Anda di halaman 1dari 17

TUGAS TERSTRUKTUR DOSEN PENGAMPU

Bimbingan Konseling Herda Novita Irmayanti, S.Pd.I, M.Pd

Makalah
“Metode Pengumpulan Data Dalam Melakukan Bimbingan Dan Konseling”

Disusun Oleh:

Dina Rusdiana 20010211

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH
SYEKH MUHAMMAD NAFIS
TABALONG
2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum.Wr.Wb.
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami panjatkan puji dan syukur atas kehadirat-Nya yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
meyelesaikan makalah yang berjudul “METODE PENGUMPULAN DATA
DALAM MELAKUKAN BIMBINGAN DAN KONSELING”
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami meyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh kerena
itu, dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik yang
membangun dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah kami di masa
yang akan datang.
Akhir kata kami berharap semoga makalah yang berjudul “METODE
PENGUMPULAN DATA DALAM MELAKUKAN BIMBINGAN DAN
KONSELING” ini dapat memberikan manfaat maupun menambah pengetahuan
serta pengalaman terhadap pembaca. Wassalamualaikum. Wr.Wb.

Tabalong, 2 November 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... i


DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 2
C. Tujuan Masalah .......................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................... 3
A. Metode-metode pengumpulan data dalam bimbingan konseling.................. 3
B. Teknik menganalisis data............................................................................ 4
BAB II PENUTUP ............................................................................................... 13
Kesimpulan............................................................................................................ 13
DAFTAR PUSTAKA

ii
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bimbingan konseling merupakan proses bantuan untuk peserta didik baik
individu/ kelompok agar mandiri dan berkembang secara optimal dalam hubungan
pribadi, sosial, belajar, karier, melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan
pendukung atas dasar norma-norma yang berlaku. Tujuan bimbingan konseling
yaitu membantu siswa dalam mengembangkan potensinya secara optimal.
Pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah sangat diperlukan karena setiap
siswa di sekolah dapat dipastikan memiliki masalah, baik masalah pribadi maupun
masalah dalam belajarnya, dan setiap masalah yang dihadapi masing-masing
siswa sudah pastilah berbeda.
Sekolah merupakan tempat melahirkan insan-insan yang sempurna untuk diri,
bangsa, negara dan agama. Sekolah juga merupakan tempat mendidik dan
membentuk jati diri siswa agar nantinya bisa mengembangkan ilmunya di
lingkungan masyarakat dan sekolah merupakan lembaga yang juga turut
bertanggung jawab pada siswa yang membutuhkan motivasi belajar. Sekolah
memiliki tanggung jawab yang besar untuk membantu siswa agar berhasil dalam
belajar. Ketika siswa memiliki masalah dalam belajarnya, dalam kondisi seperti
ini bimbingan konseling diperlukan dan yang bertanggung jawab atas program
bimbingan konseling di sekolah adalah guru BK bukan guru (pengajar) karena
pengajar terikat oleh materi, tujuan pengajaran dalam kurikulum yang harus
diselesaikan.
Data juga diperlukan sebagai untuk memahami siswa dengan sebaik-baik
mungkin, dengan itu kita perlu mengumpulkan data yang lengkap dan akurat
tentang individu, disini kita dapat melakukan berbagai usaha yaitu dengan metode
observasi, metode kuesioner, wawancara, sosiometri, tes,dan studi kasus.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja metode-metode dalam pengumpulan data BK?
2. Bagaimana teknik menganalisis data yang dikumpulkan?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui metode-metode dalam pengumpulan data BK.
2. Untuk mengetahui teknik menganalisis data yang dikumpulkan.

