Anda di halaman 1dari 16

PLSV dan PtLSV, Aritmatika Sosial dan Transformasi

SINOPSIS
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Perencanaan Pembelajaran Matematika
yang dibina oleh Dr. Sudirman, M.Si

oleh

Nur Arifiana Lathifa 160311600237

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN MATEMATIKA
SEPTEMBER 2018
PERSAMAAN LINIER SATU VARIABEL

1.1 Kalimat Terbuka


A. Kalimat Matematika (Pernyataan)
Suatu kalimat yang dapat dinyatakan benar atau salah, maka kalimat tersebut disebut kalimat pernyataan
atau disingkat pernyataan.
Pernyataan adalah kalimat yang hanya mempunyai nilai benar saja atau salah jelas.
Contoh :
Semua bilangan prima adalah bilangan ganjil. Pernyataan ini bernilai salah, karena ada
bilangan prima yang merupakan bilangan genap, yaitu 2.

B. Kalimat Terbuka
Perhatikan kalimat berikut :
1. 𝑥 + 8 = 14
2. 𝑥 2 − 3𝑥 − 4 = 0
Kalimat diatas tidak dapat dinyatakan sebagai suatu pernyataan. Kalimat-kalimat 1 𝑑𝑎𝑛 2 disebut
kalimat terbuka.

Kalimat terbuka adalah kalimat yang masih mengandung variabel atau peubah yang nilai
kebenarannya belum dapat ditentukan.

Variabel adalah lambang (simbol) pada kalimat terbuka yang dapat diganti oleh sebarang anggota
himpunan yang telah ditentukan.
Konstanta adalah nilai tetap (tertentu) yang terdapat pada kalimat terbuka
Himpunan penyelesaian dari kalimat terbuka adalah himpunan semua pengganti dari variabel-
variabel pada kalimat terbuka sehingga kalimat tersebut bernilai benar

1.2 Persamaan Linier Satu Variabel (PLSV)


A. Pengertian Persamaan dan Himpunan Penyelesaian Persamaan Linier Satu Variabel
Pengganti variabel x yang mengakibatkan persamaan bernilai benar disebut penyelesaian persamaan
linear. Himpunan semua penyelesaian persamaan linear disebut himpunan penyelesaian persamaan linear.

Persamaan Liner Satu Variabel adalah kalimat terbuka yang dihubungkan oleh tanda sama dengan
(=) dan hanya mempunyai satu variabel berpangkat satu. Bentuk umum persamaan linear satu
variabel adalah
𝒂𝒙 + 𝒃 = 𝟎 dengan 𝒂 ≠ 𝟎

B. Sifat-Sifat PLSV
Misalkan 𝐴 = 𝐵 adalah persamaan linear dengan variabel x dan c adalah konstanta bukan nol. Persamaan
𝐴 = 𝐵 ekuivalen dengan persamaan-persamaan berikut:
a. 𝐴 + 𝐶 = 𝐵 + 𝐶
b. 𝐴 − 𝐶 = 𝐵 − 𝐶
c. 𝐴 × 𝐶 = 𝐵 × 𝐶
d. 𝐴: 𝐶 = 𝐵; 𝐶, 𝐶 ≠ 0

C. Penyelesaian dan Bukan Penyelesaian


1. Himpunan Penyelesaian PLSV dengan Subtitusi
Penyelesaian persamaan linear satu variabel dapat diperoleh dengan cara substitusi, yaitu mengganti
variabel dengan bilangan yang sesuai sehingga persamaan tersebut menjadi kalimat yang bernilai benar
2. Persamaan-Persamaan yang Ekuivalen
Perhatikan uraian berikut.
𝑥−3=5
Jika x diganti bilangan 8 maka 8 – 3 = 5 (benar).
Jadi, penyelesaian persamaan x – 3 = 5 adalah x = 8.
Persamaan-persamaan di atas disebut persamaan yang ekuivalen. Suatu persamaan yang ekuivalen
dinotasikan dengan “⇔”
Dua persamaan atau lebih dikatakan ekuivalen jika mempunyai himpunan penyelesaian yang sama
dan dinotasikan dengan tanda “⇔”
Suatu persamaan dapat dinyatakan ke dalam persamaan yang ekuivalen dengan cara
a. Menambah atau mengurangi kedua ruas dengan bilangan yang sama;
b. Mengalikan atau membagi kedua ruas dengan bilangan yang sama

Contoh :
1. Selesaikan persamaan
3𝑥 + 13 = 5 − 𝑥, untuk Penyelesaian
x variable pada 1. 3𝑥 + 13 = 5 − 𝑥
himpunan bilangan ⇔ 3𝑥 − 13 + 13 = 5 − 𝑥 − 13 (kedua ruas dikurangi 13)
bulat. ⇔ 3𝑥 = −8 − 𝑥
⇔ 3𝑥 + 𝑥 = −8 − 𝑥 + 𝑥 (kedua ruas ditambah x)
⇔ 4𝑥 = −8
1 1 1
⇔ × 4𝑥 = × (−8) (kedua ruas dikalikan )
4 4 4
⇔𝑥 = −2
jadi, penyelesaian persamaan 3𝑥 + 13 = 5 − 𝑥 adalah 𝑥 = {−2}
2. Penyelesaian PLSV Bentuk Pecahan
Dalam menentukan penyelesaian persamaan linear satu variabel bentuk pecahan, caranya
hampir sama dengan menyelesaikan operasi bentuk pecahan aljabar. Agar tidak memuat pecahan,
kalikan kedua ruas dengan KPK dari penyebut-penyebutnya, kemudian selesaikan persamaan linear
satu variable.

