Anda di halaman 1dari 27

Hakikat norma-norma, kebiasaan, adat

istiadat, peraturan, yang berlaku dalam


masyarakat
Hakikat norma-norma, kebiasaan, adat istiadat, peraturan, yang berlaku dalam
masyarakat | Kedudukan manusia sebagai makhluk monodualis memberikan konsekuansi untuk
berhubungan (berinteraksi) dengan sesamanya. Dalam malakukan hubungan tersebut tentun
harus ada aturan-aturan yang menjadi pedoman agar dapat berjalan dengan baik. Norma
dipandang sebagai rambu-rambu yang dipakai seseorang dalam masyarakat. Keberadaan norma
sebagai suatu aturan, digunakan agar kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
menjadi tertib dan harmonis.

Pengertian Norma
Norma adalah aturan atau kaidah yang berisi petunjuk hidup yang harus ditaati oleh manusia,
bersifat mengikat guna menciptakan ketertiban, ketentaraman, keteraturan, keharmonisan, serta
keamanan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Isi dan Kegunaan Norma


Kansil (1986:82) menyatakan bahwa berdasarkan isinya norma berwujud dalam sebuah perintah
dan larangan. Perintah diartikan sebagai kaharusan yang harus dilaksanakan bagi seseorang
untuk berbuat sesuatu oleh karena akibat-akibatnya dipandang baik. Larangan merupakan
keharusan bagi seseorang untuk tidak berbuat sesuatu oleh karena akibat-akibatnya dipandang
tidak baik.
Guna norma adalah untuk memberikan petunjuk kepada manusia bagaimana seseorang harus
bertindak dalam masyarakat serta perbuatan-perbuatan mana yang harus dijalankan dan
perbuatan-perbuatan mana yang harus dihindari.

Jenis-Jenis Norma
Menurut Kansil (1986:84-87) norma dibedakan menjadi empat macam yaitu norma agama,
norma kesusilaan, norma kesopanan, dan norma hukum.

1. Norma Agama
Norma agama adalah peraturan hidup yang diterima sebagai perintah-perintah, larangan-
larangan, dan anjuran-anjuran yang berasal dari tuhan. Peraturan ini dituangkan dalam kitab suci
agama. Jika dalam Islam yang dimaksud Al-Quran. Hal ini termuat dalam surat Al-Baqarah ayat
2 sebagai berikut:

 
“Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa”.

Sekarang jelas sudah bahwa petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa adalah Al-Quran. Hakikat
Norma Yang Berlaku Dalam Masyarakat baik secara teroritis maupun praktis harus berpedoman
atau merujuk pada Al-Quran sebagai kitab yang sudah pasti kebenarannya.
Contoh norma agama yang termuat dalam surat Al-Baqarah ayat 275:

“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya
orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang
demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu
sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-
orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari
mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan);
dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu
adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya”.

Norma agama bersifat umum dan universal. Sanksi untuk pelanggar norma agama adalah
berdosa dan neraka.

2. Norma Kesusilaan
Norma kesusilaan adalah peraturan hidup yang dianggap sebagai suara hati sanubari manusia
(insan-kamil). Hati nurani ini yang akan menentukan seseorang akan berbuat baik atau buruk.
Dalam norma kesusilaan terdapat pula aturan-aturan hidup yang terdapat dalam norma agama.
Norma kesusilaan juga bersifat universal. Sanksi bagi pelanggar norma kesopanan adalah
kegelisahan, ketidaktenganan, cemas, dan kesal hati.
Contoh norma kesusilaan yaitu: “hendaklah engkau perlaku jujur”. Jika seseorang berbohong
walaupun tidak diketahui orang lain, namun perasaan orang tersebut akan gelisah dan tidak
tenang.

3. Norma Kesopanan
Norma kesopanan adalah peraturan hidup yang timbul dari pergaulan segologan manusia. Norma
ini dibuat dan disepakati bersama oleh masyarakat, sehingga bersifat khusus atau regional.
Sanksi bagi si pelanggar norma kesopanan adalah celaan atau pengasingan dari lingkungan
masyarakat.
Contoh norma kesopanan: berilah kesempatan terlebih dahulu kepada wanita di dalam kereta api,
bus dan lain-lain (terutama wanita tua, hamil, dan membawa bayi).

4. Norma Hukum
Norma hukum adalah peraturan yang dibuat oleh penguasa atau alat-alat negara. Norma hukum
bersifat mengikat dan memaksa. Berlaku untuk wilayah negara tertentu. Sanksi bagi pelanggar
norma hukum sangat tegas, bisa berupa hukuman mati, penjara, kurungan, mapaun denda.
Contoh norma hukum: barang siapa dengan sengaja mengambil jiwa orang lain, dipidana
(dipenjara) karena membunuh dengan hukuman setinggi-tingginya 15 tahun (norma hukum
pidana).

Pengertian Kebiasaan
Kebiasaan adalah segala sesuatu yang dilakukan secara berulang-ulang dan terus menurus
sehingga menjadi pola hidup. Contoh kebiasaan seperti kebiasaan hidup bersih, berolahraga rutin
setiap pagi, dll.

Pengeritan Adat Istiadat


Adat istiadat terdiri dari dua kata, yakni adat yang artinya wujud gagasan kebudayaan yang
terdiri atas nilai-nilai budaya, norma, hukum, dan aturan-aturan yang satu dengan yang lainnya
berkaitan menjadi satu sistem atau kesatuan. Sedangkan istiadat bermakna sebagai suatu
kebiasaan. Jadi dapat disimpulkan bahwa adat istiadat adalah himpunan kaidah-kaidah sosial
yang sejak lama ada dan telah menjadi kebiasaan (tradisi) dalam masyarakat.

Demikian sedikit pengetahuan mengenai Hakikat norma-norma, kebiasaan, adat istiadat,


peraturan, yang berlaku dalam masyarakat semoga dapat bermanfaat. Kritik dan saran yang
membangun sangat kami harapkan, silahkan berkomentar?

Sumber rujukan:

1. Faridy. 2009. Pendidikan Kewarganegaraan untuk SMP/MTS Kelas VII. Jakarta: Pusat
Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
2. C.S.T. Kansil. 1986. Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.
Hakikat dan Arti Penting Hukum bagi
Warga Negara

Ilustrasi : lpjk
Hakikat dan Arti Penting Hukum bagi Warga Negara | Interakasi individu dalam masyarakat
merupakan konsekuensi manusia sebagai makhluk sosial. Untuk mengatur agar pola hubungan
tersebut dapat berjalan secara tertib, maka dibutuhkan suatu peraturan yang jelas dan tegas.
Adanya peraturan yang jelas dan tegas dapat menjamin hak-hak individu dalam interaksi sosial.
Pembahasan kali ini, kita akan mengupas secara lebih mendalam mengenai Hakikat dan Arti
Penting Hukum bagi Warga Negara.

