Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Persamaan diferensial adalah persamaan matematika untuk fungsi satu variabel


atau lebih, yang menghubungkan nilai fungsi itu sendiri dan turunannya dalam berbagai
orde. Persamaan diferensial memegang peranan penting dalam rekayasa, fisika, ilmu
ekonomi dan berbagai macam disiplin ilmu. Persamaan diferensial muncul dalam
berbagai bidang sains dan teknologi, bilamana hubungan deterministik yang melibatkan
besaran yang berubah secara kontinu dimodelkan oleh fungsi matematika dan laju
perubahannya dinyatakan sebagai turunan diketahui atau dipostulatkan.

Teori persamaan diferensial sudah cukup berkembang, dan metode yang digunakan
bervariasi sesuai jenis persamaam yaitu : Persamaan diferensial biasa (PDB) dan
Persamaan diferensial parsial (PDP). Baik persamaan diferensial biasa maupun parsial
dapat digolongkan sebagai linier atau nonlinier. Sebuah persamaan diferensial disebut
linier apabila fungsi yang tidak diketahui dan turunannya muncul dalam pangkat satu
(hasilkali tidak dibolehkan). Bila tidak memenuhi syarat ini, persamaan tersebut adalah
nonlinier.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah agar penguraian makalah lebih terarah dan
terfokus maka rumusan masalahnya adalah :
 Pengertian Persamaan diferensial biasa (PDB)
 Penerapan (aplikasi) Persamaan diferensial biasa (PDB) dalam kehidupan sehari -
hari.
 Software yang dapat menyelesaikan persoalan Persamaan diferensial biasa (PDB).
1.3 Tujuan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk lebih memahami tentang “Persamaan
Differensial Biasa” serta aplikasinya dalam kehidupan sehari – hari. Diharapkan dengan
makalah ini dapat menambah wawasan para siswa SMAN 28 GARUT dalam mengikuti
mata pelajaran persamaan differensial.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Diferensial

Persamaan diferensial adalah persamaan matematika untuk fungsi satu variabel


atau lebih, yang menghubungkan nilai fungsi itu sendiri dan turunannya dalam berbagai
orde.

Teori persamaan diferensial sudah cukup berkembang, dan metode yang digunakan
bervariasi sesuai jenis persamaan. Persamaan diferensial biasa (PDB) adalah persamaan
diferensial di mana fungsi yang tidak diketahui (variabel terikat) adalah fungsi dari
variabel bebas tunggal. Dalam bentuk paling sederhana fungsi yang tidak diketahui ini
adalah fungsi riil atau fungsi kompleks, namun secara umum bisa juga berupa fungsi
vektor maupun matriks. Lebih jauh lagi, persamaan diferensial biasa digolongkan
berdasarkan orde tertinggi dari turunan terhadap variabel terikat yang muncul dalam
persamaan tersebut.

Persamaan diferensial parsial (PDP) adalah persamaan diferensial di mana fungsi


yang tidak diketahui adalah fungsi dari banyak variabel bebas, dan persamaan tersebut
juga melibatkan turunan parsial. Orde persamaan didefinisikan seperti pada persamaan
diferensial biasa, namun klasifikasi lebih jauh ke dalam persamaan eliptik, hiperbolik, dan
parabolik, terutama untuk persamaan diferensial linear orde dua, sangatlah penting.
Beberapa pesamaan diferensial parsial tidak dapat digolongkan dalam kategori-kategori
tadi, dan dinamakan sebagai jenis campuran.

Baik persamaan diferensial biasa maupun parsial dapat digolongkan sebagai linier
atau nonlinier. Sebuah persamaan diferensial disebut linier apabila fungsi yang tidak
diketahui dan turunannya muncul dalam pangkat satu (hasilkali tidak dibolehkan). Bila
tidak memenuhi syarat ini, persamaan tersebut adalah nonlinier.

