Anda di halaman 1dari 26

GAMBARAN KARAKTERISTIK PASIEN DENGAN

PREVALENSI KARIES GIGI PADA PASIEN YANG


BERKUNJUNG DI LAYANAN GIGI
PUSKESMAS KAWUNGANTEN
TAHUN 2018
Karya Tulis Ilmiah

Diajukan Kepada
Jurusan Keperawatan Gigi Politeknik Kesehatan Semarang
Untuk Memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan
Program Studi Diploma III Keperawatan Gigi

Oleh :
YUNI PURWATI
RPL 5118081

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


JURUSAN KEPERAWATAN GIGI
POLITEKNIK KESEHATAN SEMARANG
2018

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gigi berlubang atau karies adalah penyakit jaringan keras gigi akibat
aktivitas bakteri yang menyebabkan terjadinya pelunakan dan selanjutnya terjadi
lubang atau rongga pada gigi. Proses terjadinya lubangpada gigi ini dipengaruhi
oleh beberapa faktor yang saling berinteraksi, yaitu: adanya bakteri di dalam
plak, gula, waktu dan juga gigi itu sendiri. Makanan yang mengandung gula bisa
terselip atau menempel di gigi.
Karies gigi adalah kerusakan jaringan keras gigi yang disebabkan oleh asam
yang ada dalam karbohidrat melalui perantara mikroorganisme yang ada dalam
saliva. Karies gigi di sebabkan oleh 4 faktor atau komponen yang saling
berinteraksi yaitu komponen dari gigi dan air ludah (saliva) yang meliputi :
komponen gigi, morphologi gigi, posisi gigi, Ph saliva, kuantitas saliva,
kekentalan saliva. Komponen mikroorganisme yang ada dalam mulut yang
mampu menghasilkan asam melalui peragian yaitu ; Streptococcus, Laktobasil.
Komponen makanan yang sangat berperan adalah makanan yang mengandung
karbohidrat misalnya sukrosa dan glukuosa yang dapat diragikan oleh bakteri
tertentu dan membentuk asam dan komponen yang terakhir yaitu komponen
waktu.
Berdasarkan laporan WHO tahun 2012 hampir 100% orang dewasa memiliki
gigi berlubang.Parahnya periodontal yang dapat mengakibatkan hilangnya gigi
pada orang dewasa mencapai 15-20%.Yang dipengaruhi oleh faktor risiko seperti
diet yang tidak sehat, kebersihan mulut yang buruk dan determinan sosial.
Berdasarkan pusat data dan informasi kementerian kesehatan RItahun 2007
dan 2013 persentase penduduk yang mengalami masalah kesehatan gigi dan
mulut mengalami peningkatan dari 23,5% menjadi 25,9%. Dimana masalah ini
lebih banyak diderita oleh wanita dibanding laki-laki dengan persentase yaitu
padatahun 2013laki-laki 24,3% sedangkan wanita yaitu 27,1%. Persentase

2
perilaku penduduk Indonesia tahun 2013 umur 10 tahun ke atas dengan perilaku
menyikat gigi setiap hari yaitu 93,8% sedangkan perilaku menyikat gigi dengan
benar yaitu 2,3%. Di Jawa Tengah masalah kesehatan gigi dan mulut menempati
tingkat ke 17 dari 33 Provinsi di Indonesia mengenai masalah kesehatan gigi dan
mulut dengan persentase pada tahun 2013 yaitu 25,4%. Menurut data Badan
Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Kementerian Kesehatan, penyakit gigi
dan mulut terbesar di Indonesia adalah karies gigi atau gigi berlubang dan
penyakit gusi. Dari 2007 hingga 2013, prevalensi karies di antara penduduk naik
dari 43,4 % menjadi 53,2%.Jika data Kementerian Kesehatan benar bahwa
penduduk usia 15 tahun ke atas mencapai 176.689.336 jiwa pada 2013, maka
jumlah penduduk dengan karies bisa mencapai hampir 94 juta orang. Penyakit
gigi dan mulut terbanyak yang diderita masyarakat Indonesia adalah karies gigi
dan penyakit periodontal. Salah satu penyebab timbulnya masalah kesehatan gigi
dan mulut pada masyarakat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satu faktor
yang berpengaruh adalah karakteristik masyarakat.
Karakteristik seseorang sangat mempengaruhi pola kehidupan seseorang,
karakteristik bisa dilihat dari beberapa sudat pandang diantaranya umur, jenis
kelamin dan tingkat pendidikan seseorang, disamping itu keseriusan seseorang
dalam menjaga kesehatannya sangat mempengaruhi kualitas kehidupannya baik
dalam beraktivitas, istirahat, ataupun secara psikologis.
Karakteristik berarti hal yang berbeda tentang seseorang, tempat, atau hal
yang menggambarkannya. Sesuatu yang membuatnya unik atau berbeda.
Karakteristik dalam individu adalah sarana untuk memberitahu satu terpisah dari
yang lain, dengan cara bahwa orang tersebut akan dijelaskan dan diakui. Sebuah
fitur karakteristik dari orang yang biasanya satu yang berdiri di antara sifat-sifat
yang lain (Sunaryo, 2004 dalam Cholina T.S, 2012). Notoatmodjo (2010)
menyebutkan ciri-ciri individu digolongkan kedalam tiga kelompok yaitu:
a. Ciri-ciri demografi, seperti jenis kelamin dan umur
b. Struktur sosial, seperti tingkat pendidikan, pekerjaan, kesukuan atau ras,
dan sebagainya.