Pengertian Hukum
Pendapat mengenai definisi hukum banyak ragammya. Namun secara umum pengertian hukum
adalah kumpulan peraturan yang dibuat oleh lembaga hukum yang berwenang, bersifat mengatur
dan memaksa, serta mempunyai sanksi yang bagi para pelanggar hukum.

Unsur-Unsur Hukum
Menurut Kansil (1986:39) unsur-unsur hukum meliputi hal-hal sebagaimana berikut ini:
a. Peraturan mengenai tingkah laku manusia dalam pergaulan masyarakat.
b. Peraturan itu diadakan oleh badan-badan resmi yang berwajib.
c. Peraturan bersifat memaksa.
d. Sanksi terhadap pelanggar peraturan tersebut adalah tegas.

Ciri-Ciri Hukum
Mengutip pendapat yang dikemukakan Kansil (1986:39), untuk dapat mengenal hukum itu kita
harus dapat mengenal ciri-ciri hukum, yaitu adanya perintah dan larangan; perintah dan larangan
itu harus patuh dan ditaati oleh setiap orang.

Sifat Hukum
Sebagai sebuah kumpulan peraturan, maka hukum juga mempunyai sifat-sifat tertentu. Menurut
Kansil (1986:40), sifat hukum yaitu mengatur dan memaksa. Mengatur berarti bahwa hukum
menjadi aturan yang ditujukan untuk mengatur tingkah laku manusia dalam bemasyarakat.
Memaksa berarti bahwa hukum memuat aturan yang berupa perintah dan atau larangan yang
harus ditaati. Dengan sifat-sifat tersebut, maka peraturan-peraturan hidup ini dapat memaksa
semua orang supaya mentaati tata-tertib dalam masyarakat serta memberikan sanksi yang tegas
(berupa hukuman) terhadap siapa saja yang tidak mau patuh mentaatinya.

Tujuan Hukum
a. Mendatangkan kemakmuran dan kebahagiaan pada masyarakat.
b. Menciptakanpergaulan hidup antar anggota masyarakat.
c. Mengatur kebahagiaan sebanyak-banyaknya pada masyarkat
d. Memberi petunjuk dalam pergaulan masyarakat (Faridy, 2009:9).

Fungsi Dasar Hukum

a. Fungsi perlindungan: melindungi masyarakat dari ancaman bahaya.


b. Fungsi keadilan: menjaga dan memberikan keadilan bagi manusia.
c. Fungsi pembangunan: digunakan untuk arah dan acuan, tujuan serta pelaksanaan
pembangunan (Faridy, 2009: 10).

Demikan sedikit pengetahuan dengan judul Hakikat dan Arti Penting Hukum bagi Warga
Negara yang bisa saya bagi kepada sobat semua semoga dapat bermanfaat. Silahkan
berkomentar jika ada kritik dan saran bagi saya.

Sumber rujukan:

 Faridy. 2009. Pendidikan Kewarganegaraan untuk SMP/MTS Kelas VII. Jakarta: Pusat
Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
 C.S.T. Kansil. 1986. Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.
MENERAPKAN NORMA-NORMA,
KEBIASAAN, ADAT ISTIADAT DAN
PERATURAN YANG BERLAKU DALAM
KEHIDUPAN BERMASYARAKAT,
BERBANGSA DAN BERNEGARA
18.21 / Hendry Wibowo /

Kalian tentu sering mendengar keluhan warga masyarakat tentang banyaknya


pelanggaran terhadap norma-norma, kebiasaan, adat istiadat, dan peraturan yang berlaku. Apa
akibatnya? Akibatnya tentu kalian dapat menjawab, yaitu timbulnya kekacauan atau ketidak
tertiban masyarakat. Merasa nyamankah kalian hidup dalam masyarakat yang kacau atau tidak
tertib? Tentu saja tidak. Untuk itu marilah kita terapkan norma-norma, kebiasaan, adat istiadat,
dan peraturan yang berlaku dengan sebaik-baiknya.
Norma adalah peraturan yang berisi perintah dan larangan untuk mempengaruhi tingkah
laku manusia dalam masyarakat.
Kebiasaan (Folkways) Adalah perbuatan yang dilakukan berulang-ulang dengan pola
yang sama dan tetap karena dianggap baik. Contohnya, mengetuk pintu saat bertamu atau saat
memasuki ruangan orang lain dan memberikan sesuatu dengan tangan kanan adalah kebiasaan
dengan baik dan sopan. Sanksi yang diberikan jika melanggar kebiasaan umumnya masih
tergolong ringan, yaitu berupa sindiran atau ejekan. 
Kebiasaan memang tuntunan perilaku yang tidak tertulis namun mempunyai pengaruh
yang sangat besar dalam perilaku seseorang. Artinya, kebiasaan tersebut bisa menjadi hukum
yang tidak tertulis. Hukum kebiasaan merupakan hukum yang lahir dan timbul dari dan di dalam
masyarakat melalui sikap tindak tanduk yang ajek (berkesinambungan). Beralihnya kebiasaan
menjadi hukum kebiasaan tergantung pada keadaan. Pada umumnya, kebiasaan menjadi hukum
kebiasaan apabila memenuhi empat syarat, yaitu :
a. harus ada serentetan sikap tindak sejenis, yang jumlahnya tergantung keadaan;
b. kebiasaan yang lama harus dapat ditunjukkan;
c. kebiasaan yang lama itu harus merupakan kebiasaan anggota masyarakat suatu bangsa
atau golongan yang dapat mewakili bangsa atau golongan itu; dan
d. kebiasaan yang lama itu harus berdasar atas kesadaran hukum.

