Anda di halaman 1dari 30

METODOLOGI PENELITIAN

Menentukan Subjek Penelitian


Makalah Ini Dibuat Untuk Memenuhi Salah SatuTugas
Mata Kuliah Metodologi Penelitian

Kelas/Semester:
PAI J/5 (Lima)
Disusun Oleh:
Diah Irdiyana Rizqi (2111010030)
Nadya Ranialini (2111010101)
Rahma Meilani Putri (2111010118)

Dosen Pengampu: Dr. Sunarto, S.Pd., M.Pd.I

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN RADEN INTAN LAMPUNG
TAHUN 2023 M / 1444 H
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT yang atas rahmat-Nya dan
karunianya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Adapun tema
dari makalah ini adalah “Metodologi Penelitian”.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada dosen mata kuliah Metodologi Penelitian yang telah memberikan tugas kepada
kami. Kami juga ingin mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang turut
membantu dalam pembuatan makalah ini.
Kami jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, keterbatasan waktu dan
kemampuan kami, maka kritik dan saran yang membangun senantiasa kami harapkan.
Semoga makalah ini dapat berguna bagi saya pada khususnya dan pihak lain yang
berkepentingan pada umumnya.

Bandar Lampung, 27 September 2023

Kelompok 10

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................... 1

C. Tujuan Penulisan ............................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 3

A.Pengertian Subjek Penelitian............................................................ 3


B. Penentuan Subjek dan Objek Penelitian .......................................... 3
C. Populasi Dan Sampel....................................................................... 5
D. Ukuran Sampel Penelitian ............................................................... 22
E. Teknik-teknik Pengambilan Sampel ................................................ 22
BAB III PENUTUP ........................................................................................ 25
A. Kesimpulan .................................................................................... 25
B. Saran ............................................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 26

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Untuk mengetahui sesuatu yang masih asing dan sama sekali baru, seorang
peneliti dapat diumpamakan seperti orang baru yang baru saja tiba dikota atau
negara baru. Semuanya tampak asing, mau pergi kemana tidak tahu letaknya,
padahal mungkin jaraknya dekat dan banyak kendaraan seperti taksi, bus, becak,
dan sepeda tetapi tidak tahu menggunakan kendaraan atau alat transfortasi yang
ada. Banyak dan sering dijumpai orang-orang lewat disekitarnya, mau bertanya
juga kurang berani karena mungkin beda budaya, beda kepentingan, dan
mengganggu kesibukan orang lain dengan orang-orang yang ada disekitar tempat
tersebut. Banyak kenalan ditempat tinggal yang lama tetapi jauh tempat tinggalnya
dan tidak tahu nomor telepon untuk menghubunginya. Orang lain juga disekitarnya
juga menganggap asing pula terhadap dia. Dia memerlukan bantuan agar dapat
memecahkan masalah keterasingannya tersebut. Tetapi siapa dan kemana agar
memperoleh informasi yang sesuai dengan apa yang diinginkan dari kita?
Untuk dapat memecahkan masalah tersebut kita harus mengetahui ilmu atau
metodologinya, dalam makalah ini akan kita bahas tentang komponen atau langkah
awal penelitian yaitu menentukan subyek dan obyek penelitian, karena apabila kita
ingin meneliti sesuatu terlebih dahulu kita menentukan subyek dan obyeknya kalau
kita sudah menentukan subyek dan obyeknya maka kita memperoleh jawaban
terhadap apa yang akan kita teliti dan mendapatkan jawaban dengan keinginan kita.

B. Rumusan Masalah
1.Apa Pengertian Subjek Penelitian?
2. Apa Penentuan Subjek dan Objek Penelitian?

1
3. Apa Populasi Dan Sampel?
4. Apa Ukuran Sampel Penelitian?
5. Apa Teknik-teknik Pengambilan Sampel?

C.Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui Pengertian Subjek Penelitian.
2. Untuk mengetahui Penentuan Subjek dan Objek Penelitian.
3. Untuk mengetahui Populasi Dan Sampel.
4. Untuk mengetahui Ukuran Sampel Penelitian.
5. Untuk mengetahui Teknik-teknik Pengambilan Sampel.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A Pengertian Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah individu, benda, atau organisme yang dijadikan


sumber informasi yang dibutuhkan dalam pengumpulan data penelitian. Istilah lain
yang digunakan untuk menyebut subjek penelitian adalah responden, yaitu orang yang
memberi respon atas suatu perlakuan yang diberikan kepadanya. Dikalangan peneliti
kualitatif, istilah responden atau subjek penelitiaan disebut dengan informan, yaitu
orang yang member informasi tentang data yang diinginkan peneliti berkaitan dengan
penelitian yang sedang dilaksanakannya. Subjek penelitian adalah sesuatu yang diteliti
baik orang, benda, ataupun lembaga (organisasi). Subjek penelitian pada dasarnya
adalah yang akan dikenai kesimpulan hasil penelitian. Di dalam subjek penelitian inilah
terdapat objek penelitian Memilih Calon Subjek Penelitian

Apabila peneliti telah berhasil menyimpulkan bahwa penelitiannya dapat


dilaksanakan di daerah tertentu, maka langkah selanjutnya adalah menata lahan. Dalam
hal ini peneliti menyiapkan subjek penelitian. Langkah penyiapan lahan ini dilakukan
agar segala sesuatu yang diinginkan sudah siap. Peneliti sendiri sudah siap dengan
instrumen. Kini data yang akan dikumpulkan dengan instrumen sudah diambang pintu
karena sudah menempel pada subjek penelitian yang sudah disiapkan.

B. Penentuan Subjek dan Objek Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, pemilihan subjek penelitian dapat menggunakan


criterion-based selection (Muhajir,1993), yang didasarkan pada asumsi bahwa subjek
tersebut sebagai aktor dalam tema penelitian yang diajukan. Selain itu penentuan dalam
informan, dapat digunakan model snowball sampling. Metode ini digunakan untuk
memperluas subjek penelitian. Hal lain yang harus diketahui bahwa dalam penelitian

3
kualitatif, kuantitas subjek ukanlah hal utama sehingga pemilihan informan lebih
didasari pada kualitas informasi yang terkait dengan tema penelitian yang diajukan.

