Anda di halaman 1dari 52

MAKALAH METODOLOGI PENELITIAN PENDIDIKAN

MATEMATIKA
“PENGAMBILAN DATA”

Dosen Pengampu: Dr. Ilham Falani, S.Pd., M.Si.


Disusun oleh: Kelompok 4
Anggota Kelompok:
Ajeng Riana Lestari (A1C220040)
Rani Iani Rahmadani Putri (A1C220046)
Nafisah Vizna (A1C220078)
Niski (PMM2200075)
Niswatur Rusydah (PMM2200076)
Nurdia Baubesy (PMM2200080)
Kelas: R-002

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEPENDIDIKAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT. Tuhan Yang Maha Esa. Atas berkat rahmat
dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Pengambilan Data” dengan tepat waktu.
Adapun makalah ini disusun guna memenuhi tugas kelompok Mata Kuliah
Metodologi Penelitian Pendidikan Matematika. Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan penulis maupun pembaca yang mudah-mudahan bermanfaat
untuk pembelajaran kedepannya.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah , bapak
Dr. Ilham Falani, S.Pd., M.Si. yang telah memberikan bimbingannya. Ucapan terima
kasih juga tak lupa pula kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu
diselesaikannya makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
sebab itu, saran dan kritik yang membangun penulis harapkan demi tercapainya
kesempurnaan makalah-makalah penulis selanjutnya.

Jambi, 1 November 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................... i
DAFTAR ISI ............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ........................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................... 3
A. Teknik Observasi (Pengamatan) .................................................................... 3
B. Teknik Wawancara ........................................................................................ 10
C. Teknik Angket ............................................................................................... 15
D. Teknik Focus Group Discussion (FGD) ........................................................ 19
E. Teknik Pegukuran data .................................................................................. 25
F. Teknik Sosiometeri ........................................................................................ 30
G. Teknik Dokumentasi ...................................................................................... 35
H. Teknik Triangulasi ......................................................................................... 39
BAB III PENUTUP ................................................................................................... 46
A. Kesimpulan .................................................................................................... 46
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 48

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penelitian dapat diartikan sebagai suatu proses penyelidikan secara sistematis
yang ditujukan pada penyediaan informasi untuk menyelesaikan masalah. Metode
pengumpulan data adalah teknik atau cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti
untuk pengumpulan data. Teknik dalam menunjuk suatu kata yang abstrak dan tidak
diwujudkan dalam benda, tetapi hanya dapat dilihat penggunaannya melalui: angket,
wawancara, pengamatan, ujian (tes), dokumentasi, dan lain-lain.
Dalam penelitian ilmiah, agar data yang kita kumpulkan menjadi valid, maka
kita harus mengetahui bagaimana cara-cara pengumpulan data dalam penelitian itu,
sehingga data yang kita peroleh dapat menjadi pendukung terhadap kebenaran suatu
konsep tertentu. Dan dalam kegiatan penelitian, keberadaan instrumen penelitian
merupakan bagian yang sangat integral dan termasuk dalam komponen metodologi
penelitian karena instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan untuk
mengumpulkan, memeriksa, menyelidiki suatu masalah yang sedang diteliti. Menyusun
instrumen merupakan suatu proses dalam penyusunan alat evaluasi karena dengan
mengevaluasi kita akan memperoleh data tentang objek yang diteliti.
Metode pengumpulan data adalah teknik atau cara yang dilakukan oleh peneliti
untuk mengumpulkan data. Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi
yang dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan penelitian. Sementara itu instrumen
pengumpulan data merupakan alat yang digunakan untuk mengumpulkan data. Terdapat
beberapa manfaat mempelajari Metodologi Penelitian yakni mahasiswa dapat
memahami konsep dasar metode penelitian dan mahasiswa mampu menerapkan metode
penelitian dalam penyusunan skripsi.
Berdasarkan pemaparan diatas, maka kami sebagai mahasiswa yang nantinya
akan menggeluti penelitian pada semester yang akan datang sebagai salah satu syarat
kelulusan dan sebagai pengetahuan untuk diterapakan yang akan berguna pada masa
ayang akan datang, maka pada tulisan ini kami akan menyajikan berbagai macam
metode atau teknik dalam pengambilan data yang merupakan aktifitas yang dilakukan

1
guna mendapatkan informasi yang diperlakukan dalam rangka mencapai tujuan dari
suatu penelitian.
B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, ada beberapa masalah
yang berkaitan dengan populsi, sampel, dan teknik sampling. Adapun masalah-masalah
tersebut dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
1. Apa saja metode atau teknik dalam pengambilan data?
2. Bagaimanakah yang dimaksud dari tiap-tiap metode atau teknik pengambilan data
tersebut?
C. Tujuan
Mengacu pada rumusan masalah yang telah di paparkan diatas, maka yang
menjadi tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apa saja metode atau teknik dalam pengambilan data?
2. Untuk mengetahui bagaimanakah yang dimaksud dari tiap-tiap metode atau teknik
pengambilan data tersebut?

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Teknik Observasi (Pengamatan)
1. Pengertian Observasi
Observasi adalah metode pengumpulan data yang menggunakan pengamatan
terhadap subyek penelitian. Menurut Zainal Arifin dalam buku (Kristanto, 2018)
observasi adalah suatu proses yang didahului dengan pengamatan kemudian pencatatan
yang bersifat sistematis, logis, objektif, dan rasional terhadap berbagai macam
fenomena dalam situasi yang sebenarnya, maupun situasi buatan. Dengan observasi kita
dapat memperoleh informasi tentang subyek penelitian tertentu yang sukar diperoleh
dari metode lain. Selain itu, observasi juga dapat berfungsi sebagai eksplorasi, jika
peneliti belum memiliki banyak keterangan tentang masalah yang diselidiki.
2. Syarat Perilaku Observasi
Objek observasi adalah perilaku yang tampak, yang sengaja dimunculkan
(terencana) dan memiliki tujuan tertentu. Dari pernyataan di atas, ada beberapa syarat
perilaku yang dapat di observasi (Herdiansyah ,2013) , antara lain :
a. Dapat dilihat, perilaku tersebut dapat dilihat dan diamati. Pengamatan dapat dilihat
berdasarkan frekuensinya (seberapa banyak / sering perilaku tersebut muncul),
berdasarkan penyebab perilakunya, dan durasinya.
b. Dapat didengar, walaupun perilaku tersebut tidak dapat terlihat langsung oleh
mata, namun jika masih dapat didengar, maka dapat diobservasi. Misalnya sedang
ingin mengobservasi adanya konflik dalam rumah tangga, yang terjadi di sebuah
keluarga. Tentu tidak mungkin perilaku konflik tersebut dilakukan didepan umum
atau didepan kita sebagai peneliti yang hendak mengobservasi. Konflik yang terjadi
dapat di observasi dari seberapa sering suami istri dalam keluarga tersebut,
terdengar bertengkar dan beradu mulut, adanya barang-barang yang pecah, dan
seberapa sering terdengar tangisan.
c. Dapat dihitung, sesuatu yang dapat dihitung juga dapat dijadikan objek observasi.
Hal ini biasanya terkait dengan kuantitas dari sebuah perilaku yang muncul.
Misalnya mengobservasi perilaku menguap seorang mahasiswa didalam kelas.

3
Frekuensi kemunculan perilaku menguap tersebut dapat dijadikan dasar interpretasi
mengapa perilaku itu muncul.
d. Dapat diukur, atribut yang diukur menjadi dasar yang menentukan interpretasi dari
sesuatu yang di observasi.
Dari keempat syarat perilaku t ersebut, sebuah perilaku yang diobservasi dapat
saja meliputi keempat syaratnya, dua syarat, atau hanya satu syarat. Yang terpenting
adalah bagaimana operasionalisasi perilaku dapat disesuaikan dengan apa yang hendak
dijadikan objek untuk diobservasi.
3. Jenis-jenis Observasi
a. Observasi Partisipan
Observasi partisipan adalah suatu proses pengamatan dimana peneliti merupakan
bagian dari kelompok yang diteliti, misalnya: termasuk suku bangsa, anggota
perkumpulan, atau pekerja dalam perusahaan yang sedang diteliti. Dalam teknik ini hal
yang perlu diperhatikan adalah jangan sampai observee tau bahwa observer
memperhatikannya dan upayakan pencatatan yang baik, sehingga tidak menimbulkan
kecurigaan.
b. Observasi Nonpartisipan
Apabila peneliti tidak berperan serta dalam kehidupan observee dan secara
terpisah berkedudukan sebagai pengamat, maka teknik ini disebut sebagai observasi non
partisipan. Hal yang perlu diperhatikan dalam observasi jenis ini adalah pencatatan
harus dilakukan di luar pengetahuan orang-orang yang diamati, dan observer harus
membina hubungan orang-orang yang diamati. Kehadiran observer dapat
mempengaruhi kelakuan obervee, peneliti harus sanggup menyesuaikan diri dalam
situasi itu, dan jangan menonjol, agar tidak mempengaruhi kewajaran kelakuan
observee.
c. Observasi Terstruktur
Observasi terstruktur adalah observasi yang telah dirancang secara sistematis,
tentang apa yang akan diamati, kapan dan dimana tempatnya. Jadi observasi terstruktur
dilakukan apabila peneliti telah tahu dengan pasti tentang variabel apa yang akan
diamati. Dalam melakukan pengamatan peneliti menggunakan instrumen penelitian

4
yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Pedoman wawancara terstruktur, atau
angket tertutup dapat juga digunakan sebagai pedoman untuk melakukan observasi.
d. Observasi Tidak Terstruktur
Observasi tidak terstruktur adalah observasi yang tidak dipersiapkan secara
sistematis tentang apa yang akan diobservasi. Hal ini dilakukan karena peneliti tidak
tahu secara pasti tentang apa yang akan diamati. Dalam melakukan pengamatan penliti
tidak menggunakan instrumen yang telah baku, tetapi hanya berupa rambu-rambu
pengamatan.
4. Instrumen Observasi
a. Anecdotal Record
Metode observasi, dimana ketika peneliti melakukan observasi, ia hanya
membawa kertas kosong saja untuk mencatat perilaku yang khas, unik dan penting
yang dilakukan subjek penelitian.
Kelebihan Metode Anecdotal Record:
a. Penggunaannya sangat sederhana karena hanya bermodalkan alat tulis yang
seerhana (kertas dan pulpen).
b. Ketika peneliti memilih anecdotal record, pemahaman yang lebih tepat dan akurat
dari tingkah laku unik dan spesifik lebih mudah didapatkan.
c. Dengan diperolehnya latar belakang munculnya perilaku unik dan khas tersebut,
akan memudahkan peneliti dalam menarik tema – tema dan kesimpulan dari
perilaku yang muncul.
Kelemahan Metode Anecdotal Record:
a. Waktu yang dibutuhkan sangat banyak.
b. Sulit diterapkan kepada subjek teliti yang banyak atau komunal.
c. Membutuhkan kecermatan dan kejelian yang tinggi dari peneliti.
d. Kecenderungan peneliti untuk memisahkan perilaku dari perilaku lainnya.
Tipe-Tipe Anecdotal Record:
a. Tipe Evaluasi : Yakni tipe yang berarti hasil akhir dari suatu perilaku yang muncul.
b. Tipe Interpretatif : peneliti melakukan interprestasi suatu perilaku berdasarkan
kecenderungan – kecenderungan atau kemungkinan – kemungkinan yang dapat
dijadikan alasan atau sebab akibat yang cukup kuat.

5
c. Tipe Deskripsi Umum : tipe ini berisi tentang catatan perilaku subjek beserta
situasinya dalam bentuk pernytaan umum.
d. Tipe Deskripsi Khusus : berisi tentang catatan perilaku subjek beserta situasinya
dalam bentuk pernyataan khusus.
b. Behavioral checklist
Merupakan model dalam observasi yang mampu memberikan keterangan
mengenai muncul atau tidaknya perilaku yang diobservasi dengan memberikan tanda
check () jika erilaku yang diobservasi muncul.
c. Participation charts
Merupakan salah satu metode observasi yang hampir mirip dengan behavioral
chechklist, yaitu melakukan observasi, merekam atau mencatat perilaku yang muncul
atau tidak muncul dari subjek atau sejumlah subjek yang diobservasi secara simultan
dalam suatu kegiatan atau aktivitas tertentu.
d. Rating scale
Merupakan salah satu metode observasi yang pada intinya hampir sama dengan
model sebelumnya yang telah dibahas, yaitu behavioral checklist atau participant chart,
yaitu mencatat perilaku sasaran yang dimunculkan oleh subjek atau observee.
Perbedannya terletak pada kebutuhan untuk mengetahui kuantitas dan kualitas dari
perilaku yang diteliti.
e. Behavioral tallying and charting
Kelebihan dari model behavioral tallying dan charting adalah:
1) Bukan hanya mampu melakukan kuantifikasi atau perhitungan dari perilaku yang
diobservasi, tetapi juga mampu mengubah hasil kuantifikasi tersebut menjadi bentuk
grafik. Lebih spesifik lagi, metode ini mampu mengkuantifikasikan perilaku yang
muncul dalam suatu rentang waktu yang ditentukan.
2) Model ini mampu mencatat perilaku yang batasannya tidak jelas dan tumpang tindih
dengan perilaku lainnya.
Tallying atau perhitungan, dapat dilakukan dengan syarat batasan perilaku yang
akan diobservasi harus jelas tiap unitnya dan tidak tumpang tindih dengan perilaku
lainnya yang menyebabkan sulitnya perilaku dihitung.

