Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

HUKUM PERKAWINAN DI INDONESIA

TAKLIK TALAK YANG TERDIRI DARI PERJANJIAN

Dosen Pengampu : Rohmadi, MA

Disusun Oleh Kelompok V:

1. Erpa Susanti (1911110056)


2. Nofyar Tri Almasindo (1911110026)
3. Alnodan Mosa (1911110048)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BENGKULU

FAKULTAS SYARI’AH

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM

TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena berkat
karunia dan rahmatNya, kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan judul ” Taklik
Talak Yang Terdiri Dari Perjanjian” sebagai bentuk memenuhi tugas mata kuliah Hukum
Perkawinan tepat pada waktunya.
Dalam menyelesaikan tugas ini tentunya kami pasti mendapatkan berbagai kesulitan
dan hambatan , oleh sebab itu tentu saja makalah ini dapat terselesaikan bukan semata-mata
karena pemikiran dari kami sendiri melainkan karena adanya bantuan dari pihak-pihak lain,
dengan adanya bantuan itu maka segala kendala atau hambatan itu dapat terselesaikan. Oleh
karena itu dalam kesempatan ini dan dengan ketulusan hati, kam ingin mengucapkan terima
kasih yang sedalam-dalamnya, terutama kepada bapak Rohmadi,MA, selaku guru
pembimbing kami, dan juga kepada semua pihak yang telah memberikan arahan dan batuan
untuk menyelesaikan tugas ini.
Kami menyadari bahwa karya kami ini sangat jauh dari kata sempura, dan terdapat
banyak sekali kesalahan baik bahasa, penulisan, ataupun pencetakan oleh karena itu kami
sangat mengharapkan kritik dan sarannya.
Semoga karya kami ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan dapat menjadi sumber
pengetahuan.
Wassalamu`alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Bengkulu, April 2021

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di dalam kehidupan suatu keluarga atau rumah tangga di samping masalah hak
dan kewajiban sebagai suami isteri, maka masalah harta benda dan lain sebagainya adalah
merupakan pokok pangkal yang menjadi sebab timbulnya berbagai perselisihan atau
ketegangan dalam ruang lingkup suatu perkawinan, sehingga mungkin akan
menghilangkan kerukunan antara suami dengan isteri dalam kehidupan suatu keluarga.

Sehubungan dengan itu, maka timbullah asumsi masyarakat, yaitu kebutuhan akan
suatu peraturan yang mengatur mengenai harta benda dalam suatu perkawinan. Untuk
menjaga kerukunan hidup suami istri dan mangimbangi hak talak atas inisiatif suami
maka diperlulan taklik talak.. Oleh karena itu dalam makalah ini akan dibahas lebih lanjut
mengenai taklik talak yang terdiri dari perjanjian pemisahan harta bawaan dan
pelanggaran perjanjian perkawinan.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Taklik Talak Yang Terdiri Dari Perjanjian ?

C. Tujuan

Makalah ini dibuat untuk menambah wawasan keilmuan tentang Taklik Talak
Yang Terdiri Dari Perjanjian , karena mau tidak mau kita semua akan dihadapkan
oleh persoalan rumah tangga, entah yang bermasalah itu kita ataupun saudara dan
teman sehingga kita dapat membantu mereka dalam mencari solusi agar lebih
maslahat dan tetap dalam syariat yang diridhai Allah Swt.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Taklik Talak

Taklik talak berasal dari dua kata yaitu taklik dan talak, dari segi bahasa taklik
berasal dari kata ( ‫ ) علق‬yang mempunyai arti “menggantungkan”. Sedangkan kata talak
berasal dari kata bahasa arab yaitu ( ‫ ) طلق‬yang artinya melepaskan atau meninggalkan.
sedangkan menurut istilah taklik talaq itu adalah bentuk perjanjian dalam perkawinan
yang di dalamnya disebutkan beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh suami.