2
2.2 Persamaan Diferensial Biasa( PDB)

Persamaan diferensial biasa (PDB) -Ordinary Differential Equations (ODE).adalah


persamaan diferensial di mana fungsi yang tidak diketahui (variabel terikat) adalah fungsi
dari variabel bebas tunggal.Peubah bebas biasanya disimbolkan dengan x.Dalam bentuk
paling sederhana fungsi yang tidak diketahui ini adalah fungsi riil atau fungsi kompleks,
namun secara umum bisa juga berupa fungsi vektor maupun matriks. Lebih jauh lagi,
persamaan diferensial biasa digolongkan berdasarkan orde tertinggi dari turunan terhadap
variabel terikat yang muncul dalam persamaan tersebut dan turunannya merupakan
turunan biasa.

2.3 Menyelesaikan Persamaan Diferensial Biasa (PDB)

dy
=f (x , y )
PDB orde satu dapat dinyatakan dalam: dx

atau dalam bentuk : M(x,y)dx + N(x,y)dy = 0

1. Penyelesaian PDB orde satu dengan integrasi secara langsung


dy
=f (x )
Jika PDB dapat disusun dalam bentuk dx , maka persamaan tersebut dapat
diselesaikan dengan integrasi sederhana.
Contoh :
dy
=3 x2 −6 x +5
dx
y=∫ ( 3 x 2 −6 x +5 ) dx=x 3 −3 x 2 +5 x+c
Maka

Nilai c tidak dapat ditentukan kecuali jika dalam persamaan di atas diberi keterangan
syarat (sebuah nilai y untuk x tertentu). Solusi dengan nilai konstanta sembarang atau
c disebut solusi umum/primitif, sedangkan solusi disebut khusus jika nilai c dapat
dihitung.

2. Penyelesaian PDB orde satu dengan pemisahan variabel


dy
=f (x , y )
Jika persamaan diferensial berbentuk dx , yaitu persamaan yang ruas
kanannya dapat dinyatakan sebagai perkalian atau pembagian fungsi x dan fungsi y,

3
maka penyelesaian PD dengan cara memisahkan variabelnya sehingga faktor’y’ bisa
kita kumpulkan dengan ‘dy’ dan faktor’x’ dengan ‘dx’.
Contoh :

xyy’ + x2 + 1 = 0

Ubah ke dalam eksplisit

xy (dy/dx) + x2 + 1 = 0

Bagi tiap-tiap ruas

y dy = -(x2 + 1/x) dx

Integralkan kedua ruas

∫ y dy = – ∫((x2 + 1)/x) dx

∫ y dy = – ∫( X + 1/x) dx

y2/2 = – (x2/2 + ln|x|) + C

y2 = -x2/2 – ln|x + c ; c = -C

Maka, solusi umumnya adalah y2 = -x2/2 – ln|x + c

3. Persamaan Homogen substitusi y = vx


tinjau persamaan diferensial berikut:
dy x +3 y
=
dx 2x
persamaan di atas tidak dapat diselesaikan dengan cara memisahkan
variabelnya. Dalam hal ini kita lakukan substitusi y = vx, dengan v adalah
fungsi x. Sehingga penyelesaiannya:
dari y = v x dideferensialkan menjadi
dy dv
=v + x
dx dx
Sehingga
2+ 3 y 1+3 v
=
2x 2
Persamaan sekarang menjadi:

4
dv 1+3 v
v+x =
dx 2
dv 1+3 v 1+v
x = −v=
dx 2 2
2 1
dv= dx
1+v x
kedua ruas diintegrasikan menjadi:
2 1
∫ 1+v dv=∫ x dx
2 ln ( 1+v )=ln x +c
(1+v )2 =c . . x
substitusi v = y/x didapatkan

( )
1+
y 2
x
=c . x atau ( x + y )2 =c 3 x

dy
+ Py=Q
4. Persamaan Linier dalam bentuk dx
dy
+ Py=Q
Untuk PD yang berbentuk
dx dengan P dan Q fungsi x atau konstanta maka

∫ Pdx
penyelesaian PD dengan mengalikan kedua ruas dengan faktor integrasi e
Contoh :
selesaikan PD berikut:
dy
− y=x
dx