6
5. Langkah-langkah Observasi
a. Memilih lokasi observasi yang tepat, yang memungkinkan peneliti dapat memahami
central phenomenon dengan optimal, dan dapat memperoleh data dengan jelas
ketika melakukan observasi pada lokasi tersebut.
b. Melakukan observasi sederhani sebelumnya dengan melekukan observasi kancah.
Yaitu peneliti melekukan perkenalan, membina repport dengan orang-orang yang
ada di lokasi tersebut dan menggali data sebanyak mungkin.
c. Tentukan siapa subjek yang akan diobservasi, kapan observasi dilakukan dan berapa
lama observasi dilakukan.
d. Menentukan peran observer dalam observasi yang akan dilakukan, yaitu
memprediksi kemungkinan, kelebihan dan kekurangan dari observasi yang
dilakukan.
e. Melakukan pengulangan observasi agar memperoleh validitas dan reliabilitas hasil
observasi yang didapat.
f. Membuat fieldnotes dari perilaku yang diobservasi untuk mencari keterkaitan antara
perilaku satu dengan perilaku yang lainnya agar dapat menarik benang merah dari
keterkaitan antara perilaku yang satu dengan yang lainnya.
g. Membuat gambaran apa saja yang akan diobservasi, kemudian melakukan
penggabungan antara perilaku, lingkungan dan informasi agar dapat memperoleh
hambaran secara lebih komprehensif.
h. Melakukan pencatatan deskriptif fieldnotes dan reflektif fieldnotes.
i. Dalam peran observer nonpartisipan, melakukan perkenalan dengan subjek peneliti
tidak boleh terlihat aktif dan interaktif agar kehadirannya tidak terlalu menjadi
sesuatu yang dipersepsi oleh subjek yang sedang melakukan sesuatu.
j. Setelah observasi selesai peneliti tidak boleh meninggalkan lokasi begitu saja.
Secara etika, kita sudah banyak dibantu oleh orang yang ada disekitar lokasi
penenlitian. Oleh sebab itu, izin untuk pamit dan terimakasih kepada orang – orang
yang telah membantu kita melakukan observasi.

7
6. Kelebihan dan Kekurangan
Kelebihan observasi:
a. Data yang di kumpulkan melalui observasi cenderung mempunyai keandalan yang
tinggi karena peneliti sendiri yang mengamati secara seksama setiap perilaku yang
diobservasi, maksudnya peneliti adalah first-hand dari observasi yang dilakukan,
artinya peneliti sendiri yang turun ke lapangan dan melakukan observasi.
b. Dapat dilihat langsung apa yang sedang dikerjakan oleh sabjek hingga kepada hal
yang ditail, maksudnya obervasi mampu merekam perilaku secara lebih detail.
c. Dapat mencatat perilaku yang sulit di ungkapkan melalui bahasa verbal, maksudnya
obervasi memberikan penjelasan dan bantuan untuk mentafsirkan apa saja gerakan
atau kegiatan yang sulit diungkapkan melalui bahasa verbal.
d. Dapat menggambarkan lingkungan fisik dengan lebih ditail, misalnya letak-letak
ruang peralatan, maksudnya obsrevasi tidak hanya memotret perilaku subjek
penelitian semata, tetapi juga potret lingkungan fisiknya ketika subjek sedang
diobservasi.
e. Dapat durasi waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan satu unit pekerjaan
tertentu, maksudnya observasi dapat dijadikan tools untuk mengukur seberapa lama
durasi seseorang dalam mengerjakan suatu pekerjaan tersebut. Dengan mengetahui
durasi, maka dapat dijadikan norma / pedoman dalam penyelesaian suatu tugas
tertentu atau dijadikan sebagai dasar menentukan sebuah keputusan1.
Kelemahan observasi:
a. Umumnya orang yang diamati merasa terganggu atau tidak nyaman, sehingga akan
melakukan pekerjaannya dengan tidak alamiah, maksudnya karena diamati, maka
perilakunya merupakan perilaku buatan yang tidak apa adanya. Bisa saja dilebih-
lebihkan (faking good), atau dikurang – kurangi (faking bad) karena merasa diamati
dan dinilai observer.
b. Terkadang perilaku yang akan di observasi tidak muncul, maksudnya peneliti tidak
melakukan treatment apapun terhadap setting sosial yang ada, kadangkala ketika
melakukan observasi perilaku yang diobservasi tidak muncul.

8
c. Adanya bias peneliti seperti peneliti terlalu baik atau terlalu “pelit” dalam
memberikan penilaian terhadap perilaku yang muncul, dalam istilah psikologi ini
disebut dengan generousity effect, yaitu kecenderungan dari peneliti / observer
untuk memberikan penilaian yang baik atau buruk ketika kondisi atau keadaannya
meragukan.
Pelaksanaan teknik observasi dapat dilakukan dalam beberapa cara dan
memungkinkan petunjuk-petunjuk tentang cara memecahkannya. Penentuan dan
pemilihan cara tersebut tergantung pada situasi objek yang akan diamati berikut ini:
a. Observasi partisipan
Observasi partisipan adalah suatu proses pengamatan dimana peneliti merupakan
bagian dari kelompok yang diteliti, misalnya: termasuk suku bangsa, anggota
perkumpulan, atau pekerja dalam perusahaan yang sedang diteliti. Dalam teknik ini hal
yang perlu diperhatikan adalah jangan sampai observee tau bahwa observer
memperhatikannya dan upayakan pencatatan yang baik, sehingga tidak menimbulkan
kecurigaan.
b. Observasi nonpartisipan
Apabila peneliti tidak berperan serta dalam kehidupan observee dan secara
terpisah berkedudukan sebagai pengamat, maka teknik ini disebut sebagai observasi non
partisipan. Hal yang perlu diperhatikan dalam observasi jenis ini adalah pencatatan
harus dilakukan di luar pengetahuan orang-orang yang diamati, dan observer harus
membina hubungan orang-orang yang diamati. Kehadiran observer dapat
mempengaruhi kelakuan obervee, peneliti harus sanggup menyesuaikan diri dalam
situasi itu, dan jangan menonjol, agar tidak mempengaruhi kewajaran kelakuan
observee.
c. Observasi terstruktur
Observasi terstruktur adalah observasi yang telah dirancang secara sistematis,
tentang apa yag akan diamati, kapan dan dimana tempatnya. Jadi observasi terstruktur
dilakukan apabila peneliti telah tahu dengan pasti tentang variabel apa yang akan
diamati. Dalam melakukan pengamatan peneliti menggunakan instrumen penelitian
yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Pedoman wawancara terstruktur, atau
angket tertutup dapat juga digunakan sebagai pedoman untuk melakukan observasi.

9
d. Observasi tidak terstruktur
Observasi tidak terstruktur adalah observasi yang tidak dipersiapkan secara
sistematis tentang apa yang akan diobservasi. Hal ini dilakukan karena peneliti tidak
tahu secara pasti tentang apa yang akan diamati. Dalam melakukan pengamatan penliti
tidak menggunakan instrumen yang telah baku, tetapi hanya berupa rambu-rambu
pengamatan.
Kelebihan:
a. Data yang diperoleh melalui observasi cenderung mempunyai keandalan yang
tinggi/kadang observasi dilakukan untuk mengecek validitas dari data yang telah
diperoleh sebelumnya dari individu-individu.
b. Dapat melihat langsung apa yang sedang dikerjakan, pekerjaan-pekerjaan yang
rumit terkadang sulit untuk diterangkan.
c. Dapat menggambarkan lingkungan fisik dari kegiatan-kegiatan, misalnya tata letak
fisik peralatan, penerangan, gangguan suara dan lain-lain.
d. Dapat mengukur tingkat suatu pekerjaan, dalam hal waktu yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan pekerjaan tertentu.
Kekurangan:
a. Pada umunya orang yang diamati merasa terganggu atau tidak nyaman, sehingga
akan melakukan pekerjaannya dengan tidak semestinya.
b. Pekerjaan yang sedang diamati mungkin tidak mewakili suatu tingkat kesulitan
pekerjaan tertentu atau kegiatan-kegiatan khusus yang tidak selalu dilakukan atau
volume-volume kegiatan tertentu.
c. Dapat menggangu proses yang sedang diamati.
d. Orang yang diamati cenderung melakukan pekerjaannya dengan lebih baik dari
biasanya dan sering menutup-nutupi kejelekan-kejelekannya.
B. Teknik Wawancara
1. Pengertian Wawancara
Wawancara merupakan suatu bentuk instrumen pengumpulan data yang
biasanya digunakan oleh peneliti dalam penelitian kualitatif. Namun demikian
wawancara biasa juga digunakan sebagai metode pelengkap pada penelitian kuantitatif.
Metode pengumpulan data dengan wawancara memerlukan waktu yang cukup lama

10
dibandingkan dengan metode lain seperti angket (Saleh, 2017:61). Beberapa aspek yang
perlu diperhatikan oleh pewawancara pada saat melaksanakan wawancara kepada
informan, seperti: sikap (waktu datang dan duduk), kecerahan wajah, tutur kata,
keramahan, kesabaran serta keseluruhan penampilan. Kesemua aspek tersebut dapat
mempengaruhi proses wawancara dan jawaban informan yang diberikan kepada
pewawancara.
Wawancara merupakan salah satu teknik yang dapat digunakan untuk
mengumpulkan data penelitian. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa wawancara
(interview) adalah suatu kejadian atau suatu proses interaksi antara pewawancara
(interviewer) dan sumber informasi atau orang yang di wawancarai (interviewee)
melalui komunikasi langsung (yusuf, 2014). Metode wawancara/interview juga
merupakan proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara Tanya
jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan responden/ orang yang di
wawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara. Dalam
wawancara tersebut biasa dilakukan secara individu maupun dalam bentuk kelompok,
sehingga di dapat data informatik yang orientik.
2. Jenis Wawancara
Wawancara terbagi atas wawancara terstruktur dan tidak terstruktur.
a. Wawancara terstruktur artinya peneliti telah mengetahui dengan pasti apa informasi
yang ingin digali dari responden sehingga daftar pertanyaannya sudah dibuat secara
sistematis. Peneliti juga dapat menggunakan alat bantu tape recorder, kamera photo,
dan material lain yang dapat membantu kelancaran wawancara. Sejalan dengan
pendapat menurut Saleh (2017: 62) pedoman wawancara yang disusun secara
terperinci sehingga menyerupai check-list sehingga pewawancara tinggal
membuhkan tanda check pada jawaban yang sesuai.
b. Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara bebas, yaitu peneliti tidak
menggunakan pedoman wawancara yang berisi pertanyaan yang akan diajukan
secara spesifik, dan hanya memuat poin-poin penting masalah yang ingin digali dari
responden menurut Saleh (2017: 62) Pedoman wawancara tidak terstruktur adalah
pedoman wawancara yang hanya memuat garis besar yang akan ditanyakan. Hal ini
memerlukan kreativitas pewawancara. Biasanya hasil wawancara tergantung pada si

11
pewawancara. Pewawancara sebagai pengatur jalannya wawancara dan jawaban
informan.
3. Tahapan Wawancara
Merurut Arikunto (2016), ada dua tahap yang perlu dilalui oleh calon
pewawancara pada latihan wawancara, yaitu:
a. Tahap pertama, calon pewawancara mempelajari pedoman wawancara dan hal-hal
yang berhubungan dengan kondisi wawancara, misalnya transportasi, pengamanan
data, variabel yang diungkap dan sebagainya. Pada kesempatan ini perlu
dipertimbangkan apakah harapan peneliti sebaiknya dikemukakan atau tidak, karena
ada kalanya justru membuat pewawancara mempunyai kecenderungan mengarahkan
data kepada harapan tersebut (bias data).
b. Tahap kedua, calon pewawancara dilatih bagaimana menjadi pewawancara yang
baik. Perlu dilatih bagaimana datang di tempat informan, bagaimana teknik
membuka percakapan, mengemukakan maksud kedatangannya, bagaimana
mengajukan pertanyaan, memberi respon, sampai pada latihan menutup
pembicaraan. Dalam keadaan yang memungkinkan dapat digunakan tape recorder,
camera, atau video untuk membantu pelaksanaan wawancara. Perlu diingat bahwa
semua alat bantu yang akan digunakan terlebih dahulu meminta izin kepada
informan untuk menggunakannya. Apabila informan keberatan untuk diambil
gambarnya atau direkam maka sebaiknya pewawancara tidak melakukan hal
tersebut.
Isi wawancara secara garis besar mencakup:
a. Pengalaman dan perbuatan informan, yakni apa yang telah dikerjakan dan lazim
dikerjakan;
b. Pendapat, pandangan, tanggapan, tafsiran atau pikirannya tentang sesuatu;
c. Perasaan, respon emosional, yakni apakah informan merasa cemas, takut, senang,
gembira, curiga, jengkel, dan sebagainya tentang sesuatu;
d. Pengetahuan, fakta-fakta, apa yang diketahuianya tentang sesuatu;
e. Penginderaan, apa yang dilihat, didengar, diraba,dikecap atau diciumnya, diuraikan
secara deskripsi;
f. Latar belakang pendidikan, pekerjaan, daerah asal, tempat tinggal, keluarga dsb.

