A. PENDAHULUAN
1. Deskripsi
Pada bab ini akan dibahas mengenai konsep dasar pada persamaan diferensial yang meliputi
definisi dan istilah-istilah dasar pada persamaan diferensial. Selanjutnya dikaji mengenai beberapa
teknik pencarian solusi solusi persamaan diferensial orde satu yang meliputi persamaan diferensial
terpisahkan, linier, eksak, dan penyelesaian persamaan diferensial dengan metode substitusi.
2. Kemampuan Akhir
Kemampuan akhir yang diharapkan dengan mempelajari bab ini adalah pembaca mampu
memahami konsep dasar persamaan diferensial biasa dan mampu menyelesaikan persamaan
diferensial orde satu.
3. Indikator
(a) Menjelaskan pengertian dan istilah-istilah pada persamaan diferensial
(b) Menyelesaikan persamaan diferensial terpisahkan.
(c) Menyelesaikan persamaan diferensial linier.
(d) Menyelesaikan persamaan diferensial eksak.
(e) Menyelesaikan persamaan diferensial dengan metode substitusi.
Persamaan diferensial banyak muncul pada permasalahan dalam fisika maupun sosial yang
melibatkan penerapan konsep-konsep pada kalkulus. Misalnya saja pada bentuk pertumbuhan populasi
𝑑𝑃
dunia diberikan dalam bentuk 𝑑𝑡
= 𝑘𝑃 dimana 𝑃 menunjukkan banyaknya penduduk dunia, 𝑡
menunjukkan waktu, dan 𝑘 sebarang konstanta positif. Contoh yang lain dalam penggambaran bentuk
𝑑2 𝑥
gerakan pegas diberikan sebagai 𝑚 𝑑𝑡 2 = −𝑘𝑥 dengan 𝑚 menunjukkan massa pegas dan 𝑥 adalah
𝑑𝑃
pertambahan panjang pegas. Persamaan = 𝑘𝑃 merupakan salah satu contoh persamaan diferensial
𝑑𝑡
𝑑2 𝑥
orde satu, sedangkan 𝑚 = −𝑘𝑥 merupakan persamaan diferensial orde dua. Berikut diberikan definisi
𝑑𝑡 2
persamaan diferensial.
Definisi 1.1. Persamaan diferensial adalah persamaan yang memuat fungsi satu variabel yang tidak
diketahui bersama dengan turunan-turunannya.
Persamaan diferensial yang mengandung satu variabel bebas disebut persamaan diferensial biasa,
sedangkan apabila variabel bebasnya lebih dari satu disebut persamaan diferensial parsial. Pembahasan di
sini adalah mengenai persamaan diferensial biasa, yang selanjutnya disebut persamaan diferensial saja.
Orde dari suatu persamaan diferensial adalah tingkat tertinggi dari turunan atau diferensial yang
muncul dalam persamaan tersebut. Pada Contoh 1.1, persamaan (1) dan (2) berorde 1, sedangkan
persamaan (2) berorde 2 dan persamaan (4) berorde 3. Persamaan diferensial dikatakan linier apabila
jumlah pangkat dari fungsi dan turunan-turunannya paling tinggi satu dalam setiap suku. Dalam hal lain
dikatakan persamaan diferensial tak linier atau non linier. Pada Contoh 1.1, yang merupakan persamaan
diferensial linier adalah persamaan (1) dan (3). Persamaan (2) pada Contoh 1.1 merupakan persamaan
diferensial tak linier sebab pada suku yang memuat turunan tingkat dua 𝑦′′ memiliki pangkat dua dan suku
yang memuat 𝑦′ berpangkat tiga. Selain itu pada persamaan (4) suku pertama memuat turunan tingkat tiga
dan turunan tingkat satu bersama-sama, sehingga jumlah pangkat keduanya lebih dari satu, selain itu juga
terdapat suku yang memuat 𝑦 2 yaitu fungsi yang tidak diketahui berpangkat dua, sehingga persamaan (4)
merupakan juga persamaan diferensial tak linier.
𝑑2 𝑡 𝑑𝑡 𝑑2 𝑥
Contoh 1.2. Tentukan orde dari persamaan diferensial (a) 𝑠 2 𝑑𝑠2 + 𝑠𝑡 𝑑𝑠 = 𝑠, (b) 𝑦 𝑑𝑦2 = 𝑦 2 + 1, (c)
2
𝑑2 𝑟 𝑑2 𝑟 𝑑𝑟
17𝑦 (4) − 𝑡 6 𝑦 (2) − 2𝑦 5 = 3 cos 𝑡, (d) (𝑑𝑦2 ) + 𝑑𝑦2 + 𝑦 𝑑𝑦 = 0, (e) 𝑦 (4) + 𝑥𝑦 ′′′ + 𝑥 2 𝑦 ′′ − 𝑥𝑦 ′ + sin 𝑦 =
Jawab.
𝑑2 𝑡 𝑑𝑡
(a) Persamaan diferensial 𝑠 2 𝑑𝑠2 + 𝑠𝑡 𝑑𝑠 = 𝑠 memiliki orde 2, dan merupakan persamaan diferensial
𝑑𝑡
nonlinier sebab suku kedua 𝑠𝑡 𝑑𝑠 memuat fungsi 𝑡 beserta dengan turunannya, yaitu jumlah pangkat
setiap suku pada persamaan diferensial ini memuat fungsi 𝑥 atau turunannya sehingga jumlah pangkat
dari fungsi dengan turunannya kurang dari atau sama dengan 1.
(c) Persamaan diferensial 17𝑦 (4) − 𝑡 6 𝑦 (2) − 2𝑦 5 = 3 cos 𝑡 merupakan persamaan diferensial berorde 4
dan bersifat nonlinier sebab terdapat suku 2𝑦 5 yaitu fungsi 𝑦 berpangkat 5.
2
𝑑2 𝑟 𝑑2 𝑟 𝑑𝑟
(d) Persamaan diferensial (𝑑𝑦2 ) + 𝑑𝑦2 + 𝑦 𝑑𝑦 = 0 merupakan persamaan diferensial nonlinier sebab
𝑑2 𝑟
turunan kedua 𝑑𝑦2 pada suku ke satu berpangkat dua, dan persamaan diferensial ini berorde 2.
(e) Persamaan diferensial 𝑦 (4) + 𝑥𝑦 ′′′ + 𝑥 2 𝑦 ′′ − 𝑥𝑦 ′ + sin 𝑦 = 0 berorde 4 dan bersifat linier.
