PENDAHULUAN
Teori persamaan diferensial sudah cukup berkembang, dan metode yang digunakan
bervariasi sesuai jenis persamaam yaitu : Persamaan diferensial biasa (PDB) dan
Persamaan diferensial parsial (PDP). Baik persamaan diferensial biasa maupun parsial
dapat digolongkan sebagai linier atau nonlinier. Sebuah persamaan diferensial disebut
linier apabila fungsi yang tidak diketahui dan turunannya muncul dalam pangkat satu
(hasilkali tidak dibolehkan). Bila tidak memenuhi syarat ini, persamaan tersebut adalah
nonlinier.
1
BAB II
PEMBAHASAN
Teori persamaan diferensial sudah cukup berkembang, dan metode yang digunakan
bervariasi sesuai jenis persamaan. Persamaan diferensial biasa (PDB) adalah persamaan
diferensial di mana fungsi yang tidak diketahui (variabel terikat) adalah fungsi dari
variabel bebas tunggal. Dalam bentuk paling sederhana fungsi yang tidak diketahui ini
adalah fungsi riil atau fungsi kompleks, namun secara umum bisa juga berupa fungsi
vektor maupun matriks. Lebih jauh lagi, persamaan diferensial biasa digolongkan
berdasarkan orde tertinggi dari turunan terhadap variabel terikat yang muncul dalam
persamaan tersebut.
Baik persamaan diferensial biasa maupun parsial dapat digolongkan sebagai linier
atau nonlinier. Sebuah persamaan diferensial disebut linier apabila fungsi yang tidak
diketahui dan turunannya muncul dalam pangkat satu (hasilkali tidak dibolehkan). Bila
tidak memenuhi syarat ini, persamaan tersebut adalah nonlinier.
2
2.2 Persamaan Diferensial Biasa( PDB)
dy
=f (x , y )
PDB orde satu dapat dinyatakan dalam: dx
Nilai c tidak dapat ditentukan kecuali jika dalam persamaan di atas diberi keterangan
syarat (sebuah nilai y untuk x tertentu). Solusi dengan nilai konstanta sembarang atau
c disebut solusi umum/primitif, sedangkan solusi disebut khusus jika nilai c dapat
dihitung.
3
maka penyelesaian PD dengan cara memisahkan variabelnya sehingga faktor’y’ bisa
kita kumpulkan dengan ‘dy’ dan faktor’x’ dengan ‘dx’.
Contoh :
xyy’ + x2 + 1 = 0
xy (dy/dx) + x2 + 1 = 0
y dy = -(x2 + 1/x) dx
∫ y dy = – ∫((x2 + 1)/x) dx
∫ y dy = – ∫( X + 1/x) dx
y2 = -x2/2 – ln|x + c ; c = -C
4
dv 1+3 v
v+x =
dx 2
dv 1+3 v 1+v
x = −v=
dx 2 2
2 1
dv= dx
1+v x
kedua ruas diintegrasikan menjadi:
2 1
∫ 1+v dv=∫ x dx
2 ln ( 1+v )=ln x +c
(1+v )2 =c . . x
substitusi v = y/x didapatkan
( )
1+
y 2
x
=c . x atau ( x + y )2 =c 3 x
dy
+ Py=Q
4. Persamaan Linier dalam bentuk dx
dy
+ Py=Q
Untuk PD yang berbentuk
dx dengan P dan Q fungsi x atau konstanta maka
∫ Pdx
penyelesaian PD dengan mengalikan kedua ruas dengan faktor integrasi e
Contoh :
selesaikan PD berikut:
dy
− y=x
dx
Penyelesaian :
e− x (dydx − y )=e
−x
(x)
dy − x
e− x −e . y =e−x . x
dx
( e . y ) =e−x . x →d { e∫ pdx . y }=e∫ pdx . x=e∫ pdx . Q
d −x
dx
5
sehingga penyelesaiannya
y=−x−1+c/e− x
∫ Pdx
dari contoh di atas jika faktor integrasi e =μ , maka PD linier orde satu
bisa dinyatakan dalam bentuk
d
( μ , y )=μ .Q
dx
Dengan bbentuk diatas, penyelesaianya menjadi
∫ Pdx ∫ Pdx
μ. y=∫ μ.Qdx+c atau y .e =∫ e .Qdx +c
dy
+ Py=Qy n
5. Persamaan Bernoulli berbentuk dx
dy
+ Py=Qy n
PD yang berbentuk dx dengan P dan Q fungsi x atau konstanta
diselesaikan dengan cara :
dy
y−n + Py1−n =Q
dx
Kedua, misalkanlah Z = y1- nsehingga
dz d ( y ) dz
1−n
dy
= → = (1−n ) y−n
dx dx dx dx
dz
supaya suku pertama didapat dx maka persamaan pertama dikalikan (1-n) didapat:
dy
( 1−n ) y −n 1−n
+ ( 1−n ) py = (1−n ) Q
dx
dz
+P . Z =Q1 ( PD Linear )
dx 1
dengan P1 dan Q1 fungsi x atau konstanta. Persamaan terakhir dapat diselesaikan
dengan faktor integrasi. Setelah diperoleh penyelesaian untuk z, dengn substitusi z =
y1- n kita dapatkan y.
