Sistem pewarisan pada masa kini tidak hanya terbatas pada sistem pewarisan ab
intestato, tapi juga ada sistem pewarisan dengan cara sistem pewarisan menurut
wasiat atau testamen dalam sistem pewarisan menurut Kitab Undang – Undang
Hukum Perdata. Tapi dengan sistem pewarisan dengan wasiat ini juga banyak
menimbulkan permasalahan dalam pembagian harta warisan. Permasalahan
tersebut dapat kita lihat dari contoh kasus dibawah ini.
Bapak Andullah seorang pengusaha yang baru saja meninggal dunia dan
meninggalkan harta kekayaan sebesar 30M. Dari perkawinannya dengan Ibu Siti
yagn sudah meninggal terlebih dahulu, Pak Abdullah mempunyai tiga orang anak
Amir,Bian, dan Cici. Sewaktu surat wasiat itu dibacakan ternyata Amir mendapatkan
harta warisan yang paling banyak yaitu berupa saham perusahaan, mobil mewah,
yacht, kondominium dan saham perusahaan milik Bapak Abdulah sebesar 29M.
Sedangkan Bian dan Cici masing – masing hanya diberikan satu buah rumah
mewah yang masing – masing senilai 5M. Mendengar surat wasiat tersebut, Bian
menolak pembagian harta warisan tersebut, sedangkan Cici hanya pasrah dan
langsung setuju saja dengan isi surat wasiat tersebut.
B. RUMUSAN MASALAH
Pengertian wasiat terdapat dalam pasal 875 KUHperdata yang berbunyi : surat
wasiat atau testamen adalah sebuah akta yang berisi pernyataan seseorang tentang
apa yang dikehendakinya, terjadi setelah ia meninggal yang dapat dicabut kembali
olehnya. Dari pengertian surat wasiat tersebut dapat dikemukan bahwa ciri – ciri dari
surat wasiat yaitu :
Dalam pasal 874 KUHPerdata menyatakan bahwa warisan jatuh ke tangan ahli
waris menurut undang – undang, sepanjang hal itu tidak ditentukan lain secara sah.
Maka, suatu warisan itu sebagian dapat diperoleh berdasarkan undang – undang
dan untuk sebagian lagi berdasarkan testamen. Oleh karena itu, dapat dikatakan
bahwa pengaturan mengenai pewarisan untuk bagian terbesar bersifat hukum
pelengkap dan hanya sebagian kecil yang bersifat hukum memaksa.
Dari sistem pewarisan dengan wasiat ini terdapat syarat – syarat dalam membuat
surat wasiat yaitu :
1. Orang yang hendak membuat surat wasiat harus dalam keadaan sehat
pikirannya ( pasal 895 KUHPerdata)
2. Berusia sekurang – kurangnya 18 tahun ( pasal 897 KUHPerdata)
3. Yang menerima surat wasiat harus sudah ada dan masih ada ketika pewaris
meninggal dunia ( pasal 899 KUHPerdata)
Terdapat juga bentuk dari surat wasiat menurut pasal 931 KUHPerdata yaitu :
Dalam bentuk – bentuk wasiat harus dihadiri oleh para saksi untuk membuat surat
wasiat dihadapan notaris, dan yang dimaksud saksi terdapat dalam pasal 944
KUHPerdata yaitu saksi – saksi yang hadir pada waktu pembuatan surat wasiat,
harus sudah dewasa dan penduduk Indonesia, dan mereka harus mengerti bahasa
yang dipergunakan dalam menyusun wasiat itu / dalam menulis akta penjelasan
atau akta penitipan. Dari ketiga bentuk surat wasiat yang terdapat dalam pasal 933
KUHPerdata undang – undang masih mengenal satu macam surat wasiat yaitu surat
wasiat yang dibuat dalam keadaan darurat ( pasal 946, padal 947 dan 948
KUHPerdata).
