Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

PERSAMAAN DIFERENSIAL ORDO 1 dan 2 BESERTA


PENGAPLIKASIANNYA

Disusun untuk memenuhi tugas kelompok

Mata kuliah

Matematika II

Dosen

Nur Hanifah Yuninda, M.T

Disusun oleh:

Nobel Romadhon 1501619008

Septian Saputra 1501619010

Roy Oktaf Fianto 1501619013

Muhammad Ridho Afriansah 1501619021

PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGRI JAKARTA

2020
Kata Pengantar

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha
penyayang, kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah Persamaan Diferensial

Penulisan ini ditunjukan untuk penugasan kelompok dalam mata kuliah


Matematika II dengan tema “Persamaan Diferensial”. Semoga makalah ini
dapat dipergunakan sebagai bahan pembelajaran teman-teman sesama
mahasiswa dikelas pada semester 112 ini.

Tak dapat dipungkiri makalah ini masih banyak memiliki kekurangan


Oleh kerena itu kami mengharapkan kepada para pembaca untuk memberikan
masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan dan
perbaikan makalah ini.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Persamaan diferensial adalah persamaan matematika untuk fungsi satu


variabel atau lebih, yang menghubungkan nilai fungsi itu sendiri dan
turunannya dalam berbagai orde. Persamaan diferensial memegang peranan
penting dalam rekayasa, fisika, ilmu ekonomi dan berbagai macam disiplin
ilmu. Persamaan diferensial muncul dalam berbagai bidang sains dan teknologi,
bilamana hubungan deterministik yang melibatkan besaran yang berubah secara
kontinu dimodelkan oleh fungsi matematika dan laju perubahannya dinyatakan
sebagai turunan diketahui atau dipostulatkan

Teori persamaan diferensial sudah cukup berkembang, dan metode yang


digunakan bervariasi sesuai jenis persamaan. Persamaan diferensial biasa (PDB)
adalah persamaan diferensial di mana fungsi yang tidak diketahui (variabel
terikat) adalah fungsi dari variabel bebas tunggal. Dalam bentuk paling
sederhana fungsi yang tidak diketahui ini adalah fungsi riil atau fungsi
kompleks, namun secara umum bisa juga berupa fungsi vektor maupun matriks.
Lebih jauh lagi, persamaan diferensial biasa digolongkan berdasarkan orde
tertinggi dari turunan terhadap variabel terikat yang muncul dalam persamaan
tersebut.

B. Manfaat penulisan
 Mahasiswa dapat mengetahui dan mengerti persamaan diferensial melalui
penerapan dalam kehidupan sehari-hari.
 Mahasiswa dapat menemukan solusi dari kasus-kasus persamaan
diferensial
BAB II

KAJIAN TEORI

A. PENGERTIAN PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA ORDE SATU


a) Definsi 1

Suatu PD Orde satu dapat dinyatakan secara umum dalam dua bentuk, yaitu:

Bentuk Implisit,
𝑑𝑦
𝐹 [𝑥, 𝑦, ] = 0 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝐹(𝑥, 𝑦, 𝑦′) = 0 … … … … … … (1)
𝑑𝑥

Bentuk Eksplisit,
𝑑𝑦
= 𝑓(𝑥, 𝑦)𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑦′ = 𝑓(𝑥, 𝑦) … … … … … … … … (2)
𝑑𝑥
Contoh 1.1

mengidentifikasi PD orde satu:


𝑑𝑦
1. 𝑥𝑦′ + 𝑦2 + 𝑥2 + 1 = 0 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑥 + 𝑦2 + 𝑥2 + 1 = 0
𝑑𝑥 Perhatikan orde
(PD Orde satu Bentuk Implisit) turunan variabel
𝑑2
2. 𝑦" − 2𝑦 + 𝑒𝑥 = 0 𝑎𝑡𝑎𝑢 y terhadap x
𝑑𝑥2
− 2𝑦 + 𝑒𝑥 = 0
yang di beri
(PD Orde satu, PD Orde dua bentuk implisit) warna merah
3. 𝑦′ = 2𝑦 + 𝑒𝑥 (PD Orde satu bentuk eksplisit :𝑓(𝑥, 𝑦) = 2𝑦 + 𝑒 𝑥 )
4. 𝑦′′ = 𝑥𝑦 + 𝑥2 (Bukan PD Orde satu, PD Orde dua bentuk eksplisit).

b) Definisi 2
Suatu fungsi 𝑦 = 𝑦(𝑥)dikatakan solusi PD(1) atau (2) apabila 𝑦 = 𝑦(𝑥)dan
turunannya 𝑦′memenuhi PD(1) atau (2).

Contoh 1.2
Anda dapat memeriksa bahwa 𝑦 = 𝑥2 + 1 adalah solusi PD: 𝑦′ = 2𝑥. Demikian
pula 𝑦 = 𝑥2 + 𝐶 untuk C konstanta sembarang juga merupakan solusi PD: 𝑦′ =
2𝑥. (Periksa dengan menggunakan Definisi 2)
Solusi 𝑦 = 𝑥2 + 1disebut sebagai suatu solusi khusus untuk PD: 𝑦′ =
2𝑥, sedangkan solusi 𝑦 = 𝑥2 + 𝐶 yang memuat konstanta C disebut sebagai solusi
umum PD: 𝑌′ = 2𝑥.
Jadi solusi umum suatu PD masih memuat konstanta C, sedangkan solusi khusus
diperoleh dari solusi umum dengan mengambil konstanta C suatu bilangan tertentu
atau suatu solusi yang memenuhi syarat-syarat yang diberikan, misalnya syarat
awal.

Contoh 1.3
Tinjau PD: 𝑦′ = cos 𝑥................................................... (3)
Penyelesaian :
Solusi umum PD ini adalah 𝑦 = sin 𝑥 + 𝐶. Fungsi-fungsi :𝑦 = sin 𝑥 + 1, 𝑦 =
sin 𝑥 𝑑𝑎𝑛 𝑦 = sin 𝑥 − 4 masing-masing adalah solusi khusus PD (3) yang
diperoleh dari solusi umum dengan mengambil masing-masing nilai C=1, C=0 dan
C=−4.

Untuk menentukan solusi khusus yang memenuhi syarat awal 𝑦(𝜋 /2) = 10 adalah
𝑦 = sin 𝑥 + 9 .

