REFERAT
ANAMNESIS DAN PEMERIKSAAN FISIK UROLOGI
Pembimbing :
Disusun Oleh :
1820221099
PERIODE
REFERAT
Disusun Oleh :
1820221099
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
II.1 Anamnesis
Riwayat penyakit merupakan landasan untuk melakukan evaluasi pada pasien
urologi dan data riwayat yang diambil dengan baik akan dapat membantu
mendiagnosis gangguan. Beberapa gejala yang tidak tampak dapat disebabkan karena
pasien mungkin tidak dapat menggambarkan atau mengkomunikasikan gejala akibat
kegelisahan, hambatan bahasa, atau latar belakang pendidikan pasien yang dapat
menghalangi ahli urologi dalam memperoleh riwayat yang akurat. Karena itu ahli
urologi harus menjadi detektif dan mampu mengarahkan pasien. Maka dari itu
pemeriksa harus membangun rasa tenang, peduli dan gambaran kompetensi
pemeriksa guna membangun komunikasi dua arah yang baik. Riwayat penyakit yang
lengkap dibagi menjadi keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit
dahulu dan riwayat penyakit keluarga.
A. Nyeri
Nyeri yang berasal dari organ genitourinary dapat dirasakan sebagai nyeri
hebat yang disebabkan oleh obstruksi atau infalamasi sistem saluran kemih2.
Inflamasi pada sistem genitourinari akan sangat berat jika melibatkan
parenkim dari organ genitourinari. Ini disebabkan akibat terjadinya edema dan
distensi kapsul disekitar organ2. Nyeri akibat inflamasi pada mukosa organ
berongga seperti kandung kemih atau uretra biasanya menyebabkan rasa tidak
nyaman dan tidak terlalu berat2. Tumor pada sistem genitourinari biasanya
tidak menimbulkan rasa nyeri kecuali tumor tersebut menyebabkan obstruksi
atau menyebar dari organ primernya dan mengenai saraf yang berdekatan2.
Nyeri yang dirasakan pada tumor dapat menujukan tanda dan gejala yang
terlambat dari tumor stadium lanjut2. Nyeri yang berasal dari organ
genitourinari dibedakan menjadi dua yaitu bersifat lokal dan menyebar. Nyeri
lokal dirasakan di dalam atau di dekat organ yang terlibat1. Dengan demikian,
nyeri dari ginjal yang sakit (T10-12, L1) dirasakan di sudut costovertebral dan
di bawah tulang iga ke-12 dan nyeri pada peradangan testis dirasakan pada
tempatnya sendiri1. Nyeri yang menyebar berarti nyeri yang ditimbulkan
berasal dari organ yang sakit namun dapat dirasakan agak jauh dari organ itu1.
Sebagai contoh kolik ureter (Gambar 1) yang disebabkan oleh batu di ureter
atas dapat dikaitkan dengan nyeri berat pada testis ipsilateral, ini dijelaskan
oleh persarafan umum kedua struktur ini (T11-12) dan batu di ureter bagian
bawah dapat menyebabkan rasa sakit yang menjalar ke dinding skrotum1.
Nyeri terbakar yang hilang timbul dapat menyertai sistitis akut dan dirasakan
sampai ke uretra distal pada wanita dan di kelenjar uretra pada pria (S2-3)1.
1) Nyeri Ginjal
Nyeri ginjal khas dirasakan sebagai nyeri yang tumpul dan konstan di
sudut costovertebral sebelah lateral dari otot sacrospinalis dan tepat di
bawah tulang rusuk ke-121. Rasa sakit ini sering menyebar ke daerah
subkostal menuju umbilikus atau perut bagian kuadran bawah dan sampai
ke testis atau labium2. Gangguan ginjal atau retroperitoneal perlu
diperhatikan sebagain diagnosa banding terutama pada pria yang
mengeluhkan rasa tidak nyaman pada skrotum namun tidak ditemukan
kelainan pada pemeriksaan skrotum2. Nyeri ini disebabkan oleh distensi
tiba-tiba dari kapsul ginjal akibat inflamasi seperti pada pielonefritis akut
(dengan edema yang tiba- tiba) dan obstruksi seperti pada obstruksi ureter
akut (dengan tekanan pada ginjal secara mendadak)1. Nyeri akibat
inflamasi bersifat menetap sedangkan nyeri akibat obstruksi bersifat kolik
atau hilang timbul biasanya terjadi bersamaan pada obstruksi ureter akibat
gerak peristaltik ureter saat akan mendorong urin melalui obstruksi dan
menyebabkan peningkatan tekanan pada pelvis ginjal2. Perlu diketahui,
banyak penyakit ginjal yang tidak tidak menimbulkan rasa sakit karena
progressivitas yang berjalan lambat sehingga tidak menyebabkan distensi
kapsul seperti pada kanker, pielonefritis kronik, batu staghorn ginjal,
tuberkulosis, polikistik ginjal dan hidronefrosis akibat obstruksi ureter
kronik1.
