Anda di halaman 1dari 27

MUQARANAH

KITAB TAFSIR AL-JAZA`IRI


DENGAN KITAB TAFSIR AS-SA’DI

MUQARANAH
Ditulis Sebagai Syarat Lulus
Ma’had Al-Islam Surakarta
Tingkat Mu’allimin

Oleh :
MURSYID FIRDAUS
bin
SUPARNO
NM : 28062
MA’HAD AL-ISLAM SURAKARTA
1437 H / 2015 M
Muqaranah Kitab Tafsir Al-Jaza`iri dengan Kitab Tafsir As-Sa’di Mursyid Firdaus 28062

PENGESAHAN
Karya Ilmiah dengan judul MUQARANAH KITAB TAFSIR AL-JAZA`IRI
DENGAN KITAB TAFSIR AS-SA’DI ini disetujui dan disahkan oleh Dewan
Pembimbing Penulisan Muqaranah Ma’had Al-Islam Surakarta pada tanggal:

1437 H
2015 M

PEMBIMBING UTAMA

Al-Ustadz Mudzakir

PEMBIMBING

Al-Ustadzah Ummi Mawaddah, Al.

PENAHKIK

Al-Ustadz Abu ‘Abdillah

II
Muqaranah Kitab Tafsir Al-Jaza`iri dengan Kitab Tafsir As-Sa’di Mursyid Firdaus 28062

KATA PENGANTAR
‫سالَ ُم َعلَى نَبِيِّنَا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى آِل ِه َو‬ َّ ‫صالَةُ َو ال‬ َّ ‫ َو ال‬، َ‫َا ْل َح ْم ُد ِهللِ َر ِّب ا ْل َعالَ ِميْن‬
‫ َأ َّما بَ ْعـ ُد‬. ُ‫ش َه ُد َأنَّ ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ َو َر ُس ْولُه‬ ْ ‫ َو َأ‬، ‫َأج َم ِع ْي َن‬
ْ ‫ش َه ُد َأنْ َال ِإلهَ ِإالَّ هللاُ َو َأ‬ ِ
ْ ‫ص ْحبِه‬
َ
:
Segala puji bagi Allah yang telah melimpahkan karunia-Nya kepada penulis,
sehingga penulis dapat menyelesaikan Muqaranah ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan Muqaranah ini dapat diselesaikan
dengan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
jazakumullahu khairan katsiran kepada:
1. Al-Ustadz Mudzakir, selaku pengasuh Ma‘had Al-Islam, yang telah mendidik
penulis dan menyediakan berbagai fasilitas untuk kelancaran penulisan
Muqaranah ini.
2. Al-Ustadzah Ummi Mawaddah, Al., selaku pembimbing yang telah
memberikan bimbingan untuk perbaikan Muqaranah ini.
3. Al-Ustadz Abu ‘Abdillah, selaku penahkik Muqaranah yang telah meneliti
keakuratan data dalam Muqaranah ini.
4. Al-Ustadz Muchtar Tri Harimurti, S.Ag., Al-Ustadz Abdul Lathif Muhammad
Azhar, Al., Al-Ustadzah dr. Sri Wahyu Basuki, M. Kes., Al-Ustadzah Fashihah
Asy-Syahirah, Al., dan Al-Ustadzah Ismiyati Mahmudah, Al., selaku dewan
penguji yang telah memberikan kritik, saran, dan masukan untuk perbaikan
Muqaranah ini.
5. Segenap Asatidz dan Ustadzat, yang telah mengajar dan mendidik penulis
selama menuntut ilmu di Ma‘had Al-Islam ini sehingga penulis dapat
menggunakannya dalam menyelesaikan Muqaranah ini.
6. Ibunda, Ayahanda, dan adik-adik penulis, yang selalu mendoakan dan
memotivasi penulis agar tetap teguh dalam menuntut ilmu di Ma‘had ini.
7. Segenap teman penulis di Ma‘had Al-Islam Surakarta, yang setia membantu
dalam mengatasi kesulitan dalam menyelesaikan penulisan Muqaranah ini.
Semoga Allah membalas kebaikan mereka dan melindungi mereka semua
dari segala kejelekan di dunia maupun di akhirat.