Penyelesaian :

dari persamaan diperoleh P = -1 dan Q = x


∫ Pdx
faktor integrasinyae =e− x
−x
jika kedua ruas persamaan dikalikan dengan e maka

e− x (dydx − y )=e
−x
(x)
dy − x
e− x −e . y =e−x . x
dx
( e . y ) =e−x . x →d { e∫ pdx . y }=e∫ pdx . x=e∫ pdx . Q
d −x
dx
5
sehingga penyelesaiannya

∫ d ( e−x y )=∫ e−x .x dx


e y=−e x+∫ e dx=−e x−e +c
−x −x −x −x −x

y=−x−1+c/e− x
∫ Pdx
dari contoh di atas jika faktor integrasi e =μ , maka PD linier orde satu
bisa dinyatakan dalam bentuk
d
( μ , y )=μ .Q
dx
Dengan bbentuk diatas, penyelesaianya menjadi
∫ Pdx ∫ Pdx
μ. y=∫ μ.Qdx+c atau y .e =∫ e .Qdx +c

dy
+ Py=Qy n
5. Persamaan Bernoulli berbentuk dx
dy
+ Py=Qy n
PD yang berbentuk dx dengan P dan Q fungsi x atau konstanta
diselesaikan dengan cara :
dy
y−n + Py1−n =Q
dx
Kedua, misalkanlah Z = y1- nsehingga

dz d ( y ) dz
1−n
dy
= → = (1−n ) y−n
dx dx dx dx
dz
supaya suku pertama didapat dx maka persamaan pertama dikalikan (1-n) didapat:
dy
( 1−n ) y −n 1−n
+ ( 1−n ) py = (1−n ) Q
dx
dz
+P . Z =Q1 ( PD Linear )
dx 1
dengan P1 dan Q1 fungsi x atau konstanta. Persamaan terakhir dapat diselesaikan
dengan faktor integrasi. Setelah diperoleh penyelesaian untuk z, dengn substitusi z =
y1- n kita dapatkan y.
Contoh :
selesaikan PD berikut:

6
dy y
+ =x . y 2
dx x
Penyelesaian
Kedua ruas dibagi y2 menjadi
−1
−2 dy y
y + =x
dx x
dz dy
=− y−2
Misalkan z = y1-n, n = 2 sehingga z = y-1 dan dx dx
dz
Supaya suku pertama didapat dx maka penyelesaian dikali – 1, diperoleh:
dy y−1
− y −2− =−x
dx x
dz z
− =−x → PD Linear
dx x
1
∫ Pdx P=−
Faktor integral e dimana x maka
1
∫ Pdx ∫ x dx −ln x ln x−1 1
e =e =e =e =
x
Bentuk umum penyelesaian PD Linear didapat :
∫ Pdx
μ. y=∫ e .Qdx+c
Sehingga
1 1 z
. z=∫ . (1−x ) dx +c→ =−x+c
x x x
2
Z=cx−x
Karena Z = y-1 = cx – x2 ⟶ y = (cx – x2)- 1

6. Persamaan Diferensial Eksak


PDB dalam bentuk :
M(x,y)dx + N(x,y)dy = 0
δQ
=M ( x , y )
Dikatakan eksak jika terdapat fungsi Q(x,y), sedemikian sehingga δy dan
δQ
=M ( x , y )
δy , dengan mengingat diferensial total dari fungsi Q(x,y), maka
disimpulkan bahwa persamaan M(x,y)dx + N(x,y)dy = 0 eksak jika hanya jika :

7
δM δN
=
δy δx
Langkah – langkah untuk menyelesaikan PD Eksak adalah sebagai berikut:
Langkah 1. Tuliskan PD dalam bentuk diferensial :
M(x,y)dx + N(x,y)dy = 0
Langkah 2. Uji ke-eksak-an PD:
δM δN
=
δy δx
Langkah 3. Jika eksak, integralkan M terhadap x atau N terhadap y. misalkan dipilih