Contoh :
selesaikan PD berikut:
6
dy y
+ =x . y 2
dx x
Penyelesaian
Kedua ruas dibagi y2 menjadi
−1
−2 dy y
y + =x
dx x
dz dy
=− y−2
Misalkan z = y1-n, n = 2 sehingga z = y-1 dan dx dx
dz
Supaya suku pertama didapat dx maka penyelesaian dikali – 1, diperoleh:
dy y−1
− y −2− =−x
dx x
dz z
− =−x → PD Linear
dx x
1
∫ Pdx P=−
Faktor integral e dimana x maka
1
∫ Pdx ∫ x dx −ln x ln x−1 1
e =e =e =e =
x
Bentuk umum penyelesaian PD Linear didapat :
∫ Pdx
μ. y=∫ e .Qdx+c
Sehingga
1 1 z
. z=∫ . (1−x ) dx +c→ =−x+c
x x x
2
Z=cx−x
Karena Z = y-1 = cx – x2 ⟶ y = (cx – x2)- 1
7
δM δN
=
δy δx
Langkah – langkah untuk menyelesaikan PD Eksak adalah sebagai berikut:
Langkah 1. Tuliskan PD dalam bentuk diferensial :
M(x,y)dx + N(x,y)dy = 0
Langkah 2. Uji ke-eksak-an PD:
δM δN
=
δy δx
Langkah 3. Jika eksak, integralkan M terhadap x atau N terhadap y. misalkan dipilih
M, maka:
N ( x, y )=∫ M ( x , y ) dx+g ( y )
Langkah 4. turunkan Q terhadap y dan semakan hasilnya dengan N(x,y)
δ
N ( x , y )=
δy
(∫ M ( x , y ) dx )+g ' ( y )
Langkah 5. Integralkan g’(y) untuk memperoleh g(y)
Langkah 6. Tuliskan penyelesaikan umum dalam bentuk implisit: Q(x,y) = c
Langkah 7. Tentukan C jika diberikan kondisi awal tertentu.