Gambar 1 Nyeri yang berasal dari ginjal (arsir gelap) dan ureter (arsir lebih
terang)
Gejala nyeri pada ginjal dapat menyerupai gejala pada gangguan
gastrointestinal karena rangsang refleks dari ganglion celiac dan karena
letak organ yang berdekatan (hati, pankreas, duodenum, kandung empedu
dan kolon)2. Nyeri intraperitoneal dan ginjal dapat dibedakan melalui
riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik yang tepat. Nyeri pada
intreaperitoneal biasanya bukan merupakan nyeri kolik seperti pada
obstruksi ginjal. Pada nyeri intaperitoneal biasanya juga dapat dirasakan
menyebar sampai ke bahu karena iritasi diafragma dan nervus phrenic,
hal ini tidak terjadi pada nyeri ginjal2. Pasien dengan nyeri intraperitoneal
akan berbaring tidak bergerak untuk mengurangi rasa nyeri sedangkan
pada nyeri ginjal pasien lebih nyaman untuk bergerak dan memegang
bagian pinggang2.
2) Nyeri Ureter
Nyeri ureter distimulasi oleh obstruksi akut (bagian dari batu atau bekuan
darah)1. Pada keadaan ini, terdapat nyeri punggung akibat distensi kapsul
ginjal bersamaan dengan nyeri kolik hebat (karena spasme pelvis ginjal
dan otot ureter) yang berasal dari sudut costovertebral ke bawah menuju
kuadran anterior bawah abdomen, sepanjang ureter1. Pada pria, nyeri juga
dirasakan pada kandung kemih, skrotum atau testis dan pada wanita, dapat
menjalar hingga vulva1. Tingkat keparahan dan nyeri kolik ini disebabkan
oleh hiperperistaltik dan spasme dari otot polos ureter yang berupaya
untuk menyingkirkan benda asing atau sumbatan tersebut1. Ahli urologi
dapat mengetahui posisi batu ureter dari riwayat nyeri dan penjalaran
nyerinya1. Jika batu berada di ureter bagian atas, nyeri akan menjalar ke
arah testis, karena suplai saraf organ ini serupa dengan persarafan pada
ginjal dan ureter bagian atas (T11-12)1. Batu pada bagian tengah ureter di
sisi kanan, nyeri akan menjalar ke titik McBurney dan karena itu bisa
mensimulasikan radang usus buntu dan pada sisi kiri, mungkin
menyerupai divertikulitis atau penyakit lainnya dari kolon descending atau
sigmoid (T12, L1)1. Saat batu sampai ke kandung kemih akan terjadi
inflamasi dan edema pada lubang ureter dan muncul gejala dari iritasi
kandung kemih seperti frekuensi urin dan urgensi1.
4) Nyeri Prostat
Nyeri prostat merupakan akibat sekunder dari inflamasi disertai dengan
edema dan distensi dari kapsul prostat2. Nyeri langsung dari kelenjar
prostat tidak umum terjadi1. Kadang, saat prostat mengalami peradangan
akut, penderita mungkin merasa tidak nyaman atau rasa seperti penuh
yang samar di daerah perineum atau rektal (S2-4)1. Nyeri punggung
lumbosakral kadang terasa sebagai rasa nyeri yang menjalar dari prostat,
namun bukan merupakan gejala umum dari prostatitis1. Nyeri pada prostat
sulit ditentukan tempat asalnya sehingga pasien mengeluhkan nyeri
berasal dari bagian abdomen bawah, inguinal, perineal, lumbosacral, penis
dan rektal2. Peradangan pada kelenjar dapat menyebabkan disuria,
frekuensi, dan urgensi1.
5) Nyeri Testis
Nyeri pada testis dapat berupa nyeri primer atau penjalaran dari organ
lain2. Nyeri primer muncul dari skrotum dan merupakan nyeri sekunder
dari epididimitis, torsio testis atau testicular appendices2. Nyeri pada testis
dapat diakibatkan oleh trauma, infeksi, atau torsi pada spermatika tali
pusat yang sangat parah dan dirasakan secara lokal1. Pada epididimitis dan
torsio testis nyeri juga disertai edema sehingga dapat sulit dibedakan2.
