Anda di halaman 1dari 31

i

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wata’ala, karena berkat rahmat-Nya saya
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “PELUANG”. Makalah ini diajukan guna
memenuhi tugas mata pelajaran matematika wajib.

Saya menyadari bahwa penulisan makalah ini belum sepenuhnya sempurna. Oleh karena itu,
saran dan kritik yang baik serta membangun dari semua pihak sangat saya harapkan untuk
perbaikan makalah ini. Saya berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak,
sehingga dapat membuka cakrawala berfikir serta memberikan setitik khasanah pengetahuan
untuk terus memajukan dunia pendidikan. Semoga Allah SWT senantiasa mendengarkan dan
mengabulkan permohonan kita. Amin.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Garut. - Desember 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................ii

DAFTAR ISI..................................................................................................................................iii

BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................................................1

1.1 LATAR BELAKANG...........................................................................................................1

1.2 RUMUSAN MASALAH.......................................................................................................1

1.3 TUJUAN................................................................................................................................1

BAB 2 PEMBAHASAN...............................................................................................................2

2.1 Kaidah Pencacahan................................................................................................................2

2.1.1 Aturan Perkalian........................................................................................................2

2.1.2 Permutasi...................................................................................................................4

2.1.3 Kombinasi..................................................................................................................8

2.2 Ruang Sampel Suatu Percobaan..........................................................................................12

2.2.1 Cara menentukan ruang sampel suatu percobaan:...................................................13

2.3 Peluang Suatu Kejadian.......................................................................................................14

2.3.1 Peluang Suatu Kejadian...........................................................................................14

2.3.2 Kisaran Nilai peluang..............................................................................................16

2.3.3 Frekuensi Harapan...................................................................................................17

2.3.4 Frekuensi Relatif......................................................................................................18

2.3.5 Peluang Komplemen Sutau Kejadian......................................................................19

2.4 Kejadian majemuk...............................................................................................................20

2.4.1 Peluang Kejadian Saling Bebas...............................................................................20

2.4.2 Peluang Kejadian Bergantung/Bersyarat.................................................................20

2.4.3 Peluang Kejadian Tidak Saling Lepas.....................................................................22

iii
2.4.4 Peluang Kejadian Saling Lepas...............................................................................22

BAB 3 PENUTUP.......................................................................................................................24

3.1 Kesimpulan..........................................................................................................................24

3.2 Saran.....................................................................................................................................25

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................26

iv
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Pada era demokrasi saat ini untuk menduduki suatu jabatan tertentu selalu dilakukan
dengan pemilihan, bahkan untuk menjadi ketua karang taruna juga harus dilakukan dengan
pemilihan. Andaikan ada 5 calon ketua karang taruna yaitu Amin, Banu, Cory, Dadang, dan Erni,
berapakah peluang Banu untuk menjadi ketua karang taruna?

Istilah peluang banyak digunakan dalam kejadian yang terjadi dalam kehidupan sehari-
hari. Pada bab ini, kita akan mempelajari kaidah pencacahan dan sifat-sifat peluang dalam
pemecahan masalah serta berbagai hal yang terkait dengannya.

Teori peluang menentukan hubungan antara sejumlah kejadian khusus dengan


jumlah kejadian sebarang. Misalnya pada kasus pelemparan uang logam sebanyak seratus
kali, berapa kali akan munculnya gambar.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Adapun perumusan masalah yang dibahas pada makalah ini yaitu :
1. Bagaimana menentukan ruang sampel suatu percobaan?
2. Bagaimana menentukan peluang suatu kejadian?
3. Bagaimana menggunakan kaidah pencacahan ?
1.3 TUJUAN
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu sebagai berikut.
1. Memahami dan menjelaskan cara menentukan ruang sampel suatu percobaan.
2. Memahami dan menjelaskan peluang suatu kejadian
3. Mampu menggunakan kaidah pencacahan

1
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Kaidah Pencacahan
2.1.1 Aturan Perkalian
2.1.1.1 Aturan Pengisian Tempat

Jika banyak cara memilih unsur pertama ada m cara dan banyak unsur kedua ada n cara,
maka banyak cara memilih kedua unsur tersebut sekaligus ada m ×n cara.

Contoh 1:

Ayu mempunyai 2 baju berwarna putih, dan batik. Ia juga memiliki 4 rok
berwarna coklat, hitam, abu-abu, dan putih yang berbeda. Ada berapa pasang baju dan
rok yang dapat dipakai dengan pasangan yang berbeda?

Penyelesaian:

(Putih,
coklat
Coklat)
(Putih,
hitam
Hitam)
Putih
(Putih,
abu-abu
Abu-abu)
(Putih,
putih
Putih)

coklat (Batik,Coklat)

Hitam (Batik,Hitam)
Batik
(Batik,Abu-
Abu-abu
abu)

Putih (Batik,Putih)

2
Jadi, banyak pasangan baju dan rok secara bergantian sebanyak 2 × 4=8 cara.

Dengan aturan penjumlahan:

Warna baju Warna rok Pasangan baju dan rok


Putih (p)  coklat (c) (p,c)
 hitam (h) (p,h)
 Abu-abu (a) (p,a)
 Putih (p) (p,p)
Batik (b)  Coklat (c) (b,c)
 Hitam (h) (b,h)
 Abu-abu (a) (b,a)
 Putih (p) (b,p)
Jadi, banyak pasangan baju dan rok yang mungkin adalah 4+4=8

Contoh 2:

Dari angka-angka 1,2,4,5,6,8 dan 9 akan dibuat bilangan yang terdiri atas tiga
angka berlainan. Banyak bilangan yang dapat dibuat adalah?

