Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

TEKNIK PENGUMPULAN DATA PTK


Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Penelitian Tindakan Kelas

Dosen Pengampu :
Siti Faridah, M.Pd

Disusun Oleh Kelompok 5 :

1. Husniyya Safira Salsabiila (NIM. 19110089)


2. Risa Nurbienti (NIM. 19110097)
3. Jabbar Maulana Alfarizi (NIM. 19110191)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
MARET, 2022
KATA PENGANTAR

Sebelum menyusun makalah ini, tidak lupa terlebih dahulu kami panjatkan
puji dan syukur kehadirat Allah yang telah memberikan kemudahan, rahmat, taufiq,
dan hidayah-Nya sehingga makalah ini dapat tersusun dengan baik tanpa ada
halangan dan rintangan apapun. Tak lupa shalawat serta salam juga kami panjatkan
kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa manusia dari zaman jahiliyah
menuju ke zaman yang penuh berkah ini.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Penelitian Tindakan
Kelas dengan judul “Teknik Pengumpulan Data PTK”. Hal ini tentunya membawa
kabar baik bagi para pembaca untuk bisa memahami lebih dalam mengenai materi ini.
Dalam makalah ini penulis ingin menjelaskan dan menjabarkan materi dengan bahasa
yang bisa diterima oleh semua orang agar pembaca dapat memperoleh pengetahuan
baru melalui pemikiran-pemikiran dari masing-masing penulis yang ada di makalah
ini.

Kami sebagai penulis sekaligus penyusun makalah mengucapkan terimakasih


kepada semua pihak, baik itu pihak yang membantu secara langsung penyelesaian
makalah ini maupun tidak. Terutama bagi para pembaca dan orang yang memberikan
perhatian kepada makalah ini. Kami berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi
pembacanya kelak.

Malang, 15 Maret 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG ........................................................................................ 3
1.2 RUMUSAN MASALAH .................................................................................... 3
1.3 TUJUAN ............................................................................................................. 4

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Teknik Pengumpulan Data................................................................ 5
2.2 Teknik Pengumpulan Data .................................................................................. 5
a) Observasi ........................................................................................................ 5
b) Wawancara ................................................................................................... 10
c) Angket/Kuesioner......................................................................................... 10
d) Catatan Lapangan ......................................................................................... 12
e) Catatan Harian .............................................................................................. 14

BAB III PENUTUP


3.1 KESIMPULAN ................................................................................................... 16
3.2 SARAN .............................................................................................................. 16

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 17

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran, agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Salah satu sumber daya manusia pendukung yang berperan dalam peningkatan kualitas
mutu pendidikan adalah guru. Guru sebagai perangkat yang ikut terlibat dalam
penyelenggaraan pendidikan dituntut profesional sehingga dapat melaksanakan
pembelajaran yangrelevan dan inovatif. Oleh karena itu, guru dituntut menggunakan
paradigma baru dalam pembelajaran. Dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran tak
jarang guru menemukan banyak permasalahan. Penelitian Tindakan Kelas merupakan
jawaban untuk mencari solusi dari permasalahan yang ditimbulkan pada saat kegiatan
pembelajaran berlangsung. Dalam sebuah penelitian tak terkecuali Penelitian Tindakan
Kelas ini pastinya membutuhkan teknik dalam pengumpulan datanya. Mengingat
pentingnya mengetahui teknik pengumpulan data dalam PTK khususnya bagi guru dan
calon guru, maka dalam makalah ini kami akan membahas materi tersebut.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa pengertian dari teknik pengumpulan data?
2. Apa saja teknik pengumpulan data?
3. Bagaimana penjelasan teknik pengumpulan data dengan observasi?
4. Bagaimana penjelasan teknik pengumpulan data dengan wawancara?
5. Bagaimana penjelasan teknik pengumpulan data dengan angket/kuesioner?
6. Bagaimana penjelasan teknik pengumpulan data dengan catatan lapangan?
7. Bagaimana penjelasan teknik pengumpulan data dengan catatan harian?