Contoh :
Penyelesaian
Tentukan penyelesaian dari 1 𝑥−1
1 𝑥−1
persmaan 𝑥 − 2 = jika x 𝑥−2 =
5 2 5 2
variable pada himpunan 1 𝑥−1
⇔ 10 ( 𝑥 − 2) = 10 ( ) (kedua ruas dikalikan KPK [2,5] = 10)
5 2
bilangan rasional
Dengan menggunakan persamaan ekuivalen
⇔𝑥 = −5
1 𝑥−1
Jadi, penyelesaian persamaan 𝑥 − 2 = adalah 𝑥 = {−5}
5 2

D. Grafik Himpunan Penyelesaian Persamaan Linier Satu Variabel


Grafik himpunan penyelesaian persamaan linear satu variable ditunjukkan pada suatu garis bilangan, yaitu
berupa noktah (titik).
Contoh : Penyelesaian

Tentukan himpunan penyelesaian dari ⇔ 8𝑥 + 12 = 10𝑥 + 8


persmaan 4(2𝑥 + 3) = 10𝑥 + 8 jika x Dengan menggunakan persamaan ekuivalen maka
variable pada himpunan bilangan bulat. ⇔𝑥 = 2
Kemudian gambarlah pada garis Jadi, himpunan penyelesaiannya adalah {2}
bilangan. grafik himpunan penyelesaiannya sebagai berikut

E. Model Matematika dan Menyelesaikan Soal Cerita yang berkaitan dengan PLSV
Untuk dapat menyelesaikan permasalahan tersebut perlu diperhatikan langkah-langkah berikut
a. Pemahaman terhadap permasalahan tersebut.
b. Menerjemahkan permasalahan tersebut dalam bentuk kalimat matematika (persamaan).
c. Menyelesaikan persamaan tersebut.
d. Memeriksa hasil penyelesaian dengan mengaitkannya pada permasalahan awal
Contoh :
Penyelesaian
1. Suatu kolam renang berbentuk
persegi panjang memiliki lebar 1. Misalkan panjang = 𝑥 m, maka lebarnya (𝑥 − 7) m
7 kurangnya dari panjangnya Model matematika dari soal disampung adalah 𝑝 = 𝑥
dan keliling 86 m. Tentukanlah sehingga keliling = 2(𝑥)+ 2(𝑥 − 7)
ukuran panjang dan lebarnya Penyelesaian model matematika tersebut sebagai berikut
⇔𝑘 = 2𝑥 + 2𝑥 − 14
⇔𝑘 = 4𝑥 − 14
⇔ 86 = 4𝑥 − 14
⇔ 86 + 14 = 4𝑥 − 4
⇔ 4𝑥 = 100
100
⇔𝑥 = = 25
4
Ukuran kolam, panjang 25 m dan lebarnya (𝑥 − 7) m = 18m
1.3 Pertidaksamaan Linier Satu Variabel (PtLSV)
1.3.1 Ketidaksamaan
Misalnya ada dua bilangan 3 dan 6. Perhatikan hubungan antar ketiga bilangan berikut ini .
a. 3 < 6, dibaca 3 kurang dari 6
b. 6 > 3, dibaca 6 lebih dari 3
Kalimat-kalimat di atas disebut ketidaksamaan. Untuk sebarang bilangan a 𝑑𝑎𝑛 𝑏, selalu
berlaku salah satu hubungan berikut:
𝑎 > 𝑏, dibaca 𝑎 lebih dari 𝑏 ≠, dibaca 𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘 𝑠𝑎𝑚𝑎 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛
𝑎 < 𝑏, dibaca 𝑎 kurang dari 𝑏 ≥, dibaca 𝑙𝑒𝑏𝑖ℎ 𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑠𝑎𝑚𝑎 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 atau 𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘 𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑎𝑟𝑖
𝑎 = 𝑏, dibaca 𝑎 sama dengan ≤, dibaca 𝑙𝑒𝑏𝑖ℎ 𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑠𝑎𝑚𝑎 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 atau 𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘 𝑙𝑒𝑏𝑖ℎ 𝑑𝑎𝑟𝑖

1.3.2 Pertidaksamaan Linier Satu Variabel (PtLSV)


A. Pengertian PtLSV
Perhatikan kalimat terbuka berikut ini dari 6𝑥 < 18
Kalimat terbuka tersebut menyatakan hubungan ketidaksamaan. Hal ini ditunjukkan adanya tanda
hubung <, >, ≤, 𝑎𝑡𝑎𝑢 ≥

Kalimat terbuka yang menyatakan hubungan ketidaksamaan (<, >, ≤, 𝑎𝑡𝑎𝑢 ≥) disebut
pertidaksamaan

Pertidaksamaan linear satu variabel adalah pertidaksamaan yang hanya mempunyai satu variabel
dan berpangkat satu (linear).

𝑎𝑥 + 𝑏 < 0, 𝑎𝑥 + 𝑏 > 0, 𝑎𝑥 + 𝑏 ≤ 0, 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑎𝑥 + 𝑏 ≥ 0


dengan 𝑎 ≠ 𝑏, 𝑎 𝑑𝑎𝑛 𝑏 bilangan real (nyata)

B. Sifat-Sifat Pertidaksamaan Linier Satu Variabel


Misalkan 𝐴 < 𝐵 pertidaksamaan linear satu variabel x dan C adalah konstanta tidak nol.
Pertidaksamaan 𝐴 < 𝐵 ekuivalen dengan:
a. 𝐴 + 𝐶 < 𝐵 + 𝐶
b. 𝐴 − 𝐶 < 𝐵 + 𝐶
c. 𝐴 × 𝐶 < 𝐵 × 𝐶, jika 𝐶 > 0 untuk semua x
d. 𝐴 × 𝐶 > 𝐵 × 𝐶, jika 𝐶 < 0 untuk semua x
𝐴 𝐵
e. < , jika 𝐶 > 0 untuk semua x
𝐶 𝐶
𝐴 𝐵
f. < , jika 𝐶 < 0 untuk semua x
𝐶 𝐶
sifat-sifat di atas juga berlaku untuk lambang " ≥ " atau " ≤ "
C. Menyelesaikan Pertidaksamaan Linier Satu Variabel
1. Himpunan Penyelesaian PLSV dengan subtitusi
Cara menyelesaikan persamaan linier satu variable, salah satunya dengan subtitusi
(penggantian). Hal ini juga berlaku pada pertidaksamaan linier satu variable
Perhatikan pertidaksamaan 10 − 3𝑥 > 2, dengan x variable pada himpunan bilangan asli
Jika x diganti 1 maka 10 − 3𝑥 > 2
⇔ 10 − 3 × 1 > 2
⇔ 7 > 2 (pernyataan benar) dan seterusnya
Jadi himpunan penyelesaian dari 10 – 3𝑥 > 2 adalah {1, 2}
secara umum dapat dituliskan sebagai berikut.

Pengganti variabel dari suatu pertidaksamaan, sehingga menjadi pernyataan yang benar
disebut penyelesaian dari pertidaksamaan linear satu variable.

