Anda di halaman 1dari 25

Tugas Matakuliah Fisika Matematik Lanjut/III

Persamaan Diferensial Bessel’s

Oleh :
Kelompok VI
Putri Handayani S (E1Q421040)
Anandasiwa Yosepin S (E1Q421041)
Wahyu Adi Pratama (E1Q421039)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MATARAM
2022
I. Pendahuluan

Persamaan diferensial adalah persamaan yang memuat turunan atau derivatif dan
diferensial dari satu fungsi atau lebih yang tidak diketahui. Persamaan Diferensial
Bessel muncul ketika menyelesaikan persamaan diferensial parsial yang melibatkan
kordinat polar dan silinder. Persamaan tersebut pertama kali didefinisikan oleh seorang
matematikawan Daniel Bernoulli pada tahun 1732 datam penelitiannya mengenai
masalah rantai gantung (hanging chain problem). Kemudian persamaan serupa muncul
pada tahun 1732 dalam kerja Lagrange yang berkaitan dengan masalah astronomi.
Ketika sedang melakukan penyelidikan mengenai masalah gerak planet etiptik (etliptic
pkmerary motion) pada tahun 1824, seorang ahli astronomi Jerman yaitu
FriedrichWilhelm Bessel menemukaan bentuk khusus persamaan diferensial yang
dinamakan persamaan diferensial Bessel.

Persamaan Bessel umumnya sering digunakan dalam masalah-masalah fisika


dan teknik (Kusumah, 1989). Persamaan Bessel merupakan persamaan diferensial biasa
yang mempunyai koefisien yang berupa variabel, dan berorde dua Persamaan Bessel
juga termasuk persamaan diferensial linier (Ault & Ayres, 1992). Fungsi Bessel
merupakan penyelesaian dari persamaan Bessel. Fungsi Bessel terdiri dari dua jenis
yaitu fungsi Bessel jenis pertama dan fungsi Bessel jenis kedua (Kusumah, 1989).
Penerapan Persamaan Diferensial Bessel pada bidang teknik antara lain:
getaran (vibrasi), medan elektrostatik, rambatan (konduksi) panas, gelombang
elektromagnetik. Karena itu Persamaan Diferensial Bessel sangat penting dalam bidang
teknik. Solusi Persamaan Diferensial Besel disebut fungsi Bessel, yang mana nantinya
dapat untuk menganalisa perpindahan kalor pada pin melingkar.

Salah satu dari persamaan-persamaan diferensial yang terpenting dalam


penerapan matematika adalah persamaan diferensial Bessel

x2y + xy + (x2 – v2) y = 0 (*)

di mana parameter v merupakan bilangan yang diberikan. Persamaan ini timbul dalam
soal-soal tentang getaran (vibrasi), medan elektrostatik, rambatan (konduksi) panas,
dan sebagainya, pada sebagian besar kasus persoalan tersebut menunjukkan sifat
simetri silinder.
II. Isi Materi
A. Teori
Persamaan Diferensial Bessel merupakan bentuk khusus dari persamaan
diferensial linear homogen orde kedua dengan koefisien variabel, dimana
bentuk umum Persamaan Diferensial Bessel adalah 𝑥 2 𝑦" + 𝑥𝑦′ + (𝑥 2 −
𝑝2 )𝑦 = 0 dengan p adalah suatu konstanta sembarang, sehingga persamaan
diferensial tersebut disebut dengan Persamaan Diferensial Bessel orde p.
Langkah-langkah menyelesaikan Persamaan Diferensial Bessel :
1. Menentukan akar persamaan indicial
Dengan metode Frobenius, jika 𝑥0 adalah titik singular reguler diperoleh
penyelesaian deret kuasa berbentuk 𝑦(𝑥) = |𝑥 − 𝑥0 |r ∑∞
𝑛=0 𝑎𝑛 (𝑥 − 𝑥0 )
n

, dengan r adalah akar dari persamaan indicial dari titik singular reguler
tersebut diperoleh r = p dan r = -p.
2. Menentukan relasi perulangan untuk r = p dan menentukan fungsi Bessel
jenis pertama dengan orde p.
𝑎𝑛−2
Jika r = p, diperoleh 𝑎𝑛 = − , dengan n ≥ 2 sehingga diperoleh
𝑛(𝑛+2𝑝)

(−1)𝑛
𝑎𝑛 = 0 untuk n adalah bilangan bulat positif dan 𝑎2𝑛 = − 22𝑛𝑛!(𝑛+𝑝)! ,

karena p adalah bilangan bulat positif, maka diperoleh fungsi 𝐽𝑝 (𝑥) =


(−1)𝑛 𝑥
∑∞
𝑛=0 ( )2n+p yang sering disebut dengan fungsi bessel jenis
𝑛!(𝑛+𝑝)! 2

pertama dengan orde p.


