ar
5.1 Pendahuluan
s
ba
kh
Persamaan di⌦erensial parsial adalah persamaan yang melibatkan satu atau
lebih turunan parsial suatu fungsi multivariabel. Solusi dari suatu persa-
13
maan di⌦erensial parsial adalah bentuk fungsi yang memenuhi persamaan
20
di⌦erensial parsial tersebut. Yang disebut orde dari suatu persamaan di⌦e-
rensial parsial adalah turunan paling tinggi yang muncul dalam persamaan
2
2
u u
m
lah persamaan di⌦erensial parsial orde 2 yang salah satu bentuk solusinya
2 2
u u
1
x 2 y2
rupakan persamaan di⌦erensial parsial orde 2 dengan salah satu solusi yang
fi2
2 2
(x, y) (x, y) (x, y) (x, y)
A(x, y) + B(x, y) + C(x, y) + D(x, y)
x2 y2 x y
2 2
(x, y) (x, y)
+ E(x, y) + F (x, y) + G(x, y) (x, y) = H(x, y)
x y y x
(5.1)
Pada BAB ini difokuskan pada cara untuk menyelesaikan persamaan di-
⌦erensial parsial yang sering dijumpai dalam persoalan fisis, yaitu persamaan
Laplace, persamaan difusi, persamaan gelombang. Bentuk-bentuk persama-
an di⌦erensial parsial yang sering muncul dalam persoalan fisika (dengan
115
116 BAB 5. PERSAMAAN DIFFERENSIAL PARSIAL
ar
ra ini serupa dengan cara penyelesaian persamaan di⌦erensial biasa dengan
s
ba
menggunakan metode integrasi. Contoh metode ini misalnya diuraikan ber-
ikut ini.
kh
Contoh 13
2
20
u(x, y)
Carilah solusi persamaan di⌦erensial parsial = x2 y dengan syarat
x y
2
u
20
= x2 y
x y
fi2
an ⇤
u 1
k
= x2 y dx = x3 y + f (y)
ca
y 3
f (y) muncul sebagai konstanta integrasi terhadap x. Kemudian bila fungsi
tersebut di atas diintegralkan kembali terhadap y maka akan diperoleh
⇤
1 3 2 1
u(x, y) = x y + f (y) dy + g(x) = x3 y 2 + F (y) + g(x)
6 6
⇤
dengan F (y) = f (y) dy dan g(x) muncul sebagai konstanta integrasi.
Kemudian dengan menggunakan syarat batas yang diberikan, yaitu u(x, y =
0) = x2 , maka dapat dinyatakan
u(x, y = 0) = x2 = F (0) + g(x) =⇤ g(x) = x2 F (0)
5.2. PERSAMAAN LAPLACE 117
x3 y 2
Hal ini berarti u(x, y) = + F (y) + x2 F (0). Kemudian bila ditinjau
6
syarat batas kedua, yaitu u(x = 1, y) = cos y dan digunakan pada bentuk
u(x, y) tersebut, maka diperoleh
y2 y2
u(x = 1, y) = cos y = + F (y) + 1 F (0) =⇤ F (y) = cos y 1 + F (0)
6 6
Sehingga solusi persamaan di⌦erensial parsial tersebut akan diperoleh dalam
bentuk
x3 y 2
u(x, y) = + F (y) + x2 F (0)
6 ⇥
x3 y 2 y2
= + cos y 1 + F (0) + x2 F (0) (5.3)
ar
6 6
s
x3 y 2 y2
ba
= + x2 1 + cos y
6 6
kh
5.2 Persamaan Laplace 13
20
Persamaan Laplace merupakan persamaan di⌦erensial parsial yang berben-
tuk
2
⇥2 u = 0
m
(5.4)
se
lah
2 2 2
ul
⇥2 = + + (5.5)
x2 y2 z2
k
ca
logam yang panjangnya L, salah satu ujungnya (misalnya ujung kiri) dijaga
agar bertemperatur tetap sebesar 0o C, sedangkan ujung lainnya (yaitu ujung
kanan) temperaturnya dijaga agar tetap pada temperatur 100o C. Distribu-
si temperatur pada seluruh bagian batang diperoleh dengan menyelesaikan
persamaan laplace sebagai berikut.