Adat-istiadat(Coustom) Adalah pola-pola prilaku yang diakui sebagai hal yang baik dan
dijadikan sebagai hukuman tidak tertulis dengan sanksi yang berat. Yang memberikan sanksi
orang yang mengerti seluk-beluk tentang adat, seperti pimpinan adat, pemangku adat, atau
kepala suku. Misalnya, dalam masyarakat dikenal dengan istilah “tabu” atau pantangan. Sesuatu
yang ditabukan berarti sesuatu yang tidak boleh dilanggar. Seandainya tabu/ pantangan itu
dilanggar, bencana akan menimpa seluruh warga dan si pelaku akan dikenakan sanksi yang
berat.
Peraturan dapat diartikan sebagai suatu tatanan yang berisi petunjuk, kaidah atau
ketentuan yang dibuat untuk mengatur. Peraturan dibuat agar ditaati untuk menciptakan suasana
yang tertib. Bentuk-bentuk peraturan ada bermacam-macam mulai dari peraturan yang sederhana
sampai peraturan yang kompleks. Di lingkungan keluarga ada peraturan yang harus kita taaati.
Misalnya menonton televisi tidak sampai larut malam maupun rajin membantu orang tua
mengerjakan pekerjaan rumah. Jika kita melanggar peraturan tersebut, kita akan ditegur hingga
mendapat sanksi dari orang tua kita. Begitu juga di lingkungan sekolah ada peraturan-peraturan
yang harus dipatuhi. Misalnya datang tidak boleh terlambat, harus mengikuti upacara, harus
memakai baju seragam, dan lain-lain.
Di tingkat yang lebih tinggi ada peraturan pemerintah daerah dan peraturan pemerintah
pusat yang mempunyai kekuatan hukum yang mengikat warga masyarakat. Jika kita
melanggarnya, maka sanksi yang akan kita terima bukan saja sanksi moral, melainkan sanksi
hukum.
Dalam lingkungan apa saja penerapan itu kita lakukan? Penerapan itu bisa kita lakukan
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Penerapan norma-norma, kebiasaan,
adat istiadat, dan peraturan yang berlaku itu pada dasarnya berkaitan dengan penggunaan hak
dan pemenuhan kewajiban. Marilah kita mulai dari lingkup yang paling dekat, mulai dari hak
dan kewajiban di rumah. Selanjutnya lebih luas dalam kehidupan di sekolah, dalam kebidupan
masyarakat, dan dalam kehidupan bernegara.

1. Di Lingkungan Keluarga
Sebagai kesatuan masyarakat terkecil, keluarga merupakan lingkungan terdekat dan
utama bagi manusia. Peraturan-peraturan yang berlaku dalam keluarga dan harus kita patuhi di
antaranya adalah:
a. Menaati aturan agama dalam keluarga.
Misalnya meninggalkan perbuatan yang dilarang Tuhan, melakukan ibadat, anak berbakti kepada
orang tua, menjaga kebersihan dan saling menghargai/rukun antar anggota keluarga.
b. Menjaga nama baik orang tua dan keluarga.
Misalnya tidak menjelekkan keluarga sendiri dan berperilaku terpuji.
c. Mematuhi aturan sopan santun.
Misalnya tidak melangkahi orang yang sedang duduk, tidak meludah di sembarang tempat,
menyerahkan sesuatu dengan tangan kanan dan tanpa dilempar, tidak berbicara kasar, dan
berpakaian sopan.
d. Menggunakan dan merawat fasilitas keluarga dengan tertib.
e. Setiap anggota keluarga melaksanakan hak dan kewajibannya.
f. Melaksanakan pola hidup sederhana (hidup wajar, hemat, cermat, tepat dan manfaat).
Misalnya hidup tidak berlebihan, berhati-hati menggunakan sarana kebutuhan, tidak besar pasak
daripada tiang, tidak boros dan menggunakan sarana untuk hal-hal yang berguna baik untuk
dirinya maupun untuk masyarakat.
g. Melaksanakan aturan yang disepakati keluarga.
Misalnya tidak pulang terlalu malam, tidak membunyikan radio terlalu keras dan meminta ijin
ketika bepergian.
h. Mengikuti adat kebiasaan keluarga yang sudah dibina dengan baik.
Misalnya sungkeman kepada orang tua, upacara selamatan ketika mendapat berkah

2. Di Lingkungan Sekolah
Sekolah tempat siswa menuntut ilmu, memiliki peraturan sekolah. Kita menaati hukum
di sekolah dengan melaksanakan tata tertib sekolah, misalnya:
a. Berdoa ketika akan memulai dan mengakhiri pelajaran.
b. Menghormati Bapak dan Ibu guru. Mengikuti pelajaran dengan sungguh- sungguh.
c. Tidak malas belajar atau pulang tanpa sebelum pelajaran berakhir.
d. Berlaku sopan dalam pergaulan antarteman.
e. Melaksanakan program sekolah atau OSIS.
f. Melaksanakan program kebersihan, ketertiban, keindahan, kekeluargaan dan keamanan
sekolah.
g. Menjaga nama baik sekolah dengan perilaku yang baik.
h. Mengikuti upacara bendera dengan tertib.
i. Tidak terlambat masuk sekolah.
j. Mengenakan pakaian seragam sesuai ketentuan.
k. Tidak menggelandang sepulang sekolah.
l. Mengerjakan pekerjaan rumah.
m. Tidak menggunakan perhiasan yang berlebihan.
n. Tidak merokok di sekolah. 

3. Di Lingkungan Masyarakat
Hukum juga mengikat warganya di lingkungan masyarakat. Pada setiap lingkungan
masyarakat terdapat peraturan dan kebiasaan yang berbeda-beda. Namun dimanapun berada, kita
sebaiknya menyesuaikan diri dengan peraturan yang berlaku. Peraturan dan kebiasaan
masyarakat yang harus kita patuhi misalnya: 
a.    Menghormati tetangga yang sedang beribadat.
b.    Menciptakan kebersihan, ketentraman dan keamanan lingkungan.
c.    Menjaga kelestarian lingkungan hidup.
d.   Membantu tetangga yang tertimpa musibah.
e.    Menjaga nama baik masyarakat.
f.     Menghormati tata cara dan kebiasaan masyarakat setempat.
g.    Berlaku sopan kepada orang lain, tidak melakukan perbuatan tercela.
h.    Meminta izin bila meminjam barang orang lain.
i.      Bergaul tanpa memandang suku, agama, rasa dan antar golongan (SARA).
j.      Membantu pembangunan sarana umum.
k.    Melaksanakan kebijakan pemerintah setempat (Ketua RT, RW, Lurah, Camat).
l.      Menyukseskan peringatan hari besar nasional atau hari besar agama.
m.  Meningkatkan kegotong-royongan dan kekeluargaan.
n.    Hormat pada aparat penegak hukum.
o.    Tidak membuang sampah di sembarang tempat.

 4. Di Lingkungan Bangsa dan Negara


Sebagai warga negara Indonesia, kita dituntut untuk menjunjung tinggi dan mematuhi
hukum yang berlaku. Banyak hak dan kewajiban yang harus kita laksanakan. Beberapa contoh
tindakan berikut ini merupakan perbuatan patuh terhadap hukum dan norma-norma/kaidah
bernegara. 

1. Tidak mengendarai kendaraan bermotor tanpa Surat I in Mengemudi (SIM)


2.  Menyeberang jalan di tempat penyeberangan
3. Taat membayar pajak. 
4. Menjaga nama baik bangsa dan negara.
5. Menjaga rahasia negara.
6. Menghargai pelaksanaan kebiasaan-kebiasaan dalam penyelenggaraan negara (konvensi)
7.   Menjaga harta kekayaan negara.
8.   Ikut serta mendukung pemberantasan penyelundupan obat-obat terlarang.
9. Menerapkan aturan hukum dan perundang-undangan yang berlaku di negara kita.
10. Tidak bertindak main hakim sendiri.

