 14 – 15 = CKR (cedera kepala ringan)
GCS : 9 – 13 = CKS (cedera kepala sedang)
GCS : 3 – 8 = CKB (cedera kepala berat)

Nilai tingkat kesadaran GCS pada bayi dan anak


Berikut nilai acuan dalam penilaian GCS pada bayi/anak:
Eye (respon membuka Verbal (respon verbal) Motorik (gerakan)
mata)
Spontan 4 Berbicara 5 Bergerak 6
mengoceh spontan
seperi biasa
Membuka 3 Menangis 4 Menarik 5
mata saat lemah anggota gerak
karena sentuhan

3
diperintah atau
mendengar
Membuka 2 Menangis 3 Manarik 4
mata saat ada karena diberi anggota gerak
rangsangan rangsangan karena
nyeri nyeri rangsangan
nyeri
Tidak ada 1 Merintih karena 2 Fleksi abnormal 3
respon diberi
rangsangan
nyeri
Tidak ada 1 Ekstensi 2
respon abnormal
Tidak ada 1
respon

Cara menghitung nilai GCS dan intrepretasi hasilnya


Hasil pemeriksaan tingkat kesadaran berdasarkan GCS disajikan dalam simbol E-
V-M dan selanjutnya nilai GCS tersebut dijumlahkan. Nilai GCS yang tertinggi
atau GCS normal adalah 15 yaitu E4V5M6 , sedangkan yang terendah adalah 3
yaitu E1V1M1
Berikut beberapa penilaian GCS dan interpretasinya terhadap tingkat kesadaran :
1) Nilai GCS (15-14) : Composmentis
2) Nilai GCS (13-12) : Apatis
3) Nilai GCS (11-10) : Delirium
4) Nilai GCS (9-7) : Somnolen
5) Nilai GCS (6-5) : Sopor
6) Nilai GCS (4) : Semi-coma
7) Nilai GCS (3) : Coma

4
2.2.Prosedur Pemeriksaan Nadi
A. Prosedur Pemeriksaan Nadi pada Bayi dan Anak
Pemeriksaan nadi pada bayi pemeriksaan dilakukan pada arteri
brakhialis sedangkan pada anak dapat dilakukan pada arteri karotis
ataupun femoralis yang dapat digunakan sebagai tempat alternative
untuk meraba denyut nadi. Hal ini dapat ditemukan tepat dibah ligament
inguinalis lira-kira setengah jalan antara tulang belakang iliac
anterosuperior dan tuberculum pubis. Pemeriksaan nadi ini tidak boleh
lebih dari 10 detik. Jika nadi lebih dari 60 kali/menit namun tidak ada
napas spontan atau napas tidak efektif, maka lakukan pemberian napas
buatan 3 sampai 5 detik hingga korban bernapas spontan, napas yang
efektif akan tampak dada korban akan mengembang.
Korban bayi Korban anak

G
GGambar 4. Cek nadi karotis pada anak
Gambar 3. Cek nadi brachialis
DDikutip dari circulation 2000
(lengan dalam)
Dikutip dari circulation 2000

B. Prosedur Pemeriksaan Nadi pada Orang Dewasa dan Ibu Hamil


Pemeriksaan denyut nadi pada orang dewasa dapat dilakukan
dengan merasakan arteri karotis. Arteri karotis umumnya lokasi yang
paling dapat diakses untuk meraba denyut nadi. Lama pemeriksaan tidak
boleh lebih dari 10 detik, jika penolong secara definitif tidak dapat
merasakan pulsasi dalam periode tersebut, kompresi harus segera

5
dilakukan. Cek nadi dilakukan secara stimulant bersamaan dengan
penilaian napas pasien.
Jika pernapasan tidak normal atau tidak bernapas tetapi dijumpai
denyut nadi, berikan bantuan napas 5-6 detik. Nadi pasien diperiksa
setiap 2 menit. Hindari bantuan napas yang berlebihan.
Keterangan: Penolong awam tidak harus memeriksa denyut nadi
karotis.
Cara pemeriksaan nadi pada orang dewasa:
a. Letakkan dua jari di atas laring (jakun), jangan gunakan ibu jari.
b. Geserkan jari penolong ke samping.
c. Hentikan di sela-sela anatara laring dan otot leher.
d. Rasakan nadi. Tekan selama 5-10 detik, hindari penekanan yang
terlalu keras pada arteri.

