OLEH:
DOSEN PENGAMPU:
PENDIDIKAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
Persamaan diferensial yang akan kita pelajari dalam bagian ini adalah persamaan diferensial
yang dapat dinyatakan dalam bentuk
𝑑𝑦
𝑄(𝑥, 𝑦) 𝑑𝑥 + 𝑃(𝑥, 𝑦) = 0. (2.1)
Seperti biasanya variabel 𝑦 akan dinamakan variabel terikat dan variabel 𝑥 dinamakan
variabel bebas. Persamaan sebelumnya, dapat dinyatakan dalam bentuk lain dengan
mengalikannya dengan 𝑑𝑥 di kedua ruas persamaan, menghasilkan
𝑄(𝑥, 𝑦)𝑑𝑦 + 𝑃(𝑥, 𝑦)𝑑𝑥 = 0. (2.2)
Dalam banyak buku teks suku 𝑑𝑦 dan 𝑑𝑥 sering dinamakan diferensial. Contoh-contoh
persamaan diferensial yang dapat dijadikan ke bentuk (2.1) dan (2.2) adalah
𝑑𝑦
1. = 2𝑥𝑦 + sin 𝑥,
𝑑𝑥
′
2. 𝑦 = ln 2𝑥𝑦 + tan 𝑥
3. (𝑥 − cos 𝑥 + 𝑦)𝑑𝑥 + (2𝑥𝑦 + sin 𝑥)𝑑𝑦 = 0,
4. 𝑒 𝑥 cos 𝑦 𝑑𝑥 + 2𝑥 sin 𝑥 𝑑𝑦 = 0
Contoh 2.1.1:
Maka suku pertama diintegrasikan dengan x dan suku kedua diintegrasikan dengany sehingga
menghasilkan 𝑥 2 − 3𝑦 = 𝐶.
Contoh 2.2.1:
𝑦
Tentukan apakah fungsi 𝑓(𝑥, 𝑦) = (𝑥 2 + 𝑦 2 )𝑙𝑛 𝑥 , dengan I = {(x,y) ∈R2; x>0, y>0},
homogen? Jika ya, tentukan ordenya.
Langkah pertama, coba ubah ruas kanan untuk membentuk fungsi dengan variabel u = y/x
atau
v = x/y. Dengan memperhatikan persamaan tersebut, x2 dapat difaktorkan menjadi
𝑦 2 𝑦
𝑓(𝑥, 𝑦) = 𝑥 2 ((1 + (𝑥 ) ) 𝑙𝑛 (𝑥 )), dengan I = {(x,y) ∈R2; x>0, y>0}. Dengan memilih
g(u) = (1 + (y/x)2 ln y/x sehingga dapat disimpulkan bahwa fungsi tersebut homogen dengan
orde 2.
Kesimpulan :
Fungsi 𝐹(𝑥, 𝑦) disebut homogen berorde n jika fungsi itu dapat ditulis dalam bentuk
𝑓(𝑥, 𝑦) = 𝑥 𝑛 𝑔(𝑢), n disebut orde dari fungsi homogen 𝑓(𝑥, 𝑦). Beberapa bentuk persamaan
diferensial tak linier orde satu dengan peubah tak terpisah, namun koefisiennya merupakan
fungsi homogen dengan orde sama dapat dicari solusinya menggunakan metode substitusi
sehingga didapatkan bentuk Persamaan Diferensial Variabel terpisah. Jika persamaan
diferensial tidak bisa direduksi secara langsung maka menggunakan persamaan diferensial
koefisien homogen. Dengan cara untuk memisahkan variabel dengan koefisien homogen
dengan mensubstitusikan
𝑦 = 𝑢𝑥 dan 𝑑𝑦 = 𝑥 𝑑𝑢 + 𝑢 𝑑𝑥.
2.3 Persamaan Diferensial Homogen
Definisi 2.3.1
Persamaan diferensial
𝑃(𝑥, 𝑦)𝑑𝑥 + 𝑄(𝑥, 𝑦)𝑑𝑢 = 0,
disebut persamaan diferensial homogen jika P dan Q masing-masing homogen orde n.
Misalkan
y = ux maka dari kalkulus, kita peroleh derivatif total dari y yang dinyatakan oleh
dy = udx + xdu.
Jika disubstitusikan y dengan ux dan menggunakan dy = udx + xdu akan diperoleh
persamaan diferensial dengan variabel terpisah.
