1.1 Pendahuluan
Bab ini akan membahas tentang PDL - 1 HOMOGEN & TAK
HOMOGEN Penyelesaian PDL-1 meliputi penyelesaian umum dan penyelesaian
khusus.
PD ini sangat bermanfaat untuk penerapannya dalam mata kuliah
2. P.D dipilih yang linier terhadap fungsi yang tidak diketahui dan
turunan-turunannya
1
3. Orde tertinggi dari turunan yang terdapat dalam persamaan
differensial adalah 1.
Dari batasan-batasan di atas, jelaslah bahwa P.D yang akan dibahas
adalah P.D linier orde 1 untuk bab ini, dan PDL Orde 2 untuk bab-bab
berikutnya.
Contoh PDL-1
dy
x’ = sin t atau sin t .
dx
dy
Dimana x ' adalah turunan pertama x terhadap t.
dx
2
1. Harga penyelesaian untuk nilai tertentu
2. Harga penyelesaian untuk nilai turunannya pada nilai variabel tersebut.
Jika syarat yang diberikan ialah harga/nilai penyelesaian untuk t = 0 (t variabel),
maka syarat seperti ini disebut dengan syarat awal dan persamaan differensial
linier yang dilengkapi dengan syarat awal disebut masalah nilai awal. Jika syarat
yang diberikan ialah harga/nilai penyelesaian pada dua nilai t yang berbeda maka
syarat yang seperti ini disebut syarat batas dan persamaan differensial linier yang
dilengkapi dengan syarat batas disebut masalah nilai batas. Masalah nilai awal
dan masalah nilai batas sering dijumpai dalam menyelesaikan masalah real,
misalnya dalam ilmu teknik, fisika dan lain sebagainya.
r(t) ≠ 0, PDL-1TH .
3
Jika tidak memungkinkan atau tidak mudah unruk mendapatkan hasil
pengintegralan, maka hubungan antara variabel x dan variabel t dinyatakan
dalam bentuk integral. Selanjutnya akan kita gunakan metode pemisahan
variabel untuk menentukan penyelesaian persaamaan differensial linier orde 1.
Untuk itu perhatikan bentuk homogen PDL-1, yaitu:
dx
p(t ) x 0,
dt
Dengan tunduk kepada langkah di atas, diperoleh:
dx
p(t ) x,
dt
dx -p(t)x.dt
dx
p(t ).dt
x
ln x p(t ).dt
x(t ) ke
p ( t ) dt
C
Jadi penyelesaian homogennya ialah:
x(t ) ke
p ( t ) dt
dx
p(t ) x r (t )
dt
x(t ) ke
p ( t ) dt
4
Misalkan u(t ) x(t ) e
p ( t ) dt
u ' (t ) h(t )e h (t )
p(t )e h (t )
p(t ).u (t )
Misalkan pula bahwa penyelesaian tak homogennya mempunyai bentuk sebagai
berikut:
x(t ) u (t ).v(t )
x ' (t ) u ' (t ).v(t ) u (t ).v ' (t )
p(t ) u (t ).v(t ) u (t ) v ' (t )
Selanjutnya lakukan subtitusi ke bentuk tak homogennya yaitu:
x ' p (t ) x r (t )
p (t) u (t).v (t) u (t) v (t) ( p (t) .u (t) .v (t)) r (t)
'
u (t ) v ' (t ) r (t )
r (t ) r (t )
v ' (t ) h (t )
u (t ) e
v ' (t ) r (t ) e h (t ) dt C
v(t ) r (t ) e h (t ) dt C
x(t ) e h (t ) r (t ) e h ( t ) dt C
5
Tentukan penyelesaian dari persamaan differensial di bawah ini:
1) x ' x e 2t
Penyelesaian; Bentuk tak homogen dari persamaan differensial di atas yaitu:
dx dx dx
x' x 0 x0 x dt
dt dt x
dx
x
dt ln x t C x e t C
x ket dimana k e C
u ' (t ) e(t ) u (t ) .
Misalkan pula bahwa penyelesaian persamaan differensial di atas mempunyai
bentuk sebagai berikut:
x(t ) u (t ) v(t )
x ' (t ) u ' (t ).v(t ) u (t ).v ' (t )
x ' (t ) u (t ).v(t ) u (t ).v ' (t )
Selanjutnya lakukan subtitusi ke bentuk persamaan differensial di atas, yaitu:
x ' x e 2t
u (t ) v ' (t ) e 2t
e 2t e 2t
v (t )
'
u (t ) e t
v ' (t ) e t
v(t ) e t dt e t C
6
x(t ) u(t ).v(t ) x(t ) et (et C ) x(t ) e 2t Cet
x(t ) e h (t ) e h (t ) .r (t ) dt C
yang mana r(t) e 2t ;
p(t ) 1, sehingga h(t ) p(t )dt 1 dt t
x(t ) e ( t ) e t .e 2t dt C
x(t ) e t e t dt C
x(t ) e t e t C
x(t ) e 2t Cet
2) tx ' x 4 0
Bagilah persamaan di atas dengan t, konstanta pindahkan ke ruas kanan,
sehingga:
1 4
x' x
t t
Selanjutnya gunakan rumusan yang ada yaitu:
x(t ) e h ( t ) e h (t ) .r (t ) dt C
1 1 4
p(t ) h(t ) dt ln t r (t )
t t t
4 1 4 1
x(t ) e ln t e ln t ( ) dt C x(t ) t ( ) dt C
t
x(t ) 4 dt C
t t t
x(t ) 4t C x(t ) 4
1 C
t t
7
1 1
x ' x sin t
t t
1
p(t ) , maka h(t) ln t
t
1
(t) e ln t e ln t ( sin t ) dt C
t
1 1 1
x(t ) t.( sin t ) dt C x(t ) .sin t dt C
t t t
cos t C
x(t ) cos t ) C
1
t t t
1 C
x( ) ( cos )
1 C
2
C 2 1
cos t 2 1
x(t )
t t
BAB II
PERSAMAAN DIFFERENSIAL LINIER ORDE 2
(PDL-2)
2.1Pendahuluan
Persamaan differensial linier orde 2 (PDL-2) ialah suatu persamaan yang
mengandung turunan turunan suatu fungsi dan turunan tertinggi dalam
persamaan itu, turunan kedua.
8
Terdiri atas:
PDL-2 H
PDL02TH
Penyelesaian PDL-2H meliputi akar akar persamaan Karakteristik
sedang
Penyelesaian PDL-2TH, digunakan :
a). Metode koefisien tak tentu,
b). metode kompleks,
c). metode variasi parameter.
Selanjutnya untuk PDL-2H & PDL-2TH Meliputi penyelesaian
umum dan penyelesaian khusus.
PDL-2 ini sangat bermanfaat untuk penerapannya dalam mata kuliah
rangkaian listrik, mesin-mesin listrik dan system pengaturan.
Persamaan differensial linier orde 2 ialah suatu persamaan yang
mengandung turunan turunan suatu fungsi dan turunan tertinggi
dalam persamaan itu, turunan kedua. Persamaan differensial linier
orde 2 meliputi persamaan differensial linier orde 2 homogen dan tak
homogen.
Bentuk umum persamaan differensial linier orde 2 adalah:
x" a(t ) x' b(t ) x r (t )
atau
d 2x dx
a (t ) b(t ) x r (t )
dt 2 dt
Dimana a(t) danb(t) adalah fungsi-fungsi sembarang dengan variabel t.
Bila r(t) = 0 maka persamaan differensial disebut PDL-2H,
r(t) ≠ 0 disebut PDL-2TH.
2.2 PDL-2H
Bentuk umum
9
d 2x dx
x" a (t ) x' b (t ) x 0 atau 2 a (t ) b (t ) x 0
dt dt
Penyelesaian PDL-2H diatur oleh teorema berikut:
“Setiap Penyelesaian Persamaan Differensial Linier Orde 2 Homogen”
x" a(t ) x' b(t ) x 0
Karena luasnya aspek pembahasan persamaan differensial linier orde 2 ini, maka
pembahasan dibatasi pada persamaan differensial linier orde 2 dengan koefisien
konstanta.