2. Pertidaksamaan yang Ekuivalen


Perhatikan uraian berikut ini :
Tentukan himpunan penyelesaian dari pertidaksamaan 4𝑥 – 2 > 3𝑥 + 5 dengan 𝑥
variabel pada himpunan bilangan cacah.
Penyelesaian
4𝑥 – 2 > 3𝑥 + 5
⇔ 4𝑥 – 2 + 2 > 3𝑥 + 5 + 2 (kedua ruas ditambah 2)
⇔ 4𝑥 > 3𝑥 + 7
⇔ 4𝑥 > 3𝑥 + 7
⇔ 4𝑥 + (−3𝑥) > 3𝑥 + (−3𝑥) + 7 (kedua ruas ditambah -3x)
⇔𝑥 > 7
karena x variable pada himpunan bilangan cacah maka himpunan penyelesainnya adalah
{8, 9, 10, ...}
Berdasarkan contoh di atas, untuk menentukan penyelesaian pertidaksamaan linear satu variabel, dapat
dilakukan dalam dua cara sebagai berikut.
a. Mencari lebih dahulu penyelesaian persamaan yang diperoleh dari pertidaksamaan dengan mengganti
tanda ketidaksamaan dengan tanda “=”.
b. Menyatakan ke dalam pertidaksamaan yang ekuivalen.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut.

Suatu pertidaksamaan dapat dinyatakan ke dalam pertidaksamaan yang ekuivalen dengan cara
sebagai berikut.
a. Menambah atau mengurangi kedua ruas dengan bilangan yang sama tanpa mengubah tanda
ketidaksamaan.
b. Mengalikan atau membagi kedua ruas dengan bilangan positif yang sama tanpa mengubah
tanda ketidaksamaan.
c. Mengalikan atau membagi kedua ruas dengan bilangan negatif yang sama, tetapi tanda
ketidaksamaan berubah, dimana
1. > menjadi <;
2. ≥ menjadi ≤;
3. < menjadi >;
4. ≤ menjadi ≥;

D. Penyelesaian PtLSV Bentuk Pecahan


Konsep penyelesaian pada persamaan linear satu variabel bentuk pecahan dapat digunakan untuk menyelesaikan
pertidaksamaan linear satu variabel bentuk pecahan.

Contoh :
Penyelesaian
Tentukan himpunan penyelesaian dari 1 1
1 1
pertidaksamaan 𝑥 + 3 ≤ 𝑥 dengan 𝑥+3 ≤ 𝑥
2 5 2 5
x variable pada {−15, −14, … , 0} 1 1
⇔ 10 ( 𝑥 + 3) ≤ 𝑥 × 10 (kedua ruas dikalikan KPK [2,5] = 10)
2 5
Dengan menggunakan pertidaksamaan ekuivaelen maka
⇔𝑥 ≤ −10
Jadi, himpunan penyelesaiannya adalah 𝑥 = {−15, −14, … , −10}
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa:
a. Setiap pertidaksamaan tetap ekuivalen, dengan tanda ketidaksamaan tidak berubah, walaupun kedua ruas
dikalikan dengan bilangan positif yang sama.
b. Suatu pertidaksamaan apabila kedua ruasnya dikalikan dengan bilangan negatif yang sama maka tanda
pertidaksamaan berubah.
E. Menggambar Grafik Penyelesaian Pertidaksamaan Linier Satu Variabel
Penyelesaian suatu pertidaksamaan linear satu variabel dapat digambarkan pada garis bilangan atau pada
selang (interval) yang disebut garis penyelesaian/grafik penyelesaian.

a Garis Bilangan
Contoh :
Penyelesaian
Gambarlah grafik penyelesaian 1. 𝑥 + 2 > 3 ⇔ 𝑥 > 3 − 2 ⇔ 𝑥 > 1
dari pertidaksamaan berikut, Karena 𝑥 ∈ 𝑏𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑐𝑎𝑐𝑎ℎ kurang dari 5 maka penyelesaiannya
untuk x bilangan cacah kurang adalah 𝑥 = 2,3, 𝑑𝑎𝑛 4
dari 5 dari 𝑥 + 2 > 3
b Selang (Interval)
Perhatikan tabel berikut.

No. Selang (interval) Grafik


1. 𝒙>𝒂
2. 𝒙<𝒂
3. 𝒙≥𝒂
4. 𝒙≤𝒂
5. 𝒂>𝒙<𝒃
6. 𝒂≤𝒙≤𝒃
7. 𝒂<𝒙≤𝒃
8. 𝒂≤𝒙<𝒃

F. Model Matematika dan Menyelesaikan Soal Cerita yang berkaitan dengan PTLSV
Langkah-langkah untuk menyelesaikan persoalan sehari-hari yang berhubungan dengan
pertidaksamaan adalah sebagai berikut:
1. Pemahaman terhadap permasalahan tersebut.
2. Menerjemahkan permasalahan tersebut dalam bentuk pertidaksamaan.
3. Menyelesaikan pertidaksamaan tersebut hingga diperoleh penyelesaiannya.
4. Memeriksa hasil yang telah diperoleh dengan mengaitkannya pada soalnya
Contoh : Penyelesaian
Permukaan sebuah meja Diketahui panjang permukaan meja (𝑝) = 16𝑥, lebar (𝑙) = 10𝑥, dan
berbentuk persegi panjang luas = L
dengan panjang 16𝑥 𝑐𝑚 dan lebar Model matematika dari luas persegi panjang adalah
10𝑥 𝑐𝑚. Jika luasnya tidak 𝐿 =𝑝×𝑙
kurang dari 40 𝑑𝑚2 , tentukan = 16𝑥 × 10𝑥
ukuran minimum permukaan 𝐿 = 160𝑥 2
meja tersebut Luas tidak kurang dari 40 𝑑𝑚2 = 4.000 𝑐𝑚2 dapat ditulis
𝐿 = 160𝑥 2 ≥ 4.000, sehingga diperoleh
160𝑥 2 ≥ 4.000
⇔ 𝑥2 ≥ 25
⇔ 𝑥 ≥5
Nilai minimum x = 5 cm, sehingga diperoleh
p = 16x cm = 16 × 5 cm = 80 cm
l = 10x cm = 10 × 5 cm = 50 cm.
Jadi, ukuran minimum permukaan meja tersebut adalah
(80 × 50) cm.
ARITMATIKA SOSIAL

1.1 Nilai Keseluruhan, Nilai Per Unit dan Nilai Sebagian


Nilai keseluruhan, nilai per unit, dan nilai sebagian mempunyai suatu hubungan, yaitu:

𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑘𝑒𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑎𝑛 = 𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘 𝑢𝑛𝑖𝑡 × 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑝𝑒𝑟 𝑢𝑛𝑖𝑡


𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑘𝑒𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑎𝑛
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑝𝑒𝑟 𝑢𝑛𝑖𝑡 =
𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘 𝑝𝑒𝑟 𝑢𝑛𝑖𝑡
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑠𝑒𝑏𝑎𝑔𝑖𝑎𝑛 = 𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘 𝑠𝑒𝑏𝑎𝑔𝑖𝑎𝑛 𝑢𝑛𝑖𝑡 × 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑝𝑒𝑟 𝑢𝑛𝑖𝑡

Contoh :
Seorang pedagang buah membeli 12 Penyelesaian
buah durian. Ia membayar dengan 3
lembar uang seratus ribuan dan a. Harga pembelian = 3 × 𝑅𝑝100.000,00 – 𝑅𝑝30.000,00
mendapat uang kembalian sebesar = 𝑅𝑝300.000,00 – 𝑅𝑝30.000,00
= 𝑅𝑝270.000,00
a. Tentukan harga pembelian Jadi, harga pembelian seluruhnya adalah 𝑅𝑝270.000,00.
seluruhnya.
1.2 Harga Penjualan, Harga Pembelian, Untung dan Rugi
Harga beli adalah harga barang dari pabrik, grosir, atau tempat lainnya. Harga beli sering disebut modal.
Dalam situasi tertentu, modal adalah harga beli ditambah dengan ongkos atau biaya lainnya.
Harga jual adalah harga barang yang ditetapkan oleh pedagang kepada pembeli. Untung atau laba adalah
selisih antara harga penjualan dengan harga pembelian jika harga penjualan lebih dari harga pembelian.
Perhatikan table dibawah ini.

No. Harga Beli (Rp) Harga Jual (Rp) Untung (Rp) Rugi (Rp) Impas
1. 12.000,00 14.500,00 2.500,00 - -
2. 75.000,00 75.000,00 - - IMPAS
Dari table diatas, diperoleh:
1. Jika harga jual > harga beli, dikatakan beruntung (untung)
2. Harga jual < harga beli, dikatakan rugi
3. Harga jual = harga beli, dikatakan impas
Dari uraian di atas, dapat kita simpulkan bahwa:

𝑈𝑛𝑡𝑢𝑛𝑔 = ℎ𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑝𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 − ℎ𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑝𝑒𝑚𝑏𝑒𝑙𝑖𝑎𝑛


𝑅𝑢𝑔𝑖 = ℎ𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑝𝑒𝑚𝑏𝑒𝑙𝑖𝑎𝑛 − ℎ𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑝𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛
𝐼𝑚𝑝𝑎𝑠 = ℎ𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑝𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 = ℎ𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑝𝑒𝑚𝑏𝑒𝑙𝑖𝑎𝑛

Contoh :
Seorang pedagang membeli jeruk Penyelesaian
sebanyak 40 kg dengan harga a. Harga pembelian = 40 × 𝑅𝑝6.500,00
Rp6.500,00 per kg. Kemudian 30 kg di = 𝑅𝑝260.000,00
antaranya dijual dengan harga Jadi, harga pembelian jeruk adalah 𝑅𝑝260.000,00.
Rp7.000,00 per kg, dan sisanya dijual b. Harga penjualan
dengan harga Rp6.000,00 per kg. = (30 × 𝑅𝑝7.000,00) + (10 × 𝑅𝑝6.000,00)
Hitunglah = 𝑅𝑝210.000,00 + 𝑅𝑝60.000,00
= 𝑅𝑝270.000,00
a. harga pembelian; Jadi, harga penjualannya adalah Rp270.000,00.
b. harga penjualan;

1.3 Persentase Untung atau Rugi


a. Menentukan persentase untung atau rugi
Dalam perdagangan, besar untung atau rugi terhadap harga pembelian biasanya dinyatakan dalam bentuk
persen

𝑢𝑛𝑡𝑢𝑛𝑔
𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑛𝑔 = × 100%
ℎ𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑝𝑒𝑚𝑏𝑒𝑙𝑖𝑎𝑛
𝑟𝑢𝑔𝑖
𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑛𝑔 = × 100%
ℎ𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑝𝑒𝑚𝑏𝑒𝑙𝑖𝑎𝑛
Contoh :
Seorang pedagang membeli 1 kuintal Penyelesaian
beras dengan harga Rp6.000,00 per kg.
Pedagang itu menjual beras tersebut Harga pembelian = 100 × 𝑅𝑝6.000,00 = 𝑅𝑝600.000,00
dan memperoleh uang sebanyak Harga penjualan = 𝑅𝑝620.000,00
Rp620.000,00. Tentukan persentase Harga penjualan lebih dari harga pembelian maka pedagang itu
untung atau rugi pedagang itu mengalami untung.
Untung = 𝑅𝑝620.000,00 – 𝑅𝑝600.000,00 = 𝑅𝑝20.000,00
Persentase keuntungan pedagang itu adalah
𝑢𝑛𝑡𝑢𝑛𝑔 20.000
× 100% = × 100% = 3,33%
ℎ𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑝𝑒𝑚𝑏𝑒𝑙𝑖𝑎𝑛 600.000

b. Menentukan harga penjualan dan harga pembelian jika persentase untung atau rugi diketahui
Jika persentase untung atau rugi diketahui, kita dapat menghitung harga beli atau harga jualnya.
Diketahui untung (laba) = harga penjualan – harga pembelian, maka
1. harga penjualan = harga pembelian + untung;
2. harga pembelian = harga penjualan – untung.
dan diketahui rugi = harga pembelian – harga penjualan, maka
1. harga penjualan = harga pembelian – rugi;
2. harga pembelian = harga penjualan + rugi.
Contoh :
Seorang pedagang menjual suatu
barang dengan harga Rp210.000,00 Penyelesaian
dan mendapat untung 5% dari harga 𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑝𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 = ℎ𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑝𝑒𝑚𝑏𝑒𝑙𝑖𝑎𝑛 + 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑛𝑔
beli. Tentukan harga beli barang 𝑅𝑝210.000,00 = ℎ𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑝𝑒𝑚𝑏𝑒𝑙𝑖𝑎𝑛 + 5% ℎ𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑝𝑒𝑚𝑏𝑒𝑙𝑖𝑎𝑛
tersebut
= 100% ℎ𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑝𝑒𝑚𝑏𝑒𝑙𝑖𝑎𝑛
+ 5% ℎ𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑝𝑒𝑚𝑏𝑒𝑙𝑖𝑎𝑛
= (100% + 5%)ℎ𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑝𝑒𝑚𝑏𝑒𝑙𝑖𝑎𝑛
105
= × ℎ𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑝𝑒𝑚𝑏𝑒𝑙𝑖𝑎𝑛
100
𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑝𝑒𝑚𝑏𝑒𝑙𝑖𝑎𝑛 = 𝑅𝑝210.000,00
100
= 𝑅𝑝210.000,00:
105
= 𝑅𝑝210.000,00
1.4 Rabat (diskon), Bruto, Tara dan Neto
1. Rabat (Diskon)
Rabat artinya potongan harga atau lebih dikenal dengan istilah diskon. potongan harga / diskon/ rabat biasanya
diperhitungkan dengan persen
Contoh :
Seseorang membeli baju di Toko Penyelesaian
Anugerah seharga Rp85.000,00. Toko
tersebut memberikan diskon 20% 𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑝𝑒𝑚𝑏𝑒𝑙𝑖𝑎𝑛 = 𝑅𝑝85.000,00
untuk setiap pembelian. Berapakah 20
uang yang harus ia bayar 𝐷𝑖𝑠𝑘𝑜𝑛 20% = × 𝑅𝑝85.000,00
100
= 𝑅𝑝17.000,00
𝑈𝑎𝑛𝑔 𝑦𝑎𝑛𝑔 ℎ𝑎𝑟𝑢𝑠 𝑑𝑖𝑏𝑎𝑦𝑎𝑟 = 𝑅𝑝85.000,00 – 𝑅𝑝17.000,00
= 𝑅𝑝68.000,00
Jadi, uang yang harus ia bayarkan sebesar 𝑅𝑝68.000,00