Penyelesaian atau solusi dari suatu persamaan diferensial adalah fungsi, misalkan 𝑦 = 𝑓(𝑥), yang
memenuhi persamaan diferensial tersebut. Pada persamaan diferensial 𝑥𝑦 ′ = 2𝑦 mempunyai solusi 𝑦 =
𝑥 2 sebab 𝑥(2𝑥) = 2𝑥 2 = 2𝑦, yaitu memenuhi persamaan diferensial 𝑥𝑦 ′ = 2𝑦. Penyelesaian persamaan
diferensial orde 𝑛 yang memuat 𝑛 konstanta sebarang disebut penyelesaian umum. Sedangkan
penyelesaian khusus adalah suatu penyelesaian yang diperoleh dari penyelesaian umum dengan
memberikan nilai tertentu pada konstanta sebarangnya. Nilai tertentu tersebut seringkali dikaitkan dengan
persyaratan yang melengkapi persoalan persamaan diferensialnya, yaitu syarat nilai 𝑓(𝑥) untuk suatu nilai
𝑥. Persyaratan semacam ini disebut syarat awal atau nilai awal.
Adapula penyelesaian dari suatu persamaan diferensial yang tidak diperoleh dari penyelesaian
umum dengan memberikan nilai tertentu pada konstanta sebarangnya, yang demikian disebut
penyelesaian singular. Perhatikan pula bahwa persamaan diferensial (𝑦′)2 − 𝑥𝑦 ′ + 𝑦 = 0 mempunyai
1
solusi umum 𝑦 = 𝑐𝑥 − 𝑐 2 , tetapi terdapat penyelesaian lain yaitu 𝑦 = 4 𝑥 2 yang tidak dapat diperoleh dari
penyelesaian umum dengan memberikan nilai tertentu pada konstantanya. Oleh karena itu, fungsi 𝑦 =
1 2
4
𝑥 disebut solusi singular dari persamaan diferensial (𝑦′)2 − 𝑥𝑦 ′ + 𝑦 = 0.
𝑑𝑦
Contoh 1.3. Pada persamaan diferensial 𝑑𝑥 = 2𝑥, fungsi 𝑦 = 𝑥 2 + 𝐶 merupakan solusi umumnya. Fungsi
𝑑𝑦
𝑦 = 𝑥 2 + 𝐶 merepresentasikan keluarga himpunan solusi untuk persamaan diferensial 𝑑𝑥 = 2𝑥 yang grafik
Gambar 1.1
𝑑𝑦
Untuk nilai 𝑦 = 2 dan 𝑥 = −1, diperoleh nilai 𝐶 = 1. Sehingga solusi khusus persamaan diferensial 𝑑𝑥 =
2𝑥 adalah 𝑦 = 𝑥 2 + 1.
Persamaan diferensial orde satu dikatakan terpisahkan (separabel) apabila dapat dinyatakan dalam
bentuk
bentuk
Terlihat bahwa variabel 𝑦 dan diferensialnya dapat dituliskan terpisah di ruas kiri, sedangkan di ruas
kanan hanya mengandung variabel 𝑥 saja. Tetapi perlu diingat bahwa persamaan (1.2) hanyalah
penulisan lain dari persamaan (1.1).
Untuk mencari penyelesaian persamaan diferensial (1.1), kedua ruas diintegralkan terhadap
variabel 𝑥 sehingga diperoleh
𝑑𝑦
∫ 𝑔(𝑦) ( ) 𝑑𝑥 = ∫ 𝑓(𝑥) 𝑑𝑥
𝑑𝑥
∫ 𝑔(𝑦) 𝑑𝑦 = ∫ 𝑓(𝑥) 𝑑𝑥
dan dengan menghitung integral tersebut, dapat diperoleh solusi umum dari persamaan diferensialnya.
𝑑𝑦 𝑥+3𝑥 2
Contoh 1.4. Carilah solusi umum persamaan diferensial 𝑑𝑥 = 𝑦2
.
Sehingga
∫ 𝑦 2 𝑑𝑦 = ∫(𝑥 + 3𝑥 2 ) 𝑑𝑥
1 3 1
𝑦 + 𝑐2 = 𝑥 2 + 𝑥 3 + 𝑐1
3 2
3 3
dengan 𝑐 = 𝑐1 − 𝑐2 . Solusi umumnya adalah 𝑦 = √ 𝑥 2 + 3𝑥 3 + 𝑐.
2
Contoh 1.5. Tentukan penyelesaian persamaan diferensial 𝑦 ′ + 5𝑥 4 𝑦 2 = 0, yang memenuhi nilai awal
𝑦(0) = 1.
𝑑𝑦
Jawab : Persamaan diferensial 𝑦 ′ + 5𝑥 4 𝑦 2 = 0 dapat dinyatakan dalam bentuk 𝑑𝑥
= −5𝑥 4 𝑦 2, sehingga
𝑑𝑦
dengan pemisahan variabel diperoleh = −5𝑥 4 𝑑𝑥. Kemudian dengan mengintegralkan kedua ruas
𝑦2
diperoleh
𝑑𝑦
∫ = − ∫ 5𝑥 4 𝑑𝑥
𝑦2
1
− + 𝑐2 = −𝑥 5 + 𝑐1
𝑦
1
𝑦=
𝑥5 +𝑐
1
dengan 𝑐 = 𝑐1 − 𝑐2 . Fungsi 𝑦 = 𝑥 5 +𝑐 merupakan solusi khusus dari persamaan diferensial 𝑦 ′ + 5𝑥 4 𝑦 2 =
1
0. Dengan mensubstitusikan nilai awal 𝑦(0) = 1, diperoleh 𝑐
= 1, sehingga 𝑐 = 1. Sehingga solusi
1
khususnya adalah 𝑦 = 𝑥 5 +1.
Contoh 1.6. Tentukan penyelesaian persamaan diferensial 2(𝑦 2 − 1) 𝑑𝑥 + sec 𝑥 csc 𝑥 𝑑𝑦 = 0, yang
𝜋
memenuhi nilai awal 𝑦 ( 4 ) = 0.
