Anda di halaman 1dari 46

SISTEM

LINIER HOMOGEN

Dr. Rippi Maya, M.Pd.


Ida Nuraida, S.Si, M.Pmat.
Asumsikan bahwa sistem linier homogen
𝑦 ′ = 𝐴𝑦 (4.12)

mempunyai koefisien konstanta, sehingga matriks

S IS TEM KOEFIS IEN 𝐴 = 𝑎𝑗𝑘 ukuran 𝑛 × 𝑛, tidak bergantung pada peubah t.


KONS TANTA
Dari Bab 2 yang lalu, diketahui bahwa persamaan

𝑦′ = 𝑘𝑦 mempunyai solusi 𝑦 = 𝐶𝑒 𝑘𝑡 .

Untuk mencari solusi (4.12) tersebut, digunakan cara


seperti pada persamaan orde I tersebut (Bab 2).
Ambil
𝑦 = 𝑥𝑒 𝜆𝑡 (4.13)
maka diperoleh turunannya adalah 𝑦 ′ = 𝜆𝑥𝑒 𝜆𝑡.
Substitusikan persamaan tersebut dan turunannya ke dalam persamaan (4.12),
sehingga diperoleh:
𝑦 ′ = 𝜆𝑥𝑒 𝜆𝑡 = 𝐴𝑦 = 𝐴𝑥𝑒 𝜆𝑡.
Bagi persamaan tersebut dengan 𝑒 𝜆𝑡 sehingga diperoleh
𝐴𝑥 = 𝜆𝑥 (4.14).
Jadi solusi nontrivial dari (4.12) (solusi yang bukan vektor nol) adalah bentuk (4.13),
dengan 𝜆 adalah nilai eigen dari 𝐴 dan 𝑥 adalah vektor eigennya.
Diasumsikan 𝐴 mempunyai himpunan 𝑛 vektor eigen yang bebas linier. Misalkan vektor eigen-vector
1
eigen 𝑥 , … , 𝑥 (𝑛) berkaitan dengan nilai eigen 𝜆1 , … , 𝜆𝑛 .

Maka solusi yang berkaitan dengan (4.13) adalah

𝑦 (1) = 𝑥 (1)𝑒 𝜆1𝑡 , … , 𝑦 (𝑛) = 𝑥 (𝑛)𝑒 𝜆𝑛𝑡 (4.15)

dan mempunyai Wronskian:


(1) (𝑛) (1) (𝑛)
𝑥1 𝑒 𝜆1 𝑡 … 𝑥1 𝑒 𝜆𝑛𝑡 𝑥1 … 𝑥1
(1) 𝜆2 𝑡 (𝑛) (1) (𝑛)
𝑊=𝑊 𝑦 1 ,…,𝑦 𝑛 𝑥
= 2 𝑒 … 𝑥2 𝑒 𝜆𝑛𝑡 = 𝑒 𝜆1 𝑡+⋯+𝜆𝑛𝑡 𝑥2 … 𝑥2
… … … … … …
(1) (𝑛) (1) (𝑛)
𝑥𝑛 𝑒 𝜆𝑛𝑡 … 𝑥𝑛 𝑒 𝜆𝑛𝑡 𝑥𝑛 … 𝑥𝑛

Fungsi eksponensial tidak pernah nol dan determinan tidak nol juga, karena kolomnya adalah n
vektor eigen bebas linier yang membentuk basis, sehingga 𝑊 ≠ 0.
Teorema 12 : Solusi Umum

Jika matriks konstanta A pada sistem (4.12) mempunyai himpunan n


vektor eigen yang bebas linier, maka solusi yang berkaitan
𝑦 (1) , … , 𝑦 (𝑛) pada (4.15) membentuk basis solusi dari (4.12) dan solusi
umumnya adalah:
𝑦 = 𝑐1 𝑥 (1) 𝑒 𝜆1𝑡 + … + 𝑐𝑛 𝑥 (𝑛) 𝑒 𝜆𝑛𝑡 (4.16)
Perhatikan sistem persamaan diferensial dengan koefisien
konstanta berikut yang sudah disebutkan dalam
persamaan (4.12) sebelumnya:
𝑦 ′ = 𝐴𝑦

B AG A I MAN A dengan komponen-komponennya:


M E N G G A MB A R
S O L U S I PA DA 𝑦′1 = 𝑎11 𝑦1 + 𝑎12 𝑦2
B I DA N G FA S E ? 𝑦′2 = 𝑎21 𝑦1 + 𝑎22 𝑦2

Solusi dari sistem persamaan diferensial tersebut adalah:

𝑦1 (𝑡)
𝑦𝑡 = (4.17)
𝑦2 (𝑡)

yang dapat digambarkan sebagai dua kurva dalam sumbu-t.


