Anda di halaman 1dari 19

TUGAS MAKALAH PPKn

PERLINDUNGAN PENEGAKAN HUKUM

DI INDONESIA

DI SUSUN OLEH :

NUR AMINAH

SINDRI RAMADHANI

DIAN LAILATUL MUTMAINA

SMA N 3 NANGA BULIK

TAHUN AJARAN 2022/2023


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunia-
Nya sehingga makalah Perlindungan dan Penegakan Hukum di Indonesia ini dapat diselesaikan
dengan baik. Tidak lupa shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada Rasulullah
Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya, dan kepada kita selaku umatnya.

Kami juga menyadari pentingnya akan sumber bacaan dan referensi internet yang telah
membantu dalam memberikan informasi yang akan menjadi bahan makalah ini.

Kami mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan dan kekurangan,
karena kesempurnaan hanya milik Yang Maha Kuasa yaitu Allah SWT, dan kekurangan pasti
milik kita sebagai manusia. Semoga makalah Perlindungan dan Penegakan Hukum di Indonesia
ini dapat bermanfaat bagi kita semuanya.

Lamandau, 23 November 2023

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR......................................................................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................................................2
1. Latar Belakang Masalah.................................................................................................................2
2. Rumusan Masalah..........................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................................2
A.Konsep Perlindungan dan Penegakan Hukum....................................................................................2
B. Peran penegak Hukum.......................................................................................................................2
C. Praktik Perlindungan dan Penegakan Hukum...................................................................................2

BAB III PENUTUP........................................................................................................................................2


A. Kesimpulan.....................................................................................................................................2

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah.

Undang-Undang Dasar 1945 secara tegas menerangkan dalam pasal 1 ayat (3) UUD 1945
perubahan ketiga yang berbunyi “Negara Indonesia adalah Negara hukum”. Artinya, Negara
Kesatuan Republik Indonesia adalah negara yang berdasar atas hukum (rechtsstaat), tidak
berdasar atas kekuasaan (machstaat). Dan pemerintah berdasarkan sistem konsitusi (hukum
dasar), bukan absolutisme (kekuasaan yang tidak terbatas). Dan perwujudan hukum tersebut
terdapat dalam UUD 1945 serta peraturan perundangan di bawahnya. Tetapi kenapa sistem
hukum di negeri ini selalu menjadi topik yang tak bosan- bosannya diperbincangkan dan selalu
membuat masalah. Apakah sistem yang berlaku tidak sesuai dengan karakter bangsa
Indonesia? Apakah para pelaku hukum yang tidak mengetahui ganjaran setiap tindakan
penyelewengan yang mereka lakukan? Atau apakah ganjaran dari sistem hukum tersebut yang
kurang tegas untuk mengatasi berbagai macam permasalahan tindak pidana?.

Dalam negara hukum, segala permasalahan diselesaikan sesuai hukum yang berlaku. Akan
tetapi, praktik perlindungan dan penegakan hukum terkadang berbeda dengan prosedur yang
ditetapkan. Oleh karena itu, perlindungan dan penegakan hukum di Indonesia untuk
menjamin keadilan dan kebenaran dalam kehidupan bermasyarakat harus segera dibenahi
agar tidak terjadi penyelewengan hukum yang dilakukan oleh oknum- oknum yang tidak
bertanggung jawab. Seorang yang melanggar hukum harus ditindak sesuai aturan hukum yang
berlaku. Perlindungan dan penegakan hukum harus memenuhi rasa keadilan masyarakat.

Hukum Negara ialah aturan bagi Negara itu sendiri, bagaimana suatu Negara menciptakan
keadaan yang relevan, keadaan yang menentramkan kehidupan sosial masyarakatnya,
menghindarkan dari segala bentuk tindak pidana maupun perdata. Namun tidak di Indonesia
dalam beberapa tahun terakhir ini, pemberitaan di media masa sungguh tragis. Bahkan dari
Hasil survei terbaru dari Lingkaran Survei Indonesia (LSI) menyebutkan bahwa 56,0 persen
publik menyatakan tidak puas dengan penegakan hukum di Indonesia, hanya 29,8 persen
menyatakan puas, sedangkan sisanya 14,2 persen tidak menjawab. Sebuah fenomena yang
menggambarkan betapa rendahnya wibawa hukum di mata publik.

2. Rumusan Masalah.
1. Apakah perlindungan dan penegakan hukum itu ?
2. Apa peran penegak hukum ?
3. Apa praktik perlindungan dan penegakan hukum ?

1
BAB II

PEMBAHASAN

A.Konsep Perlindungan dan Penegakan Hukum.


Hukum adalah keseluruhan peraturan tentang tingkah laku. Hukum dapat dipaksakan
pelaksanaannya dengan suatu sanksi. Pasal 27 UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945
menyatakan bahwa "Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan
pemerintah dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada
kecualinya". Rumusan tersebut bermakna bahwa semua warga negara dimanapun berada
memiliki kedudukan yang sama di mata hukum dan hak-hak yang sama di hadapan
pemerintah.

1. Perlindungan Hukum.
Pasal 28D UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan bahwa setiap orang
berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum Yang Adil serta
perlakuan yang sama di depan hukum. Pasal tersebut mengandung konsep perlindungan
hukum terhadap warga negara.

Beberapa teori perlindungan hukum yang diutarakan oleh para ahli yaitu sebagai berikut.