Bentuk umum PDL-2 dengan koefisien konstanta dapat dinyatakan dengan:
x" px' qx r (t )
Dimana p dan q konstanta.
Penyelesaian persamaan differensial ini juga berkaitan dengan penyelesaian
persamaan differensial linier homogennya.
Penyelesaian persamaan differensial linier orde 2 homogen dengan koefisien
constant: x" px' qx 0
Diduga mempunyai bentuk yang sama dengan penyelesaian persamaan
differensial linier orde 1 homogen,
Untuk itu perhatikan persamaan differensial linier orde 1 homogen: x' ax 0
10
Selanjutnya kita misalkan bahwa penyelesaian persamaan differensial orde 2
homogen dengan koefisien konstanta mempunyai bentuk sebagai berikut:
x(t ) Cet
Kasus-1 ( p 2 4q 0 )
Persamaan differensial dengan kasus ini memberikan dua penyelesaian yang
berbeda yaitu:
x1 (t ) C1e 11(t ) C2 e 2 (t )
Dimana
11
p 1 p 1
1 p 2 4q dan 2 p 2 4q
2 2 2 2
Bila kita pilih C = 1, maka determinan Wronsky dari kedua penyelesaian itu
adalah:
1 ( t ) 2 ( t ) e 1t e 2 t
W (e ,e )
1e t 1
2e t 2
t
2 e 2t e 1t .1e 11 .e 2t
2 (e ( 1 2 )t ) 1 (e ( 1 2 )t )
( 12 ) t
(2 1 ).e
Karena kasus ini 1 2 dan e ( 1 2 )t 0
maka W (e 1 (t ) , e 2 (t ) ) 0
Menurut teorema di atas, maka penyelesaian persamaan differensial dengan kasus
ini ialah:
1 t
x(t ) C1e C2 e 2t
Contoh-1:
Tentukan penyelesaian umum persamaan differensial 2x” + 3x’ – 2x = 0
Jawab:
Persamaan Karakteristik dari persamaan differensial tersebut ialah :
22 3 2 0
Dengan menggunakan rumus abc maka diperoleh akar-akar persamaan
karakteristik sebagai berikut:
12
1 C1 C 2
x' (t ) 0,5 C1e 0,5t 2C 2 e 3t
2 0,5C1 2C 2
Atau
C1 C2 1 x2
0,5C1 2C 2 2 x1
.........................................
2C1 2C 2 2
0,5C1 2C 2 2
2,5C1 4
C1 1,6
2(1,6) 2C 2 2
C 2 0,6
x(t ) 1,6e 0,5t 0,6e 2t
Kasus-2 ( p 2 4q 0 )
Persamaan differensial dengan kasus ini memberikan dua penyelesaian yang sama
yaitu:
x1 (t ) x 2 (t ) Ce t
p
dimana -
2
Bila kita pilih C = 1 dan kita hitung determian Wronsky maka akan diperoleh
W e t , e t 0 , hal ini tidak sesuai dengan teorema di atas. Untuk itu kita harus
mencari satu penyelesaian yang lain dimana determinan Wronsky ≠ 0.
Perhatikan ciri dari kasus ini, yaitu:
1 2
p 2 4q 0 p 2 4q q p
4
Selanjutnya lakukan subtitusi ke persamaan differensialnya
1 2
x" px' qx 0 x" px' p x0
4
Misalkan penyelesaian lainnya itu berbentuk sebagai berikut:
13
x(t ) v(t ) e t
sehingga :
v" (t) e t v' (t ) e t v' (t ) e t v(t ) 2 e t p v' (t) e t v(t ) e t p2
4
v(t ) e t 0
atau :
v" (t ) 0 ( sebab e t 0), sehinnga v(t ) C1t C 2
Jadi penyelesai an yang lainnya berbentuk :
x 2 (t ) v(t ) e t
(C1t C 2 ) e t
Bila kita pilih C1 1 dan C 2 0 maka diperoleh x 2 (t ) t e t
e t tet t t t t t
t
W (e , te ) t
t t t
= e (e te ) (te )(e )
e e t e
e 2 t (e t )(te t ) (tet )(e t )
e 2 t
Untuk sembarang W (e t , tet ) 0.
Menurut teorema di atas, penyelesaian persamaan dengan kasus ini ialah:
x(t) C1 e t C2 t e t
Contoh-2:
Tentukan penyelesaian umum persamaan differensial x” - 2x’ + x = 0
Jawab:
Persamaan Karakteristik dari persamaan differensial tersebut ialah :
2 2 1 0
Dengan menggunakan rumus abc maka diperoleh akar-akar persamaan
karakteristik sebagai berikut:
14
2 (2) 2 4 (1) (1) 2 0
12
2 2
12 1
x(t ) (C1t C2 ) e t
Kasus-3 ( p 2 4q 0 )
Persamaan differensial dengan kasus ini memberikan dua penyelesaian yang
berbeda yaitu:
x1 (t ) C1e 11t dan x 2 (t ) C 2 e 2t
dimana 1 j dan 2 j
p 1
dengan 4q p 2
2 2
Bila kita pilih C = 1 dan selanjutnya akan ditunjukkan determinan Wronsky dari
e 1t e 2 t
W (e 1t , e 2t )
1e t 1
2 e t
2
15
Tentukan penyelesaian umum persamaan differensial x" 2 x 0
Jawab:
Persamaan Karakteristik dari persamaan differensial tersebut ialah :
2 2 0
Dengan menggunakan rumus abc maka diperoleh akar-akar persamaan
karakteristik sebagai berikut:
0 0 4 (1) ( 2 ) 4 2
12 atau 12
2 2
j 2
12 j
2
x(t ) ( K1 Cos t K 2 Sin t )
2.3 PDL-2TH
Bentuk umum
x" px'qx r (t ) .
Penyelesaian PDL-2TH DENGAN KOEFISIEN KONSTAN
berkaitan erat dengan penyelesaian bentuk homogennya x" px' qx 0 . Jika
x(t ) xTH (t ) suatu penyelesaian persamaan tak homogen dan x(t ) xH (t )
adalah penyelesaian persamaan homogennya, maka x(t ) xH (t ) xYH (t ) adalah
penyelesaian persamaan differensial tak homogen.
16
a. Metode Koefisien Tak Tentu
Metode ini hanya berlaku untuk r(t) yang mempunyai bentuk/tipe tertentu,
yaitu:
1. r(t) : Polinom
Jika r(t) polinom berderajat n, maka kita misalkan penyelesaian tak
homogennya x(t) polinom berderajat n pula dengan koefisien-koefisiennya
harus ditentukan. Jika hal ini tidak berhasil, misalkanlah x(t) polinom
berderajat lebih tinggi dan seterusnya sampai berhasil.
2. r(t) : Fungsi Eksponen.
Jika r(t) berbentuk Ae pt , maka kita misalkan penyelesaian tak
homogennya x(t ) Ce pt . Jika tidak berhasil, maka misalkanlah
b. Metode Kompleks
17
Metode kompleks digunakan untuk r(t) yang berbentuk bilangan kompleks
atau r(t) yang dapat dinyatakan dengan bilangan kompleks. Jika r(t) berbentuk e jt
maka kita misalkan penyelesain\annya berbentuk x(t ) Ce jt .
Jika r(t) berbentuk Cos t. maka kita misalkan penyelesaian tak homogennya
x(t ) Re x * (t ) . Dengan Re x * (t ) adalah komponen ril dari x* dan x*(t)
merupakan penyelesaian persamaan differensial kompleks. Jika r(t) berbentuk sin
t, maka kita misalkan penyelesaian tak homogennya ialah:
x(t ) Im x * (t )
dimana Im(x*(t)) ialah komponen imajiner dari x* dan x*(t) merupakan
penyelesaian persamaan differensial kompleks.
