Anda di halaman 1dari 2

Nama : Rizma Elfariana

N I M : 06081181823012

Kelas : Indralaya

RESUME KMPM PMRI DASAR

PMRI (Pendidikan Matematika Realistik Indonesia) atau RME (Realistic


Mathematics Education) adalah teori pembelajaran yang bertitik tolak dari hal-hal yang
'real' atau pernah dialami siswa, menekankan keterampilan proses 'doing mathematics',
berdiskusi dan berkolaborasi, berargumentasi dengan teman sekelas sehingga mereka
dapat menemukan sendiri ('student inventing') sebagai kebalikan dari ('teacher telling')
dan pada akhirnya menggunakan matematika itu untuk menyelesaikan masalah baik
secara individu maupun kelompok.

Supinah ( 2008 :15-16) menyatakan bahwa PMRI adalah suatu teori


pembelajaran yang telah dikembangkan khusus untuk matematika. Konsep matematika
realistik ini sejalan dengan kebutuhan untuk memperbaiki pendidikan matematika di
Indonesia yang didominasi oleh persoalan bagaimana meningkatkan pemahaman siswa
tentang matematika dan mengembangkan daya nalar.

Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) merupakan adaptasi dari


Reaistic Mathematics Education (RME) dengan disesuaikan dengan situasi pendidikan
matematika di Indonesia. PMRI memilik permasalahan yang sama dengan RME,
dikarenakan keduanya berpedoman pada teori RME yang dicetuskan oleh salah satu
matematikawan Belanda yaitu Hans Freudenthal.

Penilaian autentik dalam PMRI merupakan penilaian yang berusaha mengukur


atau menunjukkan pengetahuan dan ketrampilan siswa dengan cara menerapkan
pengetahuan dan ketrampilan itu pada kehidupan nyata. Penilaian autentik terdiri dari
berbagai teknik penilaian. Pertama, pengukuran langsung keterampilan peserta didik
yang berhubungan dengan hasil jangka panjang pendidikan. Kedua, penilaian atas tugas-
tugas yang memerlukan keterlibatan yang luas dan kinerja yang kompleks. Ketiga,
analisis proses yang digunakan untuk menghasilkan respon peserta didik atas perolehan
sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang ada. Maksudnya adalah PMRI itu diterapkan
agar siswa dapat berinteraksi secara aktif dalam proses pembelajaran dan tidak terpusat
pada guru, sedangkan konvensioanl itu berpusat pada guru. maka dari itu untuk
pembelajaran dengan PMRI dapat dikatakan lebih sulit karena siswa diharapkan untuk
berpikir secara kritis, logis, agar siswa akan belajar konsep-konsep matematika
berdasarkan realitas atau lingkungan di sekitar mereka.

Ada beberapa prinsip yang merupakan dasar teoretis PMRI, yaitu:


1. Guided Reinvention dan Progressive Mathematization
Prinsip Guided Reinvention ialah penekanan pada “penemuan kembali” secara
terbimbing. Jadi pembelajaran tidak diawali dengan pemberitahuan tentang
“ketentuan” atau “pengertian”, atau “nama objek matematis” (definisi), atau
“sifat”(teorema), atau “aturan”, yang diikuti dengan contoh-contoh serta
penerapannya, tetapi justru dimulai dengan masalah kontekstual yang realistik (dapat
dipahami atau dibayangkan oleh siswa, karena diambil dari dunia siswa atau dari
pengalaman siswa).
2. Didactical Phenomenology
Prinsip ini menekankan pembelajaran yang bersifat mendidik dan menekankan
pentingnya masalah kontekstual untuk memperkenalkan topiktopik matematika
kepada siswa.
3. Self-Developed Model (Membangun sendiri model)
Prinsip ini menunjukkan adanya “jembatan” yang berupa model karena berpangkal
pada masalah kontekstual dan akan menuju ke matematika formal. Siswa memiliki
kebebasan untuk mengembangkan model sendiri.

Dalam pembelajaran PMRI memiliki desain model pembelajaran berdasarkan


teori mulai dari tujuan, materi, metode, dan evaluasi. Pembelajaran PMRI memiliki
langkah atau prosedur dalam pembelajaranya yaitu : memahami, menjelaskan, dan
menyelesaikan masalah kontekstual, kemudian membandingkan dan mendiskusikan
jawaban dari penyelesaian sebelumnya dan terakhir menyimpulkan.

Anda mungkin juga menyukai