3
c. Manfaat-manfaat kesehatan, seperti keyakinan bahwa pelayanan kesehatan
dapat menolong proses penyembuhan penyakit.
Usia
Usia (umur) adalah lama waktu hidup atau ada (sejak dilahirkan atau diadakan).
Usia meningkatkan atau menurunkan kerentanan terhadap penyakit tertentu. Pada
umumnya kualitas hidup menurun dengan meningkatnya umur. Penderita yang
dalam usia produktif merasa terpacu untuk sembuh mengingat dia masih muda
mempunyai harapan hidup yang lebih tinggi, sebagai tulang punggung keluarga,
sementara yang tua menyerahkan keputusan pada keluarga atau anak-anaknya.
Tidak sedikit dari mereka merasa sudah tua, capek hanya menunggu waktu,
akibatnya mereka kurang motivasi dalam menjalani terapi hemodialisa.
Jenis kelamin
Manusia dibedakan menurut jenis kelaminnya yaitu pria dan wanita. Istilah
gender berasal dari bahasa inggris yang berarti jenis kelamin. Gender adalah
pembagain peran kedudukan, dan tugas antara laki-laki dan perempuan yang
ditetapkan oleh masyarakat berdasarkan sifat perempuan dan laki-laki yang
dianggap pantas sesuai norma-norma dan adat istiadat, kepercayaan, atau
kebiasaan masyarakat. Secara umum, setiap penyakit dapat menyerang manusia
baik laki-laki maupun perempuan, tetapi pada beberapa penyakit terdapat
perbedaan frekuensi antara laki-laki dan perempuan. Hal ini antara lain
disebabkan perbedaan pekerjaan, kebiasaan hidup, genetika atau kondisi
fisiologis (Budiarto & Anggraeni, 2002 dalam Cholina T.S 2012).
Tingkat Pendidikan
Pendidikan merupakan bagian integral dalam pembangunan. Proses
pendidikan tak dapat dipisahkan dari proses pembangunan itu sendiri.
Pembangunan diarahkan dan bertujuan untuk mengembangkan sumber daya
manusia yang berkualitas dan pembangunan sektor ekonomi, yang satu dengan
lainnya saling berkaitan dan berlangsung dengan berbarengan (Hamalik, 2008
dalam Cholina T.S, 2012).
Menurut (Notoatmodjo, 2003 dalam Cholina T.S, 2012), pendidikan
merupakan upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik

4
individu, kelompok maupun masyarakat. Dimana pendidikan yang lebih tinggi
akan lebih banyak memberikan banyak informasi sehingga lebih memperhatikan
kesehatannya. Hal ini berkaitan dengan semakin meningkatnya pengetahuan dan
kesadaran mereka terhadap masalah kesehatan.
Tingkat Ekonomi
Individu yang status sosial ekonominya berkecukupan akan mampu
menyediakan segala fasilitas yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya. Sebaliknya, individu yang status sosial ekonominya rendah akan
mengalami kesulitan di dalam memenuhi kebutuhan hidupnya (Sunaryo, 2004
dalam Cholina T.S, 2012).
Pekerjaan
Pekerjaan adalah merupakan sesuatu kegiatan atau aktifitas seseorang yang
bekerja pada orang lain atau instasi, kantor, perusahaan untuk memperoleh
penghasilan yaitu upah atau gaji baik berupa uang maupun barang demi
memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari (Lase, 2011 dalam Cholina T.S,
2012). Penghasilan yang rendah akan berhubungan dengan pemanfaatan
pelayanan kesehatan maupun pencegahan. Seseorang kurang memanfaatkan
pelayanan kesehatan yang ada mungkin karena tidak mempunyai cukup uang
untuk membeli obat atau membayar tranportasi (Notoatmodjo, 2010). Budiarto
dan Anggraeni, 2002 (dalam Cholina T.S, 2012) mengatakan berbagai jenis
pekerjaan akan berpengaruh pada frekuensi dan distribusi penyakit. Hal ini
disebabkan sebagaian hidupnya dihabiskan di tempat pekerjaan dengan berbagai
suasana lingkungan yang berbeda.
Penelitian ini mengambil karakteristik umur, jenis kelamin dan tingkat
pendidikan untuk mengetahui prevalensi kariesnya pada pasien yang berkunjung
di layangan gigi Puskesmas Kawunganten. Prevalensi karies gigi di Puskemas
Kawunganten pada tahun 2016 yaitu 35,7% dan di tahun 2017 menjadi 36,7%
jadi mengalami kenaikan 1%.