12
Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam penggunaan teknik interview
menurut Nursapiah (2020: 81-83) adalah sebagai berikut.
a. Menuliskan butir-butir pertanyaannya akan dicari jawabannya, mungkin secara detil
atau secara garis besar sesuai dengan bentuk interview yang akan dilakukannya.
b. Memikirkan ulang atau membahasnya bersama teman berkenaan dengan putri
pertanyaan yang dipersiapkan.
c. Menentukan tema interview dan antisipasi kemungkinan informasi yang ingin atau
dapat diperoleh.
d. Memahami dengan benar partisipan dalam kegiatan interview, sehingga dapat
dijadikan pemandu dalam membuat penafsiran maupun kesimpulan berkenaan
dengan informasi yang diberikan.
e. Tidak menyalahkan pertanyaan pada pemberian jawaban (setuju atau tidak setuju)
secara sugestif.
f. Jangan membiarkan partisipan memberikan jawaban secara panjang lebar yang
melampaui batas informasi ataupun topik permasalahan yang seharusnya
dibicarakan.
g. Tidak menginterupsi jawaban dengan pertanyaan yang berbau penafsiran,
penggalian pendapat secara subjektif ataupun klarifikasi atas suatu kesimpulan yang
memancing munculnya opini.
h. Menjaga sequence pembicaraan sesuai dengan urutan permasalahan atau
konsekuensi informasi yang ingin diperoleh.
4. Etika Wawancara
Etika wawancara menurut Idrus (2009: 105-107) ada beberapa etika yang harus
diperhatikan ketika melakukan wawancara, yaitu:
a. Memberi tahu topik penelitian sebagai bagian dari keterbukaan dari si peneliti
kepada informan. Namun patut diingat, ada juga yang berpendapat bahwa topik
tidak perlu diberitahukan agar tidak terjadi bias terhadap jawaban informan. Pilihan
sepenuhnya ada di tangan peneliti dengan memperhatikan situasi yang ada.
b. Melindungi identitas subjek (informan) dengan tidak menyebut nama informan atau
menyamarkannya. Namun ini tidak mutlak, karena dalam kondisi tertentu atau
penelitian tertentu, nama informan dapat disebutkan.

13
c. Menghormati hal-hal yang dianggap tabu.
d. Memahami bahasa dan budaya informan.
e. Menggunakan penerjemah jika peneliti kesulitan berkomunikasi dengan informan.
f. Menggunakan informan sebagai pemandu peneliti untuk menemukan informan
berikutnya.
g. Memperhatikan penampilan diri.
h. Peneliti tidak menjelaskan secara detil topik dan keinginan-keinginannya agar tidak
mempengaruhi jawaban informan.
i. Tidak mengalihkan fokus pembicaraan ke pembicaraan berikutnya ketika informan
masih memberikan penjelasannya.
j. Peneliti harus bersikap netral, yakni tidak memihak dan menerima segala pendapat
yang disampaikan oleh informan apa adanya.
k. Peneliti memosisikan informan sebagai orang yang paling tahu.
l. Peneliti berusaha mengikuti dan memahami jalan pikiran atau pandangan informan.
Kelebihan wawancara:
a. Informasi yang diperoleh langsung dari sumber pertama Sumber pertama dianggap
sebagai sumber yang akurat. Sumber pertama ini dipilih dari seseorang yang
dianggap paling mengetahui kejadian atau informasi yang dibutuhkan.
b. Semua kesalahpahaman dapat dihindari Dengan mendapatkan sumber yang akurat,
maka kesalahpahaman akan dapat dihindari.
Kelemahan wawancara:
a. Data atau informasi yang dikumpulkan sangat terbatas Terbatasnya informasi yang
terkumpul dari wawancara membuat data yang kita peroleh sangatlah sedikit dan
kurang menarik jika dibentuk laporan tertulis.
b. Memakan waktu dan biaya yang besar jika, dilakukan dalam suatu wilayah yang
luas
5. Contoh pedoman wawancara sebagai berikut:
PEDOMAN WAWANCARA
Kepala Sekolah SD Negeri Gejayan
A. Tujuan:
Untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan program pendidikan inklusif di SD

14
Negeri Gejayan.
B. Pertanyaan panduan:
Kepala Sekolah SD Negeri Gejayan
1. Identitas Diri
a. Nama :
b. Jabatan :
c. Agama :
d. Pekerjaan :
e. Alamat :
f. Pendidikan Terahir:
2. Pertanyaan penelitian
a. Sejauh mana partispasi warga sekolah dalam pelaksanaan programpendidikan
inklusif di SD Negeri Gejayan?
b. Bagaimana partisipasi warga sekolah dalam pengambilan
keputusan program pendidikan inklusif di SD Negeri Gejayan?
c. Bagaimana wujud partisipasi dalam pengambilan keputusan ini?
d. Apakah ikut menyumbangkan gagasan atau pemikiran, kehadiran dalam rapat,
diskusi dan tanggapan atau penolakan terhadap program yang ditawarkan?.
e. Bagaimana partisipasi warga sekolah dalam perencanaan program pendidikan
inklusif?
f. Bagaimana partisipasi warga sekolah dalam pengevaluasian penyelenggaraan
program pendidikan inklusif?
g. Bagaimana faktor penghambat dan pendukung dalam memaksimalkan
partisipasi warga sekolah dalam penyelenggaraan program pendidikan inklusif?
C. Angket (kuesioner)
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk
dijawabnya (Sugiyono, 2017). Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang
efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa
diharapkan dari responden. Selain itu, kuesioner juga cocok digunakan bila jumlah
responden cukup besar dan tersebar di wilayah yang luas. Kuesioner dapat berupa

15
pertanyaan/pernyataan tertutup atau terbuka, dapat diberikan kepada responden secara
langsung atau dikirim melalui pos, atau internet. Bila peneliti dilakukan pada lingkup
yang tidak terlalu luas, sehinggga kuesioner dapat diantarkan langsung dalam waktu
singkat, maka pengiriman angket kepada responden tidak melalui pos. Dengan adanya
kontak langsung antara peneliti dengan responden akan menciptakan suatu kondisi yang
cukup baik, sehingga responden dengan sukarela akan memberikan data obyektif dan
cepat.
Keuntungan angket, antara lain: a) responden dapat menjawab dengan bebas
tanpa dipengaruhi oleh hubungan dengan peneliti, dan waktu relative lama, sehingga
objektivitas dapat terjamin, b) apat digunakan untuk mengumpulkan data dari responden
yang jumlahnya cukup banyak. Angket terdiri dari beberapa bentuk, yaitu :
1. Angket berstruktur, yaitu angket yang menyediakan beberapa kemungkinan jawaban
2. Angket tak berstruktur, yaitu angket yang memberikan jawaban secara terbuka
dimana responden secara bebas menjawab pertanyaan tersebut.
Dalam angket terstruktur atau angket tertutup, sebaiknya disediakan ruangan
khusus untuk menuliskan alternatif jawaban yang belum diketahui sebelumnya. Untuk
jenis informasi tertentu, angket tertutup ternyata sangat memuaskan. Angket tertutup
mudah diisi, memerlukan waktu yang sangat singkat, memusatkan responden pada
pokok persoalan, relative objektif, dan sangat mudah dianalisis.
Kuesioner tak-terstruktur atau bentuk terbuka.Kuesioner tak-berstruktur tidak
menyediakan jawaban yang diharapkan, jadi angket yang menghendaki jawaban
bebas atau jawaban dengan kalimat responden sendiri.Kuesioner tak-berstruktur
memiliki kelebihan yakni memberi responden kebebasan untuk mengungkapkan
pendapat dan sifat mereka.kelemahan kuesioner tak-berstruktur adalah bahwa informasi
yang dihasilkan sulit untuk diproses dan dianalisis. Dalam menjawab kuesioner tak-
berstruktur, subjek mungkin akan melewatkan hal-hal yang penting atau
menekankan hal-hal yang tidak menarik perhatian peneliti. Karena alasan inilah,
maka kebanyakan peneliti menghindari penggunaan kuesioner tak-berstruktur dan
lebih suka menggunakan kuesioner terstruktur.

16
Uma Sekaran (Sugiyono, 2017) mengemukakan beberapa prinsip dalam
penulisan angket sebagai titik pengumpulan data sebagai berikut.
1. Prinsip penulisan angket
Prinsip ini menyangkut beberapa faktor yaitu: isi dan tujuan pertanyaan, bahasa
yang digunakan mudah dipahami, pertanyaan tertutup terbuka-negatif positif,
pertanyaan tidak mendua, tidak menanyakan hal-hal yang sudah lupa, pertanyaan tidak
mengarahkan, panjang pertanyaan, dan urutan pertanyaan.
a. Isi dan tujuan pertanyaan
Yang dimaksud disini adalah, apakah isi pertanyaan tersebut merupakan bentuk
pengukuran atau bukan? Kalau berbentuk pengukuran, maka dalam membuat
pertanyaan harus teliti, setiap pertanyaan harus disusun dalam skala pengukuran dan
jumlah itemnya mencukupi untuk mengukur variabel yang diteliti.
b. Bahasa yang digunakan mudah dipahami
Bahasa yang digunakan dalam penulisan kuesioner (angket) harus disesuaikan
dengan kemapuan berbahasa responden. Jika responden tidak dapat berbahasa
Indonesia, maka angket jangan disusun dalam bahasa Indonesia. Jadi bahasa yang
digunakan dalam angket harus memperhatikan jenjang pendidikan responden, keadaan
sosial budaya, dan frame of reference dari responden.
c. Tipe dan bentuk pertanyaan
Tipe pertanyaan dalam angket dapat terbuka atau tertutup dan bentuknya dapat
menggunakan kalimat positif atau negatif. Pertanyaan terbuka adalah pertanyaan yang
mengharapkan responden untuk menuliskan jawabannya berbentuk uraian tentang suatu
hal. Contoh: bagaimanakah tanggapan Anda terhadap iklan di TV saat ini? Sebaliknya
pertanyaan tertutup, adalah pertanyaan yang mengharapkan jawaban singkat atau
mengharapkan responden untuk memilih salah satu alternatif jawaban dari setiap
pertanyaan yang telah tersedia. Setiap pertanyaan angket yang mengharapkan jawaban
berbentuk data nominal, ordinal, inteval, dan ratio, adalah bentuk pertanyaan tertutup.
Pertanyaan tertutup akan membantu responden untuk menjawab dengan cepat
dan juga memudahkan peneliti dalam melakukan analisis data terhadap seluruh angket
yang telah terkumpul. Pertanyaan-pertanyaan dalam bentuk angket perlu dibuat kalimat

17
positif dan negatif agar responden dalam memberikan jawaban setiap pertanyaan lebih
serius, dan tidak mekanistis.
d. Pertanyaan tidak mendua
Setiap pertanyaan dalam angket jangan mendua (double barreled) sehingga
menyulitkan responden untuk memberikan jawaban.
Contoh: bagaimana pendapat Anda tentang kualitas dan relevansi pendidikan
saat ini? Ini adalah pertanyaan yang mendua, karena menanyakan tentang dua hal
sekaligus, yaitu kualitas dan relevansi. Sebaiknya pertanyaan tersebut dijadikan menjadi
dua.
1) Bagaimanakah kualitas pendidikan?
2) Bagaimanakah relevansi pendidikan?
3) Tidak menanyakan yang sudah lupa
Setiap pertanyaan dalam instrumen angket, sebaiknya juga tidak menanyakan
hal-hal sekiranya responden sudah lupa, atau pertanyaan yang memerlukan jawaban
dengan berpikir berat. Contoh: bagaimana kualitas pendidikan sekarang bila
dibandingkan dengan 30 tahun lalu? Menurut Anda, bagaimana cara mengatasi krisis
ekonomi saat ini? (kecuali penelitian yang mengharapkan pendapat para ahli). Kalau
misalnya umur responden yang diberi angket baru 25 tahun, dan pendidikannnya
rendah, maka akan sulit memberikan jawaban.
e. Pertanyaan tidak menggiring
Pertanyaan dalam angket sebaiknya juga tidak menggiring ke jawaban yang baik
saja atau ke yang jelek saja. Misalnya: bagaimanakah prestasi belajar Anda selama di
sekolah dulu? Jawaban responden tentu cenderung akan menyatakan baik.
Bagaimanakah prestasi kerja Anda selama setahun terakhir? Jawabannya cenderung
akan baik.
f. Panjang pertanyaan
Pertanyaan dalam angket sebaiknya tidak terlalu panjang sehingga akan
membuat jenuh responden dalam mengisi. Bila jumlah variabel banyakm sehingga
memerlukan instrumen yang banyak, maka instrumen tersebut dibuat bervariasi dalam
penampilan, model skala pengukuran yang digunakan, dan cara mengisinya. Disarankan
empirik jumlah pertanyaan yang memadai adalah antara 20 s/d 30 pertanyaa

