Anda di halaman 1dari 28

TUMOR MAMAE SINISTRA

CASE REPORT
Diajukan untuk memenuhi persyaratan Pendidikan Dokter
Stase Ilmu Penyakit Bedah

Diajukan Oleh :
Rezita Oktiana Rahmawati, S.Ked
NIM J510155079
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015

LEMBAR PENGESAHAN

DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI PERSYARATAN PENDIDIKAN DOKTER UMUM


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Yang Diajukan Oleh


Rezita Oktiana Rahmawati

J510155079

Telah disetujui dan disahkan oleh Bagian Program Pendidikan Profesi Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta

Pembimbing :
dr. Hariyono, Sp.B

( )

Disahkan Ketua Program Profesi :


dr. Dona Dewi Nirlawati

( )

BAB I
LAPORAN KASUS

1. Identitas
Pasien Nama

: Ny. S

Umur

: 52 tahun

Jenis kelamin

: Wanita

Alamat

: Punukan RT.5 RW.15 Ngadiluwih, Matesih

Status perkawinan

: Cerai hidup

Agama

: Islam

Suku

: Jawa

Tanggal pemeriksaan

: 13 Juni 2015

No. RM

: 341XXX

2. Anamnesis
A. Keluhan Utama
Benjolan di area payudara kiri
B. Riwayat Penyakit Sekarang
6 bulan yang lalu, pasien menyadari benjolan di payudara kiri sebesar
kelereng. Pasien sering mengeluhkan juga gatal-gatal di area payudara sebelah
kiri. Tidak ada luka lecet, tidak perih dan tidak keluar nanah di daerah
payudara kiri. Sejak 15 hari yang lalu Benjolan semakin membesar kira-kira
sebesar bola ping-pong, pasien mengeluhkan nyeri yang kadang-kadang
muncul di area payudara kiri. Keluhan dirasakan semakin memberat dan
benjolan di payudara kiri sehingga pasien memeriksakan diri ke Poliklinik
RSUD Karanganyar pada tanggal 8 Juli 2015 lalu dibawa mondok ke bangsal
Kantil 1 pada tanggal 9 Juli 2015. Tidak ada keluhan pada payudara kanan.
Pasien memiliki kebiasaan makan makanan daging.

C. Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat keluhan serupa


Riwayat alergi
Riwayat penyakit DM
Riwayat hipertensi
Riwayat trauma
Riwayat pembedahan

D. Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat keluhan serupa
Riwayat penyakit hipertensi
Riwayat alergi
Riwayat penyakit DM
Riwayat hipertensi
Riwayat trauma
Riwayat pembedahan

: disangkal
: diakui
: disangkal
: disangkal
: diakui
: disangkal

: disangkal
:disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal

E. Riwayat Reproduksi
Pasien menarche pertama usia 14 tahun, durasi 7-10 hari, tiap

bulan 1 kali
Pasien memilik 3 anak, tidak pernah keguguran
Anak pertama lahir saat pasien berusia 15 tahun
Pasien tidak haid sejak usia 40 tahun
Pasien menyusui setelah anak lahir
Pasien pernah ada riwayat memakai pil KB

3. ANAMNESIS SISTEM
Sistem Cerebrospinal
Sistem Cardiovascular

Gelisah (-), Lemah (-), Demam (-)


Akral hangat (+), Sianosis (-), Anemis (-), berdebar-

Sistem Respiratorius
Sistem Genitourinarius
Sistem Gastrointestinal
Sistem Musculosceletal

debar (-)
Batuk (-), Sesak Napas (-)
BAK lancar
Nyeri perut (-), mual (-), muntah (-), BAB (dbn)
Badan terasa lemas (-), atrofi otot (-), kelemahan

Sistem Integumentum

otot (-)
Gatal-gatal pada payudara kiri, ada benjolan yang
nyeri di payudara kiri, sikatriks (-), keringat dingin
(-)

4. Pemeriksaan Fisik
A. Pemeriksaan Fisik
1) Status Generalis
Status Generalis
- Keadaan Umum
- Kesadaran
- Vital Sign
Tekanan Darah
Heart Rate
Nadi
Respirasi
Suhu

: Tampak Sakit Ringan


: Compos Mentis, E4V5M6
:
: 120/70
: 80 x/menit
: 80 x/menit
: 20 x/menit
: 36,3oC/axiller

Pemeriksaan
- Kepala :

Normocephal,

Anemis(-/-),

Sklera

Conjungtiva
Ikterik

(-/-),

Sianosis (-), Pupil Isokor 3 mm,


Reflek Cahaya (+/+)
- Leher : Leher simetris,

retraksi

suprasternal (-), deviasi trachea (-),


massa (-), JVP (-), Pembesaran Kelenjar
Limfe (-)
-

Thorax
Paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi

Hasil pemeriksaan
Dada kanan dan kiri simetris, tidak ada ketinggalan gerak,
retraksi intercostae (-)
Fremitus dada kanan dan kiri sama, krepitasi (-)
Sonor di dada kanan dan kiri depan
Sonor di seluruh punggung belakang
Terdengar suara dasar vesikular (+/+),Wheezing (-/-),

Ronkhi (-/-)
Jantung
Inspeksi

Hasil pemeriksaan
Dinding dada pada daerah pada daerah pericordium tidak
cembung / cekung, tidak ada memar maupun sianosis,

