Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Ilmu Hukum Legal Opinion

Edisi 3, Volume 3, Tahun 2015

PENERAPAN LEGITIME FORTIE (BAGIAN MUTLAK) DALAM PEMBAGIAN


WARISAN MENURUT KUH PERDATA.

SULIH RUDITO / D 101 09 645

ABSTRAK
Hukum waris dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata termasuk dalam bidang hukum
perdata yang memiliki sifat dasar mengatur dan tidak ada unsur paksaan. Sebagai salah satu
cabang hukum perdata yang bersifat mengatur, maka apa saja yang dibuat oleh pewaris
terhadap hartanya semasa ia masih hidup adalah kewenangannya. Terhadap dua cara untuk
memperoleh warisan yakni, mewaris berdasarkan Undang-Undang, dan mewaris berdasarkan
wasiat. Permasalahannya adalah bagaimana Undang-Undang melindungi hak legitimaris
dalam wasiat, serta apa yang menjadi hak legitimaris.
Tulisan ini menggunakan metode pendekatan Yuridis Normatif. Dalam pengumpulan bahan
hukum lebih ditekankan pada sumber bahan hukum primer dan sekunder, berupa peraturan
perundang-undangan, menelaah kaidah-kaidah hukum maupun teori hukum. Sedangkan
spesifikasi dalam penulisan ini bersifat deskriptif analisis yang bertujuan memberi gambaran
yang lengkap dan jelas tentang penerapan ligitime portie menurut kitab Undang-Undang
Hukum Perdata.
Mewaris berdasarkan Undang-Undang terdapat bagian mutlak (legitime portie), yaitu bagian
untuk melindungi dari perbuatan pewaris dalam membuat wasiat yang “mengesampingkan”
legitimaris. Undang-Undang melindungi legitimaris dengan adanya hak untuk mengajukan
gugatan ke pengadilan yang mendapatkan haknya dalam wasiat. Dalam mengajukan gugatan
harus diperhatikan kedudukan ahli waris legitimaris dengan adanya surat wasiat. Para ahli
waris legitimaris berhak mengajukan tuntutan untuk memenuhi legitime portie mereka melalui
inkroting/pengurangan dari wasiat.

Kata Kunci : Legitime fortie (bagian mutlak) menurut KUH Perdata.


membuat ketetapan seperti
I. PENDAHULUAN A. Latar menghibahkan
Belakang Masalah bagian tertentu dari harta warisannya,
Hukum waris dalam Kitab Undang-Undang maka penerima hibah mempunyai
Hukum Perdata termasuk dalam kewajiban untuk mengembalikan
lapangan atau bidang hukum perdata. harta yang telah dihibahkan
Semua cabang hukum yang termasuk kepadanya ke dalam harta warisan
dalam bidang hukum perdata guna memenuhi bagian mutlak
memiliki kesamaan sifat dasar, antara (legitime portie) ahli waris yang
lain bersifat mengatur dan tidak ada mempunyai hak mutlak tersebut,
unsur paksaan. Namun untuk hukum dengan memperhatikan Pasal 1086
waris perdata, meski letaknya dalam Kitab Undang-Undang Hukum
bidang hukum perdata, ternyata Perdata, tentang hibah-hibah yang
terdapat unsur paksaan didalamnya. wajib inbreng (pemasukan)1.
Unsur paksaan dalam hukum waris Meskipun di dalam
perdata, misalnya ketentuan hukum waris perdata, terdapat
pemberian hak mutlak (legitime
1 Anisitus Amanat, Membagi
portie) kepada ahli waris tertentu atas
Warisan Berdasarkan Pasal-Pasal Hukum
sejumlah tertentu dari harta warisan Perdata BW, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2001,
atau ketentuan yang melarang pewaris hlm.1.