Penyelesaian:

Bilangan yang terdiri atas tiga angka merupakan bilangan ratusan. Bilangan
ratusan memiliki tempat ratusan, puluhan, dan satuan.

Untuk menjawab pertanyaan tersebut kita bisa menggunakan pengisian tempat kosong:

7 6 5
 Pada kolom pertama merupakan kolom untuk bilangan ratusan, ada 7
kemungkinan angka yang dapat dipasang.

 Pada kolom kedua merupakan tempat untuk puluhan, ada 6 kemungkinan angka
yang dapat dipasang setelah satu angka dipasang pada nilai tempat ratusan.

 Pada kolom ketiga merupakan tempat untuk satuan, ada 5 kemungkinan angka
yang dapat dipasang setelah dua angka dipasang pada nilai tempat ratusan dan
puluhan.

3
Jadi, banyak bilangan yang dapat dibuat adalah 7 ×6 × 5=210 .

2.1.1.2 Notasi Faktorial

Faktorial adalah hasil kali bilangan asli berurutan dari 1 sampai n.

Untuk setiap bilangan asli n, didefinisikan:

 n !=1× 2× 3 ×… × ( n−2 ) × ( n−1 ) × n atau

n !=n × ( n−1 ) × ( n−2 ) × … ×3 ×2 ×1

 1 !=1

 0 !=1

Untuk lebih memahami tentang factorial, perhatikan contoh berikut

Contoh 3: Hitunglah

8!
a. 7! b.
5!

Penyelesaian:

a. 7 !=7 ×6 × 5× 4 × 3 ×2 ×1=5.940

8 ! 8 ×7 ×6 × 5!
b. = =8 ×7 × 6=336
5! 5!

2.1.2 Permutasi
Permutasi adalah urutan (urutan diperhatikan) yang mungkin dari sejumlah unsur yang
berbeda tanpa adanya pengulangan.

2.1.2.1 Notasi Permutasi

Secara umum, banyaknya permutasi dari n unsur diambil r unsur dinotasikan:



n Pr =n ( n−1 )( n−2 ) ( n−3 ) …(n−r +1)

Atau dapat juga ditulis:

❑ ( n−r ) ( n−r −1 ) … 3∙ 2 ∙1
n Pr =n ( n−1 )( n−2 ) … ( n−r +1 )
( n−r ) ( n−r −1 ) … 3∙ 2 ∙1
4
n ( n−1 ) ( n−2 ) … ( n−r +1 ) ( n−r ) ( n−r −1 ) … 3∙ 2 ∙1
¿
( n−1 ) ( n−r−1 ) … 3 ∙2 ∙1

n ( n−1 )( n−2 ) … 3∙ 2 ∙1
¿
( n−1 ) ( n−r−1 ) … 3 ∙2 ∙ 1

❑ n!
n Pr =
(n−r )!

Contoh 4:

1. Tentukan nilai dari:



a) 8 P3


b) 4 P4

Penyelesaian:

❑ 8! 8 ! 8 ∙7 ∙ 6 ∙5 ∙ 4 ∙3 ∙ 2∙ 1
a) 8 P 3= = = =8 ∙7 ∙ 6=336
(8−3) ! 5 ! 5 ∙ 4 ∙ 3 ∙2 ∙1

❑ 4! 4 ! 4 ∙ 3∙ 2 ∙1
b) 4 P 4= = = =24
(4−4) ! 0 ! 1

2. Tiga orang wiraniaga dicalonkan untuk mengisi kekosongan jabatan kepala


cabang di dua kota. Tentukan banyak cara untuk memilih dua kepala cabang dari
tiga orang wiraniaga tersebut. Dengan menggunakan rumus permutasi!

Penyelesaian:

P(3,2), dengan n = 3 (banyak wiraniaga) dan r =2 (banyak wiraniaga terpilih).

❑ 3! 3 ! 3 ∙ 2∙ 1
3 P 2= = = =6
(3−2)! 1 ! 1

Jadi, terdapat 6 cara.

2.1.2.2 Permutasi Beberapa Unsur yang Sama

Untuk menghitung banyaknya permutasi jika ada unsur yang sama, marilah kita
lihat contoh berikut.