2
3

BAB II
PEMBAHASAN

A. Metode-metode pengumpulan data dalam bimbingan konseling


1. Observasi
Observasi adalah mengamati dan mencatat sistematika fenomena yang akan
diteliti dengan melakukan pengamatan secara langsung terhadap gejala-gejala
dan peristiwa yang terjadi dilapangan.1
Dengan demikian, peneliti mendapatkan data dengan pengamatan langsung
dalam kegiatan keseharian, kemudian mencatatnya sesuai dengan fakta yang
terjadi. Dengan cara ini peneliti akan mendapatkan data akurat yang sangat
diperlukan dalam penelitian. Disamping itu peneliti mengadakan pengamatan
secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang sedang diselidiki.
Bagi penulis sebagai observer bertugas melihat, mengungkapkan serta
membaca dalam momen-momen tertentu dengan memisahkan antara yang
diperlukan dengan yang tidak diperlukan. Disini observer mengamati dan
mencatat hasil dari setiap observasi yang dilakukan antara lain tentang perilaku
agresif siswa di sekolah/madrasah.
Metode observasi terbagi menjadi 2 macam, yaitu:
a. Observasi langsung Yaitu pengamatan dan pencatatan dengan sistematika
terhadap gejala yang tampak pada obyek penelitian. Jadi teknik observasi
ini digunakan untuk mengamati secara langsung pelaksanaan dalam
mengatasi perilaku agresif siswa panti melalui bimbingan kelompok.
b. Observasi tidak langsung Yaitu observasi yang dilakukan dengan
menggunakan bantuan alternative, seperti dokumen tentang sarana dan
prasarana, dan lain-lain.
Observasi atau pengamatan/penilaian di lakukan peneliti setiap kali
kegiatanbimbingan di laksanakan. Observasi di lakukan dengan cara mengamati
gejala-gejala yang tampak dari aspek-aspek yang hendak diteliti. Young

1
Mardalis, Metodologi Penelitian (Jakarta : Bumi Aksara, 1995) hal. 63
menyatakan: “observation is systematic and deliberate study through the eye of
spontaneous occurrrences at they occure”. Artinya: observasi adalah studi yang
disengaja dan sestematis dengan menggunakan (alat indra) mata tentang kejadian
secara spontan. Memperhatikan uraian di atas dapat di pahami bahwa teknik
observasi sangat memperhatikan aspek kejelian pengamatan dan ingatan peneliti.
2. Kuesioner (Angket)
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang di lakukan dengan cara
memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk
di jawab. Kuesioner atau angket merupakan teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan mengadakan komunikasi dengan sumber data. Jika dalam
wawancara dilakukan dengan komunikasi lisan maka dalam angket komunikasi
tersebut di lakukan secara tertulis. Data yang ingin dikumpulkan di jabarkan
dalam bentuk pertanyaan tsecara tertulis pula, seperti halnya dalam wawancara
angket pun dapat bersifat langsung atau tidak langsung.
3. Wawancara
Wawancara adalah cara untuk menggali informasi, pemikiran, gagasan, sikap
dan pengalaman para pakar dan praktis. Wawancara tatap muka di lakukan secara
langsung antara peneliti dan narasumber secara dialogis, tanya jawab, diskusi dan
melalui cara lain yang dapat memungkinkan diperolehnya informasi yang utama
untuk mendeskripsikan pengalaman informan. Penggunaan teknik wawancara
dalam pengumpulan data penelitian dimaksud untuk menggali berbagai informasi
yang berkenaan dengan masalah penelitian. Wawancara luwes (Menarik), terbuka
dan terstruktur sehingga memungkinkan peneliti mengembangkan pertanyaan-
pertanyaan secara mendalam dengan rumusan kata-kata yang disusun sendiri
dengan maksud dan tujuan penelitian.
Menurut Sutrisno Metode wawancara adalah yaitu suatu cara pengumpulan
data dengan cara tanya jawab secara sepihak yang dikerjakan secara sistematis
dengan landasan tujuan penelitian. 2 Metode ini digunakan untuk mengetahui
secara langsung bagaimana pelaksanaan dalam mengatasi perilaku agresif siswa
melalui bimbingan kelompok.