18
x' (t ) 3 Ae 3t
x" (t ) 9 Ae 3t
x(t), x' (t) dan x" (t)
Subtitusikan ke dalam persamaan differensial di atas, diperoleh:
2( 9 Ae 3t ) 3(3 Ae 3t ) 2 Ae 3t e 3t
18 Ae 3t 9 Ae 3t 2 Ae 3t e 3t
25 Ae 3t e 3t
25 A 1
1
A
25
1 3t
Jadi x(t ) e
25
2. 2 x"3x'2 x t 2 1
Misalkan x(t ) At 2 Bt C
x' (t ) 2 At B
x" (t ) 2 A
Subtitusik an x(t), x' (t) dan x" (t) kedalam persaaan differesia l, diperoleh :
4A 6At 3B - 2At 2 2 Bt 2C t 2 1
2 At 2 (6 A 2 B)t (4 A 3B 2C ) t 2 1
1 1 3
2 At 2 t 2 A . 6 A 2 B 0 6( ) 2 B 0 3 2 B 0 B
2 2 2
7,5
4 A 3B 2C 1 2 4,5 2C 1 C
2
1
x(t ) (t 2 3t 7,5)
2
3. 2 x"3x'2 x 2 sin t
Misalkan x(t ) A cos t B sin t
19
x' (t ) A sin t B cos t
x" (t ) A cos t B sin t
Subtitusikan kepersamaan differensial diperoleh :
2 A cos t 2 B sin t 3 A sin t 3B cos t 2 A cos t 2 B sin t 2 sin t
4 A 3 B 0 x3
3 A 4B 2 x4
12 A 9 B 0
12 A 16 B 8 (diperkurangkan) diperoleh :
25B 8
8
B
25
8
12 A 9( )0
25
72
12 A
25
6 6 8
A Jadi xTH (t ) Cost S int
25 25 25
Jadi penyelesai an persamaan differensial tersebut ialah :
1 3t 1
xTH (t ) (e 6 cos t 8 sin t ) (t 2 3t 7,5)
25 2
x(t ) xH (t ) xTH (t )
1 3t 1
x(t ) C1e 0,5t C2 e 2t (e 6 cos t 8 sin t ) (t 2 3t 7,5)
25 2
Cara b:
Misalkan penyelesaiannya berbentuk:
x(t ) C1e 3t C 2 t 2 C3 t C 4 C 5 cos t C 6 sin t
x' (t ) 3C1e 3t 2C 2 t C3 C 5 sin C 6 cos t
x" (t ) 9C1e 3t 2C 2 C5 cos t C 6 sin t
Bila disubtitusikan ke dalam persamaan maka diperoleh:
18C1e 3t 4C2 2C5 cos t 2C6 sin t 9C1e 3t 6C 2 t 3C3 3C5 sin t 3C6 cos t
2C1e 3t 2C2 t 2 2C3t 2C 4 2C5 cos t 2C6 sin t e 3t t 2 1 2 sin t
20
25C1e3t 2C2t 2 (6C2 2C3 )t (4C2 3C3 2C4 ) (4C5 3C6 ) cos t
(3C5 4C6 ) sin t e3t t 2 1 2 sin t
25C 1e3t e3t
1 1
25C 1 1 C1 2C 2 t 2 t 2 2C 2 1 C 2
25 2
6C 2 2C3 0
3
3 2C3 0 C3
2
7,5
4C 2 3C3 2C 4 1 2 4,5 2C 4 1 C 4
2
4C5 3C6 0 x 4
3C5 4C6 2 x3
16C5 12C 6 0
9C5 12C6 6
6 24 8
25C 5 6 C5 3C6 0 C6
25 25 25
Jadi penyelesaiannya ialah :
1 3t 1
xTH (t ) (e 6 cos t 8 sin t ) (t 2 3t 7,5)
25 2
1 1
x(t ) C1e 0,5t C 2 e 2t (e 3t 6 cos t 8 sin t ) (t 2 3t 7,5)
25 2
21
xTH (t ) Re( x * (t ))
Bila x*(t) merupakan penyelesaian persamaan kompleks dan Re merupakan
bagian real dari bilangan kompleks tersebut, maka:
2 x*"3x*'2 x* 6e jt .
Misalkan penyelesaian tersebut berbentuk:
x * (t ) Ke jt
x*' (t ) jKe jt
x*" (t ) Ke jt
Subtitusikan kedalam persamaan differensial kompleks di atas, maka diperoleh:
2 Ke jt 3 jKe jt 2 Ke jt 6e jt
(4 3 j ) Ke jt 6e jt
6 (4 j 3) 24 18
K j
(4 j 3) (4 j 3) 25 25
24 18
x * (t ) j e jt
25 25
24 18
x * (t ) j (cos t j sin t )
25 25
24 24 18 18
x * (t ) cos t j sin t j cos t sin t
25 25 25 25
24 18 24 18
x * (t ) cos t sin t j ( sin t cos t )
25 25 25 25
24 18
Yang memenuhi syarat ialah x * (t ) cos t sin t ( Bagian Ril )
25 25
1
x * (t ) (24 cos t 18 sin t )
25
1
x(t ) C1e 0,5t C 2 e 2t (24 cos t 18 sin t )
25
22
x H (t ) C1e 0,5t C2 e 2t
Dengan demikian x' (t ) v1 ' (t )e 0,5t 0,5v1 (t )e 0,5t v2 ' (t )e 2t 2v2 (t )e 2t
Misalkan :
v1 ' (t )e 0,5t v2 ' (t )e 2t 0....................................*)
2
2v1 (t )e 0,5t 2v 2 (t )e 2t e 3t
atau
v1 ' (t )e 0,5t 4v 2 ' (t )e 2t e 3t ................................................... * *)
Dari kedua persamaan tersebut di atas ( persamaan *) dan **) diperoleh
5
1 t 1
v1 ' (t ) e 2 dan v 2 ' (t ) e 5t , sehingga :
5 5
5 5
1 t 2 t
v1 (t ) e 2 dt e 2 C1
5 25
1 1
v 2 (t ) e 5t dt e 5t C 2
5 25
Sehingga penyelesaiannya adalah:
2 5t t 1
x(t ) v1 (t )e 0,5t v2 (t )e 2t x(t ) e 2 C1 e 2 e 5t C 2 e 2t
25 25
23
2 3t t
1 3t t
1
x(t ) e C1e e C2 e
2 3t
x(t ) C1e C2 e 3t e 3t
2
25 25 25
Tentukan penyelesaian khusus persamaan differensial berikut:
x"4 x'8 x 4 cos t 7 sin t dengan x(0 ) 1 dan x' (0) -1
2.4 Penutup
SOAL- SOAL TUGAS 2
1. x"4 x'20 x 0 2. x"4 x'4 x 0 3. x"4 x'9 x 10e 2t 12 cos t
4. x" x'2 x 4 sin 3t 5. x"9 x' 2 sin 2t 3 cos 3t
24
BAB III
APLIKASI PDL-1 DAN PDL2
3.1 Pendahuluan
Permasalahan dalam teknik umumnya berbentuk persamaan differensial
(biasa atau parsial) yang disertai dengan syarat awal, syarat batas atau keduanya.
Untuk dapat menyelesaikan permasalahan teknik, pertama kali kita harus
melakukan pemodelan matematika terhadap permasalahannya. Jika model
matematikanya sudah diperoleh, selanjutnya kita selesaikan model matematikanya
secara matematika. Jika penyelesaian matematikanya sudah diperoleh, berikutnya
kita interpretasikan penyelesaian matematika kedalam kenyataan yang ada.
Permasalahan teknik yang akan dibahas berikut ini merupakan masalah yang
berkaitan dengan jurusan/bidang teknik listrik dan berharap hanya ada satu
interpretasi tentang hasil dari penyelesaian masalah yang akan dibahas.