5
Pada kata”BUKU” terdapat dua huruf yang sama, yaitu U. Berapakah banyak kata
yang dapat disusun dari kata “BUKU”?. Permutasi huruf-huruf pada kata
“BUKU” dapat kita amati pada diagram pohon berikut:

K U BUKU
U
U K BUUK
U U BKUU
B K
U U BKUU
K U BUKU
U
U K BUUK
U K UBUK
B
K U UBKU
B U UKBU
U K
U B UKUB
B K UUBK
U
K B UUKB
U U KBUU
B
U U KBUU
B U KUBU
K U
U B KUUB
B U KUBU
U
U B KUUB
K U UBKU
B
U K UBUK
B U UKBU
U K
U B UKUB
B K UUBK
U
K B UUKB

6
Amatilah 24 susunan huruf diatas. Tampak ada beberapa susunan huruf yang
sama sehingga permutasinya menjadi:

1. BUKU 4. UBUK 7. UKUB 10. KUBU


2. BUUK 5. UBKU 8. UUBK 11. KUUB
3. BKUU 6. UKBU 9. UUKB 12. KBUU
Sehingga banyaknya permutasi “BUKU” ada 12 cara. Atau bisa dijabarkan sebagai berikut:

4 × 3× 2× 1 4 !
12=4 ×3= = . Secara umum permutasi n unsur dengan p unsur sama dan q unsur
2 ×1 2!
n!
sama ditulis: .
p! q!

Banyaknya permutasi n unsur yang memuat k,l, dan m unsur yang sama dapat ditentukan dengan
rumus: n!
P=
k ! l ! m!

Atau dapat juga dituliskan sebagai berikut:

Banyaknya permutasi n unsur yang mempunyai l 1 unsur jenis pertama, l 2 unsur jenis kedua, l 3
unsur jenis ketiga, dan l k unsur jenis ke-k yang sama adalah
n!
P=
l1 ! l2 ! l3 ! … lk !

Contoh 5:

Tentukan permutasi atas semua unsur yang dapat dibuat dari kata-kata berikut:

1. JAYAPURA 2. MATEMATIKA

Penyelesaian:

1. Pada kata “JAYAPURA”, terdapat 3 buah A yang sama, sehingga permutasinya adalah
8 ! 8 ×7 × 6× 5 ×4 ×3 !
P(8 , 3)= = =8 × 7× 6 ×5 × 4=6.720
3! 3!
2. Pada kata “MATEMATIKA”, terdapat 2 buah M, 3 buah A, dan 2 buah T yang sama.
Sehingga permutasinya adalah

7
10 ! 10 ×9 × 8× 7 ×6 ×5 × 4 × 3!
P(10 , 2 ,3 ,2)= = =10 ×9 × 8× 7 ×6 ×5=151.200
2! 3 ! 2 ! ( 2× 1 ) 3 ! ( 2 ×1 )

2.1.2.3 Permutasi Siklis

Permutasi siklis adalah permutasi yang cara menyusunnya melingkar, sehingga


banyaknya menyusun n unsur yang berlainan dalam lingkaran dituliskan:

n ! n ( n−1 ) ( n−2 ) …3 ∙ 2∙ 1
= =(n−1)!
n n

Atau Psiklis =(n−1)!

Contoh 6:

Delapan orang ilmuwan duduk melingkar di sebuah meja bundar untuk membahas
sebuah proyek tertentu. Berapa banyak cara agar para ilmuwan dapat duduk melingkar
dengan urutan yang berbeda?

Penyelesaian: Psiklis =( 8−1 ) !=7 !=7 × 6 ×5 × 4 ×3 × 2× 1=5.040

2.1.3 Kombinasi
Kombinasi r unsur dari n unsur ialah himpunan bagian r unsur yang dapat diambil dari n
unsur yang berlainan dengan urutan penyusunan unsur tidak diperhatikan.

2.1.3.1 Notasi Kombinasi

Pada waktu kenaikan kelas dari kelas X ke kelas XI, siswa yang naik akan
memasuki jurusan masing-masing. Ada yang IPA, IPS, maupun Bahasa. Oleh
karena itu, diadakan perpisahan kelas dengan jalan berjabat tangan. Kita
contohkan ada 3 siswa saling berjabat tangan misalkan Adi, Budi, dan Cory. Ini
dapat ditulis Adi-Budi, Adi-Cory, Budi-Adi, Budi-Cory, Cory-Adi, Cory-Budi.
Dalam himpunan Adi berjabat tangan dengan Budi ditulis {Adi, Budi}. Budi
berjabat tangan dengan Adi ditulis {Budi, Adi}. Antara {Adi, Budi} dan {Budi,
Adi} menyatakan himpunan yang sama, berarti keduanya merupakan kombinasi

8
yang sama. Di lain pihak Adi – Budi, Budi – Adi menunjukkan urutan yang
berbeda yang berarti merupakan permutasi yang berbeda.
Dari contoh dapat diambil kesimpulan:

Permutasi = Adi–Budi, Adi – Cory, Budi – Adi, Budi – Cory, Cory – Adi, Cory –
Budi = 6 karena urutan diperhatikan

Kombinasi = Adi–Budi, Adi – Cory, Budi – Cory = 3 karena urutan tidak


diperhatikan.

6 Permutasi
Sehingga, kombinasi ¿ 3= =
2 2

Jika kombinasi dari 3 unsur diambil 2 unsur ditulis:



❑ 3 p2 3!
3C 2= =
2 2 !(3−2)!