1. Satjipto Raharjo.
Satjipto Raharjo (tokoh hukum Indonesia) menyatakan bahwa perlindungan hukum
adalah memberikan pengayoman kepada hak asasi manusia yang dirugikan orang lain dan
perlindungan tersebut diberikan kepada masyarakat agar mereka dapat menikmati semua hak
yang diberikan oleh hukum.
2. Setiono.
Menurut Setiono dalam bukunya Rule Of Law (Supremasi Hukum) menyatakan bahwa
perlindungan hukum merupakan tindakan untuk melindungi masyarakat dari kesewenang-
wenangan penguasa yang tidak sesuai aturan yang berlaku untuk mewujudkan ketentraman
dan ketertiban umum.
3. Philipus M.Hadjon.
Philipus M.Hadjon pakar hukum tata negara dan hukum administrasi menyatakan bahwa
perlindungan hukum bagi rakyat berupa tindakan pemerintah yang bersifat preventif dan
Represif. Bersifat preventif artinya pemerintah lebih bersifat hati-hati dalam pengambilan dan
pembuatan keputusan karena masih dalam bentuk tindakan pencegahan. Bersifat Represif
artinya pemerintah harus lebih bersikap tegas dalam pengambilan dan pembuatan keputusan
atas pelanggaran yang terjadi.
Berdasarkan beberapa teori perlindungan hukum dari beberapa tokoh tersebut dapat
disimpulkan bahwa perlindungan hukum adalah segala upaya pemenuhan dan pemberian
bantuan untuk memberikan rasa aman kepada sanksi dan atau korban. Perlindungan hukum
korban kejahatan sebagai bagian dari perlindungan masyarakat dapat diwujudkan dalam
berbagai bentuk seperti melalui pemberian restitusi, kompensasi, pelayanan medis, dan
bantuan hukum. Perlindungan hukum diberikan kepada subjek hukum ke dalam bentuk
perangkat baik yang bersifat preventif maupun Represif baik lisan maupun tertulis.

2
Berdasarkan pengertian perlindungan hukum dapat disimpulkan bahwa suatu
perlindungan dapat dikatakan sebagai perlindungan hukum apabila mengandung unsur
sebagai berikut.
a. Adaa jaminan dari pemerintah kepada warganya.
b. Adanya jaminan kepastian hukum.
c. Berkaitan dengan hak-hak warga negara.
d. Adanya sanksi hukum bagi pihak yang melanggarnya.

Unsur-unsur tersebut dapat memberikan pengertian bahwa perlindungan hukum


merupakan perlindungan terhadap subjek hukum melalui peraturan perundang-undangan
yang berlaku. Pelaksanaan peraturan perundang-undangan tersebut dipaksakan dengan suatu
sanksi. Perlindungan hukum dikategorikan menjadi dua macam, yaitu perlindungan hukum
secara preventif dan represif.

a. Perlindungan Hukum secara Preventif.


Perlindungan hukum secara preventif bertujuan mencegah terjadinya pelanggaran.
Perlindungan hukum secara preventif terdapat dalam peraturan perundang-undangan yang
berisi rambu-rambu dan batasan-batasan dalam melakukan kewajiban. Pada perlindungan
hukum secara preventif, subjek hukum mempunyai kesempatan mengajukan keberatan Dan
pendapatnya sebelum pemerintah memberikan hasil keputusan akhir. Oleh karena bersifat
pencegahan, pemerintah harus lebih berhati-hati dalam pengambilan dan pembuatan
keputusan.
b. Perlindungan Hukum secara Represif.
Perlindungan hukum secara represif merupakan sikap tegas pemerintah atas pelanggaran
yang telah terjadi. Pada perlindungan hukum secara represif, subjek hukum tidak mempunyai
kesempatan mengajukan keberatan karena ditangani langsung oleh peradilan administrasi dan
pengadilan umum. Perlindungan ini diberikan untuk menyelesaikan suatu pelanggaran atau
sengketa yang sudah terjadi perlindungan hukum secara represif dapat berupa hukuman
penjara, denda, dan hukuman tambahan lainnya.

2. Penegakan Hukum.
Pemerintah membuat peraturan perundang-undangan untuk melindungi hak-hak warga
negara. Pembuatan peraturan perundang-undangan merupakan upaya preventif yang
dilakukan pemerintah untuk mencegah pelanggaran hak-hak warga negara. Setiap peraturan
perundang-undangan selalu mengadopsi nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara Indonesia.
Meskipun demikian tidak sedikit warga masyarakat tetap melakukan pelanggaran hukum.
Oleh karena itu, perlu ada penegakan hukum.
Penegakan hukum adalah pelaksanaan hukum secara konkret dalam kehidupan
masyarakat sehari-hari. Advokat senior Munir Fuady menyatakan bahwa pelaksanaan
penegakan hukum bertujuan untuk mewujudkan keadilan, kebahagiaan, kesebandingan,
kepastian hukum, perlindungan hak, ketertiban, dan kebahagiaan masyarakat. Penegakan
hukum merupakan ujung tombak terciptanya tatanan hukum yang baik dalam masyarakat.
Penegakan hukum yang dilakukan dengan baik dan efektif merupakan salah satu tolok
ukur keberhasilan suatu negara dalam upaya mengangkat harkat dan martabat bangsa di
bidang hukum, terutama dalam memberikan perlindungan hukum terhadap warga negaranya.
Sebaliknya penegakan hukum yang tidak berjalan sebagaimana mestinya merupakan indikator

3
bahwa negara yang bersangkutan belum sepenuhnya mampu memberikan perlindungan
hukum kepada warganya. Perlu ada kerjasama antara pemerintah dan masyarakat demi
tegaknya hukum di Indonesia. Hukum hendaknya ditaati karena kesadaran, bukan karena
ketakutan. Ketaatan dan kesadaran hukum yang tinggi akan memperkuat penegakan hukum di
Indonesia.