3
1.3 TUJUAN
1. Mengetahui dan memahami pengertian teknik pengumpulan data
2. Mengetahui dan memahami macam-macam teknik pengumpulan data
3. Mengetahui dan memahami teknik pengumpulan data dengan observasi
4. Mengetahui dan memahami teknik pengumpulan data dengan wawancara
5. Mengetahui dan memahami teknik pengumpulan data dengan angket/kuesioner
6. Mengetahui dan memahami teknik pengumpulan data dengan catatan lapangan
7. Mengetahui dan memahami teknik pengumpulan data dengan catatan harian

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data merupakan cara mengambil data dari sumber data.1 Teknik
pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian karena
tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik
pengumpulan data, peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data
yang ditetapkan. Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai
sumber, dan berbagai cara. Bila dilihat dari setting, data dapat dikumpulkan pada setting
alamiah pada laboratorium dengan metode eksperimen di rumah dengan berbagai
responden, pada suatu seminar, diskusi, di jalan, dan lain-lain. Bila dilihat dari sumber
datanya, pengumpulan data dapat menggunakan sumber data primer dan sumber data
sekunder. Sumber data primer yaitu cerita atau catatan-catatan dari para saksi mata pada
saat peristiwa terjadi. Sumber data sekunder yaitu cerita atau catatan mengenai peristiwa
yang tidak disaksikan langsung oleh narasumber, melainkan melaporkan apa yang ditulis
oleh orang yang menyaksikan peristiwa itu. Selanjutnya bisa dilihat dari cara atau teknik
pengumpulan data.2

2.2 Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang sering digunakan dalam Penelitian Tindakan Kelas
adalah sebagai berikut :
a) Observasi
 Pengertian
Observasi merupakan teknik mengumpulkan data dengan cara mengamati setiap
kejadian yang sedang berlangsung dan mencatatnya dengan alat observasi tentang hal-
hal yang akan diamati atau diteliti. Dalam PTK observasi bisa dilakukan untuk
memantau guru dan untuk memantau siswa. Sebagai alat pemantau kegiatan guru,
observasi digunakan untuk mencatat setiap tindakan yang dilakukan guru sesuai
dengan masalah dalam PTK itu sendiri. Misalnya mengamati dan mencatat setiap
tindakan guru dalam setiap siklus atau tindakan pembelajaran sesuai dengan fokus

1
Sutoyo, Teknik Penulisan Penelitian Tindakan Kelas (Surakarta: UNISRI Press, 2021), hlm. 39.
2
Endang Widi Winarni, Teori dan Praktik Penelitian Kuantitatif Kualitatif Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Research and Development (R&D) (Jakarta: Bumi Aksara, 2018), hlm. 158 & 159.

5
masalah. Dari hasil pengamatan itu dapat ditemukan berbagai kelemahan sehingga
dapat ditindaklanjuti untuk diperbaiki pada siklus berikutnya.
Berhubungan dengan kegiatan siswa, observasi dapat dilakukan untuk
mengumpulkan informasi tentang perilaku-perilaku siswa sebagai pengaruh tindakan
yang dilakukan guru. Misalnya mencatat perilaku siswa dalam kegiatan diskusi, atau
mencatat perilaku siswa dalam mengikuti suatu proses pembelajaran. Di samping itu,
observasi juga dapat digunakan mendapatkan informasi atau data tentang keadaan
atau kondisi tertentu, kondisi ruangan kelas, kantor, sekolah, dan lain sebagainya,
maka menggunakan observasi merupakan teknik yang tepat, sebab peneliti dapat
melihat secara langsung objek yang ingin diteliti tanpa melalui perantara yang
mungkin bisa melebih-lebihkan atau mengurangi data yang sebenarnya.
Dalam PTK, observasi menjadi instrumen utama yang digunakan untuk
mengumpulkan data. Hal ini disebabkan observasi sebagai proses pengamatan
langsung, merupakan instrumen yang cocok untuk memantau kegiatan pembelajaran
baik perilaku guru maupun perilaku siswa. Agar observasi dapat mengumpulkan
informasi yang akurat, guru atau observer (peneliti) perlu mewaspadai dalam
penggunaannya, karena terdapat beberapa kelemahan, yakni:3
1) Banyak hal atau gejala tingkah laku yang tidak memungkinkan dapat diungkap
dengan observasi, terutama hal-hal yang bersifat pribadi dan bersifat rahasia.
2) Bagi observant (yang diobservasi) yang mengetahui bahwa dirinya sedang
diobservasi (diamati) mungkin sekali melakukan kegiatan yang dibuat-buat atau
tidak sewajarnya.
3) Apabila yang diamati mengenai gejala-gejala tingkah laku maka sangat sulit bagi
observant untuk bertindak secara objektif.
Di samping itu, ditinjau dari sudut observer itu sendiri, observasi juga memiliki
kelemahan diantaranya:
1) Bisa terjadi observer terpengaruh oleh kesan-kesan umum yang tampak dari
perilaku yang diobservasi sehingga hasil observasi tidak objektif lagi. Misalkan
observer menganggap si "A" memiliki inteligensi yang tinggi hanya karena ia
sering bicara, sehingga observer memberikan nilai kemampuan yang tinggi,
padahal belum tentu siswa yang banyak bicara mempunyai kemampuan
intelektual yang tinggi pula.