Secara umum dapat disimpulkan bahwa:

Banyaknya kombinasi n unsur yang berbeda dengan setiap pengambilan dengan r unsur
r
dilambangkan dengan C n atau ( nr) atau C=(n , r ) adalah:

❑ p
n r
n C r=
r!
n!
¿
(n−r )! r !

Contoh 7:

1. Hitunglah nilai dari:


❑ ❑ ❑
a) C3
7 b) 7C 2 × 5C 1

Penyelesaian:

❑ 7! 7! 7 ∙6 ∙ 5 ∙ 4 ∙ 3∙ 2 ∙1
a) C 3=
7 = = =35
(7−3)! 3 ! 4 ! 3 ! 3 ∙ 2∙ 1∙ 4 ∙3 ∙ 2∙ 1

9
b)
❑ ❑ 7! 5! 7! 5! 7! 7 ∙ 6 ∙ 5∙ 4 !
7C 2 × 5C 1= × = × = = =21 ×5=105
(7−2)! 2 ! (5−1) ! 1 ! 5 ! 2 ! 4 ! 2 ! 4 ! (2 ×1)4 !

2. Dari 20 siswa akan dipilih sebuah tim sepakbola yang terdiri atas 11 orang. Tentukan
banyak cara dalam pemilihan tersebut!

Penyelesaian:

Pemilihan tim sepak bola tersebut adalah masalah kombinasi karena tidak
memperhatikan urutan. Banyak cara memilih 11 orang siswa dari 20 siswa, yaitu C 11
20.

11 20 ! 20 !
C 20= =
( 20−11) ! 11! 9 ! 11!

20× 19 ×18 ×17 ×16 × 15× 14 ×13 × 12×11!


¿
( 9× 8 ×7 ×6 × 5 ×4 ×3 ×2 ×1 ) 11!

¿ 167.960

2.1.3.2 Binomial Newton

Kita perlu mengingat kembali cara menjabarkan bentuk perpangkatan berikut:

( a+ b )0=1

( a+ b )1=a+b

( a+ b )2=a2+ 2 ab+b 2

( a+ b )3=a3 +3 a2 b+3 a b 2+ b3

4 4 3 2 2 3 4
(a+ b) =a + 4 a b+ 6 a b + 4 a b +b

Amati dengan saksama koefisien-koefisien bentuk-bentuk perpangkatan tersebut.


Apabila koefisien-koefisien dari bentuk perpangkatan dituliskan dalam bentuk diagram
diperoleh

10
1
1
1
1 2
1
1 3 3
1
1 4 6 4
1

Dan seterusnya.

Diagram itu dikenal dengan nama Segitiga Pascal. Amati pola segitiga segitiga
pascal tersebut.

 Baris ke-1: 1

 Baris ke-2: 1 1

 Baris ke-3: 1 2 1

 Baris ke-4: 1 (1+2) (2+1) 1

 Baris ke-5: 1 (1+1+2) (1+2)+(2+1) (2+1+1) 1

 Dan seterusnya.

Karena (00)=(10)=(11)=( 20)=( 22)=(30)=(33)=1 ,( 21)=2, dan (31)=( 32)=3 maka pola Segitiga
Pascal tersebut dapat dituliskan dalam Bentuk Simbol banyaknya kombinasi berikut

(00)
(10) (11)
(20) (21) (22)
11
(30) (31) (32) (33)
Dan seterusnya.

Dari uraian tersebut, bentuk perpangkatan dapat dituliskan sebagai berikut:

0
()
( a+ b ) = 0
0

1
() ()
( a+ b ) = 1 a+ 1 b
0 1

2 2

() () ()
( a+ b )2= 2 a + 2 ab+ 2 b
0 1 2

3 3

() ()
0 1 2 ()
( a+ b )3= 3 a + 3 a 2 b+ 3 a b2 + 3 b
3 ()
Secara umum bentuk

n n

() () ()
( a+ b )n= n a b0 + n an−1 b1 +…+ n an−r b r +…+ n a0 b ,
0 1 r n ()
()
n =Cn= n!
dengan r
r (n−r)! r !

Dengan demikian,

0 n 1 n−1 1 n−1 n−1 n n


C n ∙ a +C n ∙ a b + …+C n ∙ a ∙b + Cn ∙ b

i=n
(a+ b)n=∑ C in an−i
❑ b❑
i

i=0

Contoh 8:

Jabarkan dan sederhanakan bentuk ¿.

Penyelesaian:

10 8 6 2 4 3 2 4 5
¿ x +10 x y +40 x y + 80 x y +80 x y +32 y

12
2.2 Ruang Sampel Suatu Percobaan
Ruang sampel (S) adalah himpunan semua kejadian yang mungkin diperoleh pada
suatu percobaan. Setiap anggota dari ruang sampel disebut titik sampel. Banyak anggota
ruang sampel dinotasikan n(S). Sedangkan kejadian adalah himpunan bagian dari ruang
sampel.

Contoh 9:

1. Dalam sebuah pelemparan dadu dilakukan percobaan dengan pelemparan mata dadu.
Tentukan ruang sampel dan titik sampelnya!

Penyelsaian:

Ruang sampel (S)= {1 , 2 ,3 , 4 ,5 , 6 }. Sedangkan titik sampelnya adalah 1,2,3,4,5,6.