‫اج َعلْنَا ِم َن ال ُْمت َِّق ْي َن‬ ِ


ْ ‫َربَّناَ تَقَبَّ ْل منَّا َو‬

III
Muqaranah Kitab Tafsir Al-Jaza`iri dengan Kitab Tafsir As-Sa’di Mursyid Firdaus 28062

DAFTAR ISI
Halaman Judul................................................................................................ I
Halaman Pengesahan..................................................................................... II
Halaman Kata Pengantar................................................................................ III
Halaman Daftar Isi........................................................................................... IV
BAB I : PENDAHULUAN................................................................................ 1
1. Latar Belakang Penulisan.................................................................... 1
2. Tujuan Penulisan................................................................................. 1
3. Kegunaan Penulisan............................................................................ 1
4. Langkah-Langkah Penulisan............................................................... 1
5. Sistematika Penulisan.......................................................................... 2
BAB II : MUQARANAH SISTEMATIKA PENAFSIRAN.................................. 3
1. Sistematika Penafsiran Kitab Tafsir Al-Jaza`iri.................................... 3
1.1 Mencantumkan Lafal Ayat yang Diterangkan .................................... 3
1.2 Menerangkan Kosakata Ayat.............................................................. 3
1.3 Menerangkan Makna Ayat.................................................................. 4
1.4 Memaparkan Istinbath Ayat................................................................ 4
2. Sistematika Penafsiran Kitab Tafsir As-Sa’di....................................... 6
2.1 Mencantumkan Lafal Ayat yang Diterangkan..................................... 6
2.2 Menerangkan Makna Ayat …………................................................... 7
2.3 Menerangkan Kosakata Ayat.............................................................. 8
2.3 Memaparkan Istinbath Ayat................................................................ 8
3. Muqaranah Sistematika Penafsiran...................................................... 9
BAB III : MUQARANAH ISI KITAB................................................................ 11
1. Tentang Kedalaman Istinbath Ayat...................................................... 11
2. Tentang Penyebutan Kisah Isra`iliyat.................................................. 14
BAB VI : PENUTUP........................................................................................ 22
1. Simpulan ............................................................................................. 22
2. Saran................................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 23

IV
Muqaranah Kitab Tafsir Al-Jaza`iri dengan Kitab Tafsir As-Sa’di Mursyid Firdaus 28062

BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Penulisan
Kitab tafsir banyak disusun oleh para ulama, sejak dulu sampai
sekarang. Tujuan penyusunan kitab-kitab tafsir adalah untuk memudahkan
kaum muslimin di belahan bumi manapun dalam memahami ayat-ayat Al-
Qur`an. Di antara kitab-kitab tafsir tersebut adalah kitab Tafsir Al-Jaza`iri
susunan Al-Jaza`iri dan kitab Tafsir As-Sa’di susunan As-Sa’di.
Kitab Tafsir Al-Jaza`iri terdiri dari lima jilid besar. Penafsiran pada kitab
ini bertahap, yaitu dimulai dari lafal ayat, keterangan kosakata ayat, makna
ayat, kemudian istinbath ayat. Adapun kitab Tafsir As-sa’di hanya terdiri dari
satu jilid, namun setiap halaman dibagi menjadi tiga kolom. Penafsiran kitab
ini tidak bertahap sebagaimana penafsiran kitab Tafsir Al-Jaza`iri.
Berdasarkan kenyataan di atas, penulis termotivasi untuk mempelajari
lebih lanjut dan membandingkan kedua kitab tersebut, kemudian menyajikan
hasilnya dalam bentuk tulisan ilmiah yang berjudul MUQARANAH KITAB
TAFSIR AL-JAZA`IRI DENGAN KITAB TAFSIR AS-SA’DI.
2. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan Muqaranah ini adalah membandingkan kitab Tafsir Al-
Jaza`iri dengan kitab Tafsir As-Sa’di dalam masalah sistematika penafsiran
dan isi kedua kitab tafsir tersebut. 25 15 11 06 P 10
3. Kegunaan Penulisan
Penulis berharap penulisan Muqaranah ini berguna untuk:
3.1 Menambah wawasan ilmu din, khususnya ilmu tafsir.
3.2 Melengkapi khazanah kepustakaan muslimin.
4. Langkah-Langkah Penulisan
Dalam penulisan Muqaranah ini, penulis menempuh langkah-langkah
sebagai berikut:
4.1 Membaca kitab Tafsir Al-Jaza`iri dan kitab Tafsir As-Sa’di secara global.
4.1 Mengumpulkan dan mencatat data-data yang diperbandingkan.
4.2 Menganalisis data-data yang telah terkumpul.
4.3 Menyimpulkan hasil perbandingan.