3
Wina Sanjaya, Penelitian Tindakan Kelas (Bandung: Kencana, 2009), hlm. 76.

6
2) Kemungkinan observer merasa ragu untuk memberikan penilaian. Misalkan
observer merasa nilai yang diberikan pada siswa terlalu tinggi yang dapat
menguntungkan siswa yang bersangkutan atau mungkin merasa terlalu rendah
yang akan merugikan siswa yang diobservasi. Kelemahan ini memang sulit untuk
dihindari. Salah satu cara untuk mengatasinya adalah terlebih dahulu observer
menentukan. kriteria yang jelas dalam setiap kategori penilaian.
3) Kemungkinan terjadinya kesalahan persepsi dari observer. Artinya, observer tidak
bisa membedakan fenomena yang satu dengan fenomena yang lain. Misalnya
observer menganggap siswa yang sering mengemukakan pendapat dianggap
memiliki kemampuan penguasaan materi pelajaran. Padahal, siswa yang sering
mengeluarkan pendapat belum tentu memiliki penguasaan materi pelajaran yang
bagus.
Menurut Hopkins untuk mengatasi beberapa kelemahan di atas, ada sejumlah prinsip
penggunaan observasi sebagai alat pemantau dalam PTK, yakni:4
1) Direncanakan bersama
Berbeda dengan penelitian formal, dalam PTK, observasi direncanakan bersama
antara observer (pengamat), yakni guru, teman sejawat atau mitra dari LPTK
dengan orang yang diobservasi, yakni guru sebagai subjek penelitian. Hal ini
disebabkan dalam PTK, observasi digunakan sebagai alat untuk mengumpulkan
informasi tentang berbagai tindakan yang dilakukan guru sebagai bahan masukan
dalam kegiatan refleksi. Dalam pelaksanaannya, guru (yang diobservasi) dengan
mitra atau teman sejawat (yang mengobservasi) perlu menetapkan kesepakatan
khususnya tentang berbagai kriteria yang diperlukan. Kesepakatan ini diperlukan
untuk menghindari berbagai kelemahan observasi itu sendiri.
2) Difokuskan pada hal yang spesifik
Apa yang harus diamati oleh observer difokuskan pada hal-hal tertentu secara
spesifik sesuai dengan kebutuhan tindakan dalam proses perbaikan. Oleh sebab
itu, apa yang harus diamati oleh observer difokuskan pada hal-hal ter tentu secara
spesifik sesuai dengan kebutuhan tindakan dalam proses perbaikan. Dengan
demikian, observer dan observant perlu merencanakan instrumen observasi yang
dianggap cocok atau sesuai dengan masalah yang akan di amati. Permasalahan
yang terfokus akan mengurangi berbagai kelemahan observasi.