3. Pentingnya Perlindungan dan Penegakan Hukum.


Perlindungan dan penegakan hukum sangat penting bagi masyarakat dan pemerintah.
Perrlindungan hukum yang menjamin hak-hak warga negara dapat mendorong terwujudnya
pemerintah yang baik. Adapun penegakan hukum yang baik memberikan jaminan atas
pekerjaannya sistem hukum yang dilakukan aparat penegak hukum. Perlindungan dan
penegakan hukum yang baik harus memenuhi asas-asas sebagai berikut.
a. Kepastian Hukum (Rechtssicherkeit).
Hukum dibuat untuk memberikan jaminan terhadap hak-hak warga negara dan
pemerintah. Hak-hak tersebut tidak boleh dilanggar. Apabila hak-hak dijamin hukum
dilanggar, pelanggarnya akan mendapatkan sanksi. Keberadaan sanksi dalam hukum
merupakan salah satu ciri hukum.
Bekerjanya hukum dalam proses perlindungan dan penegakan hukum menunjukkan
tegangan supremasi hukum. Ini menjadi suatu bukti bahwa hukum mempunyai kuasa dalam
suatu negara kekuasaan hukum berlaku bagi semua pihak, bagi warga negara maupun
pemerintah. Pemerintah sebagai pelaksana pemerintahan negara harus memperhatikan
aturan-aturan hukum yang berlaku.
b. Keadilan Hukum (Gerechtigkeit).
Tujuan hukum adalah memberikan rasa keadilan kepada semua pencari keadilan. Wujud
wujud dari Keadilan adalah warga negara dan pemerintah mendapatkan hak dan
kewajibannya secara teratur. Pelaksanaan hak dan kewajiban yang berjalan baik akan
terwujud apabila aturan-aturan ditegakkan. Tegaknya peraturan dipengaruhi dua faktor, yaitu
faktor penegak hukum dan masyarakat. Aparat penegak hukum yang bekerja dengan baik
dapat menciptakan keadilan hukum. Keadilan hukum dapat terwujud apabila para pihak
(Masyarakat dan penegak hukum) mendukung terhadap perlindungan dan penegakan hukum.
Dua aspek tersebut membantu secara nyata dalam mewujudkan tegaknya keadilan.
c. Kemanfaatan Hukum (Zeweckmassigkeit) .
Hukum dapat menjadi alat kontrol sosial. Berbagai ketentuan yang ada dalam peraturan
perundang-undangan menjadi batas sekaligus tindakan yang harus dilakukan masyarakat.
Kehidupan masyarakat akan lebih terjaga. Idikator perbuatan baik dan buruk dalam
masyarakat dapat diketahui dalam peraturan perundang-undangan. Seperti contoh pasal 362
kitab undang-undang hukum pidana. Pasal tersebut memberikan larangan melakukan
pencurian kepada setiap orang. Dengan demikian, dapat diketahui bahwa pencurian
merupakan tindakan yang tidak baik sebagaimana diatur dalam kitab undang-undang hukum
pidana. Apabila semua orang mematuhi aturan tersebut, kehidupan masyarakat akan tentram
dan aman. Itulah yang dijelaskan bahwa hukum bermanfaat bagi masyarakat.

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perlindungan dan Penegakan Hukum.


Hukum berfungsi sebagai alat kontrol bagi masyarakat. Faktor-faktor yang mempengaruhi
berlakunya hukum dalam masyarakat sebagai berikut.
a. Kaidah Hukum atau Hukumnya.

4
Menurut Soerjono Soekanto, dalam hal ini yang dimaksud adalah undang-undang yang
dibuat tidak boleh bertentangan dengan ideologi negara. Selain itu penyusunan undang-
undang dibuat haruslah Menurut ketentuan yang mengatur kewenangan pembuatan undang-
undang sebagaimana diatur dalam konstitusi negara. Selanjutnya, undang-undang haruslah
dibuat sesuai dengan kebutuhan dan kondisi masyarakat dimana undang-undang tersebut
diberlakukan.

Hukum sebagai kaidah yang berlaku dalam masyarakat dapat dibedakan menjadi tiga sebagai
berikut.

1. Kaidah hukum berlaku secara Yuridis, apabila penentuannya didasarkan pada tata peraturan
yang lebih tinggi tingkatannya atau terbentuk atas dasar yang telah ditetapkan.

2. Kaidah hukum berlaku secara sosiologis, apabila kaidah tersebut efektif. Artinya kaidah
tersebut dapat dipaksakan berlakunya oleh pemerintah walaupun tidak diterima oleh
masyarakat.

3. Kaidah hukum berlaku filosofis apabila sesuai cita-cita hukum sebagai nilai positif tertinggi.

Ketiga aspek tersebut harus ada dalam hukum. Apabila satu tidak ada, efektivitas
berlakunya hukum tidak dapat tercapai. Apabila hukumannya berlaku secara yuridis, Ada
kemungkinan kaidah itu merupakan kaidah mati. Apabila hukum hanya berlaku sosiologis,
kaidah hukum itu menjadi aturan pemaksa. Apabila hanya berlaku filosofis, kaidah itu hanya
merupakan hukum yang cita-citakan (Ius constituendum).

Menurut Soerjono Soekanto, ahli hukum Indonesia menyatakan bahwa supaya pembuat
hukum tidak sewenang-wenang atau supaya hukum bisa diberlakukan dalam masyarakat
diperlukan syarat-syarat sebagai berikut.

1). Keterbukaan dalam proses pembuatan.

