Anda di halaman 1dari 12

TUGAS HUKUM WARIS

SISTEM PEWARISAN TESTAMENTER

Nama : Fintania Vellinda


NPM : 2013200120
Kelas : B

UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN


BANDUNG
PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG MASALAH

Sistem pewarisan pada masa kini tidak hanya terbatas pada sistem pewarisan ab
intestato, tapi juga ada sistem pewarisan dengan cara sistem pewarisan menurut
wasiat atau testamen dalam sistem pewarisan menurut Kitab Undang – Undang
Hukum Perdata. Tapi dengan sistem pewarisan dengan wasiat ini juga banyak
menimbulkan permasalahan dalam pembagian harta warisan. Permasalahan
tersebut dapat kita lihat dari contoh kasus dibawah ini.

Bapak Andullah seorang pengusaha yang baru saja meninggal dunia dan
meninggalkan harta kekayaan sebesar 30M. Dari perkawinannya dengan Ibu Siti
yagn sudah meninggal terlebih dahulu, Pak Abdullah mempunyai tiga orang anak
Amir,Bian, dan Cici. Sewaktu surat wasiat itu dibacakan ternyata Amir mendapatkan
harta warisan yang paling banyak yaitu berupa saham perusahaan, mobil mewah,
yacht, kondominium dan saham perusahaan milik Bapak Abdulah sebesar 29M.
Sedangkan Bian dan Cici masing – masing hanya diberikan satu buah rumah
mewah yang masing – masing senilai 5M. Mendengar surat wasiat tersebut, Bian
menolak pembagian harta warisan tersebut, sedangkan Cici hanya pasrah dan
langsung setuju saja dengan isi surat wasiat tersebut.

B. RUMUSAN MASALAH

Yang menjadi rumusan masalah dari kasus pewarisan tersebut adalah

1. Apa itu sistem pewarisan dengan surat wasiat ?


2. Apa itu bagian mutlak ( legitieme portie) ?
3. Berapa bagian mutlak yang harus didapat dari tiap ahli waris?
4. Apakah Bian itu bisa menuntut keadilan untuk pembagian harta warisan
tersebut?
PEMBAHASAN

SISTEM PEWARISAN MENURUT SURAT WASIAT

Pengertian wasiat terdapat dalam pasal 875 KUHperdata yang berbunyi : surat
wasiat atau testamen adalah sebuah akta yang berisi pernyataan seseorang tentang
apa yang dikehendakinya, terjadi setelah ia meninggal yang dapat dicabut kembali
olehnya. Dari pengertian surat wasiat tersebut dapat dikemukan bahwa ciri – ciri dari
surat wasiat yaitu :

a. Surat wasiat berlaku setelah pembuat testamen meninggal dunia


b. Dapat dicabut kembali
c. Bersfat pribadi
d. Dilakukan dengan cuma – cuma
e. Merupakan perbuatan hukum sepihak
f. Dibuat dengan akta ( baik dengan akta dibawah tangan atau akta otentik )

Dalam pasal 874 KUHPerdata menyatakan bahwa warisan jatuh ke tangan ahli
waris menurut undang – undang, sepanjang hal itu tidak ditentukan lain secara sah.
Maka, suatu warisan itu sebagian dapat diperoleh berdasarkan undang – undang
dan untuk sebagian lagi berdasarkan testamen. Oleh karena itu, dapat dikatakan
bahwa pengaturan mengenai pewarisan untuk bagian terbesar bersifat hukum
pelengkap dan hanya sebagian kecil yang bersifat hukum memaksa.

Dari sistem pewarisan dengan wasiat ini terdapat syarat – syarat dalam membuat
surat wasiat yaitu :

1. Orang yang hendak membuat surat wasiat harus dalam keadaan sehat
pikirannya ( pasal 895 KUHPerdata)
2. Berusia sekurang – kurangnya 18 tahun ( pasal 897 KUHPerdata)
3. Yang menerima surat wasiat harus sudah ada dan masih ada ketika pewaris
meninggal dunia ( pasal 899 KUHPerdata)

Terdapat juga bentuk dari surat wasiat menurut pasal 931 KUHPerdata yaitu :

1. Surat wasiat olografis ( tertulis sendiri )


2. Surat wasiat rahasia ( geheim testament )
3. Surat wasiat terbuka/umum (openbaar testament )
 Surat wasiat olografis
Surat wasiat ini harus dibuat atau ditulis tangan sendiri seluruhnya oleh
dipewaris dan ditandatangani oleh si pewaris ( pasal 932 KUHPerdata). Jika
terdapat tulisan dari orang lain maka surat wasiat / testamen ini menjadi batal.
Testamen ini merupakan testamen dibawah tangan. Testamen ini juga dapat
dititipkan atau disimpan dikantor notaris dan notaris tersebut dapat membuat
akta penyimpanan dimana dihadiri oleh dua orang saksi yang disebut dengan
akta van depot. Walaupun testamen ini dapat disimpan oleh notaris, maka
tidak bearti testamen ini merupakan akta otentik.