Penerapan norma-norma, kebiasaan dan adat istiadat masyarakat akan tumbuh, bila setiap
individu selalu berusaha memahami dan menghayati peraturan yang berlaku di masyarakat.
Sebagaimana peribahasa dimana bumi dipijak, disitu langit dijunjung , artinya dimanapun kita
berada hendaknya selalu menaati peraturan yang berlaku. Peraturan itu diantaranya tertuang
dalam UUD 1945 pasal 27 ayat (1) bahwa Segala warga negara bersamaan kedudukannya
dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan
tidak ada kecualinya . Prinsip negara hukum yang harus kita pahami berkaitan dengan pasal ini
ialah setiap manusia diperlakukan sederajat di depan hukum, tingkah lakunya berdasarkan
aturan-aturan hukum dan adanya perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia. Bila setiap
anggota masyarakat menyadari akan hal itu, maka kepastianhukum akan terwujud, sehingga
ketertiban dan keadilan dalam masyarakat pun akan tercipta.
Makna Proklamasi Bagi Bangsa Indonesia
Posted by Tommy Syatriadi

Makna Proklamasi Bagi Bangsa Indonesia sangatlah penting bagi bangsa Indonesia. Oleh karena itu saya
akan membagikan informasi tentang makna dari proklamasi bagi bangsa indonesia ini. Proklamasi
kemerdekaan yang dilakukan tanggal 17 Agustus 1945 menjadi titik balik kehidupan bangsa Indonesia.

Persitiwa yang sangat penting tersebut mengawali perjuangan Indonesia bukan lagi melawan penjajahan
tetapi mempertahankan sebuah kemerdekaan yang telah direbut dengan susah payah.

Makna Proklamasi Bagi Bangsa Indonesia


1. Sebagai Puncak Perjuangan Bangsa Indonesia

Indonesia yang telah berjuang mati matian mulai dari kedatangan belanda sampai pada penjajahan
jepang akhirnya pada saat proklamasi perjuangan itu mencapai puncaknya.Segala tumpah darah para
pahlawan terbayar ketika Indonesia berhasil memproklamasikan diri sebagai sebuah negara merdeka.

Namun peristiwa ini tidak berarti sebagai titik akhir perjuangan bangsa Indonesia tetapi malah titik awal
perjuangan Indonesia membangun negeri yang telah merdeka dari penjajahan.

2.Menjadi Pernyataan De Facto 

Proklamasi pada tanggal 17 Agustus menjadi pengakuan kepada dunia luar negeri bahwa Indonesia
terlah menyatakan diri sebagai negara yang merdeka. Setelah pengakuan de facto akan muncul
pengakuan de jure yang merupakan lanjutan dari efek pengakuan de facto karena pengakuan de jure
adalah pengakuan dari negara lain bahwa Indonesia telah merdeka.

Secara de facto Indonesia merdeka sejak 17 Agustus 1945

Secara de jure Indonesia merdeka sejak 18 November 1946 ketika Mesir mengakui kemerdekaan
Indonesia

3. Menaikkan Martabat Bangsa

Indonesia yang dulunya hanyalah bangsa yang terjajah sejak adana proklamasi bangsa terjajah itu
mengaku telah merdeka dan mengangkat harkat martabat bangsa sebagai bangsa yang merdeka dan
bebas dari penjajahan oleh kolonial dan Jepang.

4.Dapat Memulai Perjuangan Sebagai Negara Baru

Sejak proklamasi lahirlah bangsa Indonesia dan sejak saat itu pemerintahan dimulai untuk membangun
negara yang baru ini menjadi negara yang lebih baik lagi. Indonesia mempunyai pemerintahan sendiri
dari rakyat oleh rakyatnya sendir bukan lagi dijadikan bangsa yang terjajah oleh pemerintahan luar

5.Tonggak Sejarah Negara Indonesia

Proklamasi sebagai pintu awal kemerdekaan Indonesia. Makna proklamasi menjadi lahirnya sebuah
bangsa baru bernama Indonesia yang menentukan nasibnya sendiri dan tidak mau lagi dijajah oleh
bangsa asing.
Suasana Kebatinan Konstitusi Pertama
B. Suasana Kebatinan Konstitusi Pertama
Agar tujuan Negara dapat tercapai dengan baik dan berhasil guna maka jalannya kehidupan bernegara
haruslah dilakukan dengan tertib, teratur dan tentram , sehingga terwujud suatu kedamaian hidup
bernegara. Aturan tata tertib hidup bernegara yang menjadi dasar segala tindakan dalam kehidupan
Negara sering disebut sebagai hokum dasar atau konstitusi. Konstitusi sering disebut sebagai Undang 

 – Undang Dasar, arti kostitusi itu sendiri adalah hokum dasar yang tertulis dan tidak tertulis. Undang –
Undang Dasar tergolong hukun dasar yang tertulis, sedangkan hokum dasar yang tidak tertulis adalah
aturan – aturan dasar yang timbul dan terpelihara dalam praktik penyelenggaraan Negara, meskipun
tidak tertulis.

Aturan dasar yang timbul dan terpelihara dalam praktik penyelenggaraan Negara pada saat orde baru,
misalnya pidato kenegaraan Presiden setiap tanggal 16 Agustus di hadapan anggota Dewan Perwakilan
Rakyat.

Undang – Undang Dasar pada umumnya berisi hal – hal sebagai berikut :
1. Organisasi Negara, artinya mengatur lembaga – lembaga apa saja yang ada dalam suatu negara
dengan pembagian kekuasaan masing – masing serta prosedur penyelesaian masalah yang timbul
diantara lembaga tersebut.
2. Hak – hak asasi manusia.
3. Prosedur mengubah Undang – Undang dasar.
4. Ada kalanya memuat larangan untuk mengubah sifat tertentu dari Undang – Undang Dasar

Sebenarnya Undang – Undang Dasar 1945 yang ditetapkan dan disahkan oleh Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI) sebagai konstitusi pertama Negara Republik Indonesia  adalah naskah
rancangan Undang – Undang Dasar yang telah dipersiapkan oleh Badan Penyelidik Usaha – usaha
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dengan beberapa Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia.