Dari uraian di atas dapat disimpulkan sebagai berikut.


𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ = ℎ𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑘𝑜𝑡𝑜𝑟 – 𝑟𝑎𝑏𝑎𝑡 (𝑑𝑖𝑠𝑘𝑜𝑛)
dimana: harga kotor adalah harga barang sebelum dipotong rabat (diskon).
harga bersih adalah harga barang sesudah dipotong rabat (diskon).
2. Bruto, Netto dan Tara

Bruto (berat kotor) adalah berat karung beserta kemasan atau bungkusnya.
Neto (berat bersih) adalah berat barang tanpa kemasan atau bungkusnya.
Tara adalah selisih antara bruto dan neto (berat kemasan atau bungkus suatu barang)
𝐵𝑟𝑢𝑡𝑜 = 𝑛𝑒𝑡𝑜 + 𝑡𝑎𝑟𝑎
𝑁𝑒𝑡𝑜 = 𝑏𝑟𝑢𝑡𝑜 – 𝑡𝑎𝑟𝑎
𝑇𝑎𝑟𝑎 = 𝑏𝑟𝑢𝑡𝑜 – 𝑛𝑒𝑡𝑜

Jika diketahui persen tara dan bruto, kalian dapat mencari tara dengan rumus berikut.
𝑇𝑎𝑟𝑎 = 𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛 𝑡𝑎𝑟𝑎 × 𝑏𝑟𝑢𝑡𝑜
Untuk menentukan harga bersih setelah memperoleh potongan berat (tara) dapat dirumuskan sebagai berikut.
𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ = 𝑛𝑒𝑡𝑜 × ℎ𝑎𝑟𝑔𝑎/𝑠𝑎𝑡𝑢𝑎𝑛 𝑏𝑒𝑟𝑎
Contoh :
Ibu membeli 5 kaleng susu. Di setiap Penyelesaian
kaleng itu tertulis neto 1 kg. Setelah Bruto setiap kaleng = 6 𝑘𝑔 ∶ 5 = 1,2 𝑘𝑔
ditimbang ternyata berat seluruh Tara setiap kaleng = 1,2 𝑘𝑔 – 1 𝑘𝑔 = 0,2 𝑘𝑔
kaleng susu tersebut 6 kg. Berapakah
bruto dan tara setiap kaleng

1.5 Bunga Tunggal dan Pajak


1. Bunga Tunggal
Besarnya bunga tunggal adalah

Bunga 1 tahun = 𝑎% × 𝑀
Bunga m tahun = 𝑛 × 𝑎% × 𝑀
6
Bunga 1 tahun = × 𝑎% × 𝑀
12
6
= × 𝑏𝑢𝑛𝑔𝑎 1 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
12

Contoh :
Vega menyimpan uang di bank sebesar Penyelesaian
Rp2.000.000,00 dengan suku bunga 18% Modal = Rp2.000.000,00; bunga = 18% setahun.
setahun dengan bunga tunggal.Tentukan a. Bunga akhir bulan pertama
1 18
= × × 𝑅𝑝2.000.000,00
12 100
a. besarnya bunga pada akhir bulan pertama;
= Rp30.000,00.
2. Pajak

Pajak adalah suatu kewajiban yang dibebankan kepada masyarakat untuk menyerahkan sebagian
kekayaan kepada negara
menurut peraturan-peraturan yang telah ditetapkan pemerinta
Contoh : Penyelesaian
Pak Putu memperoleh gaji Besar gaji = Rp950.000,00;
Rp950.000,00 sebulan dengan Penghasilan tidak kena pajak = Rp380.000,00
penghasilan tidak kena pajak PPh = 10%
Rp380.000,00. Jika pajak Besar penghasilan kena pajak
penghasilan (PPh) diketahui 10%,
= 𝑅𝑝950.000,00 – 𝑅𝑝380.000,00
berapakah besar gaji yang diterima
= 𝑅𝑝570.000,00
Pak Putu per bulan?
Besar pajak penghasilan = 10% × 𝑝𝑒𝑛𝑔ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑛𝑎 𝑝𝑎𝑗𝑎𝑘
10
= × 𝑅𝑝570.000,00
100
= 𝑅𝑝57.000,00
TRANSFORMASI
Gaji yang diterima = Rp950.000,00 – Rp57.000,00
= Rp893.000,00
Jadi, besar gaji yang diterima Pak Putu per bulan adalah Rp893.000,
TRANSFORMASI

Transformasi adalah pemindahan suatu gambar (termasuk bangun geometris) awal menjadi gambar baru
dengan refleksi, translasi, rotasi, atau dilatasi.

Jenis Transformasi Pengertian Contoh


Refleksi Pencerminan suatu benda atau bangun
geometris pada suatu garis.

Translasi Pergeseran atau pergerakan suatu benda atau


bentuk geometris ke posisi baru sepanang
garis lurus.

Rotasi Perputaran, memindahkan suatu benda atau


bangun geometris mengelilingi suatu titik .

Dilatasi Perbesaran atau pengecilan suatu gambar


atau bangun geometris.