2). Pemberian hak kepada masyarakat untuk memberikan usulan melalui cara:

a. Penguasa mengundang mereka yang berminat untuk menghadiri suatu pembicaraan


mengenai peraturan tertentu;

b. Suatu Departemen tertentu mengundang organisasi-organisasi tertentu untuk


memberikan masukan bagi suatu rancangan undang-undang yang sedang disusun;

c. Acara dengar pendapat di Dewan Perwakilan Rakyat; dan

d. Pembentukan kelompok-kelompok penasihat yang terdiri atas tokoh-tokoh masyarakat


atau para ahli.

b. Penegak Hukum.
Penegak hukum memiliki kewajiban dalam menegakkan hukum. Setiap aparat penegak
hukum harus memiliki sifat yang baik agar penegakan hukum bisa berjalan dengan baik. Agar
tercapai penegakan hukum, para penegak hukum harus bekerja sesuai peraturan perundang-
undangan penegakan hukum yang baik yaitu penegakan hukum yang mengutamakan keadilan
dan profesionalisme dalam menegakkan hukum. Penegak hukum antara lain polisi, Jaksa, dan
hakim. Ketiga pihak tersebut sangat mempengaruhi Berhasil tidaknya proses penegakan
hukum.

5
c. Sarana atau Fasilitas.
Sarana atau fasilitas sangat penting untuk mengefektifkan suatu aturan tertentu. Sarana
yang menunjang penegakan hukum antara lain kendaraan,kantor, dan komputer. Semua itu
sangat penting dalam menunjang penegakan hukum. Tanpa didukung oleh fasilitas yang
dibutuhkan penegakan hukum tidak bisa berjalan. Oleh karena itu, aparat penegak hukum
perlu mendapatkan fasilitas dalam rangka menunjang kinerja penegakan hukum.
d. Masyarakat.
Masyarakat merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi efektivitas suatu peraturan.
Kepatuhan masyarakat terhadap peraturan perundang-undangan menjadi indikator
berfungsinya hukum yang bersangkutan. epatuhan masyarakat terhadap hukum sangat
diperlukan. Oleh karena itu, perlu adanya pemahaman kepada masyarakat untuk
membudayakan tertib hukum. Pembudayaan tertib hukum dapat membantu menciptakan
tujuan hukum untuk memberikan keadilan, kemanfaatan, dan kepastian. Bagi masyarakat
selain itu masyarakat. Selain itu, masyarakat hendaknya memiliki kesadaran hukum.
d. Kebudayaan.
Kebudayaan merupakan hasil karya, rasa, dan Cipta yang didasarkan pada Karsa manusia.
Kebudayaan muncul dalam kehidupan sosial masyarakat nilai-nilai kebudayaan dalam setiap
masyarakat berbeda. Masyarakat Indonesia memiliki kebudayaan berbeda dengan masyarakat
di negara lain. Nilai baik dan buruk dalam kebudayaan tersebut akan menjadi dasar
pembentukan norma atau hukum. Dengan demikian, hukum akan mengatur baik dan buruk
yang sesuai kebudayaan masyarakat.

B. Peran penegak Hukum.


Masyarakat membutuhkan keadilan dan kedamaian dalam menjalani hidup. Pemerintah
sebagai pengelola negara memiliki kewajiban dalam memberikan rasa adil dan damai kepada
masyarakat.

Pembentukan peraturan perundang-undangan yang dilakukan pemerintah merupakan


salah satu upaya mewujudkan keadilan dan Kedamaian. Akan tetapi, keberadaan peraturan
perundang-undangan belum cukup untuk mewujudkan keadilan dan Kedamaian. Diperlukan
lembaga penegak hukum yang mampu melaksanakan secara teknis penegakan hukum sesuai
peraturan perundang-undangan. Dengan demikian, keberadaan lembaga penegak hukum
dalam menjamin keadilan dan kedamaian sangat penting. Berikut penjelasan peran lembaga
penegak hukum dalam menjamin keadilan dan Kedamaian.

1. Kepolisian Negara Republik Indonesia.


Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah aparat penegak hukum yang bertugas
melakukan penyelidikan dan penyidikan. Visi Polri yaitu terwujudnya pelayanan keamanan
dan ketertiban masyarakat yang prima, tegaknya hukum dan keamanan dalam negeri yang
mantap, serta terjalaninya Sinergi polisional yang proaktif. Misi polri sebagai berikut.

a. Melaksanakan deteksi dini dan peringatan dini melalui kegiatan / operasi


penyelidikan,pengamanan, dan penggalangan.

b. Memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan secara mudah, responsif, dan tidak
diskriminatif.

6
c. Menjaga keamanan, ketertiban, dan kelancaran lalu lintas untuk menjamin keselamatan dan
kelancaran arus orang dan barang.

d. Menjamin keberhasilan penanggulangan gangguan keamanan dalam negeri.

e. Mengembangkan perpolisian masyarakat yang berbasis pada masyarakat patuh hukum.

f. Menegakkan hukum secara profesional, objektif, proporsional, transparan, dan akun tabel
untuk menjamin kepastian hukum dan rasa keadilan.

g. Mengelola secara profesional, transparan, akun tabel, dan modern seluruh sumber daya
polri guna mendukung operasionalitas tugas polri.

h. Membangun sistem Sinergi polisional Inter departemen dan lembaga internasional maupun
komponen masyarakat dalam rangka membangun kemitraan tentang Kepolisian Negara
Republik Indonesia dan jejaringan kerja ( partnership building/networking).

2. Peran Kejaksaan republik Indonesia

Kejaksaan republik Indonesia adalah lembaga negara yang melaksanakan kekuasaan


negara, khususnya di bidang penuntutan.

Penuntutan merupakan tindakan Jaksa untuk melimpahkan perkara pidana ke pengadilan


negeri yang berwenang dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang
dengan permintaan supaya diperiksa dan diputus oleh Hakim di sidang pengadilan.