18
g. Urutan pertanyaan
Urutan pertanyaan dalam angket, dimulai dari yang umum menuju ke hal yang
spesifik, atau dari hal yang mudah menuju ke hal yang sulit, atau diacak. Hal ini perlu
dipertimbangkan karena secara psikologis akan mempengaruhi semangat responden
untuk menjawab. Kalau pada awalnya sudah diberi pertanyaan yang sulit, atau yang
spesifik, maka responden akan patah semangat untuk mengisi angket yang telah mereka
terima. Urutan pertanyaan yang diacak perlu dibuat tingkat kematangan responden
terhadap masalah yang ditanyakan sudah tinggi.
2. Prinsip pengukuran angket
Angket yang diberikan kepada responden adalah merupakan instrumen peneliti,
yang digunakan untuk mengukur variabel yang akan diteliti. Oleh karena instrumen
angket tersebut harus dapat digunakan untuk mendapatkan data yang valid dan reliabel
tentang variabel yang diukur. Supaya diperoleh data penelitian yang valid dan reliabel,
maka sebelum instrumen angket tersebut diberikan pada responden, maka perlu diuji
validitas dan reliabilitasnya terlebih dahulu. Instrumen yang tidak valid dan reliabel bila
digunakan untuk mengumpulkan data, akan menghasilkan data yang tidak valid dan
reliabel pula
3. Prinsip fisik angket
Penampilan fisik angket sebagai alat pengumpul data akan mempengaruhi
respon atau keseriusan responden dalam mengisi angket. Angket yang dibuat di kertas
buram, akan mendapat respon yang kurang menarik bagi responden, bila dibandingkan
angket yang dicetak dalam kertas yang bagus dan berwarna. Tetapi angket yang dicetak
di kertas yang bagus dan berwarna akan menjadi mahal.
Makbul, M. (2021). Metode pengumpulan data dan instrumen penelitian
D. Teknik Focus Grup Discussion (FGD)
1. Pengertian FGD
Focus Grup Discussion adalah diskusi terarah yang dilakukan untuk
mengumpulkan data lebih mendalam dari beberapa responden. Focus Group Discussion
merupakan salah satu teknik pengumpulan data dengan tujuan menemukan makna
sebuah tema menurut pemahaman sebuah kelompok. Teknik ini digunakan untuk
mengungkap pemaknaan dari suatu kelompok berdasarkan hasil diskusi yang terpusat

19
pada suatu permasalahan tertentu. FGD dimaksudkan juga untuk menghindari
pemaknaan yang salah dari seorang peneliti terhadap fokus masalah yang sedang diteliti
dan untuk mengeksplorasi masalah yang spesifik, yang berkaitan dengan topik yang
dibahas.
Focus Group Discussion (FGD) juga mengundang para informan kunci untuk
mendiskusikan beberapa konsep yang berkaitan dengan data yamg diungkap atau dapat
juga menjawab beberapa pertanyaan penelitian. (Komariah dan Satori, 2012:96). FGD
secara sederhana dapat didefinisikan sebagai suatu diskusi yang dilakukan secara
sistematis dan terarah mengenai suatu isu atau masalah tertentu. Irwanto (2006: 1-2)
mendefinisikan FGD adalah suatu proses pengumpulan data dan informasi yang
sistematis mengenai suatu permasalahan tertentu yang sangat spesifik melalui diskusi
kelompok. Sebagai sebuah metode penelitian, maka FGD adalah sebuah upaya yang
sistematis dalam pengumpulan data dan informasi. Sebagaimana makna dari Focused
Group Discussion, maka terdapat 3 kata kunci, yaitu:
1. Diskusi – bukan wawancara atau obrolan
2. Kelompok – bukan individu
3. Terfokus – bukan bebas
Dengan demikian, FGD berarti suatu proses pengumpulan data dan informasi
yang sistematis mengenai suatu permasalahan tertentu yang sangat spesifik melalui
diskusi kelompok. Dalam pelaksanaan FGD dilakukan dengan cara berdikstraksi dengan
para nara sumber di suatu tempat dan dibantu dengan seseorang yang memfasilitatorkan
pembahasan mengenai suatu masalah dalam diskusi tersebut. Orang tersebut disebut
dengan moderator. Masalah yang dibahas dalam FGD sangat spesifik karena untuk
memenuhi tujuan yang sudah jelas. Oleh karena itu, pertanyaan yang disusun dan
diajukan kepada para peserta FGD dengan jelas dan spesifik.
Lewat FGD, peneliti bisa mengetahui alasan, motivasi, argumentasi atau dasar
dari pendapat seseorang atau kelompok. Dengan kata lain bahwa hasil FGD tidak dapat
dijadikan patokan dalam mengambil kesimpulan dari hasil penelitian. Hal ini harus
ditambahkan dengan data pendukung lain atau melakukan suvei lanjutan (kuantitatif)
Persiapan dan Desain Rancangan FGD Untuk mendapatkan informasi yang jelas dan
akurat dari jawaban-jawaban yang diberikan oleh para peserta FGD, diperlukan

20
persiapan dan desain rancangan FGD yang baik sehingga hasilnya sesuai dengan tujuan
serta permasalahan yang telah disepakati bersama.
Adapun persiapan tersebut sebagai berikut:
1. Persiapan FGD
a. Pembentukan Tim FGD terdiri dari:
1) Moderator, yaitu fasilitator diskusi yang memahami dan memahami masalah yang
dibahas serta tujuan penelitian yang ingin dicapai (ketrampilan substantif), serta
keterampilan mengelola diskusi (proses ketrampilan).
2) Moderator/co-fasilitator, yaitu orang yang terlalu memperhatikan FGD, dan
membantu moderator mengenai: waktu, fokus diskusi (apakah tetap atau jalur),
apakah masih ada pertanyaan yang belum terjawab, apakah ada peserta FGD yang
pasif sehingga belum memperoleh kesempatan berpendapat.
3) Pencatat Proses/Notulen, yaitu mencatat inti permasalahan yang didiskusikan serta
dinamika kelompoknya. Umumnya dibantu dengan alat pencatatan berupa satu unit
komputer atau laptop yang lebih fleksibel.
4) Penghubung Peserta, yaitu orang yang mengenal (person, medan), menghubungi,
dan memastikan partisipasi peserta. Biasanya disebut mitra kerja lokal di daerah
penelitian.
5) Logistik, yaitu orang-orang yang membantu mendorong FGD terkait dengan
penyediaan transportasi, perbaikan kebutuhan, penyediaan akomodasi (jika
diperlukan), insentif (bisa uang atau barang/cinderamata), alat dokumentasi, dll.
6) Dokumentasi, yaitu orang yang mendokumentasikan kegiatan dan dokumen FGD:
merekam, merekam (audio/video), dan menjamin berjalannya alat-alat dokumentasi,
perekam selama dan sebelum FGD berlangsung.
7) Lain-lain jika diperlukan (tentatif), misalnya petugas antar-jemput, konsumsi, bloker
(penjaga “keamanan” FGD, dari gangguan, misalnya anak kecil, preman, telepon
yang selalu menyenangkan, teman yang dibawakan peserta, atasan yang datang
mengawasi, dsb.
2. Memilih dan mengatur tempat pada prinsipnya
FGD dilakukan di mana saja, namun sebaiknya tempat FGD yang dipilih
merupakan tempat yang netral, nyaman, aman, tidak bising, berventilasi cukup, dan

21
bebas dari gangguan yang diperkirakan bisa muncul (preman, pengamen , anak kecil,
dsb). Selain itu tempat FGD juga harus memiliki ruang dan tempat duduk yang
memadai (bisa lantai atau kursi). Posisi duduk peserta harus setengah atau tiga perempat
lingkaran dengan posisi moderator sebagai fokusnya. Jika FGD dilakukan di sebuah
ruang yang terdapat pintu masuk yang dilalui orang, maka hanya moderator yang boleh
menghadap pintu tersebut, sehingga peserta tidak akan terganggu oleh berbagai
“pemandangan” yang dapat dilihat diluar ruangan.
3. Memanfaatkan Logistik
Logistik adalah berbagai keperluan teknis yang dipelukan sebelum, selama, dan
sebelum FGD terselenggara. Umumnya meliputi peralatan tulis (ATK), dokumentasi
(audio/video), dan kebutuhan-kebutuhan peserta FGD: seperti transportasi; sifat rehat:
alat ibadah, konsumsi (makanan kecil dan atau makan utama); insentif; akomodasi (jika
diperlukan); dan lain sebagainya.
Insentif dalam penyelenggaraan FGD adalah suatu hal yang wajar diberikan.
Selain sebagai strategi untuk menarik minat para peserta, mempersembahkan insentif
juga merupakan bentuk ekspresi dari para peserta FGD, meluangkan waktu dan pikiran
untuk menemukan pendapatnya dalam FGD. Jika perlu, sejak awal, dicantumkan dalam
undangan mengenai intensif apa yang akan mereka dapatkan jika datang dan aktif dalam
FGD. Mengenai dan banyak hal disesuaikan dengan sumberdaya yang dimiliki peneliti.
Umumnya insentif dapat berupa sejumlah uang atau suvenir (cinderamata).
4. Jumlah Peserta Dalam FGD
Jumlah perserta menjadi faktor penting yang harus dipertimbangkan. Jumlah
yang ideal adalah 7-11 orang, namun ada juga yang mengusulkan jumlah peserta FGD
lebih kecil, yaitu 4-7 orang (Koentjoro, 2005: 7) atau 6-8 orang. Terlalu tidak sedikit
memberikan variasi yang menarik, dan terlalu banyak akan mengurangi waktu masing-
masing peserta untuk memberikan sumbangan pikiran yang mendalam. Jumlah peserta
dapat dikurangi atau ditambah tergantung dari tujuan penelitian dan fasilitas yang ada.
5. Rekruitment Peserta
Homogen atau Heterogen Tekait dengan homogenitas atau heterogenitas peserta
FGD, Irwanto (2006: 75-76) mengemukakan prinsip-prinsip sebagai berikut:

22
a. Pemilihan derajat homogenitas atau heterogenitas peserta harus sesuai dengan
tujuan diadakannya FGD.
b. Pertimbangan masalah homogenitas atau heterogenitas ini melibatkan variabel
tertentu yang diupayakan untuk heterogen atau homogen. Variabel sosio-ekonomi
atau gender boleh heterogen, tetapi peserta harus memahami atau mengalami
masalah yang didiskusikan. Dalam mempelajari masalah makro seperti krisis
ekonomi atau bencana alam besar, FGD dapat dilakukan dengan peserta yang
bervariasi di latar belakang sosial ekonominya, tetapi dalam masalah spesifik,
seperti perkosaan atau diskriminasi, sebaiknya peserta lebih homogen.
c. Secara mendasar harus disadari bahwa semakin mungkin tidak perlu diadakan FGD
dengan mewawancarai satu orang saja juga akan memperoleh hasil yang sama atau
relatif sama.
d. Semakin heterogen semakin sulit untuk menganalisis hasil FGD karena variasinya
terlalu besar.
e. Homogenitas-heterogenitas tergantung dari beberapa aspek. Jika jenis kelamin,
status sosial ekonomi, latar belakang agama homogen, tetapi dalam melaksanakan
usaha kecil heterogen, maka kelompok tersebut masih dapat berjalan dengan baik
dan FGD masih dianggap perlu.
f. Pertimbangan utama dalam menentukan homogenitas-heterogenitas adalah ciri-ciri
mana yang harus/boleh/tidak boleh heterogen dan ciri-ciri mana yang
harus/boleh/tidak boleh homogen.
6. Pertanyaan FGD
Agar pelaksanaan FGD berjalan lancar dan informasi yang di dapat sesuai
dengan tujuan penelitian, pertanyaan/Pedoman FGD yang diperlukan. agar diskusi dapat
berjalan terstruktur tidak keluar dari tujuan yang sudah ditentukan agar hasil dari FGD
tersebut dapat merepresentasikan alasan, motivasi, tujuan dll yang berhubungan dengan
topik/pembahasan yang di diskusikan. Penyusunan pertanyaan-pertanyaan/Guideline
pada FGD dilakukan dengan melihat beberapa hal berikut ini:
a. Tujuan penelitian FGD
b. Tujuan diadakannya FGD
c. Memahami jenis informasi seperti apa yang ingin didapatkan dari FGD

