Mata kuliah
Matematika II
Dosen
Disusun oleh:
FAKULTAS TEKNIK
2020
Kata Pengantar
Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha
penyayang, kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah Persamaan Diferensial
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Manfaat penulisan
Mahasiswa dapat mengetahui dan mengerti persamaan diferensial melalui
penerapan dalam kehidupan sehari-hari.
Mahasiswa dapat menemukan solusi dari kasus-kasus persamaan
diferensial
BAB II
KAJIAN TEORI
Suatu PD Orde satu dapat dinyatakan secara umum dalam dua bentuk, yaitu:
Bentuk Implisit,
𝑑𝑦
𝐹 [𝑥, 𝑦, ] = 0 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝐹(𝑥, 𝑦, 𝑦′) = 0 … … … … … … (1)
𝑑𝑥
Bentuk Eksplisit,
𝑑𝑦
= 𝑓(𝑥, 𝑦)𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑦′ = 𝑓(𝑥, 𝑦) … … … … … … … … (2)
𝑑𝑥
Contoh 1.1
b) Definisi 2
Suatu fungsi 𝑦 = 𝑦(𝑥)dikatakan solusi PD(1) atau (2) apabila 𝑦 = 𝑦(𝑥)dan
turunannya 𝑦′memenuhi PD(1) atau (2).
Contoh 1.2
Anda dapat memeriksa bahwa 𝑦 = 𝑥2 + 1 adalah solusi PD: 𝑦′ = 2𝑥. Demikian
pula 𝑦 = 𝑥2 + 𝐶 untuk C konstanta sembarang juga merupakan solusi PD: 𝑦′ =
2𝑥. (Periksa dengan menggunakan Definisi 2)
Solusi 𝑦 = 𝑥2 + 1disebut sebagai suatu solusi khusus untuk PD: 𝑦′ =
2𝑥, sedangkan solusi 𝑦 = 𝑥2 + 𝐶 yang memuat konstanta C disebut sebagai solusi
umum PD: 𝑌′ = 2𝑥.
Jadi solusi umum suatu PD masih memuat konstanta C, sedangkan solusi khusus
diperoleh dari solusi umum dengan mengambil konstanta C suatu bilangan tertentu
atau suatu solusi yang memenuhi syarat-syarat yang diberikan, misalnya syarat
awal.
Contoh 1.3
Tinjau PD: 𝑦′ = cos 𝑥................................................... (3)
Penyelesaian :
Solusi umum PD ini adalah 𝑦 = sin 𝑥 + 𝐶. Fungsi-fungsi :𝑦 = sin 𝑥 + 1, 𝑦 =
sin 𝑥 𝑑𝑎𝑛 𝑦 = sin 𝑥 − 4 masing-masing adalah solusi khusus PD (3) yang
diperoleh dari solusi umum dengan mengambil masing-masing nilai C=1, C=0 dan
C=−4.
Untuk menentukan solusi khusus yang memenuhi syarat awal 𝑦(𝜋 /2) = 10 adalah
𝑦 = sin 𝑥 + 9 .
Contoh 1.4
Tinjau PD: (𝑦′)2 − 𝑥𝑦′ + 𝑦 = 0......................................(4)
Penyelesaian:
Annda dapat memeriksa bahwa solusi umum PD (4) adalah
𝑦 = 𝐶𝑥 − 𝐶2
Dengan mengambil 𝐶 = 1, 𝐶 = 2, 𝐶 = −4 diperoleh masing-masing solusi khusus
𝑦 = 𝑥 − 1, 𝑦 = 2𝑥, 𝑑𝑎𝑛 𝑦 = −4𝑥 − 16.
Untuk memenentukan solusi khusus yang memenuhi syarat awal 𝑦(1) = −6, anda
tentukan C dari persamaan 𝑦 = 𝐶𝑥 − 𝐶2 dengan mengambil nilai 𝑦(1) = −6 untuk
x = 1. Ini memberikan
−6 = 𝐶. 1 − 𝐶2 = 𝐶 − 𝐶2
Atau
𝐶2 − 𝐶 − 6 − 0 → (𝐶 − 3)(𝐶 + 2) = 0 → 𝐶1 = 3, 𝐶2 = −2.