Contoh gambar dua kurva sebagai solusi sistem persamaan diferensial (4.17) dapat dilihat pada
Gambar 1 berikut:

Gambar 1 Gambar 2

Namun, solusi (4.17) juga dapat digambarkan sebagai kurva tunggal dalam bidang − 𝑦1 𝑦2 ,
sebagaimana dapat dilihat pada contoh Gambar 2, yang merupakan parametrik representasi
dengan parameter-t.
Kurva-kurva yang dicontohkan dalam grafik sebelumnya dinamakan trayektori (trajectory) atau
kadang-kadang disebut sebagai orbit atau lintasan (path) dari sistem persamaan diferensial
(4.12). Bidang−𝑦1 𝑦2 disebut bidang fase (phase plane). Jika bidang fase diisi dengan trayektori
dari (4.12), maka diperoleh potret fase (phase portrait) dari (4.12). Kajian solusi dalam bidang
fase menjadi penting, sejalan dengan perkembangan grafik computer, karena potret fase
memberikan kesan kualitatif umum yang baik dari keseluruhan keluarga solusi.

Contoh 1: Trayektori pada Bidang Fase (Fase potret)

Tentukan solusi dari sistem persamaan diferensial berikut dan gambarkan grafiknya.

−3 1 𝑦1 ′ = −3𝑦1 + 𝑦2
(4.18) 𝑦′ = 𝐴𝑦 = 𝑦, dengan komponen-komponennya
1 −3 𝑦2′ = 𝑦1 − 3𝑦2
Jawab:

Dengan mensubstitusikan 𝑦 = 𝑥𝑒 𝜆𝑡 dan 𝑦′ = 𝜆𝑥𝑒 𝜆𝑡 serta “menghilangkan” fungsi eksponensialnya,

diperoleh 𝐴𝑥 = 𝜆𝑥, sehingga 𝐴𝑥 − 𝜆𝑥 = 0 𝐴 − 𝜆𝐼 𝑥 = 0.

Persamaan karakteristiknya adalah

−3 − 𝜆 1 2
𝑑𝑒𝑡 𝐴 − 𝜆𝐼 = = −3 − 𝜆 − 1 = 9 + 6𝜆 + 𝜆2 − 1
1 −3 − 𝜆
= 𝜆2 + 6𝜆 + 8 = 𝜆 + 2 𝜆 + 4 = 0,

yang memberikan nilai eigen 𝜆1 = −2 dan 𝜆2 = −4 (nilai eigen real berbeda)

−3 − 𝜆 1 𝑥1 −3 − 𝜆 𝑥1 + 𝑥2 = 0
Dari 𝐴 − 𝜆𝐼 𝑥 = 𝑥2 = 0, diperoleh .
1 −3 − 𝜆 𝑥1 + −3 − 𝜆 𝑥2 = 0
Untuk mencari vektor eigen 𝑥, substitusikan nilai eigen yang diperoleh ke sistem persamaan:
−3 − 𝜆 𝑥1 + 𝑥2 = 0
𝑥1 + −3 − 𝜆 𝑥2 = 0

Substitusi nilai eigen 𝜆1 = −2 ke dalam persamaan menghasilkan:


−𝑥1 + 𝑥2 = 0
𝑥1 − 𝑥2 = 0

Karena kedua persamaan tersebut sama (yang satu persamaan merupakan negatif dari persamaan
yang lain), maka sistem persamaan tersebut menghasilkan banyak solusi untuk 𝑥1 dan 𝑥2.
1 1
Misalkan ambil 𝑥1 = 1, maka 𝑥2 = 1, sehingga diperoleh vektor eigen yang pertama 𝑥 = .
1

1 1 1 −2𝑡
Jadi solusi pertama dari sistem persamaan diferensialnya adalah 𝑦 =𝑥 𝑒 𝜆1 𝑡 = 𝑒 .
1
Substitusi nilai eigen 𝜆2 = −4 ke dalam persamaan menghasilkan:

𝑥1 + 𝑥2 = 0
𝑥1 + 𝑥2 = 0

Karena kedua persamaan tersebut sama maka sistem persamaan tersebut juga menghasilkan banyak
solusi untuk 𝑥1 dan 𝑥2.

2 1
Misalkan ambil 𝑥1 = 1, maka 𝑥2 = −1, sehingga diperoleh vektor eigen yang kedua 𝑥 = .
−1
Jadi solusi kedua dari sistem persamaan diferensialnya adalah
2 2 1
𝑦 =𝑥 𝑒 𝜆2 𝑡 = 𝑒−4𝑡.
−1
Jadi solusi umum dari sistem persamaan diferensial pada contoh 1 adalah
𝑦1 1 2 1 −2𝑡 1
𝑦 = 𝑦 = 𝑐1 𝑦 + 𝑐2 𝑦 = 𝑐1 𝑒 + 𝑐2 𝑒 −4𝑡 .
2 1 −1

Potret fase dari beberapa trayektorinya dapat


dilihat pada grafik di samping kanan. Dua garis
lurus pada grafik tersebut berkaitan dengan 𝑐1 = 0
dan 𝑐2 = 0, sedangkan garis lengkung - garis
lengkungnya menunjukkan beragam pilihan untuk
𝑐1 dan 𝑐2 . ∎
Gambar 3
Titik-titik Kritis Dari Sistem Persamaan (4.12)

Titik 𝑦 = 0 pada grafik sebelumnya merupakan titik umum (common) dari semua trayektorinya.

