Rasa syukur yang dalam kami sampaikan ke hadirat Tuhan Yang Maha Pemurah, karena berkat
kemurahan-Nya makalah ini dapat kami selesaikan sesuai yang diharapkan. Dalam makalah ini kami
membahas Sosiologi Agama. Makalah ini dibuat dalam rangka memperdalam pemahaman mengenai
Sosiologi terlebih lagi dalam Sosiologi Agama dan hal ini diperlukan dalam suatu harapan mendapatkan
informasi terutama mahasiswa yang mengikuti mata kuliah Pengantar Sosiologi. Untuk itu rasa terima
kasih yang dalam-dalamnya kami sampaikan :
Penyusun,
(Nama Penyusun)
(Angka)
BAB I : PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Dalam sosiologi, agama dikaji sebagai suatu fakta sosial. Munculnya sosiologi agama di akhir
abad 19 sebagai disiplin baru dari sosiologi adalah untuk melihat agama sebagai situs pengetahuan
yang dikaji dari sudut pandang sosiologis. Sosiologi agama tidak melihat bagaimana seseorang
beragama, akan tetapi untuk memotret kehidupan beragama secara kolektif yang difokuskan kepada
peran agama dalam mengembangkan atau menghambat eksistensi sebuah peradaban suatu
masyarakt. Dan sejarah peradaban kemanusiaan selama berabad-abad memang tidak pernah sepi
dari hiruk pikuk aktualisasi agama dan kepercayaan dengan berbagai definisinya- yang khas dan
diwujudkan dalam perilaku keseharian masyarakat.
Karena luas dan keanekaragaman pokok bahasan agama, maka bidang agama merupakan
sesuatu yang sulit untuk diukur dengan menggunakan penilaian sosiologi. Bagi kebanyakan di antara
kita, perhatian utama terhadap agama bersifat perorangan dan individualistik. Dalam mengkaji agama
tersebut kita cenderung memusatkan pada aspek-aspek etik dan kepercayaan yang lebih bersifat
intelektual dan emosional.
1.2.TUJUAN
Untuk tujuan makalah berisi tentang tujuan yang akan dicapai dengan pembuatan makalah/paper.
BAB IV : PENUTUP
4.1. KESIMPULAN
Untuk Kesimpulan Makalah berisi tentang simpulan akhir dari pembahasan yang sudah dibuat.
Penulisan kesimpulan singkat dan jelas, tidak panjang seperti pembahasan.
DAFTAR PUSTAKA
Untuk Daftar Pustaka Makalah Berisi seluruh sumber yang digunakan dalam pembuatan
makalah/paper. Daftar pustaka berupa buku, surat kabar, majalah, informasi dari situs internet dan
lain-lain. Penulisannya secara lengkap dan mengikuti kaidah penulisan Bahasa Indonesia yang baik
dan benar.
SOSIOLOGI AGAMA
I. Pendahuluan
Dalam sosiologi, agama dikaji sebagai suatu fakta sosial. Munculnya sosiologi agama
di akhir abad 19 sebagai disiplin baru dari sosiologi adalah untuk melihat agama sebagai situs
pengetahuan yang dikaji dari sudut pandang sosiologis. Sosiologi agama
tidak melihat bagaimana seseorang beragama, akan tetapi untuk memotret kehidupan
beragama secara kolektif yang difokuskan kepada peran agama dalam mengembangkan atau
menghambat eksistensi sebuah peradaban suatu masyarakt. Dan sejarah peradaban
kemanusiaan selama berabad-abad memang tidak pernah sepi dari hiruk pikuk aktualisasi
agama dan kepercayaan dengan berbagai definisinya- yang khas dan diwujudkan dalam
perilaku keseharian masyarakat.
Karena luas dan keanekaragaman pokok bahasan agama, maka bidang agama
merupakan sesuatu yang sulit untuk diukur dengan menggunakan penilaian sosiologi. Bagi
kebanyakan di antara kita, perhatian utama terhadap agama bersifat perorangan dan
individualistik. Dalam mengkaji agama tersebut kita cenderung memusatkan pada aspek-
aspek etik dan kepercayaan yang lebih bersifat intelektual dan emosional.