4
Ibid., hlm. 77-80.

7
3) Membuat kriteria yang jelas
Kesepakatan antara guru dan observer tentang kriteria keberhasilan dari suatu
tindakan, akan membantu guru dalam melakukan tindakan sesuai dengan topik
masalah. Misalnya guru dan observer sepakat, bahwa guru akan mengaktifkan 20
orang dari 25 orang siswa dalam melakukan diskusi kelompok. Sesuai dengan
kesepakatan mengenai kriteria, observer hanya mengamati jumlah siswa sesuai
dengan kesepakatan tersebut.
4) Keterampilan observasi
Seorang observer perlu memiliki keterampilan mengobservasi di antaranya:
pertama, harus dapat menahan diri untuk tidak terlalu cepat memutuskan dan
menginterpretasikan satu peristiwa. Kemampuan ini diperlukan, sebab kadang-
kadang observer terpengaruh oleh hanya satu tindakan yang dilakukan guru atau
siswa. Misalnya observer menginterpretasikan si "A" bagus dalam
mengembangkan ide atau gagasan hanya karena dia satu-satunya siswa yang
bicara ketika diskusi berlangsung; kedua, dapat menciptakan iklim yang sejuk
yang tidak menegangkan. Baik guru maupun siswa memiliki kecenderungan
untuk berperilaku yang tidak wajar manakala merasa dirinya sedang diobservasi.
Perilaku tersebut sangat wajar dan manusiawi. Oleh sebab itu, observer sebaiknya
menempatkan diri sebagai orang yang tidak sedang melakukan penilaian kinerja
guru, akan tetapi sebagai orang yang sedang memantau yang akan memberikan
masukan untuk perbaikan proses pembelajaran; ketiga, menguasai berbagai
teknik menggunakan instrumen observasi. Terdapat berbagai alat observasi yang
dapat dijadikan instrumen pemantauan, misalnya check list dan skala penilaian.
Agar hasil observasi benar-benar akurat, maka observer perlu memahami setiap
instrumen yang digunakan.
5) Balikan (feedback)
Agar hasil observasi bermanfaat sebagai balikan untuk memperbaiki proses
pembelajaran, maka sebaiknya dilakukan hal-hal sebagai berikut:
a. Hasil observasi didiskusikan segera setelah selesai kegiatan pembelajaran,
artinya segala sesuatu yang ditemukan oleh observer jangan ditunda, akan
tetapi harus dibicarakan dan diungkapkan setelah kegiatan berakhir, hal ini
disebabkan oleh adanya pengaruh oleh lain, sehingga observer mengubah
interpretasinya sehingga keputusan yang telah dibuatnya tidak objektif lagi.

