Anda di halaman 1dari 45

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA

REFERAT
ANAMNESIS DAN PEMERIKSAAN FISIK UROLOGI

Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kapaniteraan Klinik di


Departemen Bedah

Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan

Pembimbing :

dr. Doddy Widyawan Hami Seno, Sp.U

Disusun Oleh :

Keijstha Maya Yuselie

1820221099

KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH

RUMAH SAKIT UMUM PUSAT PERSAHABATAN

PERIODE

28 JANUARI 2019 – 5 APRIL 2019


LEMBAR PENGESAHAN

REFERAT

ANAMNESIS DAN PEMERIKSAAN FISIK UROLOGI

Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kapaniteraan Klinik di


Departemen Bedah

Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan

Disusun Oleh :

Keijstha Maya Yuselie

1820221099

Telah Disetuji Oleh Pembimbing :

dr. Doddy W Hamiseno, Sp.U

Tanggal : Maret 2019


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas limpahan


rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulisan presentasi kasus ini dapat
diselesaikan. Referat ini berjudul “ANAMNESIS DAN PEMERIKSAAN
FISIK UROLOGI”.

Penulis mengucapkan terima kasih atas bantuan dari berbagai pihak


sehingga penyusunan referat ini dapat berjalan dengan lancar dan dengan
rendah hati disampaikan rasa terima kasih kepada dr. Doddy Widyawan
Hami Seno, Sp.U sebagai pembimbing penulis dalam penyusunan
presentasi kasus ini.

Penulis menyadari bahwa hasil laporan yang dituliskan masih jauh


dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis mohon maaf apabila terdapat
banyak kekurangan pada pada laporan ini. Untuk itu, penulis
mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun ke arah
penyempurnaan dalam penulisannya dan berharap kiranya presentasi
kasus ini dapat bermanfaat.

Jakarta, Maret 2019

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keluhan pada gangguan sistem perkemihan dapat ditegakkan dengan
melakukan pemeriksaan dasar urologi kepada pasien secara subjektif dan objektif.
Pemeriksaan secara subjektif dilakukan melalui tanya jawab oleh pemeriksa kepada
pasien dengan mencermati segala keluhan yang disampaikan oleh pasien, sedangkan
pemeriksaan objektif dilakukan dengan memeriksa keadaan fisik pasien untuk
menemukan tanda dari gangguan yang dikeluhkan oleh pasien sebelumnya.
Melakukan tanya jawab atau anamnesis merupakan salah satu bagian penting
dalam menentukan diagnosis dan terapi pasien. Keberhasilan dalam menggali
informasi dari pasien dikatakan memiliki peranan sebesar 70% dalam menentukan
ketepatan diagnosis, informasi tersebut berupa identitas, keluhan, riwayat penyakit
sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga dan riwayat
penggunaan obat-obatan pada pasien. Namun, mungkin beberapa pasien tidak dapat
mengkomunikasikan gejala atau keluhan yang dialaminya sehingga dapat
menghambat ahli urologi untuk mendapatkan riwayat yang akurat. Oleh karena itu,
penting bagi ahli urologi untuk dapat memimpin pasien melalui pertanyaan yang
sistematik dan tepat sehingga didapatkan informasi yang akurat.
Setelah mencermati gejala yang dikeluhan pasien selanjutnya dilakukan
teknik pemeriksaan fisik urologi berupa teknik inspeksi, palpasi, perkusi dan
auskultasi. Temuan hasil pengamatan pada pemeriksaan fisik yang dilakukan secara
lengkap dan menyeluruh merupakan komponen yang sangat penting pada
pemeriksaan untuk membantu ahli urologi memilih studi diagnostik yang sesuai.
Oleh karena itu dalam penentuan diagnosis urologi dibutuhkan ketepatan dalam
melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Anamnesis
Riwayat penyakit merupakan landasan untuk melakukan evaluasi pada pasien
urologi dan data riwayat yang diambil dengan baik akan dapat membantu
mendiagnosis gangguan. Beberapa gejala yang tidak tampak dapat disebabkan karena
pasien mungkin tidak dapat menggambarkan atau mengkomunikasikan gejala akibat
kegelisahan, hambatan bahasa, atau latar belakang pendidikan pasien yang dapat
menghalangi ahli urologi dalam memperoleh riwayat yang akurat. Karena itu ahli
urologi harus menjadi detektif dan mampu mengarahkan pasien. Maka dari itu
pemeriksa harus membangun rasa tenang, peduli dan gambaran kompetensi
pemeriksa guna membangun komunikasi dua arah yang baik. Riwayat penyakit yang
lengkap dibagi menjadi keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit
dahulu dan riwayat penyakit keluarga.

II.1.1 Keluhan Utama dan Riwayat Penyakit Sekarang


Keluhan utama ini harus didefinisikan secara jelas karena menyediakan
informasi awal dan petunjuk untuk menentukan diagnosa banding dan menjadi
pengingat alasan utama pasien datang untuk mencari pertolongan akan keluhan
saluran kemihnya. Dalam memperoleh informasi riwayat penyakit sekarang
dibutuhkan keterangan mengenai durasi, tingkat keparahan, periode, dan derajat
kecacatan pada pasien.
Selain keluhan utama yang sebagian besar dikeluhkan pasien pada sistem
kemih, terdapat juga keluhan sistemik seperti penurunan berat badan yang biasa
ditemukan pada tahap lanjut keganasan dan peningkatan suhu yang menandakan
terdapat infeksi pada saluran kemih. Namun, tidak adanya peningkatan suhhu juga
dapat terjadi biasanya pada penyakit infeksi kronik seperti pada pielonefritis kronik.
Malaise juga dapat tejadi misalnya pada tumor, pielonefritis kronik atau gagal ginjal.
Beberapa keluhan utama gangguan saluran kemih diantaranya terdapat nyeri,
hematuria, gejala traktus urinarius bagian bawah, disfungsi seksual, hematospermia,
pneumaturia dan discharge uretra.

A. Nyeri
Nyeri yang berasal dari organ genitourinary dapat dirasakan sebagai nyeri
hebat yang disebabkan oleh obstruksi atau infalamasi sistem saluran kemih2.
Inflamasi pada sistem genitourinari akan sangat berat jika melibatkan
parenkim dari organ genitourinari. Ini disebabkan akibat terjadinya edema dan
distensi kapsul disekitar organ2. Nyeri akibat inflamasi pada mukosa organ
berongga seperti kandung kemih atau uretra biasanya menyebabkan rasa tidak
nyaman dan tidak terlalu berat2. Tumor pada sistem genitourinari biasanya
tidak menimbulkan rasa nyeri kecuali tumor tersebut menyebabkan obstruksi
atau menyebar dari organ primernya dan mengenai saraf yang berdekatan2.
Nyeri yang dirasakan pada tumor dapat menujukan tanda dan gejala yang
terlambat dari tumor stadium lanjut2. Nyeri yang berasal dari organ
genitourinari dibedakan menjadi dua yaitu bersifat lokal dan menyebar. Nyeri
lokal dirasakan di dalam atau di dekat organ yang terlibat1. Dengan demikian,
nyeri dari ginjal yang sakit (T10-12, L1) dirasakan di sudut costovertebral dan
di bawah tulang iga ke-12 dan nyeri pada peradangan testis dirasakan pada
tempatnya sendiri1. Nyeri yang menyebar berarti nyeri yang ditimbulkan
berasal dari organ yang sakit namun dapat dirasakan agak jauh dari organ itu1.
Sebagai contoh kolik ureter (Gambar 1) yang disebabkan oleh batu di ureter
atas dapat dikaitkan dengan nyeri berat pada testis ipsilateral, ini dijelaskan
oleh persarafan umum kedua struktur ini (T11-12) dan batu di ureter bagian
bawah dapat menyebabkan rasa sakit yang menjalar ke dinding skrotum1.
Nyeri terbakar yang hilang timbul dapat menyertai sistitis akut dan dirasakan
sampai ke uretra distal pada wanita dan di kelenjar uretra pada pria (S2-3)1.
1) Nyeri Ginjal
Nyeri ginjal khas dirasakan sebagai nyeri yang tumpul dan konstan di
sudut costovertebral sebelah lateral dari otot sacrospinalis dan tepat di
bawah tulang rusuk ke-121. Rasa sakit ini sering menyebar ke daerah
subkostal menuju umbilikus atau perut bagian kuadran bawah dan sampai
ke testis atau labium2. Gangguan ginjal atau retroperitoneal perlu
diperhatikan sebagain diagnosa banding terutama pada pria yang
mengeluhkan rasa tidak nyaman pada skrotum namun tidak ditemukan
kelainan pada pemeriksaan skrotum2. Nyeri ini disebabkan oleh distensi
tiba-tiba dari kapsul ginjal akibat inflamasi seperti pada pielonefritis akut
(dengan edema yang tiba- tiba) dan obstruksi seperti pada obstruksi ureter
akut (dengan tekanan pada ginjal secara mendadak)1. Nyeri akibat
inflamasi bersifat menetap sedangkan nyeri akibat obstruksi bersifat kolik
atau hilang timbul biasanya terjadi bersamaan pada obstruksi ureter akibat
gerak peristaltik ureter saat akan mendorong urin melalui obstruksi dan
menyebabkan peningkatan tekanan pada pelvis ginjal2. Perlu diketahui,
banyak penyakit ginjal yang tidak tidak menimbulkan rasa sakit karena
progressivitas yang berjalan lambat sehingga tidak menyebabkan distensi
kapsul seperti pada kanker, pielonefritis kronik, batu staghorn ginjal,
tuberkulosis, polikistik ginjal dan hidronefrosis akibat obstruksi ureter
kronik1.