Palpasi
Perkusi

Auskultasi
-

ictus cordis tidak tampak


Ictus cordis teraba di SIC V agak ke medial dari LMCS,
ictus kordis tidak kuat
Batas Jantung :
Batas Kiri Jantung
Atas : SIC II linea parasternalis sinistra.
Bawah : SIC V agak ke medial dari LMCS
Atas : SIC II linea parasternalis dextra
Bawah : SIC IV linea parasternalis dextra
BJ I/II murni reguler, bising (-), gallop (-)

Abdomen
Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Palpasi

Hasil pemeriksaan
Perut tidak buncit, ascites (-), distended (-), sikatriks (-)
Suara peristaltik (normal), suara tambahan (-)
Nyeri tekan (-), hepar tidak teraba, lien tidak teraba, ginjal

Perkusi

tidak teraba, defans muskular (-)


Suara timpani (+), nyeri ketok costovertebrae (-)

Ekstremitas :
Ekstremitas Superior Dextra
Ekstremitas Superior Sinistra
Ekstremitas Inferior Dextra
Ekstremitas Inferior Sinistra

Akral Hangat (+), Edema (-)


Akral Hangat (+), Edema (-)
Akral Hangat (+), Edema (-)
Akral Hangat (+), Edema (-)

2) Status Lokalis
- Regio Mammae Sinistra
Inspeksi: Payudara kiri dan kanan asimetris. Tampak benjolan di
payudara kiri pada kuadran caudo lateral, kulit payudara pada benjolan
kemerahan, tampak mengkilat dan tegang, retraksi papilla mamma eke

arah benjolan, tampak ulserasi, tampak tanda radang. Tampak


perdarahan pada ulserasi, tidak ada pus, kulit di sekitar ulserasi
berlekuk, tampak oedem, tidak ada gambaran Peau d Orange.
Palpasi: Benjolan dengan diameter kira-kira 5 cm pada kuadran caudo
lateral. Berbentuk bulat, konsistensi keras, batas tidak jelas, mobile,
melekat terfiksir pada kulit lepas dari dasar dinding dada, tidak ada
nyeri tekan. Dengan pemijitan pada papilla mammae tidak keluar
cairan.
-

Regio Mammae Dextra


Inspeksi: tidak tampak benjolan, warna kulit sama dengan sekitarnya,
tidak ada retraksi papilla mammae, tidak ada ulserasi.
Palpasi: tidak teraba massa/benjolan

Regio Aksila Sinistra


Inspeksi: tidak tampak benjolan dan ulserasi
Palpasi: tidak teraba pembesaran kelenjar aksila dan tidak teraba
benjolan

Regio Aksila Dextra:


Inspeksi: tidak tampak benjolan dan ulserasi
Palpasi: tidak teraba pembesaran kelenjar aksila dan tidak teraba
benjolan

Regio supraklavikuler dextra dan sinistra


Inspeksi: tidak tampak benjolan dan ulserasi
Palpasi: tidak teraba pembesaran dan tidak teraba benjolan

3) Pemeriksaan Penunjang
8-7-2015
Pemeriksaan
Hemoglobin
Hematokrit
Leukosit
Trombosit
Eritrosit
MCV
MCH
MCHC
Eosinofil
Basofil
Limfosit
Monosit
GDS
Ureum
kreatinin
HbsAG

Angka
14,0
39,2
7,88
378
4,50
87,0
31,1
35,8
2,0
0,9
29,8
3,3
112
22,0
0,76
Non reaktif

Satuan
gr/dl
%
103ul
103ul
106ul
Pf
Pg
%
%
%
%
%
Mg/dl
Mg/dl
Mg/dl

Nilai Normal
12,00-16,00
37,00-47,00
5,0 10,0
150 300
4,50-5,00
82 92
27 -31
32 36
13
01
20 40
28
70-150
10-50
0,5-0,9
Non reaktif

EKG : STC
Rontgen Thoraks: Terdapat kardiomegali. Arcus aorta dan dinding aorta dbn.
Terdapat elongasi. Paru tidak tampak metastase. Tidak terdapat destruksi
tulang.
Kesan: pada pemeriksaan EKG dan rontgen dbn.

5. Resume
A. Anamnesis
Pasien wanita berusia 52 tahun datang dengan keluhan :
1) Pasien mengeluhkan muncul benjolan di payudara kiri
2) Benjolan semakin membesar, tidak nyeri, tidak terdapat luka dan nanah
3) Keluhan dirasakan sudah 6 bulan yang lalu
4) Benjolan mulai terasa semakin nyeri sudah sejak 15 hari yang lalu
B. Pemeriksaan fisik
Status generalis
: Dalam batas normal

Status lokalis :
- Regio Mammae Sinistra
Terdapat benjolan seukuran bola ping-pong, diameter 5 cm, nyeri
- Regio Mammae Dextra
Tidak terdapat benjolan
- Regio Aksila Sinistra
Tidak ditemukan benjolan dan pembesaran kelenjar aksila
- Regio Aksila Dextra:
Tidak ditemukan benjolan dan pembesaran kelenjar aksila
- Regio supraklavikuler dextra dan sinistra
Tidak ditemukan benjolan dan pembesaran
6. Diagnosis Kerja
Tumor Mammae Sinistra
7. Diagnosis Banding
A. Pagets Disease
B. Mastitis TB
C. Abses Mammae
8. Terapi
Operatif: Mastectomy (melihat hasil PA dari biopsy, curiga malignansi)
9. Prognosis
Quo ad vitam
Quo ad fungsionam