1.1. Refleksi

Refleksi atau pencerminan adalah satu jenis transformasi yang mcmindahkan sctiap titik pada suatu bidang
dcngan mengggunakan sifat bayangan ccrmin dari titik-titik yang dipindahkan.menurut peraturan-peraturan
yang telah ditetapkan pemerintah

a. Pencerminan terhadap suatu garis

Refleksi oleh garis l merupakan hasil pencerminan oleh cermin


yang tegak lurus bidang dan terletak pada garis l. Titik di sebelah garis
l dicerminkan ke sisi lain garis l, dan titik yang terletak pada garis l
tetap dan tidak berubah.

Misalkan adalah garis pada bidang datar. Refleksi titik P dalam garis l adalah sebagai berikut.
Berdasarkan gambar di samping, maka dapat diketahui bahwa:
1. Sebarang titik P yang tidak terletak pada garis l yang direfleksikan
menghasilkan P′ sebagai bayangan demikian sehingga garis l tegak lurus dan
membagi ̅̅̅̅
pp′ sama panjang.
2. Bayangan sebarang titik Q yang terletak pada garis l adalah dirinya sendiri
Bayangan ̅̅̅̅
AB yang direfleksikan oleh gari l adalah

b. Refleksi pada bidang koordinat


Refleksi juga berlangsung dalam bidang koordinat, antara lain refleksi terhadap sumbu-x, refleksi
terhadap sumbu-y, refleksi terhadap titik asal 𝑂(0, 0), refleksi terhadap garis sejajar sumbu-x, refleksi
terhadap sumbu-y, dan refleksi terhadap garis y = x

Refleksi pada sumbu-x


Contoh :
Titik A berkoordinat di (2, 3) dan B berkoordinat di (-3, 1). Tentukan bayangan titik A dan B setelah
direfleksikan pada sumbu-x.
Penyelesaian

Tentukan titik A dan B dalam bidang koordinat


Karena titik A berjarak 3 satuan ke atas dari sumbu-x, maka koordinat titik A′ berjarak
3 satuan ke bawah dari sumbu-x.
Karena titik B berjarak 1 satuan ke atas dari sumbu-x, maka koordinat titik B′ berjarak
1 satuan ke bawah dari sumbu-x

Koordinat Semula Koordinat Bayangan


𝑨(𝟐, 𝟑) 𝑨′(𝟐, −𝟑)
𝑩(−𝟑, 𝟏) 𝑩′(−𝟑, −𝟏)
Jadi, bayangan titik A dan B setelah direfleksikan pada sumbu-x adalah 𝐴′(2, – 3) 𝑑𝑎𝑛 𝐵′(– 3, – 1).

Refleksi pada sumbu-y


Contoh :
Titik A berkoordinat di (3, 2) dan B berkoordinat di (1, –2). Tentukan bayangan titik A dan B setelah
direfleksikan pada sumbu-y.
Penyelesaian

Tentukan titik A dan B dalam bidang koordinat.


Karena titik A berjarak 3 satuan ke kanan dari sumbu-y, maka bayangan titik A, yakni
titik A′ berjarak 3 satuan ke kiri dari sumbu-y.
Karena titik B berjarak 1 satuan ke kanan dari sumbu-x, maka koordinat titik B′
berjarak 1 satuan ke kiri dari sumbu-x
Koordinat Semula Koordinat Bayangan
𝑨(𝟑, 𝟐) 𝑨′(−𝟑, 𝟐)
𝑩(𝟏, −𝟐) 𝑩′(−𝟏, −𝟐)

Jadi, bayangan titik A dan B setelah direfleksikan pada sumbu-y adalah 𝐴′(−3,2) 𝑑𝑎𝑛 𝐵′(– 1, – 2).

Refleksi pada titik asal O(0,0)


Contoh :
Titik A berkoordinat di (3, 2) dan B berkoordinat di (3, –1). Tentukan bayangan titik A dan B setelah
direfleksikan pada titik asal (0, 0)
Penyelesaian
Tentukan titik A dan B dalam bidang koordinat.
Karena titik A berjarak 3 satuan ke kanan dan 2 satuan ke atasdari titik asal, maka
bayangan titik A, yakni titik A′ berjarak 3 satuan ke kiri dan 2 satuan ke bawah dari titik
asal.
Karena titik B berjarak 3 satuan ke kanan dan 1 satuan ke bawah dari titik asal, maka
bayangan titik B, yakni titik B′ berjarak 3 satuan ke kiri dan 1 satuan ke atas dari titik asal

Koordinat Semula Koordinat Bayangan


𝑨(𝟑, 𝟐) 𝑨′(−𝟑, 𝟐)
𝑩(𝟑, −𝟏) 𝑩′(−𝟑, 𝟏)
Jadi, bayangan titik A dan B setelah direfleksikan pada titik asal O(0, 0) adalah 𝐴′(– 3, – 2) 𝑑𝑎𝑛 𝐵′(– 3, 1).

Refleksi pada garis y=x


Contoh :
Segi empat KLMN yang berkoordinat K(1, 3), L(–3, 3), M(–5, 1), dan N(–3, –1). Lukislah segiempat KLM dan
bayangannya yang direfleksikan terhadap garis y = x. Bandingkan koordinat titik-titik KLMN dengan koordinat
bayangannya.
Penyelesaian
Untuk menentukan bayangan titik-titik segiempat KLMN, perhatikan titik K ke
garis y = x. Dari titik K dibuat garis yang tegak lurus ke garis y = x dan berjarak
sama dengan garis. Sehingga diperoleh K′(3, 1). Begitu pula untuk titik-titik yang
lainnya. Sehingga diperoleh bayangan titik-titik lainnya.
Koordinat Semula Koordinat Bayangan
𝑲(𝟏, 𝟑) 𝑲′(𝟑, 𝟏)
𝑳(−𝟑, 𝟑) 𝑳′(𝟑, −𝟑)
𝑴(−𝟓, 𝟏) 𝑴′(𝟏. −𝟓)
𝑵(−𝟑, 𝟏) 𝑵′(−𝟏, −𝟑)
Hubungkan keempat titik sehingga membentuk segiempat baru K′L′M′N′.
Dan dapat disimpulkan bahwa nilai x dan y pada koordinat segi empat semula dan bayangannya bertukar posisi