Gambar 1 Nyeri yang berasal dari ginjal (arsir gelap) dan ureter (arsir lebih
terang)
Gejala nyeri pada ginjal dapat menyerupai gejala pada gangguan
gastrointestinal karena rangsang refleks dari ganglion celiac dan karena
letak organ yang berdekatan (hati, pankreas, duodenum, kandung empedu
dan kolon)2. Nyeri intraperitoneal dan ginjal dapat dibedakan melalui
riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik yang tepat. Nyeri pada
intreaperitoneal biasanya bukan merupakan nyeri kolik seperti pada
obstruksi ginjal. Pada nyeri intaperitoneal biasanya juga dapat dirasakan
menyebar sampai ke bahu karena iritasi diafragma dan nervus phrenic,
hal ini tidak terjadi pada nyeri ginjal2. Pasien dengan nyeri intraperitoneal
akan berbaring tidak bergerak untuk mengurangi rasa nyeri sedangkan
pada nyeri ginjal pasien lebih nyaman untuk bergerak dan memegang
bagian pinggang2.

2) Nyeri Ureter
Nyeri ureter distimulasi oleh obstruksi akut (bagian dari batu atau bekuan
darah)1. Pada keadaan ini, terdapat nyeri punggung akibat distensi kapsul
ginjal bersamaan dengan nyeri kolik hebat (karena spasme pelvis ginjal
dan otot ureter) yang berasal dari sudut costovertebral ke bawah menuju
kuadran anterior bawah abdomen, sepanjang ureter1. Pada pria, nyeri juga
dirasakan pada kandung kemih, skrotum atau testis dan pada wanita, dapat
menjalar hingga vulva1. Tingkat keparahan dan nyeri kolik ini disebabkan
oleh hiperperistaltik dan spasme dari otot polos ureter yang berupaya
untuk menyingkirkan benda asing atau sumbatan tersebut1. Ahli urologi
dapat mengetahui posisi batu ureter dari riwayat nyeri dan penjalaran
nyerinya1. Jika batu berada di ureter bagian atas, nyeri akan menjalar ke
arah testis, karena suplai saraf organ ini serupa dengan persarafan pada
ginjal dan ureter bagian atas (T11-12)1. Batu pada bagian tengah ureter di
sisi kanan, nyeri akan menjalar ke titik McBurney dan karena itu bisa
mensimulasikan radang usus buntu dan pada sisi kiri, mungkin
menyerupai divertikulitis atau penyakit lainnya dari kolon descending atau
sigmoid (T12, L1)1. Saat batu sampai ke kandung kemih akan terjadi
inflamasi dan edema pada lubang ureter dan muncul gejala dari iritasi
kandung kemih seperti frekuensi urin dan urgensi1.

3) Nyeri Vesika Urinaria


Nyeri pada kandung kemih biasanya disebabkan oleh regangan berlebihan
kandung kemih akibat retensi urin akut atau inflamasi2. Kandung kemih
dengan regangan berlebihan pada retensi urin akut meyebabkan nyeri
hebat pada daerah suprapubis1. Namun, nyeri menetap pada suprapbis
yang tidak berhubungan dengan retensi urin akut atau aktivitas berkemih
biasanya tidak berasal dari organ urologi1. Pasien dengan retensi urin
kronik akibat obstruksi leher kandung kemih atau kandung kemih
neurogenik mungkin akan sedikit atau tidak mengalami ketidaknyamanan
di suprapubik meskipun kandung kemih mencapai tingkat umbilikus
dengan volume urin residu melebihi 1 L1,2. Nyeri akibat inflamasi pada
kandung kemih bersifat intermiten atau hilang timbul2. Rasa nyeri kabita
inflamasi kandung kemih (misalnya pada sistitis atau interstisial sistitis)
dirasakan sangan hebat saat terjadi kandung kemih terisi penuh dan
mereda saat berkemih2. Pada sistitis akan terasa sebagai nyeri tajam dan
menusuk pada suprapubik diakhir berkemih2. Penyebab paling umum dari
nyeri kandung kemih adalah infeksi dan rasa nyeri biasanya menjalar ke
bagian uretra distal dan berhubungan dengan gejala iritasi saat berkemih
seperti frekuensi urin dan disuria1,2.

4) Nyeri Prostat
Nyeri prostat merupakan akibat sekunder dari inflamasi disertai dengan
edema dan distensi dari kapsul prostat2. Nyeri langsung dari kelenjar
prostat tidak umum terjadi1. Kadang, saat prostat mengalami peradangan
akut, penderita mungkin merasa tidak nyaman atau rasa seperti penuh
yang samar di daerah perineum atau rektal (S2-4)1. Nyeri punggung
lumbosakral kadang terasa sebagai rasa nyeri yang menjalar dari prostat,
namun bukan merupakan gejala umum dari prostatitis1. Nyeri pada prostat
sulit ditentukan tempat asalnya sehingga pasien mengeluhkan nyeri
berasal dari bagian abdomen bawah, inguinal, perineal, lumbosacral, penis
dan rektal2. Peradangan pada kelenjar dapat menyebabkan disuria,
frekuensi, dan urgensi1.

5) Nyeri Testis
Nyeri pada testis dapat berupa nyeri primer atau penjalaran dari organ
lain2. Nyeri primer muncul dari skrotum dan merupakan nyeri sekunder
dari epididimitis, torsio testis atau testicular appendices2. Nyeri pada testis
dapat diakibatkan oleh trauma, infeksi, atau torsi pada spermatika tali
pusat yang sangat parah dan dirasakan secara lokal1. Pada epididimitis dan
torsio testis nyeri juga disertai edema sehingga dapat sulit dibedakan2.
Nyeri juga dapat disebabkan oleh peradangan pada dinding skrotum itu
sendiri yang disebabkan oleh infeksi pada fokel rambut atau kelenjar
sebasea atau sekunder dari fourniere gangrene atau infeksi nekrotik
skrotum2. Rasa tidak nyaman timbul di sepanjang tali spermatika sampai
ke perut bagian bawah. Nyeri skrotum kronik tidak disebabkan oleh
inflamasi dan nyeti bersifat tumpul, seperti terasa berat yang tidak
menjalar misalnya pada hidrokel, spermatokele, dan tumor testis tidak
selalu menimbulkan rasa nyeri1,2. Varikokel dapat menyebabkan nyeri
tumpul pada testis yang meningkat setelah latihan berat1. Terkadang,
gejala pertama dari hernia inguinal indirek dapat berupa nyeri testis
(penjalaran) dan nyeri dari batu ureter bagian atas juga dapat menjalar
hingga ke testis1. Karena saat embriologi jarak testis dan ginjal
berdekatan, maka nyeri pada ginjal atau retroperitoneum dapat menjalar
ke testis2.
6) Nyeri Epididimis
Infeksi akut epididimis adalah satu-satunya penyakit yang menyebabkan
rasa nyeri dan cukup banyak ditemukan1. Rasa nyeri dimulai di skrotum,
dan di sekitar organ. Pada tahap awal epididimitis, nyeri mungkin pertama
kali terasa di selangkang atau kuadran perut bagian bawah (jika di sisi
kanan, ini bisa mensimulasikan radang usus buntu) 1.

7) Nyeri Penis
Nyeri pada penis yang lemah, biasanya terjadi pada penyakit sekunder dari
peradangan di kandung kemih atau uretra dengan rasa sakit menjalar
dialami secara terutama pada meatus uretra2. Selain itu rasa sakit penis
didapatkan pada paraphimosis, suatu kondisi di mana kulit penis yang
tidak disunat terjebak di balik glans penis, mengakibatkan penyumbatan
vena dan pembengkakan yang menimbulkan nyeri2. Nyeri pada penis
ketika ereksi biasanya disebabkan oleh penyakit peyronie atau priapism2.

B. Gejala Gastrointestinal Pada Penyakit Urologi


Pada penyakit renal atau uereter yang disertai nyeri atau tidak, sering disertai
dengan gejala dari gastrointestinal1. Pasien dengan gangguan pielonefritis
akut tidak hanya merasakan nyeri lokal punggung belakang, iritasi kandung
kemih, menggigil dan demam tapi juga gejala nyeri dan distensi abdomen1.
Pasien dengan batu ureter memiliki gejala dari renal dan kolik ureter dan
biasanya disertai hematuria juga disertai mual muntah dan distensi abdomen1.
Hal tersebut dapat disebabkan oleh adanya renointestinal reflexes, organ
relationships dan peritoneal irritation1.
1) Renointestinal Reflexes
Terjadi akibat persamaan persarafan otonom dan sesori dari organ
genitourinari dan gastrointestinal. Rangsang aferen dari kapsul ginjal atau
muskulatur pelvis ginjal dapat menyebabkan pylorospasm, gejala dari
ulkus peptik atau perubahan lain pada tonus otot polos dari traktus enteric
dan kelenjarnya1.