Jadi, ada dua solusi khusus yang memenuhi syarat awala 𝑦(1) = −6, yaitu 𝑦 =
3𝑥 − 9 dan 𝑦 = −2𝑥 − 4. Adanya dua solusi khusus ini disebabkan PD(4)
mempunyai pangkat dua.
c) PD Variabel Terpisah dan PD Homogen
Persamaan diferensial orde satu yang dapat ditulis dalam bentuk
𝑔(𝑦)𝑦′ = 𝑓(𝑥) … … … … … … … … … … … … … (1)
Disebut PD orde satu variabel terpisah.
𝑑𝑦
Dengan mengambil 𝑦′ = , PD (1) dapat ditulisakan dalam bentuk
𝑑𝑥
𝑔(𝑦)𝑑𝑦 = 𝑓(𝑥)𝑑𝑥 … … … … … … … … … … … (2)
Contoh 1.5
PD: 𝑥𝑦𝑦′ + 𝑥2 + 1 = 0 adalah PD Variabel terpisah karena dapat
dituliskan dalam bentuk (1), yaitu:
𝑦𝑦′ + 𝑥2+1 = 0 atau 𝑦𝑦′ = − 𝑥2+1
( ) ( ).
𝑥 𝑥
Contoh 1.6
PD: 𝑥(𝑦 + 1)𝑦′ + 𝑥2(𝑦2 + 4) = 0 adalah PD variabel terpisah karena
dapat dituliskan dalam bentuk (1), yaitu :
2 𝑦+1
(𝑦𝑦+1 ) ′ (𝑥 = 0 atau ( ) 𝑑𝑦 + 𝑥𝑑𝑥 = 0
2+4 𝑦 + ) 𝑦2+4
𝑥
Atau dalam bentuk (2), yaitu
Contoh 1.7
PD: (𝑥 + 𝑦2)𝑦′ = (𝑥 + 𝑦)bukan PD variabel terpisah karena tidak
dapat dituliskan dalam bentuk (1) atau (2)
Metode penyelesaian PD variabel terpisah dapat dilakukan
dengan mengintegralkan langsung PD(2), yaitu:
Contoh 1.8
Selesaikan PD: 𝑥𝑦𝑦′ + 𝑥2 + 1 = 0
Penyelesaian :
PD ini, dengan sedikit melakukan manipulasi aljabar, dapat dituliskan
𝑥2+1
dalam bentuk (2) sebagai 𝑦𝑑𝑦 = − ( ) 𝑑𝑥.
𝑥
Dengan mengintegralkan kedua ruas didapat :
𝑥2 + 1
∫ 𝑦𝑑𝑦 = − ∫ ( ) 𝑑𝑥
1 1 𝑥1
𝑦2 = − ∫ (𝑥 + ) 𝑑𝑥 = − ( 𝑥2 + ln|𝑥|) + 𝐶
2 𝑥 2
Jadi solusi umumnya adalah 𝑦 = −𝑥 − 2 ln|𝑥| + 𝐶
2 2
𝒚" + 𝒂𝒚′ + 𝐛𝐲 = 𝟎
a. SOLUSI HOMOGEN
Diketahui
𝒚" + 𝒂𝒚′ + 𝐛𝐲 = 𝟎
Misalkan 𝒚 = 𝒆𝒓𝒙
𝒚 = 𝑪 𝟏 𝒆𝒓 𝟏𝒙 + 𝑪 𝟐 𝒆𝒓 𝟐𝒙
𝒚 = 𝑪𝟏𝒆𝒓𝒙 + 𝑪𝟐 𝒙 𝒆𝒓𝒙
o Contoh Soal
1. 𝑦" + 5𝑦′ + 6y = 0