Korban dewasa

Gambar. 2 Chest compression


Gambar 1. Cek nadi karotis
Dikutip dari circulation 2000
Dikutip dari circulation
2000

6
2.3.Pemeriksaan Kepatenan Jalan Napas
Obstruksi jalan napas.
a. Look
Lihat apakah penderita kesadaran berubah. bila penderita gelisah,kemu
ngkinan paling besar adalah hipoksia.Pada trauma kapitis maka
penderita gelisah disebabkan
1. Hipoksia
2. Buli-buli penuh
3. Nyeri dari tempat lain
4. Sianosis dapat dilihat pada buku dan sekitar mulut
b. Listen
Pernapasan yang berbunyi adalah pernapasan yang terobstruksi
1. Mengorok (sno ring) : lidah jauh ke belakang
2. Bunyi cairan (gurgling) : darah atau cairan
3. Stridor/ crowing disebabkan obstruksi parsial faring atau laring
c. Feel
Rasakan pergerakan udara ekspirasi dan temukan apakah trakea terletah
di garis
Cara membersihkan jalan napas:
1. Head tilt
Cara letakan 1 telapk tangan di dahi pasien dan tekan ke
bawah, sehingga kepala menjadi tengadah dan penyangga lidah
tegang akhirnya lidah terangkat ke depan
2. Chin lift
Cara memakai jari-jari dua tangan yang diletakan dibawah
mandibular untuk kemudian mendorong dagu anterior. Ibu jari
tangan yang sama sedikit menekan ke bibir bawah untuk menekan
mulut. Bila diperlukan ibu jari dapat dilakukan dalam mulut di
belakang gigi seri untuk mengangkat dagu. Tindakan chin lift ini
bermanfaat pada penderita trauma karena tidak mengakibatkan
kelumpuhan bila ada fraktur servikal

7
3. Jaw thrust
Cara tindakan ini dilakukan memakai dua tangan masing-
masing satu tangan di belakang angulas mendibula dan menarik
rahang kedepan bila tindakan ini dilakukan memakai face mask akan
dicapai penutupan sempurna dari mulutsehingga dapat dilakukan
ventilasi yang baik
4. Orofangeal airway
Dimasukan kedalam mulut dan diletakan di belakang lidah.
Cara terbaik adalah dengan menekan lidah memakai tong spatel dan
masukan alat kea rah posterior. Alat ini tidak boleh mendorong ke
lidah ke belakang dan malah menyumbat faring. Alat ini tidak boleh
dipakai pada penderita sadar karena akan menyebabkan muntah dan
kemudian aspirasi
5. Nasofaringeal airway
Alat ini dimasukan salah satu lubang hidung lalu secara
perlahan dimasukan sehingga ujungnya terletak difaring. Alat ini
lebih baik dari pada orafaringeal airway pada penderita sadar karena
tidak akan menyebabkn muntah dan lebih ditelorir penderita. Alat
ini harus dilunasi dengan keadaan baik dan dimasukan ke dalam
lubang hidung yang tampak tidak tersumbat. Bila pada saat
pemasangan ditemukan hambatan berhenti dan pindah ke lubang
hidung yang lain. Bila ujung alat ini tampak di orofaring, mungkin
akan dapat dipasang nasogastric tube (NGT) pada penderita dengan
fraktur wajah
6. Jalan napas definitive
Jalan napas definitive adalah suatu pipa dalam trachea
dengan balon yang berkembang dan biasanya memerlukan suatu
bentuk ventilasi bantuan dengan juga memakai oksigen
7. Abdominal Thrust (Manuver Heimlich)
Dapat dilakukan dalam posisi berdiri dan terlentang.

8
Caranya berikan hentakan mendadak pada ulu hati (daerah
subdiafragma – abdomen)
a. Abdominal Thrust (Manuver Heimlich) pada posisi berdiri
atau duduk
Caranya : penolong harus berdiri di belakang korban,
lingkari pinggang korban dengan kedua lengan penolong,
kemudian kepalkan satu tangan dan letakkan sisi jempol
tangan kepalan pada perut korban, sedikit di atas pusar dan
di bawah ujung tulang sternum. Pegang erat kepalan tangan
dengan tangan lainnya. Tekan kepalan tangan ke perut
dengan hentakan yang cepat ke atas. Setiap hentakan harus
terpisah dan gerakan yang jelas.
b. Abdominal Thrust (Manuver Heimlich) pada posisi
tergeletak (tidak sadar)
Caranya : korban harus diletakkan pada posisi terlentang
dengan muka ke atas. Penolong berlutut di sisi paha korban.
Letakkan salah satu tangan pada perut korban di garis tengah
sedikit di atas pusar dan jauh di bawah ujung tulang sternum,
tangan kedua diletakkan di atas tangan pertama. Penolong
menekan ke arah perut dengan hentakan yang cepat ke arah
atas.
Berdasarkan ILCOR yang terbaru, cara abdominal thrust
pada posisi terbaring tidak dianjurkan, yang dianjurkan
adalah langsung melakukan Resusitasi Jantung Paru (RJP).
c. Abdominal Thrust (Manuver Heimlich) pada yang dilakukan
sendiri
Pertolongan terhadap diri sendiri jika mengalami obstruksi
jalan napas.
Caranya : kepalkan sebuah tangan, letakkan sisi ibu jari pada
perut di atas pusar dan di bawah ujung tulang sternum,
genggam kepala itu dengan kuat, beri tekanan ke atas kea rah