2
Sutrisno Hadi, Metodologi Risearch, ( Yogyakarta: Andi Offset, 1991), hal. 193

4
4. Sosiometri
Sosiometri adalah suatu metode untuk mengumpukan data tentang pola dan
struktur hubungan antara individu-individu dalam suatu kelompok. Metode
sosiometri ini mula-mula dikembangkan oleh Moreno dan Jenning. Metode ini
didasarkan atas postulat-postulat bahwa kelompok mempunyai struktur yang
terdiri dari hubungan-hubungan interpersonal yang kompleks. Hubungan-
hubungan ini dapat diukur secara kuantitatif maupun secara kualitatif. Posisi tiap-
tiap individu di dalam struktur kelompoknya dan hubungannya yang wajar
dengan individu yang lain dapat diukur dengan metode ini3
Metode sosiometri memegang peranan yang penting dalam pengukuran
hubungan sosial. Dengan sendirinya setiap hubungan antara individu dengan
individu lainnya kita batasi dalam hubungan tertentu seperti hubungan dalam
kelas, atau dalam kelompok-kelompok kegiatan lainnya.
Metode sosiometri ini mencoba untuk menemukan individu dalam situasi
dimana mereka secara spontan mengungkapkan hubungannya. Sosiometri
dibedakan atas tiga tipe yaitu: tipe nominatif (nomination), tipe skala bertingkat
(rating scale), dan tipe siapa dia (who’s who). Berikut ini akan dibicarakan secara
berturut-turut masing-masing tipe tersebut.4
a. Sosiometri tipe nominative
Dalam tipe ini kepada setiap individu dalam suatu kelompok ditanyai,
siapa-siapa kawan yang disenangi atau tidak disenangi untuk diajak
melakukan suatu aktifitas tertentu, atau siapa kawannya dalam suatu pola
hubungan tertentu. Pilihan itu harus ditulis berurutan dari pilihan pertama
(paling disenangi), pilihan kedua dan seterusnya.
Dengan hanya memperhatikan tabulasi arah pilih saja kita belum dapat
mengetahui struktur hubungan para siswa secara jelas. Untuk mengetahui
struktur hubungan para siswa secara jelas perlu dibuatkan gambaran
tentang struktur hubungan tersebut. Gambaran tentang pola atau struktur
hubungan suatu kelompok disebut sosiogram

3
Wayan Nurkancana, Pemahaman Individu, (Surabaya: Usana Offset Printing, 1993), hal. 108
4
Wayan Nurkancana, Pemahaman Individu…, hal. 109

5
b. Sosiometri tipe skala bertingkat
Dalam tipe ini disediakan sejumlah statemen yang disusun secara
bertingkat, yaitu dari statemen yang menyatakan hubungan yang paling
dekat, sampai dengan statemen yang menyatakan hubungan paling jauh.
Dalam setiap statemen kepada individu diminta untuk mengisi nama salah
seorang temannya yang hubungannya sesuai dengan dinyatakan oleh
statemen tersebut.
c. Sosiometri tipe siapa dia (who’s who)
Dalam tipe ini disediakan sejumlah statemen tentang sifat-sifat
individu. Sebagian dari statemen tersebut mengungkapkan sifat yang
positif dan sebagian lagi mengungkapkan sifat yang negatif. Kepada
masing-masing anggota kelompok disuruh memilih kawannya yang
mempunyai sifat yang cocok dengan yang diungkapkan oleh statemen
tersebut.
Sosiometri tipe siapa dia sering juga disebut tipe terkalah/tebaklah dia
(guess who). Dan karena pada tiap statemen ada kemungkinan pilihan
lebih dari seorang maka tipe ini sering juga disebut tipe siapa mereka (who
are they).
Metode sosiometri memberi jalan untuk mengetahui struktur kelompok yang
tidak dapat dilihat dengan metode lain. Metode ini dapat menjelaskan hubungan
sosial didalam kelompok secara grafis, sehingga dapat dilihat dengan mudah. Data
yang dikumpulkan dengan metode ini dapat diperoleh secara terpisah, dan dapat
dikomparasikan. Pengukuran kembali dalam jarak waktu tertentu memungkinkan
kita untuk mengadakan evaluasi tentang perkembangan pola hubungan para siswa
di dalam kelasnya.
Kegunaan yang penting dari sosiometri dalam garis besarnyaadalah sebagai
berikut:
a. Untuk memperbaiki struktur hubungan sosial para siswa didalam kelasnya.
b. Memperbaiki penyesuaian hubungan sosial siswa secara individual.
c. Mempelajari akibat-akibat praktik sekolah terhadap hubungan sosial
dikalangan siswa