Menurut Sayuti Thalib taklik talak yang terdiri dari perjanjian adalah suatu talak
yang digantungkan jatuhnya pada suatu hal yang telah diperjanjikan itu dan jika hal atau
syarat yang telah diperjanjikan itu dilanggar oleh suami, maka terbukalah kesempatan
mengambil inisiatif untuk talaq oleh istri, kalau ia menghendaki demikian itu.

Dalam kompilasi Hukum Islam pasal 1 poin E menyebutkan bahwa taklik-talak


ialah perjanjian yang diucapkan calon mempelai pria setelah akad nikah yang
dicantumkan dalam akta nikah berupa janji talak yang digantungkan kepada suatu
keadaan tertentu yang mungkin terjadi di masa yang akan datang.

B. Dasar Hukum Taklik Talak

1. Berdasarkan Al-Quran

ۗ ‫ص ْل ُح َخ ْي ٌر‬
ُّ ‫ص ْل ًحا ۚ َوال‬
ُ ‫صل َِحا َب ْي َن ُه َما‬ْ ‫ضا فَاَل ُج َنا َح َعلَ ْي ِه َما أَنْ ُي‬ ً ‫وزا أَ ْو إِ ْع َرا‬ ً ‫ش‬ُ ‫َوإِ ِن ا ْم َرأَةٌ َخا َفتْ مِنْ َب ْعلِ َها ُن‬
ً ‫ش َّح ۚ َوإِنْ ُت ْحسِ ُنوا َو َت َّتقُوا َفإِنَّ هَّللا َ َكانَ ِب َما َت ْع َملُونَ َخ ِب‬
‫يرا‬ ُ ُ‫ت اأْل َ ْنف‬
ُّ ‫س ال‬ ِ ‫َوأ ُ ْحضِ َر‬

“Dan jika seorang wanita khawatir akan nusyuz atau sikap tidak acuh dari
suaminya, maka tidak mengapa bagi keduanya mengadakan perdamaian yang
sebenar-benarnya, dan perdamaian itu lebih baik (bagi mereka) walaupun manusia
itu menurut tabiatnya kikir. Dan jika kamu bergaul dengan isterimu secara baik dan
memelihara dirimu (dari nusyuz dan sikap tak acuh), maka sesungguhnya Allah
adalah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Ayat ini menjadi dasar untuk merumuskan tata cara dan syarat bagi taklik
talak sebagai perjanjian perkawinan. Taklik talak mempunyai arti suatu talak yang
digantungkan jatuhnya pada terjadinya suatu hal yang memang mungkin terjadi yang
telah disebutkan terlebih dahulu dalam suatu perjanjian yang telah diperjanjikan
terlebih dahulu.

Begitu juga diriwayatkatkan dari Imam Bukhari dalam hal perjanjian. Kata
Nabi Muhammad SAW:

‫كل شرط ليس في كتاب هللا فهوا باطل وان كان مئة شروط‬

Artinya: “Segala syarat yang tidak terdapat didalam kitabullah adalah batal,
sekalipun seratus kali syarat”(Muttafaq „alaih)

Dari hadist di atas dapat diambil kesimpulan bahwa setiap perjanjian yang
dilakukan oleh suami istri selama tidak bertentangan dengan hukum Islam maka harus
ditepati.

2. Berdasarkan Kompilasi Hukum Islam (KHI)

Pasal 45, yang terdiri dari:

Kedua calon mempelai dapat mengadakan perjanjian perkawinan dalam


bentuk:

a) Taklik talak

b) Perjanjian lain yang tidak bertentangan dengan hukum islam

Pasal 46, yang berisi:

a) Isi taklik talak tidak boleh bertentangan dengan hukum islam

b) Apabila keadaan yang disyaratkan dalam taklik talak betul-betul terjadi


kemudian, tidak dengan sendirinya talak jatuh, istri harus mengajukannya ke
Pengadilan Agama.

c) Perjanjian taklik talak bukan perjanjian yang wajib diadakan pada setiap
perkawinan, akan tetapi sekali taklik talak sudah diperjanjikan tidak dapat dicabut.
C. Talak Ditinjau Dari Segi Pengucapannya

1. Talaq Munjiz ialah talaq yang telah jatuh disaat suami selesai mengucapkan
sighat talaq, seperti perkataan suami kepada isterinya “aku jatuhkan talaqku satu kali
kepadamu“. Talaq tersebut jatuh di saat suami selesai mengucapkan sighat talaq.