Jawab : Persamaan diferensial 2(𝑦 2 − 1) 𝑑𝑥 + sec 𝑥 csc 𝑥 𝑑𝑦 = 0 dapat dinyatakan dalam bentuk
1 1
𝑑𝑥 =− 𝑑𝑦. Dengan mengintegralkan kedua ruas diperoleh
sec 𝑥 csc 𝑥 2(𝑦 2 −1)
1 1
∫ 𝑑𝑥 = ∫ − 2
𝑑𝑦
sec 𝑥 csc 𝑥 2(𝑦 − 1)
1 1 1
Dengan menerapkan integral substitusi diperoleh ∫ sec 𝑥 csc 𝑥 𝑑𝑥 = − 2 cos2 𝑥 + 𝑐1 dan ∫ − 2(𝑦2 −1) 𝑑𝑦 =
1 1 1 1 𝑦+1 1 𝑦+1 𝑦+1
− ∫ (𝑦2 𝑑𝑦 = − ∙ ln | | + 𝑐2 = − ln | | + 𝑐2 , atau 2 cos 2 𝑥 − 𝑐 = ln | | dengan 𝑐 =
2 −1) 2 2 𝑦−1 4 𝑦−1 𝑦−1
𝜋 𝑦+1
4(𝑐2 − 𝑐1 ). Substitusikan nilai 𝑦 ( 4 ) = 0, sehingga diperoleh nilai 𝑐 = 1. Sehingga 2 cos 2 𝑥 − 1 = ln |𝑦−1|
2 𝑥−1 𝑦+1 2 𝑥−1 2 𝑥−1 𝑦+1
atau 𝑒 2 cos = |𝑦−1|. Karena 𝑒 2 cos > 0, maka 𝑒 2 cos = 𝑦−1 atau
2
1+𝑒 2 cos 𝑥−1
𝑦= 2 . Sehingga diperoleh solusi khusus persamaan diferensial 2(𝑦 2 − 1) 𝑑𝑥 +
𝑒 2 cos 𝑥−1 −1
2
1+𝑒 2 cos 𝑥−1
sec 𝑥 csc 𝑥 𝑑𝑦 = 0 adalah 𝑦 = 2 .
𝑒 2 cos 𝑥−1 −1
dengan 𝑎0 (𝑥), 𝑎1 (𝑥), dan 𝑎2 (𝑥) adalah fungsi satu variabel yang kontinu dengan 𝑎0 (𝑥) ≠ 0. Apabila kedua
ruas pada persamaan (1.3) dibagi dengan 𝑎0 (𝑥) diperoleh
𝑎1 (𝑥) 𝑎2 (𝑥)
𝑦′ + 𝑦= .
𝑎0 (𝑥) 𝑎0 (𝑥)
𝑎1 (𝑥) 𝑎2 (𝑥)
Misalkan 𝑃(𝑥) = dan 𝑄(𝑥) = , diperoleh bentuk standar dari persamaan linier
𝑎0 (𝑥) 𝑎0 (𝑥)
𝑑
𝜇(𝑥)[𝑦 ′ + 𝑃(𝑥)𝑦] = 𝑑𝑥 [𝜇(𝑥)𝑦]
= 𝜇(𝑥)𝑦 ′ + 𝜇′(𝑥)𝑦
Akibatnya, 𝜇(𝑥) 𝑦 ′ + 𝜇(𝑥) 𝑃(𝑥)𝑦 = 𝜇(𝑥)𝑦 ′ + 𝜇′(𝑥)𝑦 atau 𝜇(𝑥)𝑃(𝑥)𝑦 = 𝜇′(𝑥)𝑦, sehingga
𝜇′(𝑥)
= 𝑃(𝑥)
𝜇(𝑥)
𝑑𝜇(𝑥)
𝜇(𝑥)
= 𝑃(𝑥) 𝑑𝑥
ln|𝜇(𝑥)| = ∫ 𝑃(𝑥) 𝑑𝑥
Dengan mengeksponensialkan kedua ruas diperoleh |𝜇(𝑥)| = 𝑒 ∫ 𝑃(𝑥) 𝑑𝑥 . Karena fungsi eksponensial
senantiasa positif, maka diperoleh
𝜇(𝑥) = 𝑒 ∫ 𝑃(𝑥) 𝑑𝑥
Fungsi 𝜇(𝑥) ini disebut faktor integral dari persamaan diferensial (1.4). Selanjutnya, pada persamaan
𝑑
diferensial (1.5), karena 𝜇(𝑥)[𝑦 ′ + 𝑃(𝑥)𝑦] = 𝑑𝑥 [𝜇(𝑥)𝑦] diperoleh
𝑑
[𝜇(𝑥)𝑦] = 𝜇(𝑥)𝑄(𝑥)
𝑑𝑥
𝜇(𝑥)𝑦 = ∫ 𝜇(𝑥)𝑄(𝑥) 𝑑𝑥 + 𝐶
1
𝑦= [∫ 𝜇(𝑥)𝑄(𝑥) 𝑑𝑥 + 𝐶]
𝜇(𝑥)
dengan 𝜇(𝑥) = 𝑒 ∫ 𝑃(𝑥) 𝑑𝑥 faktor integral dari persamaan diferensial linier (1.4). Ringkasnya metode
pencarian solusi persamaan linier sebagai berikut:
𝜇(𝑥) = 𝑒 ∫ 𝑃(𝑥) 𝑑𝑥
𝑑
[𝜇(𝑥)𝑦] = 𝜇(𝑥)𝑄(𝑥)
𝑑𝑥
Langkah 5. Integralkan kedua ruas, diperoleh solusi umum
1
𝑦= [∫ 𝜇(𝑥)𝑄(𝑥) 𝑑𝑥 + 𝐶]
𝜇(𝑥)
𝑑𝑦 𝑦
+ =𝑥
𝑑𝑥 𝑥
Jawab :
𝑑𝑦 𝑦 1
Langkah 1. Persamaan diferensial orde satu 𝑑𝑥 + 𝑥 = 𝑥 sudah dalam bentuk standar dengan 𝑃(𝑥) = 𝑥 dan
𝑄(𝑥) = 𝑥.
𝑑𝑦
𝑥 + 𝑦 = 𝑥2
𝑑𝑥
𝑑
Langkah 4. Ruas kiri pada persamaan di Langkah 3 setara dengan 𝑑𝑥 [𝜇(𝑥)𝑦], yaitu
𝑑
(𝑥𝑦) = 𝑥 2
𝑑𝑥
Langkah 5. Integralkan kedua ruas, diperoleh
1 1 1
𝑦= [∫ 𝑥 2 𝑑𝑥 + 𝐶] = [ 𝑥 3 + 𝐶]
𝑥 𝑥 3
𝑑𝑦 𝑦
Solusi umum persamaan diferensial 𝑑𝑥 + 𝑥 = 𝑥 adalah
1 𝐶
𝑦 = 𝑥2 +
3 𝑥
Contoh 1.8. Tentukan solusi persamaan diferensial
𝑦 ′ − 𝑦 = 𝑒 2𝑥
Jawab :
Langkah 1. Persamaan diferensial orde satu 𝑦 ′ − 𝑦 = 𝑒 2𝑥 sudah dalam bentuk standar dengan 𝑃(𝑥) = −1
dan 𝑄(𝑥) = 𝑒 2𝑥 .