 Surat wasiat rahasia


Testamen ini dapat ditulis sendiri dan juga bisa ditulis oleh orang lain, dan
testamen ini dapat diserahkan secara terbuka atau tertutup kepada notaris.
Notaris dapat membuat akta penyerahan dengan dihadiri oleh 4 orang saksi
maka disebut dengan akta superskripsi ( pasal 940 KUHPerdata). Testamen
ini tidak dapat dimintakan kembali dari kantor notaris walaupun sudah dicabut
atau dibatalkan. Serta testamen ini merupaka testamen dibawah tangan.

 Surat wasiat terbuka / umum


Bentuk surat wasiat ini yang paling umum digunakan. Pewaris datang ke
kantor notaris mengutarakan kehendak terakhirnya,lalu notaris membuat
aktanya dengan dihadiri oleh dua orang saksi ( pasal 938 jo 939
KUHPerdata). Oleh karena itu, akta ini merupakan akta otentik.

Dalam bentuk – bentuk wasiat harus dihadiri oleh para saksi untuk membuat surat
wasiat dihadapan notaris, dan yang dimaksud saksi terdapat dalam pasal 944
KUHPerdata yaitu saksi – saksi yang hadir pada waktu pembuatan surat wasiat,
harus sudah dewasa dan penduduk Indonesia, dan mereka harus mengerti bahasa
yang dipergunakan dalam menyusun wasiat itu / dalam menulis akta penjelasan
atau akta penitipan. Dari ketiga bentuk surat wasiat yang terdapat dalam pasal 933
KUHPerdata undang – undang masih mengenal satu macam surat wasiat yaitu surat
wasiat yang dibuat dalam keadaan darurat ( pasal 946, padal 947 dan 948
KUHPerdata).

Menurut pasal 950 KUHPerdata, surat wasiat yang dibuat dalam keadaan luar
biasa / keadaan darurat menurut pasal 946, 947 , dan 948 KUHPerdata hanya
mempunyai kekuatan yang berlaku selama enam bulan setelah sebab yang
menyebabkan keadaan luar biasa / keadaan darurat tersebut terhenti.Jika sudah
melewati batas 6 bulan , maka wasiat tersebut menjadi tidak mempunyai kekuatan
hukum lagi.
Menurut pasal 951 KUHPerdata, surat wasiat yang dibuat dalam keadaan darurat
tersebut dapat dibuat dengan akta dibawha tangan, sepanjang surat itu seluruhnya
ditulis, diberi tanggal dan ditandatangani oleh pewaris. Surat wasiat semacam ini
mempunyai kekuatan hukum yang berlakunya hanya 3 bulan seteleh sebeb yang
menyebabkan keadaan luar biasa itu berakhir ( pasal 952 KUHPerdata ), kecuali
surat wasiat tersebut diserahkan kepada notaris.

Surat wasiat yang dibuat dengan keadaan darurat, undang – undang mengenal
pembuatan ketetapan lain dibawah tangan yang tidak perlu dengan formalitas (pasal
935 KUHPerdata) dan akta ini disebut dengan akta kodisil. Dengan akta kodisil ini
hanya terdappat 3 ketetapan yaitu :

1. Mengangkat pelaksana wasiat


2. Mengatur penguburan
3. Menghibahkan pakaian, perhiasan dan perabitan rumah tangga

PENAFSIRAN SURAT WASIAT

Surat wasiat dapat ditafsirkan secara umum dan secara khusus. Secara umum
diatur dalam pasal 885 dan 886 KUHPerdata. Pasal 885 KUHPerdata menentukan
bila kata – kata sebuah surat wasiat telah jelas, maka tidak boleh ditafsirkan dengan
menyimpang dari kata – kata itu. Dalam pasal 886 KUHPerdata menentukan bila
kata – kata dalam surat itu dapat ditafsirkan secara berbeda – beda menurut
berbagai pendapat, maka yang harus diselidiki adalah maksud dari si pewaris.
Sedangkan penafsiran secara khusus diatur dalam pasal 878 KUHPerdata, dalam
pasal ini menentukan ketetapan dengan surat wasiat untuk kepentingan orang –
orang miskin tanpa penjelasan lebih lanjut, dianggap telah dibuat untuk kepentingan
semua orang yang menyandang sengsara tanpa membedakan agama yang dianut,
dalam lembaga fakir miskin di tempat warisan itu terbuka.