Nyeri juga dapat disebabkan oleh peradangan pada dinding skrotum itu
sendiri yang disebabkan oleh infeksi pada fokel rambut atau kelenjar
sebasea atau sekunder dari fourniere gangrene atau infeksi nekrotik
skrotum2. Rasa tidak nyaman timbul di sepanjang tali spermatika sampai
ke perut bagian bawah. Nyeri skrotum kronik tidak disebabkan oleh
inflamasi dan nyeti bersifat tumpul, seperti terasa berat yang tidak
menjalar misalnya pada hidrokel, spermatokele, dan tumor testis tidak
selalu menimbulkan rasa nyeri1,2. Varikokel dapat menyebabkan nyeri
tumpul pada testis yang meningkat setelah latihan berat1. Terkadang,
gejala pertama dari hernia inguinal indirek dapat berupa nyeri testis
(penjalaran) dan nyeri dari batu ureter bagian atas juga dapat menjalar
hingga ke testis1. Karena saat embriologi jarak testis dan ginjal
berdekatan, maka nyeri pada ginjal atau retroperitoneum dapat menjalar
ke testis2.
6) Nyeri Epididimis
Infeksi akut epididimis adalah satu-satunya penyakit yang menyebabkan
rasa nyeri dan cukup banyak ditemukan1. Rasa nyeri dimulai di skrotum,
dan di sekitar organ. Pada tahap awal epididimitis, nyeri mungkin pertama
kali terasa di selangkang atau kuadran perut bagian bawah (jika di sisi
kanan, ini bisa mensimulasikan radang usus buntu) 1.
7) Nyeri Penis
Nyeri pada penis yang lemah, biasanya terjadi pada penyakit sekunder dari
peradangan di kandung kemih atau uretra dengan rasa sakit menjalar
dialami secara terutama pada meatus uretra2. Selain itu rasa sakit penis
didapatkan pada paraphimosis, suatu kondisi di mana kulit penis yang
tidak disunat terjebak di balik glans penis, mengakibatkan penyumbatan
vena dan pembengkakan yang menimbulkan nyeri2. Nyeri pada penis
ketika ereksi biasanya disebabkan oleh penyakit peyronie atau priapism2.
2) Organ Relationships
Ginjal kanan terletak dekat dengan lekukan kolon dekat hepar, duodenum,
bagian atas pancreas dan kandung empedu. Ginjal kiri terletak dibelakang
lekukan limpa berdekatan dengan organ seperti limpa, pancreas, usus
halus. Inflamasi atau tumor pada retroperitoneum dapat meluas ke dalam
atau menggeser tempat organ intraperitoneal, sehingga menyebabkan
gejala yang sama1.
3) Peritoneal Irritation
Permukaan anterior dari ginjal terselubungi oleh peritoneum. Pada
inflamasi ginjal yang menyebabkan inflamasi peritoneal dapat
menyebabkan rigiditas otot dan nyeri balik tekan. Gejala yang muncul dari
penyakit ginjal kronik seperti hidronefrosis, batu ginjal staghorn,
pielonefritis kronik dapat berupa gejala gaistrointestinal serupa gejala lkus
peptik, penyakit kandung empedu, radang usus buntu atau lainnya. Jika
pada pemeriksaan gastrointestinal tidak terbukti maka pemeriksa harus
memikirkan kelainan akibat gangguan dari sistem genintourinari1.
C. Hematuria
Hematuria adalah terdapatnya darah dalam urin yaitu lebih dari tiga sel darah
merah per lapang pandang besar2. Penderita gross hematuria biasanya
ketakutan dengan onset mendadak adanya darah dalam urin dan sering ke unit
gawat darurat untuk evaluasi karena takut akan menjadi perdarahan yang
hebat2. Hematuria tidak boleh diacuhkan terutama pada orang dewasa harus
dicurigai merupakan tanda dari keganasan sampai terbukti sebaliknya2. Dalam
mengevaluasi hematuria, beberapa pertanyaan harus selalu ditanyakan dan
jawabannya dapat membantu ahli urologi untuk menargetkan evaluasi
diagnostik berikutnya secara efisien. Pertanyaannya sebagai berikut2:
(1) Apakah termasuk gross hematuria atau mikroskopik?
(2) Pada saat apa hematuria muncul (awal atau akhir berkemih)?
(3) Apakah hematuria disertai dengan rasa sakit?
(4) Apakah pada saat BAK pada urinnya disertai dengan adanya gumpalan
darah?
(5) Jika iya, bagaimana bentuk dari gumpalan darah tersebut?
1) Gross Hematuria VS mikroskopik
Penderita gross hematuria biasanya sudah bisa dikenali berdasarkan
patologi yang mendasarinya, sedangkan pasien dengan derajat minimal
hematuria mikroskopis memiliki evaluasi urologis negative2.