𝜇(𝑥) = 𝑒 ∫ −1 𝑑𝑥 = 𝑒 −𝑥
𝑒 −𝑥 𝑦′ − 𝑒 −𝑥 𝑦 = 𝑒 𝑥
𝑑
Langkah 4. Ruas kiri pada persamaan di Langkah 3 setara dengan [𝜇(𝑥)𝑦], yaitu
𝑑𝑥
𝑑 −𝑥
(𝑒 𝑦) = 𝑒 𝑥
𝑑𝑥
Langkah 5. Integralkan kedua ruas, diperoleh
1 1
𝑦= [∫ 𝑒 𝑥 𝑑𝑥 + 𝐶] = [𝑒 𝑥 + 𝐶]
𝑒 −𝑥 𝑒 −𝑥
𝑦 = 𝑒 2𝑥 + 𝐶𝑒 𝑥
Dari syarat awal 𝑦(0) = 2, menghasilkan 𝐶 = 2. Sehingga solusi khusus persamaan diferensial 𝑦 ′ − 𝑦 =
𝑒 2𝑥 dengan syarat awal 𝑦(0) = 2 adalah
𝑦 = 2𝑒 𝑥 + 𝑒 2𝑥 .
𝜕𝐹 𝜕𝐹
𝑑𝐹 = 𝑑𝑥 + 𝑑𝑦
𝜕𝑥 𝜕𝑦
𝜕𝐹 𝜕𝐹
𝑑𝑥 + 𝑑𝑦 = 0
𝜕𝑥 𝜕𝑦
atau
𝜕𝐹
𝑑𝑦
= − 𝜕𝑥
𝑑𝑥 𝜕𝐹
𝜕𝑦
Karena turunan parsial dari 𝐹(𝑥, 𝑦) juga merupakan fungsi yang bergantung terhadap 𝑥 dan 𝑦, maka
𝑑𝑦
= 𝑔(𝑥, 𝑦)
𝑑𝑥
𝜕𝐹
dengan catatan 𝜕𝑦 ≠ 0. Dari fungsi dua variabel 𝐹(𝑥, 𝑦) = 𝐶 secara tidak langsung selalu akan memperoleh
𝑑𝑦
persamaan 𝑑𝑥
= 𝑔(𝑥, 𝑦). Misalnya fungsi 𝐹(𝑥, 𝑦) = 𝑥 2 𝑦 + 𝑦 cos 𝑥 = 10 memiliki diferensial total 𝑑𝐹 =
𝑑𝑦 𝑦 sin 𝑥−2𝑥𝑦
(2𝑥𝑦 − 𝑦 sin 𝑥) 𝑑𝑥 + (𝑥 2 + cos 𝑥) 𝑑𝑦 = 0, sehingga = . Sebaliknya, apabila diberikan
𝑑𝑥 𝑥 2 +cos 𝑥
𝑑𝑦
persamaan 𝑑𝑥
= 𝑔(𝑥, 𝑦) apakah akan selalu diperoleh fungsi dua variabel 𝐹(𝑥, 𝑦) = 𝐶? Berdasarkan
𝑑𝑦
pengalaman sebelumnya, persamaan 𝑑𝑥
= 𝑔(𝑥, 𝑦) dapat dirubah dalam bentuk 𝑀(𝑥, 𝑦) 𝑑𝑥 +
𝑁(𝑥, 𝑦) 𝑑𝑦 = 0, sehingga pertanyaannya menjadi apakah terdapat fungsi dua variabel 𝐹(𝑥, 𝑦) yang
memiliki diferensial total 𝑑𝐹 = 0? Jika iya, bagaimana memperoleh 𝐹(𝑥, 𝑦)? Untuk memperoleh jawaban
ini, diberikan dahulu definisi berikut.
𝜕𝐹 𝜕𝐹
Definisi 1.3. Jika terdapat fungsi 𝐹(𝑥, 𝑦) sedemikian hingga = 𝑀(𝑥, 𝑦) dan = 𝑁(𝑥, 𝑦), maka
𝜕𝑥 𝜕𝑦
𝜕𝐹 𝜕𝐹
Berdasarkan Definisi 1.3, fungsi 𝐹(𝑥, 𝑦) akan ada dengan sifat 𝜕𝑥
= 𝑀(𝑥, 𝑦) dan 𝜕𝑦
= 𝑁(𝑥, 𝑦).
Selanjutnya, dengan menurunkan 𝑀(𝑥, 𝑦) terhadap 𝑦 dan menurunkan 𝑁(𝑥, 𝑦) diturunkan terhadap 𝑥
diperoleh
𝜕2𝐹 𝜕𝑀
=
𝜕𝑦𝜕𝑥 𝜕𝑦
dan
𝜕2𝐹 𝜕𝑁
=
𝜕𝑥𝜕𝑦 𝜕𝑥
𝜕2 𝐹 𝜕2 𝐹
Kemudian memanfaatkan Teorema Clairaut, yaitu 𝜕𝑥𝜕𝑦
= 𝜕𝑦𝜕𝑥, maka dimiliki
𝜕𝑀 𝜕𝑁
=
𝜕𝑦 𝜕𝑥
𝜕𝐹
Selanjutnya, fungsi 𝐹(𝑥, 𝑦) dicari mula-mula memanfaatkan persamaan = 𝑀(𝑥, 𝑦), yaitu
𝜕𝑥
𝜕𝐹
Untuk memperoleh fungsi 𝑔(𝑦), karena = 𝑁(𝑥, 𝑦), maka
𝜕𝑦
𝜕
𝑁= [∫ 𝑀(𝑥, 𝑦) 𝑑𝑥 + 𝑔(𝑦)]
𝜕𝑦
atau
𝜕
𝑁= [∫ 𝑀(𝑥, 𝑦) 𝑑𝑥] + 𝑔′(𝑦)
𝜕𝑦
Dengan mengintegralkan fungsi 𝑔′ (𝑦) diperoleh fungsi 𝑔(𝑦) sehingga diperoleh dengan lengkap fungsi
𝐹(𝑥, 𝑦). Sehingga solusi persamaan diferensial 𝑀(𝑥, 𝑦) 𝑑𝑥 + 𝑁(𝑥, 𝑦) 𝑑𝑦 = 0 adalah 𝐹(𝑥, 𝑦) = 𝐶.