8
b. Balikan diberikan berdasarkan data faktual yang direkam atau dicatat dengan
cermat melalui instrumen observasi. Hal ini berkaitan dengan objektivitas
observer untuk mengungkapkan data atau fakta apa adanya.
c. Data diinterpretasikan sesuai dengan kriteria yang telah disusun dan disepakati
bersama sebelumnya. Artinya sebelum observasi dilakukan perlu dicapai
kesepakatan tentang berbagai kriteria yang selanjutnya kriteria tersebut
dijadikan pedoman yang benar.
d. Guru sebagai pelaku tindakan dan observasi diberi kesempatan pertama untuk
menafsirkan data.
e. Diskusi mengacu kepada perbaikan strategi pembelajaran sesuai dengan apa
yang telah dipelajari. Oleh karena PTK diarahkan untuk perbaikan proses
pembelajaran, maka arah diskusi juga tidak terlepas dari upaya perbaikan itu
sendiri. Hindari diskusi yang hanya mencari kelemahan guru dalam mengajar.
 Jenis-jenis Observasi
Dilihat dari persiapan maupun cara pelaksanaannya observasi bisa bersifat
sistematis atau insidental. Dalam observasi yang sistematis, sebelum
pelaksanaannya dipersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan baik mengenai aspek-
aspek yang di amati, waktu observasi, maupun alat yang digunakan. Observasi
insidental dilakukan kapan saja tanpa perencanaan yang sistematis.
Dilihat dari hubungan observer dan observant dapat dibedakan antara obervasi
partisipatif dan observasi nonpartisipatif. Observasi partisipatif adalah observasi
yang dilakukan apabila observer ikut serta dalam kegiatan atau situasi yang
dilakukan oleh observant. Misalnya, apabila peneliti ingin mengetahui ba gaimana
aktivitas mahasiswa dalam mengikuti suatu diskusi, maka peneliti (observer) ikut
serta dalam kegiatan diskusi. Artinya, sambil berdiskusi ia melakukan pengamatan
kepada setiap peserta diskusi. Terdapat keuntungan yang dapat diperoleh dari
observasi partisipatif ini, yaitu observant akan bertingkah laku secara wajar dan
tidak dibuat-buat karena mereka tidak merasa sedang diamati karena observer ikut
ambil bagian secara bersama-sama.
Observasi nonpartisipatif adalah observasi yang tidak melibatkan observer
dalam kegiatan yang sedang diobservasi. Dengan demikian, dalam observasi jenis
ini, observer murni bertindak sebagai pengamat. Oleh sebab itu, salah satu
kelemahannya adalah observant yang menyadari sedang diobservasi biasanya tidak
akan bertindak wajar. Untuk menghindari itu perlu memperhatikan dua hal.
9
Pertama, harus dijaga psikologis dan kondisi observasi agar tetap wajar. Untuk
observer jangan menampakkan keseriusan yang berlebihan yang membuat suasana
observasi menjadi tegang sehingga memengaruhi observant dalam melaksanakan
kegiatannya. Kedua, observasi hanya untuk kepentingan penelitian yang tidak akan
berpengaruh terhadap nama baik observant.
b) Wawancara
Wawancara adalah percakapan yang dilakukan oleh pewawancara untuk
memperoleh iinformasi dari terwawancara, narasumber atau informan. Ada beberapa
jenis atau bentuk wawancara, diantaranya :
1) Wawancara terstruktur
Wawancara terstruktur adalah wawancara yang dilakukan dengan terlebih dahulu
menyiapkan bahan wawancara/pertanyaan.
2) Wawancara semi terstruktur
Wawancara semi terstruktur adalah bentuk wawancara yang sudah disiapkan
terlebih dahulu, tetapi memberikan keleluasaan untuk tidak langsung terfokus
kepada bahasan atau mungkin mengajukan topik bahasan sendiri selama
wawancara itu berlangsung.
3) Wawancara tidak terstruktur
Wawancara tidak terstruktur adalah bentuk wawancara dimana prakarsa untuk
memilih topik bahasan diambil oleh orang yang diwawancarai. Apabila
wawancara sudah berlangsung, pewawancara dapat mengarahkan agar informan
dapat menerangkan, mengelaborasi, atau mengklarifikasi jawaban yang kurang
jelas.
4) Wawancara informal
Wawancara informal yaitu jenis percakapan bebas yang memungkinkan
interviewer untuk menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan masalah yang akan
ditelitinya.
5) Wawancara formal
Wawancara formal berstruktur yaitu jenis wawancara yang dalam pelaksanaannya
menggunakan format wawancara yang terstruktur, jadi guru dapat menanyakan
pertanyaan yang sama kepada responden.
c) Angket/Kuesioner
Angket atau kuesioner merupakan suatu teknik pengumpulan data secara tidak
langsung (peneliti tidak langsung bertanya jawab dengan responden). Instrument

10
pengumpul datanya juga disebut dengan angket yang berisi sejumlah pertanyaan
atau pernyataan tertulis yang harus dijawab atau direspon oleh responden. Prinsip
Penulisan Angket :
1) Isi dan Tujuan Pertanyaan
Maksudnya adalah apakah isi pertanyaan tersebut merupakan bentuk
pengukuran atau bukan? Jika berbentuk pengukuran, maka dalam membuat
pertanyaan harus teliti, setiap pertanyaan harus disusun dalam skala pengukuran
dan jumlah itemnya mencukupi untuk mengukur variabel yang diteliti.
2) Bahasa yang digunakan
Bahasa yang digunakan dalam angket harus disesuaikan dengan kemampuan
berbahasa responden (memerhatikan jenjang pendidikan keadaan sosial budaya
dari responden).
3) Tipe dan Bentuk Pertanyaan
Tipe pertanyaan dalam angket dapat terbuka (pertanyaan yang mengharapkan
responden untuk menuliskan jawabannya dalam bentukuraian) atau tertutup
(pertanyaan yang mengharapkan jawaban singkat atau mengharapkan responden
untuk memilih salah satu alternatif jawaban yang telah disediakan) dan dapat
pula menggunakan kalimat positif ataupun negatif.
4) Pertanyaan tidak mendua (double barreled), contohnya “Bagaimana pendapat
anda mengenai kualitas dan relevansi pendidikan saat ini?”
5) Tidak menanyakan yang sudah lupa, misalnya “Bagaimana kualitas pendidikan
sekarang bila dibandingkan dengan 10 tahun yang lalu?”
6) Pertanyaan tidak menggiring
Maksudnya pertanyaan dalam angket tidak menggiring/mengarahkan ke
jawaban yang baik atau yang buruk saja. Misalnya “Bagaimanakah prestasi
belajar anda selama di sekolah yang dulu?”
7) Panjang pertanyaan
Pertanyaan dalam angket sebaiknya tidak terlalu panjang, sehingga akan
membuat responden jenuh dalam mengisi
8) Urutan pertanyaan
Urutan pertanyaan dalam angket dimulai dari yang umum menuju ke hal yang
spesifik atua dari hal yang mudah menuju ke hal yang sulit. Hal ini perlu
diperhatikan karena secara psikologis dapat memengaruhi semangat responden,