Contoh 1.4
Tinjau PD: (𝑦′)2 − 𝑥𝑦′ + 𝑦 = 0......................................(4)

Penyelesaian:
Annda dapat memeriksa bahwa solusi umum PD (4) adalah
𝑦 = 𝐶𝑥 − 𝐶2
Dengan mengambil 𝐶 = 1, 𝐶 = 2, 𝐶 = −4 diperoleh masing-masing solusi khusus
𝑦 = 𝑥 − 1, 𝑦 = 2𝑥, 𝑑𝑎𝑛 𝑦 = −4𝑥 − 16.
Untuk memenentukan solusi khusus yang memenuhi syarat awal 𝑦(1) = −6, anda
tentukan C dari persamaan 𝑦 = 𝐶𝑥 − 𝐶2 dengan mengambil nilai 𝑦(1) = −6 untuk
x = 1. Ini memberikan
−6 = 𝐶. 1 − 𝐶2 = 𝐶 − 𝐶2
Atau
𝐶2 − 𝐶 − 6 − 0 → (𝐶 − 3)(𝐶 + 2) = 0 → 𝐶1 = 3, 𝐶2 = −2.
Jadi, ada dua solusi khusus yang memenuhi syarat awala 𝑦(1) = −6, yaitu 𝑦 =
3𝑥 − 9 dan 𝑦 = −2𝑥 − 4. Adanya dua solusi khusus ini disebabkan PD(4)
mempunyai pangkat dua.
c) PD Variabel Terpisah dan PD Homogen
Persamaan diferensial orde satu yang dapat ditulis dalam bentuk
𝑔(𝑦)𝑦′ = 𝑓(𝑥) … … … … … … … … … … … … … (1)
Disebut PD orde satu variabel terpisah.
𝑑𝑦
Dengan mengambil 𝑦′ = , PD (1) dapat ditulisakan dalam bentuk
𝑑𝑥
𝑔(𝑦)𝑑𝑦 = 𝑓(𝑥)𝑑𝑥 … … … … … … … … … … … (2)

Contoh 1.5
PD: 𝑥𝑦𝑦′ + 𝑥2 + 1 = 0 adalah PD Variabel terpisah karena dapat
dituliskan dalam bentuk (1), yaitu:
𝑦𝑦′ + 𝑥2+1 = 0 atau 𝑦𝑦′ = − 𝑥2+1
( ) ( ).
𝑥 𝑥

Contoh 1.6
PD: 𝑥(𝑦 + 1)𝑦′ + 𝑥2(𝑦2 + 4) = 0 adalah PD variabel terpisah karena
dapat dituliskan dalam bentuk (1), yaitu :
2 𝑦+1
(𝑦𝑦+1 ) ′ (𝑥 = 0 atau ( ) 𝑑𝑦 + 𝑥𝑑𝑥 = 0
2+4 𝑦 + ) 𝑦2+4
𝑥
Atau dalam bentuk (2), yaitu

Hanya mengandung Hanya mengandung


(𝑦2+4) 𝑑𝑦 = −𝑥𝑑𝑥
𝑦+1
variabel y. variabel x

Contoh 1.7
PD: (𝑥 + 𝑦2)𝑦′ = (𝑥 + 𝑦)bukan PD variabel terpisah karena tidak
dapat dituliskan dalam bentuk (1) atau (2)
Metode penyelesaian PD variabel terpisah dapat dilakukan
dengan mengintegralkan langsung PD(2), yaitu:

∫ 𝑔(𝑦)𝑑𝑦 = ∫ 𝑓(𝑥)𝑑𝑥 + 𝐶 …………………………………..(3)

Contoh 1.8
Selesaikan PD: 𝑥𝑦𝑦′ + 𝑥2 + 1 = 0
Penyelesaian :
PD ini, dengan sedikit melakukan manipulasi aljabar, dapat dituliskan
𝑥2+1
dalam bentuk (2) sebagai 𝑦𝑑𝑦 = − ( ) 𝑑𝑥.
𝑥
Dengan mengintegralkan kedua ruas didapat :
𝑥2 + 1
∫ 𝑦𝑑𝑦 = − ∫ ( ) 𝑑𝑥
1 1 𝑥1
𝑦2 = − ∫ (𝑥 + ) 𝑑𝑥 = − ( 𝑥2 + ln|𝑥|) + 𝐶
2 𝑥 2
Jadi solusi umumnya adalah 𝑦 = −𝑥 − 2 ln|𝑥| + 𝐶
2 2

B. PENGERTIAN PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA ORDE DUA


 Bentuk umum :

𝒚" + 𝐩(𝐱)𝐲′ + 𝐠(𝐱)𝐲 = 𝐫(𝐱)

p(x), g(x) disebut koefisien jika r(x) = 0, maka Persamaan Differensial


diatas disebut homogen, sebaliknya disebut non homogen.

 Persamaan Differensial Biasa linier orde dua homogen dengan koefisien


konstan, memiliki bentuk umum :

𝒚" + 𝒂𝒚′ + 𝐛𝐲 = 𝟎

dimana a, b merupakan konstanta sebarang.

a. SOLUSI HOMOGEN

Diketahui

𝒚" + 𝒂𝒚′ + 𝐛𝐲 = 𝟎

Bentuk umum solusi: 𝒚 = 𝒄𝟏𝒚𝟏 + 𝒄𝟐𝒚𝟐

Misalkan 𝒚 = 𝒆𝒓𝒙

Persamaannya berubah menjadi 𝒓𝟐 + 𝒂𝒓 + 𝒃 = 𝟎, sebuah persamaan


kuadrat.
Jadi kemungkinan akarnya ada 3 yaitu:

1. Akar real berbeda (r1,r2 ; dimana r1≠r2)

Memiliki solusi basis 𝑦1 = 𝑒𝑟1𝑥 dan 𝑦2 = 𝑒𝑟2𝑥 dan mempunyai solusi


umum

𝒚 = 𝑪 𝟏 𝒆𝒓 𝟏𝒙 + 𝑪 𝟐 𝒆𝒓 𝟐𝒙

2. Akar real kembar (r1,r2 ; dimana r1=r2)

Memiliki solusi basis 𝑦1 = 𝑒𝑟1𝑥dan 𝑦2 = 𝑒𝑟2𝑥 dan mempunyai


solusi umum

𝒚 = 𝑪𝟏𝒆𝒓𝒙 + 𝑪𝟐 𝒙 𝒆𝒓𝒙

3. Akar kompleks kojugate (r1=U+wi, r2=U-wi)

Memiliki solusi basis 𝑦1 = 𝑒𝑢𝑥 sin 𝑤𝑥 𝑑𝑎𝑛 𝑦2 = 𝑒𝑢𝑥 cos 𝑤𝑥


mempunyai solusi umum

𝒚 = 𝒆𝒖𝒙(𝑪𝟏 𝐜𝐨𝐬 𝒘𝒙 + 𝑪𝟐 sin wx)

o Contoh Soal
1. 𝑦" + 5𝑦′ + 6y = 0
Persamaan karakteristiknya : (𝑟 + 2) (𝑟 + 3) = 0
𝑟1 = −2 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑟2 = −3
maka solusinya : 𝒚 = 𝑪𝟏𝒆−𝟐𝒙 + 𝑪𝟐 𝒙 𝒆−𝟑𝒙

2. 𝑦" + 6𝑦′ + 9y = 0
Persamaan karakteristiknya: (𝑟 + 3) (𝑟 + 3) = 0
𝑟1 = 𝑟2 = −3
maka solusinya : 𝒚 = 𝑪𝟏𝒆−𝟑𝒙 + 𝑪𝟐 𝒙 𝒆−𝟑𝒙

3. 𝑦" − 4𝑦′ + 5y = 0
Persamaan karakteristiknya: 𝑟2 − 4𝑟 + 5 = 0
𝑟12 = 2 ± 𝑖
maka solusinya : 𝑦 = 𝑒2𝑥(𝐶1 cos 𝑥 + 𝐶2 sin 𝑥)

b. PERSAMAAN DIFERENSIAL NON HOMOGEN

 Bentuk umum :
𝒚" + 𝒑(𝒙)𝒚′ + 𝐠(𝐱)𝐲 = 𝐫(𝐱)

