KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………
REFERENSI ………………………………………………………………………………….. 13
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Makalah ini disusun untuk
memenuhi Tugas kelompok pada mata kuliah Pengantar Psikologi. Makalah yang disusun ini
berjudul “Metode-metode dalam Psikologi, Aliran-aliran dalam Psikologi, Cabang-cabang
dalam Psikologi”
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kami dalam mata kuliah Pengantar Psikologi
sebagai tugas awal dan juga dapat dijadikan bahan referensi dalam memahami Metode-metode
dalam Psikologi, Aliran-aliran dalam Psikologi, Cabang-cabang dalam Psikologi dan yang terkait
dengannya.
Harapan kami, kiranya makalah ini dapat menjadi bahan pembelajaran bagi khalayak
umum, terutama bagi kami sebagai mahasisiwa/mahasiswi dalam proses pembelajaran. Pada
kesempatan ini kami menghaturkan terima kasih terutama kepada dosen pembimbing yang telah
memberikan bimbingan kepada kami dalam mata kuliah Pengantar Psikologi.
Penyusun
Kelompok 2
Pengantar Psikologi
OLEH :
KELOMPOK 2
QAWIYYAN FITRI / 1344040015
A.FATIMAH ALAM / 1344040003
SRI WAHYUNI / 1344040020
SALAHUDDIN MUHTAR / 1344040034
Suatu metode penyelidikan dalam suatu ilmu adalah suatu keharusan mutlak adanya, apa lagi
kalau ilmu itu berdiri sendiri, ini harus ditandai oleh adanya metode-metode tersendiri untuk
menyalidiki terhadap obyeknya, obyek psikologi adalah penghayatan dan perbuatan manusia
dalam alam yang kompleks dan selalu berubah
1. Metode intuitip
Metode ini dilakukan dengan cara sengaja untuk mengadakan suatu penyelidikan atau dengan
cara tidak sengaja dalam pergaulan sehari-hari
2. Metode kontemplatif
Metode ini dilakukan dengan jalan merenungkan objek yang akan diketahui dengan
mempergunakan kemampuan berpikir kita. Alat utama yang dipergunakan adalah pikiran yang
benar-benar sudah dalam keadaan obyektif
Metde ini digunakan dengan mempergunakan materi-materi agama, sebagai alat utama untuk
meneliti pribadi manusia
1. Metode obserfasi
metode obserfasi ialah metode untuk mempelajari kejiwaan dengan sengaja mengamati secara
langsung, teliti dan sistematis.
a. Metode introspeksi
Istilah introspeksi berasal dari bahasa latin: (intro: dalam; dan speaktare: melihat). Jadi pada
introspeksi individu mengalami sesuatu dan ia sendiri dapat pula mengamati, mempelajari apa
yang dihayati itu.
b. Metode instropeksi eksperimental
Istilah introspeksi eksperimental ialah suatu metode introspeksi, yang dilaksanakan dengan
mengadakan eksperimen-eksperimen secara sengaja dan dalam suasana yang dibuat. yang perlu
di ingat dari metode ini adalah prinsip dasarnya yang memanipulasi kondisi dan manusia di lihat
sebagai organisme yang sama ( tidak ada perbedaan individual). Dengan demikian metode ini
hanya mencari hokum hokum saja mengenai berbagai tingkah laku dan kurang memerhatikan
perbedaan-perbedaan individual.
c. Metode ekstropeksi
Metode ekstropeksi ialah suaru metode dalam ilmu jiwa yang berusaha untuk menyalidiki atau
mempelajari dengan sengaja dan teratur gejala jiwa sendiri dengan membandingkan gejala jiwa
orang lain dan mencoba mengambil kesimpulan dengan melihat gejala-gejala jiwa yang yang
ditunjukkkan dari mimik dan pantomimik orang lain.
Dengan teknik ini, dimaksudkan suatu penyelidikan yang dilakukan dengan mengolah data-data
yang didapat dari kumpulan daftar pertanyaan dan jawaban (angket).
b .Metode biografi
Metode ini merupakan lukisan atau tulisan perihal kehidupan seseorang, baik sewaktu ia masih
hidup maupun sesudah ia meninggal.