3. Menentukan relasi perulangan untuk r = -p dan menentukan fungsinya.
𝑎𝑛−2
Jika r = -p diperoleh 𝑎𝑛 = - 𝑛(𝑛−2𝑝) , dengan n ≥ 2 dan n ≠ 2p, sehingga

diperoleh 𝑎𝑛 = 0 untuk n adalah bilangan bulat ganjil dan 𝑎2𝑛 = -


(−1)𝑛
, Jika kedua akarnya bukan bilangan bulat positif maka
22𝑛 𝑛!(𝑛−𝑝)!

(−1)𝑛 𝑥
2n – p
penyelesaiannya menjadi 𝐽−𝑝 (𝑥), yaitu 𝐽−𝑝 (𝑥) = ∑∞
𝑛=0 (𝑛−𝑝)! (2)

4. Menentukan penyelesaian kedua dari Persamaan Diferensial Bessel


dengan kombinasi linear antara 𝐽𝑃 dan 𝑦𝑝 .
Karena akar-akar persamaan indicialnya berbeda, maka penyelesaian
kedua Persamaan Diferensial dapat dinyatakan menjadi 𝑦𝑝 (𝑥) =
∑∞
𝑛=0 𝑎𝑛 𝑥
𝑛−𝑝
+ 𝑐𝐽𝑝 (𝑥)𝑙𝑛𝑥, dengan c adalah konstanta dan c≠0.
Penyelesaian kedua Persamaan Diferensial Bessel orde p merupakan
kombinasi linear dari 𝐽𝑝 dan 𝑌𝑝 , maka kombinasi linear Persamaan
Diferensial Bessel orde p dilambangkan dengan 𝑌𝑝 (x) dan dinyatakan
𝑥 2𝑛+𝑝
2 𝑥 ( ) 1
menjadi 𝑌𝑝 (𝑥) = 𝜋 { 𝐽𝑛 (𝑥) [𝑙𝑛 2 + 𝛾] + ∑∞ 𝑛 2
𝑛=0(−1) 𝑛!(𝑝+𝑛)! (∑𝑛+𝑝
𝑘=1 𝑘 +

1 𝑥 2𝑛−𝑝 (𝑝−𝑛−1)!
∑𝑛𝑘=1 ) − ∑𝑝−1
𝑛=0 (2) } dengan n = p dan γ adalah konstanta
𝑘 𝑛!

Euler dan penyelesaian ini disebut fungsi Bessel jenis kedua orde p.
5. Menentukan penyelesaian umum dari Persamaan Diferensial Bessel.
Penyelesaian umum Persamaan Diferensial Bessel orde p adalah 𝑦 =
𝑐1 𝐽𝑃 (𝑥) + 𝑐2 𝐽−𝑃 (𝑥), dimana 𝑐1dan 𝑐2 adalah konstanta sebarang.
Penerapan dari Persamaan Diferensial Bessel dapat ditemukan pada
getaran yaitu getaran rantai yang digantung dan getaran membran
lingkaran.

Persamaan Diferensial Bessel

Fungsi Bessel

Bentuk umum persamaan diferensial Bessel orde v dituliskan sebagai,

𝑥 2 𝑦 " + 𝑥𝑦 ′ + (𝑥 2 − 𝑣 2 )𝑦 = 0

Persamaan ini merupakan bentuk persamaan diferensial linear orde 2,


karena itu solusi umum dapat dituliskan dalam bentuk

𝑦(𝑥) = 𝑐1 𝑦1 (𝑥) + 𝑐2 𝑦2 (𝑥)

Dengan 𝑦1 (𝑥) dan 𝑦2 (𝑥) adalah solusi parsial persamaan bessel.