Berbeda dengan penelitian kuantitaif pada kegiatan pengumpulan data mutlak


dilakukan terlebih dahulu dibandingkan kegiatan analisis data, sedangkan dalam desain
kuantitatif, kedua kegiatan ini bisa saling mengisidan sejalan, meski juga dapat
dilakukan secara terpisah. Dalam penelitian kuantitatif, penentuan memang sudah sejak
awal dilakukan sejak awal, yaitu saat peneliti mulai membuat rancangan penelitian
(proposal penelitian). Dalam proses dilapangan, untuk menentukan siapa yang akan
dikenai perlakuan (treatment), akan digunakan teknik sampling yang sesuai dengan
kondisi subjek dan lebih penting lagi dapat menjadi wakil populasi yang akan
digeneralisasikan.

Penentuan subjek penelitian dapat dilakukan dengan cara populasi atau sampel.
Cara populasi dilakukan apabila pengambilan subjek penelitian meliputi keseluruhan
populasi yang ada. Sementara itu, cara sampel adalah pengambilan subjek penelitian
dengan cara menggunakan sebagian dari populasi yang ada.

Penelitian kulitatif, biasanya tidak pernah menggunakan sampel (cuplikan)


sebagai subjek penelitiannya karena dalam penelitian kualitatif, jumlah subjek yang
menjadi informannya biasanya relatif lebih sedikit dibandingkan dengan penelitian
kuatitatif. Meski demikian, untuk menetukan informan ini, si peneliti kualitatif harus
memiliki kriteria terrtentu yang dapat memperkuat alasan pemilihan seseorang untuk
menjadi subjek penelitiannya. Inilah mengapa dalam penelitian kualitatif kerap
mempergunakan teknik purposive sebagai cara untuk menentukan subjek
penelitiannya.

Objek penelitian adalah sifat keadaan dari suatu benda, orang, atau yang
menjadi pusat perhatian dan sasaran penelitian. Sifat keadaan dimaksud bisa berupa
sifat, kuantitas, dan kualitas yang bisa berupa perilaku, kegiatan, pendapat, pandangan

4
penilaian, sikap pro-kontra, simpati-antipati,keadaan batin, dan bisa juga berupa
proses.

Cara menetukan objek penelitian.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan berkenaan dengan objek penelitian


(Ratna, 2010: 16), yaitu sebagai berikut:

1. Objek penelitian harus sesuai dengan latar belakang kita (peneliti), baik latar
belakang sosial maupun akademis (khusus untuk penelitian individual).
2. Objek harus merupakan bagian yang tak terpisahkan dari peneliti sehingga penelitian
menjadi menarik.
3. Jangan meneliti atau mengkaji bidang penelitian orang lain. Alasannya, selain
melanggar etika akademis, nantinya juga dianggap tidak memiliki kompetensi terhadap
bidang bersangkutan.
4. Objek penelitian, besar atau kecil ada di sekitar kita, di sekitar kehidupan manusia.
5. Objek penelitian disarankan jangan berada di tempat kerja atau tempat berdomisili
karena sangat sulit untuk mendapatkan objektivitas.

Dari definisi diatas dapat diambil simpulan bahwa objek penelitian adalah suatu
sasaran ilmiah dengan tujuan dan kegunaan tertentu untuk mendapatkan data tertentu
yang mempunyai nilai, skor atau ukuran yang berbeda.1

C. Populasi Dan Sampel

Penentuan subjek penelitian dapat dilakukan dengan populasi dan sampel. Cara
populasi dilakukan apabila pengambilan subjek penelitian meliputi keseluruhan
populasi yang ada. Cara sampel adalah pengambilan subjek penelitian dengan cara
menggunakan sebagian dari populasi yang ada. Penelitian kualitatif kerap

1
Dartiningsih, B. E. GAMBARAN UMUM LOKASI, SUBJEK, DAN OBJEK PENELITIAN. Buku
Pendamping Bimbingan Skripsi, 129.

5
mempergunakan teknik purposive sebagai cara untuk menentukan subjek
penelitiannya.

Sampel penelitian adalah sebagian dari "anggota" populasi penelitian yang


terhadapnya pengumpulan data dilakukan. Hasil pengumpulan data dari sampel
tersebut kemudian diberlaku umumkan (digeneralisasikan) kepada seluruh anggota
populasi.

Sampel subjek penelitian: Jika anggota populasi banyak sekali. biasanya yang
akan ditanyai (diteliti secara langsung) tentulah tidak semuanya, karena terlampau
memakan waktu, energi dan biaya. Jadi, yang akan diteliti hanyalah sebagian dari
mereka. Sebagian anggota populasi yang diteliti dari seluruh anggota populasi itu
disebut sebagai sampel penelitian.

Sampel Objek Penelitian Contoh peristiwa pengambilan sampel dari populasi


objek penelitian adalah mengetes hasil belajar siswa sejak kelas pertama sampai kelas
akhir suatu jenjang pendidikan (SD, SMTP, SMTA) lewat UNAS atau UAN. Pertama,
dari seluruh mata pelajaran yang harus dikuasai murid hanya beberapa mata pelajaran
yang diteskan (sampel mata pelajaran). Kemudian dari beberapa mata pelajaran
tersebut hanya beberapa butir materinya saja dari sekian banyak butir pengetahuan atau
ilmu yang dipelajari semasa bersekolah

Populasi selalu terkait dengan jumlah atau keseluruhan dari subyek/obyek


yang diteliti. Penentuan populasi tergambar pada judul atau rumusan masalah
penelitian. Misalnya: subyek penelitian adalah siswa pada suatu sekolah, maka
populasinya adalah keseluruhan siswa pada sekolah itu. Kalau judul penelitian hanya
mencantumkan pada kelas tertentu, maka populasinya adalah seluruh siswa pada kelas
itu. Contoh: Studi perbandingan minat belajar siswa kelas V A dan Kelas V B pada
madrasah X, maka yang menjadi populasi adalah keseluruhan siswa pada kedua kelas
tersebut. Penggunaan populasi berlaku bagi penelitian kuantitatif, dan tidak berlaku
bagi penelitian yang bersifat kualitatif. Untuk penelitian kualitatif, digunakan istilah