Yaitu suatu metode yang dilaksanakan dengan jalan mengumpulkan bahan-bahan terutama
pengumpulan gambar-gambar yang dibuat oleh anak-anak
3.Metode eksperimen(percobaan)
Istilah eksperimen(percobaan) dalam pskologi berarti pengamatan secara teliti terhadap gejala-
gejala jiwa yang kita timbulkan dengan sengaja Tujuan eksperimen ialah untuk mengetahui sifat-
sifat umum dari gejala-gejala kejiwaan
4. Observasi Ilmiah
Dalam metode yang digunakan diatas ( metode eksperimen ) jelas bahwa peneliti punya
kontrol sepenuhnya terhadap jalannya eksperimen. Tidak dengan observasi ilmiah, dalam
observasi ilmiah situasi yang timbul terjadi secara tidak sengaja. Disini hanya dilakukan
pengamatan terhadap situasi yang sudah ada, situasi yang terjadi secara spontan, karena situasi
tersebut terjadi karena kehendak alam, yang alamiah.
Observasi ilmiah ini dapat juga diterapkan terhadap gejala tingkah laku yang lain, misalnya
tingkah laku orang-orang di keramaian. Dan kesimpulannya adalah : Gejala yang tidak dapat di
eksperimenkan, hanya dapat di teliti melalui observasi ilmiah. Dan yang perlu diingat dalam
observasi ilmiah ini adalah kita tidak boleh mencampurkan kepentingan dan minat pribadi kita
dapat membuat kesimpulan-kesimpilan yang seobjektif mungkin. Adapun hasil pengamatan di
catat dalam data-data yang detail, sehingga bisa mendapatkan hasil analisis yang tajam dan
akurat.
5. Pemeriksaan psikologis
Pemeriksaan psikologis atau lebih populernya disebut dengan psikotes, metode ini menggunakan
alat-alat psikodiagnostik tertentu yang hanya dapat digunakan oleh para ahlih yang benar-benar
terlatih. Keuntungan metode ini adalah dalam waktu yang sangat singkat bisa didapatkan banyak
data mengenai seseorang, termasuk juga data yang tidak dapat diketahui melalui metode yang
lainnya. Dan metode ini dapat digunakan secara masal maka akan didapat data yang banyak dari
beberapa rang yang sedang diteliti.
4. Metode Klinis
Yang disebut metode klinis ialah, nasihat dan bantuan kedokteran, yang diberikan kepada pasien,
oleh ahli kesehatan. Metode klinis yang diterapkan dalam psikologi ialah: kombinasi dari
bantuan klinis-medis dengan metode pendidikan, untuk melakukan observasi terhadap para
pasien
5. Metode interview/Wawancara
Setelah psikologi berdiri sendiri, lambat laun para ahli psikologi mengembangkan
sistematika dan metode-metodenya sendiri, yang berbeda satu dengan yang lainnya.
Dengan demikian timbul apa yang disebut aliran-aliran dalam psikologi. Sejak zaman
dahulu aliran-aliran dalam satu bidang ilmu sangat penting artinya untuk membina
semangat para ahli dalam berkompetisi menemukan kebenaran, dan tak kalah pentingnya
dengan adanya aliran-aliran ini, para ahli dapat saling melengkapi antara yang satu
dengan yang lain. Untuk lebih memahami aliran tersebut berikut beberapa aliran dalam
ilmu psikologi:
1. Aliran Psikoanalisis
Aliran ini pertama kali muncul pada sekitar abad 19, yang dipelopori oleh Sigmund
Freud (1856-1939) ketika dia sedang menangani seorang pasien Neorotik atau pasien
yang mempunyai ciri mudah cemas, disebabkan oleh konflik yang terjadi pada saat
seorang masih amat kecil, kemudian direpresi/ditekan (didorong masuk dari
kesadaran ke alam tak sadar) seorang tokoh yang mungkin lebih tepat dikatakan
sebgai pencetus psikodinamik. Namun demikian konsep pemikirannya tentang
ketidak sadaran telah banyak meng-ilhami para ahli psikologi Analisis yang hidup
setelahnya. Freud adalah seoarang psikiatris yang menaruh perhatian besar pada
pengertian dan pengobatan gangguan mental. ia sedikit sekali menaruh minat
terhadap problem-problem tradisional Psikologi Akademis seperti; Sensasi, Persepsi,
Berfikir dan Kecerdasan karena itu ia mengabaikan problem kecerdasan dan
mengrahkan usahanya untuk memahami dan menerangkan apa yang diistilahkannya
sebagai ketidak sadaran.