Jika arus sepanjang rangkaian di atas, yaitu I = i(t), maka beda potensial antara
dua titik pada rangkaian ialah:
25
dI
Vc Va R.I Vb Vc L Vb Ca E (t )
dt
Dari persamaan-persamaan di atas, diperoleh hubungan sebagai berikut:
dI
L RI E (t )
dt
dI RI E (t ) RI E (t )
atau I '
dt L L L L
Model matematika rangkaian RL di atas merupakan persamaan differensial linier
orde satu.
dx
Bentuk umum persamaan differensial linier orde satu ialah px r (t ) .
dt
Dan penyelesaiannya adalah:
x(t ) e h ( t ) e h (t ) .r (t ) dt C
Atau x(t ) Ce h (t ) e h (t ) e h (t ) .r (t ) dt
Hubungan antara bentuk umum persamaan differensial linier orde satu dengan
model matematika rangkaian RL ialah:
R E (t ) R R
x(t ) I (t ); p ; r (t ) h(t ) dt t
L L L L
Dengan demikian penyelesaian model matematika rangkaian RL ialah:
I (t ) Ce h (t ) e h (t ) e h (t ) .r (t )dt
R R R
t t E (t )
I (t ) Ce L
e Lt e L dt
L
R
R t R
t e L t
L
I (t ) Ce L
e E (t )dt L.
Bila E (t ) E0 (konstan )
R
R t R
t e L t
I (t ) Ce L
L e L. E0 dt
E0 L t L L t
R R R
t
I (t ) Ce L
e e C1
L R
R
t E0 E
I (t ) e L
(C C1 ) 0
R R
26
R
t E0
I (t ) ke L
R
E0
k C C1
R
E0
Jika t maka I (t )
R
Jika diberikan syarat awal I (0) 0, maka :
E
I (0) ke0 0
R
E
k 0
R
R
E t E
Sehingga I (t ) 0 e L 0
R R
E t
R
I (t ) 0 1 e L
R
Grafik dari I(t) terhadap t diberikan di bawah ini:
I (t)
E0
R
Gambar 3.2 Kurva I =f(t)
INTERPRETASI:
Sepanjang rangkaian ini I(t) membesar dari 0 dan setelah waktu yang cukup
E0
lama, I(t) hampir tetap yaitu I (t ) .
R
iv. Waktu yang diperlukan untuk membuat arus lebih cepat mencapai
harga konstan, tergantung pada besarnya R dan L. Bila L diperkecil
atau R diperbesar maka waktu yang diperlukan semakin lebih
cepat.
v. Laju perubahan pada arus berbanding lurus dengan besarnya arus.
27
Bila E (t ) E0 sin t , maka :
E0 L t L L t
R R R R
t t E0 E
I (t ) Ce L
e e C1 I (t ) e L
(C C1 ) 0
L R R R
R R R R R R
t 1 t t t E t t
I (t ) Ce L
e L e L E0 sin t dt I (t ) Ce L
0 e L e L
sin t dt
L L
R
t
Untuk menghitung e L
sin t dt , gunakan pengintegralan parsial dan diperoleh
R Lt
R
R
t
e
R cos t C , sehingga :
e L
sin t dt L sin t
R
2 1
L
2
L
R Rt
R e L
t E Rt
I (t ) Ce L 0 e L L sin t R cos t C
L 2 R 2 L
1
L
L
R
t E0 E0 R
I (t ) e L
(C C1 ) (sin t
cos t )
L R 2 R
L ( ( ) 2 2
L
R
t E E
I (t ) e L (C C1 0 ) 2 2 0 2 R sin t L cos t
L L R
R
t E0 R sin t L cos t
I (t ) ke L ( )
L R
2 2 2
L R
2 2 2
2 L2 R 2
R
t E0
I (t ) ke L
(sin t cos cos t sin )
L2 R 2
2
R
t E0
I (t ) ke L
sin( t )
2 L2 R 2
Dengan :
28
E0 R L L
k C C1 , Cos , sin , tan
L L R
2 2 2
L R
2 2 2 R
L
arc tan , : sudut fasa.
R
INTERPRETASI:
vi. I (t) terdiri atas 2 suku ya itu :
R
t
Suku ke 1 ke L
E0
Sukuk k 2 sin( t )
L R2
2 2
vii. Jika t , maka suku ke 1 menjadi nol dan suku ke 2 tidak nol
(suku ke 2 yang berpengaruh)
viii. Suku ke 1 menyebabkan adanya arus transient, sedang suku ke 2
menyebabkan adanya arus steady (mantap).
ix. Jika t , maka arus yang terjadi merupakan arus bolak balik
yang melakukan gerak harmonis.
x. Sudut fasa akan sama dengan nol bila induktansi (L) sama
dengan nol.
Contoh-1
Pada rangkaian RL, dengan R = 1 Ohm, L = 100 Henry dan E = 100
Volt. Berapa arus pada setiap waktu t ? dengan I (0) = 0
Jawab:
R
I (t ) ke L t E 0
100
I (t ) ke0, 01t
1
0 , 01t
I (t ) ke 100
I (0) k (1) 100, k 100
Sehingga:
I (t ) 100(e 0.01t 100)
I (t ) 100(1 e 0.01t ), ampere
29
Contoh-2
Berkaitan dengan contoh-1, setelah berapa lamakah arus menjadi 5 ampere?
Jawab:
5 100 (1 e 0, 01t )
0,05 (1 e 0, 01t )
atau e 0, 01t 0,95
Ln e 0, 01t Ln 0,95
0,01 t 0,0512
Jadi t 5,12 det ik
Contoh-3
Berkaitan dengan contoh-1, berapa lamakah waktu yang dibutuhkan untuk
menaikkan arus dari 5 ampere menjadi 15 ampere ?
Jawab:
Waktu yang dibutuhkan untuk menaikkan arus dari 0 ampere menjadi 5 ampere
adalah 5, 12 detik. Selanjutnya akan dihitung waktu yang dibutuhkan untuk
menaikkan arus dari 0 sampai 15 ampere sebagai berikut:
15 100 (1 e 0, 01t )
0,15 (1 e 0, 01t )
atau
e 0, 01t 0,85
Ln e 0, 01t Ln 0,85
0,01 t 0,1625
t 16,25 det ik
Jadi waktu yang dibutuhkan untuk menaikkan arus dari 5 ampere menjadi 15
ampere adalah 16,25 detik – 5,12 detik = 11,13 detik.
Contoh-4
Pada suatu rangkaian RL, dengan R = 30 Ohm, L = 10 Henry, E=110 sin 60 t
Tentukan:
30
1. Sudut fasa
2. Arus pada setiap waktu t
Jawab:
1. Bentuk umum persamaan beda potensial adalah E E0 sin t , sehingga
60 .
L 60 (10)
Tan
R 30
arc tan 20
89,08 0
0,49
2. Untuk menghitung arus tiap waktu digunakan rumus:
R
t E0
I (t ) ke L
sin( t )
L2 R 2
2
30
t 110
I (t ) ke 10
sin( 60 t 0,49 )
(60 ) 2 (10) 2 (30) 2
R
t E0
I (t ) keL
sin( t )
L2 R 2
2
30
t 110
I (t ) ke 10
sin( 60 t 0,49 )
(60 ) 2 (10) 2 (30) 2
I (t ) ke3t 0,058 sin( 60 t 0,49 ) ampere
k : konstanta sembarang yang besarnya tergantung syarat awal.
b. Rangkaian RC
31
Jika arus sepanjang rangkaian di atas yaitu I = I (t) maka beda potensial antara
dua titik pada rangkaian itu ialah:
1
C
VD V A R.I V BVD Idt VB V A E (t )
dE(t)
Bila E (t ) konstan, maka 0, sehinggga :
dt
1
1 t 1
t e RC t
I (t ) ke RC
R e RC .(0) dt
1
t
I (t ) ke RC
1 1
RC 1
Sin ; Cos ; Tan RC
1 1
2 2 RC
2 2
RC RC
Selanjutnya untuk menentukan muatan Q(t) pada rangkaian RC, menurut definisi
Q(t ) Idt
atau
dQ(t )
I (t )
dt
Dengan menggunakan difinisi ini, maka model matematika rangkaian RC
menjadi:
32
1 dQ Q dQ Q 1
C
RI Idt E (t ) R E (t ) E (t )
dt C dt RC R
Model matematika rangkaian RC merupakan persamaan differensial linier orde 1
1 1
dengan x(t ) Q(t ), p , r (t ) E (t ) .