II. Rumusan Masalah
Untuk memfokuskan pembahasan, penulis membuat rumusan masalah sebagai
berikut :
1. Pengertian, sejarah, tokoh dan fungsi sosiologi agama
2. Hubungan antara sosiologi agama dengan ilmu-ilmu keislaman
3. Metodologi penelitian sosiologi agama baik dalam perspektif islam atau sekuler
4. Beberapa penjelasan tentang :
a. Komunitas sosial
b. Kelompok sosial
c. Stratifikasi sosial
d. Perilaku dan tindakan sosial
e. Rekayasa sosial
f. Teori-teori sosial
III. Pembahasan
1. Pengertian, sejarah, tokoh dan fungsi sosiologi agama
Sosiologi agama adalah studi tentang fenomena sosial, dan memandang agama
sebagai fenomena sosial. Sosiologi agama selalu berusaha untuk menemukan pinsip-prinsip
umum mengenai hubungan agama dengan masyarakat.
Sosiologi agama adalah suatu cabang sosiologi umum yang mempelajari masyarakat
agama secara sosiologis guna mencapai keterangan-keterangan ilmiah dan pasti, demi
kepentingan masyarakat agama itu sendiri dan masyarakat luas pada umumnya.[1]
Sosiologi agama menjadi disiplin ilmu tersendiri sejak munculnya karya Weber dan
Durkheim. Jika tugas dari sosiologi umum adalah untuk mencapai hukum kemasyarakatan
yang seluas-luasnya, maka tugas dari sosiologi agama adalah untuk mencapai keterangan-
keterangan ilmiah tentang masyarakat agama khususnya.
Masyarakat agama tidak lain ialah suatu persekutuan hidup (baik dalam lingkup sempit
maupun luas) yang unsure konstitutif utamanya adalah agama atau nilai-nilai keagamaan.
Jika teologi mempelajari agama dan masyarakat agama dari segi supranatural, maka
sosiologi agama mempelajarinya dari sudut empiris sosiologis. Dengan kata lain, yang akan
dicari dalam fenomena agama itu adalah dimensi sosiologisnya. Sampai seberapa jauh agama
dan nilai keagamaan memainkan peranan dan berpengaruh atas eksistensi dan operasi
masyarakat. Lebih konkrit lagi, misalnya, seberapa jauh unsur kepercayaan mempengaruhi
pembentukan kepribadian pemeluk-pemeluknya, ikut mengambil bagian dalam
menciptakan jenis-jenis kebudayaan, mewarnai dasar-dasar haluan Negara, memainkan
peranan dalam munculnya strata (lapisan) sosial, seberapa jauh agama ikut mempengaruhi
proses sosial, perubahan sosial, fanatisme dan lain sebagainya. Menurut Keith A. Roberts,
sasaran (objek) kajian sosiologi agama adalah sebagai berikut :
3. Metodologi penelitian sosiologi agama baik dalam perspektif islam atau sekuler
Sebagaimana penelaahan proses sosial lainnya, kajian sosiologi agama menggunakan
metode ilmiah. Pengumpulan data dan metode yang digunakan antara lain dengan data
sejarah, analisis komparatif lintas budaya, observasi, survey, dan lain sebagainya.
a. Analisis Sejarah
Objek studi sosiologi adalah menerangkan realitas masa kini, yang berhubungan erat
dengan kehidupan manusia dan yang mempengaruhi gagasan serta perilaku manusia. Untuk
mengerti persoalan yang dihadapi manusia saat ini, kita harus mngetahui sejarah masa silam.
Meskipun terkadang metode ini tidak selalu dapat menjawab persoalan yang dihadapi karena
agama tidak sama nilai maupun kepentingannya untuk setiap tempat dan waktu
Pendekatan sejarah bertujuan untuk menemukan inti karakter agama dengan
menelusuri sumber di masa lampau sebelim tercampuri tradisi lain. Pendekatan tersebut
didasarkan kepada personal historis dan perkembangan kebudayaan umat manusia.
Pendekatan yang didasarkan atas sejarah personal, berusaha menelusuri awal
perkemabangan tokoh keagamaan secara individual, untuk menemukan sumber-sumber dan
jejak perkembangan perilaku keagamaan sebagai hasil dialog dengan dunia sekitarnya.
Beberapa sosiolog menggunakan data historis untuk mencari pola-pola interaksi antara
agama dan masyarakat. Pendekatan ini telah membimbing ke arah pengembangan teori
tentang evolusi agama dan perkembangan tipologi kelompok-kelompok keagamaan. Analisis
hisoris telah digunakan oleh Talcott Parson dan Bellah dalam rangka menjelaskan evolusi
agama, Berger dalam uraian tentang memudarnya agama dalam masyarakat modern, Max
Weber ketika menerangkan tentang sumbangan teologi Protestan dalam melahirkan
kapitalisme dan sebagainya.
