Anda di halaman 1dari 9

140

BAB II
Dasar- Dasar Persamaan Diferensial

Bab ini akan memaparkan beberapa pengertian dasar tentang persamaan


diferensial. Pemaparan diawali dengan memberikan gambaran secara umum tentang
jenis persamaan diferensial dan dengan disertai contoh. Pengertian awal ini cukup
penting untuk mempermudah pemahaman bahasan yang akan diberikan dalam bab-
bab selanjutnya.

Berbagai permasalahan teknik, fisik, social dan lain sebagainya banyak


menggunakan formulasi matematika. Biasanya formulasi tersebut berupa penentuan
suatu fungsi yang memenuhi suatu persamaan tertentu.Persamaan tersebut
mengandung satu atau lebih turunan suatu fungsi yang tidak diketahui.Persamaan
seperti ini disebut sebagai persamaan diferensial. Sebagai salah satu contoh adalah
Hukum Newton, yang dituliskan sebagai

d2u(t) du(t)
m = F(t, u(t), ), (1.1)
dt2 dt

𝑑𝑢(𝑡)
dengan m, u(t) dan berturut-turut menyatakan massa, posisi dan kecepatan suatu
𝑑𝑡

partikel. Selanjutnya F menyatakan gaya yang bekerja pada partikel tersebut. Dalam
kasus ini akan ditentukan suatu fungsi u(t) yang menyatakan posisi partikel untuk
setiap waktu t yang memenuhi persamaan (1.1).

1.1 Persamaan Diferensial Biasa dan Persamaan Diferensial Parsial

Suatu persamaan diferensial yang memuat turunan biasa dinamakan


Persamaan Diferensial Biasa.Selanjutnya persamaan diferensial yang memuat turunan
parsial Persamaan Diferensial Parsial.Dua contoh persamaan diferensial biasaselain
yang diberikan dalam persamaan (1.1), dituliskan sebagai berikut ini.

d2 Q(t) dQ(t) 1
L +R + Q(t) = E (t) , (1.2)
dt2 dt C

140
141

Dengan Q, L, R, C dan E berturut-turut menyatakan muatan, induktansi, resistensi,


kapasitansi, dan voltase dan

dM(t)
= -kM(t). (1.3)
dt

Persamaan (1.3) merupakan persamaan yang merepresentasikan peluruhan


suatu radioaktif untuk suatu waktu tertentu dengan kostanta peluruhan k.

Selanjutnya, contoh untuk persamaan diferensial parsial adalah persamaan


potensial (Laplace)

∂2u(x,y) ∂2u(x,y)
+ =0, (1.4)
∂x2 ∂y2

Persamaan difusi

∂2u(x,t) du(x,t)
𝛼2 = , (1.5)
∂x2 ∂t

Dan persamaan gelombang

∂2u(x,t) ∂2u(x,t)
a2 = , (1.6)
∂x2 ∂t2

dengan𝛼 dan a adalah suatu konstanta sembarang. Persamaan potensial, persamaan


difusi dan persamaan gelombang berturut-turut merupakan permasalahan dalam
bidang elektrik dan magnetic, elasticitas, dan mekanika fluida.Ketiga contoh diatas
merupakan contoh persamaan diferensial parsial yang sering dijumpai dalam berbagai
fenomena fisik.

1.2 Sistem Persamaan Diferensial

Klasifikasi lain dari persamaan diferensial bergantung pada banyaknya fungsi


yang tidak diketahui yang akan ditentukan. Jika hanya satu fungsi yang tidak
diketahui yang akan ditentukan, maka dengan satu persamaan diferensial saja sudah
cukup untuk menentukan fungsi tersebut. Akan tetapi, jika terdapat dua atau lebih

141
142

fungsi yang tidak diketahui yang harus ditentukan, maka persamaan diferensial yang
dibutuhkan tidak cukup hanya satu, melainkan berupa system persamaan
diferensial.Sebagai contoh adalah permasalahan Lotka-Volterra atau pemangsa
(predator) dan dimangsa (prey).