Persamaan karakteristiknya : (𝑟 + 2) (𝑟 + 3) = 0
𝑟1 = −2 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑟2 = −3
maka solusinya : 𝒚 = 𝑪𝟏𝒆−𝟐𝒙 + 𝑪𝟐 𝒙 𝒆−𝟑𝒙
2. 𝑦" + 6𝑦′ + 9y = 0
Persamaan karakteristiknya: (𝑟 + 3) (𝑟 + 3) = 0
𝑟1 = 𝑟2 = −3
maka solusinya : 𝒚 = 𝑪𝟏𝒆−𝟑𝒙 + 𝑪𝟐 𝒙 𝒆−𝟑𝒙
3. 𝑦" − 4𝑦′ + 5y = 0
Persamaan karakteristiknya: 𝑟2 − 4𝑟 + 5 = 0
𝑟12 = 2 ± 𝑖
maka solusinya : 𝑦 = 𝑒2𝑥(𝐶1 cos 𝑥 + 𝐶2 sin 𝑥)
Bentuk umum :
𝒚" + 𝒑(𝒙)𝒚′ + 𝐠(𝐱)𝐲 = 𝐫(𝐱)
Dengan r(x)
≠0
Solusi total : 𝒚 = 𝒚𝒉 + 𝒚𝒑
Menetukan yp
r(x) yp
Contoh :
𝑦" + 6𝑦′ + 9y = 0
Jawab :
Persamaan Karakteristiknya :
𝑟2 − 3𝑟 + 2 = 0 (𝑟 − 2)(𝑟 − 1) = 0
𝑦 = 𝐶1 1
𝑒 2𝑥 + 𝐶2 𝑒 + 𝑒 −𝑥
𝑥
6
𝑦ℎ = 𝑐1𝑦1 + 𝑐2𝑦2
Misal 𝑦𝑝 = 𝑢 𝑌1 + 𝑣 𝑌2 𝑑𝑖𝑚𝑎𝑛𝑎 𝑢 = 𝑢(𝑥); 𝑣 = 𝑣(𝑥)
Maka 𝑦′𝑝 = 𝑢′𝑌1 + 𝑢 𝑌′ + 𝑣 𝑌′ + v′𝑌2
2 2
𝑢′𝑦1 + 𝑣′𝑦2 = 0
𝑢′𝑦′ + 𝑣 ′ 𝑦 ′ = r(x)
1 2
𝑦1 𝑦2
Keterangan : 𝑊 = |𝑦′ 𝑦′ |
1 2
Contoh :
𝑦" + y = sec x
Jawab :
Persamaan karakteristiknya :
𝑟2 + 1 = 0 → 𝑟 = ±𝑖
Untuk 𝑦𝑝 𝑑𝑖𝑝𝑖𝑙𝑖ℎ 𝑦𝑝 = 𝑢 𝑦1 + 𝑣 𝑦2
𝑦1 = cos 𝑥 𝑦2 = sin 𝑥
𝑦′ = − sin 𝑥 𝑦′ = cos 𝑥
1 2
𝑊 = 𝑦1 𝑦′ − 𝑦′ 𝑦′
2 1 2
= 𝑐𝑜𝑠2𝑥 + 𝑠𝑖𝑛2𝑥 = 1
Sehingga diperoleh
sin 𝑥 sec
𝑢 =−∫ = − ∫ tan 𝑥 𝑑𝑥 = 𝑙𝑛|cos 𝑥|
𝑥1
sin 𝑥 sec 𝑥
𝑣=∫ 𝑑𝑥 = ∫ 𝑑𝑥 = 𝑥
1
Jadi solusi non homogen didapat
Contoh :
a. Tentukan bentuk persamaan gerak dari sebuah benda bila kepadanya
dikerjakan gaya F yang tetap dalam arah sumbu x.
Jawab :
H.Newton II F = m.a
� 𝑑𝑥
� 𝑑𝑥2
𝑑𝑣 𝑑𝑡
a = percepatan 𝑎 = 𝑑𝑡
= 𝑑𝑡 = 𝑑𝑡2
𝑡
𝑑𝑥2 2 2
maka, 𝐹 = 𝑚. 𝐹 𝑑𝑡 = 𝑚 𝑑𝑥
𝑑𝑡2
b. Tentukan posisi sebagai fungsi waktu dari sebuah benda jatuh bebas. Diketahui
percepatan pada gerak jatuh bebas sama dengan percepatan gravitasi bumi g.