1
Jurnal Ilmu Hukum Legal Opinion
Edisi 3, Volume 3, Tahun 2015

unsur paksaan, namun posisi Sistem kewarisan yang diatur dalam


hukum waris perdata, sebagai salah hukum waris perdata adalah sistem
satu cabang hukum perdata secara individual, dimana ahli waris
yang bersifat mengatur tidak dapat mewaris secara individu atau
berpengaruh. Konsekwensi dari sendiri-sendiri, dan ahli waris tidak
hukum waris perdata, sebagai salah dibedakan baik laki-laki maupun
satu cabang hukum perdata yang perempuan serta hak mewarisnya
bersifat mengatur, adalah apa saja sama.
yang dibuat oleh pewaris terhadap Dalam hukum waris perdata, berlaku
hartanya semasa ia masih hidup suatu asas, yaitu apabila seseorang
adalah kewenangannya, namun kalau meninggal dunia (pewaris), maka
pelaksanaan kewenangan itu demi hukum dan seketika itu juga hak
melampaui batas yang diperkenankan dan kewajibannya beralih kepada para
oleh Undang-Undang, maka harus ada ahli warisnya, sepanjang hak dan
risiko hukum yang dikemudian hari kewajiban tersebut termasuk dalam
akan terjadi terhadap harta lapangan hukum harta kekayaan atau
warisannya setelah ia meninggal dengan kata lain hak dan kewajiban
dunia. yang dapat dinilai dengan uang.
Hukum waris perdata, Sistem hukum waris perdata memiliki
tidak berlaku untuk semua ciri khas yang berbeda dengan sistem
golongan penduduk, namun hukum waris lainnya, yaitu
hukum waris perdata menghendaki agar harta peninggalan
hanya berlaku untuk : pewaris sesegera mungkin dapat
dibagi-bagi kepada mereka yang
a. Bagi golongan orang-orang Eropa
berhak atas harta tersebut. Kalaupun
dan yang dipersamakan dengan
harta peninggalan pewaris hendak
itu;
dibiarkan dalam keadaan tidak
b. Bagi golongan Timur terbagi, maka harus melalui
Asing persetujuan oleh seluruh ahli waris.
Tionghoa; Adapun perbedaan antara harta
c. Golongan Timur Asing lainnya dan warisan dan harta peninggalan adalah
orang-orang pribumi yang harta warisan belum dikurangi hutang
menundukkan diri. dan biaya-biaya lainnya, sedangkan
Hukum waris perdata, sangat erat harta peninggalan sudah dikurangi
hubungannya dengan hukum hutang dan telah siap untuk dibagi.2
keluarga, maka dalam mempelajari Pewaris sebagai pemilik harta,
hukum waris perlu dipelajari pula adalah mempunyai hak mutlak untuk
sistem hukum waris yang mengatur apa saja yang dikehendaki
bersangkutan seperti sistem atas hartanya. Ini merupakan
kekeluargaan, sistem kewarisan yang konsekwensi dari hukum waris
ada kaitannya, wujud dari barang sebagai hukum yang bersifat
warisan dan bagaimana cara mengatur.3 Ahli waris yang
mendapatkan warisan. Sistem mempunyai hak mutlak atas bagian
kekeluargaan dalam hukum waris yang tidak tersedia dari harta warisan,
perdata adalah sistem kekeluargaan disebut ahli waris Legitimaris.
yang bilateral atau parental, dalam
sistem ini keturunan dilacak baik dari 2 Ali Afandi, Hukum Waris, Hukum Keluarga,
pihak suami maupun pihak isteri. 3 Hukum Pembuktian, Rineke Cipta, Jakarta, 2000, hlm.7.
Ibid, hlm.2-3