23
d. jawabannya dari pertanyaan umum ke pertanyaan khusus.
e. Pertanyaan dibuat dalam bahasa yang simple dan jelas dan mudah dijangkau oleh
peserta FGD
f. Sebelum melakukan FGD yang sebenarnya, lakukan role play terlebih dahulu untuk
mengetahui apakah pertanyaan-pertanyaan yang disusun sesuai dengan tujuan
penelitian maupun diadakannya FGD dan apakah bahasa yang digunakan mudah
dijangkau oleh peserta FGD.
Berbeda dengan wawancara, dalam FGD moderator bertanya selalu bertanya.
Bahkan semestinya tugas moderator bukan bertanya, melainkan mengajukan suatu
permasalahan, kasus, atau kejadian sebagai bahan pancingan diskusi. Dalam prosesnya
memang sering bertanya, namun itu dilakukan hanya sebagai keterampilan mengelola
diskusi agar tidak didominasi oleh sebagian peserta atau agar diskusi tidak macet
(Irwanto, 2006: 2).
7. Pelaksanaan FGD
Seperti yang sudah dijelaskan di awal bahwa dalam pelaksanaan FGD agar
diskusi yang dilakukan berjalan baik (terarah/fokus, tidak ramai karena semua peserta
ingin berbicara mengeluarkan pendapat, informasi dapat terpenuhi sesuai dengan
harapan dan tujuan FGD) dibantu dengan seseorang yang dapat memfasilitatorkan para
peserta lainnya yang seperti moderator. Peran moderator dalam FGD sangat penting
untuk mencegah penyimpangan dari tujuan FGD. Keberhasilan pelaksanaan FGD
sangat ditentukan oleh seorang moderator dalam menjalin komunikasi dengan para
peserta. Adapun tugas-tugas moderator adalah :
a. Tujuan FGD
Moderator menjelaskan secara rinci maksud dan tujuan FGD hanya untuk
kepentingan penelitian dan data responden yang akan dijaga kerahasiannya (tidak akan
bertujuan keluar).
b. Inti topik/isu pokok diskusi
Topik/isu yang akan dibahas sama seperti kehidupan sehari-hari para peserta.
Tidak ada maksud untuk menjelek-jelekan orang/organisasi/benda dll. Hanya ingin
mengetahui pendapat para peserta.

24
c. Tata cara pelaksanaan dalam FGD
Semua peserta berhak mengeluarkan pendapatnya dan jangan takut atau malu
jika peserta lain akan mengetahuinya karena ini hanya ingin mengetahui pendapat
masing-masing peserta. Dan bahwa semua pendapat dan saran memiliki nilai yang sama
dan pentingnya dan tidak ada jawaban yang benar atau salah.
d. Menciptakan suasana yang kondusif
Menjamin terbentuknya suasana yang akrab, saling percaya dan yakin di antara
para peserta. Peserta harus saling diperkenalkan.
e. Mengelola dinamika kelompok
Memperhatikan keterlibatan peserta, tidak boleh berpihak atau membiarkan
beberapa orang tertentu memonopoli diskusi dan memastikan bahwa setiap orang
mendapat kesempatan yang cukup untuk berbicara. Serta peserta merasa nyaman untuk
berbagi dan menyampaikan pendapat/pemikirannya
f. Mengamati peserta dan tanggap terhadap reaksi mereka
g. Perhatikan nada suara
Moderator harus mampu mengendalikan intonasi suara kepada para peserta
diskusi, agar diskusi tetap berjalan dengan baik.
h. Memberikan pendapat pribadi
Hal ini agar peserta tidak mengikuti pendapat dari moderator, sehingga hasilnya
benar-benar murni pendapat dari peran para peserta diskusi
i. Komentar yang menyatakan setuju/tidak setuju
FGD merupakan survei kualitatif sehingga hasil yang diharapkan berupa
pernyataan/pendapat/pemikiran dari para peserta bukan penghitungan/angka seperti
survei kuantitatif.
j. Perhatikan gestur tubuh Memperhatikan komunikasi atau yang berupa bahasa tubuh.
k. Mampu mengendalikan waktu yang telah ditentukan untuk mengetahuinya sebaik-
baiknya sambil memperhatikan waktu dan diskusi agar dapat berjalan dengan lancar
dan tepat waktunya sehingga semua dapat dibahas sepenuhnya.
E. Teknik Pengukuran Data
1. Tes

25
Tes merupakan metode pengumpulan data penelitian yang berfungsi untuk
mengukur kemampuan seseorang. Adapun jenis-jenis tes terdapat 2 macam, yaitu:
a. Tes lisan
b. Tes tertulis, yaitu seperti essai, objektif – benar salah, pilihan ganda, menjodohkan,
melengkapi, jawaban singkat.
Alat ukur tes merupakan prosedur sistematik dimana individual yang dites
direpresentasikan ke dalam angka. Tes dapat berupa:
a. Tes Psikologi
Tes Psikologi merupakan instrument yang dirancang untuk mengukur aspek-
aspek tertentu dari tingkah laku manusia.
b. Tes Prestasi
Tes prestasi digunakan untuk mengukur penguasaan dan kemampuan para
peserta didik setelah menerima proses belajar mengajar dari guru selama kurun waktu
tertentu.
c. Tes Intelegensi
Tes Intelegensi memiliki 3 kategori, yaitu:
1) Intelegensi Sosial, yaitu kemampuan seseorang untuk mengerti dan bekerjasama
dengan orang lain.
2) Intelegensi Nyata, yaitu kemampuan seseorang untuk mengetahui tingkat
kemampuan seseorang dalam berinteraksi dengan sesuatu yang nyata sebagai
realisasi keterampilan dan penerapan ilmu pengetahuan.
3) Intelegensi Abstrak, yaitu kemampuan seseorang untuk mengerti dan berinteraksi
dengan komunikasi verbal yang mungkin berupa simbol-simbol seperti dalam
konteks ilmu pengetahuan, matematika, budaya, dan sebagainya.
Tes Intelegensi merupakan tes untuk mengukur cakupan khusus yaitu
kemampuan seseorang dalam kaitannya dengan penggunaan pengatahuan yang ada ke
dalam konteks bervariasi. Tes Intelegensi tidak untuk mengukur intelegensi atau bakat
yang ada pada seseorang secara murni, tetapi kemampuan seseorang peserta tes dalam
memecahkan permasalahan yang sudah direncanakan si pembuat tes. Tes Intelegensi
banyak digunakan untuk tujuan memprediksi prospek keberhasilan seorang siswa dalam
menyelesaikan program pendidikannya.

26
2. Daftar Inventori Kepribadian
Daftar Inventori Kepribadian dimaksudkan untuk mendapatkan ukuran
kepribadian dari objek penelitian. Para subjek diberikan bermacam-macam pernyataan
yang menggambarkan pola tingkah laku, diminta untuk menunjukkan apakah tiap
pernyataan merupakan ciri tingkah laku mereka dengan cara memberi tanda cek pada
jawaban.
3. Teknik Proyektif
Teknik Proyektif merupakan ukuran yang dilakukan dengan meminta seseorang
memberikan respon kepada suatu stimulus yang bermakna ganda atau yang tak tersusun.
Disebut proyeksi karena seseorang diharapkan memproyeksikan kebutuhan, keinginan,
ketakutan, kecamasannya sendiri dalam stimulus tersebut. Tes Proyektif ini banyak
digunakan oleh ahli ilmu jiwa klinis untuk memperlajari dan menetapkan diagnosis
orang yang mendapat gangguan emosional.
4. Skala
Skala merupakan seperangkat nilai angka yang ditetapkan kepada subjek, objek
atau tingkah laku dengan tujuan mengukur sifat. Skala biasa digunakan untuk mengukur
sifat nilai dan minat. Ada beberapa macam skala, uaitu:
a. Skala Likert
Skala yang digunakan untuk menilai sikap atau tingkah laku yang diinginkan
oleh para peneliti dengan cara mengajukan beberapa pertanyaan kepada responden.
Kemudian responden diminta memberikan pilihan jawaban dalam skala ukur yang telah
disediakan sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju
(STS) dengan memberikan tanda silang (x) pada jawaban yang sesuai dengan
pertimbangan mereka.
Untuk melakukan penyekoran Skala Linkert, jawaban diberi bobot atau
disamakan dengan nilai kuantitatid 4,3,2,1, untuk empat pilihan pernyataan positif. Dan
1,2,3,4 untuk pernyataan yang bersifat negatif.

27
Responden yang senang dengan pelajaran matematika pasti akan memberikan
pilihan 4 pada pernyataan pertama, dan pilihan 4 pada pernyataan negative. Jika diskor
jumlah bobot akan menjadi 4 + 4 = 8. Dari system bobot skor memberikan arti bahwa
(SS) pada pernyataan pertama dan (STS) pada pernyataan kedua menunjukkan bahwa
responden tersebut memiliki sikap positif terhadap objek matematika.
Seorang responden yang tidak serius akan menjawab 4 pada pernyataan pertama,
dan 1 pada pernyataan kedua. Dan jika diskor maka hasil skor 4 + 1 = 5. Dari system
bobot skor memberikan arti bahwa (SS) pada pernyataan pertama dan sikap atau tidak
konsisten terhadap objek matematika.
b. Skala Thurstone
Skala pengukukuran ini adalah skala pengukiran individu yang telah
dikembangkan oleh Thurstone. Dia mengembangkan metode pengukuran untuk manilai
secara spesifik terhadap objek atau subjek yang hendak diteliti. Salah satu contoh skala
pengurutan yang dibuat dengan model skala ini diantaranya dapat dilihat dari contoh
berikut, tentang pertanyaan mengenai kepuasan seorang siswa terhadap penilaian hasil
belajar.

c. Skala Guttman
Skala berdimensi tunggal, suatu sikap dianggap berdimensi tunggal hanya kalau
sikap itu menghasilkan skala kumulatif yaitu yang butirnya berkaitan satu sama lain
sehingga seorang subjek yang setuju dengan pertanyaan juga setuju dengan pertanyaan
no 1. Sebagai contoh, jika seorang responden yang setuju terhadap item 2, maka ia
berarti juga setuju terhadap item nomor 1, sedangkan seorang responden yang setuju
dengan item 3 juga berarti ia setuju pada item nomor 2 dan 1 dan seterusnya. Dengan
kata lain, seseorang yang setuju pada item tertentu dalam tipe skala akan mempunyai
skor yang lebih tinggi pada skala total daripada seseorang yang tidak setuju pada item

28
tersebut. Responden, sebagai contohnya ditanyakan tentang apakah setuju atau tidak
terhadap peran organisasi guru dan orang tua.
Asosiasi guru-orang tua murid mempunyai peran penting dalam perkembangan sekolah
1) Asosiasi guru-orang tua murid mempunyai pengaruh kuat terhadap perkembangan
sekolah
2) Asosiasi guru-orang tua murid merupakan organisasi penting untuk meningkatkan
kualitas sekolah
Jika instrumen berskala kumulatif, instrumen tersebut harus memberi peluang guna
mengatur semua jawaban responden ke dalam bentuk tabel seperti berikut

Ketika membuat skala kumulatif, seorang peneliti harus menentukan, pertama,


apakah semua item membentuk skala berdimensi tunggal. Untuk mencapai hal tersebut,
perlu dapat menganalisis reproduksi jawaban, yaitu proporsi prediksi kemudian dibuat
dengan menggunakan jawaban item-item utama. Kemudian bentuk jawaban yang
sebenarnya dipelajari, dan pengukuran dibuat dengan mempertimbangkan respons yang
reproduktif terhadap skor total. Skala Guttman mungkin merupakan teknik skala
pengukuran yang paling populer dan banyak digunakan pada penelitian sosial.
d. Skala Simentis
Sikap skala dengan menggunakan skala simentris ini dikonstruksi dengan
memilih kata-kata sifat yang berpasangan untuk menggambarkan dimensi evaluative.
Pasangan kata-kata sifat tersebut kemudian ditampilkan dengan tujuh skala kategori
jawaban. Dalam hal ini responden diarahkan untuk memberikan tanda cross (x) dalam
salah satu dari tujuh spasi yang menggambarkan keadaan palimg tepat dengan sifat
pilihan responden. Sebagai contoh dalam kasus ini, seandainya seorang 197 peneliti
ingin mengukur sikap para siswa sekolah SMK Negeri 1 Masohi terhadap lembaga
sekolah mereka