Misalkan ujung kiri batang berada di titik pusat koordinat sedangkan ujung
kanan batang berada di x = L, ini berarti batang logam tersebut berada di
sepanjang sumbu x. Karena kasus ini adalah kasus satu dimensi (temperatur
pada batang hanya bergantung pada satu variabel yaitu jarak dari salah satu
ujung, dalam hal ini variabel x), maka persamaan Laplace untuk kasus satu
dimensi dinyatakan dalam bentuk
ar
d2 T
s
=0 (5.7)
ba
dx2
kh
Dalam hal ini T adalah fungsi temperatur pada batang, secara lengkap perlu
diingat bahwa T adalah fungsi dari jarak terhadap ujung batang artinya
13
T = T (x). Persamaan di⌦erensial tersebut relatif mudah diselesaikan dengan
20
menggunakan cara integrasi. Dapat diperoleh bahwa
2
dT
=A (5.8)
m
dx
se
T = Ax + B (5.9)
ul
T (x = 0) = A(0) + B = 0
5.2. PERSAMAAN LAPLACE 119
100
T (x) = Ax + B = x (5.10)
L
Setelah bentuk fungsi T (x) diketahui, berarti temperatur di bagian manapun
dari batang dapat diketahui.
ar
Persamaan Laplace dua dimensi: metode pemisahan variabel
s
ba
Contoh sederhana untuk kasus ini adalah persoalan temperatur pada sebuah
kh
lempeng (permukaan). Misalnya terdapat permukaan segiempat yang terda-
pat di bidang xy (gambar 5.1). Salah satu sisi permukaan terletak di sumbu
13
x dengan panjang L, sisi lainnya berada di sepanjang sumbu y dengan pan-
20
jang yang sangat besar (ini berarti salah satu sisi lempeng segiempat berada
di y = ⌅). Misalnya sisi yang berada di sumbu x mempunyai temperatur
2
y
1
20
fi2
k ul
ca
0 L x
dengan X(x) adalah suatu fungsi yang hanya mempunyai variabel x sedangk-
an Y (y) adalah fungsi yang hanya mempunyai variabel y. Bila bentuk fungsi
T = XY tersebut dimasukkan ke dalam persamaan laplace dua dimensi ter-
sebut di atas maka akan diperoleh
d2 X d2 Y
ar
Y + X =0 (5.13)
dx2 dy 2
s
ba
1 1
Selanjutnya bila persamaan tersebut dikalikan dengan = maka akan
kh
T XY
menjadi
1 d2 X 13
1 d2 Y
+ =0 (5.14)
X dx2 Y dy 2
20
Perhatikan bahwa suku pertama adalah fungsi yang variabelnya hanya x se-
2
mentara suku kedua adalah fungsi yang variabelnya hanya y. Karena jumlah
m
kedua suku tersebut sama dengan nol, maka berarti kedua suku tersebut ha-
se
ruslah berupa suatu konstanta yang bila dijumlahkan hasilnya sama dengan
1
1 d2 X 1 d2 Y
fi2
yaitu
d2 X 2 d2 Y
2
= k X dan 2
= k2Y (5.16)
dx dy
Persamaan di⌦erensial biasa tersebut mudah dicari solusinya (lihat kembali
pembahasan pada BAB sebelumnya tentang persamaan di⌦erensial biasa),
yaitu solusi untuk fungsi X(x) adalah berupa fungsi harmonik:
Y (y) = Ceky + De ky
(5.18)
5.2. PERSAMAAN LAPLACE 121
ar
hasil sama dengan nol. Hal ini memberikan bahwa yang harus sama dengan
s
ba
nol adalah fungsi yang mempunyai variabel y, yaitu fungsi Y (y). Agar fungsi
Y (y) memberikan hasil sama dengan nol untuk nilai y = ⌅, maka konstanta
kh
C haruslah bernilai sama dengan nol. Dengan demikian dari syarat batas
13
tersebut dapat diperoleh bahwa C = 0, maka bentuk fungsi Y (y) yang me-
menuhi syarat batas yang diberikan adalah
20
ky
Y (y) = De (5.19)
2
m
T (x, y) = 0 yang berarti fungsi X(x) harus memberikan nilai nol. Agar
fi2
fungsi X(x) memberikan hasil sama dengan nol untuk x = 0, maka konstanta
A haruslah sama dengan nol. Dengan demikian dari syarat batas kedua ini,
ul
X(x = L) = B sin kL = 0
Dengan demikian bentuk solusi dari fungsi temperatur pada lempeng terse-
but adalah
n⇥ n
T (x, y) = X(x)Y (y) = Ce L y sin x (5.22)
L
Kemudian bila ditinjau syarat batas pertama yang dinyatakan dengan T (x, y =
0) = 100, maka bila syarat ini diterapkan pada fungsi T (x, y) akan diperoleh
n
T (x, y = 0) = C sin x = 100
L
Kondisi tersebut tidak akan terpenuhi bila konstanta C bernilai tunggal, seba-
gai gantinya kondisi tersebut dapat dipenuhi jika fungsi T (x, y) direpresenta-
ar
sikan dalam bentuk deret (lihat kembali pembahasan tentang deret Fourier).