Jawab :
𝑎=𝑔
𝑑2𝑌 𝑑 𝑑𝑦
= ( )=𝑔
𝑑𝑡2
𝑔 𝑑𝑡 𝑑𝑡
𝑑𝑦
𝑑 𝑑𝑦
𝑑𝑡 = 𝑔. = 𝑔. 𝑡
𝑑𝑡 𝑑𝑡
𝑑𝑦 = 𝑔. 𝑡. 𝑑𝑡
1
∫ 𝑑𝑦 = ∫ +𝐶𝑑𝑡 𝑦 = 𝑔 𝑡2 + 𝐶𝑡
2
𝑦= 𝑔𝑡
1 2
Hukum fisika gerak jatuh
bebas 2
2) Aplikasi Persamaan Diferensial padaPersamaan Bernoulli Adalah pengembangan
dari PersamaanDiferensial Biasa Linier. Persamaan Diferensial Biasa Bernoulli ini
ruas kirinya samadengan ruas kiri PDB Linier danruas kanannya adalah ruas kanan
PDB Linier yangdikalikan dengan yn, jadi bentuk PDBBernoulli :
𝑑𝑦
+ 𝑃[𝑥]𝑦 = 𝑄[𝑥]𝑦𝑛
𝑑𝑥
dari rumus diatas ini bukanPDB Linier orde satu, tapi dapat diubahmenjadi
persamaan linier orde satu denganmelakukan substitusi : 𝑍 = 𝑦1−𝑛
𝑑𝑧
= [1 − 𝑛]. 𝑦1−𝑛−1
𝑑𝑦
[1 − 𝑛]. 𝑦−𝑛
𝑑𝑧 = [1 − 𝑛]. 𝑦−𝑛𝑑𝑦
𝑑𝑦
+ 𝑃[𝑥]𝑦 = 𝑄[𝑥]𝑦𝑛 𝑑𝑖𝑘𝑎𝑙𝑖 [1 − 𝑛]𝑦𝑛 𝑑𝑦
𝑑𝑥
𝑑𝑧 + [1 − 𝑛]𝑍𝑃[𝑥]𝑑𝑥 = [1 − 𝑛]𝑄[𝑥]𝑑𝑥
Pada rangkaian arus searah yang digambarkan pada diagram dibawah, berlaku :
𝐸𝐿 = 𝐿 𝑇 = 𝐿 𝑑𝐼
(drop pada induktor)
𝑑𝑡
𝐸𝐿𝐸𝑅𝐸𝐶 = 𝐸(𝑡)
𝑑𝑙 1
𝐿 + 𝑅 𝐼 + ∫ 𝐼 (𝑡) 𝑑𝑡 = sin ω t
𝐸
𝑑𝑡 𝐶 0
Pemodelan Matematika
Persamaan Diferensial (PD) dari arus dalam rangkaian arus searah adalah :
𝑑2𝐼 𝑑𝑙 1
𝐿 2
+𝑅 + 𝐼 = 𝐸0 sin ω t
𝑑𝑡 𝑑𝑡 𝐶
2
𝑑 𝐼 𝑅 𝑑𝑙 1 𝐸0ω
+ + 𝐼= cos ω t (PD orde-2 Non Homogen)
𝑑𝑡2 𝐿 𝑑𝑡 𝐶𝐿 𝐿
𝑅 1 𝐸0ω
𝐷2𝐼 + 𝐷𝐼 + 𝐼= cos ω t
𝐿 𝐶𝐿 𝐿
𝑅 1 𝐸0ω
(𝐷2 + 𝐷𝐼 + 𝐼) 𝐼 + cos ω t , dimana D2 = -ω2
𝐿 𝐶𝐿 𝐿
Berdasarkan Bab 1 bagian (f) 3, model peluruhan zat radioaktif diberikan oleh
persamaan deiferensial
𝑑𝑁
= −𝑘𝑁
𝑑𝑡
Dengan k > 0 adalan konstan peluruhan. Persamaan diferensial (3.1)
menyatakan bahwa peluruhan zat radio aktif pada saat t berbanding langsung
dengan banyaknya atom zat padda waktu itu. Solusi persamaan diferensial (3.1)
menjadi
𝑑𝑁
= −𝑘 𝑑𝑡
𝑑𝑡
Integralkan kedua ruas diperoleh
Karena N > 0, maka ln |N| = ln N, jadi solusi persamaan diferensial ini adalah:
Misalkan pada saat t = 0, N(0) = N0 adalah banyaknya atom awal (mula-mula) zat
radio aktif, maka C = N 0. Jadi bila kondisi awal persamaan diferensila (3.1) adalah
N(0) = N0, maka solusi khususnya adalah
𝑁 = 𝑁0𝑒−𝑘𝑡
Dengan mengambil nilai k = r(M-P), dengan M adalah maksimal populasi yang dapat
ditampung dan r suatu konstan. Dengan memisalkan a = rM dan b = r. persamaan
diferensial dapat ditulis
𝑑𝑃
+ 𝑎𝑃 − 𝑏𝑃2
𝑑𝑡
𝑃 𝑡
𝑑𝑠
∫ = ∫ 𝑑𝑢 = 𝑡 − 𝑡0
𝑃0 𝑎𝑠 − 𝑏𝑠2 𝑡0
Untuk mengintegerasikan 1
fungsi dapat dilakukan dengan cara berikut:
𝑎𝑠−𝑏𝑠2
1 1 𝐴 𝐵
= = +
𝑎𝑠 − 𝑏𝑠2 𝑠(𝑎 − 𝑏𝑠) 𝑠 𝑎 − 𝑏𝑠
Jadi Aa+ (B-bA)s = 1. Karena persamaan ini berlaku untuk semua s1, maka berlaku
1
juga untuk semua Aa = 1 dan B-bA = 0 dan didapat A = 𝑏
𝑎 𝑑𝑎𝑛 𝐵 =
𝑎
𝑃
𝑃
𝑑𝑠 1 1 𝑏 1 𝑃 𝑎− 1 𝑃 𝑎 − 𝑏𝑃2
𝑏𝑃2
∫ = ∫( + ) 𝑑𝑠 = [𝑙𝑛 + ln | |] = [𝑙𝑛 | |]
𝑎𝑠 − 𝑏𝑠2 𝑎 𝑠 𝑎 − 𝑏𝑠 𝑎 𝑃0 𝑎 − 𝑏𝑃 𝑎 𝑃0 𝑎 − 𝑏𝑃
𝑃0 𝑃0
Jadi,
1
𝑃 𝑎 − 𝑏𝑃2
| |]
𝑡 − 𝑡0 = [𝑙𝑛 𝑎 − 𝑏𝑃
𝑎 𝑃0
𝑎−𝑏𝑃0
Karena selalu bernilai positif, maka
𝑎−𝑏𝑃
Dan
𝑎(𝑡−𝑡 0)
𝑃 𝑎 − 𝑏𝑃2
𝑒 =
𝑃0 𝑎 − 𝑏𝑃
𝑎 𝑃0
𝑃(𝑡) =
𝑏𝑃0 + (𝑎 − 𝑏𝑃0)𝑒−𝑎(𝑡−𝑡0)
PENERAPAN TEORI
𝑑𝑦
𝜇[ + 𝑃𝑦] = 𝜇𝑄
𝑑𝑥
𝑑𝑦
↔ ∫ 𝑝𝑑𝑥 [ + 𝑃𝑦] ∫ 𝑝𝑑𝑥 𝑄
𝑑𝑥
𝑑(𝜇. 𝑦)
↔ = 𝜇. 𝑄
𝑑𝑥
↔ 𝑑(𝜇. 𝑦) = 𝜇. 𝑄 𝑑𝑥
Jika diintegrasikan maka
𝜇. 𝑦 = ∫ 𝜇 𝑄 𝑑𝑥 + 𝑐
1
𝑦= [∫ 𝜇 𝑄. 𝑑𝑥 + 𝑐]
𝜇
Sehingga dari contoh kasus I(t) dapat dinyatakan :
� 𝑅
𝐸 ∫ 𝑑𝑡
� 𝑑𝑡 (∫ 𝑒 𝐿 + 𝑘)
𝐼(𝑡) = 𝑒 − ∫ 0
𝐿 𝐿
𝑅 𝐸 𝐿 ∫𝑅𝑡
=𝑒− 𝑡 (∫ 0 . 𝑒 𝐿 + 𝑘)
𝐿 𝐿 𝑅
𝐸0 𝑅
−𝐿 𝑡
= 𝑅 + 𝑘𝑒
Jika t = tak hingga maka ke− 𝑡 = nol, sehingga I(t) sama dengan
𝑅
𝑑𝑙 𝐸
.𝐼 sin 𝜔𝑡
+
𝑑𝑡 𝑅 0
𝐿= 𝐿
1
𝑦= [∫ 𝜇. 𝑄 𝑑𝑥 + 𝑐]
𝜇
𝑅
𝑑𝑡 𝐸
𝜇 = 𝑒 ∫𝐿 , 𝑦(𝑥) = 𝐼(𝑡), 𝑄 sin 𝜔𝑡, 𝑚𝑎𝑘𝑎 ∶
0
= 𝐿
𝑅 𝑅
− ∫ 𝑑𝑡 𝐸 ∫𝐿
𝑑𝑡
𝐼(𝑡) = 𝑒 𝐿 (∫ 0 sin 𝜔𝑡 . 𝑒 𝑑𝑡 + 𝑘)
𝑅
𝐿
−∫ 𝑡 𝐸0 𝑅
𝑡
𝐼(𝑡) = 𝑒 ∫ sin 𝜔𝑡 . 𝑒 ∫𝐿
𝑑𝑡 + 𝑘)
𝐿 (
𝐿
𝑅
∫ sin 𝜔𝑡 𝑒 ∫ 𝐿𝑡
𝑑𝑡 diselesaikan dengan integral parsial.