M, maka:
N ( x, y )=∫ M ( x , y ) dx+g ( y )
Langkah 4. turunkan Q terhadap y dan semakan hasilnya dengan N(x,y)
δ
N ( x , y )=
δy
(∫ M ( x , y ) dx )+g ' ( y )
Langkah 5. Integralkan g’(y) untuk memperoleh g(y)
Langkah 6. Tuliskan penyelesaikan umum dalam bentuk implisit: Q(x,y) = c
Langkah 7. Tentukan C jika diberikan kondisi awal tertentu.
Contoh :
dy x−2 y
=− 2 . y ( o )=3
Selesaikan PDB dx y −2 x
Selesaikan :
Langkah 1. Bentuk diferensial PD adalah : (x – 2y)dx + (y2 – 2x) dy = 0
δM δN
=−2 ; =−2
Langkah 2. Uji ke-esak-an PD ini : δy δx
Langkah 3. Misalkan dipilih M untuk diitegralkan, maka :

Q= ( x , y )=∫ M ( x , y ) dx+g ( y )
=∫ ( x−2 y ) dx +g ( y )
1
= x−2 xy+g ( y )
2
Langkah 4. Menyamakan turunan Q(x,y) terhadap y dengan N(x,y):
δ 1
δy 2 ( )
x−2 xy +g ( y ) = y 2−2 x

0−2 x +g ' ( y )= y 2−2 x


g ' ( y )= y 2

8
Langkah 5. Integralkan g’(y), diperoleh : g(x) = 1/3y3
Langkah 6. Penyelesaian umum dalam bentuk implisit Q(x,y) = C
1 1
x−2 xy+ y 3 +C
2 3

Langkah 7. Dengan kondisi awal y (0) = 3, diperoleh C = 9, sehingga


1 1
x−2 xy+ y 3 +9
penyelesaian khususnya adalah : 2 3

7. Persamaan Diferensial Tak-Eksak


Jika suatu PD orde satu berbentuk :
M(x,y)dx + N(x,y)dy = 0
Mempunyai sifat :
δM δN

δy δx
Maka PD tersebut disebut PD tak-eksak, suatu PD tak-eksak dapat diubah ke PD
Eksak dengan mengalikan persamaan dengan suatu faktor yang tepat, yang disebut
faktor pengintegralan (integrating factor).Pada bagian sebelumnya, kita mengenal
∫ p ( x ) dx
faktor integral: μ ( x )=e untuk menyelesaikan persamaan diferensial linear
order satu dalam bentuk:
dy
+P (x ) y =Q ( x )
dx
∫ p ( x ) dx
Faktor integral μ ( x )=e akan membawa persamaan diferensial linier order satu
dy
+P (x ) y =Q ( x )
berbentuk dx menjadi PD eksak. Secara umum suatu faktor integral
adalah faktor μ(x, y) dapat mengubah persamaan diferensial tidak eksak menjadi
persamaan diferensial eksak.
Contoh :
Tunjukkan bahwa x dy + (2y − xex )dx = 0 tidak eksak, tetapi dengan
mengalikan dengan faktor μ = x PD tersebut menjadi eksak. Kemudian
selesaikan!
Penyelesaian :

9
δ
( 2 y −xe x ) =2 δ ( x )=1
Uji ke-eksak-an, δx δx
Jadi PD adalah tidak eksak. Dengan mengalikan faktor integral x diperoleh:

x 2 dy + ( 2 xy−x 2 e x ) dx=0 →PD Eksak


δM δ ( 2 xy −x 2 e x ) δN δ ( x 2 )
= =2 x ; = =2 x
δy δy δx δx
dari langkah-langkah penyelesaian PD eksak, maka:
Q(x,y) = x2y – x2ex + 2xex – 2ex + g(y)
jika diketahui:
δ
Q ( x , y )=N ( x , y )
δy
Maka x2 + g’(y) = x2 →g’(y) = 0 →g(y) = 0
jadi solusi PD adalah: Q(x,y) = c → x2y – x2ex + 2xe2 – 2ex = c

8. Menentukan Faktor Itegrasi


Jika M(x,y)dx + N(x,y)dy = 0 PD tak-eksak dan µ(x,y) faktor integrasi, maka
µ(x,y)M(x,y)dx + µ(x,y)N(x,y)dy = 0 adalah PD Eksak, sehingga
δμ M δμ N
=
δy δx atau
δμ δM δμ δN
M+ μ= N + μ
δy δy δx δx