Ringkasnya metode pencarian solusi persamaan deferensial 𝑀(𝑥, 𝑦) 𝑑𝑥 + 𝑁(𝑥, 𝑦) 𝑑𝑦 = 0 sebagai berikut.
𝑑𝑦
Langkah 1. Nyatakan persamaan diferensial 𝑑𝑥 = 𝑔(𝑥, 𝑦) dalam bentuk:
𝑀(𝑥, 𝑦) 𝑑𝑥 + 𝑁(𝑥, 𝑦) 𝑑𝑦 = 0
𝜕𝑀 𝜕𝑁
=
𝜕𝑦 𝜕𝑥
Langkah 3. Jika eksak, integralkan fungsi 𝑀(𝑥, 𝑦) terhadap 𝑥 atau fungsi 𝑁(𝑥, 𝑦) terhadap 𝑦, misalkan
dipilih pengintegralan terhadap fungsi 𝑀(𝑥, 𝑦), yaitu
𝜕𝐹
Langkah 4. Untuk menentukan fungsi 𝑔(𝑦), turunkan 𝐹(𝑥, 𝑦) terhadap 𝑦 kemudian gunakan 𝑁 = ,
𝜕𝑦
sehingga
𝜕
𝑁= [∫ 𝑀(𝑥, 𝑦) 𝑑𝑥] + 𝑔′ (𝑦)
𝜕𝑦
𝐹(𝑥, 𝑦) = 𝐶
Jawab :
Langkah 1. Persamaan diferensial (4𝑥 3 𝑦 3 − 2𝑥𝑦)𝑑𝑥 + (3𝑥 4 𝑦 2 − 𝑥 2 )𝑑𝑦 = 0 sudah dalam bentuk
𝑀(𝑥, 𝑦) 𝑑𝑥 + 𝑁(𝑥, 𝑦) 𝑑𝑦 = 0 dengan 𝑀(𝑥, 𝑦) = 4𝑥 3 𝑦 3 − 2𝑥𝑦 dan 𝑁(𝑥, 𝑦) = 3𝑥 4 𝑦 2 − 𝑥 2 .
𝜕𝑀 𝜕𝑁 𝜕𝑀 𝜕𝑁
Langkah 2. Uji keeksakan: 𝜕𝑦 = 12𝑥 3 𝑦 2 − 2𝑥 dan 𝜕𝑥 = 12𝑥 3 𝑦 2 − 2𝑥, sehingga 𝜕𝑦 = 𝜕𝑥
, yaitu persamaan
= 𝑥 4 𝑦 3 − 𝑥 2 𝑦 + 𝑔(𝑦)
𝜕𝐹 𝜕
Langkah 4. Turunkan 𝐹(𝑥, 𝑦) terhadap 𝑦, 𝜕𝑦
= 𝜕𝑦 (𝑥 4 𝑦 3 − 𝑥 2 𝑦 + 𝑔(𝑦)) = 3𝑥 4 𝑦 2 − 𝑥 2 + 𝑔′ (𝑦),
𝜕𝐹
kemudian gunakan 𝑁 = , sehingga
𝜕𝑦
3𝑥 4 𝑦 2 − 𝑥 2 = 3𝑥 4 𝑦 2 − 𝑥 2 + 𝑔′ (𝑦)
atau
𝑔′ (𝑦) = 0
𝑔(𝑦) = 𝐾
𝐹(𝑥, 𝑦) = 𝑥 4 𝑦 3 − 𝑥 2 𝑦 + 𝐾 = 𝐶
atau
𝑥 4 𝑦 3 − 𝑥 2 𝑦 = 𝐶1
dengan 𝐶1 = 𝐶 − 𝐾.
𝑑𝑦 2𝑥 3 + 3𝑦
=−
𝑑𝑥 3𝑥 + 𝑦 − 1
Jawab :
𝑑𝑦 2𝑥 3 +3𝑦
Langkah 1. Nyatakan persamaan diferensial 𝑑𝑥 = − 3𝑥+𝑦−1 dalam bentuk 𝑀(𝑥, 𝑦) 𝑑𝑥 + 𝑁(𝑥, 𝑦) 𝑑𝑦 = 0,
𝐹(𝑥, 𝑦) = ∫ 3𝑥 + 𝑦 − 1 𝑑𝑦 + 𝑓(𝑥)
1
= 3𝑥𝑦 + 2 𝑦 2 − 𝑦 + 𝑓(𝑥)
𝜕𝐹 𝜕 1
Langkah 4. Turunkan 𝐹(𝑥, 𝑦) terhadap 𝑥, 𝜕𝑥
= 𝜕𝑥 (3𝑥𝑦 + 2 𝑦 2 − 𝑦 + 𝑓(𝑥)) = 3𝑦 + 𝑓 ′ (𝑥), kemudian
𝜕𝐹
gunakan 𝑀 = 𝜕𝑥 , sehingga
2𝑥 3 + 3𝑦 = 3𝑦 + 𝑓 ′ (𝑥)
atau
𝑓 ′ (𝑥) = 2𝑥 3
1
Langkah 5. Integralkan fungsi 𝑓 ′ (𝑥) untuk memperoleh 𝑓(𝑥), yaitu 𝑓(𝑥) = 2 𝑥 4 , sehingga diperoleh
1 1
𝐹(𝑥, 𝑦) = 3𝑥𝑦 + 𝑦 2 − 𝑦 + 𝑥 4
2 2
Langkah 6. Solusi umumnya,
1 1
𝐹(𝑥, 𝑦) = 3𝑥𝑦 + 𝑦 2 − 𝑦 + 𝑥 4 = 𝐶
2 2
atau
1 1
3𝑥𝑦 + 𝑦 2 − 𝑦 + 𝑥 4 = 𝐶
2 2
Dari nilai awal 𝑦(1) = 1, diperoleh 𝐶 = 3. Jadi solusi khususnya adalah
1 4 1
𝑥 + 3𝑥𝑦 + 𝑦 2 − 𝑦 − 3 = 0
2 2
F. METODE SUBSTITUSI
Telah dipelajari sebelumnya penyelesaian persamaan diferensial orde satu dengan metode
terpisahkan, persamaan diferensial linier, dan persamaan diferensial eksak. Misalkan diberikan persamaan