2
Jurnal Ilmu Hukum Legal Opinion
Edisi 3, Volume 3, Tahun 2015

Sedangkan bagian yang tidak tersedia harta peninggalan, sedangkan


dari harta warisan yang merupakan orang yang ditunjuk dinamakan
hak ahli waris Legitimaris, dinamakan testamentair erfgenaam, yang
Legitime Portie. kemudian dicatat dalam surat
Hak Legitime Portie adalah, hak ahli wasiat, cara kedua yaitu, Legaat
waris Legitimaris terhadap bagian (hibah wasiat), adalah pemberian
yang tidak tersedia dari harta warisan hak kepada seseorang atas dasar
disebut ahli waris testament/warisan yang khusus,
legitimaris. 3
orang yang menerima legat disebut
Dalam hukum waris legataris.56. Pemberian dalam
perdata, dikenal ada dua wasiat tersebut baru dapat
cara untuk memperoleh dilaksanakan, setelah pemberi
warisan, yaitu : hibah wasiat (pewaris) meninggal
1. Ketentuan Undang-undang dunia.
(Abintestato), yaitu ahli waris yang Manakah yang lebih didahulukan
telah diatur dalam undangundang dan diutamakan, ahli waris
untuk mendapatkan bagian dari menurut undang-undang atau ahli
warisan, karena hubungan waris menurut surat wasiat. Dalam
kekeluargaan atau hubungan darah pelaksanaan dari hukum waris
dengan si meninggal; perdata, ahli waris menurut surat
2. Testamen (wasiat), yaitu ahli waris wasiat yang lebih diutamakan,
yang mendapatkan bagian dari dengan pengecualian selama isi
warisan, karena ditunjuk atau dan pembagian dalam surat wasiat
ditetapkan dalam suatu surat waris tidak bertentangan dengan undang-
yang ditinggalkan oleh si undang.
meninggal.4 Pertimbangan hukumnya karena
surat wasiat merupakan “kehendak
Ahli waris menurut undangundang
terakhir” dari si pewaris terhadap
(ab intestato), yaitu karena
harta warisannya, dengan
kedudukkannya sendiri menurut
ketentuan tidak boleh merugikan
undang-undang, demi hukum
bagian ahli waris menurut
dijamin tampil sebagai ahli waris,
undangundang, karena ahli waris
sedangkan ahli waris menurut surat
menurut undang-undang memiliki
wasiat (ad Testamento), yaitu ahli
bagian mutlak (legitime Portie),
waris yang tampil karena
yang diatur dalam Pasal 913
“kehendak terakhir” dari si
KHUPerdata yang sama sekali
pewaris, yang kemudian dicatatkan
tidak bisa dilanggar bagiannya.
dalam surat wasiat (testament).
Ahli waris yang memiliki bagian
Ahli waris yang tampil menurut
mutlak disebut juga legitimaris, artinya selama
surat wasiat, atau testamentair
ahli waris yang bagiannya ditetapkan dalam
erfrecht, dapat melalui dua cara
surat wasiat tidak merugikan bagian mutlak
yaitu Erfstelling, yang artinya
ahli waris legitimaris, wasiat tersebut bisa
penunjukkan satu/beberapa orang
dilaksanakan, kalaupun bagian mutlak ahli
menjadi ahli waris untuk
waris legitimaris dirugikan oleh ahli waris
mendapatkan sebagian atau seluruh
5 Surini Ahlan Sjarif, Intisari Hukum Waris
3 Ibid, hlm. 68 Menurut Bergerlijk Wetboek, Ghalia Indonesia,
4 A. Pitlo, Hukum Waris, PT. Intermass, Jakarta,
Jakarta, 1979, hlm. 112 6 , hlm. 14