2) Waktu Terjadinya Hematuria
Waktu hematuria saat buang air kecil dapat menunjukkan lokasi asal
pendarahan. Hematuria awal biasanya timbul dari uretra, itu paling jarang
terjadi dan biasanya terjadi sekunder akibat peradangan. Total hematuria
paling umum terjadi dan menunjukkan bahwa perdarahan kemungkinan
besar berasal dari kandung kemih atau saluran kemih bagian atas.
Hematuria terminal terjadi pada akhir berkemih (terminal hematuria) dan
biasanya sekunder akibat inflamasi di daerah leher kandung kemih atau
prostatik uretra. Hal tersebut terjadi pada akhir berkemih sebagai usaha
kontraksi dari leher kandung kemih untuk mengeluarkan urin yang masih
berada di kandung kemih2.
3) Asosiasi Dengan Nyeri
Hematuria biasanya tidak disertai rasa sakit kecuali, jika dikaitkan dengan
inflamasi atau obstruksi. Seperti pada pasien dengan sistitis dan hematuria
sekunder dapat disertai gejala iritasi urin yang menyakitkan tapi rasa
sakitnya tidak terlalu parah dan tidak disertai dengan gumpalan darah.
Umumnya, rasa sakit yang menyertai hematuri berasal dari saluran kemih
bagian atas dengan penyumbatan ureter dan disertai dengan gumpalan
darah. Keluarnya gumpalan darah ini dapat disertai dengan rasa nyeri
kolik pada area flank yang serupa dengan rasa nyeri yang dihasilkan oleh
adanya batu ureter dan hal tersebut berguna untuk membantu menemukan
asal atau penyebab dari hematuria2.
American Urological Association (AUA) telah mengeluarkan pedoman
tentang pasien dengan mikrohematuria asimtomatik (AMH), yang
didefinisikan sebagai tiga atau lebih sel darah merah per lapang pandang
besar dan AMH harus didasarkan pada hematuria mikroskopik, bukan
dipstick pada pemeriksaan urin2.
4) Temuan Gumpalan Darah
Ditemukannya gumpalan darah dapat mengindikasikan derajat dari
hematuria dan adanya patologis pada sistem kemih2.
5) Bentuk gumpalan darah
Biasanya jika terdapat gumpalan darah biasanya tidak berbentuk dan
berasal dari kandung kemih atau uretra prostat. Jika gumpalan berbentuk
vermiform (seperti cacing) dan berkaitan dengan nyeri pinggang,
mengidentifikasi hematuria yang berasal saluran kemih bagian atas dengan
pembentukan bekuan vermiform dalam ureter2.
b) Nokturia
Nokturia merupakan gejala frekuensi urin yang terjadi pada malam
hari2. Normalnya orang dewasa berkemih tidak lebih dari 2 kali pada
malam hari2. Merupakan gejala penyakit ginjal yang berhubungan
dengan penurunan fungsi parenkim ginjal untuk menyaring urin1.
Nokturia juga dapat muncul tanpa adanya penyakit yaitu pada individu
yang minum berlebihan di malam hari, seperti minum kopi dan
alkohol karena efek diuretik kuat pada minuman seringkali
menyebabkan nokturia jika dikonsumsi sebelum tidur1. Pada orang
lebih tua, retensi cairan dapat terjadi sekunder akibat gagal jantung
atau vena varikosa karena pada sikap telentang, cairan berpindah dan
menyebabkan pasien ini mengalami nokturia1. Keadaan pH urin yang
sangat rendah atau tinggi dapat mengiritasi kandung kemih dan
menyebabkan frekuensi berkemih1.
c) Disuria
Merupakan rasa nyeri pada saat berkemih yang biasanya berhubungan
dengan radang akut kandung kemih, uretra atau prostat2. Rasa nyeri
biasanya tidak dirasakan pada kandung kemih namun menjalar pada
meatus uretra2. Nyeri pada awal berkemih mengindikasi gangguan
pada uretra dan diakhir kemih gangguan pada kandung kemih2.