𝑅
Jika 𝑢 = sin 𝜔𝑡 dan 𝑣 = 𝑒∫ 𝐿𝑡 ; 𝑣 = 𝐿 𝑒 ∫𝐿𝑅𝑡 , maka:
𝑅
𝑅
∫ sin 𝜔𝑡 𝑒∫𝐿 𝑡 𝑑𝑡 = sin 𝜔𝑡 . 𝐿 ∫𝐿𝑅𝑡 − ∫ 𝐿 𝑒 ∫𝑅𝐿𝑡
𝑒 𝜔 cos 𝜔𝑡 𝑑𝑡
𝑅 𝑅
𝜔𝐿 𝑅 𝑅 𝑅
= 𝑅 ∫ 𝑒 ∫ 𝐿𝑡 cos 𝜔𝑡 𝑑𝑡; jika u =cos 𝜔𝑡 dan 𝑑𝑣 = 𝑒𝑡 ; 𝑣 = 𝐿 𝑒∫ 𝐿 𝑡
𝑅 𝐿
𝑅
Untuk penyederhanaan misalkan 𝐴 = ∫ sin 𝜔𝑡 𝑒∫𝐿 𝑡 𝑑𝑡, maka:
𝐿 𝑅 𝜔𝐿 ( 𝐿 𝑅𝑡 𝜔𝐿
𝐴= ∫ 𝑡 sin 𝜔𝑡 − 𝑒 𝐿 . cos 𝜔𝑡 𝐴)
𝑒𝐿 𝑅 𝑅 𝑅
𝑅 +
𝐿
∫𝑅 𝜔𝐿2 𝑅 2 2
= 𝑒𝐿𝑡 sin 𝜔𝑡 − 𝑒 𝐿𝑡 cos 𝜔𝑡 + 𝜔 𝐿
𝑅 𝑅2 𝐴
𝑅2
𝜔2𝐿2 𝐿 ∫𝑅𝑡 𝜔𝐿2 𝑅𝑡
𝐴 = (1 − 2 ) 𝑒 𝐿 sin 𝜔𝑡 − 𝑒 𝐿 cos 𝜔𝑡
𝑅 𝑅 𝑅 2
𝑅2 − 𝜔2𝐿2 𝑅
𝑅2
𝑅𝐿 𝜔𝐿2
= ∫𝑅𝑡 𝑅
𝑅2 − 2
𝜔𝐿 2 𝑒 𝐿 sin 𝜔𝑡 − 𝑒 𝐿𝑡 cos 𝜔𝑡
𝑅2 − 𝜔2𝐿 2
𝑅
𝑒 𝐿𝑡
= 2 [𝑅𝐿 𝑠𝑖𝑛 𝜔𝑡 − 𝜔𝐿2𝑐𝑜𝑠𝜔𝑡]
𝑅 − 𝜔2𝐿2
Sehingga :
𝑅
( 𝐸 ∫ 𝑠𝑖𝑛 𝜔𝑡 𝑒 𝐿𝑡 𝑑𝑡 + 𝑘)
−𝐿 𝑡 𝑅
𝐼(𝑡) = 𝑒
0
𝐿
𝐸0 𝑅
= 𝐿 𝑅 𝑒𝐿 𝑡 𝑅
− 𝑡 [𝑅𝐿 sin 𝜔𝑡 − 𝜔𝐿2 cos 𝜔𝑡) + 𝑘𝑒
𝑒 𝐿
( 𝑅2 − 𝜔2𝐿2 𝑡
− 𝐿
𝐸0 𝑅
= −𝐿 𝑡
𝑅2 − 𝜔2𝐿2 [𝑅 sin 𝜔𝑡 − 𝜔𝐿 cos 𝜔𝑡] + 𝑘𝑒
a) Rangkaian LC
Perhatikan suatu rangkaian LC dengan sebuah induktor sebesar L henry
(H) dan sebuah kapasitor sebesar C farrad (F) yang dihubungkan dengan
sebuah sumber gaya elektromotif (baterai atau generator) yang
menyediakan suatu tegangan (voltase) sebesar E(t) volt
Hukum Kirchhoff dalam situasi ini menyatakan bahwa muatan Q pada
kapasitor yang diukur dalam coulomb, memenuhi persamaan diferensial
orde dua,
𝒅𝟐𝑸 𝟏
𝑳 𝟐 + 𝑸 = 𝑬(𝒕) … … … … … … … (𝟏)
𝒅𝒕 𝑪
Arus 𝐼 = 𝑑𝑄
diukur dalam ampere, memenuhi persamaan yang
𝑑𝑡
diperoleh dari diferensiasi persamaan (1) terhadap t, yakni,
𝒅𝟐𝑰 𝒅𝑬(𝒕)
𝟏
𝑳 𝟐+ 𝑰= … … … … … … … (𝟐)
𝒅𝒕 𝑪 𝒅𝒕
Contoh Kasus
b) Rangkaian RLC
𝒅𝟐𝑰 𝒅𝑰 𝒅𝑬(𝒕)
𝟏
… … … … … . (𝟕)
𝑳 𝟐+𝑹 + 𝑰 𝒅𝒕
= 𝒅𝒕 𝒅𝒕 𝑪