Dengan r(x)
≠0

Solusi total : 𝒚 = 𝒚𝒉 + 𝒚𝒑

Dimana yh = solusi PD homogen

Yp = solusi PD non homogen

Menetukan yp

1) Metode koefisien tak tentu


2) Metode variasi parameter

METODE KOEFISIEN TAK TENTU

 pilihlah yp yang serupa dengan r(x), lalu substitusikan ke dalam


persamaan.

r(x) yp

𝑟(𝑥) = 𝑒𝑚𝑥 𝑦𝑝 = 𝐴 𝑒𝑚𝑥

𝑟(𝑥) = 𝑋𝑛 𝑦𝑝 = 𝐴𝑛𝑋𝑛 + 𝐴𝑛−1𝑋𝑛 + ⋯ + 𝐴1𝑋 + 𝐴0

𝑟(𝑥) = sin 𝑤𝑥 𝑦𝑝 = 𝐴 cos 𝑤𝑥 + 𝐵 sin 𝑤𝑥

𝑟(𝑥) = cos 𝑤𝑥 𝑦𝑝 = 𝐴 cos 𝑤𝑥 + 𝐵 sin 𝑤𝑥

𝑟(𝑥) = 𝑒𝑢𝑥 sin 𝑤𝑥 𝑦𝑝 = 𝑒𝑢𝑥(𝐴 cos 𝑤𝑥 + 𝐵 sin 𝑤𝑥)

𝑟(𝑥) = 𝑒𝑢𝑥 cos 𝑤𝑥 𝑦𝑝 = 𝑒𝑢𝑥(𝐴 cos 𝑤𝑥 + 𝐵 sin 𝑤𝑥)


Sebagai Catatan: Solusi partikular tidak boleh muncul pada solusi homogennya.
Jika hal ini terjadi, kalikan solusi khususnya dengan faktor x atau x2 sehingga
tidak memuat lagi solusi homogennya.

Contoh :
 𝑦" + 6𝑦′ + 9y = 0

Jawab :

Persamaan Karakteristiknya :

𝑟2 − 3𝑟 + 2 = 0 (𝑟 − 2)(𝑟 − 1) = 0

Sehingga dapat 𝑟1 = 2 𝑑𝑎𝑛 𝑟2 = 1

Jadi solusi homogennya adalah 𝑦ℎ = 𝐶1 𝑒2𝑥 + 𝐶2 𝑒 𝑥

Untuk 𝑦𝑝 𝑑𝑖𝑝𝑖𝑙𝑖ℎ 𝑦𝑝 = 𝐴 𝑒−𝑥


𝑌′ = −A 𝑒−𝑥 𝑌 " = A 𝑒−𝑥
𝑝 𝑝

kemudian masukan ke PD diatas:

A 𝑒−𝑥 + 3 A 𝑒−𝑥 + 2 A 𝑒−𝑥 = 𝑒−𝑥 6 A 𝑒−𝑥 = 𝑒−𝑥 𝐴 = 1/6

jadi solusi umum PD diatas adalah

𝑦 = 𝐶1 1
𝑒 2𝑥 + 𝐶2 𝑒 + 𝑒 −𝑥
𝑥
6

METODE VARIASI PARAMETER

 Metode ini digunakan untuk memecahkan persamaan-persamaan yang


tidak dapat diselesaikan dengan menggunakan metode koefisien tak
tentu
 Persamaan Diferensial orde dua non homogen
𝒚" + 𝒂𝒚′ + 𝐛𝐲 = 𝐫(𝐱)

Memiliki solusi total : 𝑦 = 𝑦ℎ + 𝑦𝑝

𝑦ℎ = 𝑐1𝑦1 + 𝑐2𝑦2
Misal 𝑦𝑝 = 𝑢 𝑌1 + 𝑣 𝑌2 𝑑𝑖𝑚𝑎𝑛𝑎 𝑢 = 𝑢(𝑥); 𝑣 = 𝑣(𝑥)
Maka 𝑦′𝑝 = 𝑢′𝑌1 + 𝑢 𝑌′ + 𝑣 𝑌′ + v′𝑌2
2 2

Pilih U dan V sedemikian sehingga

𝒖′𝒚𝟏 + 𝒗′𝒚𝟐 = 𝟎 … … … … … … . (∗)

𝑦′𝑝 = 𝑢 𝑦1′ + 𝑣 𝑦2′

𝑦"𝑝 = 𝑢′ 𝑦1′ + 𝑢 𝑦1" + 𝑣′ 𝑦2′ + 𝑣 𝑦2"

Substitusikan 𝑦𝑝, 𝑦𝑝′, 𝑦𝑝" kedalam persamaan awal sehingga didapatkan:


𝑢′𝑦′ + 𝑢 𝑦1" + 𝑣′ 𝑦2′ + 𝑣 𝑦2" + a(𝑢 𝑦′ + 𝑣 𝑦′ ) + b(𝑢 𝑌1 + 𝑣 𝑌2) = 𝑟(𝑥)
1 1 2

𝑢(𝑦1" + a𝑦′ + 𝑏 𝑦1) + 𝑣(𝑦2" + a𝑦′ + 𝑏 𝑦2) + 𝑢′ 𝑦1′ + 𝑣′ 𝑦2′ = r(x)


1 2

𝒖′𝒚′ + 𝒗′𝒚′ = 𝐫(𝐱) … … … … … (∗∗)


𝟏 𝟐

METODE VARIASI PARAMETER

Eliminasi (∗) 𝑑𝑎𝑛 (∗∗) 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ ∶

𝑢′𝑦1 + 𝑣′𝑦2 = 0
𝑢′𝑦′ + 𝑣 ′ 𝑦 ′ = r(x)
1 2

Dengan aturan cramer diperoleh


| 0 𝑦𝘍2 | 𝑦1 0
𝑟(𝑥) 𝑦 𝑦2𝑟(𝑥) | 𝑟(𝑥)| 𝑦1𝑟(𝑥)
→𝑢 = −∫ 𝑦𝘍1 →𝑣=∫
𝑢
=

𝑦 𝑦2|
2 𝑊 𝑑𝑥 𝑣 =

𝑦 𝑦2| 𝑊 𝑑𝑥
|1 𝘍 |1
𝑦 𝑦𝘍
𝑦𝘍 𝑦𝘍
1 2 1 2

𝑦1 𝑦2
Keterangan : 𝑊 = |𝑦′ 𝑦′ |
1 2

Contoh :
 𝑦" + y = sec x

Jawab :

Persamaan karakteristiknya :

𝑟2 + 1 = 0 → 𝑟 = ±𝑖

Jadi solusi homogennya adalah 𝑦ℎ = 𝐶1 cos 𝑥 + 𝐶2 sin 𝑥

Untuk 𝑦𝑝 𝑑𝑖𝑝𝑖𝑙𝑖ℎ 𝑦𝑝 = 𝑢 𝑦1 + 𝑣 𝑦2

𝑦1 = cos 𝑥 𝑦2 = sin 𝑥
𝑦′ = − sin 𝑥 𝑦′ = cos 𝑥
1 2

𝑊 = 𝑦1 𝑦′ − 𝑦′ 𝑦′
2 1 2

= 𝑐𝑜𝑠2𝑥 + 𝑠𝑖𝑛2𝑥 = 1

Sehingga diperoleh

sin 𝑥 sec
𝑢 =−∫ = − ∫ tan 𝑥 𝑑𝑥 = 𝑙𝑛|cos 𝑥|
𝑥1
sin 𝑥 sec 𝑥
𝑣=∫ 𝑑𝑥 = ∫ 𝑑𝑥 = 𝑥
1
Jadi solusi non homogen didapat