3
Jurnal Ilmu Hukum Legal Opinion
Edisi 3, Volume 3, Tahun 2015

testamentair, maka harus dikembalikan kepada Pada asasnya


ahli waris legitimaris, sesuai dengan bagian orang mempunyai
yang seharusnya mereka dapatkan B. kebebasan untuk mengatur
Rumusan Masalah. mengenai apa yang akan terjadi
Berdasarkan hal-hal yang tersebut diatas, dengan harta kekayaannya setelah ia
maka masalah yang meninggal dunia. Seseorang
akan dikemukakan oleh penulis pewaris mempunyai
adalah sebagai berikut : kebebesan untuk mencabut hak waris
Bagaimana dari para ahli warisnya, karena meskipun ada
pelaksanaan pembagian warisan ketentuan-ketentuan di dalam undang-undang
berkenaan dengan adanya legitime yang menentukan siapa-siapa akan mewaris
portie (bagian mutlak) harta peninggalannya dan berapa bagian
dan testament (wasiat) masing-masing, akan tetapi ketentuan-
menurut KUHPerdata ? ketentuan tentang pembagian itu bersifat
hukum mengatur dan bukan hukum memaksa.
II. PELAKSANAAN LEGITIME PORTIE Akan tetapi untuk ahli waris ab intestato
(BAGIAN MUTLAK) DAN (tanpa wasiat) oleh Undang-Undang diadakan
TESTAMENT (WASIAT) A. bagian tertentu yang harus diterima oleh
Legitime Portie (bagian mutlak) mereka, bagian yang dilindungi oleh hukum,
Menurut Pasal 913 KUHPerdata : karena mereka demikian dekatnya hubungan
“Bagian mutlak atau kekeluargaan dengan si pewaris sehingga
Legitime Portie, adalah pembuat Undang-Undang menganggap tidak
sesuatu bagian dari harta pantas apabila mereka tidak menerima apa-apa
peninggalan yang harus sama sekali. Agar orang secara tidak mudah
diberikan kepada waris, mengesampingkan mereka, maka Undang-
dalam garis lurus menurut Undang melarang seseorang semasa hidupnya
undang-undang, terhadap menghibahkan atau mewasiatkan harta
mana si yang meninggal tak kekayaannya kepada orang lain dengan
diperbolehkan menetapkan melanggar hak dari para ahli waris ab intestato
sesuatu, baik selaku itu. Ahli waris yang dapat menjalankan haknya
pemberian antara yang atas bagian yang dilindungi undang-undang itu
masih hidup, maupun selaku dinamakan “Legitimaris” sedang bagiannya
wasiat” yang dilindungi oleh Undang-Undang itu
Sedangkan menurut Pitlo, bagian yang dinamakan “Legfitime portie”. Jadi harta
dijamin oleh Undang-undang peninggalan dalam mana ada legitimaris
legitime portie/wettlijk erfdel : terbagi dua, yaitu “legitime portie” (bagian
“Merupakan hak dia/mereka yang mutlak) dan “beschikbaar” (bagian yang
mempunyai kedudukan tersedia).
utama/istimewa dalam Bagian yang tersedia ialah bagian yang dapat
warisan, hanya sanak dikuasai oleh pewaris, ia boleh
saudara dalam garis lurus menghibahkannya sewaktu ia masih hidup atau
(bloedverwanten in de rechte mewariskannya. Hampir dalam perundang-
lijn) dan merupakan ahli undangan semua negara dikenal lembaga
waris ab intestato saja yang legitime portie. Peraturan di negara satu tidak
berhak atas bagian yang sama dengan peraturan di negara lain, terutama
dimaksud”.7
7 Komar Andhasasmitha, Hukum Harta
Perkawinan dan Waris Menurut KUHPerdata, Ikatan Notaris Indonesia, Jawa Barat, hlm. 143