Gambar 2 Gambaran diagram saraf sensoris saluran gastrointestinal


dan genitourinari

2) Organ Relationships
Ginjal kanan terletak dekat dengan lekukan kolon dekat hepar, duodenum,
bagian atas pancreas dan kandung empedu. Ginjal kiri terletak dibelakang
lekukan limpa berdekatan dengan organ seperti limpa, pancreas, usus
halus. Inflamasi atau tumor pada retroperitoneum dapat meluas ke dalam
atau menggeser tempat organ intraperitoneal, sehingga menyebabkan
gejala yang sama1.

3) Peritoneal Irritation
Permukaan anterior dari ginjal terselubungi oleh peritoneum. Pada
inflamasi ginjal yang menyebabkan inflamasi peritoneal dapat
menyebabkan rigiditas otot dan nyeri balik tekan. Gejala yang muncul dari
penyakit ginjal kronik seperti hidronefrosis, batu ginjal staghorn,
pielonefritis kronik dapat berupa gejala gaistrointestinal serupa gejala lkus
peptik, penyakit kandung empedu, radang usus buntu atau lainnya. Jika
pada pemeriksaan gastrointestinal tidak terbukti maka pemeriksa harus
memikirkan kelainan akibat gangguan dari sistem genintourinari1.

C. Hematuria
Hematuria adalah terdapatnya darah dalam urin yaitu lebih dari tiga sel darah
merah per lapang pandang besar2. Penderita gross hematuria biasanya
ketakutan dengan onset mendadak adanya darah dalam urin dan sering ke unit
gawat darurat untuk evaluasi karena takut akan menjadi perdarahan yang
hebat2. Hematuria tidak boleh diacuhkan terutama pada orang dewasa harus
dicurigai merupakan tanda dari keganasan sampai terbukti sebaliknya2. Dalam
mengevaluasi hematuria, beberapa pertanyaan harus selalu ditanyakan dan
jawabannya dapat membantu ahli urologi untuk menargetkan evaluasi
diagnostik berikutnya secara efisien. Pertanyaannya sebagai berikut2:
(1) Apakah termasuk gross hematuria atau mikroskopik?
(2) Pada saat apa hematuria muncul (awal atau akhir berkemih)?
(3) Apakah hematuria disertai dengan rasa sakit?
(4) Apakah pada saat BAK pada urinnya disertai dengan adanya gumpalan
darah?
(5) Jika iya, bagaimana bentuk dari gumpalan darah tersebut?
1) Gross Hematuria VS mikroskopik
Penderita gross hematuria biasanya sudah bisa dikenali berdasarkan
patologi yang mendasarinya, sedangkan pasien dengan derajat minimal
hematuria mikroskopis memiliki evaluasi urologis negative2.
2) Waktu Terjadinya Hematuria
Waktu hematuria saat buang air kecil dapat menunjukkan lokasi asal
pendarahan. Hematuria awal biasanya timbul dari uretra, itu paling jarang
terjadi dan biasanya terjadi sekunder akibat peradangan. Total hematuria
paling umum terjadi dan menunjukkan bahwa perdarahan kemungkinan
besar berasal dari kandung kemih atau saluran kemih bagian atas.
Hematuria terminal terjadi pada akhir berkemih (terminal hematuria) dan
biasanya sekunder akibat inflamasi di daerah leher kandung kemih atau
prostatik uretra. Hal tersebut terjadi pada akhir berkemih sebagai usaha
kontraksi dari leher kandung kemih untuk mengeluarkan urin yang masih
berada di kandung kemih2.
3) Asosiasi Dengan Nyeri
Hematuria biasanya tidak disertai rasa sakit kecuali, jika dikaitkan dengan
inflamasi atau obstruksi. Seperti pada pasien dengan sistitis dan hematuria
sekunder dapat disertai gejala iritasi urin yang menyakitkan tapi rasa
sakitnya tidak terlalu parah dan tidak disertai dengan gumpalan darah.
Umumnya, rasa sakit yang menyertai hematuri berasal dari saluran kemih
bagian atas dengan penyumbatan ureter dan disertai dengan gumpalan
darah. Keluarnya gumpalan darah ini dapat disertai dengan rasa nyeri
kolik pada area flank yang serupa dengan rasa nyeri yang dihasilkan oleh
adanya batu ureter dan hal tersebut berguna untuk membantu menemukan
asal atau penyebab dari hematuria2.
American Urological Association (AUA) telah mengeluarkan pedoman
tentang pasien dengan mikrohematuria asimtomatik (AMH), yang
didefinisikan sebagai tiga atau lebih sel darah merah per lapang pandang
besar dan AMH harus didasarkan pada hematuria mikroskopik, bukan
dipstick pada pemeriksaan urin2.
4) Temuan Gumpalan Darah
Ditemukannya gumpalan darah dapat mengindikasikan derajat dari
hematuria dan adanya patologis pada sistem kemih2.
5) Bentuk gumpalan darah
Biasanya jika terdapat gumpalan darah biasanya tidak berbentuk dan
berasal dari kandung kemih atau uretra prostat. Jika gumpalan berbentuk
vermiform (seperti cacing) dan berkaitan dengan nyeri pinggang,
mengidentifikasi hematuria yang berasal saluran kemih bagian atas dengan
pembentukan bekuan vermiform dalam ureter2.

Hematuria terutama pada dewasa dapat disebabkan oleh adanya keganasan


sampai dibuktikan bukan keganasan pada pemeriksaan. Penyebab paling
umum gross hematuria pada pasien yang lebih tua dari usia 50 tahun
adalah kanker kandung kemih2.

D. Gejala traktus urinarius bagian bawah (Lower Urinary Tract


Symptoms/LUTS)
1) Gejala iritatif
a) Frekuensi
Frekuensi merupakan gejala urologi yang umum terjadi. Kapasitas
normal kandung kemih sekitar 400 mL1. Normal frekuensi berkemih
yaitu 5-6 kali perhari dengan volume tiap kali berkemih mencapi 300
mL2. Frekuensi dapat disebabkan oleh peningkatan output urin
(poliuria) atau penurunan kapasitas kandung kemih2. Saat mukosa,
submukosa, dan muskularis inflamasi (misalnya infeksi, benda asing,
batu, tumor) kapasitas kandung kemih menurun tajam1. Penurunan ini
disebabkan dua faktor: rasa sakit akibat dari peregangan ringan dari
kandung kemih dan hilangnya komplians kandung kemih dari adanya
edema inflamasi1. Ketika kandung kemih normal, aktivitas berkemih
dapat ditahan sesuai kehendak, tapi hal ini tidak begitu dapat
dilakukan pada sistitis akut1. Saat kapasitas kandung kemih berkurang,
peregangan kandung kemih akan terasa menyakitkan dan pasien dapat
berkemih secara involunter jika tidak segera dilakukan1. Selama
infeksi akut berat, keinginan untuk berkemih dapat terus muncul dan
saat berkemih hanya dapat diproduksi beberapa mililiter urin1.
Penyakit yang menyebabkan fibrosis kandung kemih disertai dengan
frekuensi buang air kecil, contoh penyakit tersebut yaitu tuberkulosis,
sistitis radiasi, sistitis interstisial, dan schistosomiasis1.

b) Nokturia
Nokturia merupakan gejala frekuensi urin yang terjadi pada malam
hari2. Normalnya orang dewasa berkemih tidak lebih dari 2 kali pada
malam hari2. Merupakan gejala penyakit ginjal yang berhubungan
dengan penurunan fungsi parenkim ginjal untuk menyaring urin1.
Nokturia juga dapat muncul tanpa adanya penyakit yaitu pada individu
yang minum berlebihan di malam hari, seperti minum kopi dan
alkohol karena efek diuretik kuat pada minuman seringkali
menyebabkan nokturia jika dikonsumsi sebelum tidur1. Pada orang
lebih tua, retensi cairan dapat terjadi sekunder akibat gagal jantung
atau vena varikosa karena pada sikap telentang, cairan berpindah dan
menyebabkan pasien ini mengalami nokturia1. Keadaan pH urin yang
sangat rendah atau tinggi dapat mengiritasi kandung kemih dan
menyebabkan frekuensi berkemih1.

c) Disuria
Merupakan rasa nyeri pada saat berkemih yang biasanya berhubungan
dengan radang akut kandung kemih, uretra atau prostat2. Rasa nyeri
biasanya tidak dirasakan pada kandung kemih namun menjalar pada
meatus uretra2. Nyeri pada awal berkemih mengindikasi gangguan
pada uretra dan diakhir kemih gangguan pada kandung kemih2.
Terkadang, rasa sakitnya digambarkan sebagai rasa "terbakar" saat
buang air kecil dan biasanya terletak di uretra distal pada pria dan pada
anita biasanya melokalisasi rasa sakit di uretra1. Rasa nyeri muncul
saat pengosongan dan hilang segera setelah berkemih selesai1. Disuria
seringkali disertai dengan frekuensi dan urgensi2.

d) Urgensi
Urgensi merupakan keinginan kuat untuk berkemih akibat
hiperaktivitas dan iritabilitas kandung kemih1.

e) Enuresis
Eneuresis dapat diartikan sebagai mengompol di malam hari1. Secara
fisiologis muncul pada 2-3 tahun awal kehidupan tapi menjadi
masalah jika terjadi pada usia lebih dari 2-3 tahun1. Hal itu dapat
muncul secara sekunder akibat maturasi neuromuskular yang
terhambat pada komponen uretrovesikal, namun juga dapat muncul
ketika terjadi kelainan pada organ lain misalnya akibat infeksi,
stenosis uretra distal pada wanita, katup uretra posterior pada laki-laki
dan neurogenic bladder1.