s
Dalam hal ini fungsi temperatur T (x, y) dinyatakan kembali dalam bentuk
ba
kh
⇥
⌅ n⇥
y n
T (x, y) = Cn e L sin x (5.23)
n=1
13 L
20
Jadi penerapan syarat batas pertama pada fungsi T (x, y) akan memberikan
2
m
⇥
⌅ n
se
si harmonik sinus dan cosinus (lihat kembali pembahasan tentang deret Fo-
urier).
ul
m
Bila persamaan 5.24 dikalikan dengan fungsi sin x kemudian diinte-
k
L
ca
⇤L ⇥ ⇤L
m ⌅ n m
sin x Cn sin xdx = 100 sin xdx
L n=1 L L
0 0
⇤L
L m
Cm = 100 sin xdx
2 L
0
⇤L
2 m
=⇤ Cm = 100 sin xdx
L L
0
5.2. PERSAMAAN LAPLACE 123
ar
n=1
400 x 1 3 x 1 5 x
s
y/L 3 y/L 5 y/L
= e sin + e sin + e sin + ...
ba
L 3 L 5 L
kh
Gambar distribusi temperatur dari kasus tersebut (misalkan diambil nilai
L = 1) ditunjukkan dalam gambar 5.2. 13
20
2
m
se
1
20
fi2
k ul
ca
Contoh 1
Tentukan distribusi temperatur pada suatu lempeng logam yang ukurannya
L⌦H, jika salah satu sisi yang panjangnya L bertemperatur 1000 C sedangk-
an ketiga sisi lainnya bertemperatur 00 C.
Kasus ini serupa dengan uraian di atas, hanya saja kali ini ukuran lempeng
berhingga, artinya syarat batas yang dapat diaplikasikan adalah T (x, y =
124 BAB 5. PERSAMAAN DIFFERENSIAL PARSIAL
s ar
dapat dipilih nilai C = 12 , sehingga
ba
1 1 k(H y)
kh
Y (y) = ek(H y) e = sinh k(H y)
2 2
13
Dengan demikian diperoleh bentuk solusi T (x, y) adalah
20
⇥
⌅ n n
T (x, y) = X(x)Y (y) = Cn sin x sinh (H y) (5.26)
L L
2
n=1
m
⇥
⌅ ⌅ ⇥
20
n n n
T (x, y = 0) = 100 = Cn sin x sinh (H) = Kn sin x
L L L
fi2
n=1 n=1
yang memberikan
ul
⇤L
k
2 n 200
ca
Contoh 2
Lempeng segiempat berukuran L ⌦ H sebagaimana contoh terdahulu namun
dengan dua sisi bertemperatur 1000 C (yang terletak pada sumbu x dan
sumbu y) sedangkan dua sisi lainnya bertemperatur 00 C. Tentukan distri-
busi temperatur pada lempeng tersebut. Anggap titik (0, 0) terisolasi dan
temperaturnya 00 .
Jika hanya satu sisi saja yang bertemperatur 1000 C yaitu yang terletak
pada sumbu x, maka fungsi distribusi temperaturnya adalah sebagaimana
yang diperoleh dalam contoh terdahulu yakni
⇥
⌅ Kn n n
ar
T1 (x, y) = n sin x sinh (H y) (5.28)
sinh L H L L
s
n=1
ba
Selanjutnya tinjau jika sisi yang bertemperatur 1000 C hanyalah pada sisi
kh
yang terletak di sumbu y sementara ketiga sisi lainnya bertemperatur 00 C.
Dapat mudah dipahami bahwa fungsi distribusi temperatur untuk keadaan
13
ini mirip dengan persamaan di atas hanya saja perlu diganti variabelnya
20
⇥
⌅
m
Kn n n
T2 (x, y) = sin y sinh (L x) (5.29)
se
n
n=1
sinh H L H H
1
1 u
⇥2 u = (5.31)
◆2 t
dengan ◆2 menyatakan karakteristik medium terjadinya proses difusi (aliran
kalor). Fungsi u menyatakan fungsi skalar yang mempunyai variabel ruang
dan waktu (misalnya temperatur tiap saat pada suatu medium), sehingga
dituliskan lengkap sebagai u(r, t) dengan r menyatakan variabel ruang.