RC R
Jadi penyelesaian model matematika rangkaian RC di atas ialah:
t
t t
e RC
Q(t ) ke RC
R e RC
E (t ) dt
t
t t
e RC
R
Q(t ) ke RC
e E (t ) dt RC
t
t t
e RC
Q(t ) ke RC
R e RC
E0 (t ) dt
E0 RC
t t t
jadi Q(t ) ke RC
k1
RC
e RC e
R
t t
E0 RC
Q(t ) ke RC
E0 C k1 e
R
t
E0
Q(t ) e RC
(k k ) E0 C
1 R
t
E0
Q(t ) Ke RC
K1 K k k K1 E0 C
1 R
Maka:
33
t
Q(t ) Ke RC
dt
t
Q(t ) K ( RCe RC
K1 )
t
Q(t ) K * e RC
K1 *
Dengan K * KRC dan K 1 * KK1
Bila kita bandingkan kedua penyelesaian di atas, ternyata keduanya mencapai
hasil yang sama. Karena K dan K* sama (keduanya konstanta sembarang),
sedangkan K1 danK1 * juga sama (keduanya konstanta sembarang).
Bila E (t) = E0 Sin t , maka:
t
t t
e RC
Q(t ) ke RC
R e RC E0 Sin t dt
t
t t
E e RC
R
Q(t ) ke 0 RC
e RC Sint dt
t t
E
Q(t ) ke RC 0 e RC udv
R
udv uv vdu
t t
t RC
u e RC du
e dt
RC
1
dv Sin t dt v cos t
setelah diintegral kan diperoleh :
t
t
t t
E e RC .e RC
Q (t ) ke RC
0 e RC ( ( Sin t 1 Cost ) k1 )
R 1 RC
2 ( )2
C
1
sin t
t
E0C E0 RC Cost
Q(t ) e RC
(k k1 ) (
1 (RC ) 2
R 2 (
1 2
)
1
2 ( )2
1
2 ( )2
RC RC RC
E
dengan K k k1
R
34
1
RC
Sin Cos
2 2
1 1
2
2
RC RC
1
1 1
tg RC atau arc . tg
RC RC
Jika arus sepanjang rangkaian di atas yaitu I = i(t) maka beda potensial antara dua
titik pada rangkaian ini ialah:
dI
VP V A L
dt
1
C
VB VP I dt
V B V A E (t )
Dari persamaan-persamaan di atas, berdasarkan hokum Kirchoff diperoleh:
dI 1
dt C
L I dt E (t )
35
I
LI " 0
C
Penyelesaian bentuk homogennya ialah:
I H (t ) C1e 1t C 2 e 2t
dengan :
L
- 0 02 4
C
2L
L
j
1, 2 C
L
Perhatikan bentuk tak homogen persamaan diferensial di atas, yaitu:
I dE (t )
L I "
C dt
dE (t )
Bila E(t ) = Eo = konstan, maka 0 , sehingga penyelesaian tak
dt
homogennya sama dengan nol.
dE (t )
Bila E (t ) E0 sin t , maka E 0 cos t , sehingga:
dt
1
L I " I E 0 cos t
C
Karena ruas kanan persamaan ini mengandung cos t , dan cos t mempunyai
hubungan dengan e jt , yaitu sebagai komponen nyata, Re (e jt ) cos t
Maka untuk menyelesaikan persamaan diferensial di atas kita gunakan persamaan
diferensial kompleks yaitu:
1
L I *" I * E0 e jt
C
Selanjutnya misalkan penyelesaianya berbentuk:
I TH * (t ) Ke jt
36
Substitusikan kedalam persamaan diferensial di atas diperoleh:
1
I TH *' (t ) jKe jt KLe jt Ke jt E0 e jt
C
1 E0 E0
( 2 L ) Ke jt E0 e jt K
C 1 1
( 2 L ) (L )
C C
Jadi,
E0 E0
I TH * (t ) ( e j t )
(cos t j sin t )
1 1
L L
C C
E0
I TH * (t ) cos t Komponen nyata.
1
L
C
Sehingga penyelesaian umum persamaan diferensial rangkaian LC ialah:
E0
I (t ) C1e 1t C2 e 2t cos t
1
L
C
j L j L
t t E0
I (t ) C1e L C
C2 e L C
cos t
1
L
C
1 L 1 L E0
I (t ) k1 cos t k 2 sin t cos t
L C L C L 1
C
INTERPRETASI:
Q(t ) I (t )dt
37
E0
Q(t ) (C1e 1t C 2 e 2t cos t ) dt
1
L
C
C1 C2 E0
Q(t ) e 1t e 2 t sin t k1
1 2 L
2 1
C
E0
Q(t ) Q(t ) K1e 1t K 2 e 2t sin t
1
L
2
C
dengan :
C1 C2
K1 dan K2 k1 dipilih sama dengan nol.
1 2
Contoh:
Tentukan arus steady dan muatan yang tersimpan dalam rangkaian LC bila L=0,1
Henry, C = 0,001 F dan E(t) = 155 sin 377 t volt
Jawab:
1 L 1 L E0
I (t ) k1 cos t k 2 sin t cos t
L C L C 1
L
C
1 0,1 1 0,1 155
I (t ) k1 cos t k 2 sin t cos 377t
0,1 0,001 0,1 0,001 1
377(0,1)
377(0,001)
I (t ) k1 cos100 t k 2 sin 100 t 35 cos 377 t Ampere
Muatan yang tersimpan dalam rangkaian LC ialah:
Q(t ) I dt
Q(t ) (k1 cos 100 t k 2 sin 100 t 35 cos 377 t ) dt
k1 k 35
Q(t ) sin 100 t 2 cos 100 t sin 377 t
100 100 377
Q(t ) K1 sin 100 t K 2 cos 100 t 0,09 sin 377 t Coulomb
k1 k2
K1 ; K2
100 100
38
b. Rangkaian RLC
Jika arus sepanjang rangkaian ini adalah I = I(t), maka beda potensial antara
dua titik pada rangkaian ini ialah:
dI
VP V A RI , VQ V A L
dt
1
C
VB VQ I dt , VB V A E (t )
39
I
L I " R I ' E 0 cos t
C
Karena ruas kanan persamaan ini mengandung cos t dan cos t , mempunyai
Re (e jt ) cos t
Maka untuk menyelesaikan persamaan diferensial di atas kita gunakan persamaan
diferensial kompleksnya yaitu:
1
LI "* RI '* I * E0 e jt
C
Selanjutnya, misalkan penyelesaiannya:
I *TH (t ) K e jt I '*TH (t ) j K e jt I "*TH (t ) 2 K e jt
1
2 LK e jt jR K e jt Ke jt E0 e jt
C
1
( 2 L jR ) K e jt E0 e jt
C
E0
K
1
( 2 L jR )
C
E0 E0 E0
K K
1 1 jZ
(L jR ) j ( jL R j )
C C
Sehingga:
E0 jt E
I *TH (t ) e I *TH (t ) j 0 e jt
jZ Z
E0 E
j j
e jt j 0 e j (t )
Z e Z
Re( I *T H (t ) Re ( j
E0
cos ( t ) j sin ( t ) E0 sin (t )
Z Z
40
Jadi penyelesaian persamaan diferensial di atas adalah:
I TH (t ) Re ( I * (t ))
E0
sin (t )
Z
I TH (t )
E0
sin t cos cos t sin
1 2
R (L
2
)
C
E0 1
I TH (t ) R sin t (L ) cos t
R 2 (L
1
)2 C
C
E 1
2 0 2 ( R sin t S cos t ), dengan S L
R S C
Jadi penyelesaian umum persamaan differensial rangkaian RLC ialah:
I (t ) I H (t ) I TH (t )
2t E0
I (t ) C1e 1t C 2 e ( R sin t S cos t )
R S2
2
INTERPRETASI:
- Harga 1 dan 2 umumnya negative sebab R L dan C tidak pernah
negative
E0
- Jika t maka I (t ) ( R sin t S cos t )
R S2
2
41
Suku ke 1 : C1e 1t
2t
Suku ke 2 : C 2 e
E0
Suku ke 3 : ( R sin t S cos t )
R S22
C1 C2 2t E0
Q(t ) e 1t e ( R cos t S sin t ) k
1 2 (R2 S 2 )
2t E0
Q(t ) K1e 1t K 2 e ( R cos t S sin t )
(R 2 S 2 )
k 0 (dipilih )
Contoh:
Tentukan arus dalam rangkaian RLC, yang terdiri dari R = 100 Ohm, L=0,1
Henry dan C = 0,001 Farad, sedakan E(t) = 155 sin 377 t.