2) Gejala Obstruksi Saluran Kemih


a) Hesistensi
Hesistensi menunjukkan keadaan yang ditandai dengan kesulitan saat
awal akan mulai berkemih atau pada saat permulaan miksi2.
Normalnya miksi dimulai segera setelah relaksasi sfingter, namun
terlambat pada pria dengan obstruksi saluran kemih2. Sesuai dengan
meningkatnya derajat obstruksi, hesistensi terjadi berkepanjangan
sehingga pasien sering mengejan sebagai usaha untuk mendorong
obstruksi1. Sering disebabkan oleh obstruksi prostat dan striktur
uretra1.

b) Hilang dan Penurunan Aliran Berkemih


Hilang dan penurunan kemampuan aliran sistem kemih ditandai
dengan adanya peningkatan resistensi uretra meskipun tekanan pada
intravesika meningkat1. Hal ini dapat dievaluasi dengan mengukur laju
aliran urin, normalnya pada kandung kemih yang penuh aliran
maksimal yang dapat dicapai yaitu 20 mL/s1. Biasanya disebabkan
oleh obstruksi pada BPH atau striktur uretra2. Sebagian besar pasien
tidak menyadari adanya penurunan kekuatan dan aliran saat berkemih
sampai terjadi keparahan akibat obstruksi2.

c) Menetes Pada Akhir Miksi (Terminal Dribbling)


Menetes pada akhir miksi (terminal dribbling) menjadi lebih
diperhatikan sebagai obstruktif yang bersifat progresif dan paling
menyebabkan kesulitan1.

d) Miksi Sulit Ditahan (Urgensi)


Keinginan mendadak yang kuat untuk buang air kecil disebabkan oleh
hiperaktif dan iritabilitas kandung kemih yang disebabkan oleh
obstruksi, inflamasi atau penyakit kandung kemih neuropati1. Dalam
kebanyakan keadaan, pasien dapat mengontrol sementara keinginan
berkemih namun dapat terjadi hilangnya sejumlah kecil urin yang
dapat keluar tiba-tiba (urgensi inkontinensia)1.

e) Retensi Urin Akut


Suatu keadaan dimana pasien tidak dapat berkemih1. Pasien
mengalami rasa nyeri pada kandung kemih disertai urgensi hebat dan
hanya dapat mengeluarkan sedikit urin (terminal dribble)1.
f) Retensi Urin Kronik
Retensi kronik urin dapat menyebabkan sedikit ketidaknyamanan
pasien meskipun terdapat rasa berkemih pada awal yang cukup besar
dan ditandai dengan menetesnya urin dan ditandai dengan urin yang
menetes pada akhir miksi (paradoxic incontinence)1.

g) Interupsi Pada Aliran Urin


Interupsi dapat terjadi mendadak disertai dengan rasa nyeri hebat yang
menjalar ke bawah sampai uretra1. Rekasi ini menunjukkan adanya
gangguan pada batu kandung kemih1.

h) Kesan Sisa Urin (Residual Urin)


Pasien sering merasakan urin masih berada di dalam kandung kemih
meskipun sudah berkemih1.

i) Sistitits
Munculnya episode sistitis akut berulang dapat menandakan adanya
gejala dari residual urin1.

j) Straining
Straining atau mengejan yaitu berkemih yang disertai usaha dari otot
abdomen2. Normalnya tidak diperlukan pada pria untuk melakukan
manuver valsava kecuali pada akhir berkemih2.

Sejak 1992, gejala indeks dari American Urological Association


(AUA) telah digunakan secara luas dan divalidasi dalam
penggunaanya untuk mendiagnosis gejala pada traktus urinarius
bagian bawah2. Terdiri dari 7 pertanyaan yang terdiri dari frekuensi,
nokturia, pancaran urin lemah, hesistensi, intermitensi, pengosongan
kandung kemih yang tidak komplit, dan urgensi2. The International
Prostate Symptom Score (I-PSS) memasukkan tujuh pertanyaan ini
untuk menggambarkan kualitas keidupan (Tabel 1).

Tabel 1 International Prostate Symptom Score


E. Inkontinensia
Merupakan keluarnya urin yang tidak dapat dikontrol2. Beberapa
penyebab terjadinya inkontinensia sebagai berikut.

a) Inkotinensia Sesungguhnya/Kontinu
Pasien dapat mengeluarkan urin tanpa disadari (tidak terkontrol). Hal
ini dapat menjadi gejala yang menetap atau berkala1. Penyebab yang
lebih jelasnya termasuk prostatektomi radikal sebelumnya, exstrophy
dari kandung kemih, epispadias, fistula vesicovaginal, dan lubang
ureter ektopik1. Cedera pada sfingter otot polos uretra mungkin terjadi
terjadi selama masa prostatektomi atau persalinan. Bawaan atau
penyakit neurogenik yang didapat dapat menyebabkan disfungsi
kandung kemih dan inkontinensia1.

b) Stress Inkontinensia
Adanya sedikit kelemahan pada sfingter, sehingga urin dapat keluar
dengan adanya ketegangan fisik, seperti batuk, tertawa, latihan fisik,
bangkit dari kursi atau keadaan lain yang menyebabkan peningkatan
tekanan intra-abdomen1,2. Selama aktivitas-aktivitas tersebut tekanan
inta-abdomen akan meningkatkan resistensi uretra dan menyebabkan
kebocoran urin sedikit2. Hal ini biasa terjadi pada wanita multipara
yang memiliki otot lemah leher kandung kemih dan uretra lemah dan
pada pria yang telah mengalami prostatektomi radikal1. Terkadang,
neuropati kandung kemih, disfungsi dapat menyebabkan stres
inkontinensia1. Stress inkontinensia sulit untuk diatasi dengan terapi
farmakologi sehingga paling baik dilakukan terapi operasi2.

c) Urgensi Inkontinesia
Urgensi mungkin dapat terjadi dan semakin parah sehingga sering
mengalami pengosongan urin secara tidak sengaja1. Inkontinensia
mendesak sering terjadi dengan sistitis akut, terutama pada wanita
karena wanita memiliki anatomis sfingter yang lebih lemah1. Penting
unuk dapat membedakan urgensi inkontinensia dari stress
inkonteinensia, pertama, urgensi inkontinensia merupakan akibat
sekunder dari penyakit lain yang mendasarinya sehingga terapi pada
penyakit primernya dapat mengatasi inkontinensia urgensi2. Kedua,
pasien dengan urgensi inkontinensia tidak memerlukan terapi operasi
namun dengan terapi farmakologi yang dapat meningkatkan tahanan
kandung kemih dan/atau meningkatkan resistensi uretra2.

d) Inkontinensia Overflow
Disebut juga paradoxial incontinence. Pada keadaan ini urin mengalir
keluar akibat isinya yang sudah terlalu banyak di dalam kandung
kemih dan tidak dikeluarkan secara komplit2. Biasanya terjadi saat
malam hari dimana kemampuan pasien untuk menahan urin
berkurang2.

F. Oliguria dan Anuria


Oliguria merupakan jumlah volume urin yang sedikit dan anuria yaitu tidak
adanya urin karena ginjal tidak dapat memproduksi urin1. Oliguria dan anuria
dapat disebabkan oleh gagal ginjal akut (akibat syok atau dehidrasi),
ketidakseimbangan ion cairan, obstruksi ureter bilateral1.

G. Pneumaturia
Pneumaturia yaitu adanya bagian gas dalam urin2. Penyebab umum meliputi
divertikulitis, karsinoma dari kolon sigmoid, dan enteritis regional (Penyakit
Crohn)2. Dalam kasus yang jarang terjadi, pasien dengan diabetes melitus
mungkin memiliki infeksi yang membentuk gas, dengan pembentukan karbon
dioksida dari fermentasi konsentrasi tinggi gula dalam urin2.
H. Urin Keruh (Cloudy urine)
Cloudy urine adalah urin yang bewarna keruh dan berbau busuk akibat adanya
infeksi saluran kemih1. Biasanya hal ini disebabkan karena urin banyak
mengandung fosfat1. Infeksi juga bisa menyebabkan air seni menjadi keruh
dan berbau busuk1. Urinalisis yang dilakukan dengan benar akan
mengungkapkan penyebab keruh1.

I. Keluarnya Cairn Limfa dalam Urin (Chyluria)


Bagian cairan limfatik atau chyle yang ditandai dengan urin berwarna putih
susu1. Ini menggambarkan limfatik-fistula sistem saluran kemih1. Paling
sering disebabkan oleh penyumbatan limfatik ginjal, yang menyebabkan
ruptur forniceal dan kebocoran1. Filariasis, trauma, tuberkulosis dan tumor
retroperitoneal juga dapat menjadi penyebabnya1.

