Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

HUKUM HIBAH DAN WASIAT


WASIAT MENURUT HUKUM ISLAM DAN PERDATA

Dosen pengampu : Fakhriyah Annisa Afroo, MH


Disusun oleh :
Kelompok 7 Kelas 4B
1. OGANDO (1911110040)
2. Nexi angriyani (1911110031)

HUKUM KELUARGA ISLAM


FAKULTAS SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI BENGKULU
2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini dapat
tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih terhadap bantuan dari pihak
yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam
kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Bengkulu, 19 April 2021


Penyusun

2
Wasiat atau testamen adalah pemberian suatu benda secara sukarela dan tanpa imbalan dari
seseorang kepada orang lain yang masih hidup untuk dimiliki. Terkait dengan pertanyaan Anda, yang
dimaksud dengan akta testamen adalah surat wasiat. Wasiat terbagi menjadi dua yaitu Wasiat menurut
hukum Islam dan hukum perdata

Wasiat menurut hukum Islam


Wasiat adalah berpesan tentang suatu kebaikan yang akan dijalankan sesudah orang meninggal
dunia. Wasiat berasal dari kata washa yang berarti menyampaikan atau memberi pesan atau pengampuan.
Dengan arti kata lain, wasiat adalah harta yang diberikan oleh pemiliknya kepada orang lain setelah si
pemberi meninggal dunia.
Di dalam hukum Islam,
sumber hukum yang mengatur tentang wasiat adalah surat ke-2 (Al Baqarah) ayat 180 yang artinya:

َ‫ف َحقًّا َعلَى ْال ُمتَّقِ ْين‬


ِ ۚ ْ‫صيَّةُ لِ ْل َوالِ َد ْي ِن َوااْل َ ْق َربِ ْينَ بِ ْال َم ْعرُو‬
ِ ‫ك َخ ْيرًا ۖ ْۨال َو‬ ُ ْ‫ض َر اَ َح َد ُك ُم ْال َمو‬
َ ‫ت اِ ْن ت ََر‬ َ ‫ب َعلَ ْي ُك ْم اِ َذا َح‬
َ ِ‫ۗ ُكت‬
Artinya:
Diwajibkan atas kamu, apabila maut hendak menjemput seseorang di antara kamu, jika dia
meninggalkan harta, berwasiat untuk kedua orang tua dan karib kerabat dengan cara yang baik, (sebagai)
kewajiban bagi orang-orang yang bertakwa.
Wasiat hanya diperbolehkan sebanyak-banyaknya (maksimum) 1/3 (sepertiga) dari seluruh harta
warisan; kecuali apabila semua ahliwaris menyetujui. Wasiat ada dua macam, yaitu : Wasiat harta benda;
seperti berwasiat harta pusaka., Wasiat hak kekuasaan, yang akan dijalankan sesudah ia meninggal
yang dalam fikih sering disebut “ al-Isa” (wasiat dalam bentuk tanggungjawab).
Rukun dan syarat wasiat
-rukun wasiat itu terdiri dari empat hal yaitu:
a. Musi (orang yang berwasiat)
b. Musalah (orang yang menerima wasiat)

3
c. Musabih (barang /sesuatu yang diwasiatkan)
d. Sighat (redaksi ijab dan qobul /lafadz)

-berwasiat disyaratkan atas hal-hal sebagai berikut:


1) Telah baligh dan rasyid
2) Berakal sehat
3) Merdeka
4) Tidak dipaksa
Hikmah Wasiat.
a. Kebaikan yang dimiliki mayat bertambah, berarti pahalanya bertambah.
b. Membantu kelanjutan program mayat; sehingga tidak terbengkalai.
c. Sebagai balas jasa dari mayat terhadap seseorang karena dianggap sebagai tulang punggung si mayat
waktu masih hidup.
d. Melegakan hati orang yang diberikan wasiat, sehingga perasaan yang memungkin-kan merendahankan
hati orang itu terhapus.
e. Menertibkan dan mendamaikan masyarakat, terutama pada suatu keluarga.