Teorema 2.4
Jika koefisien-koefisien persamaan dy = udx + xdu homogen orde n, maka dengan
mensubstitusikan
y = ux akan menghasilkan persamaan diferensial dengan variabel terpisah.
Bukti:
Dengan hipotesis P dan Q merupakan fungsi homogen berorde n. Berdasarkan definisi,
dengan
u = y/x, masing-masing dapat dinyatakan dalam bentuk
𝑃(𝑥, 𝑦) = 𝑥 𝑛 𝑔(𝑢), 𝑄(𝑥, 𝑦) = 𝑥 𝑛 ℎ(𝑢).
Dengan melakukan substitusi 𝑃(𝑥, 𝑦)𝑑𝑥 + 𝑄(𝑥, 𝑦)𝑑𝑢 = 0 menjadi
𝑥 𝑛 𝑔(𝑢)𝑑𝑥 + 𝑥 𝑛 ℎ(𝑢) (𝑥 𝑑𝑢 + 𝑢 𝑑𝑥) = 0,
Atau secara ekuivalen
(𝑔(𝑢) + 𝑢ℎ(𝑢))𝑑𝑥 + 𝑥ℎ(𝑢)𝑑𝑢 = 0.
Untuk x≠0 dan g(u) + uh(u)≠0 persamaan terakhir menjadi
1 ℎ(𝑢)
𝑑𝑥 + 𝑔(𝑢)+𝑢ℎ(𝑢) 𝑑𝑢 = 0,
𝑥
Dengan x≠0 dan g(u) + uh(u)≠0. Persamaan tersebut melengkapi bukti teorema tersebut.
Contoh 2.3.1:
Tentukan apakah persamaan diferensial (x2 – 3y2) dx + 2xy dy = 0 homogen dan tentukanlah
penyelesaiannya.
Kesimpulan :
Hubungan konseptual 2.2 dan 2.3
Persamaan diferensial 𝑃(𝑥, 𝑦)𝑑𝑥 + 𝑄(𝑥, 𝑦)𝑑𝑦 = 0 disebut persamaan diferensial homogen
jika P dan Q masing-masing homogen orde n. Berdasarkan definisi, dengan 𝑢 = 𝑦/𝑥,
masing-masing dapat dinyatakan dalam bentuk 𝑃(𝑥, 𝑦) = 𝑥 𝑛 𝑔(𝑢), 𝑄(𝑥, 𝑦) = 𝑥 𝑛 ℎ(𝑢).
Dengan melakukan substitusi menjadi:
𝑥 𝑛 𝑔(𝑢)𝑑𝑥 + 𝑥 𝑛 ℎ(𝑢)(𝑥𝑑𝑢 + 𝑢 𝑑𝑥) = 0
Dengan mensubstitusikan 𝑦 = 𝑢𝑥 dan menggunakan 𝑑𝑦 = 𝑥 𝑑𝑢 + 𝑢 𝑑𝑥
akan diperoleh persamaan diferensial dengan variabel terpisah.
Hubungan konseptual 2.1, 2.2 dan 2.3
𝑦
Pada persamaan diferensial homogen, berdasarkan definisi dengan 𝑢 = 𝑥 , dapat kita
nyatakan dalam bentuk 𝑃(𝑥, 𝑦) = 𝑥 𝑛 𝑔(𝑢), 𝑄(𝑥, 𝑦) = 𝑥 𝑛 ℎ(𝑢). Dimana, bentuk tersebut
sama dengan bentuk dari persamaan diferensial dengan koefisien homogen yakni
𝑓(𝑥, 𝑦) = 𝑥 𝑛 𝑔(𝑢) (artinya konsep atau pengetahuan yang dimiliki di 2.2 digunakan
kembali pada 2.3). Kemudian, kita substitusikan 𝑦 = 𝑢𝑥, dimana nantinya akan
menghasilkan persamaan diferensial dengan variabel terpisah, maka dapat terlihat
hubungan konseptual antara subbab 2.1, 2.2, 2.3.