(δM δN

δy δx )
δμ δμ
μ= N − M
δx δy

μ=−
(
δμ
δy
δμ
M− N
δx )
(
δM δN

δy δx )
Ada beberapa kasus, yaitu:
(1) Faktor integrasi hanya fungsi x saja atau µ(x,y) = µ(x) maka;

10
μ=−
( 0−
δμ
δx
N)

( δM
δy

δx )
δN

δM δN N δμ
⇔ − =
δy δx μδ x

1
⇔ δμ=
δy (
δM δN

δx
dx
)
μ N

⇔ln μ=∫
δM δN
δy
−(δx
dx
)
N


( δM
δy

δx )
δN
dx
⇔ μ=e N

( δMδy − δNδx )
Jadi jika N menghasilkan fungsi x saja maka µ(x,y) = µ(x).
(2) Faktor integrasi hanya fungsi y saja atau µ(x,y) = µ(y) maka:


( ∂ y ∂x )
∂M ∂ N

dy
M
μ=e

( ∂∂My − ∂∂Nx ) dy
Jadi Jika M menghasilkan fungsi y saja, maka µ = µ(y)
∂ M ∂N

∂y ∂x
(3) Jika yN−xM menghasilkan fungsi xy, maka µ = µ(y)
∂ M ∂N

∂y ∂x
(4) Jika N −M
menghasilkan fungsi (x + y) maka µ = µ(x + y)

∂ M ∂N

∂y ∂x
(5) Jika yN +xM
menghasilkan fungsi (x - y) maka µ = µ(x - y)

∂M ∂N

∂ y ∂x
(6) Jika 2 xN −2 yM menghasilkan fungsi (x2 + y2), maka µ =µ(X2 + y2)

11
∂M ∂N

Kesimpulan : faktor integral ditentukan dengan menghitung ∂ y ∂ x kemudian
membaginya sehingga diperoleh fungsi yang mandiri.

Contoh :

Tunjukan faktor integral dari PD x dy + (2y – xe x)dx = 0 sehingga menjadi PD


eksak

Penyelesaian :

M(x,y) = (2y – xex) dan N(x,y) = x = 1

∂M ∂ ∂N ∂
= ( 2 y−xe x ) =2 = ( x )=1
∂y ∂y dan ∂ x ∂ x

Sehingga diperoleh

∂ M ∂N

∂M ∂N ∂y ∂y 1
− =1 = → fungsi dari x saja
∂ y ∂x dan N x

Maka faktor integralnya adalah


( ∂y ∂x )
∂ M ∂N

dx ∫ 1 dx
N
μ ( x )=e =e x =e ln x =x

Dari sini seperti contoh sebelumnya dapat ditunjukan dengan mengalikan x


pada persamaan dihasilkan PD Eksak.

2.4 Aplikasi Persamaan Diferensial Biasa (PDB)

1. Aplikasi Persamaan Diferensial Pada Hukum Pendinginan Newton

12
Andaikan t adalah waktu t setelah benda mulai mendingin. Jika T(t) adalah suhu
benda pada saat t , Tm suhu medium yang mengelilinginya, dT/dt laju perubahan suhu
pada saat t , dan k faktor pendingin maka: dT/dt = k(T-Tm)

dT/(T-Tm)=kdt

int [dT/(T-Tm)]= Int k dt

1n (T-Tm)=kt + C1

T-Tm=e^(kt-C1)=(e^kt)(e^C1)=C jadi penyelesaian persamaan diferensial dari hukum


pendinginan Newton adalah: T=Tm+Ce^kt

13
Contoh:

jika suatu benda berada di udara bersuhu 36* dan benda mendingin dari 100*
dalam waktu 10 menit manjadi 68*, berapakah suhu benda setelah 30 menit?