29
Pada gambar ini, pasangan kata sifat dibuat secara sistematis, sehingga dapat
menghindari respons yang cenderung ke satu arah. Pada satu sisi tidak harus dimulai
dari yang posiif. Peneliti juga dapat membuat instrumen dengan dimulai dari yang
negatif. Pada kedua ujung secara sengaja dibuat tidak beraturan agar tidak membentuk
pola jawaban ke satu arah saja.
e. Skala Rating, telah banyak digunakan dalam penelitian dibeberapa bidang ilmu
seperti Pendidikan, psikologi, atau bidang profesi terutama yang berkaitan dengan
tingkah laku seseorang maupun kelompok.
F. Teknik Sosiometri
1. Pengertian Sosiometri
Kata sosiometri berasal dari bahasa Latin “socius” yang berarti sosial dan bahasa
Latin “metrum” yang berarti pengukuran. Yang secara harfiah bermakna pengukuran
sosial. Oleh karena itu, sosiometri adalah sebuah cara mengukur derajat hubungan
antara orang/manusia.
Defenisi kerja dari sosiometri menurut Crisweel (dalam moreno, 1960:140)
adalah sosiometri merupakan metode untuk menulusuri vector energy dari hubungan
interpersonal dalam grup serta menggambarkan pola dan cara bagaimana
asosiasiindividu dengan individu lainnyaketika berada dalam grup dengan tujuan
tertentu.
Para peneliti sosiometri di Indonesia mendefeniskan sosiometri dengan berbagai
pengertian sebagai berikut:

30
a. Sosiometri adalah alat yang tepat untuk mengumpulkan data mengenai hubungan-
hubungan social dan tingkah laku social murid (Djumhur dan Muh Surya, 1985)
b. Sosiometri adalah alat untuk meneliti sturuktur social dari suatu kelompok individu
berdasarkan penalahan terdapat relasi social dan status social dari masing-masing
anggota kelompok yang bersangkutan (Bimo Walgito, 1987).
c. Sosiometri adalah alat untuk dapat melihat bagaimana hubungan social atau
berteman seseorang (Bimo walgito, 1987).
d. Sosiometri merupakan suatu metode untuk memperoleh data tentang hubungan
social dalam suatu kelompok yang berukuran kecil sampai sedang ( 10-50 orang)
berdasarkan preferensi pribadi antara anggota-anggota kelompok (W. S Winkel,
1985).
e. Sosiometri adalah suatu alat yang dipergunakan untuk mengukur hubungan social
siswa dalam kelompok (Dewa Ketut Sukardi, 1983).
2. Tujuan Teknik Sosiometri
Tujuan dari teknik sosiometri adalah :
a. Mengassesment hubungan interpersonal; mengali data tentang pola hubungan antara
pribadi yang mengindikasikan kualitas tertentu.
b. Mendeteksi perilaku sosial yang „incongruen‟ sehingga kesehatan mental individu
dapat diindentifikasikan. Termasuk dapat pula dipakai sebagai salah satu sumber
diagnosa kesulitan belajar dan berbagai macam persoalan lainnya.
3. Syarat Pengoperasian Sosiometri
Syarat untuk melakukan metode sosiometri adalah:
a. Setiap anggota kelompok harus memahami situasi kriterium aktivitas khusus yang
dijadikan „tema‟ pengukuran sosiometri. Untuk membantu pemahaman semua
anggota kelompok, pertanyaan sosiometri harus jelas dan aplikable, sehingga
anggota dapat benar-benar terlibat dalam pengukuran kualitas kelomlpok dengan
Teknik sosiometri. Pengukuran ini memakai kriterium (aktivitas kelompok) yang
jelas dan familiar bagi anggota kelompok.
b. Anggota kelompok harus sudah saling mengenal sehingga dapat merefleksikan
sikap dan perasaan tertentu yang selama ini cenderung dialami terhadap anggota
kelompok. Semakin lama individu yang diukur dengan sosiometri memiliki

31
pengalaman berinteraksi dalam kelompok, hasil pengukuran dangan sosiometri
semakin bermakna (berkualitas)
c. Semakin dewasa usia individu yang diukur dengan sosiometri hasilnya akan
cenderung semakin reliable (konsisten) dan valid (sesuai kriteria) sebab semakin
dewasa kecenderungan preferensi individu terhadap sesuatu semakin menetap.
d. Anonim: yaitu hasil pilihan setiap orang tidak boleh diketahui oleh anggota
kelompok yang lain untuk menjaga kondisi psikologis anggota kelompok. Jika
individu tahu bahwa ia adalah orang yang terisolir atau bahkan ditolak di kelompok.
Akan menimbulkan dampak psikologis yang buruk.
4. Bentuk Hubungan Dalam Sosiometri
Berdasarkan hasil sosiometri dapat diperoleh beberapa bentuk hubungan, yaitu:
a. Hubungan social segitiga, menggambarkan intensitas hubungan tiga orang individu
yang cukup kuat atau intim.
b. Hubungan social terpusat, menggambarkan tingkat popularitas seorang individu
dalam kelompoknya
c. Hubungan social intim, menggambarkan hubungan beberapa orang yang saling
memilih satu dengan yang lain dengan intensitas hubungan yang kuat.
d. Hubungan social berbentuk jala, menggambarkan pola relasi yang bersifat
menyeluruh di mana setiap anggota saling berelasi. Bentuk hubungan ini memiliki
intensitas yang kuat, seluruh kelompok sebagai satu kesatuan yang sukar untuk
dipisahkan dan ketidakhadiran seseorang dalam kelompok tidak akan menyebabkan
perpecahan atau kerapuhan suatu kelompok.
e. Hubungan berbentuk rantai, menggambarkan pola hubungan searah atau sepihak
dan tidak menyeluruh intensitas hubungan rendah, sehingga relasi kelompok mudah
rapuh.
5. Macam/ Jenis Angket Sosiometri
a. Nominatif
Pada tipe ini kepada setiap individu dalam kelompok ditanyakan, siapa-siapa
kawan yang disenangi untuk diajak melakukan suatu aktivitas tertentu. Pilihan harus
ditulis berurutan dari pilihan pertama (paling disenangi), pilihan kedua, ketiga, dst.
Pilihan pertama diberi skor 3, kedua diberi skor 2, ketiga diberi skor 1.

32
Hasil pengukuran angket sosiometri nominative diperoleh data sebagai berikut:
1) Luas tidaknya hubungan social seseorang berdasarkan sedikit banyaknya mendapat
pilihan dari teman-temannya.
2) Intensitas hubungan seseorang berdasarkan nomor urutan pilihan yang ditunjkan
padanya.
3) Struktur hubungan yang terjadi dalam kelompok (sosiogram)
4) Status hubungan ( analisis indeks) pemilihan, penolakan, atau status pemilihan dan
penolakan.
b. Skala bertingkat
Pada tipe skala bertingkat, disediakan sejumlah pernyataan yang disusun
bertingkat, dari pernyataan yang menyatakan hubungan paling dekat, sampai hubungan
paling jauh. Pada setiap pernyataan, individu diminta menuliskan nama salah seorang
temannya sesuai jarak hubungannya. Pilihan pertama diberi skor 2. Kedua skor 1, ketiga
skor 0, keempat skor -1, kelima skor -2. Hasilnnya diperoleh gambaran status hubungan
social setiap individu.
c. Siapa dia
Tipe sosiometri siapa dia, disediakan pernyataan tentang sifat-sifat individu.
Sebagai pernyataan mengungkapkan sifat positif dan Sebagian negatif. Setiap anggota
diminta memilih kawannya yang memiliki sifat yang cocok dengan peryataan tersebut.
Setiap individu dapat memilih lebuh dari satu orang. Pilih item (+) mendapat skor 1,
item (-) mendapat skor -1.
6. Langkah pengadministrasian
Tahapan yang harus dilakukan dalam pengadministrasian penggunaan angket
sosiometri pada peserta didik memiliki beberapa tahapan yang perlu dilakukan, yaitu
sebagai berikut.
a. Persiapan
1) Mendapatkan kelompok peserta didik yang akan diukur
2) Mempersiapkan angket sosiometri sesuai tujuan
3) Membuat satua layanan asesmen.
b. Pelaksanaan
1) Memberikan verbal seting (menjelaskan tujuan, manfaat, dan kerahasiaan data)

33
2) Membagikan angket sosiometri
3) Menjelaskan cara mengerjakannya
4) Memeriksa apakah sudah benar mengisinnya
5) Mengumpulkan kembali angket setelah selesi diisi.
c. Pengolahan dan analisis hasil
1) Memeriksa kelengkapan hasil angket
2) Membuat tabulasi hasil dan menghitung skor yang diperoleh setiap individu
3) Membuat sosiogram berdasarkan hasil tabulasi skor
4) Menghitung indeks pemilihan
5) Membuat analisis hubungan social dari hasil sosiogram dan perolehan skor individu.
7. Kelebihan dan kekurangan sosiometri
Kelebihan dari sosiometri adalah
a. Konselor memiliki peluang untuk memahami bentuk hubungan social yang terjadi
antara peserta didik yang dibimbingnya, dengan melihat begaimana frekuensi
hubungan yang terjadi, bagaimana intensitas atau kedalaman hubungan yang terjadi,
bagaimana posisi popularitas peserta didik dalam kelomponya, maupun bagaimana
posisis peserta didik yang terisolasi.
b. Informasi tentang fungsi individu dalam kelompok yang dihasilkan oleh sosiometri
objektif sebab bersumber dari banyak individu
c. Dengan memanfaatkan hasil sosiomerti, konselor memiliki peluang untuk
melakukan beberapa proses bimbingan untuk memperbaiki hubungan peserta didik
dalam kelompoknya antara lain :
1) Memperbaiki struktur hubungan social kelompok
2) Memperbaiki penyusuaian social individu
3) Mempelajari akibat proses Pendidikan disekolah terhadap hubungan social pesrta
didik
4) Mempelajari mutu kepemimpinan dalam berbagai situasi
5) Menemukan norma pergaulan antara peserta didik yang diinginkan dalam kelompok
Kekurangan dari sosiometri adalah
a. Hanya dapat diterapkan pada kelompok peserta didik yang sudah saling mengenal
dalam waktu yang cukup lama

34
b. Akurasi data penggunaan sosiometri yang sesuai tujuan sangat ditentukan oleh
kemampuan guru pembimbing dalam Menyusun angket sosiometri
c. Peserta didik tidak mudah untuk menetapkan pilihan teman, menetapkan intensitas
hubungan yang selama ini terjadi, maupun saat menetapkan kriteria pribadi sifat-
sifat anggota kelompok dikelasnya. Mengingat peserta didik umumnya cenderung
memilih anggota kelompok bukan atas dasar pertimbangan dengan siapa mereka
berhasil dalam melakukan kegiatan dalam kelompok, melainkan lebih didasarkan
pada pertimbangan rasa simpati dan rasa antipasti
G. Teknik Dokumentasi
1. Pengertian Teknik Dokumentasi
Dokumentasi memungkinkan peneliti untuk memperoleh informasi dari berbagai
macam sumber, seperti alamat, latar belakang pendidikan, dan sebagainya. Studi
dokumentasi adalah teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis
dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik. Ada beberapa
alasan menggunakan studi dokumentasi seperti yang dikemukakan oleh Lincoln dan
Guba (1989: 276):
1. Dokumen dan catatan ini selalu dapat digunakan terutama karena mudah diperoleh
dan relatif mudah.
2. Merupakan sumber informasi yang mantap, baik dalam pengertian merefleksikan
situasi secara akurat maupun dapat dianalisis ulang tanpa melalui perubahan
didalamnya.
3. Dokumen dan catatan merupakan informasi yang kaya.
4. Tidak seperti pada manusia baik dokumen, catatan non-reactive, tidak memberikan
reaksi/respon atas perlakuan peneliti.
Dokumentasi adalah ditujukan untuk memperoleh data langsung dari tempat
penelitian meliputi: buku-buku yang rilevan, peraturan-peraturan, laporan kegiatan,
foto-foto, film dokumentasi data yang rilevan penelitian. Dengan teknik dokumentasi
ini, peneliti dapat memperoleh informasi bukan dari narasumber, tetapi mereka
memperoleh informasi dari macam-macam sumber tertulis lainnya atau dari dokumen
yang ada pada informan dalam bentuk peninggalan budaya dan karya seni dan karya
pikir (Ridwan, 2006:105). Metode dokumen dalam penelitian kualitatif merupakan