5
Tabel 1.1 Prevalensi Karies Gigi di Puskesmas Kawunganten Berdasarkan Jenis
Kelamin pada tahun 2017
Prevalensi Karies Jumlah
No. Bulan
Laki – laki Perempuan Keseluruhan
1. Januari 25 38 63
2. Februari 28 47 75
3. Maret 27 21 48
4. April 25 36 61
5. Mei 32 28 60
6. Juni 18 16 34
7. Juli 26 53 79
8. Agustus 25 38 63
9. September 19 42 61
10. Oktober 23 43 66
11. Nopember 26 34 60
12. Desember 22 31 53
Jumlah 296 426 722

Berdasarkan data tahun 2017 prevalensi karies gigi di Puskesmas


Kawunganten dengan karakteristik pasien berjenis kelamin perempuan
menunjukan angka yang lebih banyak dibandingkan dengan jenis kelamin laki-
laki.
Peningkatan prevalensi karies gigi di Puskesmas Kawunganten mendorong
peneliti ingin mengetahui permasalahannya dari karies gigi ditinjau dari
karakteristik yang memiliki nilai prevalensi karies gigi yang tertinggi. Status
kesehatan gigi dan mulutnya diukur dengan menggunakan indikator dan standar
penilaian yang sesuai dengan WHO. Indikator status kesehatan gigi untuk
menilai karies gigi mengunakan indeks DMF-T dan def-t. Menurut Priyono

6
(2000) DMF-T dan def-t merupakan keadaan gigi geligi seseorang yang pernah
mengalami kerusakan, hilang, perbaikan yang disebabkan oleh karies gigi.
Indikator DMF-T digunakna untuk gigi tetap sedang untuk gigi decidui
digunakan indeks def-t singkatan dari decayed exfoliated filling teeth.
Tujuan dari indeks karies gigi adalah untuk melihat status karies gigi,
perencanaan upaya promotif dan preventif, merencanakan kebutuhan perawatan,
membandingkan status pengalaman karies gigi masyarakat dari satu daerah
program serta untuk mematau perkembangan status pengalaman karies individu.
Indeks karies gigi ini digunakan untuk dapat mengetahui gambaran karakteristik
pasien dengan prevalensi karies gigi pada pasien yang berkunjung pada layanan
gigi di Puskesmas Kawunganten.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dapat
disusun rumusan masalah sebagai berikut : “ Bagaimana gambaran karakteristik
pasien dengan prevalensi karies gigi pada pasien yang berkunjung di layanan gigi
Puskesmas Kawunganten Tahun 2018 ?”.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Utama
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran karakteristik
pasien dengan prevalensi karies gigi pada pasien yang berkunjung di layanan
gigi Puskesmas Kawunganten.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui gambaran karakteristik pasien berdasarkan umur dengan
prevalensi karies gigi pada pasien yang berkunjung dilayanan gigi
Puskesmas Kawunganten.
b. Mengetahui gambaran karakteristik pasien berdasarkan jenis kelamin
dengan prevalensi karies gigi pada pasien yang berkunjung dilayanan gigi
Puskesmas Kawunganten.

7
c. Mengetahui gambaran karakteristik pasien berdasarkan tingkat
pendidikan dengan prevalensi karies gigi pada pasien yang berkunjung
dilayanan gigi Puskesmas Kawunganten.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan manfaat bagi
perkembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang kesehatan gigi dan
mulut mengenai karakteristik pasien dengan prevalensi karies gigi.

2. Manfaat Praktis
a. Bagi Penulis
Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang
karakteristik pasien dengan prevalensi karies gigi.

b. Bagi Akademik
Hasil penelitian ini dapat menambahkan perbendaraan perpustakaan dan
kajian tentang kesehatan gigi dan mulut.

c. Bagi Masyarakat
Memberikan informasi kepada masyarakat dalam upaya meningkatkan
kesadaran untuk memelihara kesehatan gigi dan mulut.

E. Penjelasan Keaslian Penelitian


Penelitian ini merupakan lanjutan dari penelitian sebelumnya yang telah
diteliti oleh peneliti lain yaitu tentang “Gambaran Karakteristik Pasein dengan
Prevalensi Karies Gigi di Puskesmas Bara-Baranya tahun 2011” oleh Andi Agus
Salim dan Agnes Yelly Kusumaningsih Puskesmas Ungaran, dimana variabelnya
sama yaitu karakteristik pasien ditinjau dari umur, jenis kelamin, tingkat
pendidikan dengan prevalensi karies gigi yang dihasilnya:
1. Karakteristik pasien dengan umur 22-49 tahun adalah yang terbanyak
prevalensi karies gigi dibanding dengan umur > 50 (terendah).

8
2. Karakteristik pasien dengan jenis kelamin wanita adalah yang terbanyak
prevalensi karies giginya daripada laki-laki.
3. Prevalensi karies gigi dengan karakteristik pasien dengan tingkat pendidikan
SD adalah yang terbanyak dan yang terendah prevalensi kariesnya yang
berpendidikan Diploma.
Disini peneliti ingin menggunakan karakteristik pasien yang sama yaitu
umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan dengan prevalensi karies gigi pada
pasien yang berkunjung di layanan gigi Puskesmas Kawunganten Tahun 2018.