4
Jurnal Ilmu Hukum Legal Opinion
Edisi 3, Volume 3, Tahun 2015

mengenai siapasiapa sajalah yang berhak Meskipun ketentuan mengenai legitime


atasnya dan legitimaris berhak atas apa.8 bersifat hukum pemaksa akan tetapi
Bagian yang kedua itu bukan demi kepentingan umum.
(bagian mutlak), diperuntukkan Ketentuan itu ada demi kepentingan
bagian para legitimaris bersamasama, legitimaris dan bukan kepentingan
bilamana seorang legitimaris menolak umum. Karena itu legitimaris dapat
(vierwerp) atau tidak patut mewaris membiarkan haknya dilanggar, hal
(onwaardig) untuk memperoleh mana sangat erat berhubungan dengan
sesuatu dari warisan itu, sehingga pendapat bahwa pelanggaran legitime
bagiannya menjadi tidak dapat tidak mengakibatkan “nietigheid”
dikuasai (werd niet beschikbaar), (kebatalan demi hukum) melainkan
maka bagian itu akan diterima oleh hanya “eenvoudige vernietigbaareid”
legitimaris lainnya. Jadi bila masih (dapat diminta pembatalannya secara
terdapat legitimaris lainnya maka sederhana).10
bagian mutlak itu tetap diperuntukkan Jika seorang yang berhak atas legitime
bagi mereka ini, hanya jika para portie (bagian mutlak) menolak
legitimaris menuntutnya, ini berarti warisan, apakah orang lain dapat
bahwa apabila legitimaris itu menjadi legitimaris, apabila seorang
sepanjang tidak menuntutnya, maka meninggal dunia dengan
pewaris masih mempunyai meninggalkan kakak dan kakek, maka
“beschikking-srech” atas seluruh warisannya jatuh pada kakeknya?,
hartanya.9 Kakek memang keluarga dalam garis
Di dalam KUHPerdata asas legitime lurus akan tetapi bukan ahli waris
dilakukan secara hampir konsekwen, (golongan ketiga) sedangkan kakak
di berbagai tempat dapat diketemukan (golongan kedua), Kakek sebagai ahli
ungkapan, ungkapan seperti waris golongan ketiga tidak akan
mengingat (behoudens) peraturan- mewaris jika golongan kedua masih
peraturan yang ditulis untuk legitime. ada, karena itu kakek ini tidak berhak
Pewaris hanya dapat merampas hak atas legitime. Apabila kakaknya
ahli waris dengan mengadakan menolak warisan (Pasal 1058
perbuatan-perbuatan pemilikan harta KUHPerdata) maka baru kakek
kekayaan sedemikian rupa sehingga menjadi ahli waris. Apakah bagian
tidak meninggalkan apa-apa. mutlak dari salah seorang ahli waris
Bila orang sewaktu hidupnya menggunakan dapat menjadi besar karena ada orang
harta kekayaannya sebagai uang lain yang menolak warisan, bagian
pembeli lijfrente (bunga cagak hidup) mutlak selalu merupakan suatu bagian
dapat mengakibatkan bahwa orang seimbang dari apa yang akan diterima
yang tidak meninggalkan apa-apa ahli waris ab intestato, hal ini diatur
terutama apabila perkawinannya dalam Pasal 1914 KUHPerdata.
dilangsungkan tanpa perjanjian kawin Kesulitan yang sama dapat timbul
bahwa harta warisannya itu tidak pada “onterving” (pemecatan sebagai
boleh jatuh dalam harta kebersamaan ahli waris) dan “onwaadig” (ketidak
harta kawin anaknya. pantasan/tidak patut mewaris).
Undang-Undang
hanya menyatakan, bahwa agar
8 Hartono Soerjopratiknjo, Hukum Waris seseorang berhak untuk menuntut atas
Testamenter, Seksi Notariat Fakultas Hukum
bagian
Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, 1984, hlm. 308
9 Ibid, hlm. 109 10