Badan Penyelidik Usaha – usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) merupakan Badan yang
dibentuk oleh pemerintah pendudukan Jepang untuk mempersiapkan kemerdekaan Indonesia, yang
beranggotakan 62 orang bangsa Indonesia, dan bersidang sejak tanggal 29 Mei 1945 sampai dengan 16
Juli 1945 mempersiapkan segala sesuatu untuk sebuah Negara baru termasuk mempersiapkan sebuah
Rancangan Undang – undang Dasar. Undang – undang Dasar 1945 merupakan wujud persatuan dan
kesatuan bangsa Indonesia yang senasib dan sepenanggunan sebagai bekas bangsa jajahan Belanda dan
Jepang sehingga Undang – undang Dasar 1945 ini memiliki nilai pemersatu bangsa.
Undang – undang Dasar 1945 sebagai Konstitusi pertama bangsa Indonesia didalamnya terdiri dari 3
bagian, yaitu bagian pembukaan, bagian batang tubuh dan bagian penutup.

1. Bagian Pembukaan
Merupakan suasana kebatinan dari Undang – undang Dasar 1945. Terdiri dari 4 pokok pikiran, yaitu :
1.    Pokok pikiran pertama, yaitu: “Negara melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesia dengan berdasar atas persatuan dengan mewujudkan keadilan social bagi seluruh
rakyat Indonesia.
2.    Pokok pikiran kedua, yaitu: “Negara hendak mewujudkan keadilan social bagi seluruh rakyat
Indonesia.
3.    Pokok pikiran ketiga, yaitu: “Negara yang berkedaulatan rakyat, berdasar atas kerakyatan dan
permusyawaratan / perwakilan.
4.    Pokok pikiran keempat, yaitu: “Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar
kemanusiaan yang adil dan beradap.

2.  Bagian Batang Tubuh


Memuat pasal – pasal yang menciptakan pokok – pokok pikiran yang terkandung dalam Pembukaan
Undang – undang Dasar 1945. Pokok – pokok pikiran tersebut mewujudkan cita – cita hokum yang
menguasai hokum dasar Negara, baik hokum tertulis maupun hokum tidak tertulis. Nilai – nilai yang
terkandung dalam pasal – pasal pada Batang Tubuh Undang – undang Dasar 1945 adalah bahwa Negara
Indonesia merupakan suatu Negara demokrasi mewarnai isi pasal – pasal dalam Batang Tubuh Undang –
undang Dasar 1945. Nilai dasar demokrasi yang terpenting adalah bahwa pemerintahan dilakukan dari
rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat.

Nilai – nilai dasar demokrasi antara lain :


a. keterlibatan warga Negara dalam pengambilan keputusan politik
b. perlakuan dan kedudukan yang sama
c. kebebasan dan perlindungan terhadap hak asasi manusia
d. sistem perwakilan
e. pemerintahan berdasarkan hokum
f. sistem pemilihan yang menjamin pemerintahan oleh mayoritas
g. pendidikan rakyat yang memadai

Dalam penerapan nilai – nilai demokrasi diperlukan lembaga penopang demokrasi. Lembaga penopang
demokrasi tersebut antara lain :
a. pemerintahan yang bertanggung jawab
b. DPR yang dipilih dengan pemilu yang jujur dan adil
c. sistem dwipartai / lebih / multi partai
d. pers yang bebas
e. sistem peradilan yang bebas dan mandiri
3. Bagian Penutup
Terdiri dari aturan peralihan yang terdiri dari empat asal, dan aturan Tambahan yang terdiri dari dua
ayat. Bagian penutup ini merupakan aturan dasar untuk mengatasi kekosongan hokum yang ada bagi
suatu Negara baru dengan pemerintahan yang baru.
Hubungan antara Proklamasi Kemerdekaan
dan Uud 1945
Thursday, February 23rd, 2012 - Umum
PKN SMP Kelas 7 : Hubungan antara Proklamasi Kemerdekaan dan Uud 1945

Proklamasi kemerdekaan mempunyai hubungan yang erat, tidak dapat dipisahkan dan
merupakan satu kesatuan dengan Undang-Undang Dasar 1945 terutama bagian Pembukaan UUD
1945. Proklamasi kemerdekaan dengan Pembukaan UUD 1945 merupakan suatu kesatuan yang
bulat. Apa yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 merupakan suatu amanat yang luhur
dan suci dari Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945.

Makna Proklamasi Kemerdekaan yaitu pernyataan bangsa Indonesia kepada diri sendiri maupun
kepada dunia luar bahwa bangsa Indonesia telah merdeka, dan tindakantindakan yang segera
harus dilaksanakan berkaitan dengan pernyataan kemerdekaan itu, telah dirinci dan mendapat
pertanggungjawaban dalam Pembukaan UUD 1945. Hal ini dapat dilihat pada:

1. Bagian pertama (alinea pertama) Proklamasi Kemerdekaan (“Kami bangsa Indonesia


dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia”) mendapat penegasan dan penjelasan
pada alinea pertama sampai dengan alinea ketiga Pembukaan UUD 1945. 
2. Bagian kedua (alinea kedua) Proklamasi Kemerdekaan (“Hal-hal yang mengenai
pemindahan kekuasaan dan lain-lain diselenggarakan dengan cara seksama dan dalam
tempo yang sesingkat-singkatnya”) yang merupakan amanat tindakan yang segera harus
dilaksanakan yaitu pembentukan negara Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila
dan termuat dalam Pembukaan UUD 1945 alinea keempat.

Pembukaan UUD 1945 dengan Batang Tubuh UUD 1945 merupakan bagian yang tidak
terpisahkan. Apa yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 telah dijabarkan kedalam pasal-
pasal yang ada dalam Batang Tubuh UUD 1945. Pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam
Pembukaan UUD 1945 dijelmakan dalam pasal-pasal Undang-Undang Dasar 1945. Oleh karena
itu dapat pula disimpulkan bahwa Pembukaan UUD 1945 mempunyai fungsi atau hubungan
langsung dengan pasal-pasal Undang-Undang Dasar 1945.

Meskipun Pembukaan UUD 1945 mempunyai hubungan yang tidak dapat dipisahkan dengan
Batang Tubuh UUD 1945, namun antara keduanya mempunyai kedudukan yang terpisah. Hal ini
dikarenakan bahwa Pembukaan UUD 1945 merupakan pokok kaidah Negara yang mendasar
(staatsfundamentalnorm) yang tidak dapat dirubah oleh siapapun kecuali oleh pembentuk
Negara. Untuk dapat dikatakan sebagai Pokok Kaidah Negara yang mendasar
(Staatsfundamentanorm) harus memiiliki unsur-unsur mutlak, antara lain:
1. dari segi terjadinya, ditentukan oleh pembentuk Negara dan terjelma dalam suatu
pernyataan lahir sebagai penjelmaan kehendak pembentuk Negara untuk menjadikan hal-
hal tertentu sebagai dasar-dasar Negara yang dibentuknya; 
2. dari segi isinya, memuat dasar-dasar pokok negara, yaitu dasar tujuan Negara baik tujuan
umum maupun tujuan khusus, bentuk negara, dan dasar filsafat Negara (asas kerokhanian
Negara).