11
jika pada awalnya sudah diberi pertanyaan yang sulit maka responden akan
merasa malas untuk mengisi angket yang telah meraka terima.
9) Prinsip pengukuran.
Angket yang diberikan kepada responden merupakan instrument penelitian yang
digunakan untuk mengukur variable yang akan diteliti. Oleh karena itu, angket
terebut harus dapat digunakan untuk mendapatkan data yang valid dan reliabel
tentang variable yang diukur, maka sebelum instrument angket tersebut
diberikan kepada responden, sebaiknya diuji dulu validitas dan reabilitasnya.
10) Penampilan Fisik Angket
Penampilan fisik angket sebagai alat pengumpul data akan memengaruhi
responden dalam mengisi angket. Angket yang dibuat dikertas buram, akan
mendapat respon yang kurang menarik dari responden.
d) Catatan Lapangan
Dalam sebuah pendapat yang dikemukakan oleh Wiriatmaja dalam sebuah
penelitian sumber informasi yang sangat penting adalah field notes atau catatan
lapangan. Catatan lapangan adalah deskripsi tentang apa yang dilihat, didengar,
dialami dan difikirkan dalam rangka pengumpulan data dan refleksi terhadap data
dalam penelitian.5 Catatan lapangan merupakan sebuah catatan yang dibuat oleh
peneliti yang melakukan pengamatan atau observasi terhadap subjek atau objek
penelitian tindakan kelas berupa bukti otentik dalam bentuk catatan pokok atau
catatan terurai tentang proses apa yang terjadi di lapangan sesuai dengan focus
penelitian yang ditulis secara reflektif dan deskriptif. Berbagai hasil pengamatan
mengenai aspek pembelajaran di kelas, suasana kelas, pengelolaan kelas, hubungan
interaksi antara pendidik dengan peserta didik, interaksi antar siswa, iklim sekolah,
kepemimpinan kepala sekolah dan aspek-aspek yang lainnya dapat dicatat sebagai
catatan lapangan dan akan dugunakan sebagai sumber data Penelitian Tindakan
Kelas.6
Pada umumnya catatan lapangan dibuat dengan tulisan tangan si peneliti, yang
hanya dimengerti oleh dirinya saja. Orang lain akan mengalami kesulitan untuk
membacanya karena penuh dengan singkatan-singkatan atau simbol-simbol dan kode-
kode. Oleh karena itu, sebaiknya sesegera mungkin catatan lapangan tersebut ditulis

5
Husna Farhana, Awiria dan Nurul Muttaqien, “PENELITIAN TINDAKAN KELAS”, IC Publisher, hal.
70.
6
Anda Juanda, “PENELITIAN TINDAKAN KELAS (Classroom Action Research)”, Yogyakarta:
Deepublisher, 2016), hal. 183.

