Disusun Oleh :
Pembimbing:
REFERAT
Disusun oleh:
Rino Orleans Adam 1820221172
Pembimbing,
1.Anamnesis
1.1 Keluhan utama dan riwayat penyakit sekarang
Mayoritas pasien urologi mengidentifikasi keluhan mereka berasal dari
saluran kemih dan datang ke urologis untuk pemeriksaan awal. Keluhan utama harus
tergambarkan dengan jelas karena mengandung informasi awal dan petunjuk untuk
diagnosis banding.
Yang terpenting ialah, keluhan utama adalah hal yang harus diingat oleh
urologis mengapa pasien datang mencari bantuan. Hal ini harus ada walaupun
beberapa pemeriksaan menunjukkan hal yang lebih serius atau kondisi signifikan
yang membutuhkan perhatian lebih.
Pada pengalaman kami sendiri, seorang wanita datang dengan keluhan utama infeksi
saluran kemih berulang. Setelah dilakukan pemeriksaan, didapatkan bahwa ia
memilki massa pada kelenjar adrenal kanan. Kami pada saat itu fokus kepada
masalah tersebut dan melakukan adrenalektomi kanan untuk menangani diagnosis
adenoma kortikal benigna. Kami lupa akan gejala awal wanita tersebut hingga wanita
itu datang untuk kontrol pasca operasi. Wanita itu mengingatkan kepada kami tentang
gejala awalnya waktu itu, dan hasil pemeriksaan didapatkan bahwa ia memiliki
jahitan nilon yang mengerosi ke dinding depan buli-buli yang berasal dari abdominal
vesicourethropexy yang dilakukan 2 tahun sebelumnya karena inkontinensia urin.
Infeksi saluran kemihnya berhasil ditangani setelah operasi pencabutan jahitan
tersebut.
Dalam mendapatkan informasi tentang penyakit sekarang, durasi, keparahan,
kekronisan, periode, dan derajat disabilitas penting untuk dipertimbangkan. Gejala –
gejala pasien penting untuk diklarifikasi untuk detail dan diskalakan untuk
keparahannya.
I.1.1 Nyeri
Nyeri yang berasal dari saluran genitourinaria (GU) menimbulkan rasa nyeri
hebat dan biasanya berhubungan dengan adanya obstruksi atau inflamasi. Batu
saluran kemih dapat menyebabkan nyeri yang hebat saat batu menyumbat saluran
kemih bagian atas. Sebaliknya, batu besar, yang tidak menimbulkan obstruksi,
kemungkinan dapat sepenuhnya tidak menimbulkan gejala. Dengan begitu, batu yang
berdiameter 2 mm yang menyumbat di ureterovesical junction dapat menyebabkan
keluhan nyeri yang luar biasa, sedangkan batu besar staghorn yang terdapat di pelvis
ginjal atau batu pada buli-buli kemungkinan dapat asimptomatik total. Retensi urin
yang berasal dari obstruksi prostat juga dapat menimbulkan nyeri yang hebat, namun
diagnosis biasanya jelas pada pasien.
Inflamasi pada saluran kemih paling parah adalah ketika melibatkan parenkim
organ GU. Hal ini disebabkan adanya edema dan distensi pada kapsula yang
mengelilingi organ. Nyeri pada pielonefritis, prostatitis, dan epididimitis biasanya
memiliki nyeri yang cukup hebat. Inflamasi pada saluran berongga seperti pada buli-
buli atau uretra biasanya menimbulkan perasaan yang tidak nyaman, dan nyeri yang
ditimbulkan tidak begitu parah.
Tumor yang berada di traktus genitourinaria tidak menyebabkan nyeri kecuali
menimbulkan obstruksi atau meluas melewati organ primer sehingga melibatkan
persarafan sekitar. Nyeri yang berhubungan pada keganasan pada sistem
genitourinaria biasanya gelala akhir dan tanda penyakit yang sudah lanjut.
I.1.2 Hematuria
Hematuria adalah keadaan ditemukannya darah dalam urin, ditemukan lebih
dari tiga sel darah merah per lapang pandang besar secara signifikan. Pasien dengan
hematuria berat biasanya mengalami ketakutan oleh karena secara mendadak terdapat
darah dalam urinnya dan sering datang ke unit gawat darurat untuk evaluasi, karena
takut ada pendarahan yang berlebihan. Hematuria dalam derajat apapun tidak boleh
diabaikan dan pada orang dewasa, harus dianggap sebagai gejala keganasan urologis
hingga terbukti sebaliknya. Dalam mengevaluasi hematuria, ada beberapa pertanyaan
yang harus selalu diajukan, dan jawabannya akan membuat urologist untuk
melakukan evaluasi diagnostik berikutnya secara efisien. Berikut beberapa
pertanyaan yang diajukkan:
Penting bagi urologist untuk dapat membedakan antara gejala iritatif dengan
gejala obstruktif pada sindrom saluran kemih bagian bawah (Lower Urinary Tract
Symptoms / LUTS). Hal ini penting untuk mengevaluasi pasien dengan BPH.