Refleksi titik pada garis sejajar sumbu-x


Contoh :
Segi empat KLMN berkoordinat K(2, –5), L(–1, 3), M(–4, 2), dan N(–3, –5) direfleksikan garis yang sejajar
sumbu x. Lukislah KLMN dan bayangannya yang direfleksikan terhadap garis y = 3. Bandingkan koordinat titik-
titik KLMN dengan koordinat bayangannya.
Penyelesaian
Untuk menentukan bayangan titik-titik segiempat KLMN, perhatikan titik K ke garis y = 3.
Dari titik K ke garis y = 3 berjarak berjarak 8 satuan, sedangkan koordinat-x tidak berubah.
Sehingga bayangan titik K adalak K′(2, 11). Dengan cara yang sama, koordinat L, M, dan
N dapat ditentukan.
Koordinat Semula Koordinat Bayangan
𝑲(𝟐, 𝟓) 𝑲′(𝟐, 𝟏𝟏)
𝑳(−𝟏, 𝟑) 𝑳′(−𝟏, 𝟑)
𝑴(−𝟒, 𝟐) 𝑴′(−𝟒, 𝟒)
𝑵(−𝟑, −𝟓) 𝑵′(−𝟑, 𝟏𝟏)
Hubungkan keempat titik sehingga membentuk segiempat baru K′L′M′N′.

Refleksi titik pada garis sejajar sumbu-y


Contoh :
Misalkan segi empat KLMN dari Contoh 3.10 direfleksikan garis yang sejajar sumbu y. Lukislah KLMN dan
bayangannya yang direfleksikan terhadap garis x = 3. Bandingkan koordinat titik-titik KLMN dengan koordinat
bayangannya
Penyelesaian
Untuk menentukan bayangan titik-titik segiempat KLMN, perhatikan titik K ke
garis y = 3. Dari titik K ke garis y = 3 berjarak berjarak 8 satuan, sedangkan
koordinat-x tidak berubah. Sehingga bayangan titik K adalak K′(2, 11). Dengan
cara yang sama, koordinat L, M, dan N dapat ditentukan.
Koordinat Semula Koordinat Bayangan
𝑲(𝟐, −𝟓) 𝑲′(𝟒, −𝟓)
𝑳(−𝟏, 𝟑) 𝑳′(𝟕, 𝟑)
𝑴(−𝟒, 𝟐) 𝑴′(𝟏𝟎, 𝟐)
𝑵(−𝟑, −𝟓) 𝑵′(𝟗, −𝟓)
Hubungkan keempat titik sehingga membentuk segiempat baru K′L′M′N′.
Sehingga dapat disimpulkan
1.2. Translasi

Translasi merupakan transformasi yang memindahkan semua titik suatu bangun dengan jarak dan
arah yang sama. Translasi pada bidang Cartesius dapat dilukis jika kalian mengetahui arah dan
seberapa jauh gambar bergerak secara mendatar dan atau vertikal.

Suatu transformasi untuk memindahkan ΔABC pada Gambar 3.13 menjadi ΔA’B’C’ yang ukuran dan
bentuknya sama

Geser segitiga ABC sehingga A bergerak ke A’


Oleh karena B′ dan C′ memiliki jarak dan arah yang sama dari B dan C, seperti A′ dari A, maka titik B′ adalah
bayangan B dan titik C′ adalah bayangan C. Sehingga, ΔABC pindah ke ΔA′B′C′. Bayangan dari ΔABC sama
halnya menggeser segitiga tersebut searah dengan panah dari A ke A′.

a. Translasi pada bidang koordinat


Oleh karena B′ dan C′ memiliki jarak dan arah yang sama dari B dan C, seperti A′ dari A, maka titik
B′ adalah bayangan B dan titik C′ adalah bayangan C. Sehingga, ΔABC pindah ke ΔA′B′C′. Bayangan dari
ΔABC sama halnya menggeser segitiga tersebut searah dengan panah dari A ke A′.

Contoh :
Setiap titik pada bangun DEFG ditranslasi oleh (a, b) = (–5, –3). Koordinat titik D(1, 2) digeser 5 satuan ke kiri
kemudian 3 satuan ke bawah menghasilkan bayangan D′(–4, –1). Dengan cara yang sama, bayangan setiap titik
dapat ditentukan sebagai berikut.
Penyelesaian
Koordinat Semula Koordinat Bayangan
𝑫(𝟏, 𝟐) 𝑫′(𝟒, 𝟏)
𝑬(𝟑, 𝟏) 𝑬′(−𝟐, −𝟐)
𝑭(𝟒, −𝟏) 𝑭′(−𝟏, −𝟒)
𝑮(𝟐, 𝟎) 𝑮′(−𝟑, −𝟑)

b. Translasi Berulang pada Catur


Pada permainan catur, bidak catur dari f8 hanya dapat bergerak secara diagonal sepanjang persegi
hitam. Jika bidak ini berada di c1 setelah dua kali pemindahan, jelaskan bagaimana bentuk translasinya

Pemindahan pada translasi hanya dilakukan dengan menggeser ke kanan, kiri,


atas, atau bawah. Sehingga pemindahan bidak catur dari f8 ke c2 adalah
sebagai berikut.

Pemindahan dari f8 ke h6 adalah (2, -2), yakni 2 ke


kanan dan 2 ke bawah. Pemindahan dari h6 ke c1
adalah (-5, -5), yakni 5 satuan ke bawah dan 5 satuan ke kiri

c. Translasi oleh pencerminan berulang


Cara lain untuk menentukan translasi adalah menunjukkan pencerminan terhadap dua garis sejajar,
kemudian mencerminkan gambar/bangun terhadap garis lain yang sejajar.

1.3. Rotasi
a. Menggambar Rotasi

Rotasi merupakan salah satu bentuk transformasi yang memutar setiap titik pada gambar sampai sudut dan
arah tertentu terhadap titik yang tetap. Titik tetap ini disebut pusat rotasi.
Gambar di bawah ini menunjukkan rotasi bangun ABCD terhadap pusat rotasi, R. Besar sudut ARA′,
BRB′,CRC′, dan DRD′ adalah sama. Sebarang titik P pada bangun ABCD memiliki bayangan P’ di A′B′C′D′
sedemikian sehingga besar ∠PRP′ adalah konstan. Sudut ini disebut sudut rotasi

Suatu rotasi ditentukan oleh arah rotasi. Jika berlawanan arah dengan
arah perputaran jarum jam, maka sudut putarnya positif. Jika searah
perputaran jarum jam, maka sudut putarnya negatif

b. Simetri Putar
Beberapa benda memiliki simetri putar. Jika suatu bangun/gambar dapat dirotasikan kurang dari 360º
terhadap titik pusat rotasi sedemikian sehingga bayangan dan gambar awalnya sama, maka bangun/ gambar
tersebut memiliki Simetri Putar.