𝑦𝑝 = 𝑙𝑛|cos 𝑥| cos 𝑥 + 𝑥 sin 𝑥

Jadi solusi umum dari persamaan diferensial diatas

𝑦 = 𝐶1 cos 𝑥 + 𝐶2 sin 𝑥 + 𝑙𝑛|cos 𝑥| cos 𝑥 + 𝑥 sin 𝑥

C. APLIKASI PERSAMAAN DIFERENSIAL ORDE SATU DAN ORDE DUA


Dalam penerapanya Persamaan Diferensial ini dalam matematika adalah
pencarian nilai fungsi turunan untuk memudahkan perhitungan, sedangkan untuk
penerapan lain ilmu yang dipengaruhi oleh Persamaan diferensial ini adalah Ilmu
Fisika misal dalam hukum newton, Percepatan dan Kecepatan, Perhitungan Radio
Nuklir dan masih banyak lagi.

1) Penerapan Persamaan Diferensial dalam Ilmu Fisika ( Hukum Newton)


Dalam kehidupan sehari-hari sering ditemukan masalah fisika dalam bentuk
persamaan diferensial, termasuk dalam pembahasan Hukum Newton, untuk
menentukan percepatan dan kecepatan, dan waktu dari benda jatuh bebas dsb.

Contoh :
a. Tentukan bentuk persamaan gerak dari sebuah benda bila kepadanya
dikerjakan gaya F yang tetap dalam arah sumbu x.

Jawab :
H.Newton II  F = m.a
� 𝑑𝑥
� 𝑑𝑥2
𝑑𝑣 𝑑𝑡
a = percepatan  𝑎 = 𝑑𝑡
= 𝑑𝑡 = 𝑑𝑡2
𝑡

𝑑𝑥2 2 2

maka, 𝐹 = 𝑚. 𝐹 𝑑𝑡 = 𝑚 𝑑𝑥
𝑑𝑡2

b. Tentukan posisi sebagai fungsi waktu dari sebuah benda jatuh bebas. Diketahui
percepatan pada gerak jatuh bebas sama dengan percepatan gravitasi bumi g.
Jawab :

𝑎=𝑔

𝑑2𝑌 𝑑 𝑑𝑦
= ( )=𝑔
𝑑𝑡2
𝑔 𝑑𝑡 𝑑𝑡

𝑑𝑦
𝑑 𝑑𝑦
𝑑𝑡 = 𝑔. = 𝑔. 𝑡
𝑑𝑡 𝑑𝑡
𝑑𝑦 = 𝑔. 𝑡. 𝑑𝑡
1
∫ 𝑑𝑦 = ∫ +𝐶𝑑𝑡 𝑦 = 𝑔 𝑡2 + 𝐶𝑡
2

𝑦= 𝑔𝑡
1 2
Hukum fisika gerak jatuh
bebas 2
2) Aplikasi Persamaan Diferensial padaPersamaan Bernoulli Adalah pengembangan
dari PersamaanDiferensial Biasa Linier. Persamaan Diferensial Biasa Bernoulli ini
ruas kirinya samadengan ruas kiri PDB Linier danruas kanannya adalah ruas kanan
PDB Linier yangdikalikan dengan yn, jadi bentuk PDBBernoulli :
𝑑𝑦
+ 𝑃[𝑥]𝑦 = 𝑄[𝑥]𝑦𝑛
𝑑𝑥

dari rumus diatas ini bukanPDB Linier orde satu, tapi dapat diubahmenjadi
persamaan linier orde satu denganmelakukan substitusi : 𝑍 = 𝑦1−𝑛
𝑑𝑧
= [1 − 𝑛]. 𝑦1−𝑛−1
𝑑𝑦

[1 − 𝑛]. 𝑦−𝑛

𝑑𝑧 = [1 − 𝑛]. 𝑦−𝑛𝑑𝑦
𝑑𝑦
+ 𝑃[𝑥]𝑦 = 𝑄[𝑥]𝑦𝑛 𝑑𝑖𝑘𝑎𝑙𝑖 [1 − 𝑛]𝑦𝑛 𝑑𝑦
𝑑𝑥

[1 − 𝑛]𝑦−𝑛 𝑑𝑦 + [1 − 𝑛]𝑦1−𝑛𝑃[𝑥]𝑑𝑥 = [1 − 𝑛]𝑄[𝑥]𝑑𝑥 atau

𝑑𝑧 + [1 − 𝑛]𝑍𝑃[𝑥]𝑑𝑥 = [1 − 𝑛]𝑄[𝑥]𝑑𝑥

3) Persamaan Diferensial dalam Rangkaian Listrik Hukum Ampere menyatakan


bahwa medan magnet dapat ditimbulkan melalui dua cara, yaitu lewat arus listrik
(perumusan awal hukum Ampere), dan dengan mengubah medan listrik
(tambahan Maxwell). Koreksi Maxwell terhadap hukum Ampere cukup penting.
Dengan demikian, hukum ini menyatakan bahwa perubahan medan listrik dapat
menimbulkan medan magnet, dan sebaliknya. Dengan demikian, meskipun tidak
ada muatan listrik atau arus listrik, masih dimungkinkan buat memiliki gelombang
osilasi medan magnet dan medan listrik yang stabil dan dapat menjalar terus
menerus. Persamaan Maxwell mendeskripsikan gelombang ini secara kuantitatif,
dan lebih lanjut lagi meramalkan bahwa gelombang ini mestilah memiliki laju
tertentu yang universal. Laju ini dapat dihitung cukup dari dua konstanta fisika
yang dapat diukur (konstanta elektrik dan konstanta magnetik).

Pada rangkaian arus searah yang digambarkan pada diagram dibawah, berlaku :

𝐸𝐿 = 𝐿 𝑇 = 𝐿 𝑑𝐼
(drop pada induktor)
𝑑𝑡

𝐸𝑅 = 𝑅 𝐼 (drop pada resistor dengan hukum ohm)

𝐸𝐶 = 1 ∫ 𝐼(𝑡)𝑑𝑡 (drop pada konduktor)


𝐶
Jumlah dari tiga besaran di atas sama dengan besar dari gaya elektromotif E(t).
Mengingat E(t) = E0 sin ω t didapat persamaan :

𝐸𝐿𝐸𝑅𝐸𝐶 = 𝐸(𝑡)
𝑑𝑙 1
𝐿 + 𝑅 𝐼 + ∫ 𝐼 (𝑡) 𝑑𝑡 = sin ω t
𝐸
𝑑𝑡 𝐶 0

Dengan mengurutkan kedua ruas ke t1 diperoleh persamaan diferensial :