Pelaku pelanggaran pidana yang akan dituntut adalah yang benar bersalah dan telah
memenuhi unsur-unsur tindak pidana yang disangkakan dengan didukung oleh barang bukti
yang cukup dan didukung oleh minimal 2 (dua) orang saksi.

Keberadaan Kejaksaan republik Indonesia diatur dalam UU RI No.16 Tahun 2004 tentang
Kejaksaan republik Indonesia.

Berdasarkan undang-undang tersebut, dituntut untuk lebih berperan dalam menegakkan


supremasi hukum, perlindungan kepentingan umum, penegakan hak asasi manusia, serta
pemberantasan korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN).

Adapun yang menjadi tugas dan wewenang Kejaksaan dikelompokkan menjadi tiga
bidang, Berikut.

a. Di Bidang pidana

1).melakukan penuntutan

2). Melaksanakan penetapan Hakim dan putusan pengadilan yang telah memperoleh
kekuatan hukum tetap.

3). Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan keputusan pidana Bersyarat, putusan


pidana pengawasan, dan keputusan lepas Bersyarat.

4). Melakukan penyidikan terhadap tindak pidana tertentu berdasarkan undang-undang.

7
5). Melengkapi berkas perkara tertentu dan untuk itu dapat melakukan pemeriksaan
tambahan sebelum dilimpahkan ke pengadilan yang dalam pelaksanaannya
dikoordinasikan dengan penyidik.

b. Di bidang di bidang perdata dan tata usaha negara

Kejaksaan, dengan kuasa khusus, dapat bertindak, baik di dalam maupun di luar
pengadilan, untuk dan atas nama negara atau pemerintah.

c. Dalam bidang ketertiban dan ketentraman umum

1). Peningkatan kesadaran hukum masyarakat.

2). Pengamanan kebijakan penegakan hukum.

3). Pengawasan peredaran barang cetakan.

4). Pengawasan aliran kepercayaan yang dapat membahayakan masyarakat dan negara.

5). Pencegahan penyalahgunaan dan atau penodaan agama.

6). Penelitian dan pengembangan hukum serta statistik kriminal.

3. Peran Hakim sebagai pelaksana kekuasaan kehakiman

Perwujudan kekuasaan kehakiman diatur sepenuhnya dalam UU RI No. 48 Tahun 2009


tentang kekuasaan kehakiman,(penyempurnaan UU RI No. 4 Tahun 2004 tentang kekuasaan
Kehakiman).

Berdasarkan UU RI No. 48 Tahun 2009 tersebut, kekuasaan kehakiman dilakukan oleh


Mahkamah Agung (MA). Badan peradilan yang berada dibawah Mahkamah Agung meliputi
badan peradilan yang berada di lingkungan peradilan umum, peradilan agama, Peradilan
Militer dan peradilan tata usaha negara, serta oleh sebuah Mahkamah Konstitusi.

Lembaga-lembaga tersebut berperan sebagai penegak keadilan, dan dibersihkan dari


setiap intervensi baik dari lembaga legislatif, eksekutif maupun lembaga lainnya. Kekuasaan
kehakiman yang diselenggarakan oleh lembaga-lembaga tersebut dilaksanakan oleh Hakim.

Hakim adalah pejabat peradilan negara yang Diberi wewenang oleh undang-undang untuk
mengadili.

Mengadili merupakan serangkaian tindakan Hakim untuk menerima, memeriksa, dan


memutuskan perkara hukum berdasarkan asas bebas, jujur dan tidak memihak di sebuah
sidang pengadilan berdasarkan ketentuan perundang-undangan.

Hakim diberi kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan. Dengan kata
lain, Hakim tidak boleh dipengaruhi oleh kekuasaan kekuasaan lain dalam memutuskan
perkara.

Menurut ketentuan undang-undang RI No. 48 Tahun 2009 tentang kekuasaan kehakiman,


hakim berdasarkan jenis lembaga peradilannya dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok
berikut:

8
a. Hakim pada Mahkamah Agung yang disebut dengan hakim agung.

b.Hakim pada badan peradilan yang berada di bawah Mahkamah Agung, yaitu dalam
lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan Peradilan Militer,
lingkungan peradilan tata usaha negara, dan hakim pada pengadilan khusus yang berada
dalam lingkungan peradilan tersebut.

c. Hakim pada mahkamah konstitusi yang disebut dengan hakim konstitusi.

Peradilan menunjuk pada proses mengadili perkara sesuai dengan kategori perkara yang
diselesaikan.

Pengadilan menunjuk pada tempat untuk mengadili perkara atau tempat untuk
melaksanakan proses peradilan guna menegakkan hukum.

Pengadilan secasra umum mempunyai tugas untuk mengadili perkara menurut hukum
dengan tidak membeda-bedakan orang.

Pengadilan tidak boleh menolak untuk memeriksa, mengadili, dan memutus suatu
perkara yang diajukan dengan dialih bahwa hukum tidak ada atau kurang.

4. Peran advokat dalam penegakan hukum

Advokat adalah orang yang berprofesi memberi jasa hukum, baik di dalam maupun di luar
pengadilan.

Jasa hukum yang diberikan berupa memberikan konsultasi hukum, bantuan hukum,
menjalankan kuasa, mewakili, membela, mendampingi, dan melakukan tindakan hukum.

Melalui jasa hukum yang diberikan, advokat menjalankan tugas profesi demi tegaknya
keadilan, termasuk usaha memberdayakan masyarakat dalam menyadari hak-hak
fundamental mereka di depan hukum.

Keberadaan advokat sebagai salah satu penegak hukum diatur dalam undang-undang RI
Nomor 18 tahun 2003 tentang advokat. Melalui UU ini, setiap orang yang memenuhi
persyaratan dapat menjadi seorang advokat.