5
Jurnal Ilmu Hukum Legal Opinion
Edisi 3, Volume 3, Tahun 2015

mutlak (legitime portie), ia harus meninggalkan tiga orang anak sah


merupakan ahli waris ab intestato atau lebih, maka besarnya bagian
dalam garis lurus ke atas, dengan mutlak adalah 3/4 dari bagian para
tidak memperhatikan apakah ahli ahli waris tersebut menurut ketentuan
waris tersebut secara langsung atau undang-undang. Bagian menurut
merupakan ahli waris sebagai akibat Undang-Undang adalah bagian ahli
dari penolakan terhadap harta waris atas harta warisan seandainya
peninggalan.11 tidak ada hibah atau testament yang
Syarat untuk dapat menuntut suatu bagian bisa dilaksanakan. Sedangkan ahli
mutlak (legitme portie) adalah : waris dalam garis ke atas, besarnya
1) Orang harus merupakan keluarga bagian mutlak menurut ketentuan
sedarah dalam garis lurus dalam Pasal 915 KUHPerdata, selamanya
hal ini kedudukan garwa (suami / 1/2 dari bagian menurut
isteri) adalah berbeda dengan undangundang. Sedangkan bagian
anak-anak. Meskipun sesudah mutlak dari anak luar kawin yang
tahun 1923 Pasal 852a telah diakui (Pasal 916 KUHPerdata)
KUHPerdata menyamakan garwa selamanya 1/2 dari bagian anak luar
(suami/isteri) dengan anak, akan kawin menurut ketentuan
tetapi suami/isteri tidak berada UndangUndang.
dalam garis lurus ke bawah, Ahli waris yang tidak mempunyai
mereka termasuk garis ke bagian mutlak atau legitime portie,
samping. Oleh karena itu yaitu pertama suami/isteri yang hidup
isteri/suami tidak memiliki terlama. Kedua para saudara-saudara
legitime portie atau disebut non dari pewaris. Mereka tidak berhak
legitimaris; (non legitimaris) karena berada dalam
garis ke samping. Digunakan tidaknya
2) Orang harus ahli waris ab perhitungan berdasarkan ligitime
intestato. Melihat syarat tersebut portie sangat tergantung pada ada atau
tidak semua keluarga sedarah tidaknya hibah atas
dalam garis lurus memiliki hak testament yang bisa dilaksanakan.12
atas bagian mutlak. Yang
Legitimaris hanya merupakan ahli
memiliki hanyalah mereka yang
waris apabila ia mengemukakan
juga waris ab instestato;
haknya atas bagian mutlaknya. Apa
3) Mereka tersebut, walaupun tanpa yang dinikmatinya karena “inkorting”
memperhatikan wasiat pewaris, (pengurangan) diperolehnya hak ahli
merupakan ahli waris secara ab waris, tujuan dari tuntutan
intestato. pengurangan atau pemotongan adalah
Ahli waris dalam garis ke bawah, agar pemberianpemberian yang
jika pewaris hanya meninggalkan satu dilakukan dengan hibah atau wasiat
orang anak sah menurut Pasal 914 itu dikurangi, jadi batal sepanjang hal
KUHPerdata adalah 1/2 dari itu diperlukan untuk memberikan
bagiannya menurut undang-undang, kepada legitimaris apa yang menjadi
jika meninggalkan dua orang anak haknya sebagai ahli waris.
sah, maka besarnya bagian mutlak Apabila
adalah 2/3 dari bagian menurut legitimaris mengurangi suatu
undang-undang dari kedua anak sah hibah barang tak bergerak, maka
tersebut, sedangkan jika barang ini bukannya berpindah dari si
11Ibid, hlm. 310 12 Ibid, hlm. 68