Teori yang dicetuskan oleh Freud tentang kepribadian, mencoba menjelaskan tentang
Normaliats dan Abnormalitas psikolgis dan perawatan terhadap orang-orang yang
tidak normal. Menurrut teori ini sumber utama konflik dan gangguan mental terletak
pada ketidak sadaran, karena itu untuk mempelajari gejala-gejala ini, Freud
mengembangkan teori Psikoanalisis yang sebagian besar di dasarkan pada interpretasi
“arus pikiran pasien yang diasosiasikan secara bebas” dan analisis mimpi.
Dalam pandangan Freud, semua perilaku manusia baik yang nampak (gerakan otot)
maupun yang tersembunyi (pikiran) adalah disebabkan oleh peristiwa mental
sebelumnya. Terdapat peristiwa mental yang kita sadari dan tidak kita sadari namun
bisa kita akses (preconscious) dan ada yang sulit kita bawa ke alam tidak sadar
(unconscious).
Di alam tidak sadar inilah tinggal dua struktur mental yang ibarat gunung es dari
kepribadian kita, yaitu:
a. Id, adalah berisi energi psikis, yang hanya memikirkan kesenangan semata.
b. Superego, adalah berisi kaidah moral dan nilai-nilai sosial yang diserap individu
dari lingkungannya.
c. Ego, adalah pengawas realitas.
Sebagai contoh:
Pada suatu ketika dijalan Anda menemukan Dompet dimana dompet tersebut berisi
sejumlah uang yang tidak sedikit,ada kartu identitas pemilik,kartu penting seperti
kartu kredit(ATM) dan pada waktu itu Anda sedang membutuhkan biaya untuk
membayar SPP yang sudah nunggak selama 2bulan. Id mengatakan pada Anda:
“Ambil saja dompet itu, toh tak ada yang tahu, lumayan bisa buat bayar SPP!”.
Sedangkan ego berkata:”Lihat dulu, jangan-jangan nanti ada yang tahu!”. Sementara
superego menegur:”Jangan lakukan, itu bukan hak kamu!”.
Pada masa kanak-kanak,kita dikendalikan sepenuhnya oleh id, dan pada tahap ini
oleh Freud disebut sebagai primary process thinking. Anak-anak akan mencari
pengganti jika tidak menemukan yang dapat memuaskan kebutuhannya (bayi akan
mengisap jempolnya jika tidak mendapat dot misalnya).
Sedangkan ego akan lebih berkembang pada masa kanak-kanak yang lebih tua dan
pada orang dewasa. Di sini disebut sebagai tahap secondary process thinking.
Manusia sudah dapat menangguhkan pemuasan keinginannya (sikap untuk memilih
tidak jajan demi ingin menabung). Walau begitu kadangkala pada orang dewasa
muncul sikap seperti primary process thnking, yaitu mencari pengganti pemuas
keinginan (menendang tong sampah karena merasa jengkel mendapat nilai jelek).
Kata “Gesalt” berasal dari bahasa Jerman yang dalam bahasa Inggris berarti shape
atau bentuk. Karena tidak ditemukan arti yang sesuai maka gesalt tetap dipakai.
Tokoh psikologi ini adalah Max Wertheimer (1880-1943). Yang berpendapat bahwa
dalam alat kejiwaan tidak terdapat jumlah unsur-unsurnya melainkan Gestalt
(keseluruhan) dan tiap-tiap bagian tidak berarti dan bisa mempunyai arti kalau bersatu
dalam hubungan kesatuan.