ISI SURAT WASIAT (MAKING)

Isi surat wasiat adalah kehendak terakhir dari si pewaris atau disebut juga dengan
istilah making. Menurut pasal 876 KUHPerdata isi surta wasiat dapat dibedakan
menjadi dua yaitu:

 Alas hak umum disebut juga “erfstelling”, dimana si pewaris memberikan


“bagian tertentu” misalnya ¼ bagian, 1/3 bagian, atau ½ bagian. “Erfstelling”
ini diatur dalam pasal 954 KUHPerdata yang menentukan bahwa wasiat
pengangkatan ahli waris ialah suatu wasiat dimana pewaris memberikan
kepada satu orang atua lebih harta benda yang ditinggalkannya pada waktu
ia meninggal dunia (baik seluruh atau sebagian). Yang menerima “erfstelling”
adalah ahli waris testamenter , dimana kedudukannya sama dengan ahli
waris ab intestato (pasal 955 KUHPerdata). Perbadaannya bahwa ahli waris
ini tidak menggantikan tempat ( pasal 899 KUHPerdata) dan disamping itu
ahli waris testamenter tidak menikmati atau mengenal inbreng.
 Als hak khusus disebut juga “legaat”, dimana si pewaris memberikan “barang
tertentu” misalnya mobil, tanah dan termasuk barang” generik (barang
bergerak,dll). Hibat wasiat ini diatur dalam pasal 957 KUHPerdata menetukan
bahwa hibah wasiat ialah suatu penetappan khusus di mana pewaris
memberikan kepada satu atau beberapa orang barang – barang tertentu /
semua barang- barang. Yang menerima legaat adalah legataris dimana
kedudukannya adalah sebagai kreditur terhadap ahli waris ( pasal 959
KUHPerdata)

Surat wasiat yang berisi kehendak terakhit terdapat larangan – larangan baik
yang bersifat umu (fidei komis) dan yang bersifat khusus.di samping itu juga ada
pembatasan yang dibatasi dengan bagian mutlak menurut UU yang disebut dengan
legitieme portie (LP).

LEGITIEME PORTIE (LP)

Legitieme portie ini diatur dalam pasal 913 KUHPerdata yang menentukan bahwa
bagian dari harta warisan harus diberikan kepada para ahli waris dalam garis lurus
(baik ke atas maupun ke bawah) menurut UU dan terhadap bagian ini si pewaris
tidak boleh menetapkan sesuatu baik sebagai hibah maupun wasiat.

Besarnya bagian mutlak diatur dalam pasal 914 KUHPerdata :

1. Bagian mutlak untuk anak sah adalah ½ bagian dari bagian yang seharusnya
diterimanya sebagai ahli waris menurut uu.
2. Bagian mutlak untuk dua orang anak sah adalah 2/3 bagian dari bagian yang
seharusnya diterimanya sebgai hali waris menurut uu.
3. Bagian mutlak tiga orang anak sah atau lebih adalah ¾ bagian dari bagian
yang seharusnya diterimanya bersama – sama sebagai ahli waris menurut
uu.

Untuk ahli waris dalam garis lurus ke atas (orang tua , kakek , nenek ) bagian
mutlaknya adalah ½ bagian dari bagian yang seharusnya diterimanya sebgai ahli
waris menurut UU – pasal 915 KUHPerdata.