Dari persamaan (4.12), diperoleh:

𝑑𝑦2 𝑦′2 𝑑𝑡 𝑦′2 𝑎21𝑦1 + 𝑎22 𝑦2


= = =
𝑑𝑦1 𝑦′1 𝑑𝑡 𝑦′1 𝑎11𝑦1 + 𝑎12 𝑦2

Hal ini berkaitan dengan setiap titik 𝑃: 𝑦1 , 𝑦2 , yang merupakan arah tangen tunggal 𝑑𝑦2 𝑑𝑦1
dari trayektori melalui titik P, kecuali untuk titik 𝑃 = 𝑃0 : 0,0 di mana ruas kanan dari

persamaan di atas menjadi 0 0 . Titik 𝑃0 , di mana 𝑑𝑦2 𝑑𝑦1 menjadi tak tentu disebut titik-titik
kritis dari persamaan (4.12).
Lima Jenis Titik Kritis

Ada lima jenis titik kritis yang bergantung pada bentuk geometri dari trayektori-trayektori yang
dekat dengannya. Titik-titik kritis tersebut dinamakan titik tidak tepat (improper nodes), titik
tepat (proper nodes), titik sadel/pelana (saddle points), titik center (centers) dan titik spiral
(spiral points). Titik-titik tersebut akan didefinisikan dan diilustrasikan dalam contoh-contoh berikut
ini.

Contoh 1 lanjutan (Trayektori pada bidang fase): Improper Node

Titik tidak tepat (improper nodes) adalah titik kritis 𝑃0 yang mana semua trayektorinya, kecuali dua
trayektori, mempunyai arah pembatas tangen yang sama. Dua trayektori khusus tersebut juga
mempunyai arah pembatas tangen di 𝑃0 yang berbeda.
Sistem pada contoh 1 mempunyai titik tidak tepat pada 0, sebagaimana ditunjukkan fase potretnya

1 1
pada grafik sebelumnya. Arah pembatas umum pada 0 adalah vektor eigen 𝑥 = , karena
1
𝑒 −4𝑡 lebih cepat menuju nol daripada 𝑒 −2𝑡, jika t nya membesar. Dua arah tangen pembatas

2 1 2 −1
khusus tersebut adalah 𝑥 = dan −𝑥 = . ∎
−1 1

Contoh 2: Proper Node

Proper node adalah titik kritis 𝑃0 di mana setiap trayektori mempunyai arah pembatas tertentu dan
untuk suatu arah d pada 𝑃0 , terdapat suatu trayektori yang mempunyai d sebagai arah
pembatasnya.
Perhatikan sistem persamaan berikut:
1 0 𝑦1′ = 𝑦1
(4.19) 𝑦′ = 𝑦 , dengan komponen-komponennya
0 1 𝑦2′ = 𝑦2

yang mempunyai titik tepat (proper node) pada titik asal

1 0
(lihat Gambar 4). Perhatikan bahwa matriks A =
0 1
merupakan matriks satuan.
Persamaan karakteristiknya diperoleh dari

1−𝜆 0 2
𝑑𝑒𝑡 𝐴 − 𝜆𝐼 = = 1−𝜆 = 0,
0 1−𝜆
yang memberikan nilai eigen yang sama:
Gambar 4
𝜆1 = 𝜆2 = 𝜆 = 1 (nilai eigen real dobel).
Dari 𝐴 − 𝜆𝐼 𝑥 = 0 dan substitusi nilai eigen 𝜆 = 1 diperoleh

1−𝜆 0 𝑥1 0 0 0 𝑥1 0
𝑥2 = 𝑥2 = .
0 1−𝜆 0 0 0 0

Karena dari persamaan di atas tidak dapat ditentukan vektor 𝑥 nya, maka untuk menentukan
vektor 𝑥 dapat diambil sebarang bilangan 𝑥1 dan 𝑥2 .

1 1
Ambil 𝑥1 = 1 dan 𝑥2 = 0, sehingga diperoleh vector eigen yang pertama 𝑥 = .
0

Dengan cara yang sama untuk mencari vektor eigen yang kedua, dapat diambil 𝑥1 = 0 dan 𝑥2 = 1,

2 0
sehingga diperoleh 𝑥 = .
1
𝑦1 1 2 1 0
Jadi solusi umumnya adalah 𝑦 = 𝑦 = 𝑐1 𝑦 + 𝑐2 𝑦 = 𝑐1 𝑒 𝑡 + 𝑐2 𝑒𝑡
2 0 1

𝑦1 = 𝑐1 𝑒 𝑡
atau atau 𝑐1 𝑦2 = 𝑐2𝑦1 .
𝑦2 = 𝑐2 𝑒 𝑡

Contoh 3: Titik Sadel

Titik sadel adalah titik kritis 𝑃0 di mana ada dua trayektori yang masuk, dua trayektori yang keluar dan
semua trayektori yang lain berada dalam lingkungan 𝑃0 yang melewati 𝑃0 .