Misal :

𝑦(𝑥) = ∑ 𝑎𝑟 𝑥 𝑟+𝑛
𝑟=0

Derivatif pertama dan kedua deret ini adalah



′ (𝑥)
𝑦 = ∑(𝑟 + 𝑛)𝑎𝑟 𝑥 𝑟+𝑛−1
𝑟=0


" (𝑥)
𝑦 = ∑(𝑟 + 𝑛)(𝑟 + 𝑛 − 1)𝑎𝑟 𝑥 𝑟+𝑛−2
𝑟=0
Bentuk persamaan Bessel dituliskan menjadi,
∞ ∞
2 𝑟+𝑛−2
𝑥 ∑(𝑟 + 𝑛)(𝑟 + 𝑛 − 1)𝑎𝑟 𝑥 + 𝑥 ∑(𝑟 + 𝑛)𝑎𝑟 𝑥 𝑟+𝑛−1 + (𝑥 2
𝑟=0 𝑟=0

− 𝑣 ) ∑ 𝑎𝑟 𝑥 𝑟+𝑛 = 0
2

𝑟=0

∞ ∞ ∞

∑(𝑟 + 𝑛)(𝑟 + 𝑛 − 1)𝑎𝑟 𝑥 𝑟+𝑛 + ∑(𝑟 + 𝑛)𝑎𝑟 𝑥 𝑟+𝑛 + 𝑥 2 ∑ 𝑎𝑟 𝑥 𝑟+𝑛


𝑟=0 𝑟=0 𝑟=0

− 𝑣 2 ∑ 𝑎𝑟 𝑥 𝑟+𝑛 = 0
𝑟=0

∞ ∞

∑(𝑟 + 𝑛)(𝑟 + 𝑛 − 1)𝑎𝑟 𝑥 𝑟+𝑛 + ∑(𝑟 + 𝑛)𝑎𝑟 𝑥 𝑟+𝑛


𝑟=0 𝑟=0
∞ ∞
𝑟+𝑛−2+2
+ ∑ 𝑎𝑟−2 𝑥 − 𝑣 ∑ 𝑎𝑟 𝑥 𝑟+𝑛 = 0
2

𝑟−2=0 𝑟=0

∞ ∞ ∞
𝑟+𝑛 𝑟+𝑛
∑(𝑟 + 𝑛)(𝑟 + 𝑛 − 1)𝑎𝑟 𝑥 + ∑(𝑟 + 𝑛)𝑎𝑟 𝑥 − ∑ 𝑎𝑟−2 𝑥 𝑟+𝑛
𝑟=0 𝑟=0 𝑟=2

− 𝑣 2 ∑ 𝑎𝑛 𝑥 𝑟+𝑛 = 0
𝑛=0

∞ ∞
2 𝑟+𝑛
∑{(𝑟 + 𝑛)(𝑟 + 𝑛 − 1) + (𝑟 + 𝑛) − 𝑣 }𝑎𝑟 𝑥 + ∑ 𝑎𝑟−2 𝑥 𝑟+𝑛
𝑟=0 𝑟=2

=0

Bagi persamaan ini dengan 𝑥 𝑛 , diperoleh


∞ ∞

∑{(𝑟 + 𝑛)(𝑟 + 𝑛) − 𝑣 2 }𝑎𝑟 𝑥 𝑟 + ∑ 𝑎𝑟−2 𝑥 𝑟 = 0


𝑟=0 𝑟=2

Bila kita ekspansikan, maka

𝑎0 {(𝑛(𝑛 − 1)) + 𝑛 − 𝑣 2 } + 𝑎1 {((𝑛 + 1)(𝑛)) + (𝑛 + 1) − 𝑣 2 }𝑥 +


𝑎2 {((𝑛 + 2)(𝑛 + 2)(𝑛 + 1)) + (𝑛 + 2) − 𝑣 2 }𝑥 2 + ⋯ + 𝑎𝑘 {(𝑛 +
𝑘)(𝑛 + 𝑘 − 1) + (𝑛 + 𝑘) − 𝑣 2 }𝑥 𝑘 + ⋯ + 𝑎0 𝑥 2 + ⋯ 𝑎𝑘−2 𝑥 𝑘 +
⋯=0

Dari persamaan ini, kemudian kita klasifikasi menjadi

Untuk Koefisien 𝑥 0 :

𝑎0 {(𝑛(𝑛 − 1)) + 𝑛 − 𝑣 2 } = 𝑎0 (𝑛2 − 𝑣 2 ) = 0

𝑛2 = 𝑣 2 → 𝑛 = ±𝑣

Untuk Koefisien 𝑥1 :