9
diafragma dengan gerakan yang cepat, jika tidk berhasil
dapat dilakukan tindakan dengan menekan perut pada tepi
meja atau belakang kursi
d. Back Blow (untuk bayi)
Bila penderita sadar dapat batuk keras, observasi ketat. Bila
nafas tidak efektif atau berhenti, lakukan back blow 5 kali
(hentakan keras pada punggung korban di titik silang garis
antar belikat dengan tulang punggung/vertebrae)
e. Chest Thrust (untuk bayi, anak yang gemuk dan wanita
hamil)
Bila penderita sadar, lakukan chest thrust 5 kali (tekan tulang
dada dengan jari telunjuk atau jari tengah kira-kira satu jari
di bawah garis imajinasi antara kedua putting susu pasien).
Bila penderita sadar, tidurkan terlentang, lakukan chest
thrust, tarik lidah apakah ada benda asing, beri nafas buatan

2.4.Prosedur Pemeriksaan Pernafasan


A. Prosedur Pemeriksaan Pernafasan Dewasa dan Ibu Hamil
Pemeriksaan pernafasan pada dewasa dapat dilakukan dengan cara
menghitung beberapa tarikan napas dengan mengembangkan rongga
dada selama 1 menit. Laju pernafasan normal dewasa ketika beristirahat
12-24 kali permenit, apa bila laju pernafasan di bawah angka 12 atau di
atas 24 maka di anggap pernafasan tidak normal.
Cara Pemeriksaan pernafasan pada dewasa
1. Inspeksi
Perhatikan gerakan pernafasan pasien secara menyeluruh (
lakukan inspeksi tanpa mempengaruhi psikis dari pasien)
2. Inspirasi

10
Perhatikan gerakan iga kea rah lateral, pelebaran sudut
epigastrium, adanya retraksi dinding dada ( supraklavikuler,
suprasternal, intercostal, epigastrium)
3. Ekspirasi
Perhatikan masuknya kembali iga, menyempitnya sudut
epigastrium dan pengurangan diameter anteroposterior di rongga
dada
4. Palpasi
Letakkan telapak tangan untuk merasakan naik turunnya
gerakan dinding dada.
5. Auskultasi
Menggunakan membrane stetoskop yang diletakan pada dinding
dada di luar bunyi jantung.

B. Prosedur Pemeriksaan Pernafasan Anak


Pemeriksaan pada bayi dilakukan dengan gerakan dada saat
bernapas apabila tidak simetris kemungkinan bayi mengalami
pneumotoraks, paresis diagfragma atau hernia diagfrafmatika.
Pernafasan normal dinding dada dan abdomen bergerak secara
bersamaan, tarikan sternum atau intercostal pada saat berna[pas perlu di
perhatikan. Normal tarikan bayi baru lahir adalah 40-60 tarkan per menit
sedangkan saat usia di atas enam bulan normal bayi sekitar 20-30 tarikan
permenit dan ketika anak mencapai usia 6 tahun rata- rata sekitar 12-20
tarikan per menit.

2.5.Langkah-langkah Resisutasi pada Ibu Hamil


1) Periksa kesadaran ibu dengan memanggil atau menggoyang-
goyangkantubuh ibu. Bila ibu tidak sadar, lakukan langkah-langkah
selanjutnya.
2) Panggil bantuan tenaga kesehatan lain dan bekerjalah dalam tim.