Terkadang, rasa sakitnya digambarkan sebagai rasa "terbakar" saat
buang air kecil dan biasanya terletak di uretra distal pada pria dan pada
anita biasanya melokalisasi rasa sakit di uretra1. Rasa nyeri muncul
saat pengosongan dan hilang segera setelah berkemih selesai1. Disuria
seringkali disertai dengan frekuensi dan urgensi2.
d) Urgensi
Urgensi merupakan keinginan kuat untuk berkemih akibat
hiperaktivitas dan iritabilitas kandung kemih1.
e) Enuresis
Eneuresis dapat diartikan sebagai mengompol di malam hari1. Secara
fisiologis muncul pada 2-3 tahun awal kehidupan tapi menjadi
masalah jika terjadi pada usia lebih dari 2-3 tahun1. Hal itu dapat
muncul secara sekunder akibat maturasi neuromuskular yang
terhambat pada komponen uretrovesikal, namun juga dapat muncul
ketika terjadi kelainan pada organ lain misalnya akibat infeksi,
stenosis uretra distal pada wanita, katup uretra posterior pada laki-laki
dan neurogenic bladder1.
i) Sistitits
Munculnya episode sistitis akut berulang dapat menandakan adanya
gejala dari residual urin1.
j) Straining
Straining atau mengejan yaitu berkemih yang disertai usaha dari otot
abdomen2. Normalnya tidak diperlukan pada pria untuk melakukan
manuver valsava kecuali pada akhir berkemih2.
a) Inkotinensia Sesungguhnya/Kontinu
Pasien dapat mengeluarkan urin tanpa disadari (tidak terkontrol). Hal
ini dapat menjadi gejala yang menetap atau berkala1. Penyebab yang
lebih jelasnya termasuk prostatektomi radikal sebelumnya, exstrophy
dari kandung kemih, epispadias, fistula vesicovaginal, dan lubang
ureter ektopik1. Cedera pada sfingter otot polos uretra mungkin terjadi
terjadi selama masa prostatektomi atau persalinan. Bawaan atau
penyakit neurogenik yang didapat dapat menyebabkan disfungsi
kandung kemih dan inkontinensia1.
b) Stress Inkontinensia
Adanya sedikit kelemahan pada sfingter, sehingga urin dapat keluar
dengan adanya ketegangan fisik, seperti batuk, tertawa, latihan fisik,
bangkit dari kursi atau keadaan lain yang menyebabkan peningkatan
tekanan intra-abdomen1,2. Selama aktivitas-aktivitas tersebut tekanan
inta-abdomen akan meningkatkan resistensi uretra dan menyebabkan
kebocoran urin sedikit2. Hal ini biasa terjadi pada wanita multipara
yang memiliki otot lemah leher kandung kemih dan uretra lemah dan
pada pria yang telah mengalami prostatektomi radikal1. Terkadang,
neuropati kandung kemih, disfungsi dapat menyebabkan stres
inkontinensia1. Stress inkontinensia sulit untuk diatasi dengan terapi
farmakologi sehingga paling baik dilakukan terapi operasi2.
c) Urgensi Inkontinesia
Urgensi mungkin dapat terjadi dan semakin parah sehingga sering
mengalami pengosongan urin secara tidak sengaja1. Inkontinensia
mendesak sering terjadi dengan sistitis akut, terutama pada wanita
karena wanita memiliki anatomis sfingter yang lebih lemah1. Penting
unuk dapat membedakan urgensi inkontinensia dari stress
inkonteinensia, pertama, urgensi inkontinensia merupakan akibat
sekunder dari penyakit lain yang mendasarinya sehingga terapi pada
penyakit primernya dapat mengatasi inkontinensia urgensi2. Kedua,
pasien dengan urgensi inkontinensia tidak memerlukan terapi operasi
namun dengan terapi farmakologi yang dapat meningkatkan tahanan
kandung kemih dan/atau meningkatkan resistensi uretra2.
d) Inkontinensia Overflow
Disebut juga paradoxial incontinence. Pada keadaan ini urin mengalir
keluar akibat isinya yang sudah terlalu banyak di dalam kandung
kemih dan tidak dikeluarkan secara komplit2. Biasanya terjadi saat
malam hari dimana kemampuan pasien untuk menahan urin
berkurang2.
G. Pneumaturia
Pneumaturia yaitu adanya bagian gas dalam urin2. Penyebab umum meliputi
divertikulitis, karsinoma dari kolon sigmoid, dan enteritis regional (Penyakit
Crohn)2. Dalam kasus yang jarang terjadi, pasien dengan diabetes melitus
mungkin memiliki infeksi yang membentuk gas, dengan pembentukan karbon
dioksida dari fermentasi konsentrasi tinggi gula dalam urin2.
H. Urin Keruh (Cloudy urine)
Cloudy urine adalah urin yang bewarna keruh dan berbau busuk akibat adanya
infeksi saluran kemih1. Biasanya hal ini disebabkan karena urin banyak
mengandung fosfat1. Infeksi juga bisa menyebabkan air seni menjadi keruh
dan berbau busuk1. Urinalisis yang dilakukan dengan benar akan
mengungkapkan penyebab keruh1.