Contoh :
dy x−2 y
=− 2 . y ( o )=3
Selesaikan PDB dx y −2 x
Selesaikan :
Langkah 1. Bentuk diferensial PD adalah : (x – 2y)dx + (y2 – 2x) dy = 0
δM δN
=−2 ; =−2
Langkah 2. Uji ke-esak-an PD ini : δy δx
Langkah 3. Misalkan dipilih M untuk diitegralkan, maka :
Q= ( x , y )=∫ M ( x , y ) dx+g ( y )
=∫ ( x−2 y ) dx +g ( y )
1
= x−2 xy+g ( y )
2
Langkah 4. Menyamakan turunan Q(x,y) terhadap y dengan N(x,y):
δ 1
δy 2 ( )
x−2 xy +g ( y ) = y 2−2 x
8
Langkah 5. Integralkan g’(y), diperoleh : g(x) = 1/3y3
Langkah 6. Penyelesaian umum dalam bentuk implisit Q(x,y) = C
1 1
x−2 xy+ y 3 +C
2 3
9
δ
( 2 y −xe x ) =2 δ ( x )=1
Uji ke-eksak-an, δx δx
Jadi PD adalah tidak eksak. Dengan mengalikan faktor integral x diperoleh:
(δM δN
−
δy δx )
δμ δμ
μ= N − M
δx δy
μ=−
(
δμ
δy
δμ
M− N
δx )
(
δM δN
−
δy δx )
Ada beberapa kasus, yaitu:
(1) Faktor integrasi hanya fungsi x saja atau µ(x,y) = µ(x) maka;
10
μ=−
( 0−
δμ
δx
N)
( δM
δy
−
δx )
δN
δM δN N δμ
⇔ − =
δy δx μδ x
1
⇔ δμ=
δy (
δM δN
−
δx
dx
)
μ N
⇔ln μ=∫
δM δN
δy
−(δx
dx
)
N
∫
( δM
δy
−
δx )
δN
dx
⇔ μ=e N
( δMδy − δNδx )
Jadi jika N menghasilkan fungsi x saja maka µ(x,y) = µ(x).
(2) Faktor integrasi hanya fungsi y saja atau µ(x,y) = µ(y) maka:
∫
( ∂ y ∂x )
∂M ∂ N
−
dy
M
μ=e
( ∂∂My − ∂∂Nx ) dy
Jadi Jika M menghasilkan fungsi y saja, maka µ = µ(y)
∂ M ∂N
−
∂y ∂x
(3) Jika yN−xM menghasilkan fungsi xy, maka µ = µ(y)
∂ M ∂N
−
∂y ∂x
(4) Jika N −M
menghasilkan fungsi (x + y) maka µ = µ(x + y)
∂ M ∂N
−
∂y ∂x
(5) Jika yN +xM
menghasilkan fungsi (x - y) maka µ = µ(x - y)
∂M ∂N
−
∂ y ∂x
(6) Jika 2 xN −2 yM menghasilkan fungsi (x2 + y2), maka µ =µ(X2 + y2)
11
∂M ∂N
−
Kesimpulan : faktor integral ditentukan dengan menghitung ∂ y ∂ x kemudian
membaginya sehingga diperoleh fungsi yang mandiri.
Contoh :
Penyelesaian :
∂M ∂ ∂N ∂
= ( 2 y−xe x ) =2 = ( x )=1
∂y ∂y dan ∂ x ∂ x
Sehingga diperoleh
∂ M ∂N
−
∂M ∂N ∂y ∂y 1
− =1 = → fungsi dari x saja
∂ y ∂x dan N x
∫
( ∂y ∂x )
∂ M ∂N
−
dx ∫ 1 dx
N
μ ( x )=e =e x =e ln x =x
12
Andaikan t adalah waktu t setelah benda mulai mendingin. Jika T(t) adalah suhu
benda pada saat t , Tm suhu medium yang mengelilinginya, dT/dt laju perubahan suhu
pada saat t , dan k faktor pendingin maka: dT/dt = k(T-Tm)
dT/(T-Tm)=kdt
1n (T-Tm)=kt + C1
13
Contoh:
jika suatu benda berada di udara bersuhu 36* dan benda mendingin dari 100*
dalam waktu 10 menit manjadi 68*, berapakah suhu benda setelah 30 menit?
Jawab:
andaikan t adalah waktu dalam menit setelah suhu benda mulai turun. maka suhu
benda setelah 30 menit adalah:
T=Tm-Ce^kt
jadi, T=36+64e^(-0,0693t)
T=44
menyatakan bahwa laju perubahan y sebanding dengan besarnya y pada sebarang waktu
t.
Ln y = kt + c
y=e^(kt+c)
y= e^kt e^c atau y= 〖Ae〗^kt ..…(2)
Dimana A=e^c konstanta sebarang. Nilai konstanta k dalam persamaan (2) tergantung
pada sifat masalah. Jika k bernilai positif maka persamaan (2) disebut hikum
14
pertumbuhan eksponensial. Jika k bernilai negative maka persamaan (2) disebut hukum
peluruhan eksponensial.