6
Jurnal Ilmu Hukum Legal Opinion
Edisi 3, Volume 3, Tahun 2015

penerima hibah ke legitimaris, dengan dihadiri oleh dua orang


melainkan hibah itu batal dan saksi;
dianggap tidak pernah terjadi, orang 3) Surat wasiat rahasia, dibuat dengan
yang meninggal itu tidak pernah tangan pewaris sendiri atau dapat
kehilangan barang dan dianggap pula ditulis orang lain, yang
masih selalu berada di dalam dibubuhi tanda tangan oleh pewaris.
budelnya, ternyata setelah Surat wasiat rahasia ditutup dan
pengurangan itu berpindah karena disegel, kemudian diserahkan
pewarisan dari si pewaris kepada si kepada notaris. Surat wasiat rahasia
legitimaris, maka ia tidak harus ditandatangani oleh pewaris,
memperoleh kedudukan sebagai ahli notaris dan dihadiri serta
waris karena hukum, akan tetapi ia ditandatangani oleh empat orang
menjadi ahli waris oleh karena ia saksi.
mengemukakan pembatalan dari Suatu wasiat agar dapat
ketetapan-ketetapan yang melanggar berlaku secara sah, maka wasiat itu harus
legitime nya. memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan
B. Testament (Wasiat) oleh undang-undang. Persyaratan itu terdiri
Testament diatur dalam Pasal 930 dari syarat formil dan syarat materiil.
KUHPerdata. Makna Pasal 930 1) Syarat-syarat formil, yaitu syaratsyarat
KUHPerdata bahwa dalam sebuah yang berkenaan dengan subyek dan obyek
akta wasiat hanya satu orang saja dari suatu wasiat. Syarat-syarat yang
yang boleh membuat atau menyatakan berkenaan dengan subyek, terdapat dalam
kehendak terakhirnya. Alasan Pasal-pasal dalam
ketentuan ini ada kaitannya dengan KUHPerdata.
dapat ditariknya kembali semua
a) Pasal 895 KUHPerdata, orang yang akan
wasiat itu.
membuat testament harus sehat akal
Berdasarkan
budinya, dan tidak berada di bawah
ketentuan pasal tersebut, maka pengampuan, dengan pengecualian orang
bentuk-bentuk testament atau yang diletakkan di bawah
surat wasiat dapat diuraikan sebagai pengampuan karena pailit;
berikut :
b) Pasal 897 KUHPerdata mengatur tentang
1) Wasiat olografis, ialah surat wasiat orang yang dinyatakan mampu membuat
yang seluruhnya ditulis dengan wasiat adalah orang yang sudah berumur
tangan sendiri oleh pewaris atau 18 tahun;
pembuatnya. Surat wasiat olografis
harus disimpan pada notaris, dan c) Pasal 930 KUHPerdata mengatur tentang
atas penyimpanan yang dilakukan larangan membuat wasiat oleh dua orang
notaris membuat akta penyimpanan untuk keuntungan satu sama lainnya atau
yang ditandatangani oleh pewaris, untuk keuntungan pihak ketiga.
notaris dan dua orang saksi yang 2) Syarat yang berkenaan dengan obyek,
diminta untuk menyaksikan terdapat dalam Pasal-pasal KUHPerdata.
penyimpanan tersebut; a) Pasal 888 KUHPerdata syaratsyarat
2) Wasiat atas testament dalam suatu wasiat;
umum b) Harus dapat dimengerti dan tidak
(openboor), ialah surat wasiat yang boleh bertentangan dengan kesusilaan;
harus dibuat dihadapan notaris, c) Pasal 890 KUHPerdata mengatur
tentang penyebutan sesuatu yang palsu