Contoh 2.4.1:
4𝑥−𝑦+7
Tentukan penyelesaian dari persamaan diferensial 𝑦 ′ = 2𝑥+𝑦−1
Dikatakan diferensial eksak jika 𝑃(𝑥. 𝑦)𝑑𝑥 + 𝑄(𝑥, 𝑦)𝑑𝑦 menyatakan diferensial total dari
fungsi dua variabel 𝑓(𝑥, 𝑦), yaitu :
𝜕 𝜕
𝑃(𝑥, 𝑦) = 𝜕𝑥 𝑓(𝑥, 𝑦) dan 𝑄(𝑥, 𝑦) = 𝜕𝑦 𝑓(𝑥, 𝑦)
Dinamakan eksak jika ada fungsi 𝑓(𝑥, 𝑦) sedemikian sehingga derivatif parsialnya terhadap 𝑥
adalah 𝑃(𝑥, 𝑦) dan derivatif parsialnya terhadap 𝑦 adalah 𝑄(𝑥, 𝑦),
𝜕𝑃(𝑥, 𝑦) 𝜕𝑄(𝑥, 𝑦)
=
𝜕𝑦 𝜕𝑥
Penyelesaian :
Dengan menggunakan teorema 2.5 dengan 𝑃(𝑥, 𝑦) = cos (𝑦) dan 𝑄(𝑥, 𝑦) = −𝑥 sin(𝑦)
𝜕𝑃(𝑥,𝑦) 𝜕𝑄(𝑥,𝑦)
dimana = −𝑠𝑖𝑛(𝑦) dan = −sin (𝑦) kita peroleh bahwa :
𝜕𝑦 𝜕𝑥
cos(𝑦)𝑑𝑥 − (𝑥 sin(𝑦) − 𝑦 2 )𝑑𝑦 = 0
Adalah eksak. Karena 𝑃(𝑥. 𝑦) 𝑑𝑎𝑛 𝑄(𝑥, 𝑦) terdefinisi untuk semua 𝑥, 𝑦 maka kita dapat
memilih 𝑥0 = 0 dan 𝑦0 = 0. Dengan menggunakan pemilihan 𝑥0 dan 𝑦0 ini diperoleh
𝑄(𝑥0 , 𝑦) = 𝑄(0, 𝑦) = 𝑦 2 akibatnya persamaan
𝑥 𝑦
𝑓(𝑥, 𝑦) = ∫𝑥 𝑃(𝑥. 𝑦) 𝑑𝑥 + ∫𝑦 𝑄(𝑥0 . 𝑦) 𝑑𝑦 = 𝑐
0 0
Menjadi :
𝑥 𝑦
∫ cos(𝑦)𝑑𝑥 + ∫ 𝑦 2 𝑑𝑦 = 𝑐
0 0
𝑥 𝑦
Dengan mengintegralkan suku pertama ∫0 cos(𝑦)𝑑𝑥 + ∫0 𝑦 2 𝑑𝑦 = 𝑐 terhadap 𝑥 dan suku ke
2 terhadap y kita peroleh keluarga penyelesaian 1-parameter,yaitu :
3
𝑦
𝑥 cos(𝑦) + =𝑐
3
Kesimpulan :
Subbab 2.4 dan 2.5 sama-sama mendiferensiasikan fungsi dua variabel.
Definisi 2.6.1
Faktor integrasi yaitu sebuah faktor pengali yang menjadikan suatu persamaan diferensial
yang tidak eksak menjadi persamaan diferensial yang eksak.
Contohnya persamaan diferensial (y2 + y)dx – xdy = 0 tidak eksak. Jika persamaan
1 𝑥
diferensial tersebut dikalikan dengan y-2 diperoleh (1 + 𝑦) 𝑑𝑥 − 𝑦 2 𝑑𝑦 = 0 yang merupakan
persamaan diferensial eksak. Faktor pengali y-2 inilah yang dinamakan faktor integrasi.
Contoh 2.6.2:
Selesaikan persamaan diferensial (y2 + y)dx – xdy = 0.
Seperti yang telah diketahui, faktor untegrasinya adalah y-2. Persamaan diferensial yang
dihasilkan dari perkalian antara faktor integrasi dengan persamaan diferensial yaitu
1 𝑥
(1 + 𝑦) 𝑑𝑥 − 𝑦 2 𝑑𝑦 = 0, y ≠ 0
Selesaikan persamaan diferensial tersebut dengan metode sstandar. Jika persamaan tersebut
disusun ulang dengan cara berikut
𝑦𝑑𝑥−𝑥𝑑𝑦
𝑑𝑥 + = 0, 𝑦 ≠ 0,
𝑦2
Maka suku kedua persamaan terakhir merupakan bentuk diferensial d(x/y). Dengan
mengintegrasi kedua ruas diperoleh penyelesaian keluarga 1-parameter
𝑥 𝑥
𝑥 + 𝑦 = 𝑐, atau 𝑦 = 𝑐−𝑥 , 𝑦 ≠ 0.