Perhatikan sistem berikut:

′ 1 0 𝑦1′ = 𝑦1
(4.20) 𝑦 = 𝑦, dengan komponen-komponennya
0 −1 𝑦2′ = −𝑦2

mempunyai titik sadel pada titik pusatnya.


Persamaan karakteristiknya diperoleh dari

1−𝜆 0
𝑑𝑒𝑡 𝐴 − 𝜆𝐼 = = 1 − 𝜆 −1 − 𝜆 = 0,
0 −1 − 𝜆

yang memberikan nilai eigen: 𝜆1 = 1 dan 𝜆2 = −1 (nilai eigen real berbeda).

Dari 𝐴 − 𝜆𝐼 𝑥 = 0 dan substitusi nilai eigen 𝜆1 = 1 diperoleh

1−𝜆 0 𝑥1 0 0 0 𝑥1 0
𝑥2 = 𝑥2 = .
0 −1 − 𝜆 0 0 −2 0

1 1
Dari persamaan kedua 0𝑥1 − 2𝑥2 = 0, diperoleh vektor eigen yang pertama 𝑥 = , di mana 𝑥1 nya
0
diambil sebarang.
Untuk nilai eigen 𝜆2 = −1 diperoleh

1−𝜆 0 𝑥1 0 2 0 𝑥1 0
𝑥2 = 𝑥2 = .
0 −1 − 𝜆 0 0 0 0

Dari persamaan pertama 2𝑥1 − 0𝑥2 = 0, diperoleh vektor eigen

2 0
yang kedua 𝑥 = , di mana 𝑥2 nya diambil sebarang.
1

Jadi solusi umumnya adalah

𝑦1 1 2 1 𝑡 0 −𝑡
𝑦 = 𝑦 = 𝑐1 𝑦 + 𝑐2𝑦 = 𝑐1 𝑒 + 𝑐2 𝑒
2 0 1

𝑦1 = 𝑐1 𝑒 𝑡
atau −𝑡 atau 𝑦1 𝑦2 = 𝑐1 𝑐2 = konstanta.
𝑦2 = 𝑐2 𝑒 Gambar 6
Gambar dari sistem persamaan (4.20) merupakan keluarga hiperbola.
Contoh 4: Titik Center

Titik center adalah titik kritis yang tertutup oleh tak berhingga banyaknya trayektori tertutup.

Catatan: istilah titik “center” sengaja tidak diartikan sebagai titik pusat, untuk membedakannya dengan titik
pusat pada grafik Cartesius, yang merupakan titik (0,0).

Perhatikan sistem persamaan berikut:

0 1 𝑦1′ = 𝑦2
(4.21) 𝑦′ = 𝑦, dengan komponen-komponennya
−4 0 𝑦2′ = −4𝑦1

yang mempunyai center pada titik pusat (0,0).

Persamaan karakteristiknya diperoleh dari

0−𝜆 1 2
𝑑𝑒𝑡 𝐴 − 𝜆𝐼 = = 0−𝜆 + 4 = 𝜆2 + 4 = 𝜆 − 2𝑖 𝜆 + 2𝑖 = 0,
−4 0−𝜆
yang memberikan nilai eigen: 𝜆1 = 2𝑖 dan 𝜆2 = −2𝑖 (nilai eigen kompleks).

Dari 𝐴 − 𝜆𝐼 𝑥 = 0 dan substitusi nilai eigen 𝜆1 = 2𝑖 diperoleh

0−𝜆 1 𝑥1 0 −2𝑖 1 𝑥1 0 −2𝑖𝑥1 + 𝑥2 = 0


𝑥2 = 𝑥2 = (*)
−4 0 − 𝜆 0 −4 −2𝑖 0 −4𝑥1 − 2𝑖𝑥2 = 0

Karena persamaan (*) yang satu merupakan kelipatan dari persamaan (*) yang lain, maka dapat
dipilih salah satu persamaan saja untuk menentukan vektor eigennya.