12
kembali dengan cara mengetiknya sehingga dapat dibaca dan dimengerti oleh semua
orang. Model catatan lapangan menurut Schaltzman dan Strauss dikategorikan
menjadi tiga model, diantaranya adalah:
1. Catatan Pengamatan (CP);
Dalam model ini, dalam catatannya berisi semua peristiwa yang terjadi
berdasarkan dengan apa yang dilihat, didengar serta segala sesuatu yang berada di
lapangan. Catatan dalam model ini berisi tentang jawaban atas pertanyaan apa,
siapa, dimana, bagaimana suatu aktivitas itu terjadi.
2. Catatan Teori (CT);
Dalam model ini, dalam catatannya berisi mengenai pendapat peneliti yang
didasarkan pada suatu teori. Catatan teori bukan lagi berisi mengenai fakta yang
ada, namun merupakan sebuah interpretasi yang memaknai atas suatu gejala.
3. Catatan Metodologi (CM);
Dalam model ini, dalam catatannya berisi terkait dengan pernyataan tindakan
operasional yang berupa kritik terhadap diri sendiri mengenai sebuah cara atau
taktik dalam melaksanakan penelitian di lapangan.
Secara garis besar, isi catatan lapangan terbagi menjadi dua bagian, yakni
bagian deskriptif dan bagian reflektif. Bagian deskriptif adalah bagian yang berisi
semua peristiwa dan pengalaman yang dilihat, didengar dan dicatat secara lengkap
dan seobjektif mungkin. Sedangkan bagian reflektif adalah bagian yang secara khusus
menggambarkan sesuatu yang berkaitan dengan pengamat itu sendiri.7 Dalam bagian
reflektif berisi tentang perasaan, masalah, ide, spekulasi, prasangka dan kesan-kesan.
Menurut Bogdan dan Biklen, hal-hal yang terdapat di dalam bagian deskriptif antara
lain:
1. Gambaran dari subjek, pencatatan pada penampilan fisik, cara pakaian dan
bertindak serta gaya berbicara;8
2. Rekonstruksi dialog:
Dalam hal ini terdapat bagian pencatatan dalam upaya mengulang kembali apa-
apa saja yang di peroleh dari subjek secara verbal. Selain itu juga menggambarkan
makna mengenai keadaan sekitar selama melakukan proses penelitian (observasi
atau wawancara);

7
Anda Juanda, “PENELITIAN TINDAKAN KELAS (Classroom Action Research)”, Yogyakarta: Deepublisher,
2016), hal. 187.
8
Ibid.

13
3. Catatan peristiwa khusus:
Dalam hal ini terdapat bagian pencatatan yang ditujukan terhadap hal-hal yang
khusus, dimana hal tersebut bisa sangat mendukung proses pengumpulan data.
Catatan peristiwa khusus bisa dalam bentuk apa yang dilakukan, bagaimana
peristiwa berlangsung dan hakikat dari peristiwa;
4. Perilaku peneliti:
Dalam hal ini terdapat bagian pencatatan yang difokuskan pada gambaran fisik,
tindakan, reaksi dan segala sesuatu yang dilakukan oleh peneliti sebagai
instrument penelitian;
Sedangkan hal-hal yang terdapat dalam bagian reflektif menurut Patton dan
Huberman antara lain:
1. Refleksi analisis:
Dalam bagian ini berisi mengenai sesuatu yang dipelajari yakni tema dan pola
umum yang mulai muncul serta tambahan ide atau gagasan pemikiran;
2. Refleksi metode:
Dalam bagian ini berisi mengenai penerapan metode, prosedur penelitian, strategi
dan taktik penelitian. Pada bagian ini juga dapat memberikan arahan tentang
metode yang dilakukan oleh peneliti, refleksi ini juga bertujuan untuk membantu
peneliti dalam menguraikan persoalan dan kemudian dapat memberikan
bagaimana cara menghadapinya;
3. Klarifikasi:
Dalam bagian ini peneliti menyajikan sebuah butir-butir untuk menjelaskan
sesuatu yang masih membingungkan serta meragukan dalam catatan lapangan;
e) Catatan Harian
Catatan harian atau diaries merupakan sebuah catatan pribadi mengenai perasaan,
pengamatan, tanggapan, penafsiran, refleksi, firasat, hipotesis dan penjelasan. Catatan
harian tidak hanya melaporkan kejadian tugas sehari-hari, melainkan juga
mengungkapkan perasaan bagaimana rasanya berpartisipasi dalam penelitian tindakan
kelas. Kejadian khusus, percakapan, introspeksi perasaan, sikap, motivasi,
pemahaman waktu, bereaksi terhadap sesuatu, dan kondisi akan membantu
merekonstruksi apa yang terjadi waktu itu. Dalam catatan harian terbagi menjadi dua,
yakni catatan harian guru (peneliti) dan catatan harian siswa. Catatan harian siswa
dapat menjadi sumber informasi tentang apa yang mereka alami dalam penelitian