126 BAB 5. PERSAMAAN DIFFERENSIAL PARSIAL
ar
1 2 1 1 dT
s
⇥F = 2
ba
F ◆ T dt
kh
Perhatikan bahwa ruas kiri hanyalah fungsi yang mempunyai variabel ruang
sedangkan ruas kanan adalah fungsi yang mempunyai variabel waktu saja.
13
Dengan penjelasan yang sama sebagaimana yang telah diuraikan pada bagian
terdahulu, maka artinya kedua ruas tersebut haruslah sama dengan suatu
20
di⌦erensial yaitu:
m
se
1 2
⇥F = k 2 =⇤ ⇥2 F + k 2 F = 0
F
1
dan (5.32)
20
1 1 dT dT
fi2
= k 2 =⇤ = k 2 ◆2 T
◆2 T dt dt
ul
k 2 ↵2 t
T (t) = Ae (5.33)
d2 F
+ k2F = 0
dx2
5.3. PERSAMAAN DIFUSI 127
Untuk kasus yang lebih umum dengan bentuk fungsi F yang tidak hanya ber-
gantung pada satu variabel, maka harus diselesaikan pula dengan pemisahan
variabel.
Sebagai contoh penggunaannya (untuk kasus sederhana satu dimensi ru-
ang), perhatikan contoh berikut ini.
Contoh
Tinjau sebuah batang logam yang panjangnya L dan terletak di sepanjang
ar
sumbu x, ujung kiri batang berada di titik pusat koordinat. Pada keadaan
s
awal (steady state) temperatur ujung kiri batang adalah 00 C dan tempera-
ba
tur ujung kanan batang adalah 1000 . Setelah waktu tertentu (misalkan ta )
kh
ujung kanan batang dibuat bertemperatur 00 C juga. Tentukan temperatur
pada batang logam tersebut untuk t < ta dan untuk t > ta .
13
20
Untuk t < ta distribusi temperatur batang memenuhi persamaan Laplace
satu dimensi (karena pada t < ta tidak ada sumber panas pada batang ter-
2
100
u0 = x (5.34)
L
1
20
Perhatikan bahwa untuk keadaa awal ini (t < ta ) distribusi temperatur pada
fi2
Kemudian dari syarat awal yang diberikan yaitu bahwa pada saat t = ta ,
fungsi distribusi temperatur batang haruslah sama dengan u0 , hal ini meng-
akibatkan variabel t pada fungsi ua (x, t) perlu sedikit dimodifikasi menjadi
t ta , dengan demikian dapat dinyatakan
⇥
⌅ ⌦n ↵
ar
↵/L)2 (t ta )
ua (x, t) = Cn e(n sin x
L
s
n=1
(5.37)
ba
100
⇥
⌅ ⌦n ↵
=⇤ ua (x, t = ta ) = u0 = x= Cn sin x
kh
L n=1
L
13
Selanjutnya koefisien Cn dapat ditentukan menggunakan cara yang sama de-
20
ngan yang telah dibahas sebelumnya, yaitu
2
⇤L ⌦n ↵
m
2 100
Cn = x sin x dx
se
L L L (5.38)
0
1
200
= ( 1)n 1
20
n
fi2
⇧ 100
k
ca
x t ta
⌃ L
u(x, t) = (5.39)
⌅⇥
200 2
⌦n ↵
⌥ ( 1)n 1 e(n ↵/L) (t ta ) sin x , t > ta
n=1
n L
suatu fungsi skalar sebanding dengan turunan kedua fungsi skalar tersebut
terhadap waktu dikenal sebagai persamaan gelombang. Secara matematis,
persamaan gelombang dituliskan dalam bentuk:
1 2$
⇥2 $ = (5.40)
v 2 t2
Di mana $ adalah fungsi skalar yang mempunyai variabel ruang dan waktu
sehingga dituliskan sebagai $ = $(r, t), sedangkan v adalah suatu besaran
yang berkaitan dengan karakteristik fungsi gelombang tersebut (yaitu laju
rambat gelombang). Untuk memperoleh bentuk solusinya, kembali digu-
nakan metode pemisahan variabel. Dalam hal ini dimisalkan bentuk solusi
$(r, t) = F (r)T (t), di mana F (r) menyatakan fungsi yang hanya mempunyai
ar
variabel ruang sedangkan T (t) adalah fungsi yang hanya mempunyai variabel
s
ba
waktu.