7
Jurnal Ilmu Hukum Legal Opinion
Edisi 3, Volume 3, Tahun 2015

dalam wasiat, harus dianggap tidak mereka melalui


tertulis dan wasiat demikian dianggap inkorting/pengurangan, dengan
batal; cara perbandingan diantara ahli
d) Pasal 893 KUHPerdata mengatur waris yang diberikan. Setelah
wasiat yang dibuat akibat paksaan dan didapati hasil perbandingannya
tipu muslihat adalah batal. maka dihitunglah bagian mutlak
ahli waris legitimaris dengan
3) Syarat-syarat Materiil syarat-syarat yang
cara, bagian yang diberikan
berkenaan dengan isi suatu wasiat.
dikurangi hasil perbandingan
Terdapat pengaturannya dalam pasal-pasal
dikalikan dengan keseluruhan
di bawah ini.
kekurangan bagian mutlak.
a) Pasal 879 KUHPerdata Adapun urutan untuk
mengatur pelarangan wasiat melakukan
dengan fidei commis inkorting/pengurangan adalah,
(pengangkatan waris atau pertama dari ahli waris yang
pemberian hibah dengan non legitimaris (garis ke
lompat tangan); samping, janda/duda, saudara-
b) Pasal 885 KUHPerdata saudara), kedua dari wasiat
mengatur tentang (hibah wasiat dan erfstelling),
pelaksanaan wasiat tidak dan ketiga di inkorting dari
boleh menyimpan dari isi hibah-hibah yang diberikan oleh
dan maksud dari katakata pewaris semasa ia hidup. Jika
yang ada dalam wasiat; setelah di inkorting dan non
c) Pasal 904 KUHPerdata legitimaris, bagian mutlak
mengatur tentang larangan belum terpenuhi, maka
pembuatan wasiat oleh dilanjutkan dengan inkorting
anak yang belum dewasa terhadap ahli waris dalam
walaupun sudah berusia 18 wasiat, jika belum terpenuhi
tahun, untuk menghibah juga bagian mutlak, maka di
wasiatkan sesuatu guna inkorting dari hibah-hibah
kepentingan wali atau (Pasal 1916a KUHPerdata).
bekas wali. Sedemikian pentingnya hak
mutlak para ahli waris
III. PENUTUP A. Kesimpulan legitimaris sehingga
1. KUHPerdata memberikan hak KUHPerdata, memberikan
bagi ahli waris legitimaris yang perlindungan dengan membatasi
berkenaan dengan adanya kebebasan pewaris dalam
bagian mutlak. Hak yang membuat wasiat dan
diberikan oleh Undang-Undang memberikan hak untuk
adalah hak untuk mengajukan mengajukan tuntutan untuk
tuntutan pengurangan atau melakukan pengurangan jika
pengembalian yang diberikan wasiat secara nyata dan
kepada pihak ketiga tersebut benarbenar melanggar legitime
terhadap harta yang menjadi portie, dengan tujuan agar ahli
bagian mutlak (legitime portie). waris legitimaris “harus”
Para ahli waris legitimaris mendapatkan apa yang menjadi
berhak mengajukan tuntutan hak mutlak mereka terhadap
untuk memenuhi legitime portie harta peninggalan pewaris.

8
Jurnal Ilmu Hukum Legal Opinion
Edisi 3, Volume 3, Tahun 2015

B. Saran
1. Dalam mengajukan tuntutan untuk
mendapatkan hak mutlak anak-anak sah
tersebut, tentunya harus sesuai dengan
KUHPerdata. Dimana anakanak sah tidak
berhak meminta agar keseluruhan harta
peninggalan pewaris menjadi milik mereka,
jika pewaris membuat wasiat yang isinya
mereka tidak mewaris, mereka hanya
berhak menuntut bagian mutlaknya saja.
Sehingga pengadilan benar-benar
memperhatikan status hukum mereka
sebagai anak-anak sah dan dengan demikian
berhak mewaris;
2. Bahwa dengan adanya wasiat yang dibuat
oleh pewaris, dimana anakanak sah pewaris
tidak mendapatkan harta warisan, maka
kedudukan mereka sebenarnya bukan ahli
waris lagi, tetapi dalam hal ini
KUHPerdata, melindungi anak-anak sah
untuk berkedudukan sebagai ahli waris, jika
mereka mengajukan tuntutan untuk
mendapatkan hak mutlak mereka terhadap
harta peninggalan yang secara jelas
dilindungi oleh Undang-undang.

9
Jurnal Ilmu Hukum Legal Opinion
Edisi 3, Volume 3, Tahun 2015

DAFTAR PUSTAKA

Ahlan Sjarif Surini, Intisari Hukum Waris menuruta Bergerlijk Wetboek, Ghalia Indonesia,
Jakarta, 1982.
Ali Afandi, Hukum Waris, Hukum Keluarga, Hukum Pembuktian, Rineke Cipta, Jakarta,
2000
Anisitus Amanat, Membagi Warisan Berdasarkan Pasal-pasal Hukum Perdata BW,
Rajawali Grafindo Persada, Jakarta, 2001
Hartono Soerjopratiknjo, Hukum Waris Testamenter, Seksi Notaris FH UGM, Jogjakarta,
1984
Komar Andhasasmitha, Hukum Harta Perkawinan dan Waris menurut KUHPerdata,
Ikatan Notaris Indonesia, Jakarta, 1987
Pitlo. A, Hukum Waris, PT. Intermasa, Jakarta, 1979
10

Anda mungkin juga menyukai