Walaupun pada BPH gejala yang pada awalnya muncul adalah gejala obstruktif,
proses penyakit ini berangsur-angsur mempengaruhi daya komplians buli yang pada
akhirnya akan menimbulkan gejala iritatif daripada gejala obstruktif, dan gejala
iritatif yang paling sering muncul adalah nokturia. Dokter ahli urologi harus hati-hati
mencantumkan gejala iritatif pada pasien dengan BPH kecuali sudah terbukti adanya
obstruksi. Secara umum, sindrom saluran kemih bagian bawah tidak spesifik dan
dapat terjadi sebagai akibat dari berbagai keadaan neurologis sama halnya seperti
akibat pembesaran prostat (Lepor dan Machi, 1993).
Skor internasional gejala prostat/ International Prostate Syndrome Score (I-
PSS) terdiri atas tujuh pertanyaan berupa frekuensi, nocturia, pancuran urin lemah,
hesistensi, intermittensi, pengosongan buli-buli yang inkomplet, dan urgensi, serta
pertanyaan mengenai global quality of life (Table 1). Total skor berkisar dari 0 hingga
35 dengan skor 0-7 (ringan), 8-19 (sedang), dan 20-35(berat). I-PSS merupakan
pemeriksaan tambahan sederhana yang digunakan untuk mengevaluasi pria dengan
LUTS dan dapat digunakan dalam evaluasi awal pria dengan gejala LUTS dan dalam
penelitian mengenai pengobatan medik dan operasi pada laki-laki dengan gangguan
berkemih.
Tabel 1 International Prostate Syndrome Score (IPSS)
1.1.3.3 Inkontinensia
Inkontinensia urin adalah kehilangan urin yang terjadi secara involunter.
Dengan melakukan anamnesis yang cermat kepada pasien yang mengalami
inkontinensia akan memudahkan kita dalam menentukan apa penyebabnya.
Inkontinensia urin dapat dibagi menjadi empat kategori.
Continuous Incontinence paling sering terjadi karena adanya fistula pada saluran
kemih yang melintasi sfingter uretra. Jenis fistula yang paling umum menyebabkan
inkontinensia urin adalah fistula vesikovaginal yang biasanya diakibatkan oleh
tindakan pembedahan ginekologis, radiasi, atau trauma obstetrik. Jenis fistula
ureterovaginal juga terjadi akibat pembedahan ginekologis, radiasi dan trauma
obstetrik namun jarang terjadi. Penyebab tersering berikutnya dari inkontinensia
kontinu adalah karena adanya ureter ektopik yang memasuki saluran uretra atau
saluran genitalia wanita. Ureter ektopik biasanya memiliki drainase yang kecil,
terdapat jaringan yang mengalami displasia pada segmen pole atas ginjal, dan
terdapat kebocoran urin yang kemungkinan jumlahnya cukup kecil.
Stress Incontinence adalah suatu kondisi dimana terdapat kebocoran urin yang terjadi
secara tiba-tiba yang terjadi saat batuk, bersin, aktivitas olahraga, atau aktivitas
lainnya yang meningkatkan tekanan intra abdomen. Selama aktivitas tersebut tekanan
intra abdomen akan meningkat sementara dan tekanannya lebih tinggi dibandingkan
tahanan resistensi di uretra, yang mengakibatkan bocornya urin secara tiba-tiba ke
uretra dan biasanya kebocoran yang terjadi kecil. Stress inkontinensia paling sering
terjadi pada wanita setelah partus atau wanita menopause yang berkaitan dengan
hilangnya penyokong pada vagina bagian anterior dan melemahnya jaringan pada
pelvis.
Urgency Incontinence adalah pengeluaran urin secara tiba-tiba yang didahului oleh
keinginan kuat untuk berkemih. Gejala ini biasanya diamati pada pasien dengan
sistitis, neurogenic bladder, dan obstruksi saluran keluar buli-buli fase lanjutan
dengan kehilangan daya komplians buli-buli sekunder.
1.1.5 Hematospermia
Hematospermia adalah adanya darah pada cairan semen. Biasanya terjadi pada
inflamasi nonspesikfik pada prostat dan/atau seminal vesicles dan akan sembuh
dengan sendirinya, biasanya dalam beberapa minggu.
1.1.6 Pneumaturia
Pneumaturia adalah lewatnya udara pada urin. Pada pasien yang sebelumnya
tidak terpasang kateter urethtra, biasanya kejadian ini akibat adanya fistula antara
usus dan buli-buli.Penyebab umum lainnya termasuk diverticulitis, karsinoma kolon
sigmoid, dan Chron’s Disease.