Psikologi Gestalt merupakan salah satu aliran psikologi yang mempelajari suatu
gejala sebagai suatu keseluruhan atau totalitas, data-data dalam psikologi Gestalt
disebut sebagai phenomena (gejala). Phenomena adalah data yang paling dasar dalam
Psikologi Gestalt. Dalam hal ini Psikologi Gestalt sependapat dengan filsafat
phenomonologi yang mengatakan bahwa suatu pengalaman harus dilihat secara
netral. Dalam suatu phenomena terdapat dua unsur yaitu obyek dan arti. Obyek
merupakan sesuatu yang dapat dideskripsikan, setelah tertangkap oleh indera, obyek
tersebut menjadi suatu informasi dan sekaligus kita telah memberikan arti pada obyek
itu.
Bagi para ahli yang mengikuti aliran gestalt, perkembangan itu adalah proses
diferensiasi. Dalam proses diferensiasi yang primer adalah keseluruhan, sedangkan
bagian-bagian adalah sekunder; yaitu bagian-bagian yang hanya mempunyai arti
sebagai bagian daripada keseluruhan dalam hubungan fungsional dengan bagian-
bagian yang lain, keseluruhan ada terlebih dahulu baru disusul oleh bagian-
bagiannya. Gestalt adalah keseluruhan yang diorganisasikan secara tersusun.
Keseluruhan ini adalah lebih dari jumlah bagian-bagian, ia memperlihatkan sifat-sifat
yang terdapat pada elemen-elemen. Keseluruhan memberi arti pada bagian-bagian,
yaitu tiap-tiap anggota (bagian) didukung oleh keseluruhan dan baru memperoleh
artinya dalam keseluruhan tersebut.
Behaviorisme adalah sebuah aliran dalam psikologi yang didirikan oleh John B.
Watson tahun 1913 dan digerakkan oleh Burrhus Frederic Skinner.Aliran ini sering
dikaitkan sebagai aliran ilmu jiwa namun tidak peduli pada jiwa. Pada akhir abad ke-
19, Ivan Petrovic Pavlov memulai eksperimen psikologi yang mencapai puncaknya
pada tahun 1940 - 1950-an. Di sini psikologi didefinisikan sebagai sains dan
sementara sains hanya berhubungan dengan sesuatu yang dapat dilihat dan diamati
saja. Sedangkan ‘jiwa’ tidak bisa diamati, maka tidak digolongkan ke dalam
psikologi. Aliran ini memandang manusia sebagai mesin (homo mechanicus) yang
dapat dikendalikan perilakunya melalui suatu pelaziman (conditioning). Sikap yang
diinginkan dilatih terus-menerus sehingga menimbulkan maladaptive behaviour atau
perilaku menyimpang. Salah satu contoh adalah ketika Pavlov melakukan eksperimen
terhadap seekor anjing. Di depan anjing eksperimennya yang lapar, Pavlov
menyalakan lampu. Anjing tersebut tidak mengeluarkan air liurnya. Kemudian
sepotong daging ditaruh dihadapannya dan anjing tersebut terbit air liurnya.
Selanjutnya begitu terus setiap kali lampu dinyalakan maka daging disajikan. Begitu
hingga beberapa kali percobaan, sehingga setiap kali lampu dinyalakan maka anjing
tersebut terbit air liurnya meski daging tidak disajikan. Dalam hal ini air liur anjing
menjadi conditioned response dan cahaya lampu menjadi conditioned stimulus.
Percobaan yang hampir sama dilakukan terhadap seorang anak berumur 11 bulan
dengan seekor tikus putih. Setiap kali si anak akan memegang tikus putih maka
dipukullah sebatang besi dengan sangat keras sehingga membuat si anak kaget.