2. Talaq Mudhaf ialah talak yang di kaitkan dengan waktu tertentu. Misalnya
seorang suami mengatakan kepada istrinya ; ‘tanggal 1 bulan depan kamu saya talak’.
Mayoritas ulama berpendapat bahwa talak yang di ucapkan dalam kondisi semacam
ini terlaksana jika waktu jatuh temponya sudah dating. Sehingga sang istri tertalak
sejak datangnya waktu yang disebutkan oleh suami sebagi kalimat talak.

3. Talaq Mu’allaq ialah talaq yang jatuh apabila telah ada syarat yang
disebutkan suami dalam sighat akad yang telah diucapkannya dahulu atau syarat yang
ditetapkan kemudian setelah akad nikah. Syarat tersebut terbagi menjadi dua yaitu :

a. Yang berhubungan dengan tindakan atau peristiwa. Seperti suami


berkata kepada isterinya “apabila engkau masih menemui laki-laki A, maka
disaat engkau bertemu itu jatuhlah talaqku satu kali di atasmu”. Sighat talaq
yang seperti ini adalah sah, dan talaq suami jatuh kepada isterinya apabila
syarat yang dimaksud telah ada, yaitu si isteri telah menemui laki-laki

b. Yang berhubungan dengan datangnya masa yang akan datang.


Seperti suami berkata kepada isterinya: “Talaqku jatuh atasmu pada bulan
Muharram yang akan datang.

Dari pada itu ada beberapa syarat yang harus ada untuk menentukan jatuhnya
talaq muallaq:

1. Maksud suami mengucapkan perkataan tersebut ialah dengan niat


untuk menyatakan kehendaknya menjatuhkan talaq kepada isterinya. Apabila
maksud suami mengucapkan perkataan tersebut bukan untuk menjatuhkan
talaq kepada isterinya, tetapi hanya sebagai sumpah atau untuk menguatkan
ucapannya saja, maka sighat itu tidak sah dan talaq tidak jatuh. Dan sumpah
itu dapat dilanggar dengan membayar kafarat sumpah.

2. Peristiwa tindakan atau masa yang disyaratkan itu mungkin terjadi


atau mungkin ada atau mungkin akan datang. Apabila peristiwa tindakan atau
masa itu tidak mungkin terjadiatau tidak mungkin ada tahu mustahil akan
datang, maka sighat tersebut adalah talaq yang batal, seperti suami
mengatakan kepada isterinya: ”Apabila kuda telah bertanduk maka jatuhlah
talaqku satu kali kepadamu”

D. Syarat-Syarat Taklik Talak

Jumhur ulama fiqh mengemukakan tiga syarat bagi berlakunya taklik talak:

a. Syarat tersebut adalah sesuatu yang belum ada, belum terjadi dan mungkin
terjadi. Misalnya: ucapan suami pada istrinya “ jika kamu keluar negeri tanpa seizin
saya, maka talakmu jatuh”, artinya keluar negeri sesuatu yang belum terjadi tetapi
mungkin terjadi. Maka taklik al-Muallaq jatuh sendirinya.

b. Ketika lafal taklik talak diucapkan suami, wanita tersebut masih berstatus
istri.

c. Ketika syarat yang dikemukakan dalam lafal taklik talak terpenuhi, wanita
tersebut masih berstatus istri.

Syarat yang kedua dan ketiga, seorang istri yang ditaklikkan talaknya harus
dalam keadaan dapat dijatuhi talak.