Soal :
a. Jumlah bakteri dalam suatu kultur adalah 10.000, setelah dua jam menjadi 40.000.
di bawah persyaratan perkembangan yang ideal, menjadi berapa jumlah bakteri
setelah lima jam?
Jawab:
Di bawah persyaratan yang menguntungkan laju perkembangan bakteri dalam suatu
kultur sebanding dengan jumlah bakteri pada saat itu. Jika y banyaknya bakteri dalam
kultur pada waktu t maka laju perkembangannya adalah: dy/dt=ky ………………(1)
Dengan k factor pembanding, dengan mengintegralkan persamaan (1)
dy/y=k dt
∫1/y dy= ∫k dt
ln y = kt + C ………………………………(2)
pada saat awal t = 0 jumlah bakteri 10.000 (y = 10.000) sehingga dengan memasukkan
nilai tersebut ke persamaan (2);
ln 10.000 = k(0) + C
ln y = kt + ln 10.000
ln y 40.000 = 2k + ln 10.000
= ln √4 = ln 2
ln y = t ln 2 + ln 10.000
ln y = ln 25 (10.000)
y = 320.000
Contoh 1:
Kepada anda diberikan sebuah persamaan diferensial berikut : dy/dt=-ay. Maka
solusinya dapat dicari dengan menggunakan matlab sbb:
16
Contoh 2:
Dari persamaan diatas dy/dt=-a*y, dengan menggunakan parameter 1)0(=y
Solusi khususnya dapat dicari dengan matlab sbb:
Contoh 3:
Diberikan persamaan berikut: d2y/dt2 - 2dy/dt - 3y = 0
solusi umumnya dapat diperoleh dengan menggunakan matlab sebagai berikut:
>> y=dsolve(‘D2y-2*Dy-3*y=0’)
17
dengan menerapkan kondisi awal y(0)=0 dan y(1)=1 menghasilkan:
>> y=dsolve(‘D2y-2*Dy-3*y=0’, ’y(0)=0’, ‘y(1)=1’ )
18
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
2. Saran
Sebaiknya kita harus memahami dan mengerti tentang persamaan diferensial baik
dari bentuk umumnya sampai pada penyelesaiannya. Karena dengan menguasai
persamaan differensial, kita akan lebih mudah menyelesaikan permasalahan dalam
persamaan differensial biasa. Selain itu, kita juga harus paham tentang teknik – teknik
turunan maupun teknik pengintegralan yang pernah dipelajari pada mata pelajaran
matematika wajib sebelumnya. Hal ini agar dapat mempermudah dalam menyelesaikan
soal – soal persamaan differensial biasa, karena dalam persamaan differensial sangat
berkaitan dengan turunan dan integral.
19
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Persamaan_diferensial_biasa
http://informatika.stei.itb.ac.id/~rinaldi.munir/Buku/Metode%20Numerik/BAb-%2008%20Solusi
%20Persamaan%20Diferensial%20Biasa.pdf
http://zakylubismy.blogspot.com/2011/11/aplikasi-persamaan-diferensial-pada.html,
http://share.its.ac.id/mod/page/view.php?id=1738
http://abrari.wordpress.com/2009/12/17/wxmaxima-software-matematika-handal/
http://sriendang90.wordpress.com/2012/12/25/aplikasi-maple-pada-matematika/
http://matic-ducati.blogspot.com/2012/03/software-matematika-precalculus.html
Benni A. Pribadi, Ph.D. 2009. Model Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Dian Rakyat
Gagne, R.M dkk. (2005). Principles of Instructional Design. Newyork: Wadsworth Publishing Co.
Sahid, MSc. 2003. Penggunaan MAPLE untuk pembelajaran Aljabar. Universitas Negeri
Yogyakarta :Journal “Lab Komputer Jurdik Matematika FMIPA UNY
http://heriantisamsu.blogspot.com/2011/10/kegunaan-maple.html 08.00 / 03-10-2012
20