9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Telaah Pustaka
1. Tinjauan Umum tentang Karies Gigi
a. Pengertian Tentang Karies Gigi
Pengertian Karies Gigi, Proses Karies Gigi, Faktor Penyebab
Karies Gigi, Macam-Macam Karies Gigi.
Karies gigi (Gigi Berlubang) dalam bahasa Yunani,kata “ker”
artinya kematian. Dalam bahasa latin berarti kehancuran. Pembentukan
lubang pada permukaan gigi disebabkan oleh kuman yang dikenal sebagai
lubang (Srigupta, 2004).
Karies adalah kerusakan pada struktur jaringan keras gigi (email,
dentin) yang diakibatkan oleh asam yang dihasilkan oleh bakteri yang
terdapat pada plak gigi (Post Line, 2008).
Pembusukan terjadi didalam lapisan gigi yang paling luar dan
keras, tumbuh secara perlahan. Setelah menembus pada lapisan kedua
(dentin, lebih lunak), pembusukan akan menyebar lebih cepat dan masuk
ke dalam pulpa (lapisan gigi paling dalam yang mengandung saraf dan
pembuluh darah). Dibutuhkan waktu 2-3 tahun untuk menembus email,
tetapi perjalannya dari dentin ke pulpa hanya memerlukan waktu 1 tahun
(Handika,2008).
1. Berbagai bakteri yang ada dalam mulut membentuk asam,dari gula
yang terkandung dalam makanan, yang melekat pada permukaan gigi.
2. Asam ini melarutkan “Email” pelapis gigi berwarna putih yang
menghancurkan susunan gigi. Proses ini dikenal dengan karies gigi
dan menyebabkan gigi berlubang.
3. Lebih jauh lagi asam tersebut menyebabkan penetrasi karies dari
email ke gigi bagian dalam di bawah gigi kepala.

10
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi karies gigi
Menurut Suwelo (1992) ada 3 faktor utama terjadinya karies yaitu:
gigi dan saliva, mikroorganisme, dan subtrat serta waktu sebagai
tambahan. Selain faktor luar terdapat faktor-faktor yang tidak langsung
(faktor resiko luar) yang merupakan faktor predisposisi dan faktor
penghambat terjadinya karies, faktor luar itu antara lain jenis kelamin,
tingkat pendidikan, tingkat ekonomi, lingkungan dan perilaku yang
berhubungan dengan kesehatan gigi (Library Sumut 2008).
Menurut Suwelo (1992) terjadinya karies merupakan multi faktor
yang terdiri dari faktor luar dan dalam, dari faktor luar antara lain faktor
dari usia, suku bangsa kultur sosial penduduk dan kesadaran, sikap dan
perilaku, individu terhadap kesehatan gigi. Penjelasan :
1. Usia
Sejalan dengan pertambahan usia seseorang, jumlah karies pun
semakin bertambah. Hal ini jelas, karena faktor resiko terjadinya
karies akan lebih lama berpengaruh terhadap gigi.
2. Suku bangsa
Beberapa penelitian menunjukan ada perbedaan pendapat tentang
hubungan suku bangsa dengan prevalensi karies, semua tidak
membantah bahwa perbedaan ini karena keadaan spesial ekonomi,
pendidikan, makanan, cara pencegahan karies dan jangkauan
pelayanan kesehatan gigi yang berbeda di setiap suku tersebut.
3. Kultur sosial penduduk.
Dijelaskan oleh Wycoff (1980) ada hubungan antara keadaan
sosial ekonomi dan prevalensi karies. Faktor yang mempengaruhi
perbedaan ini ialah pendidikan, dan penghasilan yang berhubungan
dengan diet, kebiasaan merawat gigi dan lain-lain. Perilaku sosial dan
kebiasaan akan menyebabkan perbedaan jumlah karies (Davies,
1963).

11
4. Kesadaran, sikap dan perilakuterhadap kesehatan gigi.
Anak yang dipisahkan dari ibunya dan dititipkan dari institusi
(Panti Asuhan) akan mengalami kehampaan psikis. Biasanya anak
kurang mendapatkan perawatan sehingga pertumbuhan fisik dan
mental anak agak terlambat terutama intelegensia dan emosi (Sri
Rahaju Haditomo, 1985; dan Kartini-Kartono; 1986). Anak yang
tinggal disuatu institusi akan mendapatkan perlakuan (disiplin) ketat
dengan jadwal acara yang telah disusun tersusun secara cermat.
Bagaimana dan kapan harus makan, minum, membersihkan badan,
dan lain-lain termasuk bilamana dan bagaimana membersihkan gigi.
(Rahayu Cit Suwelo, 1992).
Untuk faktor luar yang disebabkan karena jenis kelamin
dijelaskan :
Bahwa karies pada perempuan lebih banyak dibandingkan dengan
laki-laki. Hal ini disebabkan antara lain erupsi gigi perempuan lebih
lama dalam mulut. Akibatnya gigi anak perempuan akan lebih lama
berhubungan dengan faktor resiko terjadinya karies (Suwelo, 1992).