: Dubia ad bonam
: Dubia ad bonam

10. Laporan Operasi (10-7-2015)


Diagnosis pre-operasi
: Tumor Mammae Sinistra
Diagnosis post-operasi
: Tumor Mammae Sinistra
Teknik operasi
: Mastectomy
Follow Up
9/07/2015

S/ Pasien mengeluhkan muncul benjolan P/


di payudara kiri sudah bulan atau 15 Pre operasi
hari, dirasakan benjolan itu kadang nyeri.
Ma/mi (-/-) (puasa), mual (-), muntah (-),

BAB (-), BAK lancar


O/
T= 130/80
N= 80 x/menit
S =36,5
Rr= 20x/menit
KU = Tampak cukup
KS = CM (E4V5M6)
K/L = PKGB (-/-), CS (-/-). SI (-/-)
Tho = P = SDV (+/+), wh (-/-), rh (-/-)
C= BJ1/II reg murni
Abd = NT (-), peristaltik (+)
Eks = Akral hangat, edem (-)
Status lokalis :

10/05/201

A/Pre Op Tumor Mammae Sinistra


S/ Pasien mengeluhkan muncul benjolan P/

di payudara kiri sudah bulan atau 15 Pre operasi


hari, dirasakan benjolan itu kadang nyeri. Puasakan
Ma/mi (-/-) (puasa), mual (-), muntah (-), Inf Rl 30 tpm
BAB (-), BAK lancar

Ceftriaxon 2x1g

O/

Kaltofen supp 3x1

T= 110/80
N= 72 x/menit
S =36,4
Rr= 18x/menit
KU = Tampak cukuo
KS = CM (E4V5M6)

K/L = PKGB (-/-), CS (-/-). SI (-/-)


Tho = P = SDV (+/+), wh (-/-), rh (-/-)
C= BJ1/II reg murni
Abd = NT (-), peristaltik (+)
Eks = Akral hangat, edem (-)
Status lokalis :

12/07/201

A/Pre Op Tumor Mammae Sinistra


S/ Pasien masih mengeluhkan nyeri di P/

area operasi, dipakai duduk masih sakit, InfRL 20 tpm


drainage masih berwarna merah.

Inj Cefoperazon 2x1g

O/

Kaltofen supp 3x1

T= 140/90
N= 80 x/menit
S =36,5
Rr= 20x/menit
KU = Tampak cukup
KS = CM (E4V5M6)
K/L = PKGB (-/-), CS (-/-). SI (-/-)
Tho = P = SDV (+/+), wh (-/-), rh (-/-)
C= BJ1/II reg murni
Abd = NT (-), peristaltik (+)
Eks = Akral hangat, edem (-)
Status lokalis :

13/05/201

A/Post Op Tumor Mammae Sinistra


S/ Pasien tidak mengeluhkan sakit di area P/

post operasi, kadang agak nyeri, duduk Cefoperazon 2x1 tab


tidak sakit lagi, ma/mi (+/+), BAB (+), BLPL
BAK (+)
O/
T= 110/80
N= 72 x/menit
S =36,4
Rr= 18x/menit
KU = Tampak cukup
KS = CM (E4V5M6)
K/L = PKGB (-/-), CS (-/-). SI (-/-)
Tho = P = SDV (+/+), wh (-/-), rh (-/-)
C= BJ1/II reg murni
Abd = NT (-), peristaltik (+)
Eks = Akral hangat, edem (-)
Status lokalis :

A/Post Op Tumor Mammae Sinistra

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
Tumor mammae merupakan benjolan tidak normal akibat pertumbuhan sel
secara terus menerus. Tumor mammae sinistra merupakan suatu benjolan yang
tumbuh di daerah mamae bagian sinistra (Kumar,dkk. 2007).
2. Anatomi

Payudara merupakan kelenjar aksesoris kulit yang terletak pada iga dua
sampai iga enam, dari pinggir lateral sternum sampai linea aksilaris media.
Kelenjar ini dimiliki oleh pria dan wanita. Namun, pada masa pubertas, payudara
wanita lambat laun akan membesar hingga membentuk setengah lingkaran,
sedangkan pada pria tidak. Pembesaran ini terutama terjadi akibat penimbunan
lemak dan dipengaruhi oleh hormon-hormon ovarium (Snell, 2006).
Secara umum, payudara terdiri atas dua jenis jaringan, yaitu jaringan
glandular (kelenjar) dan jaringan stromal (penopang). Jaringan kelenjar meliputi
kelenjar susu (lobus) dan salurannya (ductus). Sedangkan jaringan penopang
meliputi jaringan lemak dan jaringan ikat. Selain itu, payudara juga memiliki