Diberikan syarat awal sebagai berikut: I (0) = 0 dan Q(0) = 0
Jawab:
2t E0
I (t ) C1e 1t C2 e ( R sin t S cos t )
R S2
2
42
100 (100) 2 4(0,1)(1000)
1, 2
0,2
100 (10.000 400)
1, 2
0,2
100 98
1, 2
0,2
1 10 dan 2 990
1 1
S L 377(0,1)
C 377(0,001)
S 35 (dibulatkan)
155
I (t ) C1e 10t C2e 990t (100 sin 377 t 35 cos 377 t )
(100) 2 (35) 2
I (t ) C1e 10t C2e 990t 1,38 sin 377t 0,48 cos 377t
Syarat awal I (0) 0, sehingga :
0 C1 C2 1,38(0) 0,48(1)
C1 C2 0,48.........................*)
Q(t ) I (t )dt
Q(t ) (C1e 10t C2e 990t 1,38 sin 377t 0,48 cos 377t ) dt
C1 10t C 1,38 0,48
Q(t ) e 2 e 990t cos t sin t
10 990 377 377
C1 C 1,38 C1 C2 1,38
Q(0) 2 .................... * *)
10 990 377 10 990 377
Dari *) dan * *) diperoleh :
C 1 0,04
C2 0,53
Jadi: I (t ) 0,04 e 10t 0,53 e 990t 1,38 sin 377t 0,48 cos 37t
Contoh
Tentukan arus transient rangkaian RLC bila R = 40 Ohm, L = 10 Henry dan
C = 0,02 Farad dan E (t) = 800 cos 5t volt.
43
Jawab:
2t E0
I (t ) C1e 1t C2 e ( R sin t S cos t )
R S2
2
I
L I " R I '
0 10 I "40 I '50 I 0
C
Persamaan Karakteristiknya :
102 40 50 0
40 (40) 2 4(10)(50)
1, 2
20
40 (1.600 2000)
1, 2
20
40 400
1, 2
20
40 j 20
1, 2 2 j
20
1 2 j dan 2 2 j
1 1
S L 5(10)
C 5(0,02)
S 40
800
I (t ) e 2t ( K1 cos t K sin t ) (40 sin 5 t 40 cos 5 t )
(40) (40) 2
2
44
3.4 Penutup
SOALTUGAS 3
1. Tentukan arus steady rangkaian RL, bila :
a. R = 20 Ohm, L=100 Henry E(t) = 50 sin t volt
b. R = 240 Ohm, L=40 Henry E(t) = 300 sin 10 t volt
c. R = 40 Ohm, L=10 Henry E(t) = 800 cos t volt
2. Tentukan arus transient dalam soal soal di atas
3. Tentukan arus steady rangkaian RC, bila:
a. R = 20 Ohm, C = 0,05 Farad E(t) = 50 sin t volt
b. R = 240 Ohm, C = 0,001 Farad E(t) = 300 sin 10 t volt
c. R = 40 Ohm, C =0,02 Farad E(t) = 800 cos t volt
4. Tentukan arus transient dalam soal no. 3 di atas
5. Tentukan muatan dalam soal no. 3 di atas
6. Tentukan arus steady rangkaian LC bila:
a. L = 100 Henry, C = 0,05 Farad E(t) = 50 sin t volt
b. L = 40 Henry, C = 0,001 Farad E(t) = 300 sin 10 t volt
c. L = 10 Henry, C =0,02 Farad E(t) = 800 cos t volt
7. Tentukan muatan dalam soal no. 6 di atas
8. Tentukan arus steady rangkaian RLC bila:
a. R = 20 Ohm, L = 100 Henry, C = 0,05 Farad E(t) = 50 sin t volt
b. R = 240 Ohm, L = 40 Henry, C = 0,001 Farad E(t) = 300 sin 10 t volt
c. R = 40 Ohm, L = 10 Henry, C =0,02 Farad E(t) = 800 cos t volt
9. Tentukan arus transient dalam soal no. 8 di atas
10. Tentukan muatan dalam soal no. 8 di atas.
45
BAB IV
TRANSFORMASI LAPLACE
4.1.Pendahuluan
Kuliah ini akan membahas tentang Definisi dan sifat-sifat Transformasi
Laplace suatu fungsi t. Pembahasan selanjutnya adalah Transformasi Laplace
suatu turunan dan integral serta penerapannya.
Transformasi Laplace merupakan metode alternative dalam memecahkan
persamaan differensial. Karena mudah dan sederhana sehingga membantu untuk
penerapannya dalam mata kuliah rangkaian listrik dan system pengaturan.
Transformasi Laplace merupakan suatu metode untuk menyelesaikan
masalah nilai awal ataupun masalah nilai batas dari persamaan differensial.
Proses dalam transformasi Laplace terdiri atas tiga langkah utama yaitu:
1. Menuliskan maslah dalam bentuk persamaan yang lebih sederhana
(persamaan pembantu) dengan menggunakan Transformasi Laplace.
2. Menyelesaikan persamaan pembantu, semata-mata dengan manipulasi
aljabar.
3. Mengembalikan penyelesaian persamaan pembantu menjadi penyelesaian
masalah semula dengan menggunakan balikan transformasi Laplace.
Jadi dengan transformasi Laplace, suatu persamaan differensial diubah
menjadi persamaan aljabar. Walaupun penentuan transformasi Laplace suatu
fungsi atau penentuan balikan transformasi Laplace dapat dilakukan dengan
menggunakan tabel, tetapi karena keterbatasan tabel itu maka perlu dipahami
betul cara menentukan transformasi Laplace suatu fungsi ataupun cara
menentukan balikannya. Disamping itu biasanya perlu pula dilakukan pengolahan
seperlunya terlebih dahulu sehingga tabel yang ada dapat digunakan.
Transformasi Laplace ini banyak digunakan dalam matematika teknik.
Antara lain karena masalahnya menjadi sangat sederhana. Misalnya untuk
menentukan masalah nilai awal, tidak perlu kita terlebih dahulu menentukan
penyelesaian umumnya, karena syarat awal itu segera dipakai pada waktu
melakukan transformasi Laplace.
46
4.2. Transformasi Laplace dan Sifat-sifatnya
Definisi: Transformasi Laplace suatu fingsi f yang didefinisikan pada t 0
ialah suatu fungsi F atau L(f) sehingga F ( S ) L( f ) e st f (t ) dt .
0
Contoh:
Tentukan Transformasi laplace dari
1. f(t) k, k : konstanta
F(S) e -st f(t) dt
0
F ( S ) e -st k) dt
0
F ( S ) k e -st ) dt
0
1 st
F (S ) k ( e ) 0
s
1
F ( S ) k ( (e s e 0 )), e 0; e 0 1
s
1 k
F ( S ) k ( (0 1))
s s
2. f(t) t
F S e -st f(t) dt
0
F(S) e -st .t dt t.e -st dt udv
0 0
Misalkan u t du dt
dv e st dt Integralkan kedua sisi diperoleh :
dv e
st
dt
Jadi :
1 st
v e
s
47
udv uv vdu
0 0
t st 1 st
e e dt
-s 0
s
t st 1 st
( e 2e ) 0
-s s
1
(0 (0 1))
s2
1
F(S) dimana s 0.
s2
3. f (t ) t 2
F ( S ) e .t dt t 2 e st dt
st 2
0 0
udv uv vdu
Misalkan u t 2 du 2t dt
1 st
dv e st dt v e
s
1 1 st
F ( S ) t 2 ( e st ) e .2tdt
s 0
s
1 1
F ( S ) 0 2t ( e st ) dt 2t e st dt
0
s 0
s
Misalkan u 2t du 2dt ;
1 1 st
dv e st dt v e
s s2
1 st 1 st
0 udv 2t (
s 2
e )
0
s2
e .2dt
1 st
0 2( e )dt
0
s2
2 st
e
s3 0
2
3 (0 1)
s
2
F ( S ) 3 dimana s 0.
s
48
4. f(t) e at
F ( S ) e st .e at dt
0
1
F(S) e (-sa) t dt F(S) e ( sa)t
0
(s a) 0
1 1
F(S) (0 1) F(S)
(s a) sa
5. f(t) e -at
F(S) e st .e at dt
0
F(S) e (-sa) t dt
0
1
F(S) e ( sa)t 0
(s a)
1
F(S) (0 1)
(s a)
1
F(S) untuk s 0.
sa
Dengan cara yang sama jika :
f(t) e jt
1 ( s j )
F (S ) x
( s j ) ( s j )
( s j )
F (S ) 2
(s 2 )
s
F (S ) 2 j 2
(s ) 2
(s 2 )
49
e jt cos t j sin t ; sehingga :
s
L(cos t ) 2 dan L(sin t ) 2
s 2
s 2
6. f (t ) cosh at
F ( S ) ........ ?