c. Klasifikasi Karies Gigi


Karies gigi juga dibagi dari berbagai macam bentuk-bentuk karies,
didalam buku Rasinta Tarigan (1993) :
1. Berdasarkan stadium karies (dalamnya karies gigi) terbagi menjadi 3
yaitu :
- Karies Superficialis
Dimana karies baru mengenai email saja, sedang dentin belum
terkena.
- Karies Media
Dimana karies sudah mengenai dentin, tetapi belum melebihi
setengah dentin.

12
- Karies Profunda
Dimana karies sudah mengenai lebih dari setengah dentin dan
kadang-kadang sudah mengenai pulpa.
Karies profunda ini dibagi lagi atas :
- Karies Profunda Stadium I :
Karies telah melewati setengah dentin, biasanya radang pulpa
belum dijumpai.
- Karies Profunda Stadium II :
Masih dijumpai lapisan tipis yang membatasi karies dengan pulpa.
Biasanya disini telah terjadi radang pulpa.
- Karies Profunda Stadium III :
Pulpa telah terbuka. Dijumpai bermacam-macam radang pulpa.
2. Berdasarkan banyaknya permukaan gigi yang terkena karies, yaitu :
- Simpel Karies
- Kompleks Karies
3. Berdasarkan lokasinya menurut G.V.Black, yaitu :
a. Kelas I
Karies yang terdapat pada bagian oklusal (pits dan fissure) dari
gigi premolar, dan molar (gigi posterior). Dapat juga terdapat pada
gigi anterior di foramen caecum.
b. Kelas II
Karies yang terdapat pada bagian approximal dari gigi molar atau
premolar, yang umumnya meluas sampai ke bagian oklusal.
c. Kelas III
Karies yang terdapat pada bagian approximal dari gigi depan,
(telah belum mencapai 1/3 incisal gigi).
d. Kelas IV
Karies yang terdapat pada bagian approximal dari gigi depan dan
sudah mencapai margo incisal (telah mencapai 1/3 incisal gigi).

13
e. Kelas V
Karies yang terdapat pada bagian 1/3 leher dari gigi –gigi depan
maupun gigi belakang pada permukaan labial, lingual, palatal,
ataupun bukal dari gigi.
d. Pencegahan Karies Gigi
Pencegahan Karies gigi dapat dilakukakan/ dikendalikan dengan
berbagai cara (Halosehat.com), anatara lain :
1). Menyikat Gigi
Tujuan menyikat gigi adalah untuk memelihara kebersihan dan
kesehatan mulut terutama gigi dan jaringan sekitarnya karena dengan
menyikat gigi dapat menimbulkan rasa segar dalam mulut serta
mencegah terjadinya karies gigi dan penyakit periodontal.
Menyikat gigi juga dapat mencegah tertimbunnya sisa-sisa
makanan pada sela-sela gigi dan permukaan gigi. Menyikat gigi juga
dapat berfungsi untuk memijat gusi guna meningkatkan daya tahan
jaringan gusi.
Menyikat gigi dilakukan 2x sehari sesudah makan dan sebelum
tidur. Pencegahan karies gigi juga dapat dilakukan dengan
penggunaan Dental Flossing.
2). Pemberian Fluoride
3). Perbanyak makanan yang mengandung serat seperti buah dan
sayuran hindari jenis makanan yang manis dan melekat.
4). Menu sesuai dengan 4 sehat 5 sempurna.
5). Kontrol secara teratur ke dokter gigi.
Kontrol kesehatan gigi sebaiknya dilakukan secara teratur minimal 2 kali
setahun.

2. Tinjauan Umum tentang Prevalensi


a. Arti Prevalensi
Prevalensi adalah proporsi dari suatu populasi yang memiliki
karakteristik tertentu dalam jangka waktu tertentu dalam dunia kedokteran

