Anda di halaman 1dari 4

KONSEP DASAR PERSAMAAN DIFERENSIAL PENDAHULUAN

1. Deskripsi
Pada bab ini akan dibahas mengenai konsep dasar pada persamaan diferensial yang
meliputi definisi dan istilah-istilah dasar pada persamaan diferensial.
2. Kemampuan Akhir
Kemampuan akhir yang diharapkan dengan mempelajari bab ini adalah pembaca mampu
memahami konsep dasar persamaan diferensial biasa
3. Indikator
(a) Menjelaskan pengertian dan istilah-istilah pada persamaan diferensial

A. KONSEP DASAR PERSAMAAN DIFERENSIAL

Persamaan diferensial banyak muncul pada permasalahan dalam fisika maupun sosial yang
melibatkan penerapan konsep-konsep pada kalkulus. Misalnya saja pada bentuk pertumbuhan
𝑑𝑃
populasi dunia diberikan dalam bentuk = 𝑘𝑃 dimana 𝑃 menunjukkan banyaknya penduduk
𝑑𝑡

dunia, 𝑡 menunjukkan waktu, dan 𝑘 sebarang konstanta positif. Contoh yang lain dalam
𝑑2 𝑥
penggambaran bentuk gerakan pegas diberikan sebagai 𝑚 𝑑𝑡 2 = −𝑘𝑥 dengan 𝑚 menunjukkan
𝑑𝑃
massa pegas dan 𝑥 adalah pertambahan panjang pegas. Persamaan = 𝑘𝑃 merupakan salah
𝑑𝑡
𝑑2 𝑥
satu contoh persamaan diferensial orde satu, sedangkan 𝑚 𝑑𝑡 2 = −𝑘𝑥 merupakan persamaan

diferensial orde dua. Berikut diberikan definisi persamaan diferensial.

Persamaan Diferensial merupakan Persamaan yang memuat turunan satu atau lebih variabel
bebas terhadap satu atau lebih variabel tak bebas.

Persamaan diferensial yang mengandung satu variabel bebas disebut persamaan


diferensial biasa, sedangkan apabila variabel bebasnya lebih dari satu disebut persamaan
diferensial parsial. Pembahasan di sini adalah mengenai persamaan diferensial biasa, yang
selanjutnya disebut persamaan diferensial saja.

Contoh 1.1. Adapun contoh-contoh persamaan diferensial sebagai berikut :


𝑑𝑦
(1) +𝑦 =𝑥
𝑑𝑥

(2) (𝑦′′)2 + 3𝑥 = 2(𝑦′)3

(3) (𝑥 + 𝑦)𝑑𝑥 + (𝑦 − 𝑥)𝑑𝑦 = 0

(4) 𝑥 2 𝑦 ′′′ 𝑦 ′ + 2𝑒 𝑥 𝑦 ′′ = (𝑥 2 + 2)𝑦 2 .

Orde dari suatu persamaan diferensial adalah tingkat tertinggi dari turunan atau diferensial
yang muncul dalam persamaan tersebut. Pada Contoh 1.1, persamaan (1) dan (2) berorde 1,
sedangkan persamaan (2) berorde 2 dan persamaan (4) berorde 3. Persamaan diferensial
dikatakan linier apabila jumlah pangkat dari fungsi dan turunan-turunannya paling tinggi satu
dalam setiap suku. Dalam hal lain dikatakan persamaan diferensial tak linier atau non linier. Pada
Contoh 1.1, yang merupakan persamaan diferensial linier adalah persamaan (1) dan (3).
Persamaan (2) pada Contoh 1.1 merupakan persamaan diferensial tak linier sebab pada suku yang
memuat turunan tingkat dua 𝑦′′ memiliki pangkat dua dan suku yang memuat 𝑦′ berpangkat tiga.
Selain itu pada persamaan (4) suku pertama memuat turunan tingkat tiga dan turunan tingkat satu
bersama-sama, sehingga jumlah pangkat keduanya lebih dari satu, selain itu juga terdapat suku
yang memuat 𝑦 2 yaitu fungsi yang tidak diketahui berpangkat dua, sehingga persamaan (4)
merupakan juga persamaan diferensial tak linier.

𝑑2 𝑡 𝑑𝑡 𝑑2 𝑥
Contoh 1.2. Tentukan orde dari persamaan diferensial (a) 𝑠 2 𝑑𝑠2 + 𝑠𝑡 𝑑𝑠 = 𝑠, (b) 𝑦 𝑑𝑦 2 = 𝑦 2 + 1,
2
𝑑2 𝑟 𝑑2 𝑟 𝑑𝑟
(c) 17𝑦 (4) − 𝑡 6 𝑦 (2) − 2𝑦 5 = 3 cos 𝑡, (d) (𝑑𝑦 2 ) + 𝑑𝑦 2 + 𝑦 𝑑𝑦 = 0, (e) 𝑦 (4) + 𝑥𝑦 ′′′ + 𝑥 2 𝑦 ′′ −

𝑥𝑦 ′ + sin 𝑦 = 0. Kemudian tunjukkan apakah persamaan diferensial tersebut linier atau nonlinier.