1
2
1
2
1
cosh at e at e at e at e at
2
1 1 1
F (S )
2sa sa
1 sa sa
F (S ) 2
2 s a2 s2 a2
1 2s
F (S ) 2
2 s a2
s
F (S ) 2
s a2
7. f (t ) sinh at ; maka
a
F (S ) 2
s a2
Tabel 4.1 Transformasi Laplace Suatu Fungsi t
a
10 Sinh at s>a
s a2
2
50
4.3. Transformasi Laplace Suatu Turunan dan Integral
Alasan yang membuat Transformasi laplace dapat digunajan untuk
menyelesaikan persamaan diferensial ialah karena adanya kaitan tertentu antara
Transformasi Laplace suatu fungsi dengan transformasi laplace suatu turunan dan
integralnya.
Transformasi Laplace suatu turunan fungsi didefinisikan oleh:
L(f ’) = s L(f) – f(0) , dimana f ‘ turunan pertama dari f.
Jika f mempunyai turunan ke n dan f beserta turunannya mempunyai
Transformasi Laplace, maka definisi Transformasi Laplace suatu turunan data
diperluas menjadi sebagai berikut:
L( f n ) s n L( f ) s n1 f (0) s n2 f ' (0) ............ f n1 (0)
n
Dimana f turunan ke n dari f.
Untuk n = 2 maka :
L( f ' ' ) s 2 L( f ) sf (0) f ' (0)
Contoh:
Tentukan Transformasi Laplace dari :
1). f (t ) t 2
Jawab :
f (t ) t 2 , maka f (0) 0
f ' (t ) 2t , maka f ' (0)
f " (0) 2, maka f " (0) 2
L( f " ) s 2 L( f ) sf (0) f ' (0)
L ( 2) s 2 L ( f ) 0 0
2
s 2 L( f )
s
2
L( f ) 3 L( f ) F ( S )
s
2
Jadi F ( S ) 3
s
51
2). f (t ) sin 2 t , maka f (0) 0
f ' (t ) 2 sin t cos t sin 2t , makaf ' (0) 0
L( f ' ) L(sin 2t )
2
sL ( f ) f (0)
s 4
2
2
L( f )
s( s 4)2
2
F (S )
s( s 4)
2
3). f (t ) t sin at
f (t ) t sin at , maka f (0) 0
f ' (t ) sin at ta cos at , maka f ' (0) 0
f " (t ) a cos at a cos at ta sin at 2
lAPLACEKAN :
L( f " ) 2aL(cos at ) a 2 L( f )
s
s 2 L( f ) sf (0) f ' (0) 2a a 2 L( f )
s a 2
2
2as
( s 2 a 2 ) L( f )
(s a 2 )
2
2as
L( f )
(s a 2 ) 2
2
2as
F (S ) 2
(s a 2 ) 2
4). Selesaikan persamaan diferensial berikut:
Y” + 4 Y’ +3Y = 0, Y(0) = 3 dan Y’(0) = 0
52
L(Y "4Y '3Y ) L(0)
L(Y " ) 4 L(Y ' ) 3L(Y ) L(0); dimana L(Y ) Y ( S )
s 2Y ( S ) sY (0) Y ' (0) 4( sY ( s ) Y (0)) 3Y ( S ) 0
s 2Y ( S ) 3s 1 4 sY ( S ) 12 3Y ( S ) 0
Y ( S ) s 2 4 s 3 3s 13
3s 13
Y (S ) 2
s 4s 3
3s 13
Y (S )
( s 3)( s 1)
A B
Y (S )
s 3 s 1
3s 13 9 13
A 2
s 3 s 1 3 1
3s 13 3 13
B 5
s 1 s3 1 3
2 5
Y (S )
s 3 s 1
y (t ) 2e 3t 5e t
Y ( S )s 3 Y (0)
1
Y ( S ) Y (0)
s3
53
y (t ) Y (0) e 3t
Y (3) 1
1 Y ( 0) e 9
Y (0) e 9
y (t ) e 9 .e 3t
y (t ) e 93t
6). Tentukan penyelesai an masalah nilai awal
Y1 ' 3Y1 4Y2
Y2 ' 2Y1 3Y2
Y1 (0) 1; Y2 (0) 3
Jawab :
L(Y1 ' ) L(3Y1 4Y2 )
sY1 ( s ) Y1 (0) 3Y1 ( s ) 4Y2 ( s )
sY1 ( s ) 1 3Y1 ( s ) 4Y2 ( s )
sY1 ( s ) 3Y1 ( s ) 4Y2 ( s ) 1
Y1 ( s ) ( s 3) 4Y2 ( s ) 1.........................(1)
L(Y2 ' ) L(2Y1 3Y2 )
sY2 ( s ) Y2 (0) 2Y1 ( s ) 3Y2 ( s )
sY2 ( s ) 3 2Y1 ( s ) 3Y2 ( s )
2Y1 ( s ) Y2 ( s )( s 3) 3...........................(2)
y1 (t ) L1Y1 ( s)
y1 (t ) Cosh t 15 Sinh t
54
( s 3) 1
2 3 3s 9 2 3s 11
Y2 ( s ) Y2 ( s )
s 1
2
s 2 1 s 2 1
3s 11
Y2 ( s ) 2 2
s 1 s 1
Y2 ( s ) 3 Cosh t 11Sinh t
Contoh-1:
Tentukan fungsi arus terhadap waktu pada rangkaian RLC, bila R = 40 Ohm, L =
20 henry dan C = 0,05 Farad serta V(t) = sin t.
Jawab:
Persamaan differensial yang merupakan model matematika rangkaian tersebut
ialah:
55
dI q
L R.I V (t )...............(1)
dt C
dq
dimana I
dt
Hubungan antara Laplace arus dan muatan q
dq
L(I ) L
dt
I ( s ) s q ( s ) q (0)
I (0) 0 dan q (0) 0 maka :
I ( s) s q( s)
1
Jadi q ( s ) I ( s )
s
q
L( L I ' RI ) L( Sin t )
C
LsI ( s) I (0) R I ( s) 1 I (s) V ( s)
Cs
1
I ( s ) Ls R V ( s)
Cs
1
I (s) V ( s)
1
( Ls R )
Cs
1
I (s) V (s)
1
Ls Rs
2
C
s
s
I (s) V ( s ), Masukkan nilainya :
1
Ls Rs
2
C
s 1
I (s) V ( s ); L(sin t ) 2
20s 40s 20
2
s 1
s
I (s) 2 20
( s 2 s 1)( s 2 1)
s
I )s) 20
( s 1) 2 ( s 2 1)
56
Untuk memudahkan menentukan balikan Transformasi Laplace, maka kita
lakukan dekomposisi pecahan parsial ( memanipulasi aljabar) pada persamaan di
atas sebagai berikut:
s
20 A B Cs D
2
( s 1) ( s 1) ( s 1)
2 2 2
( s 1) ( s 1)
A( s 2 1) B( s 2 1)( s 1) (Cs D)( s 1) 2
( s 1) 2 ( s 2 1)
s
As A B( s s s 1) (Cs D)( s 2s 1)
2 3 2 2
20
( s 1) ( s 1)
2 2
( s 1) 2 ( s 2 1)
s
As 2 A B(s 3 s 2 s 1) (Cs D)(s 2 2s 1)
20
s
As 2 A Bs 3 Bs 2 Bs B) Cs 3 (2C D)s 2 (C 2D)s D
20
s
(B C)s 3 (A B 2C D) 2 (B C 2D)s (A B D)
20
B C 0.........................(1)
A B 2C D 0..........(2)
1
B C 2D .............(3)
20
A B D 0..................(4)
Dari (2) B 2C D -A
1
(5) dan (6) A C D
20
ACD 0
1 1
diperoleh - 2D - , sehingga D , subtitusi ke (4) diperoleh :
20 40
s
B 2C D) 2 (B C 2D)s (A B D)
20
B C 0................