J. Hematospermia
Hematospermia adalah adanya darah pada cairan sperma2. Hal ini hampir
selalu disebabkan dari peradangan non spesifik prostat dan/atau vesikula
seminalis yang dapat sembuh secara spontan, biasanya dalam beberapa
minggu2. Pasien dengan hematospermia yang bertahan beberapa minggu
seharusnya menjalani evaluasi urologis lebih lanjut untuk mengetahui
penyebab yang mendasarinya2. Pemeriksaan genital dan pemeriksaan rektum
harus dilakukan dilakukan untuk menyingkirkan keberadaan tuberkulosis,
spesifik prostat antigen (PSA) dan pemeriksaan rektal dilakukan untuk
menyingkirkan karsinoma dan sitologi urin dilakukan untuk menyingkirkan
kemungkinan karsinoma sel transisional dari prostat2.

K. Discharge uretra
Mengalirnya cairan dari uretra (urethral discharge) pada pria merupakan
salah satu urologis yang paling umum dikeluhakan1. Organisme yang dapat
menjadi penyebab biasanya Neisseria gonorrhoeae atau Chlamydia
trachomati 1. Saat terjadinya sering disertai rasa terbakar saat buang air kecil
atau sensasi gatal di uretra1. Cairan purulen yang kental, banyak dan berwarna
kuning sampai keabuan menandakan dari gonococcal uretritis, sedangkan
cairan dengan nonspesifik uretritis berupa encer dan sedikit2.

L. Gejala Objektif lainnya


a) Lesi Sekitar Daerah Genitalia Eksterna
Ulserasi glans penis atau shaftnya dapat terjadi pada sifilis chancre
(ulserasi dengan sedikit nyeri), ulkus mole (chancroid), herpes
simpleks atau skuamosa karsinoma sel, kutil kelamin pada penis1.

b) Massa yang Terlihat dan Massa yang Dapat Diraba


Pasien mungkin memperhatikan massa yang terlihat atau teraba di
perut bagian atas yang dapat menggambarkan tumor ginjal,
hidronefrosis, atau ginjal polikistik1. Pembesaran kelenjar getah
bening di leher dapat mengandung tumor metastasis dari prostat atau
testis1. Benjolan di pangkal paha bisa mewakili penyebaran tumor
pada penis atau limfadenitis dari chancroid, sifilis, atau
limfogranuloma venereum1. Massa yang tidak nyeri pada skrotum
didapatkan pada hidrokokel, varikokel , spermatokel, epididymitis
kronis,hernia, tumor testicular1.

c) Edema
Edema kaki bisa terjadi akibat kompresi iliaka vena oleh metastasis
limfatik dari kanker prostat1. Edema genitalia menunjukkan filariasis,
asites kronis, atau penyumbatan getah bening dari radioterapi untuk
keganasan panggul1.
d) Ginekomastia
Sering idiopatik, dialami oleh pria lanjut usia yang mengkonsumsi
estrogen untuk mengontrol kanker prostat1. Penyakit lain yang dapat
menyebabkan ginekomastia yaitu choriocarcinoma, intestinal sel
sertoli pada testis dan sindrom Klinefelter1.

II.1.2 Riwayat Penyakit Keluarga


penting untuk mengetahui riwayat penyakit keluarga karena sebagian besar penyakit
dapat diturunkan dari genetik dan/atau kelurga2. Contoh penyakit genetic yaitu
penyakit ginjal polikistik, tuberous sklerosis, penyakit von Hippel-Lindau, asidosis
tubular ginjal dan sistinuria2.

II.1.3 Riwayat Penggunaan Obat


Setiap pengobatan harus dicatat dan mengetahui efek sampingnya. Contohnya, obat
antihipertensi dapat mempengaruhi fungsi ereksi dan penggantian antihipertensi
sebagai terapi mendapatkan terjadinya peningkatan fungsi seksual2. Riwayat
pembedahan sebelumnya juga perlu ditanyakan karena dapat menentukan suatu
penyakit merupakan penyakit yang kambuh atau bukan2.

II.2 Pemeriksaan Fisik


II.2.1 Pemeriksaan Umum
Pemeriksaan visual pasien dapat memberikan gambaran umum. Kulit perlu diperiksa
untuk mengetahui adanya ikterus atau pucat. Status gizi pasien harus diperhatikan.
Cachexia sering menjadi tanda keganasan dan obesitas bisa jadi pertanda mendasari
kelainan endokrinologis. Dalam hal ini, harus dicari adanya trunkus obesitas, "punuk
kerbau" dan striae kulit perut, yang menandakan hiperadrenokortiko. Sebaliknya,
kelemahan dan hiperpigmentasi mungkin merupakan tanda hipoadrenokortiko.
Ginekomastia bisa menjadi pertanda endokrinologis penyakit dan indikator
kemungkinan alkoholisme atau terapi hormonal sebelumnya untuk kanker prostat.
Edema genitalia dan ekstremitas bagian bawah mungkin berkaitan dengan adanya
dekompensasi jantung, gagal ginjal, sindrom nefrotik, atau obstruksi limfatik pelvis
dan/atau retroperitoneal. Limfadenopati supraklavikula dapat terlihat pada neoplasma
sistem genitourinari, kanker prostat dan kanker testis yang paling umum,
limfadenopati inguinalis dapat terjadi sekunder akibat karsinoma penis atau uretra2.

II.2.2 Pemeriksaan Ginjal


a. Inspeksi
Massa yang terlihat di daerah perut bagian atas mungkin sulit untuk diraba jika lunak,
seperti pada hidronefrosis1. Massa dengan konsistensi padat pada sudut costovertebral
ditemukan pada kanker atau infeksi perinefrik1. Adanya lekukan yang persisten pada
kulit yang keriput pada kulit dari menggambarkan edema pada kulit yang mengalami
abses perinefrik, edema kulit sekunder akibat abses perinephric1.

b. Palpasi
Ginjal adalah organ yang berukuran kurang lebih seukuran kepalan tangan yang
terletak tinggi di retroperitoneum secara bilateral2. Pada orang dewasa, ginjal
biasanya sulit dilakukan perabaan karena posisinya berada di bawah diafragma dan
tulang rusuk dengan tertutupi otot baik anterior dan posterior, sehingga terlindungi
dari trauma1,2. Karena posisi hati, ginjal kanan agak lebih rendah letaknya dari ginjal
kiri2. Pada anak-anak dan wanita kurus, mungkin saja dapat teraba kutub bawah dari
ginjal kanan dibantu dengan inspirasi dalam2. Namun, biasanya ginjal mungkin tidak
teraba pada pria kecuali jika ukurannya membesar2 Penyebab ginjal sulit di palpasi
pada pria karena resistensi dari tonus otot abdomen dan letaknya yang tetap daripada
di perempuan, hanya bergerak sedikit oleh perubahan postur saat respirasi1. Cara
terbaik untuk palpasi ginjal adalah dengan pasien di posisi terlentang kemudian
ginjal diangkat dari belakang dengan satu tangan di sudut costovertebral2 (Gambar
3). Pada inspirasi mendalam, tangan pemeriksa menekan dengan kuat pada perut
anterior dibawah batas costal2. Pada inspirasi maksimal, ginjal bisa dirasakan saat
bergerak ke bawah dengan diafragma2. Setiap inspirasi, tangan pemeriksa bisa maju
lebih dalam lagi ke dalamm perut2. Sekali lagi, lebih sulit untuk meraba ginjal pria
karena ginjal cenderung bergerak ke bawah bersamaan dengan inspirasi dan karena
dikelilingi dengan lapisan otot yang lebih tebal2. Pada anak-anak, lebih mudah untuk
meraba ginjal karena berat tubuhnya lebih kurus2. Pada neonatus, ginjal bisa
dirasakan cukup mudah dipalpasi antara ibu jari anterior dan jari-jari di atas sudut
costovertebral posterior2.

Gambar 3 Pemeriksaan Bimanual Ginjal

Massa ginjal yang membesar menunjukkan hipertrofi akibat kompensasi (jika ginjal
sebelahnya tidak teraba atau atrofik), hidronefrosis, tumor, kista, atau penyakit
polikistik1. Namun, massa daerah ini juga dapat mengindikasi tumor retroperitoneal,
limpa, lesi dari usus (misalnya tumor, abses), lesi kantong empedu, atau kista
pankreas1. Tumor mungkin memiliki konsistensi normal jaringan atau nodular,
sementara hidronefrosis bisa jadi keras atau lunak1. Ginjal polikistik biasanya nodular
dan tegas1. Ginjal akut yang terinfeksi sangat lunak, namun adanya spasme yang
ditandai bisa membuat ini sulit didapat1. Meskipun nyeri ginjal mungkin terasa
menyebar sampai punggung, nyeri tekan biasanya terlokalisasi dengan baik, hanya di
lateral ke otot sacrospinalis dan di bawah tulang rusuk ke 12 (yaitu CVA)1. Gejala
dapat muncul oleh palpasi atau perkusi tajam pada CVA1.

c. Perkusi
Terkadang, ginjal yang membesar tidak bisa dirasakan, terutama jika memang lunak
seperti pada beberapa kasus hidronefrosis1. Namun, massa seperti itu dapat ditandai
dengan perkusi anterior dan posterior dan bagian pemeriksaan ini tidak boleh
diabaikan1. Perkusi adalah nilai khusus dalam menguraikan pembesaran massa
(perdarahan progresif) di panggul mengikuti trauma ginjal1.