Persamaan predator-prey merupakan suatu persamaan yang cukup penting


dalam permasalahan pemodelan ekologi. Persamaan tersebut dituliskan sebagai

dH
= aH – αHP
𝑑𝑡

dP
= -cP – γHP , (1.7)
𝑑𝑡

Dengan H dan P berturut-turut menyatakan populasi dari prey dan predator.


Konstanta a, α, γ dan c adalah suatu konstanta yang bergantung pada hasil observasi
dan sifat-sifat khusus spesies yang sedang dipelajari.

1.3 Orde Persamaan Diferensial

Orde suatu persamaan diferensial didefinisikan sebagai orde tertinggi dari


turunan yang terkandung dalam persamaan diferensial tersebut.Persamaan (1.1) dan
persamaan (1.2) merupakan persamaan diferensial biasa orde ke dua, sedangkan
persamaan (1.3) adalah persamaan diferensial biasa orde pertama.Persamaan (1.4),
persamaan (1.5) dan persamaan (1.6) merupakan persamaan diferensial parsial orde
ke dua.

Secara umum, persamaan yang dituliskan dalam bentuk

F(x,u(x),u’(x),…,u(n)(x)) = 0 , (1.8)

Adalah persamaan diferensial biasa orde ke-n. persamaan (1.8) merepresentasikan


relasi antara peubah tak bebas x dan nilai-nilai fungsi u dan turunan pertama ke-n nya
u’, u”, …, u(n). untuk memudahkan penulisan dan pemahaman, biasanya dituliskan y
= u(x), akibatnya persamaan (1.8) dapat juga dituliskan sebagai

142
143

F(x,y,y’,…,y(n)) = 0 (1.9)

Sebagai contoh,

y’” + 2exy” + yy’ = x4 , (1.10)

merupakan persamaan diferensial orde ke tiga, untuk y = u(x).

Diasumsikan bahwa selalu dimungkinkan untuk menyelesaikan persamaan


diferensial biasa orde tinggi, yang dituliskan sebagai

y(n) = f(x,y,y’,…,y(n-1))
(1.11)

Sebagai contoh

(y’)2 + xy’ + 4y = 0,

Menghasilkan dua persamaan yang dituliskan sebagai

−𝑥+ √𝑥 2−16𝑦 −𝑥−√𝑥 2−16𝑦


y’ = atau y’ =
2 2

1.4 Solusi Persamaan Diferensial

Solusi dari persamaan diferensial (1.11) dalam interval (α, β) adalah suatu fungsi ɸ’,
ɸ” , …, ɸ(n) ada dan memenuhi

ɸ(n)(x) = f(x,ɸ(x),ɸ’(x),…,ɸ(n-1)(x))
(1.12)

untuk setiap x ∈ (α, β). Pada kasus ini dibatasi bahwa fungsi f dalam persamaan
(1.11) bernilai real.

Dengan melakukan substitusi langsung, dapat ditunjukkan bahwa

M = ɸ(t) = ce-kt , -∞< t <∞ (1.13)

143
144

Dengan c suatu konstanta sembarang, merupakan solusi persamaan (1.3).demikian


juga, y1(x) = cos(x) dan y2(x) = sin(x) adalah solusi dari persamaan diferensial

y” + y = 0 (1.14)

sebuah contoh yang agak lebih rumit dibandingkan dengan dua contoh sebelumnya
adalah ɸ1(x) = x2 lnx dan ɸ2(x) = x2 adalah solusi dari persamaan diferensial

x2y” – 3xy’ + 4y = 0, x > 0


(1.15)

Berdasarkan persamaan (1.3), (1.4) dan (1.5) terlihat bahwa sangat mungkin
menentukan suatu fungsi yang merupakan solusi dari persamaan
diferensial.Pertanyaan yang paling mendasar terkait dengan penentuan solusi
persamaan (1.11) adalah mungkinkah persamaan tersebut memiliki solusi.Pertanyaan
ini terkait dengan eksistensi solusi persamaan diferensial.Dengan demikian, seorang
teknisi atau saintis yang berhadapan dengan permasalahan yang berkaitan formulasi
matematika dalam bentuk persamaan diferensial harus memahami hal ini dengan
baik. Hal ini disebabkan karena menyangkut validitas hasil yang akan diperoleh.