Dari persamaan pertama −2𝑖𝑥1 + 𝑥2 = 0, diperoleh 𝑥2 = 2𝑖𝑥1 . Ambil 𝑥1 = 1, maka 𝑥2 = 2𝑖,

1 1
sehingga vektor eigen yang pertama adalah 𝑥 = .
2𝑖
1 1 1 2𝑖𝑡
Jadi solusi pertama dari sistem persamaannya adalah 𝑦 =𝑥 𝑒2𝑖𝑡 = 𝑒 .
2𝑖
Dengan cara yang sama, dari substitusi 𝜆2 = −2𝑖 ke dalam persamaan diperoleh

0−𝜆 1 𝑥1 0 2𝑖 1 𝑥1 0 2𝑖𝑥1 + 𝑥2 = 0
𝑥2 = 𝑥2 = (**)
−4 0−𝜆 0 −4 2𝑖 0 −4𝑥1 + 2𝑖𝑥2 = 0

Dengan alasan yang sama seperti sebelumnya, karena persamaan (**) yang satu merupakan
kelipatan dari persamaan (**) yang lain, maka dapat dipilih salah satu persamaan saja untuk
menentukan vektor eigennya.

Dari persamaan pertama 2𝑖𝑥1 + 𝑥2 = 0 𝑥2 = −2𝑖𝑥1 . Ambil 𝑥1 = 1, maka 𝑥2 = −2𝑖, sehingga

2 1
vektor eigen yang kedua adalah 𝑥 = .
−2𝑖

2 2 1
Jadi solusi pertama dari sistem persamaannya adalah 𝑦 =𝑥 𝑒 −2𝑖𝑡 = 𝑒 −2𝑖𝑡.
−2𝑖
Jadi solusi umum dari sistem persamaan (4.21) adalah

𝑦1 1 2
(4.21*) 𝑦 = 𝑦 = 𝑐1 𝑦 + 𝑐2 𝑦
2

1 1
= 𝑐1 𝑒 2𝑖𝑡 + 𝑐2 𝑒 −2𝑖𝑡
2𝑖 −2𝑖

Atau
𝑦1 = 𝑐1 𝑒 2𝑖𝑡 + 𝑐2 𝑒 −2𝑖𝑡
𝑦2 = 2𝑖𝑐1 𝑒 2𝑖𝑡 − 2𝑖𝑐2 𝑒 −2𝑖𝑡
Solusi real diperoleh dari (4.21*) dengan menggunakan rumus Euler dan sedikit trik, sebagaimana
akan dijabarkan berikut ini. Untuk menghilangkan tanda imajiner 𝑖 pada solusi, perlu diingat
bahwa 𝑖 2 = −1, sehingga dengan mengkuadratkan kedua persamaan pada (4.21*) diperoleh:

2
𝑦12 = 𝑐1 𝑒 2𝑖𝑡 + 𝑐2 𝑒 −2𝑖𝑡 = 𝑐1 2 𝑒 4𝑖𝑡 + 2𝑐1 𝑐2 + 𝑐2 2 𝑒 −4𝑖𝑡
2
1 1 2
𝑦 = 2𝑖𝑐1 𝑒 2𝑖𝑡 − 2𝑖𝑐2 𝑒 −2𝑖𝑡 = −𝑐1 2 𝑒 4𝑖𝑡 + 2𝑐1 𝑐2 − 𝑐2 2 𝑒 −4𝑖𝑡
2 2 4

Dengan menjumlahkan kedua persamaan tersebut diperoleh

1
𝑦12 + 𝑦2 2 = 4𝑐1 𝑐2 = 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛𝑡𝑎.
4

Jika digambarkan grafiknya, maka grafik tersebut berbentuk elips (lihat Gambar 7).
Grafik solusinya dapat dilihat pada Gambar 7 berikut:

Gambar 7

Karena solusinya merupakan solusi kompleks, maka menurut rumus Euler,

𝑒 2𝑖𝑡 = cos 2𝑡 + 𝑖 sin 2𝑡 dan 𝑒 −2𝑖𝑡 = cos 2𝑡 − 𝑖 sin 2𝑡,

sehingga solusi pertamanya berubah menjadi:


Type equation here.
Contoh 5: Titik Spiral

Titik spiral adalah titik kritis 𝑃0 di mana trayektorinya berbentuk spiral, yang mendekati 𝑃0 jika
𝑡 ∞ (atau sebaliknya menelusuri spiral yang menjauh dari 𝑃0 ).

Perhatikan sistem berikut ini:

′ −1 1 𝑦1′ = −𝑦1 + 𝑦2
(4.26) 𝑦 = 𝑦, dengan komponen-komponennya
−1 −1 𝑦2′ = −𝑦1 − 𝑦2
mempunyai titik spiral pada titik pusatnya.

Persamaan karakteristiknya diperoleh dari

−1 − 𝜆 1 2
𝑑𝑒𝑡 𝐴 − 𝜆𝐼 = = −1 − 𝜆 + 1 = 𝜆2 + 2𝜆 + 2 = 0,
−1 −1 − 𝜆
yang memberikan nilai eigen: 𝜆1 = −1 + 𝑖 dan 𝜆2 = −1 − 𝑖 (nilai eigen kompleks).