Wasiat menurut hukum perdata


Surat wasiat atau testamen menurut Pasal 875 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata adalah
sebuah akta berisi pernyataan seseorang tentang apa yang dikehendakinya terjadi setelah ia meninggal,
yang dapat dicabut kembali olehnya.
Hubungan Wasiat dengan Surat WasiatHukum Keluarga & Waris
Wasiat atau testamen adalah pemberian suatu benda secara sukarela dan tanpa imbalan dari seseorang
kepada orang lain yang masih hidup untuk dimiliki. Dengan kata lain, wasiat adalah
suatu pernyataan dari seseorang tentang apa yang dikehendaki setelah ia meninggal.
Terkait dengan pertanyaan Anda, yang dimaksud dengan akta testamen adalah surat wasiat. Jika
tidak ada ketetapan yang sah dalam bentuk surat wasiat, maka semua harta peninggalan pewaris adalah
milik segenap ahli waris. Sedangkan jika ada surat wasiat yang menjadi ketetapan yang sah (surat wasiat),
maka surat wasiat tersebut harus dijalankan oleh para ahli waris.
Jadi, wasiat dan surat wasiat merupakan dua hal yang berhubungan satu sama lain. Suatu wasiat
sah apabila diwujudkan dalam bentuk surat wasiat.
 Surat wasiat atau testamen menurut Pasal 875 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata adalah sebuah akta
berisi pernyataan seseorang tentang apa yang dikehendakinya terjadi setelah ia meninggal, yang dapat
dicabut kembali olehnya.

4
WASIAT BERDASARKAN HUKUM PERDATA INDONESIA
4 MACAM-MACAM BENTUK WASIAT
Wasiat Umum (Pasal 938 KUHPerdata) Dibuat di hadapan notaris dan 2 orang saksi; Wasiat
Olographis (Pasal. 931 KUHPerdata):Ditulis tangan dan ditandatangani oleh (calon) Pewaris sendiri di
hadapan 2 orang saksi;Wasiat yang seluruhnya ditulis oleh (calon) Pewaris sendiri dan ditandatangani
olehnya (Pasal 932ayat 1 KUHPerdata);Notaris membuat akta penyimpanan/Acta van Depot (Pasal 932
ayat 3 KUHPerdata);Bisa ditarik kembali oleh (calon) Pewaris. Wasiat Rahasia (Pasal 940 KUHPerdata);
Dihadiri 4 orang saksi biasanya 4 (empat) orang saksi tersebut terdiri dari 2 (dua) orang saksi dari pihak
keluarga si pembuat wasiat/(calon) Pewaris dan 2 (dua) orang saksi dari kantor notaris;Tidak harus ditulis
tangan (calon) Pewaris sendiri ;Harus ditandatangani (calon) Pewaris sendiri;Membuat pernyataan bahwa
kertas/sampul itu berisi wasiatnya;Notaris membuat akta penjelasan/Acta van Superscriptie (Pasal 940
ayat 2 KUHPerdata); Tidak bisa ditarik kembali. Artinya apabila suatu ketika wasiat rahasia akan
dibatalkan, maka harus dibuat wasiat umum;Notaris boleh membantu mengketikkan, tetapi surat wasiat
itu disamping harus ditandatangani oleh si (calon) Pewaris dan harus pula ditandatangani 4 (empat) orang
saksi sebagaimana dipersyaratkan oleh Pasal 940 KUHPerdata. Hal ini agar tidak dibatalkan oleh
Pengadilan akibat cacat hukum. Wasiat Darurat (Pasal 946, 947, 948 KUHPerdata) Wasiat yang dibuat
oleh tentara (dalam keadaan perang), orang yang dalam pelayaran, orang yang dalam karantina karena
penyakit menular, dst. Wasiat ini dibuat di hadapan atasannya, karena si (calon) Pewaris dalam keadaan
sakratul maut atau akan meninggal dunia. Namun wasiat ini sekarang sudah tidak pernah dipakai lagi.

PEMBUATAN
Wasiat didasarkan pada letak dimana harta tersebut berada. Pembuatan wasiat didasarkan pada
letak dimana harta tersebut berada. Artinya, dalam hal yang memiliki aset di luar negeri, maka yang
berwenang untuk membuat wasiat atas aset tersebut adalah Notaris/Pejabat yang ditunjuk di tempat
dimana aset tersebut berada dengan mekanisme sesuai aturan yang berlaku di Negara tersebut. Jadi,
walaupun pembuat wasiat adalah WNI, yang berwenang untuk membuatkan wasiatnya BUKAN Notaris
Indonesia  (Pasal 945 BW). WNI yg memiliki aset di Luar Negeri, harus membuat wasiat di
Notaris/pejabat yg berwenang di Negara tempat aset tsb berada sesuai dengan hukum yg berlaku di sana.