Selanjutnya bila bentuk solusi tersebut disubstitusikan ke persamaan 5.40
kh
1
kemudian dikalikan dengan , maka akan diperoleh:
FT 13
20
1 2 1 1 d2 T
⇥F = 2 (5.41)
F v T dt2
2
m
d2 T
fi2
dengan & = kv. Untuk mudahnya, tinjau kondisi di mana fungsi F ha-
k
nya terdiri dari satu variabel, misalnya x dalam sistem koordinat kartesian.
ca
d2 X
+ k2X = 0 (5.43)
dx2
Dengan demikian bentuk solusi kedua persamaan di⌦erensial biasa tersebut
adalah
d2 X
+ k 2 X = 0 =⇤ X(x) = A cos kx + B sin kx
dx2
d2 T
+ & 2 T = 0 =⇤ T (t) = C cos &t + D sin &t
dt2
130 BAB 5. PERSAMAAN DIFFERENSIAL PARSIAL
ar
Contoh
s
ba
Suatu tali yang panjangnya L kedua ujungnya terikat. Tali tersebut diberi
kh
simpangan dengan cara menarik bagian tengahnya hingga menyimpang se-
besar h kemudian dilepaskan. Tentukan persamaan simpangan gelombang
13
yang merambat pada tali tersebut.
20
Karena kedua ujung tali tersebut terikat berarti simpangan tali di kedua
2
m
ujung untuk t berapapun sama dengan nol. Hal ini dapat dinyatakan dalam
bentuk syarat batas sebagai $(x = 0, t) = 0 dan $(x = L, t) = 0. Dengan
se
syarat batas pertama tersebut jelaslah bahwa solusi fungsi ruang yang me-
1
waktu. Karena tali dilepas dari keadaan diam (setelah diberi simpangan),
ca
maka artinya kecepatan getar awal (tepat saat dilepas) sama dengan nol.
Sebagaimana diketahui, kecepatan getar dapat diperoleh dari turunan ter-
$
hadap waktu dari fungsi simpangan, . Karena kecepatan getar sama
t
dengan nol pada waktu awal, maka hal ini dirumuskan dalam bentuk sya-
$ ✏✏
rat awal ✏ = 0 (syarat yang dinyatakan dalam bentuk turunan suatu
t t=0
fungsi dikenal sebagai syarat Neumann). Syarat awal ini hanya dapat dipe-
nuhi jika fungsi variabel waktunya berbentuk cosinus (karena turunan dari
fungsi cosinus adalah fungsi sinus dan pada t = 0 fungsi sinus bernilai sama
dengan nol). Artinya konstanta D haruslah sama dengan nol. Dengan de-
mikian bentuk fungsi $(x, t) yang memenuhi syarat batas dan syarat awal
5.5. PDP DALAM SISTEM KOORDINAT SILINDER DAN BOLA 131
ar
maka berarti ⌦n ↵
s
$(x, t = 0) = C sin x = f (x)
ba
L
Sebagaimana penjelasan sebelumnya, syarat tersebut mengakibatkan bentuk
kh
yang tepat untuk fungsi $ adalah berupa deret:
⌅⇥ ⌦n ↵ 13
$(x, t = 0) = Cn sin x = f (x)
20
n=1
L
2
⇤L
se
2 ⌦n ↵
Cn = f (x) sin x dx
1
L L
20
0
fi2
bola
k
ca
ar
⇥
s
11 d dR 1 1 d2 B 1 d2 Z
ba
r + + =0 (5.49)
R r dr dr B r2 d(2 Z dz 2
kh
1 d2 Z
Hal ini berarti bahwa dapat dinyatakan13 = K 2 , dengan K adalah
Z dz 2
suatu konstanta sembarang, yang memberikan bentuk solusi untuk variabel
20
z dalam bentuk:
Z(z) = AeKz + Be Kz (5.50)
2
m
1 d2 Z
= K 2 , maka 5.49 dapat dituliskan kembali dalam
se
Kemudian karena
Z dz 2
bentuk
1
⇥
20
11 d dR 1 1 d2 B
r + + K2 = 0
fi2
R r dr dr 2
B r d( 2
⇥ (5.51)
r d dR 1 d2 B 2 2
ul
=⇤ r + +K r =0
R dr dr B d(2
k
ca
Terlihat bahwa suku kedua hanya mempunyai variabel ( saja, sehingga dapat
dinyatakan sebagai suatu konstanta yang lain yaitu misalnya n2 , maka
1 d2 B
berarti = n2 yang memberikan solusi dalam bentuk
B d(2
B(() = C cos n( + D sin n( (5.52)
ar
ENn (Kr)e cos n( + FNn (Kr)e sin n(+
s
Kz Kz
GNn (Kr)e cos n( + HNn (Kr)e sin n(
ba
kh
Sebagaimana contoh dan penjelasan terdahulu, syarat batas yang diberikan
pada persoalan fisis yang dimaksud akan menentukan bentuk solusi fungsi
13
R(r), B(() dan Z(z) yang memenuhi dan ini berarti juga nilai konstanta-
konstanta tersebut di atas.