𝑎1 {((𝑛 + 1)(𝑛)) + (𝑛 + 1) − 𝑣 2 } = 𝑎1 (𝑛2 + 2𝑛 − 𝑣 2 ) = 𝑎1 {(𝑛 +


1)2 − 𝑣 2 } = 0

Karena 𝑛 = ±𝑣,

𝑎1 {(𝑛 + 1)2 − 𝑛2 } = 0 → 𝑎1 = 0

Untuk Koefisien 𝑥 2 :

𝑎2 {((𝑛 + 2)(𝑛 + 1)) + (𝑛 + 2) − 𝑣 2 } + 𝑎0

= 𝑎2 {𝑛2 + 𝑛 + 2𝑛 + 2 + 𝑛 + 2 − 𝑣 2 } + 𝑎0

= 𝑎2 {𝑛2 + 4𝑛 + 4 − 𝑣 2 } + 𝑎0 = 0

𝑎0 𝑎0 𝑎0
𝑎0 = − = − = −
𝑛2 + 4𝑛 + 4 − 𝑣 2 (𝑛 + 2)2 − 𝑣 2 (𝑛 + 2)2 − 𝑛2
𝑎0 𝑎0
=− =−
4𝑛 + 4 2(2𝑛 + 2)

Untuk koefisien 𝑥 𝑘

𝑎𝑘 {(𝑛 + 𝑘)(𝑛 + 𝑘 − 1) + (𝑛 + 𝑘) − 𝑣 2 } + 𝑎𝑘−2

= 𝑎𝑘 (𝑛2 + 𝑛𝑘 + 𝑛𝑘 + 𝑘 2 − 𝑛 − 𝑘 + 𝑛 + 𝑘 − 𝑣 2 ) + 𝑎𝑘−2

= 𝑎𝑘 (𝑛2 + 2𝑛𝑘 + 𝑘 2 − 𝑣 2 ) + 𝑎𝑘−2 = 0


𝑎
𝑘−2 𝑎
𝑘−2
𝑎𝑘 = − (𝑛2 +2𝑛𝑘+𝑘 2 −𝑣 2 = − ((𝑛+𝑘)2 −𝑣 2 )

Karena 𝑛 = 𝑣, maka
𝑎
𝑘−2 𝑎𝑘−2 𝑎𝑘−2
𝑎𝑘 = − ((𝑛+𝑘)2 −𝑛2 )
= − (2𝑛𝑘+𝑘 2 )
=− 𝑘(𝑘+2𝑛)

Dengan n = 1, 2, 3, …

Karena 𝑎1 = 0, maka
𝑎1
𝑎3 = − 3(3+2𝑛) =0

𝑎3
𝑎5 = − 5(5+2𝑛) =0

Jadi, untuk k ganjil, maka 𝑎𝑘 = 0

Jika k = 2r, diperoleh


𝑎
2𝑟−2 𝑎
2𝑟−2
𝑎2𝑟 = − 2𝑟(2𝑟+2𝑛) = − 22 𝑟(𝑟+𝑛)

Dengan r = 1,2,3…

𝑎2𝑟−2
𝑎2𝑟 = −
2𝑟 𝑟(𝑟 + 𝑛)
r
1 𝑎0 𝑎0
𝑎2 = − 2
=−
2 . 1. (1 + 𝑛) 22 (1 + 𝑛)
2 𝑎2 1 𝑎0
𝑎4 = − 2 =− 2 (− 2 )
2 . 2(2 + 𝑛) 2 . 2(2 + 𝑛) 2 (1 + 𝑛)
𝑎0
= (−1)2 4
2 . 2(2 + 𝑛)(1 + 𝑛)
3 1 2
𝑎0
𝑎6 = − ((−1) )
22 . 3(3 + 𝑛) 24 . 2(2 + 𝑛)(1 + 𝑛)
𝑎0
= (−1)3 6
2 . 3.2(3 + 𝑛)(2 + 𝑛)(1 + 𝑛)
˸ ˸
𝑎0
𝑎2𝑟 = (−1)𝑟
22𝑟 𝑟! (𝑟 + 𝑛) … (𝑛 + 2)(𝑛 + 1)

Dari fungsi gamma,

𝛤(𝑥 + 1) = 𝑥𝛤(𝑥)

Karena itu kita bisa menuliskan bahwa,


𝛤(𝑥 + 𝑟) = (𝑥 + 𝑟 − 1)Γ(𝑥 + 𝑟 − 1) = (𝑥 + 𝑟 − 1)(𝑥 + 𝑟 − 2)Γ(𝑥 + 𝑟 − 2)

= (𝑥 + 𝑟 − 1)(𝑥 + 𝑟 − 2)(𝑥 + 𝑟 − 3)Γ(𝑥 + 𝑟 − 3) = ⋯

= (𝑥 + 𝑟 − 1)(𝑥 + 𝑟 − 2)(𝑥 + 𝑟 − 3) … 𝑥Γ(𝑥)

Misal x = n +1
> ( ) = (−1) > ( )

Penyelesaian: Dari,

(−1)
> ( )= < =
! Γ( − + + 1 ) 2

Nilai = 0 → ( − 1),

(−1) (−1)
> ( )= < = + < =
! Γ( − + + 1 ) 2 ! Γ( − + + 1 ) 2
(−1)
=0+ < =
! Γ( − + + 1 ) 2

Ambil = + ), diperoleh

(−1) ( ( ()
> ( )= < =
( + ) ) ! Γ( − + + ) + 1) 2
(
(−1) ( (
= < =
( + ) ) ! Γ( ) + 1 ) 2
(
(−1)( (
= (−1) < = = (−1) > ( )
( + ) ) ! Γ( ) + 1 ) 2
(

Ekspansi:

Diketahui

1
> ( )= (−1) < =
2 ! Γ( + + 1 )

Untuk =0

1 1
> ( )= (−1) < = = (−1) < =
2 ! Γ (0 + + 1) 2 ! Γ( + 1 )
Karena Γ( + 1) = !, maka

1 1
> ( )= (−1) < = = (−1) < =
2 ! r! 2 ( !)

1 1 4
> ( )=1− < = + < = +⋯
(1!) 2 (2!) 2

Bentuk ini dikenal sebagai fungsi Bessel orde nol.

Untuk =1

1 1
> ( )= (−1) < = = (−1) < =
2 ! Γ( 1 + + 1 ) 2 ! Γ( + 2 )

1
=< = (−1) < =
2 2 ! Γ( + 2 )

Karena Γ( + 2) = ( + 1)!, maka

1
> ( )=< = (−1) < =
2 2 ! ( + 1)!

1 1 4
>( )= A1 − < = + < = + ⋯B
2 1! 2! 2 2! 3! 2

Untuk = ,

1
> ( )= (−1) < =
2 1
! Γ < + + 1=
2
1
=< = (−1) < =
2 2 3
!Γ< + =
2
1 1 1 4 1 7
> ( )=< = C − < = + < = − < = + ⋯F
2 3 5 7 9
Γ < = 1! Γ < = 2 2! Γ < = 2 3! Γ < = 2
2 2 2 2
1 1 1 4
=< = C − < = + < =
2 1 1 31 1 2 531 1 2
Γ < = 1! Γ< = 2! Γ < =
2 2 22 2 222 2
1 7
− < = + ⋯F
7531 1 2
3! Γ< =
2222 2

Karena Γ( + 1) = Γ( ), dan Γ < = = √Hmaka

1 1 1 4 1 7
> ( )=< = C − < = + < = − < =
2 1 31 531 7531
H 1! H 2 2! H 2 3! H 2
2√ 22√ 222√ 2222√

+ ⋯F

1 1 1 4 1 7
=< = C − < = + < = − < =
2H 1 31 2 531 2 7531 2
1! 2! 3!
2 22 222 2222
2 4 4 4 1 7
+ ⋯F = < = C − < = + < = − < = + ⋯F
2H 1! 3 2 15 2 7531 2
3!
2222
2 0 1 J
2
=< = I − + − + ⋯K = L sin
2H 1! 3! 5! 7! H

Soal: Carilah ekspansi > P ( )


Q

Relasi rekursif Fungsi Bessel


T > ( )U = > ( )
R
RS
1.

Bukti:
1
> ( )= (−1) < =
2 ! Γ( + + 1 )

Kalikan kedua ruas persamaan ini dengan , diperoleh

1
> ( )= (−1) < =
2 ! Γ( + + 1 )

1
= (−1)
2 ! Γ( + + 1 )

V V 1
T > ( )U = (−1)
V V 2 ! Γ( + + 1 )
(2 + 2 ) 1
= (−1)
2 ! Γ( + + 1 )

Karena Γ( + + 1) = ( + )Γ( + ), maka

V (2 + 2 ) 1
T > ( )U = (−1)
V 2 ! ( + ) Γ( + )

2( + 2) ( )
1
= (−1)
2 ! ( + ) Γ( + )

2. ( )
1
= (−1)
2 ! Γ( + )
( )
1
= (−1)
2 2 ! Γ( + )
( )
1
= (−1)
2 ! Γ"( − 1) + + 1$
( ) 1
= (−1) < =
2 ! Γ"( − 1) + + 1$
= > ( )
T > ( )U = − > ( )
R
RS
2.

Bukti:

1
> ( )= (−1) < =
2 ! Γ( + + 1 )

Kalikan kedua ruas persamaan ini dengan , diperoleh

1
> ( )= (−1) < =
2 ! Γ( + + 1 )

1
= (−1)
2 ! Γ( + + 1 )

V V 1
T > ( )U = (−1)
V V 2 ! Γ ( + + 1)

2 1
= (−1)
2 ( − 1)! Γ( + + 1)

1
= (−1)
2 ( − 1)! Γ( + + 1)

Jika = + 1, diperoleh

V
T > ( )U
V
( )
1
= (−1) =
2 ( ) (( + 1) − 1)! Γ( + ( + 1) + 1)

1
= (−1)
2 ( )! Γ( + + 2)

1
=− (−1) =− > ( )
2 ( ) ! Γ( + + 2)
3. > ( ) = > ( )− > ( )
S

Bukti:

Dengan menggunakan relasi rekursif pertama,

V
T > ( )U = > ( )
V
> ( )+ > ( )= > ( )

Kedua ruas bagi dengan , diperoleh

> ( )+ > ( )=> ( )


> ( )=> ( )− > ( )
> ( )=> ( )− > ( )

4. > ( ) = −> ( )+ > ( )


S

Bukti:

Dengan menggunakan relasi rekursif kedua, yaitu

V
T > ( )U = − > ( )
V
> ( )− > ( )=− > ( )

S WX
Kalikan kedua ruas dengan , diperoleh

> ( )− > ( ) = −> ( ) → > ( ) = −> ( )+ > ( )

Soal: Buktikan bahwa

> ( ) > ( )
> ( )=I + K dan 2 > ( ) = T> ( )+> ( )U
2 2

Contoh:
Dengan menggunakan relasi rekursif, hitunglah: >[ ( ), > [ ( )
Q Q

Penyelesaian:

Dari relasi 2 > ( ) = T> ( )+> ( )U, kita dapat menuliskannya


menjadi

2 > ( )=> ( )+> ( )

Missal = , maka

1
22> ( )=> ( )+> ( )

1
> ( ) = > ( ) + >0 ( )

1 1 2 2
>0 ( ) = > ( )−> ( )= \L sin ] − L cos
H H

2 sin
=L 5 − cos 6
H

Sekarang, ambil = − , diperoleh

1

2 2> ( ) = > ( )+> ( )

1
− > ( ) = > 0( ) + > ( )
1 1 2 2
> 0 ( ) = − > ( ) − > ( ) = − L cos − L sin
H H

2 cos
= −L < + sin =
H

Soal: Carilah > ( ) dan > ( )


Q̀ Q̀

Buktikan bahwa:

> ( ) = −> ( )

dan

1
>" ( ) = > ( ) − 2> ( ) + > ( )
4
Penyelesaian:

Diketahui bahwa

V
> ( ) =− > ( )
V
Substitusi = 0, diperoleh

V
> ( ) = −> ( ) → > ( ) = −> ( )
V
Diketahui bahwa:

> ( ) > ( ) 1
> ( )=I + K = T> ( )+> ( )U
2 2 2

Diferensialkan terhadap :

V 1 V
T> ( )U = T> ( )+> ( )U
V 2V
1
>" ( ) = T> ( )+> ( )U (∗)
2
Ambil → ( − 1), diperoleh

1 1
> ( )= T> ( )+> ( )U = T> ( ) + > ( )U
2 2
Selanjutnya → ( + 1), diperoleh

1 1
> ( )= T> ( )+> ( )U = T> ( ) + > ( )U
2 2
Substitusi kedua persamaan ini ke (∗) diperoleh

1 1 1
>" ( ) = I T> ( ) + > ( )U + T> ( ) + > ( )UK
2 2 2
1
= T> ( ) + 2> ( ) + > ( )U
4
Contoh:

Tunjukan bahwa b >0 ( )V = − > ( ) − > ( )


S

Penyelesaian:

Ruas kiri persamaan pada soal dapat dituliskan menjadi

V
c >0 ( ) V = c >0 ( )V = − c >( )V
V
=− > ( ) + c2 >( )V
V
= −> ( ) + 2 c > ( )V = −> ( ) − 2 c >( )V
V
2
= −> ( ) − > ( )

Contoh:

Ubahlah bentuk >0 ( ) ke dalam bentuk > ( ) dan > ( )


Penyelesaian:

Untuk menyelesaikan soal ini, kita akan gunakan relasi:

2 > ( ) = T> ( )+> ( )U

Yang dituliskan menjadi

2
> ( )= > ( )−> ( )

Ambil = 2, maka diperoleh

2(2) 4
> ( )= > ( )−> ( ) → >0 ( ) = > ( )−> ( )

Selanjutnya, ambil = 1, maka diperoleh

2(1) 2
> ( )= > ( )−> ( )→> ( )= > ( )−> ( )

Dari dua persamaan terakhir, maka diperoleh

4 2 8 4
>0 ( ) = d > ( ) − > ( )e − > ( ) = > ( ) − > ( ) − > ( )

Soal: Ubahlah >1 ( ) ke dalam bentuk > ( ) dan > ( )

Fungsi Pembangkit ( )
Polinomial Bessel > ( ) dapat diungkapkan sebagai koefisien pangkat g
dalam ekspansi deret pada sebuah fungsi h(g, ) disebut sebagai fungsi
pembangkit dalam bentuk g untuk semua |g | < 1,

S
h(g, ) = k <l
l
=
= > ( )g

Pembuktian:
S Sl S g 1 ( 1
h(g, ) = k <l
l
=
=k k l =m 5 6 nm (−1) < = n
2 ! 2g )!
(
(−1) (
= < = g (
! )! 2
(

Jika − ) = , maka untuk ) = ∞ → = −∞ dan untuk =∞→ = ∞,

(−1)( (
h(g, ) = < = g = > g
( + ))! )! 2
(

Bentuk Integral Fungsi Bessel


Dari definisi fungsi pembangkit

S
h(g, ) = k <l
l
=
= > ( )g

Misalkan g = k pq , maka ruas kiri dari fungsi pembangkit dituliskan menjadi


S
h(g, ) = k = k "r r $S = k pS uvw q
5r st 6 st Wst
r st

= cos( sin x) + y sin( sin x)

Untuk ruas kanan,

> ( )g = > ( )(k pq ) = > ( )(cos x + y sin x )

Jika diekspansikan, diperoleh

> ( )g = > ( ) + > ( ) + > ( ) cos x + > ( ) + > ( ) cos 2x

+ ⋯ + y T> ( ) − > ( )U sin x + T> ( ) − > ( )U sin 2x + ⋯

Gunakan > ( ) = (−1) > ( ), maka

> ( ) = −> ( ), > ( ) = (−1) > ( )


Diperoleh

> ( )g = > ( ) + −> ( ) + > ( ) cos x

+ (−1) > ( ) + > ( ) cos 2x + ⋯


+ y T> ( ) + > ( )U sin x + T> ( ) − (−1) > ( )U sin 2x + ⋯
= (> ( ) + 2> ( ) cos 2x + ⋯ )
+ y (2> ( ) sin x + 2>0 ( ) sin 3x + ⋯ )

=> ( )+2 > ( ) cos 2 x + 2y > ( ) sin(2 − 1)x

Karena itu, kita dapat menuliskan bahwa

cos( sin x) + y sin( sin x)

=> ( )+2 > ( ) cos 2 x + 2y > ( ) sin(2 − 1)x

Dari sini kita peroleh

cos( sin x) = > ( ) + 2 > ( ) cos 2 x

dan

sin( sin x) = 2 > ( ) sin(2 − 1)x

Fungsi Fourier:

{ 0; z ≠
c cos zx cos x Vx = | H
;z =
2
{ 0; z ≠
c sin zx sin x Vx = |H
;z =
2
Sehingga,
{
c cos x cos( sin x) Vx
•€€€€€€€•€€€€€€€‚
ƒ
{ {
= > ( ) c cos x Vx + 2 > ( ) c cos x cos 2 x Vx
•€€€•€€€‚ •€€€€€•€€€€€‚
„ …

Integral bagian “a”:


{
H> ; = genap
c cos x cos( sin x ) Vx = d
0; = ganjil

Integral bagian “‹”:


{
c cos x Vx = 0

Integral bagian “ ”: asumsikan 2 = , maka


{
H
c cos x cos x Vx = ; = genap
2

dan

{ {
c sin x sin( sin x) = 2 > ( ) c sin xsin(2 − 1)x

H> ( ); = ganjil
=d
0; = genap
{ {
c cos x cos( sin x ) Vx + c sin x sin( sin x)Vx
{
= c Tcos x cos( sin x ) + sin x sin( sin x)U Vx = H>

Sehingga kita dapat menulsikan,


1 {
> ( ) = c Tcos x cos( sin x ) + sin x sin( sin x)U Vx
H
1 {
= c cos( x − sin x) Vx
H

dengan = 0,1,2,3, ⋯.

Misal = 0, maka

1 { 1 {
> ( )= c cos(− sin x)Vx = c cos( sin x)Vx
H H

Sifat Ortogonal Polinomial Bessel


Sifat ortogonalitas fungsi Bessel dituliskan sebagai

0; Œ≠•
c > (Œ )> (• ) V = | 1
"> (Œ )$ ; Œ=•
2
dengan Œ, • adalah akar-akar dr > ( ) = 0

pembuktian:

misal: = > (Π) adalah solusi dari persamaan diferensial

+ + (Œ − ) =0
Ž
S
Kalikan dengan , diperoleh

• +• + • •Œ − ‘ =0

dan • = > (• ), adalah solusi dari persamaan diferensial

• + • + (Œ − )• = 0

S
Kalikan dengan , diperoleh
• + • + •• − ‘• = 0

Kita perkurangkan,

•• +• + • •Œ − ‘ ‘−• • + • + •• − ‘ •‘ = 0

• +• + •Œ − • − • − • •=0

(• − • ) + (• − • ) + (Œ − • ) • = 0

V
( • − • ) = (• − Œ ) •
V
Integralkan kedua ruas dengan batas = 0 → 1,

V
c ( • − • ) V = (• − Œ ) c • V
V

T ( • − • )U = • − • = (• − Œ ) c • V

Karena = > (Œ ) → = Œ> (Œ ) dan • = > (• ) → • = •> (• ), maka

Œ> (Œ )> (• ) − •> (Œ )> (• ) = (• − Œ ) c > (Œ )> (• ) V

Œ> (Œ )> (•) − •> (Œ )> (•)


c > (Œ ) > (• ) V =
(• − Œ )

Untuk Œ ≠ •: > (Œ ) = > (•) = 0 (Œ, • adalah akar-akar dr > ( ) = 0)

c > (Œ )> (• ) V = 0
Untuk Œ = •: ruas kanan akan diperoleh bentuk . Dengan menggunakan
aturan L’Hospital, ambil Œ konstan dan • adalah variabel yang mendekati Œ,
karena itu kita tuliskan menjadi

Œ> (Œ )> (•) − > (Œ )> (•) − •> (Œ )> (•)


lim c > (Œ )> (• ) V = lim
”→• ”→• 2•

Œ> (Œ )> (Œ ) − > (Œ )> (Œ ) − Œ> (Œ )> (Œ )


c > (Π)> (Π) V =

Karena > (Π) = 0, maka

Œ> (Œ )> (Œ ) 1 1
c > (Π) V = = "> (Π)$ = > (Π)
2Π2 2

Persamaan ini dikenal sebagai kondisi normalisasi dari fungsi Bessel.


III. Rangkuman
1. Salah satu dari persamaan-persamaan diferensial yang terpenting dalam
penerapan matematika adalah persamaan diferensial Bessel
x2y + xy + (x2 – v2) y = 0 (*)
2. Penerapan Persamaan Diferensial Bessel pada bidang teknik antara lain:
getaran (vibrasi), medan elektrostatik, rambatan (konduksi) panas,
gelombang elektromagnetik.
IV. Referensi
1. E. Kreyszig, 2011, “Advanced Engineering Mathematics: 10th Edition”.
Wiley.
2. S. Hassani, 2008, “Mathematical methods: For students of physics and
related fields: 2nd ed., Springer.
3. George B. Arfken, Hans J. Weber, Frank E. Harris, 2012, “Mathematical
Methods for Physicists, Seventh Edition: A Comprehensive Guide: 7th
ed.”, Academic Press

Anda mungkin juga menyukai