d. Transiluminasi ginjal
Transluminasi ginjal dapat membantu pemeriksaan pada anak-anak < 1 tahun dengan
massa panggul yang teraba1. Massa yang teraba sering berasal dari ginjal2. Senter
atau lampu fiberoptik diposisikan posterior melawan sudut costovertebra2. Massa
dapat berisi cairan seperti kista atau hidronefrosis menghasilkan cahaya cerah
kemerahan di perut bagian anterior2. Massa padat seperti tumor tidak mengalami
transilluminasi2. Manuver diagnostik lain yang mungkin membantu dalam
pemeriksaan ginjal adalah perkusi dan auskultasi2. Meskipun radang ginjal dapat
menyebabkan rasa sakit yang kurang terlokalisir, perkusi dari sudut costovertebral
posterior lebih sering melokalisasi rasa sakit dan nyeri tekan lebih akurat2. Perkusi
harus dilakukan dengan hati-hati karena pada pasien dengan peradangan ginjal dapat
menimbulkan rasa yang sangat menyakitkan2.

e. Diferensiasi Ginjal dan Nyeri Radikular


Nyeri radikular biasanya terasa pada sudut costovertebral dan daerah subkostal2.
Mungkin juga menyebar sepanjang jalan ureter dan merupakan penyebab paling
umum dari "sakit ginjal”1. Setiap pasien yang mengeluh sakit pinggang seharusnya
diperiksa untuk bukti adanya iritasi akar saraf1. Sering penyebabnya adalah postur
tubuh yang buruk (skoliosis, kifosis), rematik pada sendi costovertebral atau
costotransverse, hipertrofi dari ligamen costovertebral yang menekan saraf, dan
penyakit diskus intervetebral1.

f. Auskultasi
Auskultasi daerah costovertebral dan perut bagian atas kuadran bisa mengungkapkan
bruit sistolik, sering dikaitkan dengan stenosis atau aneurisma arteri ginjal2. Bruit di
atas arteri femoralis dapat ditemukan dalam hubungannya dengan Leriche sindrom,
yang mungkin menjadi penyebab impotensi1. Auskultasi bagian atas perut selama
inspirasi mendalam dapat mengungkapkan sistolik bruit yang berhubungan dengan
stenosis arteri ginjal atau aneurisma1.

II.2.3 Pemeriksaan Kandung Kemih


Kandung kemih tidak dapat dipalpasi atau diperkusi sampai setidaknya mengandung
150 mL volume urin di dalamnya2. Pada volume 500 mL, distensi kandung kemih
akan tampak pada orang yang bertubuh kurus seperti masa di bagian bawah
abdomen2. Perkusi lebih baik dilakukan pada pasien daripada palpasi untuk
mendiagnosa distensi kandung kemih2. Perkusi dilakukan dari bagian simfisis pubis
sampai ada perubahan bunyi dari dull ke resonant2. Pada retensi urin akut atau kronis,
kandung kemih bisa mencapai atau bahkan naik di atas umbilikus pada retensi kronis
kandung kemih1. Mungkin sulit untuk diraba karena dinding kandung kemih yang
lembek, dalam hal perkusi itu bernilai.

II.2.4 Pemeriksaan Genitalia Externa


II.2.4.1 Penis
a. Inspeksi
Jika pasien belum disunat, kulup harusnya diretraksi hal ini dapat mengungkap
tumor atau balanitis1. Jika retraksi tidak dapat dilakukan karena fimosis, dapat
dilakukan koreksi bedah (dorsal slit atau sirkumsisi)1. Pengamatan aliran urin yang
buruk sangat penting: pada bayi baru lahir, penyakit kandung kemih neurogenik1.
Kateter uretra harus dipertimbangkan, sedangkan pada pria seperti adanya temuan
menunjukkan adanya penyempitan uretra atau obstruksi prostat.
Luka yang sembuh pasca sifilis bisa menjadi petunjuk penting. Sebuah ulkus aktif
memerlukan studi bakteriologis atau patologis (misalnya, sifilis chancre (ulkus
yang membesar, kera namun tidak nyeri pada lesi primer sifilis), epithelioma.
Ulkus superfisial atau vesikel kompatibel dengan herpes simpleks dan sering
ditafsirkan oleh pasien sebagai penyakit menular seksual yang serius (misalnya
sifilis) kutil kelamin bisa diamati. Stenosis miatal adalah penyebab umum bintik
berdarah bayi laki-laki. Kadang-kadang, ini mungkin seperti tingkat seperti
menyebabkan hidronefrosis bilateral lanjut. Posisi meatus harus diperhatikan
dengan letak proksimal ke ujung kelenjar di kedua dorsal (epispadias) atau
permukaan ventral (hipospadia)2.

b. Palpasi
Palpasi permukaan dorsal pada batang penis dapat memperlihatkan adanya plak
fibrosa yang melibatkan tunika albuginea menutupi corpora cavernosa, khas
penyakit Peyronie2. Daerah yang lunak pada indurasi yang dirasakan di sepanjang
uretra bisa menandakan periuretritis sekunder untuk striktur uretra2.

c. Discharge Uretral
Urethral discharge adalah keluhan yang paling umum dialami pada alat kelamin
laki-laki1. Darah Gonococcal biasanya berlimpah, tebal, dan kuning atau abu-abu-
coklat. Pelepasan nongonor bisa serupa dalam penampilan tapi sering tipis,
mucoid, dan sedikit. Meskipun gonore harus dikesampingkan sebagai penyebab
keluarnya cairan dari uretra, persentase kasus yang signifikan ditemukand
isebabkan oleh chlamydiae1 Pasien dengan discharge uretra juga harus diperiksa
untuk penyakit menular seksual lainnya karena banyak infeksi tidak jarang terjadi.
Adanya darah menunjukkan kemungkinan benda asing di uretra, striktur uretra,
atau tumor. Pelepasan uretra harus selalu dicari sebelum dihindari.

II.2.4.2 Skrotum dan Komponen lainnya


a. Skrotum
Skrotum adalah jaringan longgar berbentuk kantung berisi testis dan korda
spermatikus2. Dinding skrotum terdiri dari kulit dan lapisan tipis otot1. Testis
normalnya berbentuk oval, tegas, dan halus. Pada orang dewasa, mereka berukuran
sekitar 6 cm dan lebar 4 cm2. Testis menggantung di skrotum, dengan testis kanan
biasanya lebih ke kiri anterior2. Epididimis terletak posterior testis dan teraba jelas
sebagai jaringan yang menojol2. Vas deferens dapat teraba di atas setiap testis dan
terasa seperti sepotong benang tebal2.
Skrotum harus diperiksa untuk kelainan dermatologis. Karena skrotum, tidak
seperti penis, skrotum mengandung kelenjar rambut dan kelenjar keringat, ini
adalah tempat yang sering terkena infeksi lokal dan kista sebasesa2. Folikel rambut
bisa menjadi terinfeksi dan mungkin muncul seperti pustula kecil di permukaan
skrotum2. Biasanya hal ini dapat sembuh secara spontan, tapi bisa menimbulkan
lebih signifikan infeksi, terutama pada pasien dengan kekebalan tubuh berkurang
dan diabetes2.
Edema angioneurotik dan infeksi dan pembengkakan kulit skrotum tidak umum2.
Sebasea kecil kista kadang-kadang terlihat sementara pada tumor ganas jarang
terjadi2. Skrotumnya bifid saat hipospadia midscrotal atau perineum muncul
elephantiasis skrotum disebabkan oleh penyumbatan pada drainase limfatik dan
endemik di daerah tropis karena filariasis2.
Lymphedema genital juga bisa diakibatkan oleh reseksi radikal dari kelenjar getah
bening daerah inguinal dan femoralis, dimana kulit penis itu terlibat. Hemangioma
kecil dari kulit yang umum dan dapat berdarah secara spontan. USG skrotum
adalah pemeriksaan tambahan yang membantu dalam mengevaluasi isi skrotum2.
Untuk memeriksa hernia, jari telunjuk dokter seharusnya dimasukkan dengan
lembut ke dalam skrotum dan diagungkan ke dalam cincin inguinal eksternal
(gambar 4)2. Skrotum seharusnya invaginasi di depan testis2. Setelah cincin
eksternal telah ditemukan, dokter harus menempatkan ujung jarinya tangannya
yang lain menutupi cincin inguinal internal dan bertanya kepada pasien untuk
mengejan (manuver Valsava)2. Hernia akan terasa seperti tonjolan yang turun
menempel ujung jari telunjuk di bagian luar cincin inguinalis saat pasien
mendorong kebawah2.
Meski mungkin saja untuk membedakan hernia inguinalis direct yang muncul
melalui dasar kanal inguinal dari hernia inguinal indirect yang muncul melalui
cincin inguinal internal, hal ini jarang terjadi dan kemngkinan kecil secara
signifikan karena pendekatan secara operatif penting untuk kondisi keduanya.
Gambar 4 Permeriksaan Kanal Inguinalis

Korda spermatikum juga diperiksa pada pasien dengan posisi berdiri. Varikokel
berdilatasi, Vena spermatikum yang bany ka memperdarahi menjadi lebih jelas
ketika pasien melakukan Valsava manuver2. Epididimis juga dapat dipalpasi
sebagai jaringan yang menonjol secara longitudinal pada posterior masing-masing
testis2. Testis sebaiknya dipalpasi lagi ketika kedua tangan untuk menghindari
nyeri atau teknan berlebihan2.