Perlu diteliti bahwa garis y=0 juga penyelesaian persamaan diferensial (y2 + y)dx – xdy = 0
𝑥 𝑥
yang tidak dapat diperoleh dari persamaan 𝑥 + 𝑦 = 𝑐, atau 𝑦 = 𝑐−𝑥 , 𝑦 ≠ 0 sehingga
merupakan penyelesaian khusus.
Kesimpulan :
Seperti kita ketahui bahwa 2.6 ini membahas mengenai faktor integrasi. Dimana, faktor
integrasi merupakan sebuah faktor pengali yang menjadikan suatu persamaan diferensial
yang tidak eksak menjadi persamaan diferensial yang eksak. Nah artinya, sebelum mengubah
persamaan diferensial yang tidak eksak menjadi persamaan diferensail yang eksak, kita harus
mengetahui terlebih dahulu bagaimana bentuk dari persamaan diferensial yang eksak.
Dimana, untuk memahami persamaan diferensial yang eksak sudah dijelaskan pada subbab
2.5.
ln ℎ = ∫ 𝐹(𝑥) 𝑑𝑥 ⇒ ℎ = 𝑒 ∫ 𝐹(𝑥)𝑑𝑥
ln ℎ = ∫ 𝐺(𝑦) 𝑑𝑦 ⇒ ℎ = 𝑒 ∫ 𝐺(𝑦)𝑑𝑦
Contoh :
Tunjukanlah bahwa persamaan diferensial
𝑥𝑦 𝑑𝑥 + (1 + 𝑥 2 )𝑑𝑦 = 0
Bukan persamaan diferensial eksa kemudian tentukanlah factor integrasinya.
Penyelesaian :
𝑃(𝑥, 𝑦) = 𝑥𝑦 𝑑𝑎𝑛 𝑄(𝑥, 𝑦) = 1 + 𝑥 2
Sehingga
𝜕𝑃(𝑥, 𝑦) 𝜕𝑄(𝑥, 𝑦)
= 𝑥 𝑑𝑎𝑛 = 2𝑥
𝜕𝑦 𝜕𝑥
Persamaan diferensial tersebut tidak eksak
𝜕𝑄 𝜕𝑃
− 𝜕𝑦
𝜕𝑥
𝐺(𝑥) =
𝑃
2𝑥 − 𝑥
=
𝑥𝑦
𝑥 1
= =
𝑥𝑦 𝑦
Maka kita peroleh factor integrasi dari persamaan diferensial yaitu
1
∫𝑦 𝑑𝑦
ℎ(𝑥) = 𝑒 = 𝑒 ln 𝑦 = 𝑦
𝜕 𝑑ℎ(𝑢)
ℎ(𝑢) = 𝑦. ℎ′ (𝑢) = 𝑦.
𝜕𝑥 𝑑𝑢
dan
𝜕 𝑑ℎ(𝑢)
ℎ(𝑢) = 𝑥. ℎ′ (𝑢) = 𝑥.
𝜕𝑦 𝑑𝑢
Substitusikan ke
𝜕 𝜕ℎ(𝑢) 𝜕 𝜕ℎ(𝑢)
ℎ(𝑢) 𝑃(𝑥, 𝑦) + 𝑃(𝑥, 𝑦) = ℎ(𝑢) 𝑄(𝑥, 𝑦) + 𝑄(𝑥, 𝑦)
𝜕𝑦 𝜕𝑦 𝜕𝑦 𝜕𝑥
𝜕 𝑑ℎ(𝑢) 𝜕 𝑑ℎ(𝑢)
⟹ ℎ(𝑢) 𝑃(𝑥, 𝑦) + 𝑃(𝑥, 𝑦). 𝑥. = ℎ(𝑢) 𝑄(𝑥, 𝑦) + 𝑄(𝑥, 𝑦). 𝑦.