diferensial berbentuk:
𝑑𝑦 𝑦 𝑦
= − sin2 ( )
𝑑𝑥 𝑥 𝑥
dengan 𝑥 > 0. Persamaan ini bukan termasuk persamaan diferensial terpisahkan, persamaan diferensial
𝑦
linier, maupun persamaan diferensial eksak. Misalkan dikenalkan variabel baru 𝑣 dengan 𝑣 = 𝑥 , kemudian
𝑑𝑦 𝑑(𝑣𝑥) 𝑑𝑣 𝑑𝑥 𝑑𝑣
= = ∙𝑥+𝑣∙ =𝑥 +𝑣
𝑑𝑥 𝑑𝑥 𝑑𝑥 𝑑𝑥 𝑑𝑥
𝑦 𝑑𝑦
Substitusikan nilai 𝑣 = 𝑥 dan 𝑑𝑥 ini ke persamaan diferensial sehingga diperoleh
𝑑𝑣
𝑥 + 𝑣 = 𝑣 − sin2 𝑣
𝑑𝑥
atau
𝑑𝑣
𝑥 = − sin2 𝑣
𝑑𝑥
Persamaan terakhir ini merupakan persamaan diferensial terpisahkan, yaitu
1 1
− 2
𝑑𝑣 = 𝑑𝑥
sin 𝑣 𝑥
Integralkan kedua ruas diperoleh
cot 𝑣 = ln 𝑥 + 𝐶
𝑦
Substitusikan 𝑣 = 𝑥 sehingga diperoleh solusi persamaan diferensial yaitu
𝑦
cot ( ) = ln 𝑥 + 𝐶
𝑥
𝑑𝑦 𝑦 𝑦
Persamaan diferensial 𝑑𝑥
= 𝑥 − sin2 (𝑥 ) merupakan salah satu contoh persamaan diferensial
𝑦 ′ + 𝑃(𝑥)𝑦 = 𝑄(𝑥)𝑦 𝑛
Untuk 𝑛 = 0, persamaan Bernoulli ini merupakan persamaan diferensial linier, sedangkan untuk 𝑛 = 1
persamaan Bernoulli merupakan persamaan diferensial terpisahkan. Secara umum, persamaan Bernoulli
bukan persamaan diferensial linier maupun persamaan diferensial terpisahkan. Untuk 𝑛 ≠ 0 dan 𝑛 ≠ 1,
substitusikan 𝑣 = 𝑦1−𝑛 dan
𝑑𝑣 𝑑𝑦
= (1 − 𝑛)𝑦 −𝑛
𝑑𝑥 𝑑𝑥
atau
𝑑𝑦 1 𝑑𝑣
𝑦 −𝑛 =
𝑑𝑥 (1 − 𝑛) 𝑑𝑥
𝑑𝑦
𝑦 −𝑛 + 𝑃(𝑥)𝑦1−𝑛 = 𝑄(𝑥)
𝑑𝑥
𝑑𝑦
dan substitusikan nilai 𝑦 −𝑛 𝑑𝑥 dan 𝑣 = 𝑦1−𝑛 sehingga
1 𝑑𝑣
+ 𝑃(𝑥)𝑣 = 𝑄(𝑥)
(1 − 𝑛) 𝑑𝑥
atau
𝑑𝑣
+ (1 − 𝑛)𝑃(𝑥)𝑣 = (1 − 𝑛)𝑄(𝑥)
𝑑𝑥
Sehingga persamaan terakhir ini menjadi persamaan linier. Pencarian solusinya tinggal menerapkan
langkah-langkah pada penyelesaian persamaan diferensial linier.
𝑑𝑦
− 𝑦 = 𝑒 𝑥𝑦2
𝑑𝑥
𝑑𝑦
Jawab : Persamaan diferensial 𝑑𝑥
− 𝑦 = 𝑒 𝑥 𝑦 2 merupakan persamaan Bernoulli dengan 𝑃(𝑥) = −1,
𝑑𝑣 𝑑𝑦 𝑑𝑦 𝑑𝑣
𝑄(𝑥) = 𝑒 𝑥 , dan 𝑛 = 2. Substitusikan 𝑣 = 𝑦1−2 = 𝑦 −1 dan 𝑑𝑥
= −𝑦 −2 𝑑𝑥, sehingga 𝑑𝑥
= −𝑦 2 𝑑𝑥 =
𝑑𝑣
−𝑣 −2 𝑑𝑥. Persamaan diferensial ini menjadi
𝑑𝑣
−𝑣 −2 − 𝑣 −1 = 𝑒 𝑥 𝑣 −2
𝑑𝑥
atau
𝑑𝑣
+ 𝑣 = −𝑒 𝑥
𝑑𝑥
Diperoleh persamaan diferensial linier dengan faktor integral
𝑒 ∫ 1 𝑑𝑥 = 𝑒 𝑥
𝑑𝑣
𝑒𝑥 + 𝑒 𝑥 𝑣 = −𝑒 2𝑥
𝑑𝑥
dan
𝑑 𝑥
(𝑒 𝑣) = −𝑒 2𝑥
𝑑𝑥
Akibatnya
𝑒 𝑥 𝑣 = ∫ −𝑒 2𝑥 𝑑𝑥 + 𝐶
1
= − 2 𝑒 2𝑥 + 𝐶
1 1
Karena 𝑣 = 𝑦 −1 , maka 𝑦 = 𝑣 dan substitusikan ke persamaan terakhir diperoleh 𝑒 𝑥 𝑦 −1 = − 2 𝑒 2𝑥 + 𝐶.