6
d. Mempelajari mutu kepemimpinan dalam situasi yang bermacam macam.
e. Menemukan norma-norma pergaulan antar siswa yang diinginkan dalam
kelompok atau kelas bersangkutan5
Metode sosiometri merupakan metode prngumpulan data yang makin banyak
digunakan. Walaupun demikian metode ini hendaknya digunakan secara hati-hati.
Item-item sosiometri dapat memberikan efek yang kurang baik terhadap beberapa
siswa. Metode ini dapat menyadarkan bahwa dirinya terpencil dan tidak disenangi
oleh teman-temannya yang sebelumnya tidak disadari.
5. Tes
Dalam pelayanan bimbingan dan konseling, pada umumnya tes yang
digunakan untuk memperoleh data klien adalah tes inteligensi, tes bakat, tes
kepribadian (minat, kecenderungan kepribadian), dan tes prestasi belajar. Hasil
tes akan mempunyai makna sebagai informasi bagi klien jika tes tersebut
dianalisis dan dinterpretasi, dalam arti tidak hanya berhenti pada penyajian sekor
yang diperoleh seorang klien. Untuk kepentingan konseling, hasil tes dapat
digunakan sebelum konseling, pada saat proses konseling, dan setelah konseling
sebagaimana dikatakan oleh Super dan Bordin . Pada tahap sebelum konseling
hasil informasi tes digunakan konselor sebagai bahan pertimbangan:
a. menentukan jenis layanan apakah yang akan diberikan konselor kepada
klien
b. untuk menentukan fokus masalah yang dialami klien
c. sebagai salah satu bahan diagnosis dari proses yang berkesinambungan dan
dipadukan dengan hasil analisis yang lain, misalnya informasi dari teknik non
testing : observasi, wawancara, sosiometri, kuesioner
6. Studi kasus
Studi kasus yang di kenal tertua adalah suatu catatan tentang penempatan anak,
yang diperkirakan di buat kira-kira pada tahun 4000 SM. Salah satu
perkembangan yang paling penting dari metode studi kasus adalah dalam
lapangan hukum. Studi kasus dimulai di hardvard school kirs-kirs tahun 1970

5
Wayan Nurkancana, Pemahaman Individu…, hal. 125

7
sebagai suatu alat untuk melatih siswa-siswa untuk memikirkan tentang prinsip-
prinsip yang fundamentil6
Menurut Kartono dan Gulo dalam kamus psikologinya, menyebutkan 2 (dua)
pengertian tentang Studi kasus (Case Study) pertama Studi kasus merupakan
suatu penelitian (penyelidikan) intensif, mencakup semua informasi relevan
terhadap seorang atau beberapa orang biasanya berkenaan dengan satu gejala
psikologis tunggal. Kedua studi kasus merupakan informasi-informasi historis
atau biografis tentang seorang individu, seringkali mencakup pengalamannya
dalam terapi.
Terdapat istilah yang berkaitan dengan case study yaitu case history atau
disebut riwayat kasus, sejarah kasus. Case history merupakan data yang terimpun
yang merekonstruksikan masa lampau seorang individu, dengan tujuan agar
orang dapat memahami kesulitan kesulitannya yang sekarang. serta
menolongnya dalam usaha penyesuaian diri.
Berikut ini definisi studi kasus dari beberapa pakar dalam Psikologi dan
Bimbingan Konseling, yaitu;
a. Menurut WS. Winkel (1995) dalam artikel yang ditulis oleh Obed Agung
Nugroho Studi kasus adalah suatu metode untuk mempelajari keadaan dan
perkembangan seorang murid secara mendalam dengan tujuan membantu
murid untuk mencapai penyesuaian yang lebih baik.
b. Obed Agung Nugroho juga menyebutkan bahwa menurut Dewa Ketut
Sukardi (1983). Studi kasus adalah metode pengumpulan data yang
bersifat integrative dan komprehensif. Integrative artinya menggunakan
berbagai teknik pendekatan dan bersifat komprehensif yaitu data yang
dikumpulkan meliputi seluruh aspek pribadi individu secara lengkap.
c. Sedangkan menurut Kasie dan Hermien studi kasus dalam pelayanan
bimbingan merupakan metode untuk mempelajari keadaan dan
perkembangan seorang siswa secara lengkap dan mendalam, dengan