𝜕𝑦 𝑑𝑢 𝜕𝑦 𝑑𝑢
𝑑ℎ(𝑢) 𝑑ℎ(𝑢) 𝜕 𝜕
⟹ 𝑄(𝑥, 𝑦). 𝑦. − 𝑃(𝑥, 𝑦). 𝑥. = ℎ(𝑢) 𝑃(𝑥, 𝑦) − ℎ(𝑢) 𝑄(𝑥, 𝑦)
𝑑𝑢 𝑑𝑢 𝜕𝑦 𝜕𝑦
𝑑ℎ(𝑢) 𝜕 𝜕
⟹ (𝑦. 𝑄(𝑥, 𝑦) − 𝑥. 𝑃(𝑥, 𝑦)) = ( 𝑃(𝑥, 𝑦) − 𝑄(𝑥, 𝑦)) ℎ(𝑢)
𝑑𝑢 𝜕𝑦 𝜕𝑦
𝜕 𝜕
(𝜕𝑦 𝑃(𝑥, 𝑦) − 𝜕𝑦 𝑄(𝑥, 𝑦))
𝑑ℎ(𝑢)
⟹ = ℎ(𝑢)
𝑑𝑢 𝑦. 𝑄(𝑥, 𝑦) − 𝑥. 𝑃(𝑥, 𝑦)
𝜕 𝜕
(𝜕𝑦 𝑃(𝑥, 𝑦) − 𝜕𝑦 𝑄(𝑥, 𝑦))
𝑑ℎ(𝑢)
⟹ = 𝑑𝑢
ℎ(𝑢) 𝑦. 𝑄(𝑥, 𝑦) − 𝑥. 𝑃(𝑥, 𝑦)
𝑑ℎ(𝑢)
Karena adalah fungsi dari u maka koefisien dari du adalah fungsi dari u.
ℎ(𝑢)
sehingga,
𝜕 𝜕
( 𝑃(𝑥,𝑦)− 𝑄(𝑥,𝑦))
𝜕𝑦 𝜕𝑦
𝐹(𝑢) = dengan,
𝑦.𝑄(𝑥,𝑦)−𝑥.𝑃(𝑥,𝑦)
𝑑ℎ(𝑢)
= 𝐹(𝑢) 𝑑𝑢
ℎ(𝑢)
Maka penyelesaian persamaan diferensialnya
ℎ(𝑢) = 𝑒 ∫ 𝐹(𝑢) 𝑑𝑢
Contoh :
Tunjukkanlah bahwa persamaan diferensial
(𝑦 3 + 𝑥𝑦 2 + 𝑦)𝑑𝑥 + (𝑥 3 + 𝑥 2 𝑦 + 𝑥)𝑑𝑦 = 0
Bukan persamaan diferensial eksak dan carilah factor integrasinya!
Penyelesaian :
𝑃(𝑥, 𝑦) = 𝑦 3 + 𝑥𝑦 2 + 𝑦 𝑑𝑎𝑛 𝑄(𝑥, 𝑦) = 𝑥 3 + 𝑥 2 𝑦 + 𝑥
Sehingga
𝜕𝑃(𝑥, 𝑦) 𝜕𝑄(𝑥, 𝑦)
= 3𝑦 2 + 2𝑥𝑦 + 1 𝑑𝑎𝑛 = 3𝑥 2 + 2𝑥𝑦 + 1
𝜕𝑦 𝜕𝑥
Sehingga diperoleh,
𝜕𝑃(𝑥, 𝑦) 𝜕𝑄(𝑥, 𝑦)
− = (3𝑦 2 + 2𝑥𝑦 + 1 ) − (3𝑥 2 + 2𝑥𝑦 + 1)
𝜕𝑦 𝜕𝑥
= 3(𝑦 2 − 𝑥 2 )
Subtitusikan ke persamaan
𝜕 𝜕
(𝜕𝑦 𝑃(𝑥, 𝑦) − 𝜕𝑦 𝑄(𝑥, 𝑦))
𝐹(𝑢) =
𝑦. 𝑄(𝑥, 𝑦) − 𝑥. 𝑃(𝑥, 𝑦)
3(𝑦 2 − 𝑥 2 )
𝐹(𝑢) =
𝑦. 𝑄(𝑥, 𝑦) − 𝑥. 𝑃(𝑥, 𝑦)
3(𝑦 2 − 𝑥 2 )
𝐹(𝑢) =
𝑦(𝑥 3 + 𝑥 2 𝑦 + 𝑥) − (𝑥(𝑦 3 + 𝑥𝑦 2 + 𝑦))
3(𝑦 2 − 𝑥 2 )
𝐹(𝑢) =
𝑥 3 𝑦 + 𝑥 2 𝑦 2 + 𝑥𝑦 − 𝑥𝑦 3 − 𝑥 2 𝑦 2 − 𝑥𝑦
3(𝑦 2 − 𝑥 2 )
𝐹(𝑢) = 3
𝑥 𝑦 − 𝑥𝑦 3
−3(𝑦 2 − 𝑥 2 ) 3
𝐹(𝑢) = 2 2
=−
𝑥𝑦(𝑥 − 𝑦 ) 𝑢
Sehingga diperoleh factor integrasinya
3
ℎ(𝑢) = 𝑒 ∫ −𝑢 𝑑𝑢 = 𝑒 −3ln |𝑢| = (𝑥𝑦)−3
2.7.4 𝒉 Fungsi dari 𝒙/𝒚
Misalkan 𝑢 = 𝑥/𝑦 dan h=h(u) maka,dengan menggunakan aturan rantai
didapatkan
𝜕 𝜕𝑢 𝑥 𝑑
ℎ(𝑢) = ℎ′ (𝑢) =− 2 ℎ(𝑢) (2.146)
𝜕𝑦 𝜕𝑦 𝑦 𝑑𝑢
Dan
𝜕 𝜕𝑢 1 𝑑
ℎ(𝑢) = ℎ′ (𝑢) = ℎ(𝑢) (2.147)
𝜕𝑥 𝜕𝑥 𝑦 𝑑𝑢
𝜕𝑃 𝜕𝑄
𝑦 2 (𝜕𝑦 (𝑥, 𝑦) − 𝜕𝑥 (𝑥, 𝑦))
𝑑ℎ(𝑢)
= 𝑑𝑢 (2.148)
ℎ(𝑢) 𝑥 𝑃(𝑥, 𝑦) + 𝑦 𝑄(𝑥, 𝑦)
Dengan meperhatikan ruas kiri dari (2.148) yang merupakan fungsi hanya dari u