aliran limfe. Aliran limfe payudara sering dikaitkan dengan timbulnya kanker
maupun penyebaran (metastase) kanker payudara (Haryono dkk, 2011).
Menurut Saymor (2000) setiap payudara terdiri atas 15-20 lobus yang
tersusun radier dan berpusat pada papilla mamma. Saluran utama tiap lobus
memiliki ampulla yang membesar tepat sebelum ujungnya yang bermuara ke
papilla. Tiap papilla dikelilingi oleh daerah kulit yang berwarna lebih gelap yang
disebut areola mamma. Pada areola mamma, terdapat tonjolan-tonjolan halus
yang merupakan tonjolan dari kelenjar areola di bawahnya.
Jika dilakukan perabaan pada payudara, akan terasa perbedaan di tempat
yang berlainan. Pada bagian lateral atas (dekat aksila), cenderung terasa
bergumpal-gumpal besar. Pada bagian bawah, akan terasa seperti pasir atau
kerikil. Sedangkan bagian di bawah puting susu, akan terasa seperti kumpulan biji
yang besar. Namun, perabaan ini dapat berbeda pada orang yang berbeda.
(Mangunkusumo, 2006).
Menurut Hoskins et, al (2005) Untuk mempermudah menyatakan letak
suatu kelainan, payudara dibagi menjadi lima regio, yaitu :
1. Kuadran atas bagian medial (inner upper quadrant)
2. Kuadran atas bagian lateral (outer upper quadrant)
3. Kuadran bawah bagian medial (inner lower quadrant)
4. Kuadran bawah bagian lateral (outer lower quadrant)
5. Regio puting susu (nipple)
3. Epidemiologi
Kanker payudara merupakan kanker tersering pada permpuan (22% dari
kasus baru kanker pada perempuan) dan menjadi penyebab utama kematian akibat
kanker di dunia (14% dari semua kematian kanker perempuan). Insidensi tertinggi
dijumpai di Amerika Utara, Eropa Barat dan Utara, Austraia, kecuali Jepang.
Insidensi tinggi kanker payudara pada perempuan juga diamati di Amerika
Selatan, terutama Uruguay dan Argentina. Saat ini terjadi peningkatan insidensi
kanker payudara di Negara-negara sebelumnya memiliki insidensi rendah seperti
Jepang dan Cina. Selain disebabkan oleh perubahan signifikan dalam gaya hidup

masyarakat Asia, peningkatan ini juga terjadi berkat kemajuan teknologi diagnosis
tumor ganas mammae (Haryono, 2010).
4. Etiologi
Menurut Rosjidi (2000) Sampai saat ini, penyebab pasti tumor payudara
belum diketahui. Namun, ada beberapa faktor resiko yang telah teridentifikasi,
yaitu :
a. Jenis kelamin
Wanita lebih beresiko menderita tumor payudara dibandingkan dengan pria.
Prevalensi tumor payudara pada pria hanya 1% dari seluruh tumor payudara.
b. Riwayat keluarga
Wanita yang memiliki keluarga tingkat satu penderita tumor payudara beresiko
tiga kali lebih besar untuk menderita tumor payudara.
c. Faktor genetik
Mutasi gen BRCA1 pada kromosom 17 dan BRCA2 pada kromosom 13 dapat
meningkatkan resiko tumor payudara sampai 85%. Selain itu, gen p53,
BARD1, BRCA3, dan noey2 juga diduga meningkatkan resiko terjadinya
kanker payudara.
d. Faktor usia
Resiko tumor payudara meningkat seiring dengan pertambahan usia.
e. Faktor hormonal
Kadar hormon yang tinggi selama masa reproduktif, terutama jika tidak
diselingi oleh perubahan hormon akibat kehamilan, dapat meningkatkan resiko
terjadinya tumor payudara.
f. Usia saat kehamilan pertama
Hamil pertama pada usia 30 tahun beresiko dua kali lipat dibandingkan dengan
hamil pada usia kurang dari 20 tahun.
g. Terpapar radiasi
h. Intake alkohol

i. Pemakaian kontrasepsi oral


Pemakaian kontrasepsi oral dapat meningkatkan resiko tumor payudara.
Penggunaan pada usia kurang dari 20 tahun beresiko lebih tinggi dibandingkan
dengan penggunaan pada usia lebih tua.
5. Patogenesis
Tumorigenesis kanker payudara merupakan proses multitahap yang
berkaitan dengan satu mutasi tertentu atau lebih di gen regulator minor atau
mayor. Terdapat dua jenis sel utama pada payudara orang dewasa yaitu sel
mioepitel dan sel sekretorik lumen (Haryono, 2010).
Secara klinis dan histopatologis, terjadi beragam tahap morfologis dalam
perjalanan menuju keganasan. HIperplasi duktal, ditandai oleh proliferasi epitel
poliklonal yang tersebar tidak rata yang pola kromatin dan bentuk inti-intinya
saling bertumpang tindih dan lumen duktus yang tidak teratur, sering menjadi
tanda awal kecenderungan keganasan. Sel-sel tadi relative memiliki sedikit
sitoplasma dan batas selnya tidak jelas. Perubahan dan hyperplasia ke hyperplasia
atipik, yang sitoplasma selnya lebih jelas, intinya lebih jelas dan tidak tumpang
tindih, dan lumen duktus yang teratur, secara klinis meningkatkan risiko
terjadinya ca mammae. Selanjutnya tahapan timbulnya karsinoma in situ, baik
karsinoma duktal dan lobular. Pada karsinoma in situ, terjadi proliferasi sel yang
memiliki gambaran sitologis sesuai dengan keganasan, tetapi proliferasi sel
tersebut belum menginvasi stroma dan menembus membrane sel (Haryono,
2010).
Karsinoma in situ lobular biasanya menyebar ke seluruh jaringan payudara
dan biasanya tidak teraba dan tidak terlihat di pencitraan. Sebaliknya karsinoma
in situ duktal merupakan lesi duktal segmental yang dapat mengalami kalsifikasi.
Setelah sel-sel tumor menembus membrane basal dan emnginvasi stroma, tumor
menjadi invasive, dapat menyebar secara hematogen dan limfogen sehingga
menimbulkan metastasis (Haryono, 2010).

6. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala mungkin termasuk:
Sebuah benjolan payudara atau penebalan yang terasa berbeda dari

jaringan sekitarnya
Debit berdarah dari puting
Perubahan ukuran, bentuk atau penampilan payudara
Perubahan pada kulit payudara lebih, seperti dimpling
Sebuah puting baru terbalik
Peeling, skala atau mengelupas dari daerah berpigmen kulit sekitar puting

(areola) atau kulit payudara


Kemerahan atau pitting dari kulit di atas payudara Anda, seperti kulit jeruk

7. Diagnosis
Diagnosis tumor mamame ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik
dan pemeriksaan penunjang. Sedangkan pemeriksaan pasti menggunakan
pemeriksaan histopatologi anatomi (Siregar, 2003).
a. Anamnesa: riwayat timbulnya tumor, factor risiko tumor mammae, dan
adanya tanda penyebaran tumor
b. Pemeriksaan Fisik: menggunakan Pemeriksaan SADARI (Payudara Sendiri).
Menurut Djamaloeddin (2005), deteksi dini tumor payudara adalah suatu usaha
untuk menemukan adanya tumor yang belum lama tumbuh, masih kecil, masih
lokal, dan belum menimbulkan kerusakan yang berarti sehingga masih dapat
disembuhkan. Deteksi dini biasanya dilakukan pada orang-orang yang
kelihatannya sehat, asimptomatik, atau pada orang yang beresiko tinggi
menderita tumor. Wanita usia 20 tahun ke atas sebaiknya melakukan SADARI
sebulan sekali, yaitu 7-10 hari setelah menstruasi. Pada saat itu, pengaruh
hormon ovarium telah hilang sehingga konsistensi payudara tidak lagi keras
seperti menjelang menstruasi. Untuk wanita yang telah menopause, SADARI
sebaiknya dilakukan setiap tanggal 1 setiap bulan agar lebih mudah diingat.
Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) dilakukan dalam tiga tahap, yaitu :
a.Melihat payudara

b.Memijat payudara
c.Meraba payudara
Jika ditemukan benjolan maka yang akan dilakukan:
1) Lokasi tumor
2) Diskripsi tumor
Menurut Soeprianto (2003) klinis jinak dan ganas memberikan gambaran sebagai
berikut:
klinis jinak memberikan gambaran
a. Bentuk bulat, teratur atau lonjong.
b. Permukaan rata
c. Konsistensi kenyal, lunak
d. Mudah digerakkan terhadap sekitar
e. Tidak nyeri tekan.
Klinis ganas memberikan gambaran
a. Permukaan tidak rata dan berbenjol-benjol
b. Tepi tidak rata
c. Bentuk tidak teratur
d. Konsistensi keras, padat
e. Batas tidak tegas
f. Sulit digerakkan terhadap jaringan sekitar
g. Kadang nyerti tekan
3. Pemeriksaan penunjang
a. Mammography
b. Ultrasound (USG)
c. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
d. Biopsi

Terbuka : dilakukan dengan operasi seperti biasa dapat berupa pengangkatan


seluruh benjolannya (eksisi) atau sebagian saja (insisi).
Tertutup : biopsi aspirasi jarum halus (Djamaloeddin, 2005).
8. Pemeriksaan Penunjang
Biopsi aspirasi jarum halus merupakan alat diagnostik jaringan dengan cara
memeriksa sejumlah sel dari ekstra tumor atau nodul yang diambil dengan
mempergunkan jarum dan tabung suntik (Tambunan 1992).
Penggunaan biopsi aspirasi dalam diagnosis tumor mempunyai dampak yang
menguntungkan baik ditinjau dari segi manejemen tumor, pelayanan onkologik
rumah sakit maupun bagi pasien (Tambunan 1992).
1. Dampak dalam menejemen tumor
Ditinjau

dari

segi

manejemen

tumor,

biopsi

aspirasi

memberi

dampak

menguntungkan :
a. Menejemen tumor lebih sederhana.
b. Penggunaan alat canggih lebih selektif.
c. Tindakan biopsi yang tidak menguntungkan dapat dihindari.
d. Alternatif pengobatan dapat dilakukan segera.
2. Dampak terhadap pelayanan rumah sakit
Teknik dan peralatan biopsi aspirasi yang sederhana, murah dan cepat memberi
dampak yang menguntungkan bagi pengelolaan rumah sakit, terutama rumah sakit
pemerintah :
a. Pelayanan onkologik dapat ditingkatkan
b. Biaya operasional rumah sakit menurun
3. Dampak terhadap pasien