PELAKSANA WASIAT
Pengangkatan Pelaksana Wasiat  (Pasal 1005 Ayat 1 KUHPER). Dilakukan dengan mengangkat
dan menetapkannya dalam akta wasiat, wasiat dibawah tangan (codicil) atau akta notaris khusus, dimana
di dalam akta/surat tersebut dapat diangkat seorang atau lebih (jika lebih dari seorang maka mereka

5
bertanggung jawab secara tanggung renteng Pasal 1005 ayat 2 jo Pasal 1016 KUHPER). Yang Tidak
Boleh Diangkat Sebagai Pelaksana Wasiat (Pasal 1006 KUHPER) Seorang wanita yang telah kawin, anak
dibawah umur, orang yang ditaruh dibawah pengampuan, orang yang tidak cakap. Oleh karena itu orang
yang cakap selain yang disebut di atas dapat menjadi pelaksana wasiat. Catatan: Wanita dalam status
perkawinan saat ini berdasarkan UU 1/1974 dinyatakan cakap untuk bertindak hukum, oleh karena dapat
diangkat sebagai pelaksana wasiat.
Tugas Pokok Dan Kewenangan Pelaksana Wasiat Menguasai (bezitten) harta peninggalan
pewaris baik bergerak maupun yang tidak bergerak (Pasal 1007 KUHPER); Membuat daftar
budel/inventarisasi harta peninggalan (boedelbeschrijving) (Pasal 1010 KUHPER); Dalam hal terdapat
ahli waris yang dibawah umur atau ditaruh dibawah pengampuan (yang tidak mempunyai wali atau
pengampu) atau jika ada ahli waris yang tidak hadir, maka pelaksana wasiat wajib mengusahakan
penyegelan atas harta peninggalan (Pasal 1009 KUHPER); Batasan Kewenangan Dan Kewajiban
Pelaksana Wasiat Tidak berwenang untuk menjual harta peninggalan untuk keperluan pembagian harta
peninggalan (Pasal 1014 KUHPER); Kekuasaannya tidak beralih kepada ahli warisnya (Pasal 1015
KUHPER); Kekuasaannya untuk menguasai harta peninggalan maksimal dalam jangka waktu 1 tahun
terhitung sejak pelaksana dapat menguasai harta peninggalan tersebut (Pasal 1007 KUHPER); Wajib
membuat perincian harta peninggalan (boedelbeschrijving) dan membuat perhitungan dan
pertanggungjawaban (walaupun terhadap hal-hal itu pelaksana wasiat dibebaskan oleh pewaris dalam
wasiatnya) (Pasal 1018 KUHPER);Apabila pelaksana wasiat menerima tugasnya, maka ia harus
menyelesaikannya (Pasal 1021 KUHPER); Atas permintaan para ahli waris membantu melakukan
pemisahan dan pembagian harta peninggalan (Pasal 1014 KUHPER).

 Hak Pelaksana Wasiat


Menerima upah sesuai dengan upah wali (Pasal 411 KUHPER), yaitu :
1. 3% dari segala pendapatan;

2. 2% dari segala pengeluaran; dan

3. 1½ % dari modal yang diterima.


Berakhirnya, Perhitungan Dan Pertanggungjawaban Pelaksana Wasiat Tugasnya telah
dilaksanakan (Catatan : Perhitungan dan pertanggungjawaban biasanya dalam praktek kenotariatan
dilaksanakan sebelum tahap pemisahan dan pembagian); Meninggal dunia (catatan : Menurut Arrest Hof
Arnheim tahun 1925, perhitungan dan pertanggung jawaban itu harus diberikan oleh ahli warisnya);

6
Mengundurkan diri; Dipecat oleh para ahli waris; Pelaksana wasiat menjadi tidak cakap (onbekwaam in
rechte.

Anda mungkin juga menyukai