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang lengkap dan menyeluruh penting untuk mengevaluasi
pasien dengan penyakit urologi. Meskipun lebih mudah bagi klinisi untuk langsung
bergantung pada hasil tes laboratorium dan radiologi, dengan pemeriksaan fisik dapat
memudahkan urologis dalam memilih tes diagnostik apa saja yang paling dibutuhkan.
Bersama dengan anamnesis, pemeriksaan fisik merupakan komponen penting dalam
penegakan diagnosis dan harus dilakukan secara seksama.
2.3 Buli-Buli
Buli-buli pada dewasa normal tidak dapat teraba saat palpasi maupun perkusi
hingga volume urin didalamnya mencapai sekitar 150 mL. Pada volume + 500 mL,
buli-buli berdistensi hingga dapat terlihat menonjol pada abdomen bagian bawah
dengan jelas pada pasien yang kurus.
Perkusi lebih baik dibanding palpasi dalam penilaian buli-buli yang berdistensi.
Pemeriksa memulai perkusi dari atas simfisis pubis dan berlanjut kearah superior
hingga terjadi perubahan suara dari dull menjadi timpani. Cara lain dapat digunakan
pada pasien yang kurus dan pasien anak untuk mempalpasi buli-buli adalah dengan
mengangkat daerah lumbal pasien dengan satu tangan dan tangan yang lain menekan
bagian tengah abdomen bawah.
Pemeriksaan palpasi bimanual buli, lebih baik dilakukan pada pasien dibawah
anestesi, kurang bermanfaat dalam menilai tumor buli dengan penyebaran regional
atau massa pelvis lain. Buli-buli dapat diraba diantara abdomen dan vagina pada
perempuan (Gambar 2) atau rectum pada laki-laki (Gambar 3). Sebagai tambahan
informasi untuk pemeriksaan area indurasi, pemeriksaan bimanual memungkinkan
pemeriksa untuk menilai mobilitas dari buli-buli.
Gambar 2. Pemeriksaan bimanual buli-buli pada perepuan
Gambar 3. Pemeriksaan bimanual buli-buli pada laki-laki
2.4 Penis
Apabila pasien belum disirkumsisi, preputium sebaiknya diretraksi untuk
memeriksa adanya tumor atau balanopostitis (inflamasi pada preputium dan glans
penis). Sebagian besar kanker penis terjadi pada pria yang belum disirkumsisi dan lesi
terdapat pada preputium atau glans penis. Pada pasien dengan discharge darah dari
penis yang preputiumnya tidak dapat diretraksi, dorsal slit atau sirkumsisi dapat
dilakukan untuk menilai glans penis dan urethtra secara adekuat.
Posisi meatus uretra eksterna harus diperhatikan saat pemeriksaan. Lokasinya
dapat terletak proksimal dari ujung glans penis pada sisi ventral (hipospadia) atau,
pada kasus yang lebih jarang, terletak pada sisi dorsal (epispadia). Kulit penis
sebaiknya diperiksa apakah terdapat vesikel-vesikel superfisial yang sesuai dengan
gambaran herpes simpleks dan apakah terdapat ulkus yang menandakan adanya
infeksi kelamin atau tumor. Adanya kutil kelamin (kondiloma akuminata), yang
lesinya terlihat ireguler dan papiler pada kelamin harus diperhatikan.
Bagian dalam meatus uretra eksterna sebaiknya diperiksa dengan cara
membuka lubangnya dengan ibu jari dan jari telunjuk untuk menginspeksi adanya
neoplasma atau lesi peradangan didalam fossa naviculare. Bagian permukaan dorsal
penis sebaiknya dipalpasi apabila ada plakat atau daerah penonjolan yang fibrotik
yang khas pada penyakit Peyronie. Nyeri tekan sepanjang aspek ventral penis sugestif
adanya periuretritis, biasanya terjadi sebagai akibat dari striktur urethra.
Korda spermatika juga diperiksa pada pasien dengan posisi berdiri. Varicocele
adalah kelainan dimana terdapat pelebaran vena spermatika yang dapat terlihat
dengan jelas apabila pasien diminta untuk maneuver Valsava. Epididimis dapat juga
teraba sebagai jaringan yang menonjol yang berjalan longitudinal, di bagian posterior
kedua testis. Testis dapat dipalpasi lagi diantara jari-jari kedua tangan, jangan sampai
terlalu menekan permukaan testisnya untuk menghindari rasa sakit.
Pemeriksaan transiluminasi berguna untuk memeriksa apakah massa skrotum
adalah massa padat (tumor) atau massa kistik (hidrokel, spermatokel). Senter kecil
atau lampu fiberoptik diletakkan dibelakang massa. Massa yang kistik memberikan
gambaran cahaya, sedangkan massa yang padat tidak dapat ditembus oleh cahaya.
1. Wein AJ, Kavoussi LR, Partin AW, Peters CA, 2016, ‘Campbell’s Urology 11th
ed.’, WB Saunders, Philadelphia