1 1
A B ...... (7) Jika B 0 maka A ,
40 40
1 1 1
sehingga dari (5) C , C0
40 40 20
s 1 1
20 40 40
(s 1) 2 ( s 2 1) (s 1) 2 ( s 2 1)
57
1 1 1
I (s) ( 2 )
40 ( s 1) ( s 1)
2
1 1 1
I (t ) L1 I ( s) L1 ( ( 2 ))
40 ( s 1) ( s 1)
2
1
I (t ) (t e t sin t )
40
Contoh-2
Pada suatu rangkaian RL, dengan:
R = 30 Ohm, L = 10 Henry dan E = 110 Sin 60 t Volt.
Tentukan arus pada setiap waktu t, Bila I(0) = 0.
Jawab:
Model matematika rangkaian RL ialah :
dI
L R.I E (t )
dt
dI
10 30 I 110 sin 60 t
dt
Transformasi laplace dari persamaan ini ialah :
dI
L(10 30 I ) L(110 sin 60 t )
dt
L(10 I '30 I ) L(110 sin 60t )
(60 )
10( sI ( s ) I (0) 30 I ( s ) 110
s (60 ) 2
2
(60 )
10sI ( s ) 30 I ( s ) 110 2
s (60 ) 2
60
I ( s ) 10s 30 110 2
s (60 ) 2
(110) (60 ) (110) (60 )
I ( s)
(10s 30)( s (60 ) ) 10( s 3)( s 2 (60 ) 2 )
2 2
(110) (6 )
I ( s)
( s 3)( s 2 (60 ) 2 )
Untuk menentukan balikan Transformasi Laplace dari I(s) terlebih dahulu
dilakukan manipulasi aljabar terhadap ruas kanan persamaan yaitu:
58
11(60 ) A Bs C
2
( s 3)( s (60 )
2 2
( s 3) ( s (60 ) 2
A(( s 2 (60 ) 2 ( Bs C )( s 3) 110(6 )
As 2 (60 ) 2 A Bs 2 (3B C ) s 3C 11(60 )
A B 0............(1)
3B C 0..........(2)
(60 ) 2 A 3C 11(60 ).......(3)
(60 ) 2 A 3C 11(60 ) x1
- 3A C 0 x3
...............................................
(60 ) 2 A 3C 11(60 )
9 A 3C 0
(9 (60 ) 2 ) A 11(60 )
11(60 ) 1 11(60 ) s 3
I ( s) . 2
2 2
(9 (60 ) ) ( s 3) (9 (60 ) ) ( s (60 )
2 2 2
s (60 )
11(60 ) 1 s 11(3) 60
I ( s) 2
2 2
2 2 2
(9 (60 ) ) ( s 3) ( s (60 ) (9 (60 ) ) s (60 )
11(60 )
I (t )
(9 (60 ) )
2
e 3t Cos (60 ) t
11(3)
(9 (60 ) 2 )
Sin 60 t
60 3 60
Jika : Sin ; Cos ; Maka Tan 20
9 (60 ) 2
9 (60 ) 2 3
Arc Tan 20
59
11(60 ) 3t 11
Sehingga : I (t ) e Sin Cos 60t
9 (60 ) 2
(9 (60 ) 2
11
Cos Sin 60t )
(9 (60 ) 2
11
I (t ) Ke 3t ( Sin 60t Cos Cos 60t Sin )
9 (60 ) 2
110
I (t ) Ke 3t Sin ( 60t )
90 (60 ) 2 (10) 2
11(60 )
Dengan K
9 (60 ) 2
4.5.Penutup
SOAL-SOAL TUGAS 4
A. Selesaikan dengan Transformasi Laplace tiap fungsi berikut:
1
1. 5 10t 2. cos 15 t 3. cos 2t sinh 3t
5
d 5t d2
4. t 4 5t 6 4t 3 5. (te ) 6. 2 (cos t tet )
dt dt
7. 5 cos 4t 4 sin 5t
B. Selesaikan nilai awal berikut dengan Transformasi Laplace
1. Y' 2Y 0; Y(0) 1
2. Y" 3Y'- 4Y 0; (Y0) 0 Y' (0) - 5
3. Y" 2Y' Y 0; Y(0) 3 Y' (0) - 3
4. Y" - Y 6 e -t ; Y(0) 2, Y' (0) 3
5. Y " 10Y'25Y 2e -5t ; Y(0) 0 Y' (0) - 1
6. Y" - 9Y' 18Y 54; Y(0) 0 Y ' (0) 3
7. Y " 9Y e t ; Y(0) 0 Y' (0) 0
8. Y" 10 Y' 26 Y 37e t ;Y (0) 1 Y ' (0) 2
9. Y1 ' 4Y1 - Y2
Y 2 ' 2Y1 Y2 ; Y1 (0) 1, Y2 (0) 3
10. Y1 ' 4Y1 - 2Y2
Y 2 ' Y1 Y2 ; Y1 (0) 1, Y2 (0) 0
60
BAB V
DERET FOURIER
5.1. Pendahuluan
Kuliah ini akan membahas tentang Fungsi-fungsi periodik, koefisien
fourier meliputi A0, An dan Bn dan cara menentukan koefisien tersebut.
Pembahasan selanjutnya adalah fungsi ganjil dan fungsi genap. Materi ini erat
kaitannya dengan matakuliah power electronic dalam analisis gelombang sebuah
rangkaian.
A, Fungsi periodik
Suat fungsi periodik terhadap waktu Xp (t) dengan periode dasar To, dapat
dinyatakan sebagai jumla h gelombang gelombang sinusoidal.
Fungsi periodik Xp(t)=Xp(t+To). Dalam buku yang lain dikatakan bahwa Bila
f(x) merupakan fungsi periodik dalam interval(-L,L), yaitu periode 2L maka f(x)
dapat dinyatakan dalam bentuk deret yang disebut deret Fourier yaitu:
A0 nx l nx
f x ( An cos Bn sin )
2 1 L 1 L
nx l nx
ATAU f x ( A0 An cos Bn sin )
1 L 1 L
L
f x dx
1
2 L L
dim ana A0
nx nx
L L
f x cos f x sin
1 1
An
L L L
dx, Bn
L L L
dx
n 0,1,2,.............
61
5.2. Sifat sifat simetri
Even and Odd function
a. Suatu fungsi f(t) dikatakan fungsi GENAP (EVEN) jika memenuhi f(-x)=f(x)
b. Suatu fungsi f(t) dikatakan fungsi GANJIL (ODD) jika memenuhi f(-x)=-f(x)
c. Deret fourier Dengan fungsi genap biasa disebut FOURIER cosine series,
sedang fungi ganjil disebut FOURIER sine series
d. Dalam hal periode=2π Ao & An ada sedang Bn =0 untuk fungsi genap,
untuk fungsi ganjil , nilai Bn ADA sedang Ao & An Bernilai nol
62
5.3. Penutup
SOAL-SOAL TUGAS
Find the FOURIER series of the periodic fungction f(x)p = 2L and sketch f(x)
and the first three partial sums
1 if 1x0
1. f x
1 if 0x1 p 2 L 2
2. f x 1 if 1x3 p 2L 4
0 if 2x0
3. f x
2 if 0x2 p 2 L 4
x if 1x1 p 2 L 2
4. f x
2 if 1x0
5. f x
21 if 0x1 p 2 L 2
1 if 1x0
6. f x
1 if 0x2 p 2 L 6
63
64