6
sumber data. Sumber data itu ditentukan berdasarkan kebutuhan dan tujuan penelitian.
Apabila data yang dikumpulkan sudah dianggap cukup (sudah jenuh), maka sumber
data tidak perlu ditambah lagi. Dalam penelitian kualitatif, banyaknya sumber data
ditentukan sampai pada batas jenuh sebuah penelitian atau sudah tidak ditemukan lagi
data baru, sehingga dalam penelitian kualitatif tidak dapat dipastikan jumlah sumber
data yang disiapkan.2

Penggunaan istilah subyek dan obyek penelitian biasanya membingungkan,


khususnya bagi peneliti pemula, terutama para mahasiswa program Strata Satu (S.1).
Istilah subyek penelitian digunakan, karena dialah yang memberikan (subyek) data
kepada peneliti. Sedangkan obyek (sasaran) penelitian adalah apa yang diteliti, dalam
hal ini, yang dimaksud adalah variabel atau fokus yang akan diteliti atau dicari datanya.
Banyak mahasiswa yang keliru ketika ditanya tentang subyek penelitian. Dianggapnya,
bahwa yang menjadi subyek penelitian adalah si peneliti itu sendiri, padahal peneliti
berada di luar proses penelitian itu. Peneliti hanya sebagai pengumpul data, bukan
pemberi data. Sampel diambil apabila populasi dalam jumlah yang besar, dan peneliti
tidak mungkin dapat meneliti seluruh populasi, karena keterbatasan waktu, tenaga, dan
biaya yang dibutuhkan. Apa yang ditemukan atau dipelajari dari sampel kesimpulannya
dapat diberlakukan pada populasi. Itulah sebabnya, pengambilan sampel harus benar-
benar representatif, sehingga benar-benar dapat mewakili/ menggambarkan keadaan
populasi. Mengenai besarnya jumlah sampel, para ahli peneliti tidak sepakat, yang jelas
bahwa semakin besar sampel sebuah penelitian, maka datanya semakin mendekati
kebenaran, dan semakin jauh dari populasi, maka datanya semakin meragukan.
Abustam dkk. (1996), mengatakan bahwa besarnya sampel sebuah penelitian sangat
tergantung pada:

2
Saat, S., & Mania, S. (2020). Pengantar Metodologi Penelitian: Panduan Bagi Peneliti Pemula.
Pusaka Almaida.

7
1. Derajat keragaman sebuah populasi. Semakin homogen sebuah populasi,
semakin kecil sampel yang dibutuhkan. Sebaliknya, semakin heterogen sebuah
populasi, semakin banyak sampel yang dibutuhkan. Misalnya: Meneliti kadar
garam air laut. Air laut memiliki sifat yang sangat homogen, sehingga dengan
mengambil sedikit saja untuk dijadikan sampel sudah cukup. Tetapi jika yang
diteliti itu adalah bermacam-macam air, misalnya ada air laut, air sungai, air
hujan, air kelapa, dsb. maka setiap jenis air itu harus terwakili dalam penelitian.
Dengan demikian, berarti sampel semakin banyak, karena semua jenis air harus
mempunyai sampel.
2. Tingkat presisi (ketelitian) yang dikehendaki atau diharapkan dari penelitian,
semakin tinggi tingkat presisi (ketelitian) yang dikehendaki atau diharapkan
dari sebuah penelitian, semakin banyak sampel dibutuhkan.
3. Rencana analisis. Misalnya peneliti ingin menghubungkan tingkat pendidikan
responden dengan penggunaan alat kontrasepsi. Kalau ingin membagi tingkat
pendidikan responden secara rinci, misalnya belum sekolah, tamat SD, Tamat
SMP, tamat SMA, dan seterusnya, maka semua tingkatan itu harus ada
perwakilannya dalam sampel. Apabila sampelnya sedikit, akan banyak sel-sel
dalam pengolahan data yang kosong, begitu juga untuk perhitungan analisis
statistik yang rumit. Dengan demikian kelihatannya kurang baik, karena banyak
sel yang kosong.
4. Tenaga, biaya, dan waktu. Apabila salah satu dari keempat hal itu yang dialami
oleh peneliti, maka tentu pengambilan sampel menjadi sedikit, yang berarti
bahwa tingkat presisi (ketelitian) sebuah penelitian akan semakin berkurang.

Mengenai besarnya sampel yang harus diambil dalam sebuah penelitian ada
beberapa rumus yang digunakan misalnya rumus yang dikemukakan oleh Isaac dan
Michaelatau monogram yang dikemukakan oleh Herry King(Sugiyono, 2011: 128-
131). Roscoe (1982: 253) dalam Sugiyono (2011:133) memberikan saran tentang
ukuran sampel penelitian sebagai berikut:

8
a. Ukuran sampel dalam penelitian adalah antara 30 – 500.
b. Bila sampel dibagi dalam kategori, (wanita, pria, pegawai negeri-swasta dan
lain-lain, maka jumlah anggota sampel setiap kategori minimal 30.
c. Bila dalam penelitian akan menggunakan analisis dengan multivariate
(korelasi, regresi ganda misalnya), maka jumlah anggota sampel minimal 10
kali dari jumlah variabel yang diteliti. Misalnya variabel penelitiannya ada 5
(independen & dependen), maka jumlah anggota sampel = 5 x 10 = 50.
d. Untuk penelitian eksperimen yang sederhana, yang menggunakan kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol, maka jumlah anggota sampel masing-
masing antara 10 s.d 20.