Sebagaimana telah diuraikan dalam pembahasan sub bab Suasana Kebathinan Konstitusi
Pertama di atas, Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 telah memenuhi unsur-unsur sebagai
Pokok Kaidah Negara yang mendasar (Staatsfundamentalnorm). Pembukaan UUD 1945 juga
memiliki hakikat kedudukan hukum yang lebih tinggi dari pada pasal-pasal dalam Batang Tubuh
Undang-Undang Dasar 1945. Sedangkan Batang Tubuh UUD 1945 yang merupakan penjabaran
dari pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 memiliki sifat supel,
artinya dapat mengikuti perkembangan jaman sehingga memungkinkan untuk dilakukan
perubahan yang sesuai dengan perkembangan jaman.

Dengan demikian jika kita mencermati hubungan antara Proklamasi Kemerdekaan dengan
Pembukaan UUD 1945 yang merupakan hubungan suatu kesatuan bulat, serta hubungan antara
Pembukaan UUD 1945 dengan Batang Tubuh UUD 1945 yang merupakan hubungan langsung,
maka dapat disimpulkan bahwa Proklamasi Kemerdekaan mempunyai hubungan yang erat, tidak
dapat dipisahkan dan merupakan satu kesatuan dengan Undang-Undang Dasar 1945.

Read more: http://www.artikelbagus.com/2012/02/hubungan-antara-proklamasi-kemerdekaan-


dan-uud-1945.html#ixzz45nndGLHb
Sikap Positif terhadap Proklamasi Kemerdekaan dan Suasana Kebatinan Konstitusi Pertama

1. Sikap Positif terhadap Proklamasi Kemerdekaan

Kemerdekaan yang dicapai dengan penuh perjuangan dan pengorbanan ini harus
dipertahankan serta diisi dengan berbagai pembangunan. Untuk itu diperlukan semangat cinta
tanah air dan rela berkorban. Dengan semangat tersebut kita pelihara, kita jaga dan kita
lindungi segala sesuatu yang menjadi milik bangsa dan negara Republik Indonesia.
Mempertahankan dan membela negara bukan kewajiban aparat keamanan (TNI dan POLRI)
saja, tetapi kewajiban kita semua sebagai warga negara Republik Indonesia.

Kemauan melindungi dan mempertahankan tanah air telah diperlihatkan para pahlawan
pendahulu kita. Mereka berani berjuang melawan penjajah yang mencoba merebut negara kita.
Mereka pun tanpa kenal lelah mengatasi pemberontakan yang mengancam keutuhan negara
kita.

Perjuangan para pahlawan didasari oleh semangat berikut:

a. sadar dan bangga sebagai bangsa Indonesia;

b. bangga bertanah air Indonesia;

c. mendahulukan kepentingan negara daripada kepentingan pribadi atau golongan;

d. mau berkorban demi kejayaan tanah air.

Sikap positif terhadap makna Proklamasi Kemerdekaan berarti menghargai perjuangan


para pahlawan bangsa. Penghargaan terhadap para pejuang bangsa serta para pahlawan
bangsa dapat ditunjukkan dengan berbagai upaya untuk mengisi kemerdekaan guna menuju
tercapainya tujuan nasional bangsa Indonesia.

Sebagai generasi penerus bangsa, kita wajib meneruskan jerih payah para pahlawan
pendahulu kita. Kemauan melindungi dan mempertahankan tanah air harus tertanam dalam
kepribadian kita. Untuk itu, kita perlu mengembangkan rasa memiliki dan rela berkorban dalam
kehidupan kita.

Upaya yang harus dilakukan agar kita dapat melaksanakan sikap positif terhadap makna
Proklamasi kemerdekaan antara lain sebagai berikut.
a. Merasa sebagai bagian dari keluarga, sekolah, dan masyarakat sehingga berupaya untuk selalu
aktif dan terlibat dalam kegiatan bersama.

b. Merasa ikut memiliki segala bentuk hasil pembangunan sehingga memelihara dan
menggunakannya secara baik dan benar.

c. Terlibat dalam upaya bersama menciptakan stabilitas nasional dengan berupaya membina
hidup rukun, harmonis, dan aman di lingkungannya.

d. Menerapkan nilai-nilai luhur Indonesia dalam tindakan nyata sehingga memperlihatkan


kepribadian bangsa Indonesia.

e. Berusaha untuk selalu menjadi warga negara yang baik, tertib dan disiplin.

f. Rela dan tanpa pamrih menyumbangkan pikiran dan tenaga untuk kepentingan masyarakat dan
negara.

g. Terlibat dan mendukung program pembangunan nasional dengan membina diri sebagai
generasi bangsa yang handal.

h. Berpartisipasi dalam segala macam bentuk gerakan dan program yang mendukung persatuan
dan kesatuan bangsa.

2. Sikap Positif dalam Suasana Kebatinan Konstitusi Pertama

Sikap positif terhadap makna Proklamasi Kemerdekaan dan suasana kebatinan konstitusi
pertama adalah sikap kreatif, kritis, mandiri, berani membela kebenaran dan menjunjung tinggi
prinsip-prinsip, asas-asas serta tujuan hidup bernegara sebagaimana telah
dikumandangkannya Proklamasi Kemerdekaan dan asas kerohanian Pancasila serta nilai-nilai
yang terkandung dalam Undang-Undang Dasar 1945.

Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan kegiatan, aktivitas dan perbuatan
yang mengarah kepada tercapainya tujuan nasional dalam tata aturan bernegara yang sesuai
dengan hukum dasar negara, dan ini dapat dilakukan dengan beberapa aktivitas, diantaranya:

a. sebagai warga negara yang selalu taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;

b. berlaku jujur dalam setiap kata dan perbuatannya;

c. belajar giat supaya menjadi warga negara yang cerdas berpendidikan yang maju setara dengan
bangsa-bangsa dari negara-negara maju;

d. membangun negara dengan memanfaatkan sumber daya alam untuk kepentingan seluruh
rakyat Indonesia;

e. meningkatkan kesejahteraan rakyat dengan mendirikan tempat-tempat usaha produktif untuk


menampung tenaga kerja;
f. menunjukkan rasa kebersamaan seluruh suku bangsa yang ada untuk saling membantu dalam
melakukan pembangunan di seluruh wilayah negara Republik Indonesia;

g. memupuk tenggang rasa toleransi adanya perbedaan dengan tetap berpegang pada prinsip
Bhinneka Tunggal Ika.

h. selalu setia kepada bangsa dan negara Republik Indonesia;

j. selalu bekerja keras tanpa kenal menyerah untuk membangun negara;

k. menentang segala penindasan yang dilakukan terhadap rakyat Indonesia;

l. menghormati dan menjunjung tinggi hukum yang berlaku;

m. menghargai perbedaan pendapat;

n. berlaku adil dalam mengambil keputusan;

o. berperan serta dalam pelaksanaan pemilu;

p. mendukung segala kebijakan politik pemerintah yang merakyat;

q. rela berkorban untuk membela tanah air dari serangan musuh;

r. selalu setia mempertahankan keutuhan wilayah negara;

s. kritis terhadap kondisi kehidupan kesengsaraan rakyat.