20
1 d2 u d2 u
⇥2 u =
fi2
= 0 =⇤ =0 (5.56)
r2 d(2 d(2
ul
Solusinya berbentuk
k
u(() = A( + B (5.57)
ca
Contoh
Sebuah silinder yang jari-jarinya a dan sangat tinggi alasnya berada di bidang
xy (hal ini berarti salah satu permukaan lingkarannya berada di z = ⌅). Jika
alas silinder tersebut bertemperatur 1000 C sedangkan dindingnya bertem-
peratur 00 C, tentukan distribusi temperatur dalam silinder tersebut.
N0 ( x )
pembuat nol fungsi N0(x)
s ar
ba
kh
Gambar 5.3: Plot fungsi Bessel orde nol jenis pertama, J0 (x) dan jenis
13
kedua, N0 (x).
20
2
m
Kz
Z(z) = e .
se
jenis kedua Nn (x) yaitu bahwa untuk x = 0 nilai fungsi Jn (x) adalah ber-
20
dalam gambar 5.3, maka solusi fungsi r yang dapat memenuhi adalah fungsi
Bessel jenis pertama Jn (Kr). Dengan demikian bentuk solusi secara umum
ul
Kz
u(r, z) = AJ0 (Kr)e
Karena k adalah pembuat nol dari fungsi Bessel J0 dan ada banyak nilai
pembuat nol yang mungkin dalam suatu fungsi Bessel, maka variabel tersebut
dapat dituliskan dalam bentuk km dengan m = 1, 2, 3, . . . . Artinya k1 adalah
5.5. PDP DALAM SISTEM KOORDINAT SILINDER DAN BOLA 135
pembuat nol pertama, k2 adalah pembuat nol kedua, dan seterusnya. Artinya
solusi u(r, z) dapat dinyatakan dalam bentuk deret:
⇥
⌅
km z/a
u(r, z) = Am J0 (km r/a)e
m=1
Kemudian syarat batas bahwa temperatur sisi bawah silinder tersebut sama
dengan 1000 , memberikan
⇥
⌅
u(r, z = 0) = Am J0 (km r/a) = 100
m=1
Dengan memanfaatkan sifat ortogonalitas fungsi Bessel J0 (km r/a) pada in-
ar
terval [0, a], maka koefisien Am dapat diperoleh sebagai berikut:
s
ba
⇤a
kh
100 r J0 (km r/a) dr
Am = 0⇤a 13
20
r [J0 (km r/a)]2 dr
0
2
m
⇤a ⇣
jika ◆ ◆=
1
0,
r Jp (◆r/a)Jp (r/a)dr = a2 ⇤
20
2
2
[Jp (◆)] , jika ◆ =
0
fi2
maka berarti integral pada bagian penyebut dalam persamaan untuk meng-
ul
⇤a
a2 2
r [J0 (km r/a)]2 dr = J (km )
2 1
0
Selanjutnya dengan memanfaatkan salah satu sifat lain (sifat rekursif) dari
d
fungsi Bessel yaitu bahwa [xJ1 (x)] = xJ0 (x), maka dengan menggunakan
dx
substitusi x = km r/a akan dapat dituliskan
a d
[(km r/a)J1 (km r/a)] = (km r/a)J0 (km r/a)
km dr
d
=⇤ [rJ1 (km r/a)] = (km r/a)J0 (km r/a)
dr
136 BAB 5. PERSAMAAN DIFFERENSIAL PARSIAL
ar
km 0 km
s
sehingga diperoleh konstanta Am dalam bentuk:
ba
100a2 J1 (km ) 2 200
kh
Am = . 2 2 =
km a J1 (km ) km J1 (km )
13
Jadi solusi lengkap fungsi distribusi temperatur dalam silinder yang dimak-
sud adalah berbentuk
20
⌅⇥
200
u(r, z) = J0 (km r/a)e km z/a (5.58)
2
k J (k )
m
m=1 m 1 m
se
nol fungsi Bessel orde satu (J1 ) sehingga secara umum J1 (km ) ◆= 0. Sebagai
tambahan informasi, berikut disajikan nilai numerik dari km dan J1 (km )
fi2
untuk nilai m = 1, 2, 3, 4, 5.