1
Muqaranah Kitab Tafsir Al-Jaza`iri dengan Kitab Tafsir As-Sa’di Mursyid Firdaus 28062 2

5. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan pembaca dalam mengikuti alur pembahasan,
penulis menyusun sistematika Muqaranah ini sebagai berikut:
Bagian awal terdiri dari halaman judul, pengesahan, kata pengantar, dan
daftar isi.
Bagian tengah terdiri dari empat bab. Bab pertama adalah pendahuluan
yang berisi latar belakang penulisan, tujuan penulisan, kegunaan penulisan,
langkah-langkah penulisan dan sistematika penulisan. Bab kedua adalah
muqaranah sistematika penafsiran. Bab ketiga adalah muqaranah isi kitab.
Bab keempat adalah penutup yang berisi kesimpulan dan saran.
Bagian akhir adalah daftar pustaka.
Muqaranah Kitab Tafsir Al-Jaza`iri dengan Kitab Tafsir As-Sa’di Mursyid Firdaus 28062

BAB II
MUQARANAH SISTEMATIKA
PENAFSIRAN
1. Sistematika Penafsiran Kitab Tafsir Al-Jaza`iri 01 15 04 13 P 09
Sistematika penafsiran kitab tafsir ini adalah sebagai berikut:
mencantumkan lafal ayat yang diterangkan, menerangkan kosakata ayat,
1
menerangkan maknanya, dan memaparkan istinbath yang terkandung di
dalamnya. Berikut ini contohnya:
1.1 Mencantumkan Lafal Ayat yang Diterangkan (jld. 1, hlm. 356)

‫اح َد ٍة َو‬
ِ ‫س َو‬ ٍ ‫ي َخلَقَ ُك ْم ِمنْ نَّ ْف‬ ُ َّ‫﴿ يَا َأيُّ َها الن‬
ْ ‫اس اتَّقُ ْوا َربَّ ُك ُم الَّ ِذ‬
َ‫سا ًء َو اتَّقُ ْوا هللا‬ َ ِ‫ث ِم ْن ُه َما ِر َجاالً َكثِ ْيراً َو ن‬ َّ َ‫ق ِم ْن َها َز ْو َج َها َو ب‬َ َ‫َخل‬
َ ِّ‫سا َءلُ ْونَ بِ ِه َو ْاَأل ْر َحا َم ِإنَّ هللاَ َكانَ َعلَ ْي ُك ْم َرقِ ْيبا ً ﴾ الن‬
‫سا ُء‬ َ َ‫ي ت‬ ْ ‫الَّ ِذ‬
1 : )4(
Artinya:
Wahai para manusia, kalian takutlah kepada Pemelihara
kalian, Dzat yang telah menciptakan kalian dari satu jiwa dan
menciptakan darinya (satu jiwa) pasangannya, dan Dia
mengembangbiakkan dari keduanya para lelaki dan para
perempuan yang banyak. Dan kalian takutlah kepada Allah,
Dzat yang kalian saling meminta dengan (nama)-Nya, dan
kalian jagalah (hubungan) sanak saudara. Sesungguhnya
Allah Maha Mengawasi atas kalian. Surat An-Nisa`(4) ayat 1.
1.2 Menerangkan Kosakata Ayat (jld. 1, hlm. 356)

:‫ت‬ ِ ‫ش َْر ُح ْال َكلِ َما‬


. ٌ‫سان‬َ ‫س ِمنْ َغ ْي ِر لَ ْف ِظ ِه َو ه َُو ِإ ْن‬ ِ ‫اح ُد النَّا‬ِ ‫ َو‬،‫ش ُر‬ َ َ‫ ْالب‬: ﴾ ‫اس‬ ُ َّ‫﴿ الن‬
ْ ‫ َخافُ ْوهُ ِإنْ يُ َع ِّذ ْب ُك ْم فَا ْمتَثِلُ ْوا َأ ْم َرهُ َو‬: ﴾ ‫﴿ اتَّقُ ْوا َربَّ ُك ُم‬
.ُ‫اجتَنِبُ ْوا نَ ْهيَه‬
.‫سالَ ُم‬ َّ ‫ ِه َي آ َد ُم َعلَ ْي ِه ال‬: ﴾ ‫س َوا ِح َد ٍة‬ ٍ ‫﴿ ِمنْ نَّ ْف‬
. ... ِ‫ضَلِعه‬
ِ ‫ن‬
ْ ‫آدَم ِم‬
َ ‫ن‬ْ ِ‫اء م‬
َ ‫حَّو‬
َ ‫ق‬
َ ‫خَل‬
َ : ﴾ ‫زَو َج َها‬ َ َ‫﴿ َو َخل‬
ْ ‫ق ِم ْن َها‬
Artinya:
Keterangan kosakata-kosakata:
ُ َّ‫( الن‬manusia), bentuk tunggal dari ‫س‬
َ َ‫ ْالب‬: ‫اس‬
‫ش ُر‬ ِ ‫ النَّا‬dari
selain lafalnya, ia bermakna‫سان‬ َ ‫( ِإ ْن‬manusia). 02 15 04 17 P
11