Tugas dari advokat secara khusus adalah membuat dan mengajukan gugatan, jawaban,
tangkisan, sangkalan, tapi dia matanya udah semua ya memberi pembuktian, mendesak
segera disidangkan atau diputuskan perkaranya, dan sebagainya.

Di samping itu, pengacara bertugas membantu Hakim dalam mencari kebenaran dan
tidak boleh memutarbalikkan peristiwa demi kepentingan kliennya agar kliennya menang dan
bebas.

Hak advokat adalah sebagai berikut:

a. Advokat bebas mengeluarkan pendapat atau pernyataan dalam membela perkara yang
menjadi tanggung jawabnya di dalam sidang pengadilan dengan tetap berpegang pada kode
etik profesi dan peraturan perundang-undangan.

9
b. Advokat bebas dalam menjalankan tugas profesinya untuk membela perkara yang menjadi
tanggung jawabnya dengan tetap berpegang pada kode etik profesi dan peraturan perundang-
undangan.

c. Advokat tidak dapat dituntut baik secara perdata maupun pidana dalam menjalankan tugas
profesinya dengan iktikad baik untuk kepentingan pembelaan klien dalam sidang pengadilan.

d. Advokat berhak memperoleh informasi, data, dan dokumen lainnya, baik dari instansi
pemerintah maupun pihak lain yang berkaitan dengan kepentingan tersebut yang diperlukan
untuk pembelaan kepentingan kliennya sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

e. Advokat berhak atas kerahasiaan hubungannya dengan klien, termasuk perlindungan atas
berkas dan dokumennya terhadap penyitaan atau pemeriksaan dan perlindungan terhadap
penyadapan atas komunikasi elektronik advokat.

f. Advokat tidak dapat diidentikkan dengan kliennya dalam membela perkara clean oleh pihak
yang berwenang dan atau masyarakat.

Kewajiban yang Harus dipatuhi oleh seorang advokat diantaranya adalah sebagai berikut.

a. Advokat dalam menjalankan tugas profesinya dilarang membedakan perlakuan terhadap


klien berdasarkan jenis kelamin, agama, politik, keturunan, ras, atau latar belakang sosial dan
budaya.

b. Advokat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui atau diperoleh dari kliennya
karena hubungan profesinya, kecuali ditentukan lain oleh undang-undang.

c. Advokat dilarang memegang jabatan lain yang bertentangan dengan kepentingan tugas dan
martabat profesinya.

d. Advokat dilarang memegang jabatan lain yang meminta pengabdian sedemikian rupa
sehingga merugikan profesi advokat atau mengurangi kebebasan dan kemerdekaan dalam
menjalankan tugas profesinya.

e. Advokat yang menjadi pejabat negara tidak melaksanakan tugas profesi advokat selama
memangku jabatan.

5. Peran Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)

KPK adalah sebuah komisi yang dibentuk pada tahun 2003 berdasarkan undang-undang RI No
30 tahun 2002 tentang komisi pemberantasan tindak pidana korupsi.

Tujuan dibentuknya KPK adalah untuk mengatasi, menanggulangi dan memberantas korupsi.

Untuk mencapai tujuan tersebut, KPK mempunyai tugas sebagai berikut:

a. Koordinasi dengan instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana


korupsi.

b. Supervisi terhadap instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana


korupsi.

c. Melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penentuan terhadap tindak pidana korupsi.

10
d. Melakukan tindakan-tindakan pencegahan tindak pidana korupsi.

e. Melakukan monitor terhadap penyelenggaraan pemerintahan negara.

Dalam menjalankan tugas dan wewenangnya itu, KPK berpedoman pada asas sebagai berikut:

1) kepastian hukum, yakni asas dalam negara hukum yang mengutamakan landasan peraturan
perundang-undangan, kepatutan, dan keadilan dalam setiap kebijakan menjalankan tugas dan
wewenang KPK.

2) keterbukaan, yakni asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk memperoleh
informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang kinerja KPK dalam menjalankan
tugas dan fungsinya.

3) akuntabilitas, yakni asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir kegiatan
KPK harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai Pemegang
kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

4) kepentingan umum, yakni asas yang mendahulukan kesejahteraan umum dengan cara yang
aspiratif, akomodatif, dan selektif.

5) proporsionalitas, yakni asas yang mengutamakan keseimbangan antara tugas, wewenang,


tanggung jawab, dan kewajiban KPK.

6. Lembaga Pemasyarakatan.

Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS) diatur dalam undang-undang Nomor 12 Tahun 1995


tentang Pemasyarakatan yang mengubah sistem kepenjaraan menjadi sistem Pemasyarakatan.
Sistem Pemasyarakatan merupakan suatu rangkaian kesatuan penegak hukum. Sistem
Pemasyarakatan diselenggarakan dalam rangka membentuk warga binaan Pemasyarakatan
agar menjadi manusia seutuhnya, menyadari kesalahan, memperbaiki diri, dan tidak
mengulangi tindak pidana.

Menurut ketentuan pasal 1 angka 3 undang-undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang


Pemasyarakatan, dinyatakan bahwa Lapas adalah tempat untuk melaksanakan pembinaan
narapidana dan anak didik Pemasyarakatan. Lembaga Pemasyarakatan menjalankan tugas dan
fungsinya sesuai UUD NRI tahun 1945 dan Pancasila.

Lembaga-lembaga penegak hukum bertugas dan berkewajiban menegakkan hukum demi


terwujud keadilan dan Kedamaian. Pelaksanaan penegakan hukum yang dilakukan oleh para
penegak hukum menunjukkan komitmen kepada dunia bahwa Indonesia adalah negara
hukum. Pengakuan secara tertulis bahwa Indonesia sebagai negara hukum terdapat dalam
pasal 1 ayat (3) UUD NRI tahun 1945.