2. Pada percobaan melempar sebuah dadu, tentukan ruang sampel dan kejadian muncul
mata dadu bilangan prima!

Penyelesaian:

Ruang Sampel S: { 1 , 2, 3 , 4 ,5 , 6 }

Kejadian muncul mata uang prima : 2,3,5

2.2.1 Cara menentukan ruang sampel suatu percobaan:


1) Cara mendaftar.

Seperti pada contoh 1 di atas, dalam percobaan melempar dadu bermata enam,
kita tidak dapat memastikan mata dadu mana yang muncul. Tetapi himpunan mata dadu
yang mungkin muncul dan anggota-anggota dari ruang sampel bisa kita ketahui. Ruang
sampel dari dadu bermata enam adalam S= { 1, 2 , 3 , 4 , 5 ,6 } dan titk sampelnya adalah
1,2,3,4,5,6. Jadi ruang sampel diperoleh dengan cara mendaftar semua hasil yang
mungkin.

2) Diagram pohon

13
Misalkan dalam melakukan percobaan melempar 1 keping uang logam sebanyak
3 kali, dengan sisi angka (A) dan sisi gambar (G).

Dari diagram pohon berikut kita dapat menuliskan dengan mudah ruang
sampelnya, yaitu:

A
A
G
A
A
G
G
A
A
G
G
A
G
G

S= { AAA , AAG , AGA , AGG , GAA ,GAG ,GGA ,GGG }

3) Tabel

Misalkan kita mempunyai 2 uang logam dengan sekali pelemparan. Maka dengan
tabel diperoleh

Mata Uang Logam A G


A (AA) (AG)
G (GA) (GG)
Ruang sampel (S)= { ( AA ) , ( AG ) , ( GA ) ,(¿) }

2.3 Peluang Suatu Kejadian


2.3.1 Peluang Suatu Kejadian
Kejadian adalah himpunan bagian dari ruang sampel (S).

Jika setiap anggota ruang sampel mempunyai peluang yang sama untuk muncul,
maka peluang kejadian A yang memiliki anggota n(A) adalah sebagai berikut :

Banyak kejadian A n (A )
P( A)= =
banyak titik sampel pada ruang sampel S n(S)
.
14
Keterngan:

P(A) = Peluang kejadian A

n(A) = Banyak anggota A

n(S) = banyak anggota ruang sampel S.

Contoh 10:

1) Pada pelemparan sebuah mata dadu, tentukan peluang munculnya:

a. Mata dadu 3

b. Mata dadu prima

Penyelesaian:

Kejadian yang mungkin muncul adalah mata dadu 1,2,3,4,5,dan 6→ n ( S )=6

a. Kejadian muncul mata dadu 3 ada 1→ n ( 3 )=1

Jadi peluang munculnya mata dadu 3 adalah

n(3) 1
P ( 3 )= =
n( S) 6

b. Kejadian munculnya mata dadu prima adalah 2,3,5. n(prima)=3

Jadi peluang munculnya mata dadu prima adalah

n( prima) 3 1
P ( prima )= = =
n(S ) 6 2

2) Dalam kantong ada 6 kelereng merah dan 5 kelereng putih. Jika diambil 4 kelereng
sekaligus secara acak, tentukan peluang terambilnya:

a. Kelereng merah

b. 2 merah dan 2 putih

Penyelesaian:
15
S = pengambilan 4 kelereng sekaligus.

❑ 11! 11! 11∙ 10 ∙ 9∙ 8 ∙ 7 !


n ( S )= 11C 4= = = =330
4 ! (11−4)! 4 ! 7 ! 4 ∙3 ∙ 2∙ 1 ∙7 !

a. Misalkan kejadian terambilnya kelereng merah adalah A, maka

❑ 16 ! 6! 6 ∙ 5∙ 4 !
n ( A ) = 6C 4 = = = =15
4 ! (6−4)! 4 ! 2 ! 4 ! 2 ∙1

n( A ) 15 1
P( A)= = =
n( S) 330 22

1
Jadi, peluang terambilnya kelereng merah adalah
22

b. Misalkan kejadian terambilnya 2 merah dan 2 putih adalah K, maka:

❑ ❑ 6! 5! 6! 5! 6 ∙ 5 ∙ 4 ! 5∙ 4 ∙3 !
n ( K ) = 6C 2 × 5C 2= × = × = × =15 × 10=150
2 !(6−2)! 2 !(5−2) ! 2 ! 4 ! 2 ! 3! 2! 4 ! 2!3!

n(K ) 150 5
P(K )= = =
n(S) 330 11

5
Jadi, peluang terambilnya 2 merah dan 2 putih adalah
11

2.3.2 Kisaran Nilai peluang


Untuk kisaran nilai peluang suatu percobaan adalah antara 0 dan 1 atau
0 ≤ P( A)≤ 1 dengan A adalah kejadian pada percobaan tersebut.

 Jika P(A) = 0, maka kejadian A mustahil terjadi.

 Jika P(A) = 1, maka kejadian A pasti terjadi.