maka ruas kanan haruslah fungsi hanya dari u juga. Sekarang misalkan
𝜕𝑃 𝜕𝑄
𝑦 2 (𝜕𝑦 (𝑥, 𝑦) − 𝜕𝑥 (𝑥, 𝑦))
𝐺(𝑢) = (2.149)
𝑥𝑃+𝑦𝑄
𝑑ℎ(𝑢)
= 𝐺(𝑢) (2.150)
ℎ(𝑢)
ℎ(𝑢) = 𝑒 ∫ 𝐾(𝑢)𝑑𝑢
𝜕𝑃 𝜕𝑄
𝑦 2 (𝜕𝑦 (𝑥, 𝑦) − 𝜕𝑥 (𝑥, 𝑦))
𝐾(𝑢) =
𝑥 𝑃(𝑥, 𝑦) + 𝑦 𝑄(𝑥, 𝑦)
2.7.6 Bentuk Khusus dari 𝑷 dan 𝑸
Jika persamaan diferensial dapat dijadikan ke dalam bentuk persamaan diferensial
berikut
Pada subbab 2.7 membahas mengenai persamaan differensial dengan bentuk umum yang
tidak eksak menjadi persamaan differensial bentuk eksak yang telah dipelajari pada subbab
2.5
Bisa kita lihat pada kedua subbab ini, dimana kedua subbab ini sama-sama membahas faktor
integrasi. Bedanya, untuk subbab 2.6 hanya membahas faktor integrasi untuk persamaan
diferensial tipe-tipe khusus saja, sedangkan 2.7 membahas faktor integrasi untuk berbagai
macam tipe persamaan diferensial yang lebih umum.
Namun, perlu diingat bahwa untuk dapat memahami subbab 2.7 ini, maka kita harus paham
betul mengenai penjelasan yang ada pada subbab 2.6.
Selain itu, pada subbab 2.7 membahas mengenai persamaan differensial dengan bentuk
umum yang tidak eksak yang diubah menjadi persamaan differensial bentuk eksak dengan
cara mengalikan persamaan differensial tersebut dengan faktor integrasinya seperti pada
subbab 2.6, tetapi pada subbab 2.7 dibahas lebih rinci mengenai berbagai macam faktor
integrasi.
Definisi 2.8.1: Persamaan diferensial linier orde satu adalah persamaan diferensial yang dapat
ditulis dalam bentuk:
𝑑𝑦
+ 𝑃(𝑥)𝑦 = 𝑄(𝑥), (2.169)
𝑑𝑥
Dimana 𝑃(𝑥) dan 𝑄(𝑥) adalah fungsi kontinu dari 𝑥 pada interval (daerah) di mana 𝑃 dan 𝑄
terdefinisi.
Pada bagian yang lalu kita telah membahas faktor integrasi dari suatu persamaan diferensial.