Untuk bagian mutlak seorang anak luar kawin yang diakui adalah ½ bagian dari
bagian yang seharusnya diterimanya sebgai ahli waris menurut uu – pasal 916
KUHPerdata.
INKORTING

Inkorting dilakukan apabila wasiat atau hibah (schenking) dari si pewaris


melanggar bagian mutlak para ahli waris legitimaris. KUHPerdata mengatur 5 cara
pengurangan inkorting yaitu :

 Inkorting menurut pasal 920 KUHPerdata


Pemberian atau hibah baik antara yang masih hidupmaupun dengan surat
wasiat, yang merugikan legitieme portie, boleh dikurangi pada waktu
terbukanya warisan itu tetapi hanya atas tuntutan para legitimaris para ahli
waris mereka atau pengganti mereka.
 Inkorting menurut pasal 916a KUHPerdata
Dalam hal untuk menghitung legitieme portie harus memperhatikan para ahli
waris yang menjadi ahli waris karena kematian tetapi bukan legitimaris, maka
bila kepada orang – orang lain dari ahli waris termaksud itu dihibahkan baik
dengan akta semasa hidup maupun dengan surat wasiat.
 Inkorting menurut pasal 921 KUHPerdata
Untuk menentukan besarnya legitieme portie, pertam – tama hendaknya
dijumlahkan semua harta yang ada pada waktu si pemberi atau pewris
meninggla dunia kemudia ditambahkan jumlah barang – barang yang telah
dihibahkan semasa ia hidup.
 Inkorting menurut pasal 924 KUHPerdata
Untuk menentukan bahwa cara pemotongna terhadap hibah – hibah
dilakukan menurut urutan – uratan yaitu : permotongan pertama – tama
terhadap hibah yang paling akhir, bila tidak cukup, diambilkan (dipotong) dari
hibah yang kedua terakhirnya, dan seterusnya mundur kepada yang lebih tua.
 Inkorting menurut pasal 926 KUHPerdata
Penguranga terhadpa apa yang diwasiatkan harus dilakukan tanpa
membedakan antara pengangkatan ahli waris dan pemberian hibat (wasiat),
kecuali bila pewaris telah membedakan dengan tegas bahwa harus
diutamakan pelaksanaan pengangkatan ahli waris atau pemberian hibah
(wasiat) yang itu: dalam hal itu wasiat yang demikian tidak boleh dikurangi,
kecuali bila wasiat – wisiat lainnya tidak cukup untuk memenuhi legitieme
portie.

PELAKSANA WASIAT DAN PENGURUS HARTA PENINGGALAN

Pelaksanaan wasiat

Diatur dalam pasal 1005 samapi pasal 1018 KUHPerdata. Dalam hal ini pewaris
dapat menunjuk seorang pelaksana testamen atau pengurus harta peninggalan,
bilamana ada kekhawatiran akan terjadi perselisihan atau pertentangan kepentingan
dalam menjalankan testamen dan mengurus harta warisan, jika diserahkan begitu
saja kepada ahli waris.
Cara menunjuk pelaksanaan testamen diatur dalam pasal 1005 KUHPerdata
yaitu:

a. Dalam testamen
b. Dalam akta dibawah tangan (kodisil)
c. Dengan akta notaris khusus( artinya khusu untuk mengangkat pelaksana
testamen)

Tugas pelaksana testamen ialah pelaksana testamen harus mengusahakan agar


testamen dilaksanakan dan jika terjadi perselisihan, mengajukan tuntutan ke
pengadilan untuk mempertahankan sahnya testamen, yang diatur dalam pasal 1011
KUHPerdata.

Pengurus harta peninggalan

Diatur dalam pasal 1009 sampai 1022 KUHPerdata. Menurut pasal 1009
KUHPerdata, seorang pewaris dapat menunjuk seorang pengurus harta peninggalan
dalam hal :

a. Ada ahli waris yang belum dewasa


b. Ada ahli waris yang dibawah pengampuan
c. Ada fidei komis.

Penunjukan dapat dilakukan dalam suatu testamen atau akta noratis khusus, dan
tidak dapat dilakukan dibawah tangan sebagaimana halnya menunjukan
pelaksanaan testamen. Pengurus harta peninggalan dapat diangkat seumur hidup
atau untuk jangka waktu tertentu, misalnya jika ada kekhawatiran par ahli waris
menghambur – hamburkan harta warisan (pemboros atau tidak dapat mengatur
kepentingannya sendiri). Dalam pasal 1022 KUHPerdata menentukan bahwa
seorang pengurus harta peninggalan dapat dipecat karena alasan yang sama
seperti yang berlaku bagi wali.