J. Hematospermia
Hematospermia adalah adanya darah pada cairan sperma2. Hal ini hampir
selalu disebabkan dari peradangan non spesifik prostat dan/atau vesikula
seminalis yang dapat sembuh secara spontan, biasanya dalam beberapa
minggu2. Pasien dengan hematospermia yang bertahan beberapa minggu
seharusnya menjalani evaluasi urologis lebih lanjut untuk mengetahui
penyebab yang mendasarinya2. Pemeriksaan genital dan pemeriksaan rektum
harus dilakukan dilakukan untuk menyingkirkan keberadaan tuberkulosis,
spesifik prostat antigen (PSA) dan pemeriksaan rektal dilakukan untuk
menyingkirkan karsinoma dan sitologi urin dilakukan untuk menyingkirkan
kemungkinan karsinoma sel transisional dari prostat2.
K. Discharge uretra
Mengalirnya cairan dari uretra (urethral discharge) pada pria merupakan
salah satu urologis yang paling umum dikeluhakan1. Organisme yang dapat
menjadi penyebab biasanya Neisseria gonorrhoeae atau Chlamydia
trachomati 1. Saat terjadinya sering disertai rasa terbakar saat buang air kecil
atau sensasi gatal di uretra1. Cairan purulen yang kental, banyak dan berwarna
kuning sampai keabuan menandakan dari gonococcal uretritis, sedangkan
cairan dengan nonspesifik uretritis berupa encer dan sedikit2.
c) Edema
Edema kaki bisa terjadi akibat kompresi iliaka vena oleh metastasis
limfatik dari kanker prostat1. Edema genitalia menunjukkan filariasis,
asites kronis, atau penyumbatan getah bening dari radioterapi untuk
keganasan panggul1.
d) Ginekomastia
Sering idiopatik, dialami oleh pria lanjut usia yang mengkonsumsi
estrogen untuk mengontrol kanker prostat1. Penyakit lain yang dapat
menyebabkan ginekomastia yaitu choriocarcinoma, intestinal sel
sertoli pada testis dan sindrom Klinefelter1.
b. Palpasi
Ginjal adalah organ yang berukuran kurang lebih seukuran kepalan tangan yang
terletak tinggi di retroperitoneum secara bilateral2. Pada orang dewasa, ginjal
biasanya sulit dilakukan perabaan karena posisinya berada di bawah diafragma dan
tulang rusuk dengan tertutupi otot baik anterior dan posterior, sehingga terlindungi
dari trauma1,2. Karena posisi hati, ginjal kanan agak lebih rendah letaknya dari ginjal
kiri2. Pada anak-anak dan wanita kurus, mungkin saja dapat teraba kutub bawah dari
ginjal kanan dibantu dengan inspirasi dalam2. Namun, biasanya ginjal mungkin tidak
teraba pada pria kecuali jika ukurannya membesar2 Penyebab ginjal sulit di palpasi
pada pria karena resistensi dari tonus otot abdomen dan letaknya yang tetap daripada
di perempuan, hanya bergerak sedikit oleh perubahan postur saat respirasi1. Cara
terbaik untuk palpasi ginjal adalah dengan pasien di posisi terlentang kemudian
ginjal diangkat dari belakang dengan satu tangan di sudut costovertebral2 (Gambar
3). Pada inspirasi mendalam, tangan pemeriksa menekan dengan kuat pada perut
anterior dibawah batas costal2. Pada inspirasi maksimal, ginjal bisa dirasakan saat
bergerak ke bawah dengan diafragma2. Setiap inspirasi, tangan pemeriksa bisa maju
lebih dalam lagi ke dalamm perut2. Sekali lagi, lebih sulit untuk meraba ginjal pria
karena ginjal cenderung bergerak ke bawah bersamaan dengan inspirasi dan karena
dikelilingi dengan lapisan otot yang lebih tebal2. Pada anak-anak, lebih mudah untuk
meraba ginjal karena berat tubuhnya lebih kurus2. Pada neonatus, ginjal bisa
dirasakan cukup mudah dipalpasi antara ibu jari anterior dan jari-jari di atas sudut
costovertebral posterior2.