1 𝑥 3 cos 𝑥 −2
Jawab : Rubah dahulu persamaan diferensial 3𝑥𝑦 2 𝑦′ − 3𝑦 3 = 𝑥 4 cos 𝑥 menjadi 𝑦 ′ − 𝑥 𝑦 = 3
𝑦 . Ini
1 𝑥 3 cos 𝑥
juga merupakan persamaan Bernoulli dengan 𝑃(𝑥) = − , 𝑄(𝑥) = , dan 𝑛 = −2. Misalkan 𝑣 =
𝑥 3
𝑑𝑣 𝑑𝑦 𝑑𝑦 1 𝑑𝑣 1 𝑑𝑣
𝑦1−(−2) = 𝑦 3 , turunan 𝑣 terhadap 𝑥 adalah = 3𝑦 2 atau = 𝑦 −2 = 𝑣 −2/3 , sehingga
𝑑𝑥 𝑑𝑥 𝑑𝑥 3 𝑑𝑥 3 𝑑𝑥
𝑑𝑣 3
− 𝑣 = 𝑥 3 cos 𝑥
𝑑𝑥 𝑥
Ini merupakan persamaan linier dalam 𝑣 dengan faktor integral
3 −3
𝑒 ∫ −𝑥 𝑑𝑥 = 𝑒 −3 ln 𝑥 = 𝑒 ln 𝑥 = 𝑥 −3
𝑑𝑣 3
𝑥 −3 − 𝑥 −3 ∙ 𝑣 = 𝑥 −3 ∙ 𝑥 3 cos 𝑥
𝑑𝑥 𝑥
atau
𝑑𝑣
𝑥 −3 − 3𝑥 −4 𝑣 = cos 𝑥
𝑑𝑥
dan
𝑑 −3
(𝑥 𝑣) = cos 𝑥
𝑑𝑥
Akibatnya
𝑥 −3 𝑣 = ∫ cos 𝑥 𝑑𝑥 + 𝐶
= sin 𝑥 + 𝐶
Karena 𝑣 = 𝑦 3 , maka 𝑦 = 𝑣 1/3 dan substitusikan ke persamaan terakhir diperoleh 𝑥 −3 𝑦 3 = sin 𝑥 + 𝐶 atau
3 𝜋
𝑦 = √𝑥 3 (sin 𝑥 + 𝐶 ). substitusikan 𝑦 ( ) = 0 dan diperoleh 𝑐 = −1. Sehingga solusi khusus persamaan
2
Selanjutnya, persamaan diferensial orde satu lain yang menggunakan teknik substitusi seperti pada
persamaan diferensial Bernoulli adalah persamaan Riccati. Secara umum persamaan Riccati berbentuk
𝑑𝑦
+ 𝑃(𝑥)𝑦 = 𝑄(𝑥)𝑦 2 + 𝑅(𝑥)
𝑑𝑥
Untuk 𝑅(𝑥) = 0, persamaan Riccati menjadi persamaan Bernoulli dengan 𝑛 = 2. Jika 𝑄(𝑥) = 0, maka
persamaan Riccati menjadi persamaan linier. Misalkan 𝑦1 adalah sebarang fungsi yang memenuhi
1 1
persamaan Riccati, dan 𝑦 = 𝑦1 + 𝑢. Turunan dari 𝑦 adalah 𝑦 ′ = 𝑦1′ − 𝑢2 𝑢′ . Substitusikan 𝑦 dan 𝑦′ ke
1 1 2𝑦1 1
(𝑦1′ − 2
𝑢′) + 𝑃 ∙ (𝑦1 + ) = 𝑄 ∙ (𝑦1 2 + + 2) + 𝑅
𝑢 𝑢 𝑢 𝑢
1 ′ 𝑃 2𝑦1 1
(𝑦1′ + 𝑃𝑦1 ) + (− 2
𝑢 + ) = (𝑄𝑦1 2 + 𝑅) + (𝑄 + 𝑄 2)
𝑢 𝑢 𝑢 𝑢
1 ′ 𝑃 2𝑦1 1
− 2
𝑢 + =𝑄 +𝑄 2
𝑢 𝑢 𝑢 𝑢
atau
𝑢′ + [2𝑦1 𝑄 − 𝑃]𝑢 = −𝑄
𝑑𝑢
+ [2𝑦1 (𝑥)𝑄(𝑥) − 𝑃(𝑥)]𝑢(𝑥) = −𝑄(𝑥)
𝑑𝑥
Persamaan terakhir ini merupakan persamaan linier dalam 𝑢. Tinggal menyelesaikan memanfaatkan
langkah-langkah penyelesaian persamaan diferensial linier.
1 1
𝑦 ′ − ( ) 𝑦 = 1 − ( 2) 𝑦 2
𝑥 𝑥
dengan 𝑥 > 0.
1 1
Jawab : Ini merupakan persamaan Riccati dengan 𝑃(𝑥) = − 𝑥, 𝑄(𝑥) = − 𝑥 2 , dan 𝑅(𝑥) = 1. Fungsi 𝑦1 = 𝑥
𝑑𝑢 1 1 1
+ [2𝑥 (− 2 ) − (− )] 𝑢 = 2
𝑑𝑥 𝑥 𝑥 𝑥
atau
𝑑𝑢 1 1
− ( )𝑢 = 2
𝑑𝑥 𝑥 𝑥
1
Ini merupakan persamaan linier, dan integral faktor 𝑒 ∫ −𝑥 𝑑𝑥
= 𝑒 − ln 𝑥 = 𝑥 −1 sehingga
1
𝑥 −1 𝑢 = ∫ 𝑥 −1 ( ) 𝑑𝑥
𝑥2
1
=− +𝐶
2𝑥 2
Sehingga
1 2𝑥
=
𝑢 2𝐶𝑥 2 − 1
2𝑥
𝑦−𝑥 =
2𝐶𝑥 2 − 1
atau
2𝑥
𝑦=𝑥+
2𝐶𝑥 2 − 1
𝟏 𝟏
Sehingga solusi persamaan diferensial 𝒚′ − (𝒙) 𝒚 = 𝟏 − (𝒙𝟐) 𝒚𝟐 adalah
𝟐𝒙
𝒚 =𝒙+
𝟐𝑪𝒙𝟐 − 𝟏
Contoh 1.14 : Selesaikan persamaan diferensial
𝑦 ′ + 2𝑦 + 𝑦 2 = 0
𝑑𝑢
+ [2(−2)(−1) − 2]𝑢 = −(−1)
𝑑𝑥
atau
𝑑𝑢
+ 2𝑢 = 1
𝑑𝑥
𝑒 2𝑥 𝑢 = ∫ 𝑒 2𝑥 𝑑𝑥 + 𝐶
1
= 𝑒 2𝑥 + 𝐶
2
Sehingga
𝑒 2𝑥 + 2𝐶 1 −2𝑥
2𝐶𝑒 −2𝑥 + 1
𝑢= = + 𝐶𝑒 =
2𝑒 2𝑥 2 2
2
𝑦+2=
2𝐶𝑒 −2𝑥 +1
atau
𝟐 −𝟒𝑪𝒆−𝟐𝒙 −𝟒𝑪
𝒚 = −𝟐 + = =
𝟐𝑪𝒆−𝟐𝒙 + 𝟏 𝟐𝑪𝒆 −𝟐𝒙 + 𝟏 𝟐𝑪 + 𝒆𝟐𝒙
−𝟒𝑪
𝒚=
𝟐𝑪 + 𝒆𝟐𝒙
Pada persamaan Bernoulli maupun Riccati dalam pencarian solusinya menerapkan teknik
substitusi. Contoh berikut memberikan bentuk substitusi lain pada persamaan diferensial sehingga pada
akhirnya terbentuk persamaan diferensialnya yang dikenali sebagai salah satu persamaan diferensial
terpisahkan, linier, atau eksak. Sehingga dalam penyelesaiannya tinggal menerapkan langkah-langkah
penyelesaian pada persamaan diferensial terpisahkan, linier, ataupun eksak.