Teknik sederhana, murah, cepat dan tidak menimbulkan efek samping yang berarti,
memberi dampak yang menguntungkan sebagai berikut :
a. Biaya pemeriksaan lebih murah
b. Hasil pemeriksaan cepat, rasa cemas dan stres dipersingkat
c. Keinginan pasien konsultasi pada dokter meningkat dan kesempatan menemukan
kanker sedini mungkin lebih luas
d. Pasien mendapat pengobatan segera
.
Harus disadari bahwa jangkauan sitologi biopsi aspirasi terbatas,tergantung pada:
a. Luasnya invasi tumor tidak dapat ditentukan.
b. Subtipe kanker tidak selalu dapat diidentifikasi.
c. Dapat terjadi negatif palsu.
d. Harus ada kerja sama klinisi dengan patologis.
Hampir semua tumor dapat dilakukan biopsi aspirasi, baik yang letaknya superfisial
palpable ataupun tumor yang terletak di dalam rongga tubuh unpalpable dengan
indikasi:
a. Membedakan tumor kistik, solid dan peradangan.
b. Diagnosis prabedah kanker sebagai pengganti diagnosis potong beku intra operatif
c. Diagnosis pertama pada wanita muda (kurang dari 30 tahun) dan wanita lanjut usia
d. Payudara yang telah dilakukan beberapa kali biopsi diagnostik
e. Penderita yang menolak operasi/anestesi
f. Nodul-nodul lokal atau regional setelah operasi mastektomi.
g. Kasus kanker payudara stadium lanjut yang sudah inoperabel.
h. Mengambil spesimen untuk kultur dan penelitian.
Teknik biopsi aspirasi mencakup kegiatan mulai dari pendekatan pasien,
mempersiapkan peralatan, mengambil aspirat tumor dan membuat sediaan
(Tambunan, 1992).

a. Persiapan alat
Alat yang dipergunakan terdiri dari tabung suntik plastik ukuran 10 ml, jarum halus,
gagang pemegang tabung suntik, kaca objek dan desinfektan alkohol atau betadin.
b. Pendekatan pasien
c. Dengan ramah pasien dianamnesis singkat. Wawancara singkat ini dibuat
sedemikian rupa, sehingga pasien tidak takut atau stres dan bersedia menjalani biopsi
aspirasi. Biopsi dilakukan dengan kelembutan hati dan rasa tanggung jawab terhadap
sesama manusia.
d. Pengambilan aspirat tumor
1. Tumor dipegang lembut
2. Jarum diinsersi segera ke dalam tumor.
3. Piston di dalam tabung suntik ditarik ke arah proksimal; tekanan di dalam tabung
menjadi negatif; jarum manuver mundur-maju. Dengan cara demikian sejumlah sel
massa tumor masuk ke dalam lumen jarum suntik.
4. Piston dalam tabung dikembalikan pada posisi semula dengan cara melepaskan
pegangan.
5. Aspirat dikeluarkan dan dibuat sediaan hapus, dikeringkan di udara dan dikirimkan
ke laboratorium pusat pemeriksaan kanker
9. Diagnosis Banding
a. Pagets Disease
b. Fibroadenoma mammae
c. Ca mammae
10. Tatalaksana
Operasi
Operasi digunakan untuk mengobati meliputi:
Melepaskan kanker payudara (lumpectomy). Selama lumpectomy, yang dapat
disebut sebagai operasi payudara-sparing atau eksisi lokal luas, ahli bedah

menghilangkan tumor dan margin kecil dari jaringan sehat di sekitarnya.


Lumpektomi biasanya disediakan untuk tumor yang lebih kecil.
Menghapus seluruh payudara (mastektomi). Mastektomi adalah operasi untuk
mengeluarkan

semua

jaringan

payudara

Anda.

Kebanyakan

prosedur

mastektomi menghapus semua jaringan payudara - lobulus, saluran, jaringan


lemak dan beberapa kulit, termasuk puting dan areola (mastektomi sederhana).
Dalam mastektomi kulit-hemat, kulit di atas payudara dibiarkan utuh untuk
meningkatkan rekonstruksi dan penampilan. Tergantung pada lokasi dan ukuran
tumor, puting juga dapat terhindar.
Menghapus sejumlah kelenjar getah bening (sentinel node biopsi). Untuk
menentukan apakah kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening Anda,
dokter bedah Anda akan membicarakan dengan Anda peran menghapus kelenjar
getah bening yang pertama untuk menerima drainase getah bening dari tumor
Anda.
Jika tidak ada kanker ditemukan pada mereka kelenjar getah bening, peluang
untuk menemukan kanker di salah satu kelenjar getah bening yang tersisa kecil
dan tidak ada node lain perlu dihapus.
Menghapus beberapa kelenjar getah bening (aksila diseksi kelenjar getah
bening). Jika kanker ditemukan dalam node sentinel, dokter bedah Anda akan
membicarakan dengan Anda peran menghapus kelenjar getah bening di ketiak
tambahan Anda.
Menghapus kedua payudara. Beberapa wanita dengan kanker pada satu
payudara dapat memilih untuk memiliki payudara lainnya (yang sehat) mereka
dihapus (kontralateral mastektomi profilaksis) jika mereka memiliki risiko yang
sangat meningkat dari kanker di payudara lain karena predisposisi genetik atau
sejarah keluarga yang kuat.
Kebanyakan wanita dengan kanker payudara pada satu payudara tidak akan
mengembangkan kanker pada payudara lainnya. Diskusikan risiko kanker
payudara Anda dengan dokter Anda, bersama dengan manfaat dan risiko dari
prosedur ini.