Massa ginjal yang membesar menunjukkan hipertrofi akibat kompensasi (jika ginjal
sebelahnya tidak teraba atau atrofik), hidronefrosis, tumor, kista, atau penyakit
polikistik1. Namun, massa daerah ini juga dapat mengindikasi tumor retroperitoneal,
limpa, lesi dari usus (misalnya tumor, abses), lesi kantong empedu, atau kista
pankreas1. Tumor mungkin memiliki konsistensi normal jaringan atau nodular,
sementara hidronefrosis bisa jadi keras atau lunak1. Ginjal polikistik biasanya nodular
dan tegas1. Ginjal akut yang terinfeksi sangat lunak, namun adanya spasme yang
ditandai bisa membuat ini sulit didapat1. Meskipun nyeri ginjal mungkin terasa
menyebar sampai punggung, nyeri tekan biasanya terlokalisasi dengan baik, hanya di
lateral ke otot sacrospinalis dan di bawah tulang rusuk ke 12 (yaitu CVA)1. Gejala
dapat muncul oleh palpasi atau perkusi tajam pada CVA1.
c. Perkusi
Terkadang, ginjal yang membesar tidak bisa dirasakan, terutama jika memang lunak
seperti pada beberapa kasus hidronefrosis1. Namun, massa seperti itu dapat ditandai
dengan perkusi anterior dan posterior dan bagian pemeriksaan ini tidak boleh
diabaikan1. Perkusi adalah nilai khusus dalam menguraikan pembesaran massa
(perdarahan progresif) di panggul mengikuti trauma ginjal1.
d. Transiluminasi ginjal
Transluminasi ginjal dapat membantu pemeriksaan pada anak-anak < 1 tahun dengan
massa panggul yang teraba1. Massa yang teraba sering berasal dari ginjal2. Senter
atau lampu fiberoptik diposisikan posterior melawan sudut costovertebra2. Massa
dapat berisi cairan seperti kista atau hidronefrosis menghasilkan cahaya cerah
kemerahan di perut bagian anterior2. Massa padat seperti tumor tidak mengalami
transilluminasi2. Manuver diagnostik lain yang mungkin membantu dalam
pemeriksaan ginjal adalah perkusi dan auskultasi2. Meskipun radang ginjal dapat
menyebabkan rasa sakit yang kurang terlokalisir, perkusi dari sudut costovertebral
posterior lebih sering melokalisasi rasa sakit dan nyeri tekan lebih akurat2. Perkusi
harus dilakukan dengan hati-hati karena pada pasien dengan peradangan ginjal dapat
menimbulkan rasa yang sangat menyakitkan2.
f. Auskultasi
Auskultasi daerah costovertebral dan perut bagian atas kuadran bisa mengungkapkan
bruit sistolik, sering dikaitkan dengan stenosis atau aneurisma arteri ginjal2. Bruit di
atas arteri femoralis dapat ditemukan dalam hubungannya dengan Leriche sindrom,
yang mungkin menjadi penyebab impotensi1. Auskultasi bagian atas perut selama
inspirasi mendalam dapat mengungkapkan sistolik bruit yang berhubungan dengan
stenosis arteri ginjal atau aneurisma1.
b. Palpasi
Palpasi permukaan dorsal pada batang penis dapat memperlihatkan adanya plak
fibrosa yang melibatkan tunika albuginea menutupi corpora cavernosa, khas
penyakit Peyronie2. Daerah yang lunak pada indurasi yang dirasakan di sepanjang
uretra bisa menandakan periuretritis sekunder untuk striktur uretra2.
c. Discharge Uretral
Urethral discharge adalah keluhan yang paling umum dialami pada alat kelamin
laki-laki1. Darah Gonococcal biasanya berlimpah, tebal, dan kuning atau abu-abu-
coklat. Pelepasan nongonor bisa serupa dalam penampilan tapi sering tipis,
mucoid, dan sedikit. Meskipun gonore harus dikesampingkan sebagai penyebab
keluarnya cairan dari uretra, persentase kasus yang signifikan ditemukand
isebabkan oleh chlamydiae1 Pasien dengan discharge uretra juga harus diperiksa
untuk penyakit menular seksual lainnya karena banyak infeksi tidak jarang terjadi.
Adanya darah menunjukkan kemungkinan benda asing di uretra, striktur uretra,
atau tumor. Pelepasan uretra harus selalu dicari sebelum dihindari.
Korda spermatikum juga diperiksa pada pasien dengan posisi berdiri. Varikokel
berdilatasi, Vena spermatikum yang bany ka memperdarahi menjadi lebih jelas
ketika pasien melakukan Valsava manuver2. Epididimis juga dapat dipalpasi
sebagai jaringan yang menonjol secara longitudinal pada posterior masing-masing
testis2. Testis sebaiknya dipalpasi lagi ketika kedua tangan untuk menghindari
nyeri atau teknan berlebihan2.
b. Testis
Testis harus dipalpasi dengan hati-hati dengan jari-jari kedua tangan1. Area yang
sulit di taba pada testis seharusnya harus diperhatikan sebagai tumor ganas hingga
terbukti sebaliknya1. Transiluminasi juga membantu menentukan apakah massa
pada skrotum padat (tumor) atau kistik (varikokel, spermtokel). Transiluminasi
massa skrotum harus dilakukan secara rutin. Dengan pasien di ruangan gelap,
lampu senter atau lampu fiberoptik ditempatkan di atas kantung skrotum posterior.