6
E. J. I. Kasie-Worung dan Hermien Laksmiwati, Mencermati Masalah Keterampilan
Melaksanakan Studi Kasus Wujud Kinerja Konselor Sekolah (Unesa Uneversity Press: Surabaya.
2005), hal. 1

8
tujuan untuk memahami individualitas siswa dengan baik dan
membantunya dalam perkembangan selanjutnya
Dari penjelasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa studi kasus adalah
metode atau teknik yang digunakan untuk mempelajari seorang individu secara
mendalam guna guna membantunya dalam perkembangan yang lebih baik. Jadi
berdasarkan pembahasan di atas dapat dikatakan bahwa studi kasus adalah suatu
studi atau analisa yang bersifat integratif dan komprehensif dengan menggunakan
berbagai teknik. Integratif artinya menggunakan berbagai pendekatan, dan bersifat
komprehensif artinya data yang dikumpulkan meliputi seluruh aspek pribadi
individu secara lengkap. Bahan dan alat mengenai gejala atau ciri-
ciri/karakteristik berbagai jenis masalah atau tingkah laku menyimpang, baik
individu maupun kelompok
Analisa itu mencakup aspek-aspek kasus seperti jenis, keluasan dan kedalaman
permasalahannya, latar belakang masalah (diagnosis) dan latar depan (prognosis),
lingkungan dan kondisi individu/kelompok dan upaya memotivasi terungkapnya
masalah kepada guru pembimbing (konselor) sebagai orang yang mengkaji kasus.
Data yang telah didapatkan oleh konselor kemudian dinvertaris dan diolah
sedemikian rupa hingga mudah untuk diinterpretasi masalah dan hambatan
individu dalam penyesuaiannya.
Studi kasus memiliki ciri-ciri antara lain: mengumpulkan data yang lengkap,
bersifat rahasia, terus menerus (kontinu) secara ilmiah dan diperoleh dari berbagai
pihak.

B. Teknik menganalisis data


Analisa Data adalah mengorganisasikan dan mengurutkan data kedalam pola,
kategori, dan satuan uraian dasar, sehingga dapat ditemukan tema, serta dapat
dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.7 Analisa data adalah

7
Hadari Nawawi,Metode Penelitian Bidang Sosial,(Yogyakarta: Gadjah Mada University,
1987), hal. 11

9
proses pengatur urutan data, mengorganisasikanya ke dalam suatu pola, katagori,
dan satuan uraian dasar.8
Untuk menganalisa data yang diperoleh, maka alangkah baiknya
menggunakan teknis analisa data deskriptif kualitatif, yang digunakan untuk
menganalisa data, baik data dari hasil observasi, interview, maupun dokumentasi,
dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul
dari sekolah/madrasah guna memperoleh bentuk nyata dari responden.
Dalam penelitian ini peneliti memberikan gambaran secara menyeluruh tentang
pelaksanaan dalam mengatasi perilaku agresif siswa melalui bimbingan
kelompok. Adapun gambaran hasil penelitian tersebut ditelaah, dikaji, dan
disimpulkan sesuai dengan tujuan dan kegunaan penelitian. Dalam memperoleh
kecermatan, ketelitian dan kebenaran.
Dalam teknik analisis data yang digunakan mengikuti langkah-langkah sebagai
berikut:
1. Reduksi Data (Editing Data)
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu maka
perlu dicatat secara teliti dan rinci. Seperti telah dikemukakan, semakin lama
peneliti ke lapangan, maka jumlah data akan semakin banyak, kompleks dan
rumit. Untuk itu perlu segera dilakukan analisis data melalui reduksi data.
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal- hal yang pokok, memfokuskan
pada hal- hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang
telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah
peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila
diperlukan.
Data yang diperoleh dari lapangan ditulis/diketik dalam bentuk uraian atau
laporan yang terinci. Laporan ini akan terus menerus bertambah dan akan
menambah kesulitan bila tidak dianalisis sejak mulanya. Laporanlaporan itu perlu
direduksi, dirangkum, dipilih hal-hal yang pokok, difokuskan pada hal-hal yang
penting, dicari tema atau polanya. Jadi laporan lapangan sebagai bahan “mentah”