k ul
Tabel 5.1: Nilai numerik km (zero dari J0 (x)) dan J1 (km ) untuk nilai m =
ca
1, 2, 3, 4, 5.
m=1 m=2 m=3 m=4 m=5
km 2,4048 5,5201 8,6537 11,7915 14,9309
J1 (km ) 0,5192 -0.3403 0.2715 -0.2325 0.2065
r2 sin2 (
kemudian kalikan persamaan tersebut dengan sehingga menjadi
RBC
⇥ ⇥
sin2 ( d 2 dR 1 d dB 1 d2 C
r + sin ( + =0 (5.61)
R dr dr B d( d( Cd 2
Terlihat bahwa suku ketiga hanya merupakan fungsi dari saja, sehingga
ar
dapat dinyatakan
s
ba
1 d2 C
= m2 (5.62)
kh
Cd 2
⇥ ⇥
sin2 ( d 2 dR 1 d dB
r + sin ( m2 = 0
1
R dr dr B d( d(
20
⇥ ⇥ (5.64)
1 d 2 dR 1 d dB m2
fi2
=⇤ r + 2 sin ( =0
R dr dr B sin ( d( d( sin2 (
ul
Sekarang terlihat bahwa suku pertama hanya merupakan fungsi dari r saja,
k
ca
ar
R(r) = Drl + Er (l+1) (5.67)
s
ba
Dengan demikian bentuk solusi persamaan Laplace dalam sistem koordinat
kh
bola adalah
u(r, (, ) =Arl Plm (cos () cos m + Br l Plm (cos () sin m
13
(l+1)
(5.68)
+ Cr Plm (cos () cos m + Dr (l+1)
Plm (cos () sin m
20
Fungsi B(() dan C( ) sering digabungkan menjadi satu dan dinamakan fung-
2
m
dengan demikian
1
solusi yang sesuai tergantung dari syarat batas persoalan fisis yang ditinjau.
k
ca
Contoh
Tentukan distribusi temperatur di dalam sebuah bola yang jari-jarinya a ji-
ka separuh permukaan bagian atas bertemperatur 1000 sedangkan separuh
lainnya bertemperatur 00 .
Anggap bola tersebut pusatnya terletak di titik pusat kordinat. Pada per-
soalan ini, temperatur tidaklah bergantung pada variabel sehingga nilai
m yang memenuhi adalah m = 0 dan berarti cos m = 1 dan sin m = 0.
Kemudian bila ditinjau bahwa temperatur di titik pusat bola nilainya ha-
ruslah berhingga, maka bentuk fungsi radial yang dapat memenuhi adalah
R(r) = rl . Dengan demikian, bentuk solusi yang mungkin dari persamaan
5.5. PDP DALAM SISTEM KOORDINAT SILINDER DAN BOLA 139
ar
bentuk
s
ba
⇥
⌅
u(r = a, () = Al al Pl (cos ()
kh
l=0
⇣
=
100 untuk 0 < ( < /2 13 atau 0 < cos ( < 1
0 untuk /2 < ( < atau 1 < cos ( < 0
20
2
✏
se
⇥
⌅
✏
u✏ = Al al Pl (1) = f (1)
1
r=a
l=0
20
fi2
0 untuk 1<1<0
f (1) =
k
Bentuk fungsi f (1) tersebut bila diekspansikan dalam deret Legendre (lihat
pembahasan pada BAB sebelumnya) akan dapat dinyatakan sebagai berikut
⇣
0 untuk 1<1<0
f (1) =
100 untuk 0 < 1 < 1
1 3 7 11
= 100 P0 (1) + P1 (1) P3 (1) + P5 (1) + . . .