Kemerdekaan Mengemukakan Pendapat
A.   HAKEKAT KEMERDEKAAN MENGEMUKAKAN PENDAPAT
 
Kemerdekaan mengemukakan pendapat dijamin oleh negara? Dengan adanya
kemerdekaan berpendapat akan mendorong rakyat suatu negara untuk menghargai
perbedaan pendapat. Kemerdekaan berpendapat juga akan menciptakan masyarakat
yang demokratis. Budaya demokrasi akan tumbuh bila suasana hati rakyat bebas
mengemukakan pendapatnya. Namun kebebasan tersebut haruslah sebuah kebebasan
yang bertanggung jawab. Ukurannya adalah kemajuan masyarakat dan terjaganya rasa
persatuan, serta moralitas sosial yang dibangun oleh masyarakat tersebut. Dengan
demikian, kemerdekaan berpendapat merupakan hal yang penting untuk dipahami
apabila negara yang dibentuk bertumpu pada kepentingan rakyat.
Pendapat secara umum diartikan sebagai buah gagasan atau buah pikiran.
Mengemukakan pendapat berarti mengemukakan gagasan atau mengeluarkan pikiran.
Dalam kehidupan negara Indonesia, seseorang yang mengemukakan pendapatnya atau
mengeluarkan pikirannya dijamin secara konstitusional. Hal itu dinyatakan dalam UUD
1945, Pasal 28, bahwa kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran
dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang. Lebih
lanjut pengertian pengertian kemerdekaan mengemukakan pendapat dinyatakan dalam
Pasal 1 (1) UU No. 9 Tahun 1998, bahwa kemerdekaan menyampaikan pendapat adalah
hak setiap warga negara untuk menyampaikan pikiran dengan lisan, tulisan, dan
sebagainya secara bebas dan bertanggung jawab sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Undang-undang yang mengatur kemerdekaan
mengemukakan pendapat antara lain diatur dengan Undang-Undang No. 9 Tahun 1998
tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat di Muka Umum. Pengertian di muka
umum adalah di hadapan orang banyak atau orang lain, termasuk tempat yang dapat
didatangi dan/atau dilihat setiap orang. Mengemukakan pendapat di muka umum
berarti menyampaikan pendapat di hadapan orang banyak atau orang lain, termasuk
tempat yang dapat didatangi dan/atau dilihat setiap orang.
Adapun cara-cara mengemukakan pendapat dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut:
1.   Lisan, contohnya pidato, ceramah, berdialog, berdiskusi, rapat umum.
2.   Tulisan, contohnya poster, spanduk, artikel, surat.
3.   Cara lain, contohnya foto, film, demonstrasi (unjuk rasa), mogok makan.
 
B.   PENTINGNYA KEMERDEKAAN MENGEMUKAKAN PENDAPAT
SECARA BEBAS DAN BERTANGGUNG JAWAB
 
Sebelum membahas pentingnya kemerdekaan mengemukakan pendapat secara bebas
dan bertanggung jawab, kalian kerjakan tugas di bawah.
Apa yang kalian ketahui setelah melakukan pengamatan terhadap pendapat di muka
umum secara bebas dan bertanggung jawab, yakni dalam bentuk demonstrasi dan rapat
umum. Mengapa demikian? Ikutilah penjelasan berikut ini.
Mengeluarkan pikiran secara bebas adalah mengeluarkan pendapat, pandangan,
kehendak, atau perasaan yang bebas dari tekanan fi sik, psikis, atau pembatasan yang
bertentangan dengan tujuan pengaturan tentang kemerdekaan menyampaikan
pendapat di muka umum (Penjelasan Pasal 5 UU No. 9 Tahun 1998). Warga negara
yang menyampaikan pendapatnya di muka umum berhak untuk mengeluarkan pikiran
secara bebas dan memperoleh perlindungan hukum (Pasal 5 UU No. 9 Tahun 1998).
Dengan demikian, orang bebas mengeluarkan pendapat tetapi juga perlu pengaturan
dalam mengeluarkan pendapat tersebut agar tidak menimbulkan konfl ik yang
berkepanjangan antar-anggota masyarakat.
Apa pentingnya kemerdekaan mengemukakan pendapat secara bebas dan bertanggung
jawab?
Menurut Pasal 4 UU No. 9 Tahun 1998 adalah :
1. Kemerdekaan mengemukakan pendapat secara bebas dan bertanggung jawab
dimaksudkan untuk mewujudkan kebebasan yang bertanggung jawab sebagai salah satu
pelaksanaan hak asasi manusia sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945;
2. Kemerdekaan mengemukakan pendapat secara bebas dan bertanggung jawab
dimaksudkan untuk mewujudkan perlindungan hukum yang konsisten dan
berkesinambungan dalam menjamin kemerdekaan menyampaikan pendapat;
3. Kemerdekaan mengemukakan pendapat secara bebas dan bertanggung jawab
dimaksudkan untuk mewujudkan iklim yang kondusif bagi berkembangnya partisipasi
dan kreativitas setiap warga negara sebagai perwujudan hak dan tanggung jawab dalam
kehidupan berdemokrasi;
4. Kemerdekaan mengemukakan pendapat secara bebas dan bertanggung jawab
dimaksudkan untuk menempatkan tanggung jawab sosial kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara, tanpa mengabaikan kepentingan perorangan atau kelompok.
Asas yang harus ditaati dalam kemerdekaan mengemukakan pendapat di muka umum
(Pasal 3 UU No. 9 Tahun 1998), yaitu:
1.   asas keseimbangan antara hak dan kewajiban,
2.   asas musyawarah dan mufakat,
3.   asas kepastian hukum dan keadilan,
4.   asas proporsionalitas, dan
5.   asas manfaat.
Kewajiban dan tanggung jawab warga negara dalam melaksanakan kemerdekaan
mengemukakan pendapat secara bebas dan bertanggung jawab di muka umum (Pasal 6
UU No. 9 Tahun 1998) terdiri atas:
1.  menghormati hak-hak dan kebebasan orang lain,
2.  menghormati aturan-aturan moral yang diakui umum,
3.  menaati hukum dan ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku,
4.  menjaga dan menghormati keamanan dan ketertiban umum, dan
5.  menjaga keutuhan persatuan dan kesatuan bangsa.
Kewajiban aparatur pemerintah dan tanggung jawab dalam melaksanakan
kemerdekaan mengemukakan pendapat secara bebas dan bertanggung jawab di muka
umum (Pasal 7 UU No. 9 Tahun 1998), yaitu:
1.  melindungi hak asasi manusia,
2.  menghargai asas legalitas,
3.  menghargai prinsip praduga tidak bersalah, dan
4.  menyelenggarakan pengamanan.
Sedang masyarakat berhak berperan serta secara bertanggung jawab agar penyampaian
pendapat di muka umum dapat berlangsung secara aman, tertib, dan damai (Pasal 8 UU
No. 9 Tahun 1998).
Bentuk penyampaian pendapat di muka umum dapat dilaksanakan dengan unjuk rasa
atau demonstrasi, pawai, rapat umum, atau mimbar bebas. Unjuk rasa atau
demonstrasi sebagai salah satu bentuk penyampaian pendapat di muka umum adalah
kegiatan yang dilakukan oleh seorang atau lebih untuk mengeluarkan pikiran dengan
lisan, tulisan, dan sebagainya secara demonstratif di muka umum. Rapat umum adalah
kegiatan menyampaikan pendapat di muka umum yang dihadiri oleh orang banyak
dengan tema tertentu. Adapaun pengertian pawai adalah kegiatan menyampaikan
pendapat di muka umum yang dilakukan oleh orang banyak dengan cara melakukan
perarakan. Sedangkan mimbar bebas adalah kegiatan menyampaikan pendapat di muka
umum yang dihadiri oleh orang banyak dengan bebas, tema dan pembicara dilakukan
secara bersifat spontan.
 