Jawab.

𝑑2 𝑡 𝑑𝑡
(a) Persamaan diferensial 𝑠 2 𝑑𝑠2 + 𝑠𝑡 𝑑𝑠 = 𝑠 memiliki orde 2, dan merupakan persamaan
𝑑𝑡
diferensial nonlinier sebab suku kedua 𝑠𝑡 𝑑𝑠 memuat fungsi 𝑡 beserta dengan turunannya,

yaitu jumlah pangkat fungsi dan turunannya lebih dari satu.


𝑑2 𝑥
(b) Persamaan diferensial 𝑦 𝑑𝑦 2 = 𝑦 2 + 1 memiliki orde 2 sekaligus persamaan diferensial linier

sebab setiap suku pada persamaan diferensial ini memuat fungsi 𝑥 atau turunannya sehingga
jumlah pangkat dari fungsi dengan turunannya kurang dari atau sama dengan 1.
(c) Persamaan diferensial 17𝑦 (4) − 𝑡 6 𝑦 (2) − 2𝑦 5 = 3 cos 𝑡 merupakan persamaan diferensial
berorde 4 dan bersifat nonlinier sebab terdapat suku 2𝑦 5 yaitu fungsi 𝑦 berpangkat 5.
2
𝑑2 𝑟 𝑑2 𝑟 𝑑𝑟
(d) Persamaan diferensial (𝑑𝑦 2 ) + 𝑑𝑦 2 + 𝑦 𝑑𝑦 = 0 merupakan persamaan diferensial nonlinier

𝑑2 𝑟
sebab turunan kedua 𝑑𝑦 2 pada suku ke satu berpangkat dua, dan persamaan diferensial ini

berorde 2.
(e) Persamaan diferensial 𝑦 (4) + 𝑥𝑦 ′′′ + 𝑥 2 𝑦 ′′ − 𝑥𝑦 ′ + sin 𝑦 = 0 berorde 4 dan bersifat linier.

Penyelesaian atau solusi dari suatu persamaan diferensial adalah fungsi, misalkan 𝑦 =
𝑓(𝑥), yang memenuhi persamaan diferensial tersebut. Pada persamaan diferensial 𝑥𝑦 ′ = 2𝑦
mempunyai solusi 𝑦 = 𝑥 2 sebab 𝑥(2𝑥) = 2𝑥 2 = 2𝑦, yaitu memenuhi persamaan diferensial
𝑥𝑦 ′ = 2𝑦. Penyelesaian persamaan diferensial orde 𝑛 yang memuat 𝑛 konstanta sebarang disebut
penyelesaian umum. Sedangkan penyelesaian khusus adalah suatu penyelesaian yang diperoleh
dari penyelesaian umum dengan memberikan nilai tertentu pada konstanta sebarangnya. Nilai
tertentu tersebut seringkali dikaitkan dengan persyaratan yang melengkapi persoalan persamaan
diferensialnya, yaitu syarat nilai 𝑓(𝑥) untuk suatu nilai 𝑥. Persyaratan semacam ini disebut syarat
awal atau nilai awal.

Adapula penyelesaian dari suatu persamaan diferensial yang tidak diperoleh dari
penyelesaian umum dengan memberikan nilai tertentu pada konstanta sebarangnya, yang
demikian disebut penyelesaian singular. Perhatikan pula bahwa persamaan diferensial (𝑦′)2 −
𝑥𝑦 ′ + 𝑦 = 0 mempunyai solusi umum 𝑦 = 𝑐𝑥 − 𝑐 2 , tetapi terdapat penyelesaian lain yaitu 𝑦 =
1
𝑥 2 yang tidak dapat diperoleh dari penyelesaian umum dengan memberikan nilai tertentu pada
4
1
konstantanya. Oleh karena itu, fungsi 𝑦 = 4 𝑥 2 disebut solusi singular dari persamaan diferensial

(𝑦′)2 − 𝑥𝑦 ′ + 𝑦 = 0.
𝑑𝑦
Contoh 1.3. Pada persamaan diferensial 𝑑𝑥 = 2𝑥, fungsi 𝑦 = 𝑥 2 + 𝐶 merupakan solusi umumnya.

Fungsi 𝑦 = 𝑥 2 + 𝐶 merepresentasikan keluarga himpunan solusi untuk persamaan diferensial


𝑑𝑦
= 2𝑥 yang grafik kurvanya digambarkan sebagai berikut:
𝑑𝑥

Gambar 1.1

Untuk nilai 𝑦 = 2 dan 𝑥 = −1, diperoleh nilai 𝐶 = 1. Sehingga solusi khusus persamaan
𝑑𝑦
diferensial 𝑑𝑥 = 2𝑥 adalah 𝑦 = 𝑥 2 + 1.

Anda mungkin juga menyukai