Contoh 11:

Tentukan peluang kejadian-kejadian berikut ini:

a. Dalam pelemparan sebuah dadu, berapakah peluang munculnya angka-angka


kurang dari 10?

b. Munculnya mata dadu angka 7 pada pelambungan sebuah dadu.

16
c. Muncul kartu AS pada pengambilan seperangkat kartu remi.

Penyelesaian:

a. S= { 1, 2 , 3 , 4 , 5 ,6 } → n ( S )=6

A=munculnya angka−angka kurang dari 10=1 , 2 ,3 , 4 ,5 ,6 → n ( A )=6

n( A) 6
P ( A )= = =1
n(S) 6

Karena P(A) = 1, maka kejadian tersebut selalu terjadi.

b. Dalam pelambungan sebuah dadu angka 7 tidak ada, maka n(A) = 0.

n( A) 0
P ( A )= = =0
n(S) 6

Karena P(A) = 0, maka kejadian tersebut mustahil terjadi.

c. Misalkan K kejadian muncul kartu AS pada pengambilan seperangkat kartu remi.

Dalam seperangkat kartu remi ada 52 kartu, maka n(S) = 52. Sedangkan banyak
kartu AS dalam seperangkat kartu remi ada 4, maka n(K) = 4.

n(K ) 4 1
P ( A )= = =
n(S) 52 13

Munculnya kartu AS pada kartu remi bukan merupakan kemustahilan dan bukan
1
pula suatu kepastian sehingga peluangnya diantara 0 dan 1, yaitu .
13

2.3.3 Frekuensi Harapan


Frekuensi harapan dari kejadian adalah frekuensi yang diharapkan terjadinya kejadian
tersebut selama n percobaan tersebut.

Frekuensi harapan dirumuskan sebagai berikut:

f h=n × P (A ),

Keterangan:

17
n = banyak percobaan.

P(A) = peluang terjadinya kejadian A.

Contoh 12:

1) Sebuah dadu dilambungkan sebanyak 100 kali, tentukan:

a. Harapan muncul mata dadu 5

b. Harapan muncul mata dadu bilangan ganjil.

Penyelesaian:

Misalkan S= { 1, 2 , 3 , 4 , 5 ,6 } → n ( S )=6

a. Misalkan A kejadian muncul mata dadu 5→ n(A) = 1

n( A) 1 50
f h ( A )=n × P ( A ) =100× =100 × = .
n(S) 6 3

b. Misalkan K kejadian muncul mata dadu bilangan ganjil, yaitu 1,3,5 → n(A) =
3.

n (K) 3
f h ( K )=n × P ( K )=100 × =100 × =50.
n( S) 6

2) Pada percobaan pelemparan 3 mata uang logam sekaligus sebanyak 240 kali, tentukan
frekuensi harapan munculnya dua gambar dan satu angka!

Penyelesaian:

S= { AAA , AAG , AGA , GAA , AGG ,GAG ,GGA ,GGG } → n(S)=8

A={ AGG ,GAG , GGA } → n ( A )=3

n( A) 3
f h ( A )=n × P ( A ) =240 × =240 × =90 kali .
n(S) 8

2.3.4 Frekuensi Relatif


Jika kita melemparkan sebuah mata uang logam sebanyak 6 kali, ternyata muncul
sisi gambar (G) sebanyak 3 kali, dan sisi angka (A) sebanyak 3 kali, maka frekuensi

18
3
relatif dari munculnya sisi gambar adalah =0 , 5 dan frekuensi relatif dari munculnya
6
3
sisi angka adalah =0 , 5.
6

Jadi, jika ada percobaan sebanyak n kali, ternyata muncul kejadian A sebanyak n1
kali dan B sebanyak n2 kali sehingga ( n 1+ n2=n ) , maka frekuensi relative dari munculnya
n1 n
A adalah dan frekuensi relative dari munculnya B adalah 2 .
n n

2.3.5 Peluang Komplemen Sutau Kejadian


Diketahui, A adalah kejadian pada sebuah ruang sampel, sedangkan A’ adalah
kejadian bukan A yang juga terdapat pada ruang sampel tersebut.

Kejadian bukan A atau A’ dinamakan juga komplemen kejadian A. Peluang


kejadian A dilambangkan dengan P(A), dan peluang komplemen kejadian bukan A
dilambangkan dnegan P(bukan A) atau P(A’).

Peluang komplemen suatu kejadian dirumuskan sebagai berikut:

P ( A ) + P ( A ' )=1
Atau

P ( A ' )=1−P( A)

Untuk mempelajari peluang komplemen suatu kejadian, coba perhatikan contoh


berikut:

Contoh 13:

Pada pelemparan sebuah dadu sekali, berapakah peluang munculnya:

a. Nomor dadu ganjil,

b. Nomor dadu tidak ganjil.

Penyelesaian:

19
a. Untuk menjawab permasalahan peluang munculnya nomor dadu ganjil kita lihat
ruang sampel lebih dahulu yaitu S = {1,2,3,4,5,6}, maka n(S) = 6.