b. Analisis Lintas Budaya
Dengan membandingkan pola-pola sosioreligius dibeberapa daerah kebudayaan,
sosiolog dapat memperoleh gambaran mengenai korelasi unsur budaya tertentu atau kondisi
sosio kultural secara umum
Talmon menggunakan data lintas budaya untuk menelaah pola-pola di antara gerakan
millenarian, yaitu gerakan keagamaan yang menganggap akan adanya era baru di masa yang
akan dating setelah jatuhnya penguasa yang lama. Salah satu kesulitan pelaksanaan analisis
sosiologi agama melalui analisis lintas budaya yaitu sangat bervariasinya konsep agama pada
daerah kebudayaan yang berlainan, juga sulit dalam mendapatkan ketepatan yang
disyaratkan oleh para saintis.
c. Observasi Partisipatif
Dengan partisipasi dalam kelompok, peneliti dapat mengobservasi perilaku orang-
orang dalam konteks religious.Hal itu dapat dilakukan dengan terus terang, artinya orang
yang dobservasi itu boleh mengetahui bahwa mereka sedang dipelajari. Keuntungan dari
metode observasi partisipatif adalah :
1. Memungkinkan pengamatan interaksi simbolik antara anggota kelompok secara mendalam.
Interaksi simbolik maksudnya adalah suatu perspektif teoritik sosiologi dan psikologi social.
Dengan perspektif ini, indivudu tidak dilihat reponnya yang lahir, namun dipahami makna
dari perilaku itu. Sering makna simbolik dan tata laku dielajari sejak dini secara menyeluruh
dengan jalan individu berperan serta di dalam kelompok. Pakainan, pandangan mata, jarak
antara orang yang sedang bicara dan gerak merupakan contoh fenomena yang sering secara
simbolik sangat signifikan dalam rangka memperoleh pengertian suatu kebudayaan. Tipe-
tipe anggota yang menjadi objek dalam interaksi simbolik itu digunakan sebagai dasar
analisis
2. Observasi peran serta memberikan kesempatan untuk mendapatkan data secara otentik,
terutama mengenai perilaku atau karakteristik yag sifatnya pribadi. Dengan observasi peran
serta dapat terungkap kualitas perilaku yang lebih dalam, yang mungkin tidak tercakup oleh
kuesioner maupun interview singkat. Karena itu, observasi seperti ini sering dihubungkan
Dengan metode riset kualitatif.
Kelemahan dari metode ini antara lain adalah :
o Mungkin data terbatas pada kemampuan observer dan apa yang dianggap benar dalam suatu
kasus, belum tentu benar pada kasus lain.
o Studi kasus member peluang bagi peneliti untuk mengumpulkan data secara mendalam,
tetapi sering kurang meluas, terikat oleh sesuau aspek tertentu yang menjadi perhatian
peneliti.
o Diperlukan sejumlah besar kasus untuk menggenaralisasikan pola yang diidentifikasikan.
o Data yang dilaporkan sering terikat oleh system penyaringan peneliti sendiri. Tidak semua
observer tertarik pada pola yang sama. Apa yang dipilih dan dicatat oleh observer mungkin
tidak lengkap.
d. Riset Survey
Peneliti menyusun kuesioner, melakukan interview dengan sampel dari sustu
populasi. Sampel dan populasi bias berupa oganisasi keagamaan atau penduduk suatu kota
atau desa.Responden misalnya ditanya tentang :
1. Afiliasi keagamaannya
2. Pengetahuan tentang ajaran agama atau doktrin yang dikembangkan oleh sesuatu organisasi
keagamaan
3. Kepercayaan kepada sesuatu konsep keagamaan tertentu seperti tentang hidup setelah mati,
eksistensi tuhan, tentang akan kembalinya nabi Isa (yesus) dan indicator religiousitas lainnya
Prosedur ini sangat berguna untuk memperlihatkan korelasi dari karakteristik
keagamaan tertentu dengan sesuatu sikap social, atau atribut religious tertentu. Kalau
metode historis dan observasi memberi peluang kepada interpretasi data subjektif, maka data
survey untuk mengidentifikasi sesuatu lebih cermat dari korelasi religious dengan sikap dan
karakteristik social tertentu
4. Beberapa Penjelasan tentang :
a. Komunitas Sosial
Komunitas adalah kumpulan dalam suatu rung lingkup sedangkan sosial adalah
pembauran dalam masyarakat. jadi kumpulan dalam ruang lingkup yang ada pada
pembauran masyarakat dimana terdapat berbagai jenis dan tipe kelompok yang diatur sesuai
kepentingan masing-masing. Misalnya kumpulan sosial pada masyarakat modern dan
tradisional yang satu sama lain jelas berbeda pengertian yang dimana, modernist
menemukan gaya baru yang lebih mutakhir melebihi tradisionalis. Contoh: masyarakat
dayak, dengan kelompokpunk.Masyarakat dayak menggunakan ciri khusus mereka untuk
status sosial dan tingkat strata, sedangkan kelompok punk mengganggap ciri khas mereka
sebagai bentuk perlawanan terhadap tingkat strata.
b. Kelompok sosial
Pengertian kelompok sosial yang pertama adalah suatu sistem sosial yang terdiri dari
sejumlah orang yang berinteraksi satu sama lain dan terlibat dalam satu kegiatan bersama.