𝑑2𝐼 1
𝐿
𝑑𝑡 2 + 𝑅 𝐼 + 𝐼 = 𝐸0 sin ω t yang akan menghasilkan solusi arus dalam keadaan
𝐶

mantap IP dirangkaian arus searah

Pemodelan Matematika

Persamaan Diferensial (PD) dari arus dalam rangkaian arus searah adalah :
𝑑2𝐼 𝑑𝑙 1
𝐿 2
+𝑅 + 𝐼 = 𝐸0 sin ω t
𝑑𝑡 𝑑𝑡 𝐶
2
𝑑 𝐼 𝑅 𝑑𝑙 1 𝐸0ω
+ + 𝐼= cos ω t (PD orde-2 Non Homogen)
𝑑𝑡2 𝐿 𝑑𝑡 𝐶𝐿 𝐿
𝑅 1 𝐸0ω
𝐷2𝐼 + 𝐷𝐼 + 𝐼= cos ω t
𝐿 𝐶𝐿 𝐿
𝑅 1 𝐸0ω
(𝐷2 + 𝐷𝐼 + 𝐼) 𝐼 + cos ω t , dimana D2 = -ω2
𝐿 𝐶𝐿 𝐿

4) Aplikasi Persamaan Diferensial dalam Kecepatan Penurunan Temperatur Seperti yang


kita bisa duga, turunnya temperature atau suhu pada makanan tidak linear. Misalnya
Kecepatan penurunan suhu/temperature pada ayam bakar yang nya tergantung selisih
suhu ayam dengan suhu ruang. Makin tinggi selisihnya, makin cepat laju penurunannya.
Oleh karena itu pada awalnya suhu ayam turun begitu cepat dari 200 derajat menuju 140
derajat hanya dalam 10 menit. Tetapi, makin mendekati suhu ruang, maka selisih suhunya
menjadi lebih kecil dan laju penurunannya makin berkurang. Dalam matematika hal ini
bisa dituliskan dalam persamaan differential sbb:
5)
5) Aplikasi Diferensial dalam Peluruhan Untuk menentukan kereaktifan suatu zat. Seperti
pada pembahasan berikut

b) Keradioaktifan suatu zat : model peluruhan

Berdasarkan Bab 1 bagian (f) 3, model peluruhan zat radioaktif diberikan oleh
persamaan deiferensial

𝑑𝑁
= −𝑘𝑁
𝑑𝑡
Dengan k > 0 adalan konstan peluruhan. Persamaan diferensial (3.1)
menyatakan bahwa peluruhan zat radio aktif pada saat t berbanding langsung
dengan banyaknya atom zat padda waktu itu. Solusi persamaan diferensial (3.1)
menjadi

𝑑𝑁
= −𝑘 𝑑𝑡
𝑑𝑡
Integralkan kedua ruas diperoleh

ln |N| = −kt + 𝐶1, 𝐶1 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑏𝑎𝑟𝑎𝑛𝑔

Karena N > 0, maka ln |N| = ln N, jadi solusi persamaan diferensial ini adalah:

𝑁𝑒−𝑘𝑡𝐶1 = 𝐶𝑒−𝑘𝑡, 𝐶 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑏𝑎𝑟𝑎𝑛𝑔

Misalkan pada saat t = 0, N(0) = N0 adalah banyaknya atom awal (mula-mula) zat
radio aktif, maka C = N 0. Jadi bila kondisi awal persamaan diferensila (3.1) adalah
N(0) = N0, maka solusi khususnya adalah

𝑁 = 𝑁0𝑒−𝑘𝑡

6) Aplikasi Diferensial dalam Perkiraan Pertumbuhan Populasi

Model pertumbuhan populasi yang paling sederhana yakni dengan mengasumsikan


bahwa persediaan sumber makanan tak terbatas, dan hanya mempertimbangkan factor
rata-rata kelahiran dan kematian. Pierre-Francois Verhulst (1804-1849) berdasar pada
model pertumbuhan populasi Mathulst mengemukakan model matematika yang
dinamakan model pertumbuhan logistic
𝑑𝑃
= 𝑟𝑀𝑃 − 𝑟𝑃2
𝑑𝑡

Dengan mengambil nilai k = r(M-P), dengan M adalah maksimal populasi yang dapat
ditampung dan r suatu konstan. Dengan memisalkan a = rM dan b = r. persamaan
diferensial dapat ditulis
𝑑𝑃
+ 𝑎𝑃 − 𝑏𝑃2
𝑑𝑡

Persamaan diferensial ini merupakan persamaan diferensial dengan variable terpisah.


Misalnya kondisi awalnya P(t0) = P0. Solusi persamaan diferensial ini dapat dicari
dengan cara berikut.

𝑃 𝑡
𝑑𝑠
∫ = ∫ 𝑑𝑢 = 𝑡 − 𝑡0
𝑃0 𝑎𝑠 − 𝑏𝑠2 𝑡0

(Misalkan s = P dan u = t, maka dP = ds dan du + dt)

Untuk mengintegerasikan 1
fungsi dapat dilakukan dengan cara berikut:
𝑎𝑠−𝑏𝑠2

1 1 𝐴 𝐵
= = +
𝑎𝑠 − 𝑏𝑠2 𝑠(𝑎 − 𝑏𝑠) 𝑠 𝑎 − 𝑏𝑠

Maka ruas kanan persamaan dapat ditulis :

𝐴 𝐵 𝐴(𝑎 − 𝑏𝑠) + 𝐵𝑠 𝐴𝑎 + (𝐵 − 𝑏𝐴)𝑠


+
= 𝑠(𝑎 − 𝑏𝑠) 𝑠(𝑎 − 𝑏𝑠)
𝑠 𝑎 − 𝑏𝑠
=

Jadi Aa+ (B-bA)s = 1. Karena persamaan ini berlaku untuk semua s1, maka berlaku
1
juga untuk semua Aa = 1 dan B-bA = 0 dan didapat A = 𝑏
𝑎 𝑑𝑎𝑛 𝐵 =
𝑎

𝑃
𝑃
𝑑𝑠 1 1 𝑏 1 𝑃 𝑎− 1 𝑃 𝑎 − 𝑏𝑃2
𝑏𝑃2
∫ = ∫( + ) 𝑑𝑠 = [𝑙𝑛 + ln | |] = [𝑙𝑛 | |]
𝑎𝑠 − 𝑏𝑠2 𝑎 𝑠 𝑎 − 𝑏𝑠 𝑎 𝑃0 𝑎 − 𝑏𝑃 𝑎 𝑃0 𝑎 − 𝑏𝑃
𝑃0 𝑃0
Jadi,

1
𝑃 𝑎 − 𝑏𝑃2
| |]
𝑡 − 𝑡0 = [𝑙𝑛 𝑎 − 𝑏𝑃
𝑎 𝑃0
𝑎−𝑏𝑃0
Karena selalu bernilai positif, maka
𝑎−𝑏𝑃

𝑎(𝑡 − 𝑡0) = 𝑙𝑛 𝑃 𝑎 − 𝑏𝑃2


𝑃0 𝑎 − 𝑏𝑃

Dan

𝑎(𝑡−𝑡 0)
𝑃 𝑎 − 𝑏𝑃2
𝑒 =
𝑃0 𝑎 − 𝑏𝑃

[𝑎 − 𝑏𝑃0 + 𝑏𝑃0 𝑒𝑎(𝑡−𝑡0)]𝑃(𝑡) = 𝑎 𝑃0 𝑒𝑎(𝑡−𝑡0)

Jadi solusi khususnya adalah

𝑎 𝑃0
𝑃(𝑡) =
𝑏𝑃0 + (𝑎 − 𝑏𝑃0)𝑒−𝑎(𝑡−𝑡0)

Grafik solusinya sebagai berikut.