1
Istinbath adalah mengambil makna-makna dari nash (Al-Qur`an dan Hadits) dengan kecerdasan
yang tinggi dan pemahaman yang mendalam (lihat Mu’jamu Ishthilahati Ushulil Fiqh susunan Ar-
Rasikh, hlm. 26).

3
Muqaranah Kitab Tafsir Al-Jaza`iri dengan Kitab Tafsir As-Sa’di Mursyid Firdaus 28062 4

‫ اِتَّقُ ْوا َربَّ ُك ُم‬: Takutkah kalian kepada-Nya jikalau Dia menyiksa
kalian, maka kalian jalankanlah perintah-Nya dan jauhilah
larangan-Nya.
ٍ ‫ ِمنْ نَّ ْف‬ : Dia adalah Adam ‘alaihis salam.
‫س َوا ِح َد ٍة‬
‫ق ِم ْن َها ز َْو َج َها‬َ َ‫ َو َخل‬: Dia (Allah) menciptakan Hawa dari
Adam, dari tulang rusuknya … .
1.3 Menerangkan Makna Ayat

:‫َم ْعنَى ْاآليَ ِة ْال َك ِر ْي َم ِة‬


‫ش ُم ُل ُمْؤ ِمنَ ُه ْم َو‬ْ َ‫اركَ َو تَ َعالَى ِعبَا َدهُ ِبلَ ْف ٍظ عَا ٍّم ي‬ َ َ‫يُنَا ِدي ال َّر ُّب تَب‬
‫اس ﴾ َو يَْأ ُم ُر ُه ْم ِبتَ ْق َواهُ َع َّز َو َج َّل َو ِه َي‬ ُ َّ‫ ﴿ يَا َأ ُّي َها الن‬: ‫َكافِ َر ُه ْم‬
‫ظا ِهراً َو‬ َ ‫الم التَّا ِّم ِإلَ ْي ِه‬ِ ‫س‬ ْ ‫آلخ َر ِة ِباِْإل‬ ِ ‫اِتِّقَا ُء َع َذا ِب ِه فِي ال ُّد ْنيَا َو ْا‬
ٍ ‫ي َخلَقَ ُه ْم ِمنْ نَ ْف‬
‫س‬ ْ ‫سهُ تَ َعالَى ِبَأنَّهُ َر ُّب ُه ْم اَّل ِذ‬ َ ‫اصفا ً نَ ْف‬ ِ ‫ َو‬. ً ‫اطنا‬ ِ َ‫ب‬
‫س‬ِ ‫ق ِمنْ ِت ْلكَ النَّ ْف‬ َ َ‫ َو َخل‬، ‫ي َخلَقَهُ ِمنْ ِط ْي ٍن‬ ْ ‫اح َد ٍة َو ِه َي آ َد ُم الَّ ِذ‬ ِ ‫َو‬
. ... ‫زَو َج َها َو ِه َي َح َّوا ُء‬
ْ
Artinya:
Makna ayat yang mulia:
Pemelihara Tabaraka wa Ta’ala menyeru para hamba-Nya
dengan lafal umum yang meliputi orang beriman dan orang
kafir dari mereka : (Wahai para manusia). Dan Dia
memerintah mereka untuk bertaqwa kepada-Nya ‘Azza wa
Jalla, yaitu takut terhadap siksa-Nya di dunia dan akhirat
dengan penyerahan diri yang sempurna kepada-Nya secara
lahir batin. Dia menyifati diri-Nya Ta’ala dengan bahwasanya
Dia adalah Pemelihara mereka yang telah menciptakan
mereka dari satu jiwa, yaitu Adam yang Dia menciptakannya
dari tanah liat, dan menciptakan dari satu jiwa tersebut
pasangannya, yaitu Hawa … . 03 15 04 24 P 10
1.4 Memaparkan Istinbath Ayat