Menurut pasal 950 KUHPerdata, surat wasiat yang dibuat dalam keadaan luar
biasa / keadaan darurat menurut pasal 946, 947 , dan 948 KUHPerdata hanya
mempunyai kekuatan yang berlaku selama enam bulan setelah sebab yang
menyebabkan keadaan luar biasa / keadaan darurat tersebut terhenti.Jika sudah
melewati batas 6 bulan , maka wasiat tersebut menjadi tidak mempunyai kekuatan
hukum lagi.
Menurut pasal 951 KUHPerdata, surat wasiat yang dibuat dalam keadaan darurat
tersebut dapat dibuat dengan akta dibawha tangan, sepanjang surat itu seluruhnya
ditulis, diberi tanggal dan ditandatangani oleh pewaris. Surat wasiat semacam ini
mempunyai kekuatan hukum yang berlakunya hanya 3 bulan seteleh sebeb yang
menyebabkan keadaan luar biasa itu berakhir ( pasal 952 KUHPerdata ), kecuali
surat wasiat tersebut diserahkan kepada notaris.
Surat wasiat yang dibuat dengan keadaan darurat, undang – undang mengenal
pembuatan ketetapan lain dibawah tangan yang tidak perlu dengan formalitas (pasal
935 KUHPerdata) dan akta ini disebut dengan akta kodisil. Dengan akta kodisil ini
hanya terdappat 3 ketetapan yaitu :
Surat wasiat dapat ditafsirkan secara umum dan secara khusus. Secara umum
diatur dalam pasal 885 dan 886 KUHPerdata. Pasal 885 KUHPerdata menentukan
bila kata – kata sebuah surat wasiat telah jelas, maka tidak boleh ditafsirkan dengan
menyimpang dari kata – kata itu. Dalam pasal 886 KUHPerdata menentukan bila
kata – kata dalam surat itu dapat ditafsirkan secara berbeda – beda menurut
berbagai pendapat, maka yang harus diselidiki adalah maksud dari si pewaris.
Sedangkan penafsiran secara khusus diatur dalam pasal 878 KUHPerdata, dalam
pasal ini menentukan ketetapan dengan surat wasiat untuk kepentingan orang –
orang miskin tanpa penjelasan lebih lanjut, dianggap telah dibuat untuk kepentingan
semua orang yang menyandang sengsara tanpa membedakan agama yang dianut,
dalam lembaga fakir miskin di tempat warisan itu terbuka.
Isi surat wasiat adalah kehendak terakhir dari si pewaris atau disebut juga dengan
istilah making. Menurut pasal 876 KUHPerdata isi surta wasiat dapat dibedakan
menjadi dua yaitu:
Surat wasiat yang berisi kehendak terakhit terdapat larangan – larangan baik
yang bersifat umu (fidei komis) dan yang bersifat khusus.di samping itu juga ada
pembatasan yang dibatasi dengan bagian mutlak menurut UU yang disebut dengan
legitieme portie (LP).
Legitieme portie ini diatur dalam pasal 913 KUHPerdata yang menentukan bahwa
bagian dari harta warisan harus diberikan kepada para ahli waris dalam garis lurus
(baik ke atas maupun ke bawah) menurut UU dan terhadap bagian ini si pewaris
tidak boleh menetapkan sesuatu baik sebagai hibah maupun wasiat.
1. Bagian mutlak untuk anak sah adalah ½ bagian dari bagian yang seharusnya
diterimanya sebagai ahli waris menurut uu.
2. Bagian mutlak untuk dua orang anak sah adalah 2/3 bagian dari bagian yang
seharusnya diterimanya sebgai hali waris menurut uu.
3. Bagian mutlak tiga orang anak sah atau lebih adalah ¾ bagian dari bagian
yang seharusnya diterimanya bersama – sama sebagai ahli waris menurut
uu.
Untuk ahli waris dalam garis lurus ke atas (orang tua , kakek , nenek ) bagian
mutlaknya adalah ½ bagian dari bagian yang seharusnya diterimanya sebgai ahli
waris menurut UU – pasal 915 KUHPerdata.
Untuk bagian mutlak seorang anak luar kawin yang diakui adalah ½ bagian dari
bagian yang seharusnya diterimanya sebgai ahli waris menurut uu – pasal 916
KUHPerdata.