Jawab:

andaikan t adalah waktu dalam menit setelah suhu benda mulai turun. maka suhu
benda setelah 30 menit adalah:

T=Tm-Ce^kt

diketahui: Tm=36* t=0----------->T(0)=100* C=64,

sehingga: T=36+64e^kt karena pada saat t=10----------- >T(10)=68*

maka: 68=36+64e^10k e^10k=0,5 k=0,1(1n(0,5))=(-0,0693)

jadi, T=36+64e^(-0,0693t)

t=30 => T=36+64(0,125)

T=44

2. Aplikasi Persamaan Diferensial Biasa pada Ilmu Biologi untuk Menghitung


Jumlah Bakteri

Jika y fungsi bernilai positif dalam t, dan k suatu konstanta persamaan


differensial dy/dt=ky ….(1)

menyatakan bahwa laju perubahan y sebanding dengan besarnya y pada sebarang waktu
t.

Persamaan (1) adalah persamaan differensial terpisahkan dan dapat ditulis :


∫dy/y= ∫k dt

Ln y = kt + c

y=e^(kt+c)
y= e^kt e^c atau y= 〖Ae〗^kt ..…(2)

Dimana A=e^c konstanta sebarang. Nilai konstanta k dalam persamaan (2) tergantung
pada sifat masalah. Jika k bernilai positif maka persamaan (2) disebut hikum

14
pertumbuhan eksponensial. Jika k bernilai negative maka persamaan (2) disebut hukum
peluruhan eksponensial.

Soal :

a. Jumlah bakteri dalam suatu kultur adalah 10.000, setelah dua jam menjadi 40.000.
di bawah persyaratan perkembangan yang ideal, menjadi berapa jumlah bakteri
setelah lima jam?

Jawab:
Di bawah persyaratan yang menguntungkan laju perkembangan bakteri dalam suatu
kultur sebanding dengan jumlah bakteri pada saat itu. Jika y banyaknya bakteri dalam
kultur pada waktu t maka laju perkembangannya adalah: dy/dt=ky ………………(1)
Dengan k factor pembanding, dengan mengintegralkan persamaan (1)

dy/y=k dt

∫1/y dy= ∫k dt

ln y = kt + C ………………………………(2)

pada saat awal t = 0 jumlah bakteri 10.000 (y = 10.000) sehingga dengan memasukkan
nilai tersebut ke persamaan (2);

ln 10.000 = k(0) + C

memasukkan C ke persamaan (2) menjadi:

ln y = kt + ln 10.000

untuk t = 2 jam y = 40.000

ln y 40.000 = 2k + ln 10.000

k = 1/2 [ln 40.000 – ln 10.000]

= 1/2 [ ln⁡40.000/ln⁡10.000 ] = 1/2 ln 4 = ln 4^(1/2)

= ln √4 = ln 2

Memasukkan k ke persamaan (2) menjadi:

ln y = t ln 2 + ln 10.000

untuk t = 5 jam y = ….?


15
ln y = 5 ln 2 + ln 10.000

ln y = ln 25 (10.000)

y = 320.000

jadi setelah lima jam jumlah bakteri menjadi 320.000

2.5 Software yang dapat menyelesaikan Persamaan Diferensial


1. Mapel
2. wxMaxima,
3. Autograph
4. Geogrebra
5. MATLAB
Persamaan differensial sulit untuk diselesaikan. Namun, matlab merupakan suatu
alat canggih untuk menyelesaikaan persamaan differensial. Alat tersebut adalah suatu
fungsi yang benama dsolve, sintaks yang digunakan oleh dsolve harus dalam bentuk
string. Untuk lebih jelasnya misalkan diberikan suatu persamaan differensial orde pertama
sebagai berikut:

Contoh 1:
Kepada anda diberikan sebuah persamaan diferensial berikut : dy/dt=-ay. Maka
solusinya dapat dicari dengan menggunakan matlab sbb:

>> y = dsolve('Dy = -a*y')

16
Contoh 2:
Dari persamaan diatas dy/dt=-a*y, dengan menggunakan parameter 1)0(=y
Solusi khususnya dapat dicari dengan matlab sbb:

>> y = dsolve('Dy = -a*y','y(0) = 1')

Contoh 3:
Diberikan persamaan berikut: d2y/dt2 - 2dy/dt - 3y = 0
solusi umumnya dapat diperoleh dengan menggunakan matlab sebagai berikut:
>> y=dsolve(‘D2y-2*Dy-3*y=0’)