Begitu percobaan ini diulang terus menerus sehingga pada taraf tertentu maka si anak
akan menangis begitu hanya melihat tikus putih tersebut. Bahkan setelah itu dia
menjadi takut dengan segala sesuatu yang berbulu: kelinci, anjing, baju berbulu dan
topeng Sinterklas. Ini yang dinamakan pelaziman dan untuk mengobatinya kita bisa
melakukan apa yang disebut sebagai kontrapelaziman (counterconditioning).
5. Psikologi Humanistis
Aliran ini muncul akibat reaksi atas aliran behaviourisme dan psikoanalisis. Kedua
aliran ini dianggap merendahkan manusia menjadi sekelas mesin atau makhluk yang
rendah. Salah satu tokoh dari aliran ini – Abraham Maslow – mengkritik Freud
dengan mengatakan bahwa Freud hanya meneliti mengapa setengah jiwa itu sakit,
bukannya meneliti mengapa setengah jiwa yang lainnya bisa tetap sehat. Adalah
Viktor Frankl yang mengembangkan teknik psikoterapi yang disebut sebagai
logotherapy (logos = makna). Pandangan ini berprinsip:
a) Hidup memiliki makna, bahkan dalam situasi yang paling menyedihkan
sekalipun.
b) Tujuan hidup kita yang utama adalah mencari makna dari kehidupan kita itu
sendiri.
c) Kita memiliki kebebasan untuk memaknai apa yang kita lakukan dan apa yang
kita alami bahkan dalam menghadapi kesengsaraan sekalipun.Frankl
mengembangkan teknik ini berdasarkan pengalamannya lolos dari kamp konsentrasi
Nazi pada masa Perang Dunia II, di mana dia mengalami dan menyaksikan
penyiksaan-penyiksaan di kamp tersebut. Dia menyaksikan dua hal yang berbeda,
yaitu para tahanan yang putus asa dan para tahanan yang memiliki kesabaran luar
biasa serta daya hidup yang perkasa. Frankl menyebut hal ini sebagai kebebasan
seseorang memberi makna pada hidupnya.
Logoterapi ini sangat erat kaitannya dengan SQ tadi, yang bisa kita kelompokkan
berdasarkan situasi-situasi berikut ini:
2) Makna muncul ketika seseorang menentukan pilihan. Hidup menjadi tanpa
makna ketika seseorang tak dapat memilih. Sebagai contoh: seseorang yang
mendapatkan tawaran kerja bagus, dengan gaji besar dan kedudukan tinggi, namun ia
harus pindah dari Yogyakarta menuju Singapura. Di satu sisi ia mendapatkan
kelimpahan materi namun di sisi lainnya ia kehilangan waktu untuk berkumpul
dengan anak-anak dan istrinya. Dia menginginkan pekerjaan itu namun sekaligus
punya waktu untuk keluarganya. Hingga akhirnya dia putuskan untuk mundur dari
pekerjaan itu dan memilih memiliki waktu luang bersama keluarganya. Pada saat
itulah ia merasakan kembali makna hidupnya.
3) Ketika seseorang merasa istimewa, unik dan tak tergantikan. Misalnya: seorang
rakyat jelata tiba-tiba dikunjungi oleh presiden langsung di rumahnya. Ia merasakan
suatu makna yang luar biasa dalam kehidupannya dan tak akan tergantikan oleh
apapun. Demikian juga ketika kita menemukan seseorang yang mampu
mendengarkan kita dengan penuh perhatian, dengan begitu hidup kita menjadi
bermakna.
4) Ketika kita dihadapkan pada sikap bertanggung jawab. Seperti contoh di atas,
seorang bendahara yang diserahi pengelolaan uang tunai dalam jumlah sangat besar
dan berhasil menolak keinginannya sendiri untuk memakai sebagian uang itu untuk
memuaskan keinginannya semata. Pada saat itu si bendahara mengalami makna yang
luar biasa dalam hidupnya.
5) Ketika kita mengalami situasi transendensi (pengalaman yang membawa kita ke
luar dunia fisik, ke luar suka dan duka kita, ke luar dari diri kita sekarang).
Transendensi adalah pengalaman spiritual yang memberi makna pada kehidupan kita.