b. Testis
Testis harus dipalpasi dengan hati-hati dengan jari-jari kedua tangan1. Area yang
sulit di taba pada testis seharusnya harus diperhatikan sebagai tumor ganas hingga
terbukti sebaliknya1. Transiluminasi juga membantu menentukan apakah massa
pada skrotum padat (tumor) atau kistik (varikokel, spermtokel). Transiluminasi
massa skrotum harus dilakukan secara rutin. Dengan pasien di ruangan gelap,
lampu senter atau lampu fiberoptik ditempatkan di atas kantung skrotum posterior.
Hidrokel akan menyebabkan massa intrascrotal menyala merah, sebaliknya cahaya
tidak dibiaskan melalui tumor padat. Tumor seringkali halus tapi mungkin nodular
dan testis mungkin tampak tidak normal berat. Bila dicurigai tumor, maka
terpalpasi tidak nyeri.
Hidrokel biasanya mengelilingi testis secara komplit. Massa kistik juga membagi
menjadi bagian pole atas testis yang secara tipikal mirip dega spermatokel.
Aspirasi cairan dapat mengenali tipikal, cairan berwarna putih mengandung
sperma. Testis mungkin sering tidak tidak ada pada skrotum, dan ini mungkin
terjadi sementara (testis retraktis fisiologis) atau kriptorkismus sesunggguhnya.
Palpasi pangkal paha bisa menunjukkan adanya organ tersebut. Testis atrofik
(postoperatif orchiopeksi, mumps orkitis, atau torsi tali spermatika) mungkin
lembek dan terkadang hipersensitif namun biasanya tegas dan hiposensitif.
Meskipun spermatogenesis tidak ada, fungsi androgen tetap ada2.

c. Epididimis
Epididimis terkadang agak erat melekat pada permukaan posterior testis, dan di
lain waktu, cukup bebas. Epididimis harus dipilah secara hati-hati untuk ukuran
dan indurasi, yang menyiratkan infeksi sejak awal. Pada tahap akut epididimitis,
testis dan epididimis tidak dapat dibedakan dengan palpasi, testis dan epididimis
mungkin patuh pada skrotum, yang biasanya berwarna merah dan sangat lunak.
Organisme yang menginfeksi adalah Neisseria gonorrhoeae, Chlamydia
trachomatis atau Escherichia coli1.
Indurasi kronis tanpa rasa sakit menunjukkan tuberkulosis atau schistosomiasis,
walaupun mungkin juga epididimitis kronis nonspesifik. Tanda-tanda lain dari
genitourinari tuberculosis termasuk pyuria steril, vesikula mani yang menebal,
nodular prostat, dan "manik-manik" dari vas deferens1.

II.2.4.3 Pemeriksaan Rektal pada Pria


Pemeriksaan rectum dengan jari (DRE) sebaiknya dilakuakn pada pria usia di atas 40
tahun dan yang membutuhkan evaluasi urologic. Kanker prostat adalah kasus kedua
yang sering menyebakan pria meninggal setelah usia 55 tahun dan paling banyak
pada usia lebih dari 70 tahun. DRE sebaiknya dilakukan di akhir dari pemeriksaan
fisik. Hal ini baik dilakukan dengan pasien berdiri atau pasien dengan knee chest
pottion. Sebelum melakukan DRE, praktisi sebaiknya menempatkan telapak tangan
pada tangan yang lainnya di abdomen bagian bawah. Menggunakan hansdcoen dan
memakai jeli sebagai lubrikan ketika mmeriksa ke bagan dalam melalui anus2.
1) DRE dimulai dengan memisahkan kedua bagian bokong dan inspeksi bagian anus
untuk mencari kelainan seperti hemoroid, karsinoma anus atau melanoma yag
mungin bisa dideteksi.
2) Ketika dimasukkan ke dalam anus, hanya 1 jari yang dimasukkan dan memberikan
waktu relaksasi pada anus dan dengan mudah jari dapat berakomodasi.
3) Menilai sfingter anus adalah yang paling penting, lunak atau spastik sfingter anus
menggambarkan sfingter sistem perkemihan dan manjadi petunjuk mendignosis
penyakit neurogenik. Jika praktisi menunggu beberapa detik, sfingter anus akan
secara normal relaks ketika jari bergerak tanpa rasa nyeri. Selain itu. Pemeriksaan
prostat dengan jari, praktisi harus mempalpasi seluruh bagian bawah rectum untuk
menentukan stenosis, internal hemoroid, ktitis, fistula rectum, polip mukosa, dan
kanker rectum. Pemeriksaan perianal adalah hal yang wajib dilakukan.
4) Jari telunjuk dimasukkan sebisa mungkin ke rectum dan dengan gerakan melingkar
keseluruhan diperiksa untuk mendeteksi awal karsinoma rektal. Jari telunjuk
digerakkan secara gentle, dan adaanya feses di sarung tangan dapat menggunakan
pemeriksaan uji tes darah samar yang merupakan tes murah dan sederhana untuk
mendeteksi kelainan yang signifikan pada banormalitas system pencernaan. Tes
darah samar positif mungkin disebabkan oleh : karsinoma kolon, colitis ulcerative,
adenoma, hernia diapragmatik, karsinoma lambung, divertikulitis, ulkus lambung.
5) Menilai Prostat
Specimen urin rutin untuk analisis seharusnya dikumpulkan sebelum pemeriksaan
rektum. Hal ini penting, sejak massase prostat atau bahkan palpasi ketika sekresi
prostat ke dalam uretra posterior. Menilai prostat diantaranya : (a) ukuran (b)
konsistensi (c) mobilitas (d) Massase dan Smear Prostat
a) Ukuran
Ukuran rata-rata prostat adalah sekitar 4 cm pada panjang dan lebar1. Ketika
kelenjar membesar, sulkus lateral menjadi lebih relatif lebih dalam dan bagian
medial menjadi hilang. Praktisi penting menilai hyperplasia prostat yang
diukut dengan gejala keparahan dan jumlah residual urin dibandingkan dengan
palpasi ukuran kelenjar. Ukuruan dan konsistensi mungkin dapat normal
dalam pemeriksaan pada pasien dengan retensio akut atau obstruktif urin yang
berat1.
b) Konsistensi
Secara normal prostat berukuran seperti kacang kenari dan memiliki
konsistensi yang sama dengan permukaan ibu jari ketika ditekan1.
Konsistensinya menjadi lunak jika kongesti, mengeras (akibat infeksi kronik
dengan ada atau tanpanya batu di saluran kemih), menjadi sangat keras seperti
batu (akibat kanker berkelanjutan )1. Kesulitan sebenanrnya terletak pada area
yang lunak pada prostat: fibrosis dari infeksi non spesifik, prostatitits kelenjar,
bernodul dari TBC, area lunak diakbatkan kalkli prostat atau kanker awal.
Seara umum, nodul dapat diakibatkan oleh infeksi yang didapat dari bagian
permukaan atas kelenjar ada pemeriksaan ini dapat mencari adanya kelainan
pada prostat yang mencurigakan ke arah kanker prostat, yaitu konsistensi yang
keras, adanya nodul (benjolan di permukaan) dan pembesaran prostat yang
tidak simetris.
Gambar 5 Membedakandiagnosis nodul prostat : A. Area inflamasi didapat
pada bagian permukaan atas kelenjar ; penurunan indurasi secara
gradual pada baian perifernya. B. Kanker nodul tidak dapat
diraih,terdapat perubahan abrupsi pada konsistensi pada

Serum prostat spesifik (PSA) dapat dibantu jika kenaikan dan metode yang
paling umum mendiagnosa kanker prostat ( derajat klinis T1c), Transrecktum
ultrasound-guided biopsy prostat dapat didiagnostik. Baru-baru ini pemeriksaan
rektal setelah prostatektomi radikal tidak terlalu penting ketika PSA tidak dapat
dideteksi.
c) Mobilitas
Mobilitas pada kelenjar bervariasi. Pada karsinoma lanjut, terdapat perluasan
dari kapsul. Pada orang dewasa, prostat harus dipijat secara rutin dan sekresi
diperiksa secara mikroskopis namun, massase prostat harus dihindari pada
adanya prostatitis akut prostasistitis akut, uretra discharge akut, pada laki-laki
yang mengalami retensio urin yang hampir komplit atau kanker kelenjar prostat
yang nyata.
d) Massase dan Prostat Smear
Jumlah sekresi yang berlebihan dapat diperoleh dari kelenjar someprostate dan
sedikit atau tidak sama sekali dari orang lain. Jumlah yang ditentukan
tergantung pada tingkat tertentu pada kekuatan yang mereka lakukan. Sekresi
normal negandung sejumah badan lesitin, yang refraktil seperti sel darah merah
namun lebih kecil. Hanya sedikit sejumlah sel darah putih, sperma dapat
muncul namun tidak signifikan. Adanya sejumlah sel leukosit menduga adanya
prostatitis, Organisme cepat-asam seringkali dapat ditemukan dengan metode
pewarnaan yang tepat. Kadang-kadang diperlukan adanya sekresi protein
khusus untuk menunjukkan organisme nonspesifik, basil tuberkari, gonokokus,
atau klamidia. Setelah pembersihan menyeluruh dari kelenjar dan pengosongan
kandung kemih untuk secara mekanis membersihkan uretra, prostat dipijat.
Uraian sekresi dikumpulkan dalam tabung steril.