14
karakteristik yang dimaksud meliputi penyakit atau faktor resiko ( Kamus
Aladokter).
Dengan kata lain Prevalensi adalah suatu konsep statistik yang
mengacu pada jumlah kasusu penyakit yang hadir dalam populasi tertentu
pada waktu tertentu sedangkan insiden mengacu pada jumlah kasus baru
yang berkembang dalam periode waktu tertentu ( Kamus Aladokter).
Prevalensi pada umumnya ditentukan dengan cara :
1. Secara acak memilih sample (kelompok kecil) dari seluruh populasi
dengan tujuan sample yang dipilih dapat mewakili populasi.
2. Untuk sample representatif yang sederhana, prevalensi adalah jumlah
orang dalam sample dengan karakteristik tertentu dibagi dengan
jumlah total orang yang ada dalam sample.
3. Ketika sample (bukan seluruh populasi) yang digunakan untuk
menghasilkan perkiraan prevalensi, bobot statistik dapat diterapkan
untuk menyesuaikan karakteristrik sample dengan populasi target.
b. Prevalensi Karies Gigi
Prevalensi karies gigi adalah angka yang mencerminkan jumlah
penderita karies gigi dalam periode tertentu disuatu subyek peneliti
(Indrawati, 2013 dan Sibarani, 2014).
Prevalensi karies sesesorang dapat diketahui dengan menggunakan
indeks karies gigi. Indeks karies gigi adalah angka yang menunjukan
jumlah karies gigi seseorang atau sekelompok orang ( Indrawati, 2013 dan
Sibarani, 2014). Indeks karies gigi yang dipergunakan DMF-T dan def-t
DMF-T pertama kali diperkenalkan pada tahun 1983 oleh Klein, Palmer
dan Knutson.
1. Indeks DMF-T adalah untuk gigi permanen.
Decay : jumlah gigi karies yang masih dapat di tambal / yang tidak di
tambal.
Missing : jumlah gigi yang indikasi untuk dicabut / gigio yang telah
hilang karena karies.

15
2. Indeks def-t untuk gigi sulung
Indeks ini sama dengan DMF-T hanya saja indeks def-t
digunakan untuk gigi sulung, e disini maksudnya eksfoliasi= jumlah
gigi sulung ynag dihilang karena karies atau harus dicabut karena
karies. Namun oleh beberapa penelitian eksfoliasi tidak digunakan
def-tkarena mencegah kemungkinan terjadinya kesalahan , sebab
apakah gigi yang karies itu benar-benar hilang karena karies atu
bukan. Pada gigi sulung sering kali gigi hilang karena karies faktor
resorbi fisiologis atau trauma. Rumus def-t sama dengan yang
digunakan pada DMF-T.

3. Tinjauan Umum tentang Karakteristik Pasien


Karakteristik adalah mengacu kepada karakter dan gaya hidup seseorang
serta nilai-nilai yang berkembang secara teratur sehingga tingkah laku
menjadi lebih konsisten dan mudah diperhatikan (Nanda, 2013). Menurut
Caragih (2013) karakteristik merupakan ciri atau karakteristik yang secara
ilmiah melekat pada diri seseorang yang meliputi usia, jenis kelamin, tingkat
pendidikan, pekerjaan.
a. Usia
Usia adalah waktu atau bertambahnya hari sejak lahir sampai akhir hidup
usia sangat mempengaruhi seseorang semakin bertambah usia maka akan
semakin banyak pengetahuan yang didapat (Priyoto, 2014).
Kategori usia menurut Depkes RI (2009) : masa remaja akhir 17-25 tahun,
masa dewasa awal 26-35 tahun, masa dewasa akhir 36-45 tahun, masa
lansia 46-55 tahun.
Pertambahan usia seseorang juga berpengaruh terhadap faktor resiko
terjadi karies. Usia anak mempengaruhi faktor resiko terjadinya karies jika
jumlah kariesnya lebih besar pengaruhnya maka akan semakin kuat
dibandingkan yang kurang kuat pengaruhnya.

16
b. Jenis Kelamin
Pengertian jenis atau kalau dalam bahasa inggrisnya adalah seks, adalah
suatu akibat dari dimorfisme seksual (perbedaan sistematik tampakan luar
antar individu yang mempunyai perbedaan jenis kelamin dalam spesies
sama).
Jenis kelamin perempuan berpotensi terhadap karies gigi dibandingkan
pria. Hal itu disebabkan erupsi gigi anak permpuan lebih cepat
dibandingkan anak laki-laki sehingga gigi anak perempuan berada lebih
lama dalam mulut. Akibatnya gigi anak perempuan akan lebih lama
berhubungan dengan faktor resiko terjadinya karies. Demikian pula wanita
dewasa lebih menyukai makanan sampingan (camilan) selainitu juga ada
faktor-faktor lainnya (misal : Emesis gravidarum, Hiperemesis
gravidarum).
c. Tingkat pendidikan
Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan
kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup.
Pendidikan merupakan proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang
atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui
upaya pengajaran dan pelatihan, prose, cara, perbuatan mendidik
(Notoatmodjo, 2010). Menurut UU RI No. 20 Tahun 2010, tingkat
pendidikan dibagi menjadi :
1). Formal
a) Pendidikan Dasar
Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah
Ibtidaiyah atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah
Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs) atau
yang sederajat.
b) Pendidikan Menengah terdiri atas pendidikan menengah umum
dan pendidikan menengah jurusan, seperti : SMA,MA, SMK,
MAK atau yang sederajat.