35
pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara. Studi dokumentasi yaitu
mengumpulkan dokumen dan data-data yang diperlukan dalam permasalahan penelitian
kemudian ditelaah secara mendalam sehingga dapat mendukung dan menambah
kepercayaan dan pembuktian suatu kejadian (Fathoni A., 2011: 148).
Metode dokumentasi merupakan salah satu metode pengumpulan data yang di
gunakan dalam metodologi penelitian sosial. Pada intinya metode dokumentasi di
gunakan untuk menelusuri data historis (Saekan M., 2010:82). Dokumen dapat
berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Studi dokumen
merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam
penelitian kulitatif. Metode ini berupa informasi yang berasal dari catatan penting baik
dari lembaga atau organisasi maupun dari perorangan (Hamidi, 2004:72). Penggunaan
metode dokumentasi ini memperkuat dan mendukung informasi-informasi yang
didapatkan dari hasil observasi dan interview.
Metode ini dapat diartikan sebagai cara pengumpulan data dengan cara
memanfaatkan data-data berupa buku, catatan (dokumen) sebagaimana dijelaskan oleh
Sanapiah Faesal sebagai berikut: metode dokumentasi, sumber informasinya berupa
bahan-bahan tertulis atau tercatat. Pada metode ini petugas pengumpuan data tinggal
mentransper bahan-bahan tertulis yang relevan pada lembaran-lembaran yang telah
disiapkan untuk mereka sebagaimana mestinya. Dokumentasi adalah teknik
pengumpulan data dengan mempelajari catatan-catatan mengenai data pribadi
responden (Fatoni A., 2011: 112).
Menurut Nilamsari (2014: 181), studi dokumen merupakan merupakan teknik
pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik
dokumen tertulis, gambar, hasil karya, maupun elektronik. Dokumen yang diper- oleh
kemudian dianalisis, dibandingkan dan dipadukan (sintesis) membentuk satu kajian
yang sistematis, terpadu dan utuh. Studi dokumentasi tidak sekedar mengumpulkan dan
menuliskan atau melaporkan dalam bentuk kutipan-kutipan tentang sejumlah
dokumuen. Hasil penelitian yang dilaporkan adalah hasil analisis terhadap dokumen-
dokumen tersebut. Pemanfaatan studi dokumentasi saat ini oleh para peneliti (terutama
ilmuwan sosial dalam penelitian kualitatif) sudah selayaknya diperhatikan dan diopti-
malkan penggunaannya. Ternyata sangat banyak sumber informasi yang tersimpan

36
dalam beragam bahan dan jenis dokumentasi. Informasi dalam bahan dan je- nis
dokumentasi ini sangat kaya, sehingga penggalian (eksplorasi) sumber data dengan
metode dokumentasi akan sangat memengaruhi kualitas (kredibilitas) hasil penelitian.
Berdasarkan pendapat para ahli, dapat ditarik benang merah bahwa cara
memperoleh data dengan mengumpulkan berkas-berkas atau arsip sekolah yang
dianggap penting dalam penelitian. Metode ini digunakan untuk memperoleh data
tentang: a. Sejarah singkat berdirinya sekolah b. Struktur organisasi sekolah. c. Data-
data guru, siswa dan staf sekolah. d. Sarana dan prasarana sekolah.
2. Kelebihan dan Kekurangan Dokumentasi
Berikut merupakan kelebihan dan kekurangan dokumentasi menurut Rahardjo
(2022: 185). Kelebihan dari metode dokumentasi ialah:
a. Metode ini dapat memberikan gambaran berbagai informasi tentang siswa pada
waktu yang sudah lampau yang direkam/didkokumentasikan.
b. Berbagai informasi tentang siswa tersebut merupakan bahan kajian yang dapat
menghubungkan keadaan siswa dengan masa lalunya apakah keadaan sekarang
disebabkan oleh hal yang sudah lalu atau tidak.
c. Metode ini dapat merekam berbagai jenis data tentang siswa: identitas ssiwa,
identitas orang tua, keadaan dan latar belakang keluarga, lingkungan sosial, data
psikis, prestasi belajar, data pendidikan, dan dat akesehatan jasmani.
Adapun kelemahan dalam metode dokumentasi, di antaranya:
a. Pencatatan pada dokumen perlu disikapi dengan kritis, apakah pencatatan yang
dilakukan terhadap siswa valid ataukah tidak.
b. Jika ada pencatatan yang tidak lengkap karena suatu hal, baik disengaja atau tidak
disengaja, penggunaan dokumen dapat menyesatkan dalam memahami siswa.
Sedangkan menurut Untari dalam Candra (2021: 122), keunggulan dari
instrumen penelitian menggunakan metode dokumentasi, antara lain:
a. Memberikan gambaran informasi tentang informan pada waktu lampau berupa
rekaman atau dokumentasi lainnya.
b. Dapat merekam berbagai jenis data tentang responden seperti identitas, identitas
orang tua responden, keadaan dan latar belakang keluarga responden, data psikis,
prestasi belajar, lingkungan sosial, data pendidikan, data kesehatan, dan sebagainya.

37
c. Menyajikan informasi mengenai hubungan antara informasi pada masa lampau
dengan kondisi saat ini.
Sementara itu, kekurangan yang terdapat dalam instrumen penelitian dengan
metode dokumentasi, yaitu memerlukan validitas dokumentasi untuk mengetahui
keabsahan dokumentasi. Selain itu, dokumentasi terkadang tidak lengkap sehingga
dapat membuat peneliti mengalami kesulitan.
3. Sumber Data Dokumentasi
Menurut Candra (2021: 123) dalam teknik dokumentasi, sumber data pada
umumnya dibedakan menjadi empat, yaitu:
a. Dokumen atau berkas yang dikeluarkan oleh suatu lembaga secara resmi.
b. Dokumen yang diperoleh dan sumber tidak resmi namun memberikan informasi
penting yang berhubungan dengan suatu kejadian.
c. Dokumen primer, berupa dokumen yang diperoleh dan sumber asli atau orang yang
menjadi informan. Dokumen ini memiliki nilai keaslian dan bobot leboh valid
dibanding dengan dokumen lainnya.
d. Dokumen sekunder, berasal dari orang lain atau berbagai media seperti surat kabar,
makalah, laporan penelitian, maupun dokumen publikasi lainnya. Dokumen ini tidak
memiliki nilai dan bobot keaslian sevalid dokumen primer.
4. Langkah-langkah Dokumentasi
Berikut rambu-rambi yang dapat digunakan oleh para peneliti dalam
menentukan dokumen suoaya lebih tepat dan mudah untuk dikumpulkan menurut
Mahmudah, F. N (2021: 25).
a. Membuat daftar pencarian dalam dokumen (partisipan yang dituju).
b. Mempertimbangkan bagaimana dokumen dapat diakses (Apakah perlu izin dan
bagaimana untuk mengaksesnya).
c. Mengatasi bias (tidak menggunakan dokumen pribadi).
d. Mempertimbangkan strategi dalam memastikan kredibilitas (lengkap dengan nama
institusi, tanggal, dan data-data penting yang mendukung dan tertulis dalam
dokumen).
e. Mengetahui apa yang dicari (perlu dibuatkan daftar pedoman dokumentasi).
f. Mempertimbangkan masalah etika (berhati-hati dengan dokumen yang rahasia).

38
g. Memiliki alternatif dan rencana cadangan (apabila dokumen yang dicari tidak
ditemukan, sehingga membutuhkan teknik lain utnuk memperoleh informasi yang
diharapkan).
H. Teknik Triangulasi
1. Pengertian Triangulasi
Triangulasi adalah metode yang digunakan dalam penelitian kualitatif untuk
memeriksa dan menetapkan validitas dengan menganalisa dari berbagai perspektif.
Validitas dalam penelitian kuantitatif dilihat berdasarkan akurasi sebuah alat ukur yaitu
instrumen. Validitas dalam penelitian kualitatif mengacu pada apakah temuan penelitian
secara akurat mencerminkan situasi dan didukung oleh bukti. Menurut Sugiyono (2015:
241) mengatakatan “dalam teknik pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai
teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik
pengumpulan data dan sumber data yang telah ada”. Triangulasi teknik, berarti peneliti
menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data
dari sumber yang sama.
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan
suatu yang lain, di luar itu untuk keperluan pengecekan atau suatu pembanding terhadap
data itu (Moleong, 2003: 330). Sejalan dengan pendapat Bachri (2010: 55) triangulasi
adalah suatu pendekatan analisa data yang mensintesa data dari berbagai sumber.
Triangulasi mencari dengan cepat pengujian data yang sudah ada dalam memperkuat
tafsir dan meningkatkan kebijakan serta program yang berbasis pada bukti yang telah
tersedia. Dengan cara menguji informasi dengan mengumpulkan data melalui metoda
berbeda, oleh kelompok berbeda dan dalam populasi berbeda, penemuan mungkin
memperlihatkan bukti penetapan lintas data, mengurangi dampaknya dari
penyimpangan potensial yang bisa terjadi dalam satu penelitian tunggal. Triangulasi
menyatukan informasi dari penelitian kuantitatif dan kualitatif, menyertakan
pencegahan dan kepedulian memprogram data, dan membuat penggunaan pertimbangan
pakar. Menurut Firdaus (2018: 109) pengumpulan data triangulasi melibatkan observasi,
wawancara, dan dokumentasi.
Dalam teknik pengumpulan data triangulasi diartikan sebagai teknik
pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan

39
data dan sumber data yang telah ada. Triangulasi lebih banyak menggunakan beberapa
metode alam level mikro, seperti bagaimana menggunakan beberapa metode
pengumpulan data dan analisis data sekaligus dalam sebuah penelitian, termasuk
menggunakan informan sebagai alat uji keabsahan dan analisis hasil penelitian. Teknis
triangulasi lebih mengutamakan efektifitas proses dan hasil yang diinginkan. Oleh
karena itu, triangulasi dapat dilakukan dengan menguji apakah proses dan hasil metode
yang digunakan sudah berjalan dengan baik. Metode ini digunakan karena untuk
membuktikan antara observasi di lapangan, wawancara yang telah dilakukan kepada
berbagai pihak, dan dokumen sama sehingga datanya valid (Bungin, 2003: 191).
2. Tujuan Triangulasi
Tujuan penggunaan triangulasi dalam penelitian adalah:
a. Penggunaan metode kualitatif dan kuantitatif dalam triangulasi adalah untuk
mempelajari fenomena yang sama dan untuk tujuan meningkatkan kredibilitas
penelitian. Hal ini menyebabkan beberapa penulis merujuk paradigma penelitian
kualitatif dan kuantitatif termasuk yang dikombinasikan dalam studi/fnomena yang
sama sehingga menunjukkan adanya hubungan paradigmatik.mengu
b. Mengkonfirmasi apakah instrumen yang digunakan untuk mengukur suatu konsep
telah tepat.
c. Untuk keperluan kelengkapan. Peneliti menggunakan Triangulasi untuk
meningkatkan kedalaman dan pemahamannya tentang fenomena yang sedang
diselidiki dengan menggabungkan beberapa metode dan teori, karena fenomena
yang diselidiki memiliki sedikit dasar teori. Selain itu penggunaan Triangulasi untuk
kelengkapan, memperbesar dan memperdalam pemahaman tentang pertanyaan
penelitian
d. Untuk meningkatkan akurasi penelitian, dalam hal ini triangulasi merupakan salah
satu validitas.
e. Untuk tujuan meningkatkan kredibilitas penelitian.
f. Untuk tujuan mencapai validitas konvergen dan menguji tingkat validitas eksternal.
g. Selain itu metode triangulasi melibatkan pemeriksaan silang untuk konsistensi
internal.