Dengan demikian, maka ukuran dengan menggunakan persen misalnya 15 persen, 20


persen dan sebagainya, tidak bisa digunakan untuk sebuah populasi yang kecil. Patokan
ini hanya dapat digunakan untuk populasi yang besar.

Suatu hal yang perlu menjadi diingat oleh para peneliti pemula, khususnya bagi para
mahasiswa strata satu (S1) adalah bahwa populasi dan sampel, selalu berbicara tentang
angka/jumlah.

Sampling (Teknik Penarikan Sampel)

Pengambilan sampel secara garis besarnya terdiri atas dua teknik, yaitu secara
random (probability) dan bukan random (non probability). Secara random, yakni teknik
pengambilan sampel dengan cara; semua unsur populasi diberi kesempatan, peluang,
dan kemungkinan yang sama untuk terpilih menjadi sampel dalam penelitian.
Sedangkan non random (nonprobability) adalah teknik pengambilan sampel dengan
tidak memberi peluang atau kesempatan yang sama terhadap semua unsur populasi

9
untuk dipilih menjadi sampel penelitian. Sampel dipilih berdasarkan pertimbangan
peneliti mengenai tujuan yang akan dicapai oleh penelitian itu. 3

Teknik random (probability) digunakan apabila populasi itu homogen atau populasi
sudah tersusun dalam daftar secara sistematis. Jika populasi bersifat heterogen, maka
teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah non random (non probability).

Macam-macam teknik pengambilan sampel dapat dilihat dari diagram di bawah ini:

Probability Sampling (Pengambilan sampel secara random/kemungkinan)

Pengambilan secara random yakni pengambilan sampel yang dilakukan dengan jalan
memberi peluang kepada semua subyek/obyek penelitian untuk terpilih menjadi
sampel mewakili populasinya dalam penelitian. Pengambilan sampel secara random
dapat dilakukan dengan undian, komputer, atau menggunakan tabel bilangan random.
Teknik ini terdiri atas:

3
Wahab, A. (2022). Sampling dalam Penelitian Kesehatan. Jurnal Pendidikan dan Teknologi
Kesehatan, 5(1), 42-49.

10
1). Simpel Random Sampling (teknik random sederhana)

Pada teknik ini, warga populasi (subyek penelitian) tidak dipilah-pilah atau
distratakan terlebih dahulu. Semua warga populasi langsung dipilih secara random.
Peneliti langsung merandom atau mengacak semua warga populasi untuk mendapatkan
sampel sebanyak yang dibutuhkan. Orang yang terpilih melalui proses random itulah
yang akan menjadi sampel. Jika teknik ini yang digunakan, maka setiap anggota
populasi diberi nomor terlebih dahulu sesuai/sejumlah anggota populasi. Hal yang
harus selalu diingat adalah bahwa penggunaan teknik random digunakan apabila
populasi bersifat homogen.

Misalnya, seseorang ingin meneliti siswa yang ada pada sebuah sekolah. Tanpa
memilah siswa berdasarkan kelas dan jenis kelamin, peneliti langsung memilih secara
random seluruh siswa. Siswa yang terpilih melalui proses random itulah yang menjadi
sampel. Kekurangannya adalah, boleh jadi siswa yang terpilih tadi tidak merata pada
semua kelas, dan hanya berasal dari beberapa kelas. Itu berarti ada kelas yang
tidak terwakili dalam penelitian. Itulah sebabnya dalam memilih teknik penarikan
sampel, seorang peneliti harus benar-benar mempertimbangkan unsur representatif
atau keterwakilan semua unsur populasi dalam penelitian.

Jika obyek penelitian berada pada semua kelas, maka sebaiknya random
dilakukan pada setiap kelas, sehingga setiap kelas telah terwakili. Dengan demikian,
peneliti harus beberapa kali mengadakan random, yakni sejumlah kelas yang menjadi
populasi. Dan karena itu peneliti tidak menggunakan simpel random, tetapi teknik lain,
misalnya stratified atau cluster random sampling.

2) Stratified Random Sampling (teknik random atas dasar strata/tingkatan)

Jika cara ini yang akan digunakan, maka populasi distratakan terlebih dahulu.
Strata disesuaikan dengan sifat-sifat atau ciri-ciri yang ada dalam suatu populasi.
Misalnya, kelas 1, 2, 3, dan seterusnya, atau golongan I, II, III, dan seterusnya.

11
Berdasarkan strata tersebut, maka setiap strata harus ada wakilnya dalam penelitian.
Penentuan sampel dilakukan secara random, pada setiap strata, sehingga pengambilan
sampel secara random dilakukakan berulang kali sesuai dengan jumlah strata yang ada
dalam populasi.

Misalnya dalam satu populasi terdiri atas 3 tingkatan/strata, maka:

- Kelas I = 45 orang, sampel yang dikehendaki sebanyak 40 orang


- Kelas II = 50 orang, sampel yang dikehendaki sebanyak 44 orang
- Kelas III = 35 orang, sampel yang dikehendaki sebanyak 32 orang

Untuk mendapatkan jumlah sampel yang dinginkan yaitu 40, 44, dan 32,
dilakukan secara random pada setiap tingkatan, sehingga setiap strata/tingkatan ada
wakilnya sebagai sampel dalam penelitian, dan untuk mendapatkan sampel, dilakukan
secara random, dengan menggunakan salah satu teknik random sampling. Syarat yang
perlu mendapatkan perhatian adalah, populasi/sub populasi harus homogen.

3) Proportionate Stratified Random Sampling (Teknik random atas dasar strata yang
proporsional)

Teknik ini digunakan apabila warga populasi terdiri atas strata-strata, yang
masing-masing memiliki jumlah yang berbeda, sehingga jumlah sampel yang dipilih
secara random berbanding sama dengan jumlah setiap strata dari populasi atau sub
populasi. Misalnya meneliti siswa salah satu SMP yang terdiri atas 3 kelas dengan
jumlah siswa sebanyak 1000 orang, yang tersebar secara tidak merata pada setiap kelas,
yaitu:

- Kelas I : 300 orang


- Kelas II : 340 orang
- Kelas III : 360 orang

Dari jumlah di atas, diketahui bahwa populasi berjumlah 1000 orang.