A adalah jika keluar nomor ganjil yaitu A = {1,3,5}, maka n(A) = 3 sehingga
n( A) 3 1
P ( A )= = =
n(S) 6 2

b. Peluang munculnya nomor dadu tidak ganjil kita sebut A’ (komplemen dari A),
n( A)' 3 1
maka A ’={ 2 , 4 , 6 } → n ( A ’ )=3, sehingga P ( A ' )= = =
n(S) 6 2

1 1
Atau P ( A )=1−P ( A )=1− =
'
2 2

2.4 Kejadian majemuk


Misalkan, pada sebuah kotak terdapat 2 bola merah dan 3 bola hijau. Dari kotak tersebut,
kita akan mengambil 1 buah bola merah dan 1 buah bola hijau. Kejadian terambilnya 1
buah bola merah dan 1 buah bola hijau dinamakan kejadian majemuk.

2.4.1 Peluang Kejadian Saling Bebas


Jika kejadian A tidak mempengaruhi terjadinya kejadian B dan sebaliknya atau
terjadi atau tidaknya kejadian A tidak tergantung pada terjadi atau tidaknya kejadian B.

Jika A dan B dua kejadian yang saling bebas, maka berlaku:

P( A ∩ B)=P( A)× P(B)

Contoh 14:

Pada pelemparan sebuah dadu sekaligus. A adalah kejadian keluarnya dadu pertama angka
3 dan B adalah kejadian keluarnya dadu kedua angka 5. Berapakah peluang terjadinya A,B,
dan A ∩ B?

Penyelesaian:

S= { ( 1 ,1 ) , ( 1 ,2 ) , ( 1 ,3 ) , … , ( 6 , 6 ) } → n ( S )=36

A={ ( 3 , 1 ) , ( 3 , 2 ) , ( 3 , 3 ) , ( 3 , 4 ) ,(3 , 5), ( 3 , 6 ) } → n ( A )=6

20
B= { (1 , 5 ) , ( 2, 5 ) , ( 3 ,5 ) , ( 4 , 5 ) ,(5 ,5), ( 6 , 5 ) } →n ( A )=6

n( A) 6 1
P ( A )= = =
n(S) 36 6

n( A) 6 1
P ( B )= = =
n(S) 36 6

1 1 1
P ( A ∩B )=P( A)× P( B)= × =
6 6 36

2.4.2 Peluang Kejadian Bergantung/Bersyarat


Dua kejadian disebut kejadian bersyarat atau kejadian yang saling bergantung
apabila terjadi atau tidak terjadinya kejadian A akan memengaruhi terjadi atau tidak
terjadinya kejadian B.

Peluang terjadinya kejadian A dengan syarat kejadian B terjadi terlebih dahulu


A
ditulis P( ), berlaku:
B

P ( A ∩B )=P ( B ) × P (P( ABA )∩, B)


P ( BA )= P(B)

, dengan P(B)≠ 0.

Atau peluang terjadinya kejadian B dengan kejadian A terjadi terlebih dahulu ditulis
B
P( ), berlaku:
A

P ( B ∩ A )=P ( A ) × P
B
A
, ( )
P
B ( )
A P( A ∩ B)
=
P(B)

, dengan P(A)≠ 0.

Contoh 15:

21
Dalam sebuah kotak terdapat 6 bola merah dan 4 bola putih. Jika sebuah bola diambil
dalam kotak itu berturut-turut sebanyak dua kali tanpa pengembalian. Tentukan peluang
yang terambil kedua-duanya bola merah!

Penyelesaian:

Misalkan,

A = kejadian terambilnya bola merah pada pengambilan pertama.

B = kejadian terambilnya bola merah pada pengambilan kedua.

6 5
P ( A )= ; P ( B/ A )=
10 9

P ( B ∩ A )=P ( A ) × P ( BA )= 106 × 59 = 3090 = 13


1
Jadi, peluang yang terambil kedua-duanya bola merah tanpa pengembalian adalah
3

2.4.3 Peluang Kejadian Tidak Saling Lepas


Jika A dan B dua kejadian yang berada dalam ruang sampel S, peluang kejadian
A ∪ B adalah sebagai berikut:
P ( A ∪ B )=P ( A ) + P ( B ) −P( A ∩ B)

Contoh 16:

Dalam melambungkan sebuah dadu, jika A adalah kejadian munculnya bilangan ganjil
dan B adalah kejadian munculnya bilangan prima. Tentukan peluang kejadian munculnya
bilangan ganjil atau prima!

Penyelesaian:

S= { 1, 2 , 3 , 4 , 5 ,6 }

3
A=bilangan ganjil : { 1 ,3 , 5 , } → P ( A )=
6

3
B=bilangan prima : { 2 ,3 ,5 , } → P ( B )=
6

22
2
A ∩ B= {3 , 5 } → P ( A ∩ B )=
6

3 3 2 6−2 4 2
P ( A ∪ B )=P ( A ) + P ( B ) −P ( A ∩ B ) = + − = = =
6 6 6 6 6 3

2
Jadi, peluang kejadian munculnya bilangan ganjil dan prima adalah
3

2.4.4 Peluang Kejadian Saling Lepas


Sebuah dadu seimbang dilempar ke atas. Misalkan A adalah kejadian muncul dadu
bermata ganjil dan B adalah kejadian muncul mata dadu genap. Kejadian A dan B
merupakan kejadian saling lepas sebab irisan dari dua kejadian tersebut adalah himpunan
kosong Karena A dan B saling lepas, maka A ∩ B= ∅ atau P ( A ∩B )=0.