Komplikasi operasi kanker payudara tergantung pada prosedur yang Anda pilih.
Bedah membawa risiko perdarahan dan infeksi.
Beberapa wanita memilih untuk memiliki rekonstruksi payudara setelah operasi.
Mendiskusikan pilihan Anda dan preferensi dengan dokter bedah Anda.
Pertimbangkan rujukan ke dokter bedah plastik sebelum operasi kanker
payudara Anda. Pilihan Anda mungkin termasuk rekonstruksi dengan implan
payudara (silikon atau air penuh) atau rekonstruksi menggunakan jaringan
sendiri. Operasi ini dapat dilakukan pada saat mastektomi atau di kemudian hari.
Terapi radiasi
Terapi radiasi menggunakan sinar bertenaga tinggi energi, seperti sinar-X, untuk
membunuh

sel-sel

kanker. Terapi

radiasi

biasanya

dilakukan

dengan

menggunakan mesin besar yang bertujuan balok energi pada tubuh Anda (radiasi
sinar eksternal). Tetapi radiasi juga dapat dilakukan dengan menempatkan bahan
radioaktif di dalam tubuh Anda (brachytherapy).
Radiasi sinar eksternal umumnya digunakan setelah lumpectomy untuk kanker
payudara stadium awal. Dokter juga dapat merekomendasikan terapi radiasi
untuk dinding dada setelah mastektomi untuk kanker payudara yang lebih besar
atau kanker yang telah menyebar ke kelenjar getah bening.
Efek samping dari terapi radiasi termasuk kelelahan dan merah, kulit terbakar
seperti ruam di mana radiasi ditujukan. Jaringan payudara juga dapat muncul
perusahaan bengkak atau lebih. Jarang, masalah yang lebih serius dapat terjadi,
seperti kerusakan pada jantung atau paru-paru atau, sangat jarang, kanker kedua
di daerah yang dirawat.
Kemoterapi
Kemoterapi menggunakan obat untuk menghancurkan sel-sel kanker. Jika
kanker Anda memiliki risiko tinggi kembali atau menyebar ke bagian lain dari
tubuh Anda, dokter anda dapat merekomendasikan kemoterapi untuk
mengurangi kemungkinan kanker akan kambuh. Hal ini dikenal sebagai
kemoterapi sistemik adjuvant.

Kemoterapi kadang-kadang diberikan sebelum operasi pada wanita dengan


tumor payudara yang lebih besar. Tujuannya adalah untuk mengecilkan tumor
dengan ukuran yang membuatnya lebih mudah untuk menghapus dengan
operasi.
Kemoterapi juga digunakan pada wanita yang kanker telah menyebar ke bagian
lain dari tubuh. Kemoterapi mungkin disarankan untuk mencoba untuk
mengontrol kanker dan mengurangi gejala kanker yang menyebabkan.
Efek samping kemoterapi tergantung pada obat yang Anda terima. Efek samping
yang umum termasuk rambut rontok, mual, muntah, kelelahan dan peningkatan
risiko mengembangkan infeksi. Efek samping yang jarang dapat mencakup
menopause dini, infertilitas (jika premenopause), kerusakan jantung dan ginjal,
kerusakan saraf, dan, sangat jarang, kanker sel darah.
Terapi hormon
Terapi hormon - mungkin lebih baik disebut terapi hormon-blocking - sering
digunakan untuk mengobati kanker payudara yang sensitif terhadap hormon.
Dokter kadang-kadang menyebut kanker ini sebagai reseptor estrogen positif
(ER positif) dan progesteron reseptor positif (PR positif) kanker.
Terapi hormon dapat digunakan setelah operasi atau perawatan lain untuk
mengurangi kemungkinan kanker Anda kembali. Jika kanker telah menyebar,
terapi hormon dapat menyusut dan mengendalikannya.
Perawatan yang dapat digunakan dalam terapi hormon meliputi:
Obat-obatan yang memblokir hormon dari melekat sel-sel kanker. Selektif
modulator reseptor estrogen (SERM) obat bertindak dengan memblokir estrogen
dari melekat pada reseptor estrogen pada sel-sel kanker, memperlambat
pertumbuhan tumor dan membunuh sel-sel tumor.
SERMs termasuk tamoxifen, raloxifene (Evista) dan toremifene (Fareston).
Kemungkinan efek samping termasuk hot flashes, berkeringat di malam hari dan
kekeringan vagina. Risiko lebih signifikan termasuk pembekuan darah, stroke,
kanker rahim dan katarak.
Obat yang menghentikan tubuh dari pembuatan estrogen setelah menopause.
Inhibitor aromatase disebut, obat ini memblokir aksi enzim yang mengubah

androgen dalam tubuh menjadi estrogen. Obat ini efektif hanya pada wanita
pascamenopause.
Inhibitor aromatase termasuk anastrozole (Arimidex), letrozole (Femara) dan
exemestane (Aromasin).
Efek samping termasuk hot flashes, berkeringat di malam hari, kekeringan
vagina, nyeri sendi dan otot, serta peningkatan risiko tulang menipis
(osteoporosis).
Sebuah obat yang menargetkan reseptor estrogen untuk kehancuran. Blok
fulvestrant obat (Faslodex) reseptor estrogen pada sel kanker dan sinyal ke sel
untuk

menghancurkan

reseptor.