Selanjutnya, kita akan memperlihatkan bahwa faktor integrasi dari persamaan (2.169) adalah
fungsi dari 𝑥 berbentuk
𝑒 ∫ 𝑃(𝑥)𝑑𝑥 , (2.170)
Dengan konstanta integrasi dipilih nol. Dengan mengalikan kedua ruas persamaan (2.169)
dengan faktor 𝑒 ∫ 𝑃(𝑥)𝑑𝑥 𝑑𝑥 akan diperoleh
Dengan memperhatikan (2.172) dan (2.173) dan menggunakan Teorema 2.5 dapat kita
simpulkan bahwa persamaan diferensial (2.171) adalah persamaan diferensial eksak. Jadi,
berdasarkan definisi faktor integrasi bahwa 𝑒 ∫ 𝑃(𝑥)𝑑𝑥 adalah faktor integrasi dari persamaan
diferensial (2.169). sekarang kita tuliskan persamaan diferensial (2.169) dalam bentuk
Karena (2.171) eksak maka (2.174) juga eksak. Jadi, persamaan diferensial (2.174) dapat kita
selesaikan dengan metode penyelesaian yang telaj dibahas pada bagian persamaan diferensial
eksak. Akan tetapi kali ini kita akan mencoba untuk menyelesaikan persamaan (2.174)
dengan metode lain. Perhatikan bahwa ruas kiri dari (2.174) adalah derivatif total dari fungsi
𝑒 ∫ 𝑃(𝑥)𝑑𝑥 𝑦 (ingat lagi pelajaran kalkulus), yaitu
Penyelesaian :
Dengan membandingkan (2.179) dengan (2.169) diperoleh 𝑃(𝑥) = 3 dan 𝑄(𝑥) = 𝑒 5𝑥 . Oleh
karenanya
∫ 𝑃(𝑥) 𝑑𝑥 = ∫ 3 𝑑𝑥 = 3𝑥 (2.180)
Dan
1
∫ 𝑒 ∫ 𝑃(𝑥)𝑑𝑥 𝑄(𝑥)𝑑𝑥 = ∫ 𝑒 3𝑥 𝑒 5𝑥 = ∫ 𝑒 8𝑥 = 8 𝑒 8𝑥 . (2.181)
Dengan mensubstitusikan hasil dari (2.180) dan (2.181) ke dalam (2.178) diperoleh
1 1
𝑦 = 𝑒 −3𝑥 8 𝑒 8𝑥 + 𝑐𝑒 −3𝑥 = 8 𝑒 5𝑥 + 𝑐𝑒 −3𝑥 . (2.182)
Dari soal kita ketahui bahwa pada saat 𝑥 = 0 nilai 𝑦 = 5 atau 𝑦(0) = 5. Oleh karenanya
dengan memasukkan nilai 𝑥 = 0 dan 𝑦 = 5 ke dalam (2.182) akan didapatkan nilai 𝑐, yaitu
1 1
5 = 𝑒 0 8 𝑒 0 + 𝑐𝑒 0 = 8 + 𝑐 (2.183)
Kita perhatikan persamaan diferensial (2.169) dalam bentuk persamaan (2.109) yaitu
Misalkan 𝑢(𝑥) faktor integrasi persamaan diferensial (2.196). Selanjutnya kalikan (2.196)
dengan 𝑢(𝑥) untuk memperoleh
𝑑𝑥
Dengan mengalikan (2.199) dengan 𝑢(𝑥) diperoleh
𝑑𝑢(𝑥)
𝑃(𝑥) 𝑑𝑥 = . (2.200)
𝑢(𝑥)
Dengan mengintegrasikan (2.200) terhadap 𝑥 dan dengan memilih konstanta integrasi sama
dengan nol diperoleh
atau
𝑒 ∫ 𝑃(𝑥)𝑑𝑥 . (2.203)
𝑑𝑦
+ 𝑃(𝑥)𝑦 = 𝑄(𝑥)𝑦 𝑛
𝑑𝑥
Dengan n bilangan bulat. Jika n = 1 maka persamaan tersebut dapat direduksi ke persamaan
diferensial dengan variabel terpisah. Kita perhatikan untuk 𝑛 ≠ 0 atau 1 maka persamaan