17
dengan menerapkan kondisi awal y(0)=0 dan y(1)=1 menghasilkan:
>> y=dsolve(‘D2y-2*Dy-3*y=0’, ’y(0)=0’, ‘y(1)=1’ )

18
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan

Persamaan differensial memegang peranan penting dalam rekayasa, fisika, ilmu


ekonomi dan berbagai macam disiplin ilmu. Teori persamaan differensial sudah cukup
berkembang, dan metode yang digunakan bervariasi sesuai jenis persamaan. Persamaan
differensial terbagi menjadi dua yaitu persamaan differensial biasa dan persamaan
differensial parsial. Persamaan differensial biasa (PDB) adalah persamaan differensial di
mana fungsi yang tidak diketahui (variabel terikat) adalah fungsi dari variabel bebas
tunggal. Persamaan differensial parsial (PDP) adalah persamaan differensial di mana
fungsi yang tidak diketahui adalah fungsi dari banyak variabel bebas, dan persamaan
tersebut juga melibatkan turunan parsial.

Didalam persamaan differensial biasa, dipelajari tentang konsep persamaan


differensial linear dan Persamaan differensial linear orde satu. Persamaan differensial
linear adalah persamaan yang mengandung turunan tingkat satu yaitu turunan dengan satu
peubah bebas. Sedangkan Persamaan differensial linear orde satu adalah persamaan yang
mengandung turunan tingkat satu dimana turunan tertinggi yang terdapat dalam persamaan
tersebut adalah satu.

2. Saran

Sebaiknya kita harus memahami dan mengerti tentang persamaan diferensial baik
dari bentuk umumnya sampai pada penyelesaiannya. Karena dengan menguasai
persamaan differensial, kita akan lebih mudah menyelesaikan permasalahan dalam
persamaan differensial biasa. Selain itu, kita juga harus paham tentang teknik – teknik
turunan maupun teknik pengintegralan yang pernah dipelajari pada mata pelajaran
matematika wajib sebelumnya. Hal ini agar dapat mempermudah dalam menyelesaikan
soal – soal persamaan differensial biasa, karena dalam persamaan differensial sangat
berkaitan dengan turunan dan integral.

19
DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Persamaan_diferensial_biasa
http://informatika.stei.itb.ac.id/~rinaldi.munir/Buku/Metode%20Numerik/BAb-%2008%20Solusi
%20Persamaan%20Diferensial%20Biasa.pdf
http://zakylubismy.blogspot.com/2011/11/aplikasi-persamaan-diferensial-pada.html,

http://share.its.ac.id/mod/page/view.php?id=1738

http://abrari.wordpress.com/2009/12/17/wxmaxima-software-matematika-handal/

http://sriendang90.wordpress.com/2012/12/25/aplikasi-maple-pada-matematika/

http://matic-ducati.blogspot.com/2012/03/software-matematika-precalculus.html

Benni A. Pribadi, Ph.D. 2009. Model Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Dian Rakyat
Gagne, R.M dkk. (2005). Principles of Instructional Design. Newyork: Wadsworth Publishing Co.
Sahid, MSc. 2003. Penggunaan MAPLE untuk pembelajaran Aljabar. Universitas Negeri
Yogyakarta :Journal “Lab Komputer Jurdik Matematika FMIPA UNY
http://heriantisamsu.blogspot.com/2011/10/kegunaan-maple.html 08.00 / 03-10-2012

http://blog.student.uny.ac.id/intandz/2011/02/23/matlab/ 08.00 / 02-10-2012


http://id.scribd.com/doc/96716054/Tugas-Aplikasi-Sistem-Persamaan-Linear-dengan-Matlab /
09.00 /02 -10-2012
http://syahwilalwi.blogspot.com/2011/04/solusi-persamaan-linear-dengan-linprog.html 07.30 – 03-10-
2012
http://leoriset.blogspot.com/2009/01/matematika-dalam-kehidupan-nyata.html
http://www.dewinuryanti.com/arsip/fungsi-software-maple-dalam-pembelajaran-
matematika.htmlhttp://norrizal96.blogspot.com/2010/10/fungsi-matematika-pada-kehidupan-
sehari.html

20

Anda mungkin juga menyukai