8
Afifudin & Beni Ahmad Saebani, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Pustaka Setia,
2009), hal. 145

10
ditingkatkan, direduksi, disusun lebih sistematis sehingga lebih mudah
dikendalikan. Data yang direduksi memberi gambaran yang lebih tajam tentang
hasil pengamatan, juga mempermudah peneliti untuk mencari kembali data yang
diperoleh bila diperlukan. Reduksi dapat pula membantu dalam memberikan kode
kepada aspek-aspek tertentu.9
2. Penyajian Data
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data.
Dalam penelitian kualitatif penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian
singkat, bagan, hubungan antar kategori dan sejenisnya. Dengan penyajian data,
maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja
selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut.
Dalam prakteknya tidak semudah ilustrasi yang diberikan, karena fenomena
sosial bersifat kompleks, dan dinamis, sehingga apa yang ditemukan pada saat
memasuki lapangan dan setelah berlangsung agak lama di lapangan akan
mengalami perkembangan data. Untuk itu maka peneliti harus selalu menguji apa
yang telah ditemukan pada saat memasuki lapangan, bila setelah lama memasuki
lapangan ternyata hipotesis yang dirumuskan selalu didukung oleh data pada saat
dikumpulkan di lapangan, maka hepotesis tersebut terbukti. Bila pola- pola yang
ditemukan telah didukung oleh data selama penelitian, maka pola tersebut sudah
menjadi pola yang baku yang tidak lagi berubah. Pola tersebut selanjutnya
didisplaykan pada laporan akhir penelitian
3. Mengambil Kesimpulan (penganalisaan data)
Langkah ke tiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles and Huberman
adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan
masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti- bukti
yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Apabila
kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti- bukti valid
dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka
kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan kredibel ( hasil penelitian
yang dapat diterima atau dipercaya).

9
S.Nasution, Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif, (Bandung: Tarsito, 1988), hal. 129

11
Dengan demikian kesimpulan dalam penelitian kualitatif dapat menjawab
rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal. Dan rumusan masalah dalam
penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah
penelitian berada di lapangan dan temuan dapat berupa gambaran suatu obyek
yang masih remang-remang sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa
hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori. 10 Jadi analisis adalah
kegiatan kontinu dari awal sampai akhir.

10
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2009) ,
hal. 253

12
13

BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Dalam makalah ini sudah disebutkan dan dijelaskan mengenai berbagai macam
metode-metode dalam pengumpulan data yang dapat dilakukan oleh konselor
diantaranya: a) metode observasi (pengamatan secara langsung), b) metode
kuesioner (pertanyaan atau pernyataan tertulis, c) wawancara, d) sosiometri, e)
tes, dan f) studi kasus.
Analisa Data adalah mengorganisasikan dan mengurutkan data kedalam pola,
kategori, dan satuan uraian dasar, sehingga dapat ditemukan tema, serta dapat
dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data. Analisa data adalah
proses pengatur urutan data, mengorganisasikanya ke dalam suatu pola, katagori,
dan satuan uraian dasar. Dalam menganalisis data terdapat beberapa langkah-
langkah yang dapat dilakukan mulai dari Reduksi Data (Editing Data), Penyajian
Data, hingga Mengambil Kesimpulan (penganalisaan data).
DAFTAR PUSTAKA

Afifuddin, B. A. S., & Saebani, B. A. 2009. Metodologi penelitian


kualitatif. Bandung: Pustaka Setia.
Hadi, Sutrisno. 1991. "Metodologi research III." Yogyakarta: Andi Offset
Mardalis. 1995. Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Andi Offset
Nasution, S. 1988. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito
Nawawi, H. H. 2005. Metode penelitian bidang sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada
University
Sugiyono, M. P. P., & Kuantitatif, P. 2009. Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta. Cet. Vii.Nasution,
Wayan, N. 1993. Pemahaman Individu. Surabaya: Usaha Offset Printing.
Worung, E.J.I & Hermien Laksmiwati. 2005. Mencermati Masalah Keterampilan
Melaksanakan Studi Kasus Wujud Kinerja Konselor Sekolah. Unesa
Uneversity Press: Surabaya

Anda mungkin juga menyukai