Adapun keadaan itu adalah:

a) Berada dalam ikatan suami-istri secara sah

b) Bila dalam keadaan talak raj‟I atau iddah talak ba‟in sughra, sebab dalam
keadan-keadaan seperti ini secara hukum ikatan suami istri masih berlaku sampai
habisnya mas iddah.
c) Jika perempuan berada dalam pisah badan karena dianggap sebagai talak,
seperti pisah badan karena suami tidak mau Islam, jika istrinya masuk Islam, atau
karena ila‟. Keadaan seperti ini diaap talak oleh golongan Hanafi.

Sedangkan syarat dalam rumusan taklik talak, sebagaimana diatur dalam


Peraturan Menteri Agama RI Nomor 2 tahun 1990 berbunyi sebagai berikut:
Sewaktu-waktu saya:

(1) Meninggalkan istri saya dua tahun berturut-turut;

(2) Atau saya tidak memberi nafkah wajib kepadanya tiga bulan lamanya;

(3) BAtau saya menyakiti badan/jasmani istri saya itu;

(4) Atau saya membiarkan (tidak memedulikan) istri saya enam bulan
lamanya; Kemudian istri saya tidak ridlo dan mengadukan halnya kepada Pengadilan
Agama atau petugas yang memberinya hak untuk mengurus pengaduan itu dan
pengaduannya dibenarkan serta diterima oleh Pengadilan atau petugas tersebut, dan
istri saya membayar uang sebesar Rp.10.000,- (sepuluh ribu rupiah) sebagai iwadl
(pengganti) kepada saya, maka jatuhlah talak satu saya kepadanya.

Dikutip dari Akta Nikah yang diterbitkan oleh Kementrian Agama RI.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Bahwa yang di maksud taklik talak adalah suatu talak yang digantungkan pada
suatu yang mungkin terjadi yang telah disebutkan dalam suatu perjanjian, setelah akad
nikah.

Dan yang menjadi dasar hukum adanya taklik talak adalah Al-quran Surah An-
Nisa ayat 128 :

ۗ ‫ص ْل ُح َخ ْي ٌر‬
ُّ ‫ص ْل ًحا ۚ َوال‬
ُ ‫صل َِحا َب ْي َن ُه َما‬ْ ‫ضا فَاَل ُج َنا َح َعلَ ْي ِه َما أَنْ ُي‬ ً ‫وزا أَ ْو إِ ْع َرا‬ ً ‫ش‬ُ ‫َوإِ ِن ا ْم َرأَةٌ َخا َفتْ مِنْ َب ْعلِ َها ُن‬
ً ‫ش َّح ۚ َوإِنْ ُت ْحسِ ُنوا َو َت َّتقُوا َفإِنَّ هَّللا َ َكانَ ِب َما َت ْع َملُونَ َخ ِب‬
‫يرا‬ ُ ‫ت اأْل َ ْن ُف‬
ُّ ‫س ال‬ ِ ‫َوأ ُ ْحضِ َر‬

“Dan jika seorang wanita khawatir akan nusyuz atau sikap tidak acuh dari
suaminya, maka tidak mengapa bagi keduanya mengadakan perdamaian yang
sebenar-benarnya, dan perdamaian itu lebih baik (bagi mereka) walaupun manusia
itu menurut tabiatnya kikir. Dan jika kamu bergaul dengan isterimu secara baik dan
memelihara dirimu (dari nusyuz dan sikap tak acuh), maka sesungguhnya Allah
adalah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

B. Saran
Kami selaku pembuat makalah seringkali terdapat banyak kesalahan baik dari
segi bahasa, penulisan, penyusunan, pencetakkan, serta penyajian. Oleh karena itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak agar kami dapat
memperbaiki kesalahan dalam pembuatan makalah ini. Terima Kasih
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
DAFTAR PUSTAKA

Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, Yayasan Penyelenggara Penterjemah


/ Pentafsiran al-Qur‟an

Syarifudin, Amir. 2014. Hukum Perkawinan Islam di Indonesia. Kencana.


Jakarta.

Sayuti Thalib, Hukum Kekeluargaan Indonesia, Jakarta: Yayasan Penerbit VI,


1974

Imam Abi Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim, Shahih Bukhari,
Beirut: Darul Kutub al-ilmiyah

Anda mungkin juga menyukai