Anda di halaman 1dari 7

Dede Herlambang

Smester 2
Dasar Elektronik
Transistor
1. TRANSISTOR
Transistor adalah komponen elektronika yang tersusun dari dari bahan semi konduktor yang memiliki
3 kaki yaitu: basis (B), kolektor (C) dan emitor (E). Berdasarkan susunan semikonduktor yang
membentuknya, transistor dibedakan menjadi dua tipe, yaitu transistor PNP dan transistor NPN.
Untuk membadakan transistor PNP dan NPN dapat dari arah panah pada kaki emitornya. Pada
transistor PNP anak panah mengarah ke dalam dan pada transistor NPN arah panahnya mengarah
ke luar.

Pada prinsipnya, suatu transistor terdiri atas dua buah dioda yang disatukan. Agar transistor dapat
bekerja, kepada kakikakinya harus diberikan tegangan, tegangan ini dinamakan bias voltage.
Basisemitor diberikan forward voltage, sedangkan basiskolektor diberikan reverse voltage. Sifat
transistor adalah bahwa antara kolektor dan emitor akan ada arus (transistor akan menghantar) bila
ada arus basis. Makin besar arus basis makin besar penghatarannya.

Gambar 2.1

Berbagai bentuk transistor yang terjual di pasaran, bahan selubung kemasannya juga ada berbagai
macam misalnya selubung logam, keramik dan ada yang berselubung polyester. Transistor pada
umumnya mempunyai tiga kaki, kaki pertama disebut Basis kaki berikutnya dinamakan Kolektor dan
kaki yang ketiga disebut Emitor

Gambar 2.2

Suatu arus listrik yang kecil pada basis akan menimbulkan arus yang jauh lebih besar diantara
kolektor dan emitornya, maka dari itu transistor digunakan untuk memperkuat arus (amplifier).

Terdapat dua jenis transistor ialah jenis NPN dan jenis PNP. Pada transistor jenis NPN tegangan
basis dan kolektornya positif terhadap emitor, sedangkan pada transistor PNP tegangan basis dan
kolektornya negatif terhadap tegangan emitor.

Gambar 2.3
Transistor dapat dipergunakan antara lain untuk :

 Sebagai penguat arus, tegangan dan daya (AC dan DC)


 Sebagai penyearah
 Sebagai mixer
 Sebagai osilator
 Sebagai switch

Pemberian Tegangan Muka (Voltage Bias) Pada Transistor

Gambar 2.4

Agar transistor dapat bekerja maka pemberian tegangan muka pada transistor harus seperti diatas
yaitu:

 Dioda BE di beri bias maju (forward bias)


 Dioda BC di beri bias mundur (reverse bias)
Untuk kondisi tanpa bias, piranti tidak bekerja, hasilnya adalah titik A dimana arus dan tegangan
bernilai nol.

Gambar 2.5

1. A. Bias Transistor

Untuk dapat bekerja, sebuah transistor membutuhkan tegangan bias pada basisnya. Kebutuhan
tegangan bias ini berkisar antara 0.5 sampai 0.7 Volt tergantung jenis dan
bahan semikonduktor yang digunakan.
Gambar 2.6

Untuk transistor NPN, tegangan bias pada basis harus lebih positif dari emitor. Dan untuk
transistor PNP, tegangan bias pada basis harus lebih negatif dari emitor. Semakin tinggi arus bias
pada basis, maka transistor semakin jenuh (semakin ON) dan tegangan kolektor-emitor (VCE)
semakin rendah.
Pada gambar terlihat bahwa TR1 adalah termasuk jenis NPN, jadi tegangan bias pada basis (Vbb)
harus lebih positif dari emitor (Vee). Untuk memudahkan maka Vcc ditulis dengan +Vcc dan Vee
ditulis dengan -Vee. Dan TR2 adalah termasuk jenis PNP, jadi tegangan bias pada basis (Vbb) harus
lebih negatif dari emitor (Vee). Untuk memudahkan maka Vcc ditulis dengan -Vcc dan Vee ditulis
dengan +Vee.

Analisa dari rangkaian mempunyai dua komponen, yaitu analisa dc dan analisa ac. Analisa ac
meliputi penguatan tegangan dan arus, serta impedeni input dan output. Sedang analisa dc
digunakan untuk menetapkan titik operasi dari transistor dengan jalan mengatur besarnya arus dan
tegangannya.

Dalam p embahasan ini, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu:

VBE = 0,7 V
IE = (β + 1)IB ≌ IC
IC = β IB
Ada tiga titik operasi (daerah kerja) pada transistor yang dapat dipilih dalam perancangan, yaitu :

 Daerah aktif
 Daerah Saturasi
 Daerah cutoff

1. 1. Self Bias
Self bias yaitu pemberian bias pada transistor dengan menggunakan tahanan umpan-balik (feedback)
Gambar 2.7

Konfigurasi rangkaian pembiasan ini dapat digambarkan sebagai berikut di samping ini

Metode ini dengan cara memasukkan resistor bias langsung antara basis dan kolektor, seperti yang
ditunjukkan pada gambar Dengan cara ini tegangan umpan balik dapat diberikan dari kolektor ke
basis untuk mengembangkan bias maju.
Dengan menerapkan KVL pada semua loop akan diperoleh sebagai berikut:

IC=VCC – VCE / RC

IB=VCC / RB+RC

β= IC/IB

VCE=VCC – VC ⇝IC ≈ 0

VCE=VCC – IC.RC

=VCC – 0 . RC

VCE=VCC

1. 2. Fixed Bias

Fixed bias adalah pemberian tegangan dengan menggunakan tahanan basis dan tahanan kolektor.

ditunjukkan pada gambar berikut :


Gambar 2.8

Rangkaian di atas menggunakan transistor npn. Untuk transistor pnp, persamaan dan perhitungan
adalah serupa, tapi dengan arah arus dan polaritas tegangan berlawanan.

Untuk analisis DC, rangkaian bisa di-isolasi (dipisahkan) dari input AC dengan mengganti kapasitor
dengan rangkaian terbuka (open circuit).

Untuk tujuan analisis, supply tegangan VCC bisa dipisahkan menjadi dua, masing-masing untuk input
dan output. Rangkaian pengganti DC menjadi :

gambar 2.9
Bias Maju Basis Emitter
Loop Basis Emitter

Gambar 2.10

Dengan hukum tegangan Kirchhoff :


-VCC + IBRB + VBE = 0
Perhatikan polaritas tegangan drop di RB.

Arus basis IB menjadi :

IB = VCC – VBE / RB
dan

VBE = VB – VE

Loop collector-emitter

VCE = VCC – ICRC

VCE = VC – VE

Transistor saturasi jika juction base collector tidak lagi di bisa mundur

Disain Bias dalam Transistor


Proses disain adalah proses sintesis dimana diberikan nilai tegangan atau arus, dan berdasar itu
dihitung elemen yang diperlukan untuk bisa memenuhi syarat yang diberikan.
Jadi, secara umum persamaan untuk pembiasan dengan cara fixed bias ini adalah:

IC=VCC – VCE / RC

IB=VCC – VBE / RB

ICsat=VCC / RC

VCE=VCC

β= IC/IB

gambar 2.11

Anda mungkin juga menyukai