C. Praktik Perlindungan dan Penegakan Hukum.


Negara Indonesia adalah negara hukum yang berarti setiap perbuatan aparat negara
harus berdasarkan hukum serta setiap warga harus menaati hukum. Dengan perkembangan
dunia yang makin kompleks, tidak jarang muncul berbagai permasalahan serius yang perlu
mendapatkan perhatian sedini mungkin. Permasalahan yang timbul itu, bisa berupa
pelanggaran terhadap norma-norma yang ada dalam kehidupan masyarakat maupun aturan-

11
aturan yang bertendensi untuk menciptakan suatu fenomena yang bertentangan dengan
kaidah moral dan kaidah Susila serta aturan-aturan hukum.

1. Pelanggaran Hukum dan Sanksinya.


Pelanggaran yang terjadi merupakan realitas dari keberadaan manusia yang tidak
menerima aturan-aturan secara keseluruhan. Apabila hal itu dibiarkan berlarut-larut dan
kurang mendapat perhatian, akan timbul keresahan dalam masyarakat sehingga dapat
mengganggu ketertiban umum. Dewasa ini memang para pelaku kejahatan atau pelanggaran
terhadap norma yang ada semakin marak terjadi, baik itu disengaja maupun tidak disengaja.
Setiap tindakan yang bertentangan dengan hukum akan ditindak sesuai peraturan yang
berlaku dan dikenai sanksi tegas.
a. Perilaku Pelanggaran Hukum

Pelanggaran hukum merupakan pengingkaran terhadap kewajiban yang telah


ditetapkan oleh peraturan atau hukum yang berlaku. Pelanggaran hukum disebut juga
perbuatan melawan hukum. Suatu tindakan dikatakan sebagai pelanggar hukum apabila
memenuhi keempat unsur, yaitu adanya perbuatan melawan hukum, adanya kerugian, adanya
kesalahan, Serta adanya hubungan sebab akibat. b. Sanksi Pelanggaran Hukum.

Secara umum, Indonesia membedakan sanksi hukum menjadi tiga, yaitu hukum pidana,
hukum perdata, dan hukum administrasif. Penjelasannya sebagai berikut.

1. Sanksi Hukum Pidana.


Ketentuan pidana dalam perundang-undangan Indonesia diterapkan bagi setiap orang
yang melakukan tindak pidana. Sanksi hukum pidana sesuai pasal 10 kitab undang-undang
hukum.
a. Pidana Pokok

1) Pidana mati

2) Pidana penjara

3) Pidana kurungan

4) Pidana denda

5) Pidana tutupan

b. Pidana Tambahan

1) Pencabutan hak-hak tertentu

2) Perampasan barang-barang tertentu

3) Pengumuman putusan hakim.

2. Sanksi Hukum Perdata.


Dalam hukum perdata, putusan yang dijatuhkan oleh Hakim dapat berupa:
a. Putusan condemnatoir, yakni putusan yang bersifat menghukum pihak yang dikalahkan
untuk memenuhi prestasi (kewajibannya). Sebagai contoh, salah satu pihak dihukum untuk
membayar biaya perkara atau kerugian.

12
b. Putusan declaratoir, rahasiakan segala yakni putusan yang bersifat menerangkan dan
menegaskan suatu keadaan hukum semata-mata. Sebagai contoh, putusan yang menyatakan
bahwa penggugat sebagai pemilik sah atas tanah sengketa.
c. Putusan constitutif, yakni putusan yang menghilangkan suatu keadaan hukum dan
menciptakan keadaan hukum baru. Sebagai contoh, putusan yang memutuskan suatu ikatan
perkawinan.
Dapat disimpulkan, sanksi hukum perdata dapat berupa keharusan untuk memenuhi
prestasi atau kewajiban. Sanksi perdata juga berakibat hilangnya suatu keadaan hukum yang
diikuti dengan terciptanya suatu keadaan hukum baru.

3. Sanksi Hukum Administrasif.


Sanksi administrasi adalah sanksi yang dikenakan terhadap pelanggaran administrasi .
Sanksi administrasi dapat berupa denda, pembukuan hingga pencabutan sertifikat dan atau
izin, penghentian sementara pelayanan administrasi, serta tindakan administrasi lainnya.

2. Partisipasi dalam Perlindungan dan Penegakan Hukum

Sistem hukum Indonesia juga mengakomodasi perlindungan hukum bagi pelaku


kejahatan. Para pelaku kejahatan mendapat hak-hak tertentu selama masa pemeriksaan
sampai pelaksanaan putusan pengadilan. Perlindungan hukum kepada para pelaku kejahatan
merupakan bentuk pelaksanaan Hak Asasi Manusia. Walaupun pelaku kejahatan melanggar
hukum, hak-hak mereka juga tetap harus dilindungi. Salah satu peraturan perundang-
undangan yang menjelaskan tentang perlindungan hukum kepada pelaku kejahatan yaitu
kitab undang-undang hukum acara pidana. Beberapa bentuk perlindungan terhadap pelaku
kejahatan yang dapat ditemukan dalam kitab undang-undang hukum acara pidana sebagai
berikut.

a. Hak untuk mengetahui Dasar atau alasan penangkapan, penahanan dan atau penjatuhan
pidana terhadap dirinya.

b. Hak untuk memperoleh ganti kerugian maupun rehabilitasi apabila penangkapan,


penahanan, ataupun penjatuhan pidana terhadap dirinya tidak berlandaskan hukum.

c. Hak untuk mengeluarkan pendapat, baik secara lisan maupun tulisan

d. Hak untuk tidak mengeluarkan pernyataan.

e. Hak untuk diperlakukan sama (tanpa diskriminasi).

f. Hak untuk didampingi oleh penasihat hukum.