‫ِهدَايَةُ ْاآليَ ِة ْال َك ِر ْي َم ِـة‬


:‫ِمنْ ِهدَايَ ِة ْاآليَ ِة ْال َك ِر ْي َم ِة‬
‫ب‬ َ َ‫سلَّ َم َخط‬ َ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو‬ َ ‫آلي ِإ ْذ َكانَ النَّبِ ُّي‬ ِ ‫ض ُل ه ِذ ِه ْا‬ ْ َ‫ ف‬-1
َ‫ ﴿ يَا َأيُّ َها الَّ ِذيْنَ آ َمنُ ْوا اتَّقُ ْوا هللا‬: َ‫آل ِع ْم َران‬ ِ َ‫اج ٍة تَلَ ْى آيَة‬ َ ‫فِ ْي َح‬
َ‫ َو تَلَى َه ِذ ِه ْاآليَة‬. ﴾ َ‫سلِ ُمون‬ ْ ‫ق تُقَاتِ ِه َو الَ تَ ُموتُنَّ ِإالَّ َو َأ ْنتُ ْم ُم‬ َّ ‫َح‬
ً‫ب ﴿ يَا َأيُّ َها الَّ ِذيْنَ آ َمنُ ْوا اتَّقُ ْوا هللاَ َو قُولُ ْوا قَ ْوال‬ ِ ‫ ثُ َّم آيَةَ ْاَأل ْح َزا‬،
‫صلِ ْح لَ ُك ْم َأ ْع َمالَ ُك ْم َو يَ ْغفِ ْر لَ ُك ْم ُذنُوبَ ُك ْم َو َمنْ يُّ ِط ِع هللاَ َو‬ ْ ُ‫س ِد ْيداً ي‬
َ
Muqaranah Kitab Tafsir Al-Jaza`iri dengan Kitab Tafsir As-Sa’di Mursyid Firdaus 28062 5

‫ َأ َّما بَ ْع ُد َو يَ ْذ ُك ُر‬: ‫ ثُ َّم يَقُ ْو ُل‬، ﴾ ً ‫سولَهُ فَقَ ْد فَازَ فَ ْوزاً ع َِظ ْيما‬ ُ ‫َر‬
. ُ‫اجتَه‬َ ‫َح‬
‫ َأ َه ِّميَةُ ْاَأل ْم ِر بِتَ ْق َوى هللاِ تَ َعالَى ِإ ْذ ُك ِّر َرتْ فِ ْي آيَ ٍة َوا ِح َد ٍة‬-2
. ‫َم َّرتَ ْي ِن فِ ْي َأ َّولِ َها َو فِ ْي آ ِخ ِرهَا‬
. ‫صلَ ِة ْاَأل ْر َح ِام َو ُح ْر َمةُ قَ ْط ِع َها‬ ِ ‫ب‬ ُ ‫ ُو ُج ْو‬-3
‫س َو ا ْعتِبَا ُرهَا فِى‬ ِ ‫ش ِريَّ ِة بَيْنَ النَّا‬ َ َ‫ ُم َراعَاةُ ْاُأل ُخ َّو ِة ا ْلب‬-4
.‫ت‬ِ َ‫ْال ُم َعا َمال‬
Artinya:
Petunjuk ayat yang mulia ini.
Termasuk petunjuk ayat yang mulia ini adalah:
1. Keutamaan ayat-ayat ini karena Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam berkhutbah pada suatu keperluan, beliau
َ ‫يَا َأ ُّي‬
membaca satu ayat dari surat Ali ‘Imran: َ‫ها الَّ ِذين‬
ْ ‫ق تُقَاتِ ِه َو الَ تَ ُم ْوتُنَّ ِإالَّ َو َأ ْنتُ ْم ُم‬
َ‫سلِ ُم ْون‬ َّ ‫آ َمنُوا اتَّقُوا هللاَ َح‬
(wahai orang-orang yang beriman, kalian bertaqwalah
kepada Allah dengan sebenar-benar taqwa kepada-Nya.
Dan janganlah kalian benar-benar mati kecuali kalian
dalam keadaan muslim) dan membaca ayat ini (surat
An-Nisa` (4) ayat 1), kemudian (membaca) satu ayat
َ َ‫يَا َأيُّ َها الَّ ِذيْنَ آ َمنُ ْوا اتَّقُ ْوا هللا‬
dari surat Al-Ahzab:‫و قُ ْولُ ْوا‬
ْ‫صلِ ْح لَ ُك ْم َأ ْع َمالَ ُك ْم َو يَ ْغفِ ْر لَ ُك ْم ُذنُوبَ ُك ْم َو َمن‬ َ ً‫قَ ْوال‬
ْ ُ‫س ِد ْيداً ي‬
َ َ َ
‫س ْولهُ فقَ ْد فازَ ف ْوزاً َع ِظ ْي ًما‬ َ ُ ‫( يُّ ِط ِع هللاَ َو َر‬wahai orang-
orang yang beriman, kalian bertaqwalah kepada Allah
dan kalian berkatalah dengan perkatan yang benar,
niscaya Dia membenahi untuk kalian amalan-amalan
kalian dan mengampuni untuk kalian dosa-dosa kalian.
Dan siapa yang menaati Allah dan Rasul-Nya maka
sungguh dia telah beruntung dengan keberuntungan
َّ ‫“َأ‬
yang besar), kemudian beliau bersabda, “‫ما بَ ْع ُد‬
(adapun sesudahnya), dan beliau menyebutkan
keperluan beliau.
2. Pentingnya perkara taqwa kepada Allah Ta’ala karena
pada satu ayat diulang (penyebutannya) sebanyak dua
kali, (yaitu) di awal dan akhirnya.
3. Kewajiban menyambung (hubungan) sanak saudara
dan keharaman memutusnya.
4. Menjaga persaudaraan kemanusiaan di antara manusia
dan menjadikannya patokan dalam bermuamalah.
Sistematika penafsiran ini sebagaimana pernyataan penyusun pada
pendahuluan kitab tafsir ini sebagai berikut (jld.1, hlm. 5):
Muqaranah Kitab Tafsir Al-Jaza`iri dengan Kitab Tafsir As-Sa’di Mursyid Firdaus 28062 6