Gambar 2 : Grafik solusi model pertumbuhan logistik


BAB III

PENERAPAN TEORI

A. Aplikasi Persamaan Diferensial Orde Satu


1. Misal ∆𝑥 adalah perubahan jarak yang ditimbulkan benda bergerak
selama waktu ∆𝑡 maka kecepatan rata-rata didefinisikan
𝑉𝑟 = ∆𝑥 = 𝑥𝑏 − 𝑥𝑎
∆𝑡 𝑡𝐵 − 𝑡𝐴
Selanjutnya kecepatan sesaat adalah
𝑉 = lim 𝑣𝑟 = lim ∆𝑥
∆→0 ∆𝑡→0 ∆𝑡
𝑑𝑥
𝑉 = (𝑚/𝑑𝑡)
𝑑𝑡
𝑑𝑣
𝑉= (𝑚/𝑑𝑡2)
𝑑𝑡
2. Pertumbuhan Populasi. Jika y adlaha jumlah populasi dalamm
waktu t, k adalah konstanta proportionalitas atau tingkat
pertumbuhan model PDB pertumbuhan populasi adalah
𝑑𝑦
= 𝑘𝑦
𝑑𝑡
𝑦(𝑡0) = 𝑦0
Selanjutnya bila k berubah-ubah maka dapat kita ganti dengan h(y)
yang dapat dipiliih ℎ(𝑦) = 𝑟 − 𝑎𝑦 maka model pertumbuhan
𝑑𝑦
menjadi = (𝑟 − 𝑎𝑦)𝑦
𝑑𝑥
𝑑𝑦 𝑦 𝑟
= 𝑟 (1 − ) 𝑦 𝑑𝑖𝑚𝑎𝑛𝑎 𝐾 =
𝑑𝑡 𝐾 𝑎
PDB ini dikenal dengan persamaan Verhulst atau logistic.
3. Untuk rangkaian RL seperti gambar diatas dan berdasarkan
hokum tegangan Kirchoff serta (a) dan (b), diperoleh model
persamaan :
𝑑𝑙
𝐿 + 𝑅. 𝐼 = 𝐸(𝑡) (d)
𝑑𝑡

Kasus A. Jika E(t) = 𝐸0 (Konstanta), maka dari (d) diperoleh


model persamaan :
𝑑𝑙 𝑅 𝐸0
+ .𝐼 =
𝑑𝑡 𝐿 𝐿

PD diatas PD lineier berbentuk 𝑑𝑦


+ 𝑃𝑦 = 𝑄, penyelesaian PD
𝑑𝑥

Linier tersebut yaitu dengan mengalikan factor integerasi 𝜇 =


𝑑𝑦
∫ 𝑝𝑑𝑥 pada persamaan + 𝑃𝑦 = 𝑄 menjadi :
𝑑𝑥

𝑑𝑦
𝜇[ + 𝑃𝑦] = 𝜇𝑄
𝑑𝑥
𝑑𝑦
↔ ∫ 𝑝𝑑𝑥 [ + 𝑃𝑦] ∫ 𝑝𝑑𝑥 𝑄
𝑑𝑥

𝑑(𝜇. 𝑦)
↔ = 𝜇. 𝑄
𝑑𝑥
↔ 𝑑(𝜇. 𝑦) = 𝜇. 𝑄 𝑑𝑥
Jika diintegrasikan maka

𝜇. 𝑦 = ∫ 𝜇 𝑄 𝑑𝑥 + 𝑐

1
𝑦= [∫ 𝜇 𝑄. 𝑑𝑥 + 𝑐]
𝜇
Sehingga dari contoh kasus I(t) dapat dinyatakan :

� 𝑅
𝐸 ∫ 𝑑𝑡
� 𝑑𝑡 (∫ 𝑒 𝐿 + 𝑘)
𝐼(𝑡) = 𝑒 − ∫ 0
𝐿 𝐿

𝑅 𝐸 𝐿 ∫𝑅𝑡
=𝑒− 𝑡 (∫ 0 . 𝑒 𝐿 + 𝑘)
𝐿 𝐿 𝑅

𝐸0 𝑅
−𝐿 𝑡
= 𝑅 + 𝑘𝑒

Jika t = tak hingga maka ke− 𝑡 = nol, sehingga I(t) sama dengan
𝑅

nilai batas 𝐸0/𝑅. Penyelesaian khusus untuk syarat awal I(0) = 0


adalah
𝐸0
I(t) = (1 − 𝑒 𝑅 𝑡)
𝑅 𝐿

Kasus B. Jika E(t) = 𝐸0 sin 𝜔𝑡 , maka dari (d) diperoleh model


persamaan :

𝑑𝑙 𝐸
.𝐼 sin 𝜔𝑡
+
𝑑𝑡 𝑅 0
𝐿= 𝐿

Penyelesaian PD dengan factor integral Yaitu :

1
𝑦= [∫ 𝜇. 𝑄 𝑑𝑥 + 𝑐]
𝜇
𝑅
𝑑𝑡 𝐸
𝜇 = 𝑒 ∫𝐿 , 𝑦(𝑥) = 𝐼(𝑡), 𝑄 sin 𝜔𝑡, 𝑚𝑎𝑘𝑎 ∶
0
= 𝐿
𝑅 𝑅
− ∫ 𝑑𝑡 𝐸 ∫𝐿
𝑑𝑡
𝐼(𝑡) = 𝑒 𝐿 (∫ 0 sin 𝜔𝑡 . 𝑒 𝑑𝑡 + 𝑘)

𝑅
𝐿
−∫ 𝑡 𝐸0 𝑅
𝑡
𝐼(𝑡) = 𝑒 ∫ sin 𝜔𝑡 . 𝑒 ∫𝐿
𝑑𝑡 + 𝑘)
𝐿 (
𝐿
𝑅
∫ sin 𝜔𝑡 𝑒 ∫ 𝐿𝑡
𝑑𝑡 diselesaikan dengan integral parsial.

Rumus baku integral parsial : ∫ 𝑢 𝑑𝑣 = 𝑢. 𝑣 − ∫ 𝑣 𝑑𝑢

𝑅
Jika 𝑢 = sin 𝜔𝑡 dan 𝑣 = 𝑒∫ 𝐿𝑡 ; 𝑣 = 𝐿 𝑒 ∫𝐿𝑅𝑡 , maka:
𝑅

𝑅
∫ sin 𝜔𝑡 𝑒∫𝐿 𝑡 𝑑𝑡 = sin 𝜔𝑡 . 𝐿 ∫𝐿𝑅𝑡 − ∫ 𝐿 𝑒 ∫𝑅𝐿𝑡
𝑒 𝜔 cos 𝜔𝑡 𝑑𝑡
𝑅 𝑅

𝜔𝐿 𝑅 𝑅 𝑅
= 𝑅 ∫ 𝑒 ∫ 𝐿𝑡 cos 𝜔𝑡 𝑑𝑡; jika u =cos 𝜔𝑡 dan 𝑑𝑣 = 𝑒𝑡 ; 𝑣 = 𝐿 𝑒∫ 𝐿 𝑡
𝑅 𝐿

𝜔𝐿 𝑅 𝜔𝐿 ∫ 𝑠𝑖𝑛 𝜔𝑡𝑒 ∫𝐿𝑅𝑡 𝑑𝑡]