Sehingga:

P ( A ∪ B )=P ( A ) + P ( B ) −P ( A ∩ B )

¿ P ( A ) + P ( B )−0

P ( A ∪ B )=P ( A ) + P(B)

Contoh 17:

Pada percobaan melempar sebuah dadu dan satu keeping uang logam, tentukan peluang
munculnya:

a. Mata dadu ¿ 3 atau angka;

b. Mata dadu prima atau gambar;

Penyelesaian:

a. Ruang sampel pelemparan dadu = {1,2,3,4,5,6}.

2 1
Misalkan, A = kejadian muncul dadu ¿ 3sehingga P ( A )= =
6 3

Ruang sampel pelemparan satu keeping uang logam = {A,G}

23
1
Misalkan, B = kejadian muncul angka, sehingga P ( B )=
2

1 1 2+3 5
P ( A ∪ B )=P ( A ) + P ( B ) = + = =
3 2 6 6

1
b. A = kejadian muncul mata dadu prima genap sehingga P ( A )=
6

1
B = kejadian muncul gambar, sehingga P ( B )= .
2

1 1 1+3 4 2
P ( A ∪ B )=P ( A ) + P ( B ) = + = = =
6 2 6 6 3

24
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan di dalam makalah ini, kita dapat mempelajari matematika tentang
peluang. Pada bab peluang, materinya meliputi:

1. Kaidah pencacahan, yang meliputi:

a) Aturan perkalian didefinisikan Jika banyak cara memilih unsur pertama ada m cara dan
banyak unsur kedua ada n cara, maka banyak cara memilih kedua unsur tersebut
sekaligus ada m ×n cara.

b) Permutasi adalah urutan (urutan diperhatikan) yang mungkin dari sejumlah unsur yang
berbeda tanpa adanya pengulangan.
c) Kombinasi
Kombinasi r unsur dari n unsur ialah himpunan bagian r unsur yang dapat diambil dari
n unsur yang berlainan dengan urutan penyusunan unsur tidak diperhatikan.
2. Ruang Sampel adalah himpunan semua kejadian yang mungkin diperoleh pada suatu
percobaan. Setiap anggota dari ruang sampel disebut titik sampel. Banyak anggota ruang
sampel dinotasikan n(S). Sedangkan kejadian adalah himpunan bagian dari ruang sampel.
3. Peluang Suatu kejadian yang meliputi:
a) Kisaran nilai peluang
Untuk kisaran nilai peluang suatu percobaan adalah antara 0 dan 1 atau 0 ≤ P( A)≤ 1
dengan A adalah kejadian pada percobaan tersebut.
b) Frekuensi harapan dari kejaidan adalah frekuensi yang diharapkan terjadinya kejadian
tersebut selama n percobaan tersebut.
c) Frekuensi relative
Jika ada percobaan sebanyak n kali, ternyata muncul kejadian A sebanyak n1 kali dan
B sebanyak n2 kali sehingga ( n 1+ n2=n ) , maka frekuensi relative dari munculnya A
n1 n
adalah dan frekuensi relative dari munculnya B adalah 2 .
n n
d) Peluang komplemen suatu kejadian

25
Diketahui, A adalah kejadian pada sebuah ruang sampel, sedangkan A’ adalah kejadian
bukan A yang juga terdapat pada ruang sampel tersebut.
4. Kejadian majemuk
a) Peluang kejadian saling bebas
ika kejadian A tidak mempengaruhi terjadinya kejadian B dan sebaliknya atau terjadi
atau tidaknya kejadian A tidak tergantung pada terjadi atau tidaknya kejadian B.
b) Peluang kejadian bersyarat
Dua kejadian disebut kejadian bersyarat atau kejadian yang saling bergantung apabila
terjadi atau tidak terjadinya kejadian A akan memengaruhi terjadi atau tidak terjadinya
kejadian B.
c) Peluang kejadian saling lepas
Kejadian A dan B merupakan kejadian saling lepas sebab irisan dari dua kejadian
tersebut adalah himpunan kosong Karena A dan B saling lepas.
d) Peluang kejadian tidak saling lepas Jika A dan B dua kejadian yang berada dalam
ruang sampel S, peluang kejadian A ∪ B adalah P ( A ∪ B )=P ( A ) + P ( B ) −P (A ∩B).

3.2 Saran
Demikian makalah yang dapat saya susun, saya menyadari bahwa makalah ini
jauh dari kesempurnaan. Karena itu, keterbatasan ini kiranya akan dapat diminimalis
dengan partisipasi pembaca untuk memeberikan saran dann kritik yang konstruktif agar
makalah ini kedepan lebih baik.

26
DAFTAR PUSTAKA

Masduki dan Utomo, I.B.. 2007. Matematika Untuk SMP & MTs Kelas IX. Jakarta:Pusat
Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Djumanta, Wahyudin dan Sudrajat,R.. 2008. Mahir Mengembangkan Kemampuan


Matematika. Jakarta:Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

27

Anda mungkin juga menyukai