INKORTING
Pelaksanaan wasiat
Diatur dalam pasal 1005 samapi pasal 1018 KUHPerdata. Dalam hal ini pewaris
dapat menunjuk seorang pelaksana testamen atau pengurus harta peninggalan,
bilamana ada kekhawatiran akan terjadi perselisihan atau pertentangan kepentingan
dalam menjalankan testamen dan mengurus harta warisan, jika diserahkan begitu
saja kepada ahli waris.
Cara menunjuk pelaksanaan testamen diatur dalam pasal 1005 KUHPerdata
yaitu:
a. Dalam testamen
b. Dalam akta dibawah tangan (kodisil)
c. Dengan akta notaris khusus( artinya khusu untuk mengangkat pelaksana
testamen)
Diatur dalam pasal 1009 sampai 1022 KUHPerdata. Menurut pasal 1009
KUHPerdata, seorang pewaris dapat menunjuk seorang pengurus harta peninggalan
dalam hal :
Penunjukan dapat dilakukan dalam suatu testamen atau akta noratis khusus, dan
tidak dapat dilakukan dibawah tangan sebagaimana halnya menunjukan
pelaksanaan testamen. Pengurus harta peninggalan dapat diangkat seumur hidup
atau untuk jangka waktu tertentu, misalnya jika ada kekhawatiran par ahli waris
menghambur – hamburkan harta warisan (pemboros atau tidak dapat mengatur
kepentingannya sendiri). Dalam pasal 1022 KUHPerdata menentukan bahwa
seorang pengurus harta peninggalan dapat dipecat karena alasan yang sama
seperti yang berlaku bagi wali.
Dalam pasal 875 KUHPerdata bahwa suarta wasiat itu dapat ditarik kembal /
dicabut kembali. Ada dua car apenarikan yaitu ; penarikan kembali secara tegas 9
pasal 992 dan 993 KUHPerdata) dan penarikan secara diam – diam (pasal 994
KUHPerdata). Menurut pasal 992 KUHPerdata menentukan bahwa surat wasiat
dapat dicabut kembali dengan suatu surat wasiat yang lebih baru atau dengan
suatuakta notaris khusus.sedangkan menurut pasal 994 KUHPerdata, penarikan
surat wasiat secara diam – diam menetukan bahwa penetapan dari testamen
pertama jika bertentangan dengan testamen kedua maka dinyatakan dicabut
kembali.
Surat wasiat juga bisa gugur karena beberapa hal yaitu :
1. Ahli waris atau penerima hibah meninggal lebih dulu sebelum terpenuhinya
syarat sebagaimana ditetapkan dalam testamen yang dibuat dengan syarat
tanggung ( pasal 997 KUHPerdata)
2. Objek hibah wasiat musnah sama sekali ketika pewaris masih hidup ( pasal
999 KUHPerdata)
3. Ahli waris menolak atau tidak cakap menerimanya ( pasal 1001 KUHPerdata).
Menurut pasal 1071 (2) KUHPerdata menentukan bahwa suatu pembagian harta
warisan dapat dibatalkan apabila tidak dilakukan menurut cara – cara sebagaimana
ditentukan dalam pasal 1072 KUHPerdata. Misalnya jika tidak dilakukan didepan
Notaris atau tidka dihadiri oleh Balai Harta Peninggalan.
Menurut pasal 1112 KUHPerdata suatu harta warisan dapat dibatalkan apabila
dilakukan dengan paksaan,oleh seorang atau beberapa peserta dilakukan penipuan
dan seorang ahli waris dirugikan dan kerugian meliputi ¼ bagian.dan berdasarkan
ayat 2 dari pasal ini menentukan bahwa bilamana ada suatu barang / lebih tidak
dimasukan ke dalam pembagian harta warisan maka hal itu tidak dapat menjadi
alasan untuk membatalkan pembagian, tetapi dapat dilakukan pembagian
tambahan.