Dari 𝐴 − 𝜆𝐼 𝑥 = 0, yaitu

−1 − 𝜆 1 𝑥1 0 −1 − 𝜆 𝑥1 + 𝑥2 = 0
𝑥2 = (∗)
−1 −1 − 𝜆 0 −𝑥1 + −1 − 𝜆 𝑥2 = 0

Substitusi nilai eigen 𝜆1 = −1 + 𝑖 ke sistem persamaan (*) di atas menghasilkan

−𝑖 1 𝑥1 0 −𝑖𝑥1 + 𝑥2 = 0
𝑥2 =
−1 −𝑖 0 −𝑥1 − 𝑖𝑥2 = 0

Dari persamaan pertama −𝑖𝑥1 + 𝑥2 = 0, diperoleh 𝑥2 = 𝑖𝑥1 , sehingga dengan mengambil 𝑥1 = 1,

1 1
diperoleh 𝑥2 = 𝑖. Jadi vektor eigen yang pertama adalah 𝑥 = .
𝑖
Substitusi nilai eigen 𝜆2 = −1 − 𝑖 ke sistem persamaan (*) menghasilkan

𝑖 1 𝑥1 0 𝑖𝑥1 + 𝑥2 = 0
𝑥2 =
−1 𝑖 0 −𝑥1 + 𝑖𝑥2 = 0

Dari persamaan kedua −𝑥1 + 𝑖𝑥2 = 0, diperoleh 𝑥1 = 𝑖𝑥2 , sehingga dengan mengambil 𝑥1 = 1,

2 1
diperoleh 𝑥1 = −𝑖. Jadi vektor eigen yang kedua adalah 𝑥 = .
−𝑖

Jadi solusi umum kompleksnya adalah


𝑦1 1 2 1 −1+𝑖 𝑡 1 −1−𝑖 𝑡
𝑦 = 𝑦 = 𝑐1 𝑦 + 𝑐2 𝑦 = 𝑐1 𝑒 + 𝑐2 𝑒 (4.27)
2 𝑖 −𝑖
Solusi umum real yang berhubungan dengan sistem persamaan adalah
𝑦1 𝑒 −𝑡
cos 𝑡 𝑒 −𝑡
sin 𝑡
𝑦 = 𝑦 = 𝐴𝑢 + 𝐵𝑣 = 𝐴 + 𝐵 (4.28)
2 −𝑒 −𝑡 sin 𝑡 𝑒 −𝑡 cos 𝑡

dengan komponen-komponennya

𝑦1 = 𝑒 −𝑡 𝐴 𝑐𝑜𝑠 𝑡 + 𝐵 𝑠𝑖𝑛 𝑡

𝑦2 = 𝑒 −𝑡 𝐵 𝑐𝑜𝑠 𝑡 − 𝐴 𝑠𝑖𝑛 𝑡

Persamaan di atas menggambarkan suatu grafik spiral (lihat

Gambar 8). ∎
Gambar 8
4 .2 .1 Ta k A d a B a sis D a ri Vektor E i gen Ya ng A d a

Apabila didapati kasus dengan 𝐴 tidak punya basis vektor eigen, maka akan didapatkan solusi
bebas linier yang lebih sedikit daripada persamaan (4.12). Bagaimanakah mencari basis solusi
dalam kasus seperti ini ?

Misalkan 𝜇 adalah nilai eigen yang dobel dari 𝐴 [diperoleh dari det (𝐀 − 𝜆𝐈) yang mempunyai
faktor 𝜆 − 𝜇 2 ], dengan hanya diperoleh satu vektor eigen 𝑥 (bukan dua vektor yang bebas
linier seperti biasanya), sehingga hanya didapatkan satu solusi 𝑦 1 = 𝑥𝑒 𝜇𝑡.
Solusi kedua dapat dicari dari persamaan (4.12) dengan jalan mensubstitusikan:

𝑦 (2) = 𝑥𝑡𝑒 𝜇𝑡 + 𝑢𝑒 𝜇𝑡 (4.29)

𝑥1 𝑢1
ke dalam persamaan. Perhatikan bahwa vektor 𝑥 = 𝑥 dan 𝑢 = 𝑢 .
2 2

Turunan pertama dari solusi kedua tersebut adalah

𝑦 (2)′ = 𝑥𝑒 𝜇𝑡 + 𝜇𝑥 𝑡𝑒 𝜇𝑡 + 𝜇𝑢𝑒 𝜇𝑡 = 𝐴𝑦 (2) = 𝐴𝑥 𝑡𝑒 𝜇𝑡 + 𝐴𝑢𝑒 𝜇𝑡 .