2 4 16 32
⇥
⌅
= 100 cl Pl (1)
l=0
140 BAB 5. PERSAMAAN DIFFERENSIAL PARSIAL
cl
Karena Al al = cl , maka dapat diperoleh bahwa Al = l . Dengan demikian
a
solusi distribusi temperatur dalam bola tersebut adalah
⌘1 3r 7 ⌦ r ↵3
u(r, () = 100 P0 (cos () + P1 (cos () P3 (cos ()
2 4a 16 a (5.70)
11 ⌦ r ↵5 ✓
+ P5 (cos () + . . .
32 a
ar
di⌦erensial semacam itu dinamakan sebagai persamaan Poisson. Persamaan
s
Poisson merupakan contoh persamaan di⌦erensial parsial yang tak homogen.
ba
Jadi persamaan Poisson dinyatakan dalam bentuk:
kh
⇥2 $ = F
13 (5.71)
20
di mana F adalah fungsi dalam varaiabel ruang ataupun suatu konstanta.
Dapat dipahai bahwa jika fungsi F pada persamaan Poisson tersebut sama
2
dengan nol, maka persamaan Poisson menjadi persamaan Laplace yang telah
m
dibahas sebelumnya.
se
1
Salah satu cara yang dapat digunakan untuk menyelesaikan persamaan di⌦e-
rensial parsial yang tak homogen adalah metode fungsi Green. Tinjau suatu
ul
contoh persamaan di⌦erensial biasa tak homogen (ruas kanan tidak sama
k
du
ca
maka solusi lengkap fungsi u(x) dapat diperoleh dengan menjumlahkan se-
mua solusi dalam interval yang dimaksud untuk masing-masing nilai 1k . Hal
ini berarti dapat dinyatakan bahwa
n
⌅
u(x) = G(x, 1k )f (1k ) (5.73)
k=1
ar
⇤l
s
u(x) = G(x, 1)f (1) d1 (5.74)
ba
0
kh
Fungsi G(x, 1) dinamakan fungsi Green dari persoalan yang dimaksud (per-
13
samaan di⌦erensial tersebut). Perhatikan bahwa misalnya jika ditinjau suatu
20
sumber yang berupa satu titik (point source) pada nilai x = 1 yang tertentu,
maka dari persamaan 5.73 akan diperoleh
2
m
u(x) = G(x, 1)
fi2
Hal ini berarti bahwa fungsi Green G(x, 1) merupakan solusi persamaan di-
ul
⌦erensial 5.72 untuk suku sumber berupa titik satuan (unit point source)
k
ca
Perhatikan bahwa jika persamaan 5.75 dikalikan dengan f (1) kemudian di-
integralkan terhadap seluruh nilai 1 dan dengan mengingat sifat fungsi delta
142 BAB 5. PERSAMAAN DIFFERENSIAL PARSIAL
=⇤ L u(x) = f (x)
Bentuk fungsi Green untuk suatu persamaan di⌦erensial berbeda dengan
bentuk fungsi Green untuk persamaan di⌦erensial yang lain, jadi bentuk
fungsi Green bergantung pada operator di⌦erensial yang dinyatakan dengan
simbol L pada persamaan 5.72 di atas.
ar
PDB orde 2 dengan suku sumber fungsi delta Dirac
s
ba
Tinjau suatu persamaan di⌦erensial biasa orde dua tak homogen yang suku
kh
sumbernya berupa fungsi delta Dirac yang dinyatakan dalam bentuk
d2
u(x) + &02 u(x) = 3(x 1) u⇤⇤ (x) + &02 u(x) = 3(x 1) (5.76)
atau13
dx2
⇥
20
d2 2
yang juga dapat dituliskan dalam bentuk + &0 u(x) = 3(x 1). Hal
dx2
2
ini berarti solusi u(x) untuk persamaan di⌦erensial tersebut adalah fungsi
m
⇥
d2
se
dinyatakan ⇥
20
d2 2
+ &0 G(x, 1) = 3(x 1) (5.77)
fi2
dx2
Bila digunakan metode transformasi Laplace1 , maka dapat dinyatakan
ul
⇥
d2
k
2
L + &0 G(x, 1) = L [3(x 1)] (5.78)
ca
dx2
Karena L(u⇤⇤ (x)) = p2 L(u(x)) pu(0) u⇤ (0) dan L(cu(x)) = cL(u(x)) serta
L(3(x 1)) = e p , maka diperoleh
p2 L(G(x, 1)) pG(0, 1) G⇤ (0, 1) + &02 L (G(x, 1)) = e p