6. Aliran Fungsionalisme
Aliran fungsionalisme merupakan aliran psikologi yang pernah sangat dominan pada
masanya, dan merupakan hal penting yang patut dibahas dalam mempelajari
psikologi. Pendekatan fungsionalisme berlawanan dengan pendahulunya, yaitu
strukturalisme. Aliran fungsionalisme juga keluar dari pragmatism sebagai sebuah
filsafat. Aliran fungsionalisme berbeda dengan psikoanalisa, maupun psikologi
analytis, yang berpusat kepada seorang tokoh. Fungsionalisme memiliki macam-
macam tokoh antara lain Willian James, John Dewey, J.R.Anggell dan James
Mc.Keen Cattell .
Beberapa aliran yang terkait pada psikologi kognitif menurut Zuhairini, sebagai
berikut :
a. Aliran Progresivisme
Aliran ini mengakui dan berusaha mengembangkan asas progesivisme dalam
sebuah realita kehidupan agar manusia bisa bertahan dalam menghadapi semua
tantangan hidup. Aliran ini dinamakan Instrumentalisme, Eksperimentalisme
dan Environmentalisme karena ketiganya berkaitan satu sama yang lainnya.
Sifat-sifat umum lainnya ini dikelompokkan menjadi dua keyakinan yakni:
1. Sifat-sifat positif.
2. Sifat-sifat negatif.
Pandangan filosofisnya berakal dari pragmatisme William James dan John
Dewey.
b. Aliran Esensialisme
Aliran ini lebih fleksibel dan terbuka untuk perubahan, toleran, dan tidak ada
ketertarikan dengan doktrin tertentu, aliran memandang bahwa “ pendidikan
harus berpijak pada nilai-nilai yang memiliki kejelasan dan tahan lama, yang
memberikan kestabilan dan nilai terpilih yang mempunyai tata yang jelas.
Beberapa tokoh aliran ini adalah: De iderius Erasmus, Jokana Amos
Comenius, John locke, Johann henrich pestalozzi, Johane Friederich Frobel,
Johann Friederich Herert dan william T. Harris.
c. Aliran Perennialisme
Aliran berpendapat bahwa mencari dan menemukan arah tujuan yang lebih
jelas merupakan tugas yang utama dari kehidupan. Pengaruh tokoh aliran ini
adalah Plato dan Thomas Aquinus.
d. Aliran Rekonstruksionisme
Aliran ini tidak jauh beda dengan aliran Perennialisme.
e. Aliran Eksisttensialisme
Tokoh aliran ini adalah Martin Heidegger, J.P. Sartre dan Gabriel Marcel.
Eksistensialisme adalah suatu penolakan terhadap suatu pemikiran abstrak dan
tidak logis. Dengan demikian, aliran ini hendak memadukan hidup yang
dimiliki dengan pengalaman dan situasi sejarah yang ia alami dan tidak mau
terikat dengan hal-hal yang abstrak. Baginya segala sesuatu dimulai dari
pengalaman pribadi, keyakinan yang tumbuh dari dirinya dan kemampuan
serta keluasan jalan untuk mencapai keyakinan hidupnya.
1. Manusia memiliki dimensi kesadaran fisikal dan metafisikal yang komplek.
2. Setiap jiwa manusia memiliki pengalaman realistis dan mistik yang merupakan
energi kebangkitan kemanusiaannya.
3. Kesadaran manusia sangat kuat berhubungan dengan potensi rohaniahnya.
4. Orientasi manusia sangat kuat dalam mengubah kehidupannya sendiri.
5. Manusia merupakan perwujudan kemandirian dan kesadaran tunggal dari dua
kekuatan yaitu; kekuatan jasmani dan rohani.
C. Cabang Cabang Psikologi
Psikologi dewasa ini tidak hanya mementingkan aliran-aliran yang sifatnya teoritis,tetapi
juga memperhatikan penerapannya. Berikut adalah cabang-cabang psikologi antara lain :
http://cabang-psikologi.html
http://jeparabaru.blogspot.com/2012/12/makalah-aliran-aliran-psikologi_20.html