12
Pertama yang dilakukan adalah menentukan jumlah sampel yang akan dipilih,
misalnya, berdasarkan tabel yang dikemukakan oleh Harry King dengan taraf
signifikansi (kemungkinan benar atau kemungkinan salahnya) yang ditentukan,
misalnya 5%, jumlah sampel yang tetapkan sebanyak 258 orang, maka:

- Kelas I = 300:1000 x 258 = 77,4 = 77orang


- Kelas II = 340:1000 x 258 = 87,72 = 88 orang
- Kelas III = 360:1000 x 258 = 92,88 = 93 orang

Jadi total sampel yang dipilih secara berstrata sebanyak 258 orang.

4) Cluster Random Sampling (Pengambilan sampel atas dasar himpunan/kelompok)

Teknik ini digunakan apabila dalam populasi terdapat kelompok-kelompok


yang mempunyai ciri sendiri-sendiri. Misalnya siswa kelas I terdiri atas putra dan putri,
berasal dari keluarga petani, pedagang, anggota ABRI, dan PNS. Petani, pedagang,
ABRI, dan PNS adalah kelompok, bukan stratifikasi. Dalam pengambilan sampel
subyek setiap kelompok/cluster, dapat dilakukan secara random.

Dalam menggunakan teknik ini, yang pertama dilakukan adalah membagi


populasi atas himpunan-himpunan dimana populasi tersebut menyebar. Dalam hal ini,
yang dirandom terlebih dahulu adalah himpunannya, bukan subyek sampelnya.

Contoh lain, misalnya populasi siswa SMA di satu kota (beberapa SMA). Setiap
SMA terdiri atas kelas I, II, dan III. Setiap kelas memiliki kelas paralel, sehingga akan
ditemukan banyak kelas paralel, baik kelas I, II, dan kelas III, seperti yang terlihat pada
tabel berikut:

13
Dengan demikian, cluster kelas I = 38, kelas II = 40, dan kelas III= 45. Inilah
yang menjadi cluster/himpunan. Jika peneliti ingin merandom untuk mendapatkan
himpunan-himpunan untuk menjadi sampel, bisa dilakukan dengan undian atau
menggunakan tabel bilangan random.

Pelaksanaannya, dapat dilakukan dengan mengambil semua kelompok kelas


sekolah tadi menjadi sampel, kemudian kelas paralel yang dirandom, atau sekolahnya
yang dirandom dan kelas paralel yang ada di dalam sekolah terpilih menjadi kelas
sampel. Selanjutnya siswa yang ada dalam kelas sampel tadi, dijadikan sebagai sampel
subyek penelitian. Dalam pengambilan sampel secara cluster/gugus biasa juga
dilakukan secara gugus bertahap. Misalnya sebagai berikut:

a. Provinsi Sulawesi Selatan terdiri dari 23 kabupaten, dipilih secara random 5


kabupaten sampel.
b. Dari 5 kabupaten, kemudian dipilih lagi secara random tiga kecamatan setiap
kabupaten, yang berarti ada 15 kecamatan sampel.
c. Masing-masing dari 15 kecamatan dipilih lagi secara random masing-masing 1
desa, sehingga ditemukan 15 desa ampel
d. Semua warga pada ke 15 desa sampel dijadikan sebagai sampel penelitian, atau
subyek yang benar-benar datanya diambil.

Dalam mengolah dan menganalisis data, dilakukan secara kelompok, bukan


data individu, sehingga data menggambarkan data cluster/kelompok/gugus, bukan data

14
indivividu. Dengan demikian akan ditemukan bahwa kelompok A misalnya lebih baik
dari kelompok B atau C, dan seterusnya.

b. Nonprobability Sampling (Pengambilan sampel secara bukan random)

Nonprobability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak


memberi kesempatan atau peluang yang sama kepada semua unsur populasi untuk
dipilih menjadi sampel. Penggunaan teknik ini didasarkan pada pertimbangan peneliti
tentang tujuan penelitian yang akan dicapai, yang tentu juga mempertimbangkan
sifat/keadaan populasi4. Teknik ini meliputi:

1) Sampling Sistematis

Sampling sistematis dilakukan apabila populasi telah tersusun dalam daftar


secara sistematis, dengan diberi nomor urut misalnya populasi terdiri atas 100 orang,
berarti nomor yang digunakan adalah nomor 1 sampai 100. Kalau peneliti menetapkan
sampel sebanyak 50 orang, maka ia bisa memilih nomor ganjil saja atau nomor genap
saja, atau menggunakan nomor kelipatan misalnya 2,4,6 dan seterusnya. Contoh dapat
dilihat pada diagram berikut ini:

4
Retnawati, H. (2017, September). Teknik pengambilan sampel. In Disampaikan pada workshop
update penelitian kuantitatif, teknik sampling, analisis data, dan isu plagiarisme (pp. 1-7).

15
Jika menggunakan kelipatan 2 yang diambil ( 2,4,6 dst.), sampai mencapai jumlah
sampel yang diinginkan.

2) Sampling Kuota

Sampling Kuota, adalah teknik pengambilan sampel dari populasi yang telah
dijatahkan sesuai keinginan peneliti. Misalnya, seorang peneliti akan melakukan
penelitian terhadap pegawai golongan II, dan penelitian dilakukan secara berkelompok.
Setelah sampel ditentukan misalnya 50 orang, dan jumlah peneliti sebanyak 5 orang,
maka setiap anggota peneliti memilih sampel secara bebas dengan karakteristik yang
sudah ditentukan (gol. II) sebanyak 10 orang.

Teknik yang dilakukan adalah, pertama-tama menetapkan berapa besar sampel


yang diperlukan. Setelah jatah (kuota) ditetapkan, maka itulah yang dijadikan dasar
untuk mengambil unit sampel yang diperlukan, sampai jumlah kuota yang telah
ditetapkan dapat terpenuhi.