C. AKTUALISASI KEMERDEKAAN MENGEMUKAKAN PENDAPAT SECARA
BEBAS DAN BERTANGGUNG JAWAB
 
Mengemukakan pendapat bagi setiap warga negara dapat dilakukan melalui berbagai
saluran. Pada prinsipnya saluran itu dapat dibagi menjadi dua, yaitu saluran tradisional
dan saluran modern.
Saluran tradisional adalah saluran yang sejak dahulu kala sudah merupakan sarana
komunikasi antar-manusia, baik secara pribadi maupun kelompok. Saluran-saluran
komunikasi tradisional itu tidak memerlukan teknologi yang modern.
Contoh saluran komunikasi tradisional antara lain sebagai berikut.
1. Pertemuan antar-pribadi, misalnya ketika seseorang berkunjung ke rumah
tetangganya, ketika seseorang bertemu teman atau sahabatnya di suatu tempat, atau
ketika seseorang mengirim surat kepada temannya yang jauh.
2. Pertemuan atau forum umum yang dihadiri oleh orang cukup banyak, seperti rapat
dan musyawarah yang dilakukan di sekolah, di kantor, di kampung, dan sebagainya.
Forum umum ini dapat juga berbentuk pawai, unjuk rasa, dan rapat umum di lapangan
terbuka.
Saluran modern adalah saluran komunikasi yang menggunakan media dengan
peralatan atau teknologi moderen. Saluran komunikasi moderen ini dapat dilakukan
antarpribadi, tetapi dapat juga dilakukan secara bersama (menjangkau banyak orang).
Bentuk-bentuk saluran komunikasi modern itu antara lain:
1. Saluran komunikasi antarpribadi, seperti telepon (baik melalui kabel maupun non-
kabel, seperti hand phone), faksimile, dan surat elektronik (e-mail) melalui internet.
2. Saluran komunikasi massa, meliputi dua macam, yaitu media massa cetak dan media
massa elektronik. Media massa cetak meliputi: koran, majalah, jurnal, buku, dan
terbitan berkala lainnya, seperti lifl et, selebaran, dan buletin. Adapun media massa
elektronik, mencakup radio, televisi, dan internet.
Pengunaan saluran komunikasi merupakan salah satu perwujudan pelaksanaan hak
asasi manusia. Hal itu sesuai dengan apa yang dinyatakan dalam Pasal 28E (3) UUD
1945, bahwa setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan
mengeluarkan pendapat. Dalam ketentuan tersebut berarti setiap orang memiliki hak
kebebasan mengeluarkan pendapat. Setiap orang dapat menggunakan berbagai cara,
berbagai bentuk, dan berbagai saluran dalam menerapkan kemerdekaan
mengemukakan pendapatnya. Hal tersebut sejalan dengan jaminan setiap orang untuk
berkomunikasi dan memperoleh informasi (Pasal 28F UUD 1945).
Hak-hak setiap orang untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi, berupa:
1.   hak untuk berkomunikasi,
2.   hak untuk memperoleh informasi,
3.   hak untuk mencari informasi,
4.   hak untuk memiliki informasi,
5.   hak untuk menyimpan informasi,
6.   hak untuk mengolah informasi,
7.   hak untuk menyampaikan informasi,
8.   hak untuk menggunakan segala jenis saluran informasi.
Apabila kemerdekaan mengemukakan pendapat secara bebas tanpa
pertanggungjawaban, maka akan menimbulkan hal-hal yang bersifat negatif dalam
masyarakat. Demonstrasi, pawai, rapat umum, atau mimbar bebas yang tidak terkendali
dapat mengarah pada tindakan pengrusakan, penjarahan, pembakaran, bentrokan
massal, korban luka, bahkan ada yang korban meninggal dunia. Oleh karena itu,
kemerdekaan mengemukakan pendapat secara bebas dan bertanggungjawab
merupakan hak dan sekaligus juga kewajiban setiap orang dan warga negara di
Indonesia. Pembatasan kemerdekaan mengemukakan pendapat secara bebas dan
bertanggung jawab tertulis dalam Pasal 6, Pasal 7, dan Pasal 8 UU No. 9 Tahun 1998
seperti telah dijelaskan di atas. Perangkat perundang-undangan dalam mengatur
kemerdekaan mengemukakan pendapat pada dasarnya dimaksudkan agar setiap orang
dalam mengemukakan pendapatnya dilakukan secara bebas dan bertanggung jawab.
Dengan demikian norma-norma masyarakat tetap dijunjung tinggi dalam rangka
menghormati hak orang lain. Oleh karena itu, kita hendaknya dapat menghargai
kemerdekaan mengemukakan pendapat yang dilaksanakan secara bertanggung jawab.
Kemerdekaan mengemukakan pendapat adalah hak setiap warga negara untuk
menyampaikan pikiran dengan lisan, tulisan, dan sebagainya secara bebas dan
bertanggung jawab sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan yang
berlaku. Bentuk penyampaian pendapat di muka umum dapat dilaksanakan dengan
unjuk rasa atau demonstrasi, pawai, rapat umum, atau mimbar bebas. Mengemukakan
pendapat bagi setiap warga negara dapat dilakukan melalui saluran tradisional dan
saluran modern.

Anda mungkin juga menyukai