Fulvestrant

digunakan

pada

wanita

pascamenopause. Efek samping yang mungkin terjadi adalah mual, hot flashes
dan nyeri sendi.
Operasi atau obat untuk menghentikan produksi hormon dalam ovarium. Pada
wanita premenopause, pembedahan untuk mengangkat ovarium atau obat untuk
menghentikan ovarium dari membuat estrogen dapat menjadi pengobatan
hormonal yang efektif.
Obat yang ditargetkan
Terapi obat yang ditargetkan menyerang kelainan tertentu dalam sel kanker.
Obat yang ditargetkan digunakan untuk mengobati kanker payudara meliputi:
Trastuzumab (Herceptin). Beberapa kanker payudara membuat jumlah
berlebihan dari protein yang disebut manusia faktor pertumbuhan reseptor 2
(HER2), yang membantu sel-sel kanker payudara tumbuh dan bertahan hidup.
Jika sel-sel kanker payudara Anda membuat terlalu banyak HER2, trastuzumab
dapat membantu memblokir protein itu dan menyebabkan sel kanker mati. Efek
samping mungkin termasuk sakit kepala, diare dan masalah jantung.
Pertuzumab (Perjeta). Pertuzumab menargetkan HER2 dan telah disetujui untuk
digunakan pada kanker payudara metastatik dalam kombinasi dengan
trastuzumab dan kemoterapi. Kombinasi perawatan dicadangkan untuk wanita
yang belum menerima perawatan obat lain untuk kanker mereka. Efek samping
dari pertuzumab mungkin termasuk diare, rambut rontok dan masalah jantung.

Ado-trastuzumab (Kadcyla). Obat ini menggabungkan trastuzumab dengan obat


membunuh sel-. Ketika obat kombinasi memasuki tubuh, trastuzumab
membantu itu menemukan sel-sel kanker karena tertarik HER2. Obat-sel
membunuh kemudian dilepaskan ke dalam sel-sel kanker. Ado-trastuzumab
dapat menjadi pilihan bagi wanita dengan kanker payudara metastatik yang
sudah mencoba trastuzumab dan kemoterapi.
Lapatinib (Tykerb). Lapatinib menargetkan HER2 dan telah disetujui untuk
digunakan pada kanker payudara stadium lanjut atau metastasis. Lapatinib dapat
digunakan dalam kombinasi dengan kemoterapi atau terapi hormon. Potensi efek
samping termasuk diare, tangan dan kaki yang menyakitkan, mual, dan
gangguan jantung.
Bevacizumab (Avastin). Bevacizumab tidak lagi disetujui untuk pengobatan
kanker payudara di Amerika Serikat. Penelitian menunjukkan bahwa meskipun
obat ini dapat membantu memperlambat pertumbuhan kanker payudara, tidak
muncul untuk meningkatkan kelangsungan hidup kali.
11. Komplikasi
Infeksi, termasuk kemerahan dan / atau pembengkakan pada sayatan
dengan nanah atau berbau busuk drainase, mungkin dengan demam;

antibiotik dapat digunakan untuk mengobati infeksi pasca bedah.


Lymphedema, pembengkakan lengan dan / atau tangan di sisi operasi
karena penghapusan kelenjar getah bening di bawah lengan; lymphedema
sering hilang sendiri, tapi kadang-kadang membutuhkan perawatan.
Pengobatan ini biasanya diberikan oleh terapis fisik atau kerja dan
mencakup seperti manual menguras cairan, merawat kulit, Berolahraga,

memakai perban kompresi untuk menjaga pembengkakan berulang.


Seroma, akumulasi cairan di lokasi operasi; sebagian besar waktu cairan
yang diserap oleh tubuh. Namun, daerah dapat dikeringkan, menggunakan
jarum, jika tidak pergi sendiri.

Komplikasi lain mungkin termasuk kekakuan bahu dan mungkin mati rasa atau
sensasi diubah di lengan atas atau ketiak.
12. Prognosis
Prognosis tergantung dari:
a. Besarnya tumor primer
b. Besarnya kelenjar axilla yang positif
c. Fiksasi ke dasar dari tumor primer
d. Tipe histologist tumor/invasi ke pembuluh darah
e. Tingkatan tumor anaplastik
f. Umur/keadaan menstruasi
g. Kehamilan

DAFTAR PUSTAKA
Djamaloeddin., 2005. Kelainan pada Mamma (Payudara). Dalam: Wiknjosastro, H.
A., Saifuddin, dan Trijatmo, R.(eds). Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 486-493.
Haryono, Samuel J., Sukasah, C., Swantari, N, M., Manuaba, T, W., Bisono.,. 1997.
Payudara. Dalam: Sjamsuhidajat R, De Jong W. Buku ajar Ilmu Bedah, EGC,
Jakarta, 1997; 1058-64.
Kumar V, Cotran R.S, dan Robbins S.L. 2007. Buku Ajar Patologi Robbin . Edisi 7.
Jakarta: EGC.
Mangunkusumo, R. R., 2006. Alat Kelamin Wanita dan Payudara. Dalam; Hirmawan,
Sutisna.(ed). Kumpulan Kuliah Patologi. Jakarta : FK UI. 77-90.
Mayo

Clinic.

2014.

Breast

Cancer.

http://www.mayoclinic.org/diseases-

conditions/breast-cancer
Movva, Sujana. 2014. Complication of Breast Cancer Surgery. UK: WebMD
Siregar, C.J.P, 2003. Farmasi Rumah Sakit Teori & Penerapan. Jakarta : EG
Snell,Richard S, . 2006. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran; alih bahasa
Liliana Sugiharto; Ed 6. EGC : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai