Anda di halaman 1dari 20

PERSAMAAN DIFERENSIAL

HUBUNGAN KONSEPTUAL ANTARA SUBBAB JENIS-JENIS PERSAMAAN


DIFERENSIAL ORDE SATU I

OLEH:

Rizma Elfariana (06081181823012)


Seruni Rahmatul Nasoha (06081181823019)

DOSEN PENGAMPU:

DR. DARMAWIJOYO, M.SI.


ELIKA KURNIADI, S.PD., M.SC.

PENDIDIKAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
Persamaan diferensial yang akan kita pelajari dalam bagian ini adalah persamaan diferensial
yang dapat dinyatakan dalam bentuk
𝑑𝑦
𝑄(𝑥, 𝑦) 𝑑𝑥 + 𝑃(𝑥, 𝑦) = 0. (2.1)
Seperti biasanya variabel 𝑦 akan dinamakan variabel terikat dan variabel 𝑥 dinamakan
variabel bebas. Persamaan sebelumnya, dapat dinyatakan dalam bentuk lain dengan
mengalikannya dengan 𝑑𝑥 di kedua ruas persamaan, menghasilkan
𝑄(𝑥, 𝑦)𝑑𝑦 + 𝑃(𝑥, 𝑦)𝑑𝑥 = 0. (2.2)

Dalam banyak buku teks suku 𝑑𝑦 dan 𝑑𝑥 sering dinamakan diferensial. Contoh-contoh
persamaan diferensial yang dapat dijadikan ke bentuk (2.1) dan (2.2) adalah
𝑑𝑦
1. = 2𝑥𝑦 + sin 𝑥,
𝑑𝑥

2. 𝑦 = ln 2𝑥𝑦 + tan 𝑥
3. (𝑥 − cos 𝑥 + 𝑦)𝑑𝑥 + (2𝑥𝑦 + sin 𝑥)𝑑𝑦 = 0,
4. 𝑒 𝑥 cos 𝑦 𝑑𝑥 + 2𝑥 sin 𝑥 𝑑𝑦 = 0

Selanjutnya dalam pembahasan berikutnya kita akan menyebut keluarga penyelesaian


𝑛 −parameter atau primitif dengan penyelesaian saja.

2.1 Persamaan Diferensial dengan Variabel Terpisah

Jika persamaan 𝑄(𝑥, 𝑦)𝑑𝑦 + 𝑃(𝑥, 𝑦)𝑑𝑥 = 0 dapat direduksi ke bentuk


𝑓(𝑥)𝑑𝑥 + 𝑔(𝑦)𝑑𝑦 = 0,
maka variabel-variabel persamaan tersebut dinyatakan terpisah dan persamaan diferensialnya
disebut persamaan diferensial dengan variabel terpisah.Penyelesaian persamaan
diferensialnya diberikan oleh
∫ 𝑓(𝑥) 𝑑𝑥 + ∫ 𝑔(𝑥) 𝑑𝑦 = 𝐶,
di manaC sebagai parameter (konstanta).

Contoh 2.1.1:

Tentukan penyelesaian dari 2𝑥 𝑑𝑥 − 9𝑦 2 𝑑𝑦 = 0.

Maka suku pertama diintegrasikan dengan x dan suku kedua diintegrasikan dengany sehingga
menghasilkan 𝑥 2 − 3𝑦 = 𝐶.

2.2 Persamaan Diferensial dengan Koefisien Homogen

Misalkan z=f(x,y) mendefinisikan z sebagai fungsi dari x dan y di daerah 𝐼 ⊂ 𝑅 2 . Fungsi


f(x,y) dikatakan fungsi homogen berorde n jika fungsi itu dapat ditulis dalam bentuk
𝑓(𝑥, 𝑦) = 𝑥 𝑛 𝑔(𝑢)
di mana u = y/x dan g fungsi dari u.

Contoh 2.2.1:
𝑦
Tentukan apakah fungsi 𝑓(𝑥, 𝑦) = (𝑥 2 + 𝑦 2 )𝑙𝑛 𝑥 , dengan I = {(x,y) ∈R2; x>0, y>0},
homogen? Jika ya, tentukan ordenya.

Langkah pertama, coba ubah ruas kanan untuk membentuk fungsi dengan variabel u = y/x
atau
v = x/y. Dengan memperhatikan persamaan tersebut, x2 dapat difaktorkan menjadi
𝑦 2 𝑦
𝑓(𝑥, 𝑦) = 𝑥 2 ((1 + (𝑥 ) ) 𝑙𝑛 (𝑥 )), dengan I = {(x,y) ∈R2; x>0, y>0}. Dengan memilih

g(u) = (1 + (y/x)2 ln y/x sehingga dapat disimpulkan bahwa fungsi tersebut homogen dengan
orde 2.

Kesimpulan :

Hubungan subbab 2.1 dengan subbab 2.2

Fungsi 𝐹(𝑥, 𝑦) disebut homogen berorde n jika fungsi itu dapat ditulis dalam bentuk
𝑓(𝑥, 𝑦) = 𝑥 𝑛 𝑔(𝑢), n disebut orde dari fungsi homogen 𝑓(𝑥, 𝑦). Beberapa bentuk persamaan
diferensial tak linier orde satu dengan peubah tak terpisah, namun koefisiennya merupakan
fungsi homogen dengan orde sama dapat dicari solusinya menggunakan metode substitusi
sehingga didapatkan bentuk Persamaan Diferensial Variabel terpisah. Jika persamaan
diferensial tidak bisa direduksi secara langsung maka menggunakan persamaan diferensial
koefisien homogen. Dengan cara untuk memisahkan variabel dengan koefisien homogen
dengan mensubstitusikan
𝑦 = 𝑢𝑥 dan 𝑑𝑦 = 𝑥 𝑑𝑢 + 𝑢 𝑑𝑥.
2.3 Persamaan Diferensial Homogen

Definisi 2.3.1
Persamaan diferensial
𝑃(𝑥, 𝑦)𝑑𝑥 + 𝑄(𝑥, 𝑦)𝑑𝑢 = 0,
disebut persamaan diferensial homogen jika P dan Q masing-masing homogen orde n.
Misalkan
y = ux maka dari kalkulus, kita peroleh derivatif total dari y yang dinyatakan oleh
dy = udx + xdu.
Jika disubstitusikan y dengan ux dan menggunakan dy = udx + xdu akan diperoleh
persamaan diferensial dengan variabel terpisah.

Teorema 2.4
Jika koefisien-koefisien persamaan dy = udx + xdu homogen orde n, maka dengan
mensubstitusikan
y = ux akan menghasilkan persamaan diferensial dengan variabel terpisah.

Bukti:
Dengan hipotesis P dan Q merupakan fungsi homogen berorde n. Berdasarkan definisi,
dengan
u = y/x, masing-masing dapat dinyatakan dalam bentuk
𝑃(𝑥, 𝑦) = 𝑥 𝑛 𝑔(𝑢), 𝑄(𝑥, 𝑦) = 𝑥 𝑛 ℎ(𝑢).
Dengan melakukan substitusi 𝑃(𝑥, 𝑦)𝑑𝑥 + 𝑄(𝑥, 𝑦)𝑑𝑢 = 0 menjadi
𝑥 𝑛 𝑔(𝑢)𝑑𝑥 + 𝑥 𝑛 ℎ(𝑢) (𝑥 𝑑𝑢 + 𝑢 𝑑𝑥) = 0,
Atau secara ekuivalen
(𝑔(𝑢) + 𝑢ℎ(𝑢))𝑑𝑥 + 𝑥ℎ(𝑢)𝑑𝑢 = 0.
Untuk x≠0 dan g(u) + uh(u)≠0 persamaan terakhir menjadi
1 ℎ(𝑢)
𝑑𝑥 + 𝑔(𝑢)+𝑢ℎ(𝑢) 𝑑𝑢 = 0,
𝑥
Dengan x≠0 dan g(u) + uh(u)≠0. Persamaan tersebut melengkapi bukti teorema tersebut.

Contoh 2.3.1:

Tentukan apakah persamaan diferensial (x2 – 3y2) dx + 2xy dy = 0 homogen dan tentukanlah
penyelesaiannya.

P = (x2 – 3y2) dan Q = 2xy.


Fungsi P dibagi x2ndan fungsi Q dibagi dengan x sehingga mendapatkan bentuk
3𝑦 2
𝑃(𝑥, 𝑦) = 𝑥 (1 − 2 ) = 𝑥 2 𝑔(𝑢)
2
𝑥
𝑦
𝑄(𝑥, 𝑦) = 2𝑥 2 𝑥 = 𝑥 2 ℎ(𝑢).
Diperoleh bahwa persamaan diferensial tersebut homogen. Substitusikan y = ux dan dy = udx
+ xdu ke persamaan diferensial tersebut untuk mendapatkan persamaan diferensial dengan
variabel terpisah.
x2 (1-u2) dx + 2ux3 du = 0
Dengan memisahkan variabel dan mengintegrasikannya, diperoleh penyelesaian
Ln x – ln (1-u2) = c, atau ekuivalen dengan x3 = c ̅(x2 + y2).

Kesimpulan :
Hubungan konseptual 2.2 dan 2.3
Persamaan diferensial 𝑃(𝑥, 𝑦)𝑑𝑥 + 𝑄(𝑥, 𝑦)𝑑𝑦 = 0 disebut persamaan diferensial homogen
jika P dan Q masing-masing homogen orde n. Berdasarkan definisi, dengan 𝑢 = 𝑦/𝑥,
masing-masing dapat dinyatakan dalam bentuk 𝑃(𝑥, 𝑦) = 𝑥 𝑛 𝑔(𝑢), 𝑄(𝑥, 𝑦) = 𝑥 𝑛 ℎ(𝑢).
Dengan melakukan substitusi menjadi:
𝑥 𝑛 𝑔(𝑢)𝑑𝑥 + 𝑥 𝑛 ℎ(𝑢)(𝑥𝑑𝑢 + 𝑢 𝑑𝑥) = 0
Dengan mensubstitusikan 𝑦 = 𝑢𝑥 dan menggunakan 𝑑𝑦 = 𝑥 𝑑𝑢 + 𝑢 𝑑𝑥
akan diperoleh persamaan diferensial dengan variabel terpisah.
Hubungan konseptual 2.1, 2.2 dan 2.3
𝑦
Pada persamaan diferensial homogen, berdasarkan definisi dengan 𝑢 = 𝑥 , dapat kita
nyatakan dalam bentuk 𝑃(𝑥, 𝑦) = 𝑥 𝑛 𝑔(𝑢), 𝑄(𝑥, 𝑦) = 𝑥 𝑛 ℎ(𝑢). Dimana, bentuk tersebut
sama dengan bentuk dari persamaan diferensial dengan koefisien homogen yakni
𝑓(𝑥, 𝑦) = 𝑥 𝑛 𝑔(𝑢) (artinya konsep atau pengetahuan yang dimiliki di 2.2 digunakan
kembali pada 2.3). Kemudian, kita substitusikan 𝑦 = 𝑢𝑥, dimana nantinya akan
menghasilkan persamaan diferensial dengan variabel terpisah, maka dapat terlihat
hubungan konseptual antara subbab 2.1, 2.2, 2.3.

2.4 Persamaan Diferensial dengan Koefisien Linier

Tinjau persamaan diferensial yang berbentuk


(a1x + b1y +c1) dx + (a2x + b2y +c2) dy = 0
Asumsikan bahwa koefisien dari dx dan dy tidak paralel dan c1, c2 tidak seluruhnya nol.
Diperoleh titik tunggal perpotongan dari pasangan garis lurus
a1x + b1y +c1 = 0, a2x + b2y +c2 = 0
Misal titik potong pasangan garis tersebut (h,k). Pindahkan titik potong ini ke titik asal (0,0).
Untuk itu, transforrmasikan variabel (x,y) ke variabel (X,Y) dengan relasi
x = h+X, y = k+Y
Dengan variabel (X,Y) titik potong menjadi (0,0). Dengan mensubstitusikan relasi ke
persamaan diferensial awal, diperoleh
(a1X + b1Y + [a1h + b1k + c1]) dX + (a2X + b2Y + [a2h + b2k + c2]) dY = 0
Suku dalam [] sama dengan nol karena merupakan titik potong kedua garis. Sehingga
persamaan diferensial menjadi sederhana yaitu
(a1X + b1Y) dX + (a2X + b2Y) dY = 0
yang dapat diselesaikan dengan metode dari subbab 2.3.

Contoh 2.4.1:
4𝑥−𝑦+7
Tentukan penyelesaian dari persamaan diferensial 𝑦 ′ = 2𝑥+𝑦−1

Garis 4x – y + 7 = 0 dan 2x + y – 1 = 0 berpotongan di titik (-1,3) diselesaikan dengan


memisalkan
Y = uX dengan dY = udX + Xdu untuk mendapatkan
3 2 5
+ 𝑑𝑢 + 𝑑𝑋 = 0
𝑢−1 𝑢+4 𝑋
Integrasikan suku pertama terhadap u dan suku kedua terhadap X, lalu substitusikan kembali
u = Y/X hingga diperoleh
(Y-X)3 (Y+4X)2 = c
Substitusi kembali (X,Y) ke (x,y) dari relasi x = X-1 dan y = Y + 3. Didapatkan penyelesaian
persamaan diferensial
(y–x–4)3 (y+4x+1)2
Kesimpulan :
Bisa kita lihat pada contoh soal 2.4.1, dimana untuk menyelesaikan
persamaan pada contoh soal tersebut menggunakan definisi dari 2.3.
2.5 Persamaan Diferensial Eksak

Definisi 2.5.1 : Ekspresi Diferensial

𝑃(𝑥. 𝑦)𝑑𝑥 + 𝑄(𝑥, 𝑦)𝑑𝑦

Dikatakan diferensial eksak jika 𝑃(𝑥. 𝑦)𝑑𝑥 + 𝑄(𝑥, 𝑦)𝑑𝑦 menyatakan diferensial total dari
fungsi dua variabel 𝑓(𝑥, 𝑦), yaitu :
𝜕 𝜕
𝑃(𝑥, 𝑦) = 𝜕𝑥 𝑓(𝑥, 𝑦) dan 𝑄(𝑥, 𝑦) = 𝜕𝑦 𝑓(𝑥, 𝑦)

Definisi 2.5.2 : Persamaan Diferensial

𝑃(𝑥. 𝑦)𝑑𝑥 + 𝑄(𝑥, 𝑦)𝑑𝑦 = 0

Dinamakan eksak jika ada fungsi 𝑓(𝑥, 𝑦) sedemikian sehingga derivatif parsialnya terhadap 𝑥
adalah 𝑃(𝑥, 𝑦) dan derivatif parsialnya terhadap 𝑦 adalah 𝑄(𝑥, 𝑦),

Secara simbolik definisi diatas mengatakan bahwa


𝑃(𝑥. 𝑦)𝑑𝑥 + 𝑄(𝑥, 𝑦)𝑑𝑦 = 0

Dinamakan eksak jika ada fungsi 𝑓(𝑥, 𝑦) sedemikian sehingga :


𝜕𝑓(𝑥,𝑦) 𝜕𝑓(𝑥,𝑦)
𝑃(𝑥, 𝑦) = dan 𝑄(𝑥, 𝑦) =
𝜕𝑥 𝜕𝑦

Teorema 2.5 : Persamaan Diferensial

𝑃(𝑥. 𝑦)𝑑𝑥 + 𝑄(𝑥, 𝑦)𝑑𝑦 = 0

Eksak jika dan hanya jika

𝜕𝑃(𝑥, 𝑦) 𝜕𝑄(𝑥, 𝑦)
=
𝜕𝑦 𝜕𝑥

𝜕𝑃(𝑥,𝑦) 𝜕𝑄(𝑥,𝑦) 𝜕𝑃(𝑥,𝑦) 𝜕𝑄(𝑥,𝑦)


Dimana fungsi 𝑃(𝑥. 𝑦), 𝑄(𝑥, 𝑦), , dan = terdefinisi dan kontinu
𝜕𝑦 𝜕𝑥 𝜕𝑦 𝜕𝑥
dalam daerah terhubung sederhana D.

Contoh: tunjukanlah bahwa persamaan

cos(𝑦)𝑑𝑥 − (𝑥 sin(𝑦) − 𝑦 2 )𝑑𝑦 = 0

Adalah eksak dan tentukan keluarga 1-parameter penyelesaiannya.

Penyelesaian :
Dengan menggunakan teorema 2.5 dengan 𝑃(𝑥, 𝑦) = cos (𝑦) dan 𝑄(𝑥, 𝑦) = −𝑥 sin(𝑦)
𝜕𝑃(𝑥,𝑦) 𝜕𝑄(𝑥,𝑦)
dimana = −𝑠𝑖𝑛(𝑦) dan = −sin (𝑦) kita peroleh bahwa :
𝜕𝑦 𝜕𝑥
cos(𝑦)𝑑𝑥 − (𝑥 sin(𝑦) − 𝑦 2 )𝑑𝑦 = 0

Adalah eksak. Karena 𝑃(𝑥. 𝑦) 𝑑𝑎𝑛 𝑄(𝑥, 𝑦) terdefinisi untuk semua 𝑥, 𝑦 maka kita dapat
memilih 𝑥0 = 0 dan 𝑦0 = 0. Dengan menggunakan pemilihan 𝑥0 dan 𝑦0 ini diperoleh
𝑄(𝑥0 , 𝑦) = 𝑄(0, 𝑦) = 𝑦 2 akibatnya persamaan
𝑥 𝑦
𝑓(𝑥, 𝑦) = ∫𝑥 𝑃(𝑥. 𝑦) 𝑑𝑥 + ∫𝑦 𝑄(𝑥0 . 𝑦) 𝑑𝑦 = 𝑐
0 0

Menjadi :
𝑥 𝑦
∫ cos(𝑦)𝑑𝑥 + ∫ 𝑦 2 𝑑𝑦 = 𝑐
0 0

𝑥 𝑦
Dengan mengintegralkan suku pertama ∫0 cos(𝑦)𝑑𝑥 + ∫0 𝑦 2 𝑑𝑦 = 𝑐 terhadap 𝑥 dan suku ke
2 terhadap y kita peroleh keluarga penyelesaian 1-parameter,yaitu :
3
𝑦
𝑥 cos(𝑦) + =𝑐
3

Kesimpulan :
Subbab 2.4 dan 2.5 sama-sama mendiferensiasikan fungsi dua variabel.

2.6 Faktor Integrasi

Definisi 2.6.1

Faktor integrasi yaitu sebuah faktor pengali yang menjadikan suatu persamaan diferensial
yang tidak eksak menjadi persamaan diferensial yang eksak.

Contohnya persamaan diferensial (y2 + y)dx – xdy = 0 tidak eksak. Jika persamaan
1 𝑥
diferensial tersebut dikalikan dengan y-2 diperoleh (1 + 𝑦) 𝑑𝑥 − 𝑦 2 𝑑𝑦 = 0 yang merupakan
persamaan diferensial eksak. Faktor pengali y-2 inilah yang dinamakan faktor integrasi.

Contoh 2.6.2:
Selesaikan persamaan diferensial (y2 + y)dx – xdy = 0.

Seperti yang telah diketahui, faktor untegrasinya adalah y-2. Persamaan diferensial yang
dihasilkan dari perkalian antara faktor integrasi dengan persamaan diferensial yaitu
1 𝑥
(1 + 𝑦) 𝑑𝑥 − 𝑦 2 𝑑𝑦 = 0, y ≠ 0
Selesaikan persamaan diferensial tersebut dengan metode sstandar. Jika persamaan tersebut
disusun ulang dengan cara berikut
𝑦𝑑𝑥−𝑥𝑑𝑦
𝑑𝑥 + = 0, 𝑦 ≠ 0,
𝑦2
Maka suku kedua persamaan terakhir merupakan bentuk diferensial d(x/y). Dengan
mengintegrasi kedua ruas diperoleh penyelesaian keluarga 1-parameter
𝑥 𝑥
𝑥 + 𝑦 = 𝑐, atau 𝑦 = 𝑐−𝑥 , 𝑦 ≠ 0.
Perlu diteliti bahwa garis y=0 juga penyelesaian persamaan diferensial (y2 + y)dx – xdy = 0
𝑥 𝑥
yang tidak dapat diperoleh dari persamaan 𝑥 + 𝑦 = 𝑐, atau 𝑦 = 𝑐−𝑥 , 𝑦 ≠ 0 sehingga
merupakan penyelesaian khusus.
Kesimpulan :
Seperti kita ketahui bahwa 2.6 ini membahas mengenai faktor integrasi. Dimana, faktor
integrasi merupakan sebuah faktor pengali yang menjadikan suatu persamaan diferensial
yang tidak eksak menjadi persamaan diferensial yang eksak. Nah artinya, sebelum mengubah
persamaan diferensial yang tidak eksak menjadi persamaan diferensail yang eksak, kita harus
mengetahui terlebih dahulu bagaimana bentuk dari persamaan diferensial yang eksak.
Dimana, untuk memahami persamaan diferensial yang eksak sudah dijelaskan pada subbab
2.5.

2.7 Menentukan Faktor Integrasi


Definisi Faktor Integrasi Persamaan Diferensial
Misalnya PD: 𝑃(𝑥, 𝑦)𝑑𝑥 + 𝑄(𝑥, 𝑦)𝑑𝑦 = 0 tidak eksak. Fungsi ℎ(𝑥, 𝑦)sehingga PD
ℎ(𝑥, 𝑦)𝑃(𝑥, 𝑦)𝑑𝑥 + ℎ(𝑥, 𝑦)𝑄(𝑥, 𝑦)𝑑𝑦 = 0
Menjadi eksak, disebut factor integrasi.
𝜕 𝜕
ℎ(𝑥, 𝑦)𝑃(𝑥, 𝑦)𝑑𝑥 = ℎ(𝑥, 𝑦)𝑄(𝑥, 𝑦)𝑑𝑦 = 0
𝜕𝑦 𝜕𝑥

2.7.1 𝒉 Fungsi dari 𝒙


misalkan ℎ = ℎ(𝑥) (yaitu fungsi dari x saja). Maka
𝜕ℎ 𝜕ℎ 𝑑ℎ
= 0 dan =
𝜕𝑦 𝜕𝑥 𝑑𝑥
1 𝑑ℎ 𝜕𝑃 𝜕𝑄
Jadi, PD menjadi 𝑄 = =
ℎ 𝑑𝑥 𝜕𝑦 𝜕𝑥
Persamaan terakhir dapat kita tulis
𝜕 𝜕
𝑑ℎ(𝑥) 𝜕𝑦 𝑃(𝑥, 𝑦)𝑑𝑥 − 𝜕𝑥 𝑄(𝑥, 𝑦)
= 𝑑𝑥
𝑑(𝑥) 𝑄(𝑥, 𝑦)
Bila
𝜕𝑃 𝜕𝑄
− 𝜕𝑥
𝜕𝑦
= 𝐹(𝑥)
𝑄
Maka dari PD terakhir didapat
1 𝑑ℎ 𝑑ℎ
= 𝐹(𝑥) 𝑎𝑡𝑎𝑢 = 𝐹(𝑥) 𝑑𝑥
ℎ 𝑑𝑥 ℎ
Dengan melakukan pengintegralan, didapat

ln ℎ = ∫ 𝐹(𝑥) 𝑑𝑥 ⇒ ℎ = 𝑒 ∫ 𝐹(𝑥)𝑑𝑥

Jadi, factor integrasinya adalah


ℎ(𝑥) = 𝑒 ∫ 𝐹(𝑥)𝑑𝑥 , 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛
𝜕𝑃 𝜕𝑄
− 𝜕𝑥
𝜕𝑦
𝐹(𝑥) =
𝑄
Contoh :
Tunjukkanlah bahwa persamaan diferensial
(𝑒 𝑥 − sin(𝑦))𝑑𝑥 + cos(𝑦) 𝑑𝑦 = 0
Bukan persamaan diferensial eksak dan kemudian tentukanlah factor integrasinya .
Penyelesaian :
𝑃(𝑥, 𝑦) = 𝑒 𝑥 − sin(𝑦) 𝑑𝑎𝑛 𝑄(𝑥, 𝑦) = cos(𝑦)
Sehingga
𝜕𝑃(𝑥, 𝑦) 𝜕𝑄(𝑥, 𝑦)
= − cos 𝑦 𝑑𝑎𝑛 =0
𝜕𝑦 𝜕𝑥
Persamaan diferensial tersebut tidak eksak
𝜕𝑃 𝜕𝑄
− 𝜕𝑥
𝜕𝑦
𝐹(𝑥) =
𝑄
− cos 𝑦 − 0
=
cos 𝑦
− cos 𝑦
= = −1
cos 𝑦
Maka kita peroleh factor integrasi dari persamaan diferensial yaitu
ℎ(𝑥) = 𝑒 ∫ −𝑑𝑥 = 𝑒 −𝑥
2.7.2 𝒉 Fungsi hanya dari 𝒚
Misalkan ℎ = ℎ(𝑦) (yaitu fungsi dari y saja). Maka PD menjadi
𝜕 𝑑ℎ(𝑦) 𝜕
ℎ(𝑥) 𝜕𝑦 𝑃(𝑥, 𝑦) + 𝑃(𝑥, 𝑦) = ℎ(𝑦) 𝜕𝑥 𝑄(𝑥, 𝑦)
𝑑𝑦

Persamaan terakhir dapat kita tulis


𝜕 𝜕
𝑑ℎ(𝑦) 𝜕𝑥 𝑄(𝑥, 𝑦)𝑑𝑥 − 𝜕𝑦 𝑃(𝑥, 𝑦)
= 𝑑𝑦
𝑑(𝑦) 𝑃(𝑥, 𝑦)
Misalkan koefisien dari 𝑑𝑦 adalah 𝐺(𝑦), maka
𝜕 𝜕
𝑄(𝑥, 𝑦)𝑑𝑥 − 𝜕𝑦 𝑃(𝑥, 𝑦)
𝜕𝑥
𝐺(𝑦) =
𝑃(𝑥, 𝑦)
Maka dari PD terakhir didapat
1 𝑑ℎ 𝑑ℎ(𝑦)
= 𝐺(𝑦) 𝑎𝑡𝑎𝑢 = 𝐺(𝑦) 𝑑𝑥
ℎ 𝑑𝑦 ℎ(𝑦)
Dengan melakukan pengintegralan, didapat

ln ℎ = ∫ 𝐺(𝑦) 𝑑𝑦 ⇒ ℎ = 𝑒 ∫ 𝐺(𝑦)𝑑𝑦

Jadi, factor integrasinya adalah


ℎ(𝑥) = 𝑒 ∫ 𝐺(𝑦)𝑑𝑦 , 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛
𝜕𝑄 𝜕𝑃
− 𝜕𝑦
𝜕𝑥
𝐺(𝑦) =
𝑃

Contoh :
Tunjukanlah bahwa persamaan diferensial
𝑥𝑦 𝑑𝑥 + (1 + 𝑥 2 )𝑑𝑦 = 0
Bukan persamaan diferensial eksa kemudian tentukanlah factor integrasinya.
Penyelesaian :
𝑃(𝑥, 𝑦) = 𝑥𝑦 𝑑𝑎𝑛 𝑄(𝑥, 𝑦) = 1 + 𝑥 2
Sehingga
𝜕𝑃(𝑥, 𝑦) 𝜕𝑄(𝑥, 𝑦)
= 𝑥 𝑑𝑎𝑛 = 2𝑥
𝜕𝑦 𝜕𝑥
Persamaan diferensial tersebut tidak eksak
𝜕𝑄 𝜕𝑃
− 𝜕𝑦
𝜕𝑥
𝐺(𝑥) =
𝑃
2𝑥 − 𝑥
=
𝑥𝑦
𝑥 1
= =
𝑥𝑦 𝑦
Maka kita peroleh factor integrasi dari persamaan diferensial yaitu
1
∫𝑦 𝑑𝑦
ℎ(𝑥) = 𝑒 = 𝑒 ln 𝑦 = 𝑦

2.7.3 𝒉 Fungsi dari 𝒙𝒚


Misalkan ℎ = ℎ(𝑥𝑦). Dengan substitusi 𝑢(𝑥, 𝑦) = 𝑥𝑦 , didapat
𝜕 𝜕ℎ(𝑢) 𝜕 𝜕ℎ(𝑢)
ℎ(𝑢) 𝑃(𝑥, 𝑦) + 𝑃(𝑥, 𝑦) = ℎ(𝑢) 𝑄(𝑥, 𝑦) + 𝑄(𝑥, 𝑦)
𝜕𝑦 𝜕𝑦 𝜕𝑦 𝜕𝑥
dimana,
𝜕 𝜕𝑢 𝜕ℎ(𝑢) 𝜕𝑢
ℎ(𝑢) = ℎ′ (𝑢) = .
𝜕𝑥 𝜕𝑥 𝜕𝑢 𝜕𝑥
dan
𝜕 𝜕𝑢 𝜕ℎ(𝑢) 𝜕𝑢
ℎ(𝑢) = ℎ′ (𝑢) = .
𝜕𝑦 𝜕𝑦 𝜕𝑢 𝜕𝑦
𝜕𝑢 𝜕𝑢
Ingat 𝑢 = 𝑥𝑦, akibatnya = 𝑦 dan = 𝑥 sehingga persamaan menjadi
𝜕𝑥 𝜕𝑦

𝜕 𝑑ℎ(𝑢)
ℎ(𝑢) = 𝑦. ℎ′ (𝑢) = 𝑦.
𝜕𝑥 𝑑𝑢
dan
𝜕 𝑑ℎ(𝑢)
ℎ(𝑢) = 𝑥. ℎ′ (𝑢) = 𝑥.
𝜕𝑦 𝑑𝑢
Substitusikan ke
𝜕 𝜕ℎ(𝑢) 𝜕 𝜕ℎ(𝑢)
ℎ(𝑢) 𝑃(𝑥, 𝑦) + 𝑃(𝑥, 𝑦) = ℎ(𝑢) 𝑄(𝑥, 𝑦) + 𝑄(𝑥, 𝑦)
𝜕𝑦 𝜕𝑦 𝜕𝑦 𝜕𝑥
𝜕 𝑑ℎ(𝑢) 𝜕 𝑑ℎ(𝑢)
⟹ ℎ(𝑢) 𝑃(𝑥, 𝑦) + 𝑃(𝑥, 𝑦). 𝑥. = ℎ(𝑢) 𝑄(𝑥, 𝑦) + 𝑄(𝑥, 𝑦). 𝑦.
𝜕𝑦 𝑑𝑢 𝜕𝑦 𝑑𝑢
𝑑ℎ(𝑢) 𝑑ℎ(𝑢) 𝜕 𝜕
⟹ 𝑄(𝑥, 𝑦). 𝑦. − 𝑃(𝑥, 𝑦). 𝑥. = ℎ(𝑢) 𝑃(𝑥, 𝑦) − ℎ(𝑢) 𝑄(𝑥, 𝑦)
𝑑𝑢 𝑑𝑢 𝜕𝑦 𝜕𝑦
𝑑ℎ(𝑢) 𝜕 𝜕
⟹ (𝑦. 𝑄(𝑥, 𝑦) − 𝑥. 𝑃(𝑥, 𝑦)) = ( 𝑃(𝑥, 𝑦) − 𝑄(𝑥, 𝑦)) ℎ(𝑢)
𝑑𝑢 𝜕𝑦 𝜕𝑦

𝜕 𝜕
(𝜕𝑦 𝑃(𝑥, 𝑦) − 𝜕𝑦 𝑄(𝑥, 𝑦))
𝑑ℎ(𝑢)
⟹ = ℎ(𝑢)
𝑑𝑢 𝑦. 𝑄(𝑥, 𝑦) − 𝑥. 𝑃(𝑥, 𝑦)
𝜕 𝜕
(𝜕𝑦 𝑃(𝑥, 𝑦) − 𝜕𝑦 𝑄(𝑥, 𝑦))
𝑑ℎ(𝑢)
⟹ = 𝑑𝑢
ℎ(𝑢) 𝑦. 𝑄(𝑥, 𝑦) − 𝑥. 𝑃(𝑥, 𝑦)

𝑑ℎ(𝑢)
Karena adalah fungsi dari u maka koefisien dari du adalah fungsi dari u.
ℎ(𝑢)

sehingga,
𝜕 𝜕
( 𝑃(𝑥,𝑦)− 𝑄(𝑥,𝑦))
𝜕𝑦 𝜕𝑦
𝐹(𝑢) = dengan,
𝑦.𝑄(𝑥,𝑦)−𝑥.𝑃(𝑥,𝑦)
𝑑ℎ(𝑢)
= 𝐹(𝑢) 𝑑𝑢
ℎ(𝑢)
Maka penyelesaian persamaan diferensialnya
ℎ(𝑢) = 𝑒 ∫ 𝐹(𝑢) 𝑑𝑢
Contoh :
Tunjukkanlah bahwa persamaan diferensial
(𝑦 3 + 𝑥𝑦 2 + 𝑦)𝑑𝑥 + (𝑥 3 + 𝑥 2 𝑦 + 𝑥)𝑑𝑦 = 0
Bukan persamaan diferensial eksak dan carilah factor integrasinya!
Penyelesaian :
𝑃(𝑥, 𝑦) = 𝑦 3 + 𝑥𝑦 2 + 𝑦 𝑑𝑎𝑛 𝑄(𝑥, 𝑦) = 𝑥 3 + 𝑥 2 𝑦 + 𝑥
Sehingga
𝜕𝑃(𝑥, 𝑦) 𝜕𝑄(𝑥, 𝑦)
= 3𝑦 2 + 2𝑥𝑦 + 1 𝑑𝑎𝑛 = 3𝑥 2 + 2𝑥𝑦 + 1
𝜕𝑦 𝜕𝑥
Sehingga diperoleh,
𝜕𝑃(𝑥, 𝑦) 𝜕𝑄(𝑥, 𝑦)
− = (3𝑦 2 + 2𝑥𝑦 + 1 ) − (3𝑥 2 + 2𝑥𝑦 + 1)
𝜕𝑦 𝜕𝑥
= 3(𝑦 2 − 𝑥 2 )
Subtitusikan ke persamaan
𝜕 𝜕
(𝜕𝑦 𝑃(𝑥, 𝑦) − 𝜕𝑦 𝑄(𝑥, 𝑦))
𝐹(𝑢) =
𝑦. 𝑄(𝑥, 𝑦) − 𝑥. 𝑃(𝑥, 𝑦)
3(𝑦 2 − 𝑥 2 )
𝐹(𝑢) =
𝑦. 𝑄(𝑥, 𝑦) − 𝑥. 𝑃(𝑥, 𝑦)
3(𝑦 2 − 𝑥 2 )
𝐹(𝑢) =
𝑦(𝑥 3 + 𝑥 2 𝑦 + 𝑥) − (𝑥(𝑦 3 + 𝑥𝑦 2 + 𝑦))
3(𝑦 2 − 𝑥 2 )
𝐹(𝑢) =
𝑥 3 𝑦 + 𝑥 2 𝑦 2 + 𝑥𝑦 − 𝑥𝑦 3 − 𝑥 2 𝑦 2 − 𝑥𝑦
3(𝑦 2 − 𝑥 2 )
𝐹(𝑢) = 3
𝑥 𝑦 − 𝑥𝑦 3
−3(𝑦 2 − 𝑥 2 ) 3
𝐹(𝑢) = 2 2
=−
𝑥𝑦(𝑥 − 𝑦 ) 𝑢
Sehingga diperoleh factor integrasinya
3
ℎ(𝑢) = 𝑒 ∫ −𝑢 𝑑𝑢 = 𝑒 −3ln |𝑢| = (𝑥𝑦)−3
2.7.4 𝒉 Fungsi dari 𝒙/𝒚
Misalkan 𝑢 = 𝑥/𝑦 dan h=h(u) maka,dengan menggunakan aturan rantai
didapatkan

𝜕 𝜕𝑢 𝑥 𝑑
ℎ(𝑢) = ℎ′ (𝑢) =− 2 ℎ(𝑢) (2.146)
𝜕𝑦 𝜕𝑦 𝑦 𝑑𝑢

Dan

𝜕 𝜕𝑢 1 𝑑
ℎ(𝑢) = ℎ′ (𝑢) = ℎ(𝑢) (2.147)
𝜕𝑥 𝜕𝑥 𝑦 𝑑𝑢

Dengan menggunakan (2.146) dan (2.147) ke dalam(2.132) setelah


penyederhanaan,akan diperoleh persamaan berikut

𝜕𝑃 𝜕𝑄
𝑦 2 (𝜕𝑦 (𝑥, 𝑦) − 𝜕𝑥 (𝑥, 𝑦))
𝑑ℎ(𝑢)
= 𝑑𝑢 (2.148)
ℎ(𝑢) 𝑥 𝑃(𝑥, 𝑦) + 𝑦 𝑄(𝑥, 𝑦)

Dengan meperhatikan ruas kiri dari (2.148) yang merupakan fungsi hanya dari u
maka ruas kanan haruslah fungsi hanya dari u juga. Sekarang misalkan

𝜕𝑃 𝜕𝑄
𝑦 2 (𝜕𝑦 (𝑥, 𝑦) − 𝜕𝑥 (𝑥, 𝑦))
𝐺(𝑢) = (2.149)
𝑥𝑃+𝑦𝑄

Maka dengan memperhatikan (2.148) dan (2.149) diperoleh

𝑑ℎ(𝑢)
= 𝐺(𝑢) (2.150)
ℎ(𝑢)

Dengan mengintegrasikan (2.150) terhadap u diperoleh

ℎ(𝑢) = 𝑒 ∫ 𝐺(𝑢)𝑑𝑢 (2.151)

Persamaan (2.151) ini adalah faktor integrasi

2.7.5 𝒉 dari fungsi 𝒚/𝒙


Dengan mengikuti langkah-langkah yang diberikan pada subbab 2.7.4 akan kita
dapatkan faktor integrasi yang diberikan oleh

ℎ(𝑢) = 𝑒 ∫ 𝐾(𝑢)𝑑𝑢

di mana u=y/x dan

𝜕𝑃 𝜕𝑄
𝑦 2 (𝜕𝑦 (𝑥, 𝑦) − 𝜕𝑥 (𝑥, 𝑦))
𝐾(𝑢) =
𝑥 𝑃(𝑥, 𝑦) + 𝑦 𝑄(𝑥, 𝑦)
2.7.6 Bentuk Khusus dari 𝑷 dan 𝑸
Jika persamaan diferensial dapat dijadikan ke dalam bentuk persamaan diferensial
berikut

𝑦(𝐴𝑥 𝑝 𝑦 𝑞 + 𝐵𝑥 𝑟 𝑦 𝑠 )𝑑𝑥 + 𝑥(𝐶𝑥 𝑝 𝑦 𝑞 + 𝐷𝑥 𝑟 𝑦 𝑠 )𝑑𝑦 = 0 (2.160)

Dimana A,B,C dan D semuanya konstanta,maka persamaan diferensial (2.160)


mempunyai faktorr integrasi fungsi dari 𝑥 𝑎 𝑦 𝑏 dimana a dan b dua konstanta
yang dipilih sedemikian hingga persamaan diferensial

𝑥 𝑎 𝑦 𝑏 (𝑦(𝐴𝑥 𝑝 𝑦 𝑞 + 𝐵𝑥 𝑟 𝑦 𝑠 )𝑑𝑥 + 𝑥(𝐶𝑥 𝑝 𝑦 𝑞 + 𝐷𝑥 𝑟 𝑦 𝑠 )𝑑𝑦) = 0 (2.161)


Eksak
Kesimpulan :

Subbab 2.5 dan 2.7

Pada subbab 2.7 membahas mengenai persamaan differensial dengan bentuk umum yang
tidak eksak menjadi persamaan differensial bentuk eksak yang telah dipelajari pada subbab
2.5

Subbab 2.6 dan 2.7

Bisa kita lihat pada kedua subbab ini, dimana kedua subbab ini sama-sama membahas faktor
integrasi. Bedanya, untuk subbab 2.6 hanya membahas faktor integrasi untuk persamaan
diferensial tipe-tipe khusus saja, sedangkan 2.7 membahas faktor integrasi untuk berbagai
macam tipe persamaan diferensial yang lebih umum.

Namun, perlu diingat bahwa untuk dapat memahami subbab 2.7 ini, maka kita harus paham
betul mengenai penjelasan yang ada pada subbab 2.6.

Selain itu, pada subbab 2.7 membahas mengenai persamaan differensial dengan bentuk
umum yang tidak eksak yang diubah menjadi persamaan differensial bentuk eksak dengan
cara mengalikan persamaan differensial tersebut dengan faktor integrasinya seperti pada
subbab 2.6, tetapi pada subbab 2.7 dibahas lebih rinci mengenai berbagai macam faktor
integrasi.

2.8 Persamaan Diferensial Linier Orde Satu

Definisi 2.8.1: Persamaan diferensial linier orde satu adalah persamaan diferensial yang dapat
ditulis dalam bentuk:
𝑑𝑦
+ 𝑃(𝑥)𝑦 = 𝑄(𝑥), (2.169)
𝑑𝑥
Dimana 𝑃(𝑥) dan 𝑄(𝑥) adalah fungsi kontinu dari 𝑥 pada interval (daerah) di mana 𝑃 dan 𝑄
terdefinisi.

Pada bagian yang lalu kita telah membahas faktor integrasi dari suatu persamaan diferensial.
Selanjutnya, kita akan memperlihatkan bahwa faktor integrasi dari persamaan (2.169) adalah
fungsi dari 𝑥 berbentuk

𝑒 ∫ 𝑃(𝑥)𝑑𝑥 , (2.170)

Dengan konstanta integrasi dipilih nol. Dengan mengalikan kedua ruas persamaan (2.169)
dengan faktor 𝑒 ∫ 𝑃(𝑥)𝑑𝑥 𝑑𝑥 akan diperoleh

𝑒 ∫ 𝑃(𝑥)𝑑𝑥 𝑑𝑦 + (𝑃(𝑥)𝑦 − 𝑄(𝑥))𝑒 ∫ 𝑃(𝑥)𝑑𝑥 𝑑𝑥 = 0. (2.171)

Koefisien dari 𝑑𝑥 dan 𝑑𝑦 dalam (2.171) berturut-turut diberikan oleh (𝑃(𝑥)𝑦 −


𝑄(𝑥))𝑒 ∫ 𝑃(𝑥)𝑑𝑥 dan 𝑒 ∫ 𝑃(𝑥)𝑑𝑥 . Sekarang kita diferensiasikan koefisien 𝑑𝑥 terhadap 𝑦 untuk
mendapatkan

𝑃(𝑥)𝑒 ∫ 𝑃(𝑥)𝑑𝑥 (2.172)

koefisien 𝑑𝑦 terhadap 𝑥 untuk mendapatkan

𝑃(𝑥)𝑒 ∫ 𝑃(𝑥)𝑑𝑥 (2.173)

Dengan memperhatikan (2.172) dan (2.173) dan menggunakan Teorema 2.5 dapat kita
simpulkan bahwa persamaan diferensial (2.171) adalah persamaan diferensial eksak. Jadi,
berdasarkan definisi faktor integrasi bahwa 𝑒 ∫ 𝑃(𝑥)𝑑𝑥 adalah faktor integrasi dari persamaan
diferensial (2.169). sekarang kita tuliskan persamaan diferensial (2.169) dalam bentuk

𝑒 ∫ 𝑃(𝑥)𝑑𝑥 𝑑𝑦 + 𝑃(𝑥)𝑦𝑒 ∫ 𝑃(𝑥)𝑑𝑥 𝑑𝑥 = 𝑄(𝑥)𝑒 ∫ 𝑃(𝑥)𝑑𝑥 𝑑𝑥. (2.174)

Karena (2.171) eksak maka (2.174) juga eksak. Jadi, persamaan diferensial (2.174) dapat kita
selesaikan dengan metode penyelesaian yang telaj dibahas pada bagian persamaan diferensial
eksak. Akan tetapi kali ini kita akan mencoba untuk menyelesaikan persamaan (2.174)
dengan metode lain. Perhatikan bahwa ruas kiri dari (2.174) adalah derivatif total dari fungsi
𝑒 ∫ 𝑃(𝑥)𝑑𝑥 𝑦 (ingat lagi pelajaran kalkulus), yaitu

𝑑(𝑒 ∫ 𝑃(𝑥)𝑑𝑥 𝑦) = 𝑒 ∫ 𝑃(𝑥)𝑑𝑥 𝑑𝑦 + 𝑃(𝑥)𝑦𝑒 ∫ 𝑃(𝑥)𝑑𝑥 𝑑𝑥. (2.175)

Dengan memperhatikan (2.174) dan (2.175) diperoleh

𝑑(𝑒 ∫ 𝑃(𝑥)𝑑𝑥 𝑦) = 𝑄(𝑥)𝑦𝑒 ∫ 𝑃(𝑥)𝑑𝑥 𝑑𝑥. (2.176)

Dengan mengintegrasikan kedua ruas (2.176) didapatkan

𝑒 ∫ 𝑃(𝑥)𝑑𝑥 𝑦 = ∫ 𝑄(𝑥)𝑦𝑒 ∫ 𝑃(𝑥)𝑑𝑥 𝑑𝑥 + 𝑐. (2.177)

Kemudian dengan mengalikan kedua ruas (2.177) dengan 𝑒 − ∫ 𝑃(𝑥)𝑑𝑥 diperoleh


𝑦 = 𝑒 − ∫ 𝑃(𝑥)𝑑𝑥 ∫ 𝑄(𝑥)𝑦𝑒 ∫ 𝑃(𝑥)𝑑𝑥 𝑑𝑥 + 𝑐 𝑒 − ∫ 𝑃(𝑥)𝑑𝑥 , (2.178)

Dimana 𝑐 konstanta integrasi.

Contoh 2.8.1: Tentukan penyelesaian dari


𝑑𝑦
+ 3𝑦 = 𝑒 5𝑥 , 𝑦(0) = 5 (2.179)
𝑑𝑥

Penyelesaian :

Dengan membandingkan (2.179) dengan (2.169) diperoleh 𝑃(𝑥) = 3 dan 𝑄(𝑥) = 𝑒 5𝑥 . Oleh
karenanya

∫ 𝑃(𝑥) 𝑑𝑥 = ∫ 3 𝑑𝑥 = 3𝑥 (2.180)

Dan
1
∫ 𝑒 ∫ 𝑃(𝑥)𝑑𝑥 𝑄(𝑥)𝑑𝑥 = ∫ 𝑒 3𝑥 𝑒 5𝑥 = ∫ 𝑒 8𝑥 = 8 𝑒 8𝑥 . (2.181)

Dengan mensubstitusikan hasil dari (2.180) dan (2.181) ke dalam (2.178) diperoleh
1 1
𝑦 = 𝑒 −3𝑥 8 𝑒 8𝑥 + 𝑐𝑒 −3𝑥 = 8 𝑒 5𝑥 + 𝑐𝑒 −3𝑥 . (2.182)

Dari soal kita ketahui bahwa pada saat 𝑥 = 0 nilai 𝑦 = 5 atau 𝑦(0) = 5. Oleh karenanya
dengan memasukkan nilai 𝑥 = 0 dan 𝑦 = 5 ke dalam (2.182) akan didapatkan nilai 𝑐, yaitu
1 1
5 = 𝑒 0 8 𝑒 0 + 𝑐𝑒 0 = 8 + 𝑐 (2.183)

Dari (2.183) kita dapat penyelesaian khusus (2.179), yakni


1 39 −3𝑥
𝑦 = 8 𝑒 5𝑥 + 𝑒 (2.184)
8

2.8.1 Justifikasi Faktor Integrasi 𝒆∫ 𝒑(𝒙)𝒅𝒙 𝒅𝒙

Kita perhatikan persamaan diferensial (2.169) dalam bentuk persamaan (2.109) yaitu

(𝑃(𝑥)𝑦 − 𝑄(𝑥))𝑑𝑥 + 𝑑𝑦 = 0. (2.196)

Misalkan 𝑢(𝑥) faktor integrasi persamaan diferensial (2.196). Selanjutnya kalikan (2.196)
dengan 𝑢(𝑥) untuk memperoleh

𝑢(𝑥)𝑃(𝑥)𝑦 − 𝑄(𝑥))𝑑𝑥 + 𝑢(𝑥)𝑑𝑦 = 0. (2.197)

Berdasarkan definisi persamaan diferensial (2.197) adalah eksak. Dengan menggunakan


Teorema 2.5 berlaku
𝜕 𝜕
𝜕𝑦
𝑢(𝑥)(𝑃(𝑥)𝑦 − 𝑄(𝑥)) = 𝜕𝑥
𝑢(𝑥). (2.198)
Dengan memperhitungkan 𝑃(𝑥), 𝑄(𝑥), 𝑑𝑎𝑛 𝑢(𝑥) adalah fungsi hanya dari 𝑥 maka diperoleh
dari (2.198) bahwa
𝜕 𝑑𝑢(𝑥)
𝑢(𝑥)𝑃(𝑥) = 𝑢(𝑥) = . (2.199)
𝜕𝑥 𝑑𝑥

𝑑𝑥
Dengan mengalikan (2.199) dengan 𝑢(𝑥) diperoleh

𝑑𝑢(𝑥)
𝑃(𝑥) 𝑑𝑥 = . (2.200)
𝑢(𝑥)

Dengan mengintegrasikan (2.200) terhadap 𝑥 dan dengan memilih konstanta integrasi sama
dengan nol diperoleh

ln 𝑢(𝑥) = ∫ 𝑃(𝑥) 𝑑𝑥, (2.201)

atau

𝑢(𝑥) = 𝑒 ∫ 𝑃(𝑥)𝑑𝑥 . (2.202)

Persamaan terakhir (2.202) membuktikan bahwa faktor integrasi persamaan diferensial


(2.196) diberikan oleh

𝑒 ∫ 𝑃(𝑥)𝑑𝑥 . (2.203)

2.8.2 Persamaan Bernoulli

Bentuk Umum persamaan Bernoulli adalah

𝑑𝑦
+ 𝑃(𝑥)𝑦 = 𝑄(𝑥)𝑦 𝑛
𝑑𝑥
Dengan n bilangan bulat. Jika n = 1 maka persamaan tersebut dapat direduksi ke persamaan
diferensial dengan variabel terpisah. Kita perhatikan untuk 𝑛 ≠ 0 atau 1 maka persamaan
diferensial diatas merupakan persamaan diferensil tidak linier. Jika kita kalikan dengan (1 −
𝑛)𝑦 −𝑛 didapatkan
𝑑𝑦
(1 − 𝑛)𝑦 −𝑛 + (1 − 𝑛)𝑦1−𝑛 𝑃(𝑥)𝑦 = (1 − 𝑛)𝑄(𝑥). (2.205)
𝑑𝑥

Kita perhatikan bahwa suku pertama dari ruas kiri berasal dari derivatif fungsi 𝑦1−𝑛 yaitu
𝑑 𝑑𝑦
𝑦1−𝑛 = (1 − 𝑛)𝑦 −𝑛 (2.206)
𝑑𝑥 𝑑𝑥

Karena persamaan (2.204) dapat ditulis dalam bentuk


𝑑
𝑦1−𝑛 + (1 − 𝑛)𝑦 1−𝑛 𝑃(𝑥)𝑦 = (1 − 𝑛)𝑄(𝑥). (2.207)
𝑑𝑥

Dengan memisalkan 𝑦 1−𝑛 = 𝑌 diperoleh (2.207)


persamaan yang dapat direduksi ke bentuk standar persamaan diferensial linier yaitu
𝑑
𝑌 + (1 − 𝑛)𝑌𝑃(𝑥)𝑦 = (1 − 𝑛)𝑄(𝑥). (2.208)
𝑑𝑥

Dengan menggantikan P(x) dengan (1 − 𝑛)𝑃(𝑥) dan menggantikan Q(x) dengan (1 −


𝑑𝑦
𝑛)𝑄(𝑥). Dengan membandingkan persamaan diatas dengan + 𝑃(𝑥)𝑦 = 𝑄(𝑥) dan dengan
𝑑𝑥
memperhitungkan bahwa n sebagai konstanta maka dapat kita simpulkan bahwa penyesaian

diberikan oleh

𝑌 = 𝑒 −(1−𝑛) ∫ 𝑃(𝑥)𝑑𝑥 ∫(1 − 𝑛)𝑄(𝑥)𝑒 ∫ 𝑃(𝑥)𝑑𝑥 𝑑𝑥 + 𝑐𝑒 −(1−𝑛) ∫ 𝑃(𝑥)𝑑𝑥

Atau

𝑌1−𝑛 = 𝑒 −(1−𝑛) ∫ 𝑃(𝑥)𝑑𝑥 ∫(1 − 𝑛)𝑄(𝑥)𝑒 ∫ 𝑃(𝑥)𝑑𝑥 𝑑𝑥 + 𝑐𝑒 −(1−𝑛) ∫ 𝑃(𝑥)𝑑𝑥 (2.210)

Contoh 2.8.4

Tentukanlah penyelasaian

𝑑𝑦 𝑥
+ 𝑥𝑦 = , 𝑦 ≠ 0
𝑑𝑥 𝑦

Penyelesaian:
𝑑𝑦
Dengan mengobservasi persamaan soal tersebut dan persamaan + 𝑃(𝑥)𝑦 = 𝑄(𝑥)𝑦 𝑛 kita
𝑑𝑥
peroleh bahwa 𝑃(𝑥) = 𝑥, 𝑄(𝑥) = 𝑥, 𝑑𝑎𝑛 𝑛 = −3. Oleh karenanya dengan menggunakan
(2.210) diperoleh

𝑌 4 = 𝑒 −4 ∫ 𝑥𝑑𝑥 ∫ 4𝑒 ∫ 𝑥𝑑𝑥 𝑑𝑥 + 𝑐𝑒 −4 ∫ 𝑥𝑑𝑥

2 2 2
= 𝑒 −2𝑥 ∫ 4𝑒 2𝑥 + 𝑐𝑒 −2𝑥

2
Kita ketahui bahwa integral persamaan terakhir adalah derivatif dari 𝑒 2𝑥 . Berarti
penyelesaian sari persamaan soal tersebut diberikan oleh
2 2 2
𝑌 4 = 𝑒 −2𝑥 𝑒 2𝑥 + 𝑐𝑒 −2𝑥
2
= 1 + 𝑐𝑒 −2𝑥

2.8.3 Persamaan Ricatti

Tipe khusus lain dari persamaan diferensial orde satu adalah persamaanRicatti,
matematikawan Itali yang bernama lengkap Vicenzo Ricatti (1707-1775). Bentuk standar dari
persamaan Ricatti adalah
𝑑𝑦
+ 𝑃(𝑥)𝑦 2 + 𝑄(𝑥)𝑦 + 𝑅(𝑥), 𝑃(𝑥) ≠ 0 (2.214)
𝑑𝑥

Persamaan diatas dapat diintegralkan jika penyelesaian khusus diketahui. Misalkan 𝑦1 adalah
penyelesaian khususnya. Dengan mensubstitusikan

1
𝑦 = 𝑦1 +
𝑣
Kedalam persamaan (2.214) kita peroleh persamaan dalam v, yaitu

𝑣′ 1 1
𝑦′ − 2
= 𝑃(𝑥)(𝑦1 + )2 + 𝑄(𝑥) (𝑦1 + ) + 𝑅(𝑥), 𝑃(𝑥) ≠ 0
𝑣 𝑣 𝑣
1 1 1
= 𝑃(𝑥)(𝑦1 2 + 2𝑦1 𝑣 + 𝑣 2 + 𝑄(𝑥)𝑦1 + 𝑄(𝑥) 𝑣 + 𝑅(𝑥) (2.216)

Dengan memperhitungkan 𝑦1 adalah penyelesaian (2.216) maka persamaan diatas menjadi

𝑣 ′ + (2𝑃(𝑥) + 𝑄(𝑥))𝑣 = −𝑃(𝑥). (2.217)


𝑑𝑦
Persamaan (2.217) adalah tipe persamaan + 𝑃(𝑥)𝑦 = 𝑄(𝑥) yang dapat diselesaikan
𝑑𝑥
dengan metode standar persamaan diferensial linier.

Contoh 2.8.5: selesaikan persamaan diferensial

2𝑥 2 𝑦 ′ = (𝑥 − 1)(𝑦 2 − 𝑥 2 ) + 2𝑥𝑦

Penyeleasaian:

Dari observasi kita dapatkan bahwa y = x adalah penyelesaian khusus persamaan diferensial
soal tersebut. Oleh karenanya untuk menyelesaikannya dapat kita substitusikan

1
𝑦=𝑥+
𝑣
Kedalam persamaan tersebut untuk mendapatkan persamaan

𝑣′ 1 2 1
2𝑥 2 (1 − 𝑣2 ) = (𝑥 − 1) ((𝑥 − 𝑣) − 𝑥 2 ) + 2𝑥 (𝑥 − 𝑣) (2.220)

Dengan menyelesaikan (2.220) diperoleh bentuk sederhananya

2𝑥 2 (𝑣 ′ + 𝑣) = 𝑥 − 1

Dengan mengintegralkan (2.221) (menggunakan metode penyelesaian persamaan linier, lihat


persamaan disoal diperoleh

𝑐𝑥 − 𝑒 −𝑥 − 1
𝑣=
2𝑥
1
Dengan c sebagai konstanta integrasi. Dengan menggunakan 𝑦 = 𝑥 + 𝑣 ke dalam 𝑣 =
𝑐𝑥−𝑒 −𝑥 −1
kita dapatkan penyelesaiannya, yaitu
2𝑥

2𝑥 𝑥𝑐𝑥𝑒 −𝑥 + 1
𝑦=𝑥+ =
𝑐𝑥𝑒 −𝑥 − 1 𝑐𝑥𝑒 −𝑥 − 1

Kesimpulan :

Subbab 2.5 dan subbab 2.8

Bisa kita lihat pada subbab 2.8, dimana subbab ini menggunakan Teorema 2.5 untuk
menentukan apakah suatu persamaan diferensial merupakan persamaan diferensial eksak.

Subbab 2.6 dan subbab 2.8

Bisa kita lihat pada subbab 2.8, dimana subbab ini masih menggunakan definisi pada subbab
2.6 untuk menyelesaikan permasalahan yang ada disubbab 2.8 ini.

Subbab 2.7 dan subbab 2.8


𝑑𝑦
Pada subbab 2.8 membahas mengenai faktor integrasi dari persamaan differensial +
𝑑𝑥
𝑃(𝑥)𝑦 = 𝑄(𝑥) adalah fungsi dari x berbentuk 𝑒 ∫ 𝑃(𝑥)𝑑𝑥 dengan konstanta integrasi dipilih
nol. Sehingga terlihat bahwa pada subbab ini dibahas lebih mendalam mengenai faktor
integrasi yang telah dibahas sebelumnya pada subbab 2.7.

Anda mungkin juga menyukai