14
tindakan Kelas. Untuk mendukung suatu pandangan yang dikemukakan atau sebagai
pembuktian sebaiknya diadakan diskusi untuk membandingkan catatan harian guru
dan siswa.
Penulisan catatan harian (diaries) harus selalau dengan menuliskan tanggal
kejadian. Demikian juga dengan hal-hal yang mendetail dari penelitian tindakan kelas,
seperti waktu, pokok bahasan, kalas di mana PTK dilaksanakan sebaiknya dituliskan
pada bagian pendahuluan. Catatan harian guru dan siswa akan berguna juga sebagai
pelengkap atau pembanding dari catatan lapangan (field notes) yang dibuat oleh para
mitra peneliti yang melakukan pengamatan atau observasi.

15
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Teknik pengumpulan data merupakan cara mengambil data dari sumber data. Teknik
pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian karena
tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik
pengumpulan data, peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data
yang ditetapkan. Teknik pengumpulan data yang sering digunakan dalam Penelitian
Tindakan Kelas antara lain observasi, wawancara, angket/kuesioner, catatan lapangan,
dan catatan harian.
Observasi merupakan teknik mengumpulkan data dengan cara mengamati setiap
kejadian yang sedang berlangsung dan mencatatnya dengan alat observasi tentang hal-hal
yang akan diamati atau diteliti. Wawancara adalah percakapan yang dilakukan oleh
pewawancara untuk memperoleh iinformasi dari terwawancara, narasumber atau
informan. Angket atau kuesioner merupakan suatu teknik pengumpulan data secara tidak
langsung (peneliti tidak langsung bertanya jawab dengan responden). Catatan lapangan
merupakan sebuah catatan yang dibuat oleh peneliti yang melakukan pengamatan atau
observasi terhadap subjek atau objek penelitian tindakan kelas berupa bukti otentik
dalam bentuk catatan pokok atau catatan terurai tentang proses apa yang terjadi di
lapangan sesuai dengan focus penelitian yang ditulis secara reflektif dan deskriptif.
Catatan harian atau diaries merupakan sebuah catatan pribadi mengenai perasaan,
pengamatan, tanggapan, penafsiran, refleksi, firasat, hipotesis dan penjelasan. Catatan
harian tidak hanya melaporkan kejadian tugas sehari-hari, melainkan juga
mengungkapkan perasaan bagaimana rasanya berpartisipasi dalam penelitian tindakan
kelas.

3.2 SARAN
Sekian makalah mengenai “Teknik Pengumpulan Data PTK” yang telah kami susun.
Kami menyadari bahwa masih terdapat banyak kesalahan dari segi penulisan maupun isi
makalah. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
untuk dijadikan evaluasi dalam penyusunan makalah selanjutnya. Kami berharap
makalah yang telah kami susun dapat memberikan manfaat bagi penulis maupun para
pembaca.

16
DAFTAR PUSTAKA

Anda Juanda. 2016. “PENELITIAN TINDAKAN KELAS (Classroom Action Research)”.


Yogyakarta: Deepublisher.
Endang Widi Winarni. 2018. Teori dan Praktik Penelitian Kuantitatif Kualitatif Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) Research and Development (R&D). Jakarta: Bumi Aksara.
Husna Farhana, Awiria dan Nurul Muttaqien. t.th. “PENELITIAN TINDAKAN KELAS”. t.tk:
IC Publisher.
Sutoyo. 2021. Teknik Penulisan Penelitian Tindakan Kelas. Surakarta: UNISRI Press.
Wina Sanjaya. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Kencana.

17

Anda mungkin juga menyukai