Tentunya perlu dipertajam lebih lanjut mengenai pengertian ini karena interaksi saja tidak
cukup, karena dua orang saja sudah dapat membentuk kelompok. Contoh : Kelompok Anak
Pasar Bitingan
c. Stratifikasi sosial
Menurut Soerjono Soekanto (1982), didalam setiap masyarakat dimanapun selalu dan
pasti mempunyai sesuatu yang dihargai di masyarakat bisa berupa kekayaan, ilmu
pengetahuan, status haji, status darah biru atau keturunan dari keluarga tertentu yang
terhormat, atau apapun yang bernilai ekonomis.[6]
Pitrim A. Sorokin mengemukakan bahwa system pelapisan dalam masyarakat itu
merupakan cirri yang tetap dan umum dan setiap masyarakat yang hidup secara teratur.
Mereka yang memiliki sesuatu yang berharga dalam jumlah banyak akan menduduki lapisan
atas dan sebaliknya.
Bentuk konkret lapisan-lapisan dalam masyarakatdapat diklasifikasikan kedalam 3
macam yaitu :
1. Kelas yang didasarkan pada faktor ekonomi
2. Kelas yang didasarkan pada faktor politis
3. Kelas yang didasarkan pada jabatan-jabatan tertentu dalam
masyarakat[7]
Contohnya : Stratifikasi pada umat agama hindu.
IV. Kesimpulan
Sosiologi agama adalah studi tentang fenomena sosial, dan memandang agama
sebagai fenomena sosial. Sosiologi agama selalu berusaha untuk menemukan pinsip-prinsip
umum mengenai hubungan agama dengan masyarakat.
Dididalam melihat kondisi sosial yang berbeda sesuai dengan latar belakang
akademik dan pengalaman hidupnya. Namun bagi masyarakat muslim, kita mempecayai
bahwa al-Quran juga telah menggariskan satu bentuk ideal masyarakat sebagai acuan umat
Islam dalam kehidupan social.
Hubungan sosiologi agama dengan ilmu-ilmu keislaman yaitu sangat erat. Didalam
Al Quran yang menjelaskan tentang hubungan manusia dengan manusia, dan manusia
dengan tuhan. Jadi, ilmu sosiologi dapat dikaitkan dengan ilmu-ilmu keislaman yaitu
sosiologi dengan tasawuf . Berbicara tentang tasawuf, tasawuf sangat kental dengan thariqoh.
Jadi, sosiologi juga berhubungan dengan ilmu thariqoh.
V. Penutup
Demikianlah penjelasan dari makalah saya, apabila banyak kekurangan baik dalam
segi penulisan mengenai makalah baik itu sedikit maupun banyak, saya minta maaf sebesar-
besarnya karena manusia adalah tempatnya salah dan lupa. Semoga makalah ini bermanfaat
bagi penulis maupun pembaca pada umumnya.
VI. Referensi
Blog Dedi Sambas
Bustanuddin Agus, Agama Dalam kehidupan Manusia, Raja Wali Press,Jakarta, 2006
http://hubungan sosiologi dengan hadis.com
http://puspek-averroes.org/2009/07/26/agama-dan-transformasi-sosial/
J. Dwi Narwoko, Sosiologi pengantar dan terapan, Jakarta, Kencana, 2004
Thomas F. Odea, Sosiologi Agama Suatu Pengenalan Awal, Raja Wali Press, Jakarta, 1990
Uwes Fatoni.blogspot.com
[1] Thomas F. Odea, Sosiologi Agama Suatu Pengenalan Awal, Raja Wali Press, Jakarta,
1990, hal.28
[2] http://puspek-averroes.org/2009/07/26/agama-dan-transformasi-sosial/
[3] Bustanuddin Agus, Agama Dalam kehidupan Manusia, Raja Wali Press,Jakarta, 2006,
hal.69
[4] Uwes Fatoni.blogspot.com
[5] http://hubungan sosiologi dengan hadis.com
[6] J. Dwi Narwoko, Sosiologi pengantar dan terapan, Jakarta, Kencana, 2004, hal 132
[7] Op cit, hal 133
[8] Blog Dedi Sambas