Dengan membandingkan variabel-variabel yang sesuai pada ruas-ruas persamaan di atas diperoleh :

𝜇𝑥𝑡𝑒 𝜇𝑡 = 𝐴𝑥 𝑡𝑒 𝜇𝑡 , sehingga 𝜇𝑥 = 𝐴𝑥, dan

𝑥𝑒 𝜇𝑡 + 𝜇𝑢𝑒 𝜇𝑡 = 𝐴𝑢𝑒 𝜇𝑡 , sehingga 𝑥 + 𝜇𝑢 = 𝐴𝑢

𝐴𝑢 − 𝜇𝑢 = 𝑥 𝐴 − 𝜇𝐼 𝑢 = 𝑥 (4.30)

Meskipun det 𝐴 − 𝜇𝐼 = 0, persamaan liniernya selalu dapat diselesaikan untuk 𝑢.


Catatan:

Tidak ada basis vektor eigennya tidak akan terjadi jika matriks A pada persamaan 𝑦 ′ = A𝑦
merupakan matriks simetri (𝑎𝑘𝑗 = 𝑎𝑗𝑘 , seperti Contoh 1-3) atau simetrik miring (𝑎𝑘𝑗 = −𝑎𝑗𝑘 ,
𝑎𝑗𝑗 = 0). Dan juga tidak akan terjadi pada banyak kasus yang lain (lihat Contoh 4 & 5). Oleh sebab
itu, cukup dijelaskan metode yang digunakan dengan sebuah contoh.

Contoh 84:

Tentukan solusi umum dari sistem persamaan diferensial berikut dan gambarkan grafiknya.

4 1
𝑦 ′ = 𝐴𝑦 = 𝑦
−1 2
Jawab:

4 1
Perhatikan matriks A = . Menurut catatan yang sudah dikemukakan sebelumnya,
−1 2
matriks A tersebut bukan matriks simetri atau matriks simetrik miring (skew - symmetric),
sehingga tidak mempunyai basis vektor eigen. Pengecekan dengan melihat matriks A
merupakan pengecekan awal yang dilakukan sebelum mengecek nilai eigennya, sehingga
dapat diperkirakan apakah suatu sistem persamaan diferensial mempunyai basis vektor
eigen atau tidak.
4−𝜆 1
𝑑𝑒𝑡 𝐴 − 𝜆𝐼 = = 4 − 𝜆 2 − 𝜆 + 1 = 𝜆2 − 6𝜆 + 9 = 𝜆 − 3 2 = 0,
−1 2−𝜆

yang memberikan nilai eigen: 𝜆1 = 𝜆2 = 𝜆 = 3 (nilai eigen dobel).


Vektor eigen diperoleh dari persamaan
4 − 𝜆 𝑥1 + 𝑥2 = 0
−𝑥1 + 2 − 𝜆 𝑥2 = 0

Untuk 𝜆 = 3, diperoleh persamaan


𝑥1 + 𝑥2 = 0 𝑥1 = −𝑥2
−𝑥1 − 𝑥2 = 0 𝑥1 = −𝑥2

Karena kedua persamaan sama, maka sistem persamaan mempunyai banyak solusi untuk 𝑥1 dan 𝑥2.
1 1
Ambil 𝑥2 = −1, maka 𝑥1 = 1, sehingga vektor eigen yang pertama adalah 𝑥 = .
−1
Jadi basis solusi pertama dari sistem persamaan diferensialnya adalah

1 1 1
𝑦 =𝑥 𝑒3𝑡 = 𝑒 3𝑡
−1
Karena sistem persamaan diferensialnya terdiri dari dua persamaan, maka seharusnya ada
dua nilai eigen dan dua vektor eigen yang berkaitan dengan nilai eigennya, untuk
membentuk basis solusi dari sistem persamaan diferensialnya. Kalau hanya ada satu nilai
eigen, sebagai akibat dari nilai eigen yang dobel (sama), maka untuk menentukan vektor
eigen yang kedua digunakan rumus yang lain, yaitu seperti tertulis pada persamaan (4.29)
sebelumnya: 𝑦 (2) = 𝑥 𝑡𝑒 𝜇𝑡 + 𝑢𝑒 𝜇𝑡.

1 −1
Karena vektor eigen yang pertama sudah diperoleh, yaitu 𝑥 = , maka tinggal
1
𝑢1
mencari vektor 𝑢 = 𝑢 untuk melengkapi basis solusi kedua, sistem persamaan
2

diferensialnya.
Perhatikan persamaan (4.30), yaitu 𝐀 − 𝜇𝐈 𝑢 = 𝑥.