Hidrokel akan menyebabkan massa intrascrotal menyala merah, sebaliknya cahaya
tidak dibiaskan melalui tumor padat. Tumor seringkali halus tapi mungkin nodular
dan testis mungkin tampak tidak normal berat. Bila dicurigai tumor, maka
terpalpasi tidak nyeri.
Hidrokel biasanya mengelilingi testis secara komplit. Massa kistik juga membagi
menjadi bagian pole atas testis yang secara tipikal mirip dega spermatokel.
Aspirasi cairan dapat mengenali tipikal, cairan berwarna putih mengandung
sperma. Testis mungkin sering tidak tidak ada pada skrotum, dan ini mungkin
terjadi sementara (testis retraktis fisiologis) atau kriptorkismus sesunggguhnya.
Palpasi pangkal paha bisa menunjukkan adanya organ tersebut. Testis atrofik
(postoperatif orchiopeksi, mumps orkitis, atau torsi tali spermatika) mungkin
lembek dan terkadang hipersensitif namun biasanya tegas dan hiposensitif.
Meskipun spermatogenesis tidak ada, fungsi androgen tetap ada2.
c. Epididimis
Epididimis terkadang agak erat melekat pada permukaan posterior testis, dan di
lain waktu, cukup bebas. Epididimis harus dipilah secara hati-hati untuk ukuran
dan indurasi, yang menyiratkan infeksi sejak awal. Pada tahap akut epididimitis,
testis dan epididimis tidak dapat dibedakan dengan palpasi, testis dan epididimis
mungkin patuh pada skrotum, yang biasanya berwarna merah dan sangat lunak.
Organisme yang menginfeksi adalah Neisseria gonorrhoeae, Chlamydia
trachomatis atau Escherichia coli1.
Indurasi kronis tanpa rasa sakit menunjukkan tuberkulosis atau schistosomiasis,
walaupun mungkin juga epididimitis kronis nonspesifik. Tanda-tanda lain dari
genitourinari tuberculosis termasuk pyuria steril, vesikula mani yang menebal,
nodular prostat, dan "manik-manik" dari vas deferens1.
Serum prostat spesifik (PSA) dapat dibantu jika kenaikan dan metode yang
paling umum mendiagnosa kanker prostat ( derajat klinis T1c), Transrecktum
ultrasound-guided biopsy prostat dapat didiagnostik. Baru-baru ini pemeriksaan
rektal setelah prostatektomi radikal tidak terlalu penting ketika PSA tidak dapat
dideteksi.
c) Mobilitas
Mobilitas pada kelenjar bervariasi. Pada karsinoma lanjut, terdapat perluasan
dari kapsul. Pada orang dewasa, prostat harus dipijat secara rutin dan sekresi
diperiksa secara mikroskopis namun, massase prostat harus dihindari pada
adanya prostatitis akut prostasistitis akut, uretra discharge akut, pada laki-laki
yang mengalami retensio urin yang hampir komplit atau kanker kelenjar prostat
yang nyata.
d) Massase dan Prostat Smear
Jumlah sekresi yang berlebihan dapat diperoleh dari kelenjar someprostate dan
sedikit atau tidak sama sekali dari orang lain. Jumlah yang ditentukan
tergantung pada tingkat tertentu pada kekuatan yang mereka lakukan. Sekresi
normal negandung sejumah badan lesitin, yang refraktil seperti sel darah merah
namun lebih kecil. Hanya sedikit sejumlah sel darah putih, sperma dapat
muncul namun tidak signifikan. Adanya sejumlah sel leukosit menduga adanya
prostatitis, Organisme cepat-asam seringkali dapat ditemukan dengan metode
pewarnaan yang tepat. Kadang-kadang diperlukan adanya sekresi protein
khusus untuk menunjukkan organisme nonspesifik, basil tuberkari, gonokokus,
atau klamidia. Setelah pembersihan menyeluruh dari kelenjar dan pengosongan
kandung kemih untuk secara mekanis membersihkan uretra, prostat dipijat.
Uraian sekresi dikumpulkan dalam tabung steril.
2. Walsh P.C., Retik A.B., Vaughan E.D., Wein A.J., 2016. Campbell’s
Urology11th ed., WB Saunders, Philadephia.