𝐿 𝑒 ∫𝐿 𝑡 . cos 𝜔𝑡
= [ +
𝑅 𝑅 𝑅

𝑅
Untuk penyederhanaan misalkan 𝐴 = ∫ sin 𝜔𝑡 𝑒∫𝐿 𝑡 𝑑𝑡, maka:

𝐿 𝑅 𝜔𝐿 ( 𝐿 𝑅𝑡 𝜔𝐿
𝐴= ∫ 𝑡 sin 𝜔𝑡 − 𝑒 𝐿 . cos 𝜔𝑡 𝐴)
𝑒𝐿 𝑅 𝑅 𝑅
𝑅 +

𝐿
∫𝑅 𝜔𝐿2 𝑅 2 2
= 𝑒𝐿𝑡 sin 𝜔𝑡 − 𝑒 𝐿𝑡 cos 𝜔𝑡 + 𝜔 𝐿
𝑅 𝑅2 𝐴
𝑅2
𝜔2𝐿2 𝐿 ∫𝑅𝑡 𝜔𝐿2 𝑅𝑡
𝐴 = (1 − 2 ) 𝑒 𝐿 sin 𝜔𝑡 − 𝑒 𝐿 cos 𝜔𝑡
𝑅 𝑅 𝑅 2

( 𝐿 𝑒∫𝐿𝑡 sin 𝜔𝑡 − 𝜔𝐿 𝑒 𝐿𝑡 cos 𝜔𝑡)


𝑅 2
𝐴= 𝑅2 𝑅

𝑅2 − 𝜔2𝐿2 𝑅
𝑅2
𝑅𝐿 𝜔𝐿2
= ∫𝑅𝑡 𝑅
𝑅2 − 2
𝜔𝐿 2 𝑒 𝐿 sin 𝜔𝑡 − 𝑒 𝐿𝑡 cos 𝜔𝑡
𝑅2 − 𝜔2𝐿 2

𝑅
𝑒 𝐿𝑡
= 2 [𝑅𝐿 𝑠𝑖𝑛 𝜔𝑡 − 𝜔𝐿2𝑐𝑜𝑠𝜔𝑡]
𝑅 − 𝜔2𝐿2

Sehingga :
𝑅
( 𝐸 ∫ 𝑠𝑖𝑛 𝜔𝑡 𝑒 𝐿𝑡 𝑑𝑡 + 𝑘)
−𝐿 𝑡 𝑅
𝐼(𝑡) = 𝑒
0
𝐿

𝐸0 𝑅
= 𝐿 𝑅 𝑒𝐿 𝑡 𝑅
− 𝑡 [𝑅𝐿 sin 𝜔𝑡 − 𝜔𝐿2 cos 𝜔𝑡) + 𝑘𝑒
𝑒 𝐿
( 𝑅2 − 𝜔2𝐿2 𝑡
− 𝐿

𝐸0 𝑅
= −𝐿 𝑡
𝑅2 − 𝜔2𝐿2 [𝑅 sin 𝜔𝑡 − 𝜔𝐿 cos 𝜔𝑡] + 𝑘𝑒

B. Aplikasi Persamaan Diferensial Ordo Dua

Di sini akan dibahas aplikasi persamaan diferensial orde dua pada


rangkaian listrik.

a) Rangkaian LC
Perhatikan suatu rangkaian LC dengan sebuah induktor sebesar L henry
(H) dan sebuah kapasitor sebesar C farrad (F) yang dihubungkan dengan
sebuah sumber gaya elektromotif (baterai atau generator) yang
menyediakan suatu tegangan (voltase) sebesar E(t) volt
Hukum Kirchhoff dalam situasi ini menyatakan bahwa muatan Q pada
kapasitor yang diukur dalam coulomb, memenuhi persamaan diferensial
orde dua,
𝒅𝟐𝑸 𝟏
𝑳 𝟐 + 𝑸 = 𝑬(𝒕) … … … … … … … (𝟏)
𝒅𝒕 𝑪

Arus 𝐼 = 𝑑𝑄
diukur dalam ampere, memenuhi persamaan yang
𝑑𝑡
diperoleh dari diferensiasi persamaan (1) terhadap t, yakni,

𝒅𝟐𝑰 𝒅𝑬(𝒕)
𝟏
𝑳 𝟐+ 𝑰= … … … … … … … (𝟐)
𝒅𝒕 𝑪 𝒅𝒕

Contoh Kasus

Bilamana tegangan E(t) konstan = E0, dE(t)/dt = 0, maka persamaan


(2) di atas dapat dituliskan sebagai,
𝒅𝟐𝑰 𝟏
+ 𝑰=𝟎
𝒅𝒕𝟐 𝑪𝑳
Penyelesaian umum dari persamaan homogen di atas adalah,
𝑰𝒉(𝒕) = 𝑪𝟏 𝒆𝒓𝟏𝒕 + 𝑪𝟐 𝒆𝒓𝟐𝒕 … … … … … . (𝟑)
dimana r1 dan r2 adalah akar-akar persamaan karakteristik,
𝟏
𝒓𝟐 +
𝑪𝑳 = 𝟎
𝟏
Yang dapat ditulis dalam bentuk 𝑟1 = 𝛽 𝑑𝑎𝑛 𝑟2 =– 𝛽 𝑑𝑖𝑚𝑎𝑛𝑎 𝛽 =
√𝑪𝑳

b) Rangkaian RLC

Dengan mengaplikasikan hukum tegangan Kirchhoff pada rangkaian


RLC (Gambar 2) untuk muatan Q pada kapasitor, yang diukur dalam
coulomb, akan diperoleh persamaan diferensial,
𝒅𝟐𝑸 𝒅𝑸 𝟏
𝑳 +𝑹 + 𝑸 = 𝑬(𝒕) … … … … … (𝟔)
𝒅𝒕𝟐 𝒅𝒕 𝑪

dan untuk arus 𝐼 = 𝑑𝑄


yang diukur dalam ampere, akan diperoleh
𝑑𝑡
persamaan
diferensial,

𝒅𝟐𝑰 𝒅𝑰 𝒅𝑬(𝒕)
𝟏
… … … … … . (𝟕)
𝑳 𝟐+𝑹 + 𝑰 𝒅𝒕
= 𝒅𝒕 𝒅𝒕 𝑪

Contoh Kasus

Bilamana tegangan E(t) konstan = E0, maka 𝑑𝐸


= 0 dan persamaan
(7) menjadi, 𝑑𝑡

𝒅𝟐𝑰 𝒅𝑰 𝟏
𝑳 +𝑹 + 𝑰=𝟎
𝒅𝒕𝟐 𝒅𝒕 𝑪
𝒅𝟐𝑰 𝒅𝑰 𝟏
+𝑹 + 𝑰=𝟎
𝒅𝒕𝟐 𝒅𝒕 𝑪
Penyelesaian umum dari persamaan homogen diatas adalah,

𝑰𝒉(𝒕) = 𝑪𝟏 𝒆𝒓𝟏𝒕 + 𝑪𝟐 𝒆𝒓𝟐𝒕 … … … … … … (𝟖)

Dimana r1 dan r2 adalah akar-akar persamaan karakteristik,

𝑹 𝟏
𝒓𝟐 + 𝒓+ =𝟎
𝑳 𝑪𝑳
Yang dapat ditulis dalam bentuk r1 = – α + β dan r2 = – α – β dimana,
𝑹 𝟏 𝟒𝑳
𝒂= 𝛽= 𝑹𝟐 −
𝟐𝑳 𝟐𝑳 √𝑪

c) Sistem Gerak

Sistem gerak diilustrasikan dengan benda bermassa m yang tergantung


pada suatu pegas, ditunjukkan pada Gambar 23. Pemodelan sistem gerak
pada Gambar 23, didasarkan pada Hukum Newton II, yaitu:

𝐹 = 𝑚. 𝑎

dengan:

F = gaya-gaya yang bekerja pada benda


m = massa benda
a = percepatan gerak benda

Gaya-gaya yang bekerja pada benda yang tergantung pada pegas:

 𝐹𝑔 = 𝑚. 𝑎

Fg adalah gaya tarik gravitasi benda, m = massa benda dan a = gravitasi.