1 1
Jika 𝜆 = 𝜇 dan 𝑥 = , maka dari persamaan tersebut diperoleh
−1
𝐀 − 3𝐈 𝑢 = 𝑥

1 1 𝑢1 1
𝑢2 = ,
−1 −1 −1

𝑢1 + 𝑢2 = 1 𝑢1 = 1 − 𝑢2
−𝑢1 − 𝑢2 = −1 𝑢1 = 1 − 𝑢2

Karena kedua persamaan sama, maka sistem persamaan tersebut mempunyai banyak jawab
untuk 𝑢1 dan 𝑢2 nya, sehingga dapat diambil sebarang 𝑢1 dan 𝑢2 untuk memenuhi persamaan
tersebut.
0
Ambil 𝑢1 = 0, maka diperoleh 𝑢2 = 1, sehingga vektor eigen yang kedua adalah 𝑢 = .
1

Solusi kedua dari sistem persamaan pada Contoh 84 adalah

1 0 3𝑡
𝑦 (2) = 𝑥𝑡𝑒 𝜇𝑡 + 𝑢𝑒 𝜇𝑡 = 𝑡𝑒 3𝑡 + 𝑒 .
−1 1

Jadi solusi umum dari sistem persamaan diferensialnya adalah


𝑦1 1 2
𝑦 = 𝑦 = 𝑐1 𝑦 + 𝑐2 𝑦
2

1 1 0
= 𝑐1 𝑒 3𝑡 + 𝑐2 𝑡+ 𝑒 3𝑡 .
−1 −1 1 Gambar 9
Grafik solusinya dapat dilihat pada Gambar 9.
Misalkan suatu persamaan terdiri dari tiga persamaan diferensial. Jika dari persamaan
karakteristiknya menghasilkan tiga nilai eigen yang sama (tripel), dalam arti bahwa nilai eigen
𝜆1 = 𝜆2 = 𝜆3 = 𝜆, dan satu vektor eigen yang bebas linier yang berkaitan dengan nilai eigen
tersebut, yang merupakan solusi pertama dari sistem persamaannya. Solusi keduanya diperoleh
dengan menggunakan rumus (4.29) dengan vektor eigen 𝑢 yang memenuhi persamaan (4.30).
Solusi ketiganya diperoleh dari persamaan

3
1 2 𝜇𝑡
𝑦 = 𝑥𝑡 𝑒 + 𝑢𝑡𝑒 𝜇𝑡 + 𝑣 𝑒 𝜇𝑡 4.31
2

dengan vektor 𝑢 memenuhi persamaan (4.30) dan vector 𝑣 yang ditentukan dari

𝐀 − 𝜇𝐈 𝑣 = 𝑢, (4.32)

yang selalu dapat diselesaikan.


Jika dari persamaan karakteristiknya menghasilkan tiga nilai eigen yang sama (tripel) dan
1
dua vektor eigen yang bebas linier yang berkaitan dengan nilai eigen tersebut, yaitu 𝑥
2
dan 𝑥 , maka ketiga solusi yang bebas linier tersebut adalah

𝑦 1 =𝑥 1 𝑒 𝜇𝑡 , 𝑦 2 =𝑥 2 𝑒 𝜇𝑡 , 𝑦 (3) = 𝑥𝑡𝑒 𝜇𝑡 + 𝑢𝑒 𝜇𝑡 (4.33)

dengan 𝑥 adalah kombinasi linier dari 𝑥 1 dan 𝑥 2 , sehingga


𝐀 − 𝜇𝐈 𝑢 = 𝑥 4.34

dapat diselesaikan untuk 𝑢.


4.22 LATIHAN

Tentukan solusi umum dari sistem persamaan diferensial Selesaikanlah masalah nilai awal berikut
berikut ini: 5 𝑦1 ′ = 2𝑦2
1 𝑦1 ′ = 𝑦2 𝑦2 ′ = 2𝑦1
𝑦2 ′ = 𝑦1 𝑦1 0 = −9, 𝑦2 0 = 15
2 𝑦1 ′ = 2𝑦1 + 3𝑦2 6 𝑦1′ = 2𝑦1 + 4𝑦2
1 𝑦2′ = 𝑦1 + 2𝑦2
𝑦2′ = 𝑦1 + 2𝑦2
3 𝑦1 0 = −4, 𝑦2 0 = −4
3 𝑦1′ = −4𝑦1 − 6𝑦2 7 𝑦1′ = −𝑦1 + 4𝑦2
𝑦2′ = 𝑦1 + 𝑦2 𝑦2′ = 3𝑦1 − 2𝑦2
𝑦1 0 = 3 𝑦2 0 = 4
4 𝑦1′ = 𝑦1 + 𝑦2
𝑦2′ = 3𝑦1 − 𝑦2 8 𝑦1′ = 2𝑦1 + 2𝑦2
𝑦2′ = 5𝑦1 − 𝑦2
𝑦1 0 = 0, 𝑦2 0 = 7
DAFTAR PUSTAKA

Boyce, William E. & DiPrima, Richard E. (2012). Elementary Differential Equations. Hoboken, NJ., USA:
John Wiley & Sons, Inc.

Kreyszig, Erwin (2011). Advanced Engineering Mathematics. Tenth Edition. In Collaboration with Herbert
Kreyszig & Norminton, Edward J. Jefferson City, MO, USA: John Wiley & Sons, Inc.

Maya, Rippi (2016). Pengantar Persamaan Diferensial. Bandung: Tidak Diterbitkan

Anda mungkin juga menyukai