Pengingkaran perlindungan hukum terhadap hak-hak pelaku kejahatan atau tersangka


dapat dituntut dalam sidang praperadilan. Praperadilan adalah wewenang Pengadilan Negeri
untuk memeriksa dan memutus:

a. Sah atau tidaknya suatu penangkapan atau penahanan;

b. Sah atau tidaknya penghentian penyidikan atau penghentian penuntutan; serta

c. Permintaan ganti kerugian atau rehabilitasi oleh tersangka atau keluarganya atau pihak lain
atau kuasanya yang perkaranya tidak diajukan kepengadilan.

13
Perlindungan hukum tidak hanya diberikan kepada pelaku kejahatan atau tersangka,
perlindungan hukum juga diberikan kepada sanksi dan korban. Indonesia mempunyai lembaga
khusus perlindungan saksi dan korban yang bernama lembaga perlindungan saksi dan korban
(LPSK). Perlindungan saksi dan korban diatur dalam Undang-undang Nomor 13 tahun 2006
tentang perlindungan saksi dan korban. Tugas LPSK melindungi hak-hak para saksi dan korban
bentuk perlindungan yang diterima saksi dan korban sebagai berikut.

a. Perlindungan fisik dan psikis dilakukan dalam bentuk pengamanan dan pengawalan,
penempatan di rumah aman, mendapat identitas baru, bantuan medis dan pemberian
kesaksian tanpa hadir langsung di pengadilan, serta bantuan rehabilitasi psiko-sosial.

b. Perlindungan hukum dilakukan dalam bentuk keinginan hukum supaya saksi dan korban
serta pelapor tidak dapat dituntut secara hukum.

c. Pemenuhan hak prosedural saksi dalam bentuk pendampingan, mendapat penerjemah


mendapat informasi mengenai perkembangan kasus, penggantian biaya transportasi,
mendapat nasihat hukum, serta mendapat bantuan biaya hidup sampai batas waktu
perlindungan.

Secara khusus berikut Undang-undang Nomor 23 tahun 2004 tentang penghapusan


kekerasan dalam Rumah tangga menyatakan bahwa korban kekerasan berhak mendapat hal-
hal berikut.

a. Perlindungan dari pihak keluarga, kepolisian, Kejaksaan, pengadilan, advokat, lembaga


sosial, atau pihak lainnya, baik sementara maupun Berdasarkan Penetapan perintah
perlindungan dari pengadilan.

b. Pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan medis.

c. Penanganan secara khusus berkaitan dengan kerahasiaan korban.

d. Pendampingan oleh pekerja sosial dan bantuan hukum pada setiap tingkat proses
pemeriksaan.

e. Pelayanan bimbingan rohani.

Kepatuhan terhadap hukum dapat diterapkan di berbagai lingkungan seperti berikut.

a. Kepatuhan terhadap hukum di lingkungan keluarga.


Pendidikan budaya tertib hukum yang dapat membelanjakan tentang pemahaman
perlindungan dan penegakan hukum dalam keluarga dapat dilakukan dengan cara seperti
berikut.

1) menaati perintah orang tua.

2) menerima hukuman apabila melakukan kesalahan.

3) melindungi anggota keluarga dari perbuatan tidak menyenangkan yang dilakukan anggota
keluarga.

4) menaati peraturan yang disepakati anggota keluarga.

5) saling membantu antar anggota keluarga.

14
b. Kepatuhan terhadap hukum di lingkungan sekolah

Upaya perlindungan dan penegakan hukum di sekolah dapat dilakukan dengan cara
sebagai berikut.

1) mempelajari Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan.

2) membantu teman yang sedang kesusahan.

3) melaksanakan hukuman atas kesalahan yang telah dilakukan.

4) memberi hukuman kepada peserta didik yang melanggar tata tertib sekolah.

5) melindungi teman dari perbuatan perundungan ( bullying).

c. Kepatuhan terhadap hukum di lingkungan masyarakat.

Pendidikan sadar hukum yang telah diperoleh dalam keluarga dan sekolah dapat
diimplementasikan dalam masyarakat dengan cara sebagai berikut.

1) menyerahkan pelanggar hukum kepada polisi.

2) mengaktifkan kegiatan siskamling.

3) membantu tetangga yang sedang kesusahan.

4) membantu aparat kepolisian dalam menangkap tersangka pelanggaran hukum.

5) menjaga hak-hak tetangga supaya tidak diganggu.

d. Kepatuhan terhadap hukum di lingkungan bangsa dan negara

Kepatuhan bangsa Indonesia di lingkungan bangsa dan negara diimplementasikan dengan


cara sebagai berikut.

1) menaati rambu- rambu lalu lintas.

2) memiliki kartu tanda penduduk (KTP).

3) membawa Surat Izin Mengemudi ketika mengemudikan kendaraan bermotor.

4) menjaga fasilitas umum.

5) mengikuti kegiatan pemilihan umum.

15
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan.

Penegakan hukum adalah proses dilakukannya upaya untuk tegaknya atau berfungsinya
norma- norma hukum secara nyata sebagai pedoman perilaku dalam lalu lintas atau
hubungan-hubungan hukum dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

Aparatur penegak hukum mencakup pengertian mengenai institusi penegak hukum dan
aparat (orangnya) penegak hukum. Dalam arti sempit, aparatur penegak hukum yang terlibat
dalam proses tegaknya hukum itu, dimulai dari saksi, polisi, penasehat hukum, jaksa, hakim,
dan petugas sipir pemasyarakatan.

16

Anda mungkin juga menyukai