Gambar di atas menunjukkan segilima beraturan yang memiliki 5 bentuk yang sama jika diputar. Karena
segilima setelah diputar kurang dari 360º (termasuk 0º) bentuknya sama seperti semula, maka segilima
memiliki Simetri putar tingkat lima
Jika suatu bangun setelah diputar satu putaran pada pusatnya dan bentuknya sama sepeti gambar
awal setelah n putaran, maka bangun tersebut memiliki simetri putar tingkat n, untuk n > 1.

c. Menentukan koordinat hasil rotasi


Contoh
Gambar bayangan segitiga ABC setelah rotasi 90o yang berpusat di O(0, 0). Tentukan koordinat A′, B′, dan C’

Penyelesaian

Bayangan titik (x, y) jika dirotasi sebesar 90o dan berpusat di O(0, 0) adalah (–y, x).
Segitiga ABC berkoordinat di A(1, 3), B(3, 6), dan C(4, 1).
Bayangan titik A(1, 3) setelah dilakukan rotasi sebesar 90o dan berpusat di O(0, 0)
adalah A′(–3, 1).
Bayangan titik B(3, 6)setelah dilakukan rotasi sebesar 90o dan berpusat di O(0, 0)
adalah B′(–6, 3).
Bayangan titik C(4, 1)setelah dilakukan rotasi sebesar 90o dan berpusat di O(0, 0)
adalah C′(–1, 4

1.4 Dilatasi
Dilatasi adalah jenis lain dari transformasi. Namun, bayangan dilatasi mungkin memiliki ukuran yang berbeda
dari gambar aslinya.

Dilatasi adalah transformasi yang mengubah ukuran sebuah gambar. Dilatasi membutuhkan titik pusat dan
faktor skala.

Gambar di bawah ini menunjukkan bagaimana dilatasi dapat menghasilkan bayangan yang lebih besar dan
bayangan yang lebih kecil dari aslinya.

Segitiga A′B′D′ adalah hasil dilatasi dari ΔABD. Persegipanjang M′N′O′P′ adalah hasil dilatasi
PA′ = 2(PA) dari persegipanjang MNOP.
PB =2(PB) 1 1
𝑃𝐾 ′ = (𝑃𝐾) P𝐿′ = (𝑃𝑁)
3 3
PD′=2(PD) 1 1
Δ A′B′D′ lebih besar dari ΔABD 𝑃𝑀′ = (𝑃𝑀) P𝑁′ = (𝑃𝑁)
3 3
Persegi panjang K′L′M′N′ lebih kecil dari
persegipanjang KLMN
Nilai k menentukan apakah dilatasi yang diminta adalah pembesaran atau pengecilan. Untuk memperbesar atau
memperkecil bangun, letak pusat dilatasi dapat di dalam, di luar, atau pada tepi bangun yang akan didilatasikan.
Panjang rasio sisi yang didilatasi terhadap sisi bangun semula besarnya sama.
𝐴′ 𝐵 𝐵′ 𝐶 ′ 𝐴′ 𝐶 ′ 𝑃′ 𝐴′ 𝑃′ 𝐵 𝑃′ 𝐶 ′
= = dan = =
𝐴𝐵 𝐵𝐶 𝐴𝐶 𝑃𝐴 𝑃𝐵 𝑃𝐶

Dilatasi dalam bidang koordinat

Segitiga ABC berkoordinat di A(7, 10), B(4, −6), dan C(−2, 3). Tentukan
bayangan ∆ABC setelah didilatasi yang berpusat di titik asal dengan faktor
skala 2. Gambar segitiga asal dan bayangannya.

Langkah 1 Gambar ∆ABC sesuai koordinatnya.


Langkah 2 Tentukan titik A′ sehingga OA′ = 2OA titik B′
sehingga OB′ = 2OB, dan titik C′ sehingga OC′
= 2OC
Langkah 3 Hubungkan titik-titik A′, B′ dan C′ menjadi
∆A′B′C′.
Perhatikan bahwa titik-titik koordinat ∆ABC dan ∆A′B′C′ memiliki hubungan
sebagai berikut

Koordinat Koordinat Bayangan


Semula
A(7, 10) A′(14, 20) = A′(2 × 7, 2 × 10)
B(4, -6) B′(8, -12) = B′(2 × 4, 2 × (-6))
C(-2, 3) C′(-4, 6) = C′(2 × (-2), 2 × 3
Sehingga, suatu titik P(x, y) didilatasi denga pusat O(0,0) dengan faktor skala k, mak koordinat bayangannya adalah
P′(k × x, k × y)

1.5 Menerapkasn Transformasi dalam Permasalahan Nyata


1. Permasalahan Ubin
Refleksi, translasi, dan rotasi bisa digunakan untuk menciptakan pola dengan poligon (bangun segi
banyak). Sebuah pola yang menutupi bidang datar dengan mentransformasi bangun yang sama atau kumpulan
gambar sehingga tidak ada yang tumpang tindih atau tidak ada ruang yang kosong disebut Pengubinan. Bangun
tersebut berulang sehingga dapat digambar ke segala arah.

Dalam pengubinan, jumlah ukuran sudut poligon yang mengelilingi titik adalah
360o. Kalian dapat menggunakan pengetahuan kalian tentang ukuran sudut poligon
untuk menentukan poligon manakah yang dapat dibentuk sebuah pengubinan.

Sebuah pola pengubinan dapat berisikan beberapa jenis poligon yang bentuknya sama atau bentuk yang berbeda
seperti pada Gambar 3.23
DAFTAR PUSTAKA

Atik, Endah. dkk. 2008. Contextual Teaching and Learning Matematika SMP Kelas VII Edisi 4. Jakarta:
Puskurbuk

Dewi dan Tri Wahyuni.2008 .Matematika Konsep dan Aplikasinya Kelas 7 Semester 1.Jakarta: Puskurbuk

Kemdikbud. 2014. Matematika Kelas VII SMP/MTs: Buku Siswa Semester 2 Edisi Revisi 2014.
Jakarta:Puskurbuk.

Kemdikbud. 2017. Matematika Kelas VII SMP/MTs: Buku Siswa Semester 1. Jakarta:Puskurbuk.

Manik, Dame Rosida.2009.Penunjang Matematika Untuk SMP/MTs Kelas 7. Jakarta: Puskurbuk

Anda mungkin juga menyukai