40
Dalam hal triangulasi, Susan Stainback menyatakan dalam bukunya Sugiono
bahwa tujuan dari triangulasi bukan untuk mencari kebenaran tentang beberapa
fenomena, tetapi lebih pada peningkatan pemahaman terhadap apa yang telah telah
ditemukan (Sugiyono, 2009: 241).
3. Jenis Triangulasi
Cohen, L., Manion, L., & Morrison, K. (2007: 141-143) mengidentifikasi lima
jenis Triangulasi, meliputi:
a. Triangulasi Penyidik
Maksudnya adalah penggunaan beberapa peneliti yang berbeda, sebagai cara
membawa perspektif yang berbeda. Di sini pentingnya kemitraan dan kerja sama tim,
agar diperoleh background peneliti yang berbeda. Penggunaan lebih dari dua peneliti di
salah satu tahap penelitian dalam studi yang sama ini, melibatkan penggunaan beberapa
pengamat, pewawancara, atau analis data dalam penelitian yang sama untuk tujuan
konfirmasi.
b. Triangulasi Teori
Triangulasi teori adalah penggunaan sudut pandang teoritis yang berbeda untuk
menentukan hipotesis serta untuk menafsirkan satu set data. Penggunaan beberapa teori
dalam studi yang sama untuk tujuan mendukung atau menyangkal temuan sejak teori
yang berbeda, membantu para peneliti untuk melihat masalah yang dihadapi
menggunakan beberapa lensa. Teori yang bersaing dapat digunakan dalam merumuskan
hipotesis untuk tujuan penyediaan pemahaman yang lebih luas dan lebih terkait dengan
masalah penelitian yang ditangani.
c. Triangulasi Metodologis
Triangulasi metodologis didefinisikan sebagai penggunaan lebih dari dua
metode dalam mempelajari fenomena yang sama dalam penyelidikan. Jenis triangulasi
dapat terjadi pada tingkat desain penelitian atau pengumpulan data. Metodologi
Triangulasi adalah jenis triangulasi yang telah banyak digunakan dalam ilmu-ilmu
sosial, termasuk penelitian pendidikan. Penelitian kualitatif dan kuantitatif yang
dikombinasikan dalam studi atau mempelajari fenomena yang sama, dapat ditelusuri
adanya hubungan paradigmatik.
d. Triangulasi data

41
Penggunaan berbagai sumber data dan set data dalam sebuah penelitian. Baik
data kualitatif dan kuantitatif, yang dikumpulkan dengan metode yang berbeda atau
dengan metode yang sama dari sumber yang berbeda atau pada waktu yang berbeda.
Triangulasi data dapat digambarkan sebagai penggunaan beberapa sumber data untuk
mendapatkan pandangan yang berbeda tentang situasi dalam studi tunggal.
e. Triangulasi Analisis
Triangulasi analisis disebut oleh beberapa penulis sebagai Triangulasi Analisis
Data. Penggambarannya adalah sebagai penggunaan lebih dari dua metode analisis set
data yang sama untuk tujuan validasi. Selain tujuan validasi, Triangulasi Analisis dapat
digunakan untuk kelengkapan penelitian, melalui penggunaan lebih dari dua metode
data analisis dengan paradigma kualitatif dan kuantitatif dalam satu penelitian.
Sedangkan menurut Norman K. Denkin dikutip oleh Nur Fauziyah R., (2015:
33-34) mendefinisikan triangulasi sebagai gabungan atau kombinasi berbagai metode
yang dipakai untuk mengkaji fenomena yang saling terkait dari sudut pandang dan
perspektif yang berbeda. Menurutnya, triangulasi meliputi empat hal, yaitu:
a. Triangulasi metode dilakukan dengan cara membandingkan informasi atau data
dengan cara yang berbeda. Dalam penelitian kualitatif peneliti menggunakan metode
wawancara, obervasi, dan survei. Untuk memperoleh kebenaran informasi yang
handal dan gambaran yang utuh mengenai informasi tertentu, peneliti bisa
menggunakan metode wawancara dan obervasi atau pengamatan untuk mengecek
kebenarannya. Selain itu, peneliti juga bisa menggunakan informan yang berbeda
untuk mengecek kebenaran informasi tersebut. Triangulasi tahap ini dilakukan jika
data atau informasi yang diperoleh dari subjek atau informan penelitian diragukan
kebenarannya.
b. Triangulasi antar-peneliti dilakukan dengan cara menggunakan lebih dari satu orang
dalam pengumpulan dan analisis data. Teknik ini untuk memperkaya khasanah
pengetahuan mengenai informasi yang digali dari subjek penelitian. Namun orang
yang diajak menggali data itu harus yang telah memiliki pengalaman penelitian dan
bebas dari konflik kepentingan agar tidak justru merugikan peneliti dan melahirkan
bias baru dari triangulasi.
c. Triangulasi sumber data adalah menggali kebenaran informai tertentu melalui

42
berbagai metode dan sumber perolehan data. Misalnya, selain melalui wawancara
dan observasi, peneliti bisa menggunakan observasi terlibat (participant obervation),
dokumen tertulis, arsip, dokumen sejarah, catatan resmi, catatan atau tulisan pribadi
dan gambar atau foto. Masing-masing cara itu akan menghasilkan bukti atau data
yang berbeda, yang selanjutnya akan memberikan pandangan (insights) yang
berbeda pula mengenai fenomena yang diteliti.
d. Triangulasi teori. Hasil akhir penelitian kualitatif berupa sebuah rumusan informasi
atau thesis statement. Informasi tersebut selanjutnya dibandingkan dengan
perspektif teori yang televan untuk menghindari bias individual peneliti atas temuan
atau kesimpulan yang dihasilkan. Selain itu, triangulasi teori dapat meningkatkan
kedalaman pemahaman asalkan peneliti mampu menggali pengetahuan teoretik
secara mendalam atas hasil analisis data yang telah diperoleh.
Menurut Firdaus (2018: 110-111), pengecekan bermacam-macam data untuk
mendapatkan keabsahan informasi dapat menggunakan berbagai teknik sebagai berikut:
a. Teknik Triangulasi Sumber
Membandingkan kembali tingkat kesahihan data dan informasi yang telah
diambil dari berbagai sumber yang berbeda, seperti halnya membandingkan antara
wawancara dengan observasi, antara informasi yang disampaikan dihadapan umum
dengan yang disampaikan secar apribadi, dan membandingkan antara hasil wawancaea
dengan dokumen yang ada.
b. Teknik Triangulasi Waktu
Validasi data dihubungkan dengan berlangsungnya proses perubahan perilaku
manusia. Untuk mendapatkan data dan informasi yang lebih sahih, peneliti perlu
melakukan observasi beberapa kali, pada waktu dan kondisi yang berbeda.
c. Teknik Triangulasi Teori
Tekniknya dengan cara menggunakan mengamati beberapa teori, sekurangnya
dari dua teori yang berbeda kemudian dipadukan atau disentesiskan atau sekalian diadu
kekuatannya. Penelitian dituntut menyususn rancangan pengumpulan dan pengolahan
dan analisis yang lebih lengkap, tujuannya agar mendapatkan teori yang lebih lengkap.
d. Teknik Triangulasi Peneliti

43
Caranya menggunakan lebih dari satu peneliti dalam melakukan observasi dan
wawancara. Setiap peneliti dapat dipastikan mempunyai gaya penelitian, sikap kerja,
referensi dan persepsi yang berbeda dalam mengamati suatu fenomena. Hasil
pengamatan dapat berbeda dalam fenomena yang sama. Pengamatan dan wawancara
dengan menggunakan dua atau lebih pengamat/pewawancara akan dapat memperoleh
data yang lebih absah. Akan tetapi sebelum melakukan observasi dan wawancara tim
peneliti perlu mengadakan kesepakatan dalam menentukan kriteria/acuan pengamatan
dan atau wawancara.
e. Teknik Triangulasi Metode
Usaha mengecek keabsahan data, atau keabsahan temuan penelitian. Triangulasi
metode dapat dilakukan dengan menggunakan lebih dari satu teknik pengumpulan data
untuk mendapatkan data yang sama. Pelaksanaannya juga dapat dengan cara cek dan
recek.
Menurut Sugiyono (2009: 241) dalam teknik pengumpulan data, triangulasi
diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai
teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Bila peneliti melakukan
pengumpulan data dengan triangulasi, maka sebenarnya peneliti mengumpulakan data
sekaligus menguji kreadibilitas data, yaitu mengecek kreadibilitas data dengan berbagai
teknik pengumpulan data dan berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber
data.
4. Langkah-langkah Triangulasi
Adapun untuk mencapai tingkat kepercayaan data dan informasi yang tinggi,
maka dapat ditempuh melalui langkah-langkah berikut (Firdaus, 2018: 108-109).
a. Membandingkan data hasil pengamatan atau observasi lapangan dengan data hasil
wawancara.
b. Membandingkan informasi yang diberikan di depan umum dengan informasi yang
berkaitan secara pribadi.
c. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan
apa yang dikatakan sepanjang waktu.
d. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan
pandangan masyarakat dari berbagai kelas.

44
e. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.

45
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Macam-macam metode atau teknik dalam pengambilan data adalah teknik observasi
dan teknik komunikasi yang meliputi teknik angket atau kuisioner, wawancara, dan
focus grup discussion, kemudian terdapat teknik dokumentasi, teknik sosiometri,
teknik pengukuran data, dan teknik triangulasi.
2. Penjelasan berbagai teknik atau metode pengambilan data tersebut adalah:
a) Teknik observasi adalah Suatu proses yang didahului dengan pengamatan kemudian
pencatatan yang bersifat sistematis, logis, objektif, dan rasional terhadap berbagai
macam fenomena dalam situasi yang sebenarnya, maupun situasi buatan
b) Teknik wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian
dengan cara Tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan
responden/ orang yang di wawancarai.
c) Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk
dijawabnya
d) Focus grup discussion adalah Diskusi terarah yang dilakukan untuk mengumpulkan
data lebih mendalam dari beberapa responden
e) Tes merupakan metode pengumpulan data penelitian yang berfungsi untuk
mengukur kemampuan seseorang
f) Daftar Inventori Kepribadian dimaksudkan untuk mendapatkan ukuran kepribadian
dari objek penelitian. Para subjek diberikan bermacam-macam pernyataan yang
menggambarkan pola tingkah laku, diminta untuk menunjukkan apakah tiap
pernyataan merupakan ciri tingkah laku mereka dengan cara memberi tanda cek
pada jawaban.
g) Teknik Proyektif merupakan ukuran yang dilakukan dengan meminta seseorang
memberikan respon kepada suatu stimulus yang bermakna ganda atau yang tak
tersusun. Tes Proyektif ini banyak digunakan oleh ahli ilmu jiwa klinis untuk
memperlajari dan menetapkan diagnosis orang yang mendapat gangguan emosional.

46
h) Skala data adalah cara berbeda di mana variabel penelitian didefinisikan dan
dikelompokkan ke dalam kategori yang berbeda, oleh karena itulah skala ini
menggambarkan sifat nilai yang diberikan ke variabel dalam teknik pengumpulan
data
i) Sosiometri adalah suatu teknik pengumpulan data tentang hubungan sosial seorang
individu dengan individu lain, struktur hubungan individu, dan arah hubungan
sosialnya dalam suatu kelompok.
j) Dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data kualitatif dengan melihat
atau menganalisis dokumen-dokumen yang dibuat oleh subjek sendiri atau oleh
orang lain tentang subjek. Sejumlah besar fakta dan data tersimpan dalam bahan
yang berbentuk dokumentasi.

47
DAFTAR PUSTAKA
Aan Komariah dan Djam‟an Satori. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:
Alfabeta.
Bachri, Bachtriar S. 2010. Meyakinkan Validitas Data melalui Triangulasi pada
Penelitian Kualitatif. Jurnal Teknologi Pendidikan. Vol. 10 (1): 55.
Bungin, Burhan. 2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Candra, Vivi, dkk. 2021. Pengantar Metodologi Penelitian. Medan: Yayasan Kita
Menulis.
Dewa Ketut. 1983. Dasar-Dasar Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah. Surabaya:
Usaha Nasional.Walgito, Bimo. 1987. Psikologi Sosial.. Yogyakarta:
UGMWinkel.
Djumhur dan Moh Surya. 1985. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah. Bandung:
Ilmu.Sukardi.
Fatoni, Abdurrahman. 2011. Metodologi Penelitian dan Teknik Penyususna Skripsi.
Jakarta: Rineka Cipta.
Firdaus dan Fakhry Zamzam. 2018. Aplikasi Metodologi Penelitian. Yogyakarta:
Deepublish.
Guba, E. G., & Lincoln, Y. S. (1989). Fourth generation evaluation. London: Sage.
Hamidi. 2004. Metode Penelitian Kualitatif. Malang: Universitas Muhammadiyah
Malang.
Idrus Muhammad. 2009. Metode Penelitian Ilmu Sosial Pendekatan Kualitatif dan
Kuantitatif. Jakarta. Erlangga.
Irwanto. 2006. Focus Group Discussion. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Koentjoro, N. 2005. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama.
Kristanto, V. H .2018. Metodologi Penelitian Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah.
Yogyakarta:Deepublish
Mahmudah, Fitri Nur. 2021. Analisis Data Penelitian Kualitatif Manajemen Pendidikan
Berbantuan Software Atlas.TI Versi 8. Yogyakarta: UAD Press.
Moleong, Lexy J. 2003. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya.

48
Nasution. 2003. Metode Research (Penelitian Ilmiah).Jakarta : Bumi Aksara.
Nilamsari, Natalina. 2014. Memahami Studi Dokumen dalam Penelitian Kualitatif.
Wacana. Vol. XIII (2): 181.
Nur Fauziyah R., 2015. Efektivitas Penggunaan Alat Bantu Reaksi Gerakan Tangan
Bagi Kaum Disabilitas. Universitas Pendidikan Indonesia.
Nursapiah. 2020. Penelitian kualitatif. Medan: Wal Ashri Publishing.
Rahardjo, Susilo dan Gudnanto. 2022. Pemahaman Individu Teknik Nontes Edisi
Revisi. Jakarta: Prenada Media.
Ridwan. 2006. Metode & Teknik Penyusunan Tesis. Bandung: Alfabeta.
Saekan, Mukhamad. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Kudus: Nora Media
Enterprise.
Saleh, Sirajudin. 2017. Analisis Data Kualitatif. Bandung: Penerbit Pustaka Ramadhan.
Satori, Djam‟an dan Aan komariah. 2013. Metodologi penelitian kualitatif. Bandung:
Alfabeta.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi (Mixed
Method). Bandung: Alfabeta.
W.S. 1985. Bimbingan dan Konseling di Sekolah Mengengah. Jakarta: Gramedia.

49

Anda mungkin juga menyukai