𝒅𝒚 𝒅𝒗
= −𝟏
𝒅𝒙 𝒅𝒙
Sehingga
𝒅𝒗
− 𝟏 = 𝐬𝐢𝐧 𝒗
𝒅𝒙
atau
𝒅𝒗
= 𝐬𝐢𝐧 𝒗 + 𝟏
𝒅𝒙
Persamaan terakhir ini merupakan persamaan diferensial terpisahkan dalam 𝒗 dan 𝒙, yaitu
𝟏
𝒅𝒗 = 𝒅𝒙
𝐬𝐢𝐧 𝒗 + 𝟏
Kedua ruas diintegralkan, diperoleh
𝟐
− 𝒗 =𝒙+𝑪
𝐭𝐚𝐧 (𝟐) + 𝟏
𝟐
− 𝒙+𝒚 =𝒙+𝑪
𝐭𝐚𝐧 ( 𝟐 ) + 𝟏
LATIHAN
1. 𝑦 ′ + (𝑥 + 1)𝑦 3 = 0
2. 𝑦′ + 𝑦2 = 1
3. 𝑦 ′ = (1 + 𝑥)(1 + 𝑦 2 )
4. 𝑦 ′ = 𝑦 2 sin 𝑥
5. 𝑦 ′ = √1 − 𝑦 2
Tentukan penyelesaian persamaan diferensial berikut yang memenuhi nilai awal yang diberikan :
6. 𝑦𝑦 ′ + 𝑥 = 0, dimana 𝑦(0) = −2
7. 𝑦 ′ = 𝑥 3 𝑒 −𝑦 , dimana 𝑦(2) = 0
1
8. 𝑦 ′ = 2√𝑦 + 1 cos 2𝑥, dimana 𝑦 (4 𝜋) = −1
1
9. (𝑥 2 + 1)2 𝑦 ′ = 𝑥𝑦 3 , dimana 𝑦(0) = 2
(1−𝑥)
10. 𝑦′ = 𝑦
, dimana 𝑦(1) = 1.
11. 𝑦′ + 𝑦 = 𝑥
12. 𝑦 ′ + 2𝑦 = 6𝑒 𝑥
15. 𝑥𝑦 ′ − 2𝑦 = 𝑥 3 𝑒 𝑥
Tentukan solusi persamaan diferensial berikut yang memenuhi nilai awal yang diberikan
2
19. 𝑦 ′ + 3𝑥𝑦 = 𝑥𝑒 −𝑥 , dimana 𝑦(0) = −1
21. 𝑦 3 𝑑𝑥 + 3𝑥𝑦 2 𝑑𝑦 = 0
2𝑦(𝑥−1)
22. ln(𝑦 2 + 1) 𝑑𝑥 + 𝑑𝑦 =0
𝑦 2 +1
Selidiki apakah persamaan diferensial berikut ini merupakan persamaan diferensial eksak atau bukan,
kemudian selesaikan persamaan diferensial tersebut dengan nilai awal yang diberikan :
𝑒 𝑦⁄𝑥
27. (−𝑦 𝑑𝑥 + 𝑥 𝑑𝑦) = 0, dimana 𝑦(−2) = −2
𝑥2
𝜋
28. 2 sin 𝜔𝑦 𝑑𝑥 + 𝜔 cos 𝜔𝑦 𝑑𝑦 = 0, dimana 𝑦(0) = 2𝜔
𝑑𝑦 𝑥 2 −𝑦 2
30. 𝑑𝑥
= 2𝑥𝑦
, dimana 𝑦(1) = 2
TES FORMATIF
Petunjuk: Beri tanda silang (X) pada pilihan jawaban yang menurut Anda paling benar!
1. Orde dari persamaan diferensial (𝑦′′)2 + 3𝑥 = 2(𝑦′)3 adalah …..
A. 1
B. 2
C. 3
D. 4
E. 5
2. Diantara persamaan diferensial berikut, yang termasuk persamaan diferensial tak linier adalah ......
𝑑2 𝑦 𝑑𝑦
A. 𝑑𝑥 2
− 𝑑𝑥 = 0
𝑑𝑦
B. 𝑑𝑥
= 2𝑥𝑦
𝑑2 𝑦 𝑑𝑦
C. 𝑦 𝑑𝑥2 − 𝑑𝑥 = 0
𝑑2 𝑦
D. 𝑥2 + 3𝑦 = 0
𝑑𝑥 2
𝑑2 𝑦
E. 𝑑𝑥 2
− 𝑥𝑦 = 0
A. 𝑦 = 𝑥2 + 1
B. 𝑦 = sin 2𝑥
C. 𝑦 = ln 𝑥 2
D. 𝑦 = 𝑒𝑥 − 𝑥
1
E. 𝑦=
𝑥2
E. 𝑦 = − sin 𝑥 + 𝐶
9. Persamaan diferensial eksak (𝑥 + 𝑦)𝑑𝑥 + (𝑥 − 𝑦)𝑑𝑦 = 0 memiliki solusi umum .....
1 2 1
A. 2
𝑥 + 𝑥𝑦 + 2 𝑦 2 = 𝐶
1 2 1
B. 𝑥 − 𝑥𝑦 + 𝑦 2 = 𝐶
2 2
1 2 1
C. 2
𝑥 − 𝑥𝑦 − 2 𝑦 2 = 𝐶
1 2
D. 2
𝑥 − 𝑥𝑦 − 𝑦 2 = 𝐶
1 2 1
E. 2
𝑥 + 𝑥𝑦 − 2 𝑦 2 = 𝐶
𝑑𝑦
10. Solusi persamaan diferensial − 𝑦 = 𝑒 𝑥 yang memenuhi syarat awal 𝑦(0) = −1 adalah …
𝑑𝑥
A. 𝑦 = (𝑥 − 1)𝑒 𝑥
B. 𝑦 = 1 − 𝑥𝑒 𝑥
C. 𝑦 = (1 − 𝑥)𝑒 −𝑥
D. 𝑦 = 𝑥𝑒 𝑥 − 1
E. 𝑦 = (𝑥 − 1)𝑒 −𝑥