PENARIKAN KEMBALI DAN GUGURNYA WASIAT

Dalam pasal 875 KUHPerdata bahwa suarta wasiat itu dapat ditarik kembal /
dicabut kembali. Ada dua car apenarikan yaitu ; penarikan kembali secara tegas 9
pasal 992 dan 993 KUHPerdata) dan penarikan secara diam – diam (pasal 994
KUHPerdata). Menurut pasal 992 KUHPerdata menentukan bahwa surat wasiat
dapat dicabut kembali dengan suatu surat wasiat yang lebih baru atau dengan
suatuakta notaris khusus.sedangkan menurut pasal 994 KUHPerdata, penarikan
surat wasiat secara diam – diam menetukan bahwa penetapan dari testamen
pertama jika bertentangan dengan testamen kedua maka dinyatakan dicabut
kembali.
Surat wasiat juga bisa gugur karena beberapa hal yaitu :

1. Ahli waris atau penerima hibah meninggal lebih dulu sebelum terpenuhinya
syarat sebagaimana ditetapkan dalam testamen yang dibuat dengan syarat
tanggung ( pasal 997 KUHPerdata)
2. Objek hibah wasiat musnah sama sekali ketika pewaris masih hidup ( pasal
999 KUHPerdata)
3. Ahli waris menolak atau tidak cakap menerimanya ( pasal 1001 KUHPerdata).

PEMBAGIASN HARTA WARISAN

Menurut pasal 1066 KUHPerdata menentukan bahwa pembagian harta warisan


dapat dituntut setiap saat. Menurut pasal 1067 KUHPerdata bisa membuka
kemungkinan bagi para kreditur pewaris dan legataris untuk melawan pembagian
harta warisan. Serta yangb berhak menuntut harta warisan adalah ahli waris, ahli
waris dari ahli waris, orang yang membeli hak seorang ahli waris atas sebagian
harta warisan dan kreditur dari ahli waris (pasal 499 RV). Pada umumnya seorang
ahli waris untuk menuntut pembagian harta warisan tidak mengenal daluwarsa,
kecuali dalam hal sebagaimana ditentukan oleh Pasal 1055 jo Pasal 1068
KUHPerdata.Jika seorang ahli waris menolak pembagian harta warisan, menurut
pasal 1071 KUHPerdata menentukan pengadilan negri dapat memerintahkan agar
Balai Harta Peninggalan (BHP) mewakili ahli waris yang bersangkutan.

PEMBATALAN SUATU PEMBAGIAN HARTA WARISAN

Menurut pasal 1071 (2) KUHPerdata menentukan bahwa suatu pembagian harta
warisan dapat dibatalkan apabila tidak dilakukan menurut cara – cara sebagaimana
ditentukan dalam pasal 1072 KUHPerdata. Misalnya jika tidak dilakukan didepan
Notaris atau tidka dihadiri oleh Balai Harta Peninggalan.

Menurut pasal 1112 KUHPerdata suatu harta warisan dapat dibatalkan apabila
dilakukan dengan paksaan,oleh seorang atau beberapa peserta dilakukan penipuan
dan seorang ahli waris dirugikan dan kerugian meliputi ¼ bagian.dan berdasarkan
ayat 2 dari pasal ini menentukan bahwa bilamana ada suatu barang / lebih tidak
dimasukan ke dalam pembagian harta warisan maka hal itu tidak dapat menjadi
alasan untuk membatalkan pembagian, tetapi dapat dilakukan pembagian
tambahan.

PEMBAGIAN HARTA WARISAN PADA WAKTU PEWARIS MASIH HIDUP

Dalam pembagian harta warisan bisa terjadi keungkinan seseorang yang belum
meninggal bisa mengadakan pembagian warisan diantara anak dan istrinya , dan
pembagian warisan dilakukan dalam suatu akta notaris yang diatur dalam pasal
1121 KUHPerdata, maka dengan demikian seorang pewaris bisa menghindari
berbagai kesulitan yang akan terjadi dan bilamana pembagian harta warisan
dibagikan begitu saja kepada para ahli waris. Menurut psal 1123 KUHPerdata
menentukan bila dalam pembagian harta warisan ada seseorang atau beberapa
orang yang tertinggal dalam pembagian harta warisan maka pembagian harta
warisan ini menjadi batal dan dilakukan pembagian harta warisan yang baru. Dan
berdasarkan pasal 1124 KUHPerdata menentukan bahwa jika dalam pembagian
harta warisan bisa dibatalkan apabila seorang ahli waris dirugikan ¼ bagian dari
bagian yang seharusnya ia terima menurut uu dan tuntutannya dapat gugur dalam
waktu 3 bulan dihitung sejak hari meninggalnya si pewaris.