Dalam pembagian harta warisan bisa terjadi keungkinan seseorang yang belum
meninggal bisa mengadakan pembagian warisan diantara anak dan istrinya , dan
pembagian warisan dilakukan dalam suatu akta notaris yang diatur dalam pasal
1121 KUHPerdata, maka dengan demikian seorang pewaris bisa menghindari
berbagai kesulitan yang akan terjadi dan bilamana pembagian harta warisan
dibagikan begitu saja kepada para ahli waris. Menurut psal 1123 KUHPerdata
menentukan bila dalam pembagian harta warisan ada seseorang atau beberapa
orang yang tertinggal dalam pembagian harta warisan maka pembagian harta
warisan ini menjadi batal dan dilakukan pembagian harta warisan yang baru. Dan
berdasarkan pasal 1124 KUHPerdata menentukan bahwa jika dalam pembagian
harta warisan bisa dibatalkan apabila seorang ahli waris dirugikan ¼ bagian dari
bagian yang seharusnya ia terima menurut uu dan tuntutannya dapat gugur dalam
waktu 3 bulan dihitung sejak hari meninggalnya si pewaris.
Pasal 1126 KUHperdata menentukan bahwa jika suatu harta warisan sudah
terbuka, tapi tidak ada ahli waris yang menuntutnya maka harta warisan dianggap
tidak terurus. Menurut psal 1127 KUHperdata Balai Harta Peninggalan harus secara
tertulis memberitahukan mulai mengurus harta warisan kepada Kejaksaan Wilayah
Pengadilan negri yang bersangkutan. Dan daluwarsanya terhitung sejak 3 tahun
sejak meninggalnya si pewaris, maka bila tidak ada ahli waris yang menuntutnya
maka harta warisan menjadi milik negara menurut pasal 1129 KUHPerdata.
SOLUSI
Berdasarkan pembahasan diatas maka kita bisa menjawab rumusan masalah dari
kasus pembagian harta warisan pada bagian pendahuluan tersebut. yang disebut
dengan sistem pewarisan dengan wasiat itu adalah suatu surat yang berisi
pernyataan seseorang tentang apa yang dikehendakinya dan terjadi setelah ia
meninggal dan surat wasiat tersebut dapat dicabut kembali. Dalam kasus
pembagian harta warisan diatas maka kita harus mengetahui tentang bagian mutalk
atau legitieme portie yaitu suatu bagian dari harta peninggalan yang harus diberikan
kepada ahli waris dalam garis lurus menurut UU,dan si pewris tidak diperbolehkan
menetapkan sesuatu, baik pemberian waktu ia masih hidup ataupun dalam bentuk
wasiat. Untuk itu kita bisa menghitung bagian mutlak bagian masing – masing dari
para ahli waris yaitu jika Bian menuntut legitieme portie (LP) maka bagian dari Bian
adalah 1/3 x 30M = 10M (menurut UU). LP Bian adalah ¾ x 1/3 x 30M = 7,5M
karena Bian sudah mendapatkan 5M dari ayahnya maka kekurangan yang dituntut
adalah 2,5M serta kekurangan tersebut bisa diambil dari bagian Amir yang
melepaskan sebagian harta warisan yang diterimanya sesuai dengan hak waris
tersebut. Untuk bagian Cici adalah 5m karena Cici tidak menuntut LP nya,karena jika
yang menuntut LP hanya 1 orang maka yang menuntut itu saja yang mendapatkan
LP sedangkan yang tidak menuntut LP tetap mendapatkan sesuai dengan bagian
yang diterimanya. Dalam pembahasan diatas jelas dijelaskan bahwa dalam kasus
pembagian harta warisan diatas Bian dapat menuntut LP nya karena para ahli waris
yang berhak menuntut adalah ahli waris dalam garis lurusyang mempunyai harta
peninggalan yang tidak dapat diganggu gugat yang seharusnya menjadi bagiannya
menurut UU. Namun setiap penghibahan yang mengakibatkan berkurangnya bagian
mutalk dalam pewarisan dapat dilakukan pengurangan hanya berdasarkan tuntutan
dari ahli waris ataupun pengganti mereka, artinya kosep dari LP tersebut baru
berlaku apabila dilakukannya sebuah tuntutan.
KESIMPULAN