Selain permasalahan eksistensi, pertanyaan lain yang juga mendasar terkait


solusi persamaan diferensial adalah mungkinkah suatu persamaan diferensial
memiliki banyak solusi. Pertanyaan ini dijawab dengan menggunakan sifat keunikan
solusi persamaan diferensial.Selanjutnya adalah jika solusi persamaan diferensial
(1.11) ada dan unik, pertanyaan berikutnya adalah bagaimana mennetukan solusi
tersebut. Pertanyaan ini dijawab tentu saja setelah dapat diyakini bahwa persamaan
diferensial yang akan ditentukan solusinya memiliki solusi. Tanpa pengetahuan
eksistensi solusi, penggunaan approksimasi numerik untuk mennetukan solusi bias
berkaitan bahwa solusinya tidak dapat ditentukan. Perlu diingat bahwa tidak semua
solusi persamaan diferensial dapat diekpresikan sebagai fungsi elementer: polinomial,
trigonometri, eksopnensial, logaritma dan hiperbolik. Dalam bab-bab berikutnya akan
dibahas tentang metode yang dapat digunakan untuk menentukan solusi persamaan

144
145

diferensial (sederhana). Metode ini nantinya diharapkan dapat digeneralisasi untuk


menentukan solusi persamaan diferensial yang lebih kompleks.

1.5 Persaman Linear dan Tak Linear

Klasifikasi lainnya dari persamaan diferensial selain yang telah disebutkan


diatas adalah linear dan tak linear. Suatu persamaan diferensial biasa

F(x,y,y’,…,y(n)) = 0

dikatakan linear jika F merupakan suatu fungsi linear dari peubah y, y’, …, y (n);
definisi yang sama juga berlaku untuk persamaan diferensial parsial. Secara umum
persamaan diferensial biasa linear orde ke-n dituliskan sebagai

a0(x)y(n) + a1(x)y(n-1) + … + a n(x)y = g(x)


(1.16)

Suatu persamaan diferensial biasa yang tidak memiliki bentuk (1.16)


dinamakan persamaan tak linear.Persamaan (1.10) merupakan salah satu persamaan
tak linear karena persamaan tersebut memuat bentuk yy’.

Gambar 1.1 Gerakan Ayunan

Sebuah permasalahan fisik sederhana yang memiliki bentuk persamaan


diferensial biasa tak linear adalah gerakan bandul. Sudut θ yang mengatur gerakan
bandul sepanjang l membuat gerakan kea rah vertikal (lihat Ganbar 1.1) memenuhi
persamaan tak linear

145
146

d2θ g
+ sinθ = 0
dt2 l

(1.17)

1.6 Medan Arah

Sebelum pembahasan lebih mendalam tentang metode yang dapat digunakan


untuk menyelesaikan suatu persamaan diferensial, terlebih dahulu dipaparkan sedikit
tentang interpretasi geometri dari suatau persamaan diferensial dan solusinya.
Pandang persamaan diferensial biasa orde pertama yang diberikan oleh persamaan

dy
= f(x,y)
dx

(1.18)

Sebagaimana telah dijelaskan pada bagian sebelumnya bahwa solusi dari


persamaan (1.18) dapat dituliskan dalam bentuk y = ɸ(x). Oleh karena itu,
representasi geometri dari solusi persamaan (1.18) adalah grafik dari fungsi y = ɸ(x).
dy
Secara geometri dapat dikatakan bahwa pada suatu titik (x,y) kemiringan dari
dx

solusi pada titik tersebut diberikan oleh f(x,y). Dengan demikian, dapat digambarkan
sebuah segmen garis lurus yang melalui titik (x,y) dengan kemiringan f(x,y). koleksi
semua segmen garis lurus tersebut disebut medan arah dari persamaan diferensial
(1.18).