diferensial diatas merupakan persamaan diferensil tidak linier. Jika kita kalikan dengan (1 −
𝑛)𝑦 −𝑛 didapatkan
𝑑𝑦
(1 − 𝑛)𝑦 −𝑛 + (1 − 𝑛)𝑦1−𝑛 𝑃(𝑥)𝑦 = (1 − 𝑛)𝑄(𝑥). (2.205)
𝑑𝑥
Kita perhatikan bahwa suku pertama dari ruas kiri berasal dari derivatif fungsi 𝑦1−𝑛 yaitu
𝑑 𝑑𝑦
𝑦1−𝑛 = (1 − 𝑛)𝑦 −𝑛 (2.206)
𝑑𝑥 𝑑𝑥
diberikan oleh
Atau
Contoh 2.8.4
Tentukanlah penyelasaian
𝑑𝑦 𝑥
+ 𝑥𝑦 = , 𝑦 ≠ 0
𝑑𝑥 𝑦
Penyelesaian:
𝑑𝑦
Dengan mengobservasi persamaan soal tersebut dan persamaan + 𝑃(𝑥)𝑦 = 𝑄(𝑥)𝑦 𝑛 kita
𝑑𝑥
peroleh bahwa 𝑃(𝑥) = 𝑥, 𝑄(𝑥) = 𝑥, 𝑑𝑎𝑛 𝑛 = −3. Oleh karenanya dengan menggunakan
(2.210) diperoleh
2 2 2
= 𝑒 −2𝑥 ∫ 4𝑒 2𝑥 + 𝑐𝑒 −2𝑥
2
Kita ketahui bahwa integral persamaan terakhir adalah derivatif dari 𝑒 2𝑥 . Berarti
penyelesaian sari persamaan soal tersebut diberikan oleh
2 2 2
𝑌 4 = 𝑒 −2𝑥 𝑒 2𝑥 + 𝑐𝑒 −2𝑥
2
= 1 + 𝑐𝑒 −2𝑥
Tipe khusus lain dari persamaan diferensial orde satu adalah persamaanRicatti,
matematikawan Itali yang bernama lengkap Vicenzo Ricatti (1707-1775). Bentuk standar dari
persamaan Ricatti adalah
𝑑𝑦
+ 𝑃(𝑥)𝑦 2 + 𝑄(𝑥)𝑦 + 𝑅(𝑥), 𝑃(𝑥) ≠ 0 (2.214)
𝑑𝑥
Persamaan diatas dapat diintegralkan jika penyelesaian khusus diketahui. Misalkan 𝑦1 adalah
penyelesaian khususnya. Dengan mensubstitusikan
1
𝑦 = 𝑦1 +
𝑣
Kedalam persamaan (2.214) kita peroleh persamaan dalam v, yaitu
𝑣′ 1 1
𝑦′ − 2
= 𝑃(𝑥)(𝑦1 + )2 + 𝑄(𝑥) (𝑦1 + ) + 𝑅(𝑥), 𝑃(𝑥) ≠ 0
𝑣 𝑣 𝑣
1 1 1
= 𝑃(𝑥)(𝑦1 2 + 2𝑦1 𝑣 + 𝑣 2 + 𝑄(𝑥)𝑦1 + 𝑄(𝑥) 𝑣 + 𝑅(𝑥) (2.216)
2𝑥 2 𝑦 ′ = (𝑥 − 1)(𝑦 2 − 𝑥 2 ) + 2𝑥𝑦
Penyeleasaian:
Dari observasi kita dapatkan bahwa y = x adalah penyelesaian khusus persamaan diferensial
soal tersebut. Oleh karenanya untuk menyelesaikannya dapat kita substitusikan
1
𝑦=𝑥+
𝑣
Kedalam persamaan tersebut untuk mendapatkan persamaan
𝑣′ 1 2 1
2𝑥 2 (1 − 𝑣2 ) = (𝑥 − 1) ((𝑥 − 𝑣) − 𝑥 2 ) + 2𝑥 (𝑥 − 𝑣) (2.220)
2𝑥 2 (𝑣 ′ + 𝑣) = 𝑥 − 1
𝑐𝑥 − 𝑒 −𝑥 − 1
𝑣=
2𝑥
1
Dengan c sebagai konstanta integrasi. Dengan menggunakan 𝑦 = 𝑥 + 𝑣 ke dalam 𝑣 =
𝑐𝑥−𝑒 −𝑥 −1
kita dapatkan penyelesaiannya, yaitu
2𝑥
2𝑥 𝑥𝑐𝑥𝑒 −𝑥 + 1
𝑦=𝑥+ =
𝑐𝑥𝑒 −𝑥 − 1 𝑐𝑥𝑒 −𝑥 − 1
Kesimpulan :
Bisa kita lihat pada subbab 2.8, dimana subbab ini menggunakan Teorema 2.5 untuk
menentukan apakah suatu persamaan diferensial merupakan persamaan diferensial eksak.
Bisa kita lihat pada subbab 2.8, dimana subbab ini masih menggunakan definisi pada subbab
2.6 untuk menyelesaikan permasalahan yang ada disubbab 2.8 ini.