HARTA WARISAN MENJADI MILIK NEGARA

Pasal 1126 KUHperdata menentukan bahwa jika suatu harta warisan sudah
terbuka, tapi tidak ada ahli waris yang menuntutnya maka harta warisan dianggap
tidak terurus. Menurut psal 1127 KUHperdata Balai Harta Peninggalan harus secara
tertulis memberitahukan mulai mengurus harta warisan kepada Kejaksaan Wilayah
Pengadilan negri yang bersangkutan. Dan daluwarsanya terhitung sejak 3 tahun
sejak meninggalnya si pewaris, maka bila tidak ada ahli waris yang menuntutnya
maka harta warisan menjadi milik negara menurut pasal 1129 KUHPerdata.
SOLUSI

Berdasarkan pembahasan diatas maka kita bisa menjawab rumusan masalah dari
kasus pembagian harta warisan pada bagian pendahuluan tersebut. yang disebut
dengan sistem pewarisan dengan wasiat itu adalah suatu surat yang berisi
pernyataan seseorang tentang apa yang dikehendakinya dan terjadi setelah ia
meninggal dan surat wasiat tersebut dapat dicabut kembali. Dalam kasus
pembagian harta warisan diatas maka kita harus mengetahui tentang bagian mutalk
atau legitieme portie yaitu suatu bagian dari harta peninggalan yang harus diberikan
kepada ahli waris dalam garis lurus menurut UU,dan si pewris tidak diperbolehkan
menetapkan sesuatu, baik pemberian waktu ia masih hidup ataupun dalam bentuk
wasiat. Untuk itu kita bisa menghitung bagian mutlak bagian masing – masing dari
para ahli waris yaitu jika Bian menuntut legitieme portie (LP) maka bagian dari Bian
adalah 1/3 x 30M = 10M (menurut UU). LP Bian adalah ¾ x 1/3 x 30M = 7,5M
karena Bian sudah mendapatkan 5M dari ayahnya maka kekurangan yang dituntut
adalah 2,5M serta kekurangan tersebut bisa diambil dari bagian Amir yang
melepaskan sebagian harta warisan yang diterimanya sesuai dengan hak waris
tersebut. Untuk bagian Cici adalah 5m karena Cici tidak menuntut LP nya,karena jika
yang menuntut LP hanya 1 orang maka yang menuntut itu saja yang mendapatkan
LP sedangkan yang tidak menuntut LP tetap mendapatkan sesuai dengan bagian
yang diterimanya. Dalam pembahasan diatas jelas dijelaskan bahwa dalam kasus
pembagian harta warisan diatas Bian dapat menuntut LP nya karena para ahli waris
yang berhak menuntut adalah ahli waris dalam garis lurusyang mempunyai harta
peninggalan yang tidak dapat diganggu gugat yang seharusnya menjadi bagiannya
menurut UU. Namun setiap penghibahan yang mengakibatkan berkurangnya bagian
mutalk dalam pewarisan dapat dilakukan pengurangan hanya berdasarkan tuntutan
dari ahli waris ataupun pengganti mereka, artinya kosep dari LP tersebut baru
berlaku apabila dilakukannya sebuah tuntutan.
KESIMPULAN

Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa sistempewarisan itu tidak


hanya dengan sistem abintestao tapi juga bisa dengan sistem tetament atau wasiat
dimana pewrisan dengan sistem wasiat ini merupakan suatu surat wasiat yang berisi
pernyataan yang dikehendaki oleh pewaris dan terjadi setelah dipewaris ini
meninggal dunia. Dalam sistem pewarisan dengan wasiat ini ada juga pembagian
harta warisan dimana setiap ahli waris memiliki bagian mutlak atau legitieme protie
(LP). setelah itu juga dalam pembagian harta warisan ini bisa dilakukan dengan
inkorting dimana inkorting ini dilakukan apabila pemberian / hibah ini merugikan
legitieme portie (LP) dan boleh dikurangi pada waktu terbukanya warisan tersebut,
tapi hanya atas tuntutan para legitimaris dan para ahli waris mereka atau pengganti
mereka.Inkorting ini dibagi menjadi lima cara yaitu ada berdasarkan pasal 920
KUHPerdata , pasal 916a KUHPerdata , pasal 921 KUHPerdata , pasal 924
KUHPerdata dan pasal 926 KUHPerdata.dan dari permaslah kasus diatas dapat kita
simpulkan bahwa seorang ahli waris bisa melakukan penuntutan terhadap LP dan
LP tersebut dapat dilakukan terhadap ahli waris yang melakukan penuntutan saja.

Anda mungkin juga menyukai