II.2.4.4 Vesikula Semilunaris


Palpasi vesikula semilunaris harus dilakukan terletak di bawah dasar kandung
kemih dan diverget dari bawah ke atas (Gambar 8). Normalnya, vesikula
seminalis impalpable, namun dirasakan kistik ketika terjadi overdistents. Pada
infeksi kronis (TBC atau skistosomiasis) atau adanya perluasan karsinoma
prostat, hal ini mungkin indurasi. Vesikula biasanya terinfeksi saat prostatitis
ada. Tumor primer dari vesikel arevery jarang terjadi. Massa kistik jarang
dirasakan di prostat atau hanya di atasnya. Ini mungkin merupakan kista
Mullerianduct atau utricle, yang terakhir ini kadang dikaitkan dengan
hipospadia1.
Gambar 6 (A) Anatomi hubungan kandung kemih, prostat, uretr
prostaomembran, dan cabang dari penis (B) Histologi testis,
seminiferous tubular dibantu dengan membrane basal untuk
Sertoli dan sel spermatogenik (C) cross section testis dan
epididimis.
Gambar 7 (Atas) hubungan kandung kemih, prostat, vesicular seminalis, penis,
uretra, kandungan skrotum. (Bagian bawah kiri) ptotongan
transversal penis : struktur bagian atas adalah sepasang corpora
kavernosa, yang bagian bawah yang mengelilingi bagian uretra
adalah corps spongiosum. (Kanan bawah): fascia yang letaknya pada
traktur urinarius bagian bawah

II.2.4.5 Nodus limfa


Generalisasi limfadenopati biasaya muncul pada HIV .
a) Kelenjar Getah Bening Subinguinal dan Inguinalis
Adanya lesi dengan inflamasi pada kulit penis dan skrotum atau vulva,
kelenjar getah bening inguinal dan subinguinal dapat terlibat. Seperti
penyakit yang termasuk kankroid, chancre sifilis, limfogranuloma venerum,
dan terkadang ginrea, tumor maligna ( karsinoma sel skuamosa) melibatkan
penis, kelenjar, kulit skrotum, atau distal uretra pada metastasis ke inguinal
dan subinguinal nodul. Tumor testis tidak menyebar yang biasanya menyebar
pada kulit skrotum.
b. Kelenjar getah bening lainnya
Tumor testis dan prostan melibatkan kelenjar supraclavicular kiri
(Virchow's atau Troisier's node) lemot kandung kemih dan prostat secara khas
metastasenya ke iliaka internal, iliaka eksternal, preaortik, meskipun jarang
dapat dipalpasi. Abdomen bagian atas dapat menduga kanker testis.

II.2.5 Pemeriksaan Genitalia pada Wanita


II.2.5.1 Vagina
Penyakit pada traktus gentalia dapat terjadi secara sekunder dari organ traktus
urinarius. Adanya pemeriksaan ginekologi penting. Biasanya yang menyertai kondisi
termasuk uretrosistitis sekunder menjadi divertiklitis uretera atau servisitis,
pielkonefritis selama kehamilan, dan obstruksi uretra dari metastasis kelenjar getah
bening atau penyebaan langsung kanker seriks.
a. Inspeksi
Kehadiran skenitis dan bartholinitis dapat mengungkapkan sumber uretritis atau
sistitis persisten. Kondisi dinding vaginal harus diperhatikan. Urethrocele dan
sistokel, yang sering ditemukan dengan inkontinensia stres, dapat dikaitkan dengan
urine tetap dan menyebabkan infeksi kandung kemih.
Tonjolan di dinding vagina anterior mungkin merupakan urethral diverticulum.
Serviks harus diperiksa untuk kanker atau infeksi. Mengambil spesimen biopsi atau
membuat Papanicolaousmears dapat ditunjukkan. Kadang kala, uretra, pangkal
kandung kemih, dan ureter lebih rendah terasa lembut pada palpasi, tapi sedikit yang
bisa disimpulkan dari penjepitan ini. Indurasi uretra atau daerah trigonal, atau
terjadinya massinvolving juga bisa menjadi petunjuk bagi tumor yang ada. Lembut
Massa bisa berupa divertikulum uretra, dan tekanan bisa menyebabkan muntah keluar
dari uretra. Batu di bagian bawah uretermay bisa teraba. Bukti pembesaran rahim
(misalnya, kehamilan, mioma) atau penyakit atau radang usus besar atau adneksa
dapat memberi petunjuk tentang penyebab gejala kemih (misalnya, kompresi ureter
oleh tumor ovarium, endometriosis, atau divertikulitis dari kolon sigmoid yang
menempel pada kandung kemih). Karsinoma serviks dapat menyerang dasar kandung
kemih, menyebabkan vesikal. lekas marah atau hematuria; Metastasis kelenjar getah
bening kelenjar getah bening bisa memampatkan ureter. Pemeriksaan itu sendiri harus
dilakukan dalam lithotomyposition standar dengan kaki pasien diculik. Awalnya, alat
kelamin luar dan introitus harus diperiksa, dengan perhatian khusus untuk perubahan
atrofi, erosi, bisul, discharge, atau kutil, semua yang dapat menyebabkan disuria dan
ketidaknyamanan panggul.
Kotoran uretra harus diperiksa untuk caruncles, hiperplasia mukosa, kista, dan
prolaps mukosa. Pasien kemudian diminta untuk melakukan Valsalvamaneuver dan
diperiksa dengan seksama untuk sistokel (prolaps dari kandung kemih) atau rektokel
(prolaps rektum). Pasiennya saat itu diminta untuk batuk, yang dapat memicu stres
inkontinensia urin. Palpasi uretra dilakukan untuk mendeteksi indurasi, yang
mungkin merupakan tanda peradangan kronis atau keganasan. Palpasi juga bisa
menimbulkan divertikulum uretra, dan palpasi diverticulummay menyebabkan
keluarnya cairan purulen dari uretra. Pemeriksaan bimanual pada kandung kemih,
rahim, dan adneksa kemudian harus dilakukan dengan dua jari di vagina dan sisi
lainnya pada lowerabdomen. Setiap kelainan pada organ pelvis harus dievaluasi lebih
jauh dengan ultrasonografi pelvis atau CT scan.

II.2.6 Pemeriksaan Neurogenik


Ada berbagai situasi klinis di mana pemeriksaan neurologis bisa membantu dalam
mengevaluasi pasien urologis. Dalam beberapa kasus, tingkat kelainan neurologis
dapat dilokalisasi oleh pola defisit sensorik yang dicatat selama pemeriksaan fisik
dengan menggunakan peta dermatom (Gambar 8).
Survei neurologis yang hati-hati dapat menemukan sensoris atau motorimpairment
yang menyebabkan residu urin atau inkontinensia. Karena kandung kemih dan
sfingter diinervasi oleh segmen sakral kedua ke keempat, informasi dapat diperoleh
dengan menggunakan otot sfingter anal, mengevaluasi sensasi kulit perianals, dan
menguji tendon Achilles dan reflex bulbocarvnosus. Cara menilai reflex
bulbocavernosus adalah dengan Jari dimasukkan ke rektum dan penis atau clitoris
ditekan atau kateter ditarik.. Bila sphincter rektum berkontraksi, ada aktivitas reflek
dan tidak terdapat lesi LMN.

Gambar 8 Area Dermatom Sensorik yang digunakan untuk membantu


Melokalisir Level Defisit Neurologik
Defisit sensorik di penis, labia, skrotum, vagina, dan daerah perianal umumnya
mengindikasikan kerusakan pada akar sakral atau saraf. Selain pemeriksaan sensorik,
pengujian refleks di area genital juga bisa dilakukan. Yang terpenting adalah refleks
bulbocavernosus (BCR), yang merupakan kontraksi refleks otot langgeng pelvicfloor
yang terjadi sebagai respons terhadap berbagai rangsangan. di alat kelamin
perineumor. Jika BCR utuh, pengencangan sfingter anal harus dirasakan dan / atau
diamati. Tes BCR dalah integritas lengkung refleks yang dimediasi oleh medula
spinalis yang melibatkan S2-S4 dan mungkin tidak ada dengan adanya kelainan pada
saraf sakral atau kelainan perifer.
BAB III
KESIMPULAN

Anamnesis dan pemeriksaan fisik yang sistematik sangat dibutuhkan untuk


membantu menentukan dignosis serta diagnosis banding dari keluhan gangguan
sistem kemih pasien. Keluhan dapat berupa rasa nyeri dari organ kemih sendiri atau
penyebaran ke organ lain. Dapat juga ditemukan keluhan sistemik seperti penurunan
berat badan dan peningkatan suhu. Pada pemeriksaan fisik dilakukan teknik inspeksi,
palpasi, perkusi dan auskultasi untuk memeriksa organ ginjal dan genitalia pria dan
wanita. Dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang baik maka akan didapatkan
diagnosis penyakit serta terapi yang akurat untuk pasien.
DAFTAR PUSTAKA

1. Tanagho, E. A. 2013.Anatomy of Genitourinary Tract in Smith’s General


Urology. 17th Edition. McGraw-Hill

2. Walsh P.C., Retik A.B., Vaughan E.D., Wein A.J., 2016. Campbell’s
Urology11th ed., WB Saunders, Philadephia.

Anda mungkin juga menyukai