Sebagai contoh, medan arah persamaan

dy 3−y
=
dx 2

(1.19)

diberikan oleh Gambar 1.2a. Pada persamaan ini f(x,y) hanya bergantung pada y,
sehingga segmen garis memiliki kemiringan yang sama untuk semua titik pada garis
yang sejajar dengan sumbu x.

146
147

1
garis y = 2 akan memiliki segmen garis dengan kemiringan . Suatu solusi
2

persamaan (1.19) memilikisifat bahwa di setiap titik grafik solusinya menyinggung


medan arah pada titik tersebut. Dari Gambar 1.2a terlihat bahwa solusi persamaan
(1.19) membesar untuk nilai y < 3 dan mengecil untuk nilai y > 3. Selain itu terlihat
pula bahwa solusinya akan menuju 3 untuk nilai x → ∞.

a b
𝑑𝑦 3−𝑦 𝑑𝑦
Gambar 1.2Medan Arah. (a) = dan (b) = e-x – 2y
𝑑𝑥 2 𝑑𝑥

Untuk contoh lainnya, pandang persamaan

dy
= e−x – 2y
dx

(1.20)

Terlihat bahwa selain bergantung pada y fungsi f(x,y) juga bergantung pada x. Medan
arah persamaan (1.20) diberikan dalam Gambar 1.2b. Terlihat bahwa solusi
persamaan (1.20) ini mendekati 0 untuk nilai x → ∞.
Soal-Soal Latihan

1. Periksa mana diantara persamaan diferensial berikut yang linear dan yang tak
linear
d2y dy
a. x2 +x + 2y = sin x
dx2 dx
d2 y dy
b. (1 + y2) +x + y = ex
dx2 dx

147
148

d4y d3 y dy
c. 4
+ + + 2y = 1
dx dx3 dx
d2y
d. + sin (x+y) = sin x
dx2

2. Periksa apakah fungsi-fungsi yang diberikan berikut ini adalah solusi dari
persamaan diferensial yang bersangkutan
a. y” – y = 0 ; y1(x) = ex , y2(x) = cosh x
b. y” + 2y’ – 3y = 0; y1(x) = e-3x , y2(x) = ex
c. xy’ – y = x2 ; y(x) = 3x + x2
d. 2x2y” + 3xy’ – y = 0 ; y1(x) = √x , y2(x) = x-1
e. y” + y = sec x , 0 < x <π/2 ; y(x) = (cos x) ln (cos x) + xsin x
2 x 2 2
f. y’ – 2xy = 1 ; y(x) = ex ∫0 e−t dt + ex
3. Tentukan nilai r sehingga solusi persamaan diferensial yang diberikut ini
memiliki solusi dalam bentuk y = erx
a. y’ + 2y = 0
b. y” – y = 0
c. y” + y – 6y = 0
d. y”’ – 3y” + 2y’ = 0
4. Tentukan nilai sehingga solusi persamaan diferensial yang diberikut ini memiliki
solusi dalam bentuk y = xr, x > 0
a. x2y” + 4xy’ + 2y = 0
b. x2y” – 4xy’ + 4y = 0
5. Gambarkan medan arah dari persamaan diferensial berikut ini. Selanjutnya
tentukan sifat solusi persamaan diferensial tersebut untuk nilai.
a. y’ = -1 – 2y
b. y’ = y + 2
c. y’ = -2 + x – y
d. y’ = xe-2x – 2y
e. y’ = e-x + y
f. y’ = -y(5-y)

148

Anda mungkin juga menyukai