Kasus lain, misalnya peneliti menetapkan kuota/jatah pada setiap kelompok,


umpamanya golongan I sebanyak 10 orang, golongan II sebanyak 30 orang, golongan
III sebanyak 40 orang, dan golongan IV sebanyak 20 orang, sehingga jumlah sampel
yang ditetapkan sebanyak 100 orang yang menyebar pada setiap golongan. Setelah
jatah itu ditetapkan, barulah peneliti mencari sampel sesuai dengan jatah itu.
Pengolahan data dilakukan secara kelompok, bukan gabungan dari data semua
kelompok.

3) Sampling Aksidental

Sampling aksidental adalah teknik penentuan sampel, berdasarkan kebetulan,


yaitu siapa yang kebetulan ditemukan oleh peneliti yang dipandang cocok sebagai
sumber data pada saat pengumpulan data. Teknik ini biasanya dilakukan apabila

16
populasi tidak jelas karakteristiknya, dan tidak ada data pasti tentang keadaan populasi.
Misalnya meneliti tentang tukang becak atau penonton televisi. Tukang becak dan
penonton televisi tidak jelas karakteristiknya. Langkah yang ditempuh dalam
menerapkan teknik ini adalah, pertama-tama menentukan berapa jumlah sampel yang
dibutuhkan, kemudian peneliti mengumpulkan data dari subyek yang kebetulan
ditemukan pada saat penelitian, boleh jadi pada tempat yang berbeda-beda, tetapi
dalam kawasan lokasi penelitian. 5

Contoh: Peneliti menetapkan 50 orang tukang becak. Peneliti turun ke lapangan


dan menemukan :

- Di tempat A ditemukan sebanyak 10 orang


- Di tempat B ditemukan sebanyak 15 orang
- Di tempat C ditemukan sebanyak 5 orang
- Di tempat D ditemukan sebanyak 12 orang
- Di tempat E ditemukan sebanyak 8 orang

Dengan demikian, jumlah 50 orang sampel telah terpenuhi sebagai subyek


penelitian. Peneliti kemudian mengambil data dari sampel yang kebetulan ditemukan
pada saat pengumpulan data. Dengan terpenuhinya data dari sampel tersebut, maka
pengumpulan data dianggap sudah selesai.

4) Purposive Sampling (pengambilan sampel berdasarkan tujuan tertentu)

Purposive sampling adalah teknik penentuan atau pemilihan sampel untuk


tujuan tertentu, atau sampel ditetapkan secara sengaja oleh peneliti. Dalam penentuan
sampel biasanya didasarkan atas kriteria tertentu atau pertimbangan tertentu dari

5
Dharmawansyah, I. (2013). Pengaruh experiential marketing dan kepuasan pelanggan terhadap
loyalitas pelanggan (studi kasus pada Rumah Makan Pring Asri Bumiayu). Management Analysis
Journal, 2(2).

17
peneliti tentang tujuan yang akan dicapai. Jadi, tidak melalui proses pemilihan seperti
yang dilakukan dalam teknik random. 6

Misalnya, seorang mahasiswa meneliti pada suatu sekolah (SMP) yang terdiri
atas 3 kelas. Dengan pertimbangan tertentu, mahasiswa tersebut menetapkan kelas 2
sebagai kelas sampel. Ditetapkannya kelas 2 bukan melalui proses random tetapi
berdasarkan pertimbangan tertentu dari peneliti.

Contoh lain, peneliti ingin mengetahui pandangan tokoh-tokoh agama (ulama)


tertentu (misalnya Muhammadiyah) tentang abortus. Di sini yang jadi sampel adalah
tokoh-tokoh agama (ulama) tertentu, dan peneliti secara sengaja berdasarkan tujuan
serta pertimbangan peneliti menentukan siapa-siapa yang akan dijadikan sampel
penelitian berdasarkan pertimbangan peneliti.

c. Sampling Jenuh

Sampling jenuh lebih populer disebut dengan sensus atau penelitian populasi,
yakni semua anggota populasi dijadikan sampel dalam penelitian. Teknik ini digunakan
apabila populasi dalam suatu penelitian relatif kecil. Menurut sugiyono (1999: 62),
kurang dari 30 orang, atau peneliti ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang
amat kecil. Misalnya: meneliti di suatu sekolah dengan jumlah siswa kurang dari 100,
maka seluruh siswa dijadikan sebagai sumber data.

Jika penelitian populasi/sensus yang digunakan, maka analisis statistik infresial


tidak perlu digunakan, oleh karena penggunaan statistik inferesial itu apabila data
diambil dari sampel dan akan digeneralisasi pada populasi. Karena datanya sudah data
populasi, maka tidak perlu ada generalisasi lagi.

d. Snowball Sampling

6
Firmansyah, D. (2022). Teknik Pengambilan Sampel Umum dalam Metodologi Penelitian: Literature
Review. Jurnal Ilmiah Pendidikan Holistik (JIPH), 1(2), 85-114.

18
Snowball sampling, yaitu teknik penentuan yang awalnya berangkat dari
sampel yang jumlahnya kecil, kemudian membesar, ibarat bola salju yang
menggelinding lama-lama menjadi banyak/membesar jumlahnya.

Misalnya, seorang peneliti mula-mula hanya menetapkan satu atau dua orang
sebagai sampel. Kemudian subyek yang dipilih tadi diminta untuk memilih/mencari
teman-temanya, begitu seterusnya hingga semakin lama, jumlah sampel semakin
banyak, sampai jumlah sampel/sumber data yang dibutuhkan yang dibutuhkan
dianggap cukup.

Penggunaan teknik ini biasanya digunakan apabila peneliti tidak banyak


mengetahui sumber data dalam kasus/lokasi yang diteliti, hingga membutuhkan
bantuan orang lain mencarikan sumber data untuk dijadikan sampel. Misalnya ingin
mengambil data di tempat yang sulit dimasuki, seperti lokalisasi prostitusi, pengguna
obat-obat terlarang, mencari provokator dan sebagainya.