17
c) Pendidikan tinggi
Pendidikan tinggi dapat berbentuk akademi, politeknik, sekolah
tinggi, institusi, danuniversitas.
2). Jalur Non-Formal
Pendidikan non-formal ialah pendidikan yang disusun dan
dilaksanakan diluar daripada pada sistem pendidikan formal.
Pendidikan ini boleh diperoleh melalui program seperti latihan,
kursus, seminar, bengkel, forum dan persidangan.
3). Jalur informal
Pendididkan informal ialah prose pendidikan pembelajaran sampingan
yang berlangsung secara spontan dan tanpa struktur.
Tingkat pengetahuan yang baik tentang pemeliharaan kesehatan gigi
terhadap kejadian karies dapat memahami objek yang sudah
dipelajari. Hal ini sesuai dengan pendapat (Notoatdmojo, 2007)
menyatakan bahwa memahami diartikan sebagai kemampuan
menjelaskan materi-materi yang telah dipelajari sebelumnya.
Pengetahuan tentang memelihara kesehatan gigi terhadap kejadian
karies dapat ditingklatkan kembali melalui penyegaran informasi
dalam bentuk pelatihan. Menurut (Andrew, Sikula, 2011) dalam
Notoatmodjo, pelatihan adalah suatu bagian proses belajar untuk
meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan dalam sistem pendidikan
yang berlaku dalam waktu yang relatif singkat dan dengan metode
yang mengutamakan toeri dan praktek, sehingga pengethuan tentang
kesehatan gigi dan mulut mengarahkan perilaku seseorang untuk
menjaga kesehatan gigi dan mulut.

18
B. Kerangka Konsep
Variabel Pengaruh Variabel Terpengaruh

Karakteristik pasien yang Prevalensi Karies Gigi


berkunjung di layanan gigi
di Puskemas Kawunganten
1. Usia
a) 4-6 tahun
b) 7-12 tahun
c) 13-15 tahun
d) 16-18 tahun
e) 19-25 tahun
f) 26-45 tahun
g) > 45 tahun
2. Jenis Kelamin
a) Laki-laki
b) Perempuan
3. Tingkat pendidikan
a) TK
b) SD
c) SMP
d) SMA
e) PERGURUAN
TINGGI

Variabel Terkendali
Variabel Tak Terkendali
1. Karies mengenai email
2. Kariesmengenai dentin
3. Karies mengenai pulpa
OHI-S

Keterangan :
: Diteliti
: Tidak diteliti

19
C. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan kerangka konsep diatas, maka dapat diambil pertanyaan bagaimana
gambaran karakteristik pasien dengan prevalensi karies gigi pada pasien di
layanan gigi Puskemas Kawunganten Tahun 2018.

20
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif penelitian yang digunakan
untuk menggambarkan atau menganalisa suatu data hasil penelitian.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini metode observasional
merupakan penelitian yang datanya dihimpun dengan cara peneliti melakukan
observasi atau pengamatan. Pada penelitian observasional digunakan pendekatan
cross sectional dimana cara pengambilan data variabel pengaruh dan variabel
terpengaruhnya dilakukan sekali waktu pada saat yang bersamaan (Suparyanto,
2010).

B. Subyek Penelitian
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
penelitian untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiono,
2011). Dengan jumlah populasi dalam penelitian ini adalah pasien dengan
karies gigi yang berkunjung di Puskesmas Kawunganten pada bulan Juli
tahun 2018 berjumlah 79 pasien.
2. Sampel
Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh
populasi (Arikunto, 2006). Sampel yang digunakan dalam penelitian adalah
pasien dengan karies gigi yang berkunjung di Puskesmas Kawunganten pada
bulan Juli tahun 2018 bejumlah 79 pasien, menggunakan metode Sampling
Purposive.

21
C. Identifikasi Variabel
1. Variabel Pengaruh
Merupakan variabel yang didentifikasi memberikan dampak kepada
variabel lain. Dalam penelitian ini variabel yang ingin diteliti adalah
karakteristik pasien yang berkunjung dilayanan gigi Puskemas
Kawunganten ini meliputi :
1) Usia
a) 4-6 tahun
b) 7-12 tahun
c) 13-15 tahun
d) 16-18tahun
e) 19-25 tahun
f) 26-45 tahun
g) > 45 tahun
2) Jenis kelamin
a) Laki- laki
b) Perempuan
3) Tingkat pendidikan
a) TK
b) SD
c) SMP
d) SMA
e) PERGURUAN TINGGI
2. Variabel Terpengaruh
Merupakan variabel yang diidentifikasi menerima dampak dari variabel
lain. Dalam penelitian ini variabel terpengaruhnya adalah prevalensi karies
gigi.
3. Variabel Terkendali
Merupakan variabel yang terpengaruh yang tidak diteliti tetapi dapat
dikendalikan. Dalam penelitian ini variabel terkendali adalah :

22
a) Karies mengenai email
b) Karies mengenai dentin
c) Karies mengenai pulpa
4. Variabel Tak Terkendali
Merupakan variabel yang tidak dapat dikendalikan oleh OHIS (Oral
Hygiene Index Simplified).