Arah gaya ini ke bawah karena pengaruh gravitasi. Gaya ini sering
disebut sebagai berat benda.

 𝐹𝑠 = 𝑘(𝑦 + ∆𝐿)

Fs adalah gaya pegas, k = konstanta pegas, y = posisi benda, ∆L =


perubahan panjang pegas. Arah gaya pegas ke atas dan ke bawah. Jika
pegas ditarik Fs negatif, arah gaya ke atas dan jika pegas ditekan Fs
positif, arah gaya ke bawah

 𝐹 = −𝑑. 𝑑𝑦
𝑑𝑡

Fd adalah gaya redam, arah gaya berlawanan dengan gerak benda, d =


𝑑𝑦
konstanta redaman, 𝑑
= kecepatan benda. Jika d > 0 sistem disebut
𝑡
system teredam (Damped system), jika d = 0 sistem disebut system tak
teredam (Undamped system)
 𝐹𝑒 = 𝐹(𝑡)

Fe adalah gaya eksternal, arah gaya dapat keatas atau kebawah, penerapan
gaya ini langsung pada benda atau pegas.

(Gambar 1 Sistem Gerak Benda pada Pegas)

(Gambar 2A. Sistem Gerak dengan Peredam)


(Gambar 2B. Sistem Gerak dengan Peredam dan Gaya Luar F(t))

Berdasarkan Hukum Newton II diatas maka :

𝐹 = 𝑚. 𝑎
𝑑2𝑦
F adalah gaya-gaya yang bekerja pada benda, 𝑎 = adalah percepatan
𝑑𝑡2
benda sehingga :

𝑑2𝑦
𝐹𝑔 + 𝐹𝑠 + 𝐹𝑑 + 𝐹𝑒 = 𝑚.
𝑑𝑡2
Atau

𝑑𝑦 𝑑2𝑦
𝑚. 𝑔 ± 𝑘(𝑦 + ∆L) − d. + 𝐹(𝑡) = 𝑚.
𝑑𝑡 𝑑𝑡2
Untuk system dalam kesetimbangan . 𝑔 = 𝑘∆L , sehingga persamaan
menjadi:

𝑑𝑦 𝑑2𝑦
−𝑘𝑦 − d. + 𝐹(𝑡) = 𝑚.
𝑑𝑡 𝑑𝑡2
𝑎𝑡𝑎𝑢

𝑑2𝑦 𝑑𝑦
𝑚. + d. + 𝑘𝑦 = 𝐹(𝑡)
𝑑𝑡2 𝑑𝑡
Model persamaan terakhir menghasilkan persamaan diferensial orde-2.
Persamaan diferensial orde-2 di atas menggambarkan sistem gerak benda
pada pegas. Jika F(t) = 0 (tanpa gaya eksternal) sistem disebut sistem
gerak bebas (unforced), jika F(t) ≠ 0 disebut sistem gerak paksa (forced).
Jika d = 0 maka sistem disebut sistem takteredam (undamped) dan jika
d > 0 maka sistem disebut sistem teredam (damped).
BAB IV

PENUTUP

KESIMPULAN

Persamaan differensial memegang peranan penting dalam rekayasa,


fisika, ilmu ekonomi dan berbagai macam disiplin ilmu. Teori persamaan
differensial sudah cukup berkembang dan metode yang digunakan bervariasi
sesuai jenis persamaan. Persamaan diferensial biasa adalah persamaan dimana
fungsi yang tidak diketahui (variable terikat) adalah fungsi dari variable bebas
tunggal

SARAN

Sebaiknya kita harus memahami dn mengerti tentang persamaan


diferensial baik dari bentuk umumnya samapai pada penyelesaiannya. Karena
dengan menguasai persamaan differensial, kita akan lebih mudah
menyelesaikan permasalahan differensial biasa. Selain itu, kita juga harus
paham tentang teknik-teknik turunan maupun teknik pengintegralan. Hal ini
agar dapat mempermudah dalam menyelesaikan soal-soal persamaan diferensial
biasa, karena dalam persamaan differensial sangat berkaitan dengan turunan dan
integral.
DAFTAR PUSTAKA

BAB III Penerapan PDB orde 1, http://maulana.lecture.ub.ac.id/files/2014/09/BAB-


III-PENERAPAN-PDB-ORDE-SATU.pdf. Diakses pada web lecture.ub.ac.id pada
tanggal 6/06/2020

Prof. SM. Nababan, Ph.D. Persamaan Differensial Orde Satu,


http://repository.ut.ac.id/3898/1/MATA4323-M1.pdf. Di akses pada web
repository.ut.ac.id pada tanggal 07/06/2020

Ainu Rahmah, Aplikasi Persamaan differensial biasa orde 2 Terjun payung,


https://www.academia.edu/40501476/Aplikasi_Persamaan_Diferensial_Biasa_Orde_2
_Terjun_Payunng. Di akses pada web academia.edu pada tanggal 06/06/2020

Wikaria Gazali, Aplikasi Persamaan Differensial Linear Orde 2 Pada Rangkaian Arus
Searah,http://www.geocities.ws/wikaria/Apilkasi%20PD%20pd%20Rangkaian%20Ar
us%20Searah_%20_Wikaria_.pdf. Diakses pada web geocities pada tanggal
08/06/2020

BAB V Penerapan PDB orde 2, http://maulana.lecture.ub.ac.id/files/2014/09/BAB-V-


APLIKASI-PD-ORDE-DUA.pdf. Diakses pada web lecture.ub.ac.id pada tanggal
06/06/2020

Rio Satriyantara, Aplikasi Persamaan Differensial Orde Dua,


https://www.academia.edu/32897997/Aplikasi_Persamaan_Diferensial_Orde_Dua.
Diakses pada tanggal 09/06/2020

Nurrahmah Fitria, Aplikasi Sistem Persamaan Differensial Ordo satu,


https://www.academia.edu/28658483/APLIKASI_SISTEM_PERSAMAAN_DIFERE
NSIAL_ORDE_SATU. Diakses pada tanggal 11/06/2020

Made Dwika, Persamaan PDB Orde 1,


https://www.slideshare.net/madedwika2/persamaan-diferensial-biasa-pdb-orde-1.
Diakses pada tanggal 13/06/2020

Anda mungkin juga menyukai