11
3) Khusus untuk ibu dengan usia kehamilan >20 minggu (uterus di atas
umbilicus), mirinkan ibu dalam posisi berbaring ke sisi kiri dengan sudut
15-30* atau bila tidak memungkinkan, dorong uterus ke sisi kiri.
4) Bebaskan jalan napas. Tegakkan kepala ibu ke belakang (head tilt) dan
angkat dagu (chin lift)
5) Bila ada sumbatan benda padat di jalan napas, sapu keluar dengan jari atau
lakukan dorongan pada dada di bagian tengah sternum (chest thrust). hindari
menekan prosesus sifoideus. Sambil menjaga terbukanya jalan napas, lihat,
dengarkan, rasakan napas ibu (lakukan dengan cepat, kurang dari 10 detik)
dengan cara mendekatkan kepala penolong ke wajah ibu. Lihat opergerakan
dada, dengarkan suara napas. Dan rasakan aliran udara dari hidung/mulit
ibu
6) Jika ibu bernapas normal, pertahankan posisi, berikan oksigen sebagai
tindakan suportif. Lanjutkan pemantauan untuk memastikan ibu tetap
bernapas normal
7) Jika ibu tidak bernapas atau bernapas tida normal, peiksa pulsasi arteri
karotisdengan cepat (tidak lebih dari 10 detik)
8) Bila nadi teraba namun ibu tidak bernapas atau megap-megap (gasping).
Berikan bantuan napas (ventilasi) menggunakan balon- sungkup atau
melalui mulut ke mulut dengan menggunakan alas (seperti kain, kaus)
sebanyak satu kali setiap 5-6 detik. Pastikan volume napas bantuan
cukupsehingga pengembangan dada terlihat. Cek nadi karotis tiap 2 menit.
9) Bila nadi tidak teraba, segera lakukan resisutasi kardiopulmoner:
a. Resesutasi kardiopulmoner pada ibu dengan usia kehamilan >20
minggu dilakukan dalam posisi ibu miring ke kiri sebesa 15-30*
b. Penekanan dada dilakukan di pertengahan stenum. Kompres
10) Setelah masalah jalan naps, pernapasan dan sirkulasi teratasi, pikirkan dan
evaluasi kemungkinan penyebab hilangnya kesadaran ibu, diantaranya:
a. Perdarahan hebat
b. Penyakit jantung
c. Sepsi

12
d. Eklampsia
e. Hipoksia karena gangguan jalan napas dan/atau penyakit paru
11) Lakukan pemeriksaan lanjutan, misalnya USG abdomen untuk melihat
pendarahan intraabdomen tersembunyi
12) Atasi penyebab penurunan kesadaran atau rujuk bila fasilitas tidak
memungkinkan.

13
BAB III

PENUTUP

3.1.Kesimpulan
Tingkat kesadaran kualitatif meliputi: Compos Mentis, Apatis,
Delirium, Somnolen (letergia, obtundasi, hipersomnia), Sopor (stupor), Semi-
koma (koma ringan), dan Koma. Tinggat kesadaran kuantitatif dengan
menggunakan GCS. Hasil pemeriksaan tingkat kesadaran berdasarkan GCS
disajikan dalam simbol E…V…M…
Selanjutnya nilai-nilai dijumlahkan. Nilai GCS yang tertinggi adalah 15
yaitu E4V5M6 dan terendah adalah 3 yaitu E1V1M1.
Pemeriksaan nadi pada bayi pemeriksaan dilakukan pada arteri
brakhialis sedangkan pada anak dapat dilakukan pada arteri karotis ataupun
femoralis yang dapat digunakan sebagai tempat alternative untuk meraba
denyut nadi. Pemeriksaan denyut nadi pada orang dewasa dapat dilakukan
dengan merasakan arteri karotis.
Pemeriksaan pernafasan pada dewasa dapat dilakukan dengan cara
menghitung beberapa tarikan napas dengan mengembangkan rongga dada
selama 1 menit. Sedangkan pemeriksaan pada bayi dilakukan dengan gerakan
dada saat bernapas apabila tidak simetris kemungkinan bayi mengalami
pneumotoraks, paresis diagfragma atau hernia diagfrafmatika.

3.2.Saran
Kami sebagai penulis makalah pertama-tama mohon maaf apabila
dalam pembuatan makalah ini masih belum mencapai kesempurnaan. Meskipun
demikian, mudah-mudahan makalah ini dapat memberikan gambaran atau
tambahan ilmu bagi para pembaca. Meskipun penulis menginginkan
kesempurnaan dalam penyusunan makalah ini akan tetapi pada kenyataannya
masih banyak kekurangan yang perlu penulis perbaiki. Oleh karena itu kritik

14
dan saran yang membangun dari para pembaca sangat penulis harapkan sebagai
bahan evaluasi untuk kedepannya.

15
DAFTAR PUSTAKA

Irfani, Qonita Irma. (2019). Bantuan Hidup Dasar. Jurnal Keperawatan Gawat
Darurat, 46, 458-460.
Pro Emergency. (2014). BASIC TRAUMA LIFE SUPPORT. Bogor. Land Of
Paradise
Muttaqin, Arif. (2011) Pengkajian Keperawatan. Aplikasi Pada Praktik Klinik.
Jakarta : Salemba Medika
Fakultas Keperawatan Univ. Muhammadiyah Malang. (2013) Prosedur
Pemeriksaan Tanda-tanda Vital. Diakse pada tanggal 15 September 2020
darihttp://s1keperawatan.umm.ac.id/files/PEMERIKSAAN%20TTV%20D
AN%20KEPALA%LEHER.pdf.
Prasenohadi. 2010. Manajemen Jalan Nafas Pulmonologi Intervensu dan Gawat
Darurat Nafas. Jakarta : FK UI.

16

Anda mungkin juga menyukai