Sebagai gambaran proses penggunaannya, dapat dilihat pada gambar di bawah


ini:

e. Sampling Seadanya

19
Sampling seadanya merupakan pengambilan sampel sebagian dari populasi
berdasarkan seadanya data atau kemudahannya mendapatkan data tanpa
memperhitungkan apapun tentang derajat kerepresentatifannya.

Demikian beberapa jenis sampel dan teknik sampling yang banyak digunakan
dalam penelitian, khususnya penelitian kuantitatif, karena penelitian kualitatif tidak
mengenal adanya sampel. Penelitian kualitatif membutuhkan sumber data, dan di
dalam penentuan sumber data, biasanya peneliti menggunakan teknik purposive yang
didasarkan pada tujuan yang ingin dicapai serta pertimbangan peneliti. Walaupun
demikian, dalam penelitian kualitatif, sumber data dapat dihitung sebagai sampel,
karenan penentuannya ditentukan secara purposive.Ketepatan penentuan sampel
merupakan salah satu syarat tepatnya pemilihan data. Kesalahan penentuan sampel bisa
merusak keseluruhan proses pengumpulan data.

Contoh Subjek dan Objek Penelitian

Pada waktu peneliti merasakan ada sesuatu yang ingin dicari jawabannya
melalui penelitian, atau dengan kata lain peneliti tersebut mempunyai suatu
problematika sehingga harus diteliti, mungkin sekali bahwa peneliti sudah terpikirkan
problematika tersebut ada pada siapa atau untuk subjek yang mana Sebagai contoh
masalah yang akan diteliti oleh peneliti adalah "Apakah pemberian PR setiap hari
berpengaruh terhadap tingkat kebencian siswa pada pelajaran Pendidikan Agama
Islam?"[2] Maka dapat diidentifikasi bahwa:

a) Siswa merupakan subjek dari penelitian ini karena siswa merupakan tempat
variabel melekat, yaitu yang diberi PR setiap hari dan yang diukur benci atu
tidaknya terhadap pelajaran. Siswa merupakan orang tempat variabel berada.
Dalam hal ini siswa dapat diberi pertanyaan langsung tentang variabel yang
diteliti. Disamping sebagai subjek penelitian, siswa juga diposisikan sebagai
responden dalam penelitian ini karena siswa adalah sumber data. Kita dapat
memperoleh data penelitian dari seorang siswa atau beberapa siswa (sampel).

20
b) Guru agama bukan merupakan subjek penelitian karena bukan merupakan tempat
variabel yang diteliti. Akan tetapi guru dapat diartikan bahwa guru merupakan
sumber penelitian tidak langsung karena guru tersebut adalah pihak yang
memberi PR dan mengetahui tentang data variabel. Guru memiliki posisi sebagai
responden karena dapat memberi jawaban atau informasi sehingga peneliti dapat
memperoleh data darinya.
c) Kepala sekolah bukan sebagai subjek penelitian karena kedudukannya diragukan
sebagai responden, sehingga diragukan juga sebagai sumber data.
d) Orang tua siswa bukan subjek, tetapi dapat dijadikan sebag responden dan
sumber data.

Dari contoh-contoh diatas dapat disimpulkan bahwa dalan menentukan subjek,


responden, dan sumber data penelitian bukan merupakan pekerjaan yang mudah.
Dengan mencoba men- pertimbangkan kedudukan masing-masing pihak untuk
variabel hubungan antara pemberian PR setiap hari dengan kebencian siswa terhadap
pelajaran Pendidikan Agama Islam, urutan kejelasan dari subjek penelitian, responden,
dan sumber data adalah sebagai berikut:
1. Siswa
2. Guru PAI:subjek, responden, dan sumber data:responden dan sumber data
3. Orang tua siswa : responden dan sumber data.
4. Kepala sekolah lebih baik tidak diambil sebagai responden maupun sumber data,
karena diragukan pengetahuannya tentang data yang dimaksudkan pada topik.

Sedangkan objek penelitian dari contoh di atas adalah kebencian siswa terhadap
mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dikarenakan mendapatkan PR setiap hari.

Besarnya Subjek Penelitian

Pada umumnya peneliti menginginkan untuk mempunyai subjek penelitian


yang cukup banyak agar data yang diperoleh cukup banyak pula. Dengan data yang
banyak, gambaran kesimpulannya pun menjadi mantap. Namun tidak selamanya

21
keinginan peneliti tersebut terpenuhi. Karena ada kendala tenaga. waktu, dan dana,
peneliti terpaksa membatasi banyaknya subjek penelitian disesuaikan dengan
kemampuan yang ada pada dirinya.

Jika peneliti memang terpaksa mengambil langkah yang demikian, timbul


masalah bagaimana peneliti harus menentukan data yang lebih urgen. Dengan kata lain
peneliti harus betul-betul memikirkan bagaimana menentukan sampel representatif.

Sebagai langkah pertama dari penentuan sampel adalah membuat batasan


tentang ciri-ciri populasi. Misalnya peneliti menentukan subjek penelitiannya adalah
"anak putus sekolah". Yang menjadi target populasi meliputi semua anak yang pernah
putus sekolah, baik SD, SMP ataupun SMA. Jika batasan tersebut ditambah dengan
satu cirim misalnya "anak putus Sekolah Dasar maka lingkup populasinya semakin
menyempit. Anak dari SMP atau SMA tidak dapat masuk ke dalam subjek penelitian.
Jika peneliti menambah satu cari lain, misalnya "anak putri putus Sekolah Dasar maka
lingkup populasi yang akan diteliti akan semakin menyempit lagi. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa semakin banyak ciri atau karakteristik yang ada pada
populasi, akan semakin sedikit subjek yang tercakup dalam populasi, begitu pula
sebaliknya

D. Ukuran Sampel Penelitian

Beberapa hal yang harus dijadikan pertimbangan sebelum peneliti menentukan


besarnya sampel adalah:

1. Unit Analisis.
2. Pendekatan atau Model Penelitian
3. Banyaknya Karakteristik Khusus (cirri utama) Populasi
4. Keterbatasan Peneliti
5. Teknik Sampling