D. Definisi Operasional Variabel


1. Variabel Pengaruh
Karakteristik adalah ciri khas yang dimiliki individu.
a) Usia
1) 4-6 tahun
2) 7-12 tahun
3) 13-15 tahun
4) 16-18 tahun
5) 19-25 tahun
6) 26-45 tahun
7) > 45 tahun
b) Jenis Kelamin
Jenis Kelamin dari karakteristik pasien terhadap prevalensi karies gigi
adalah laki-laki dan perempuan.
c) Tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan yang memiliki pengaruh terhadap prevalensi karies
gigi antara lain diambil dari tingkat pendidikan TK, SD, SMP, tingkat
pendidikan menengah SMA dan tingkat pendidikan tinggi akademis atau
universitas.
2. Variabel Terpengaruh
Prevalensi karies gigi adalah angka yang memperlihatkan jumlah penderita
atau penyakit karies gigi. Maka untuk mengetahui prevalensi karies gigi
yang digunakan hanya Decay-nya saja.

23
3. Variabel Terkendali
Merupakan variabel yang terpengaruh yang tidak diteliti tetapi dapat
dikendalikan. Dalam penelitian ini variabel terkendalinya adalah :
a) Karies mengenai email adalah karies yang hanya mengenai jaringan
email saja.
b) Karies mengenai dentin adalah bila kerusakan telah mencapai dentin
namun belum melebihi setengah ketebalan dentin/ belum mendekati
pulpa.
c) Karies mengenai pulpa adalah disini kerusakan telah mendekati atap
pulpa namun atap pulpa belum terbuka.
4. Variabel Tak Terkendali
Untuk mengetahui prevalensi karies gigi yang digunakan adalah angka yang
memperlihatkan jumlah penderita atau penyakit karies gigi. Jadi tidak
mengggunakan nilai debris index atau calculus index (OHI-S) karena tidak
menilai tingkat kebersihan gigi dan mulut seseorang.

E. Instrumen / Alat Ukur Peneliti


Tabel instrumen / Alat Ukur Penelitian Karakteristik Pasien dengan
Prevalensi Karies Gigi pada pasien yang berkunjung di layanan Gigi Puskesmas
Kawunganten.

24
Alat Pendukung Intrumen
No Variabel Metode
Penelitian Peneliti
1 Variabel pengaruh Penelitian - ATK Cek list
karakteristik pasien Observasi - Papan alat tulis
yang berkunjung di - Kartu status
layanan Puskesmas penderita
Kawunganten
2 Variabel Metode - APD (Masker Cek list
terpengaruh Pemeriksaan handschoen)
prevalensi karies - alat Diagostik :
gigi Kacxa mulut, sonde,
excavator, pincet
- nier-bekken tempat
alat
- Kapas
- alcohol

F. Posedur Pelaksanaan Penelitian


1) Tahap Persiapan
a) Melakukan perijinan kepada Kepala UPTD Puskesmas Kawunganten dan
Dokter gigi sebagai Koordinator layanan gigi.
b) Mempersiapkan ruangan dan peralatan untuk pemeriksaan gigi.
c) Mempersiapkan ATK (buku catatan, ballpoint, dll)
2) Tahap Pelaksanaan
a) Pengambilan personal folder pasien dilayanan loket.
b) Menyusun personal folder berdasarkan nomor urut responden.
c) Mencuci tangan dan penggunaan alat APD yaitu masker dan handschoen.
d) Menyiapkan alat pemeriksaan di meja dental unit.
e) Responden dipanggil sesuai dengan nomor urut dan kemudian dipersilakan
duduk serta berkumur terlebih dahulu.

25
f) Melakukan pemeriksaan terhadap responden yang mempunyai kasus
karies gigi.
g) Hasil pemeriksaan dari responden kemudian di catat pada lembar kartu
status.
3) Tahap pengolahan data
a) Pemeriksaan kelengkapan data yang telah terkumpul.
b) Pengolahan hasil data yang telah dikumpulkan dari responden.
c) Penyajiaan data dalam bentuk tabulasi agar mudah untuk diprestasikan
dari data yang telah di peroleh.

G. Cara Analisis Data


Setelah data terkumpul selanjutnya peneliti melakukan pengolahan data
dengan langkah-langkah :
1. Editing, adalah memeriksa lembar pemeriksaan apakah ada kesalahan
dalam penelitian atau tidak.
2. Coding, adalah data yang terkumpul diubah bentuknya ke bentuk yang
sederhana.
3. Entry data, adalah memasukan data ke dalam suatu media yang lebih
mudah yaitu diolah dengan komputer.
4. Tabulating, adalah pemindahan data ke dalam tabel.
Data yang diperoleh digunakan untuk mendripsikan hasil penelitian yang
dilakukan dengan menggunakan analisa deskriptif dari hasil wawancara dan
pemeriksaan yang telah dilakukan.
Kemudian membuat prosentase yang menggambarkan secara ilmiah dalam
bentuk tabel distribusi frekuensi untuk mendripsikan masing-masing variabel.

H. Jadwal Pelaksanaan Penelitian


Jadwal pelaksaan penelitian tentang “Gambaran Karakteristik Pasien dengan
prevalensi Karies Gigi pada pasien yang berkunjung di Layanan Gigi Puskemas
Kawunganten Tahun 2018.

26

Anda mungkin juga menyukai