Contoh Kasus
𝒅𝟐𝑰 𝒅𝑰 𝟏
𝑳 +𝑹 + 𝑰=𝟎
𝒅𝒕𝟐 𝒅𝒕 𝑪
𝒅𝟐𝑰 𝒅𝑰 𝟏
+𝑹 + 𝑰=𝟎
𝒅𝒕𝟐 𝒅𝒕 𝑪
Penyelesaian umum dari persamaan homogen diatas adalah,
𝑹 𝟏
𝒓𝟐 + 𝒓+ =𝟎
𝑳 𝑪𝑳
Yang dapat ditulis dalam bentuk r1 = – α + β dan r2 = – α – β dimana,
𝑹 𝟏 𝟒𝑳
𝒂= 𝛽= 𝑹𝟐 −
𝟐𝑳 𝟐𝑳 √𝑪
c) Sistem Gerak
𝐹 = 𝑚. 𝑎
dengan:
𝐹𝑔 = 𝑚. 𝑎
𝐹𝑠 = 𝑘(𝑦 + ∆𝐿)
𝐹 = −𝑑. 𝑑𝑦
𝑑𝑡
Fe adalah gaya eksternal, arah gaya dapat keatas atau kebawah, penerapan
gaya ini langsung pada benda atau pegas.
𝐹 = 𝑚. 𝑎
𝑑2𝑦
F adalah gaya-gaya yang bekerja pada benda, 𝑎 = adalah percepatan
𝑑𝑡2
benda sehingga :
𝑑2𝑦
𝐹𝑔 + 𝐹𝑠 + 𝐹𝑑 + 𝐹𝑒 = 𝑚.
𝑑𝑡2
Atau
𝑑𝑦 𝑑2𝑦
𝑚. 𝑔 ± 𝑘(𝑦 + ∆L) − d. + 𝐹(𝑡) = 𝑚.
𝑑𝑡 𝑑𝑡2
Untuk system dalam kesetimbangan . 𝑔 = 𝑘∆L , sehingga persamaan
menjadi:
𝑑𝑦 𝑑2𝑦
−𝑘𝑦 − d. + 𝐹(𝑡) = 𝑚.
𝑑𝑡 𝑑𝑡2
𝑎𝑡𝑎𝑢
𝑑2𝑦 𝑑𝑦
𝑚. + d. + 𝑘𝑦 = 𝐹(𝑡)
𝑑𝑡2 𝑑𝑡
Model persamaan terakhir menghasilkan persamaan diferensial orde-2.
Persamaan diferensial orde-2 di atas menggambarkan sistem gerak benda
pada pegas. Jika F(t) = 0 (tanpa gaya eksternal) sistem disebut sistem
gerak bebas (unforced), jika F(t) ≠ 0 disebut sistem gerak paksa (forced).
Jika d = 0 maka sistem disebut sistem takteredam (undamped) dan jika
d > 0 maka sistem disebut sistem teredam (damped).
BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN
SARAN
Wikaria Gazali, Aplikasi Persamaan Differensial Linear Orde 2 Pada Rangkaian Arus
Searah,http://www.geocities.ws/wikaria/Apilkasi%20PD%20pd%20Rangkaian%20Ar
us%20Searah_%20_Wikaria_.pdf. Diakses pada web geocities pada tanggal
08/06/2020