E. Teknik-teknik Pengambilan Sampel

22
a. Cluster Sampling (sampling kelompok)
Digunakan peneliti apabila didalam populasi terdapat kelompok-kelompok
yang mempunyai ciri-ciri, dapat berupa pekerjaan subjek, jenis kelamin, yang
tidak menunjukkan adanya tingkatan antar kelompok. Misalnya kelompok PNS
b. Stratified Sampling
Digunakan oleh peneliti apabila terdapat kelompok-kelompok subjek, yang
diantara kelompok satu dengan lainnya ada tingkatan yang membedakannya.
Misalnya siswam kelas I,II ataupun III.
c. Purposive Sampling
Teknik ini digunakan peneliti jika memiliki pertimbangan- pertimbangan
tertentu dalam pengambilan sampelnya.
d. Area Sampling
Teknik ini memungkinkan peneliti untuk mengambil anggota sampel dengan
pertimbangan wakil-wakil dari daerag geografis yang ada, misalnya kabupaten
Kampar 20 orang, kabupaten siak 50 orang.
e. Double Sampling Teknik sampling yang mengharuskan peneliti mengambil
sampel sejumlah dua kali ukuran sampel yang ditentukan. Pengambilan ini
dimaksudkan untuk berjaga-jaga seandainya salah satu kelompok mengalami
kekurangan.
f. Quota Sampling
Jika peneliti terlebih dahulu menentukan berapa banyak jumlah subjek yang
diingikan untuk diambil dalam penelitiannya. Penetuan jumlah subjek ini lebih
dikarenakan peneliti banyak mengalami keterbatasan sehingga yang
bersangkutan menentukan sejumlah subjek untuk dijadikan responden nya.
g. Incidental Sampling
Peneliti langsung memberikan skala/instrument/angket kepada subjek yang
berada di unit analisisnya tanpa terlebih dahulu mengetahui secara pasti kondisi
dari subjek tersebut.

23
h. Proportional Sampling
Teknik pengambilan sampel dengan berdasarkan pertimbangan jumlah masing-
masing kelompok subjek.
i. Random Sampling Digunakan oleh peneltiti apabila populasi diasumsikan
homogen (mengandung satu cirri)sehingga sampel dapat diambil secara acak.
Ada beberapa cara, sampling acak sederhana, sampling acak beraturan, dan
sampling acak dengan bilangan random.
j. Snow Ball Sampling
Teknik snow ball adalah dari jumlah subjek yang sedikit semakin lama
berkembang menjadi banyak. Dengan teknik ini, jumlah informan yang akan
menjadi subjeknya akan terus bertambah sesuai dengan kebutuhan dan
terpenuhinya informasi.
k. Multi Stage Sampling Merupakan teknik kombinasi beberapa teknik sampling
yang ada. Akan lebih mudah memperoleh data dari subjek yang diinginkan dan
juga terkatit dengan kondisi populasinya sehingga akan tepat untuk menjaring
subjek penelitian

24
BAB III
PENUTUP

A.Kesimpulan
Subjek penelitian adalah individu, benda, atau organisme yang dijadikan
sumber informasi yang dibutuhkan dalam pengumpulan data penelitian. Istilah lain
yang digunakan untuk menyebut subjek penelitian adalah responden, yaitu orang yang
memberi respon atas suatu perlakuan yang diberikan kepadanya. Subjek penelitian
adalah sesuatu yang diteliti baik orang, benda, ataupun lembaga (organisasi). Subjek
penelitian pada dasarnya adalah yang akan dikenai kesimpulan hasil dari penelitian
penelitian. Penentuan subjek penelitian dapat dilakukan dengan populasi dan sampel.
Cara populasi dilakukan apabila pengambilan subjek penelitian meliputi keseluruhan
populasi yang ada. Sedangkan Cara sampel adalah pengambilan subjek penelitian
dengan cara menggunakan sebagian dari populasi yang ada.

B.Saran
Didalam makalah ini, penulis lebih mementingkan pembahasan mengenai
menentukan subjek penelitiaan. Bahasan yang ada yaitu, Pengertian subjek
penelitian,penentuan subjek dan objek penelitian, populasi dan sampel,ukuran sampel
penelitian,Teknik-teknik pengambilan sampel. Jika pembaca ingin mencari
pembahasan mengenaimengumpulkan /mengolah data, maka disarankan untuk
mencari referensi pada makalah yang lainya. Demikian makalah yang kami buat, kami
ucapkan banyak terima kasih kepada pihak yang telah membantu atas selesainya
makalah ini. Kami menyadari makalah yang kami buat jauh dari kata sempurna.

25
DAFTAR PUSTAKA

Dartiningsih, B. E. GAMBARAN UMUM LOKASI, SUBJEK, DAN OBJEK


PENELITIAN. Buku Pendamping Bimbingan Skripsi.
Dharmawansyah, I. (2013). Pengaruh experiential marketing dan kepuasan pelanggan
terhadap loyalitas pelanggan (studi kasus pada Rumah Makan Pring Asri
Bumiayu). Management Analysis Journal.
Firmansyah, D. (2022). Teknik Pengambilan Sampel Umum dalam Metodologi
Penelitian: Literature Review. Jurnal Ilmiah Pendidikan Holistik (JIPH).
Retnawati, H. (2017, September). Teknik pengambilan sampel. In Disampaikan pada
workshop update penelitian kuantitatif, teknik sampling, analisis data, dan isu
plagiarisme.
Saat, S., & Mania, S. (2020). Pengantar Metodologi Penelitian: Panduan Bagi Peneliti
Pemula. Pusaka Almaida.
Sulaiman Saat dan Sitti Mania, Pengantar Metodologi Penelitian, Sulawesi Selatan:
Pusaka Almaida, 2020.
Wahab, A. (2022). Sampling dalam Penelitian Kesehatan. Jurnal Pendidikan dan
Teknologi Kesehatan.

26

Anda mungkin juga menyukai