َ‫جَعُل ْاآليَة‬ْ ‫سَقةً َفَقْد َأ‬ ِ َّ‫ظَمةً ُمت‬ َّ َ‫ت ْالِكَتابَ ُدُرْوسا ً ُمن‬ ُ ‫جَعْل‬ َ ‫ َفَقْد‬. . .
‫ ُثَّم َأْذُكُر ِهَدَايتََها‬، ‫اها‬
َ َ‫ن مَْعن‬ ُ ِّ‫ ثَُّم ُأَبي‬، ‫اتَها‬
ِ َ‫ح َكِلم‬ َ ‫احَدَة َدرْسا ً َفُأ‬
ُ ِّ‫شر‬ ِ ‫ْالَو‬
. ‫عِتَقادِ َو ْالَعمَِل‬
ْ ِ‫ْالَمْقصُْوَدَة ِمنَْها ِللا‬
Artinya:
. . . Maka sungguh aku telah menjadikan kitab ini pelajaran-
pelajaran yang tersusun. Maka terkadang aku jadikan satu ayat
(sebagai) satu pelajaran, lalu aku terangkan kosakata-
kosakatanya, kemudian aku jelaskan makna-maknanya, kemudian
aku sebutkan petunjuk yang dimaksud darinya untuk diyakini dan
diamalkan. 04 15 05 01 P 10
2. Sistematika Penafsiran Kitab Tafsir As-Sa’di
Sistematika penafsiran kitab tafsir ini adalah sebagai berikut:
mencantumkan lafal ayat yang diterangkan dan menerangkan maknanya.
Selain dua cara ini, terkadang penyusun juga menyebutkan keterangan

kosakata ayat dan istinbath ayat.

2.1 Mencantumkan Lafal Ayat yang Diterangkan


Sebelum menerangkan suatu ayat, penyusun selalu mencantumkan
lafalnya. Lafal ayat yang dicantumkan tidak dibatasi oleh penyusun.
Adakalanya hanya satu ayat, dua ayat, tiga ayat, dan beberapa ayat.
Apabila berkenaan dengan ayat-ayat yang mengandung kisah, beliau
hanya mencantumkan beberapa ayat lalu menyambungnya dengan
kalimat ” ‫ص ' ِة‬ ' ِ ‫( ” ِإلَى‬sampai
َّ ‫أخ ِر ال ِْق‬ akhir kisah). Berikut ini contoh kisah
Nabi Luth bersama kaumnya pada surat Al-‘Ankabut (29) ayat 28-35
(hlm. 600, kolom 3): 05 15 05 08 P 14
ِ ‫'ال لَِقوِم' ِ'ه ِإنَّ ُكم لَت 'ْأتُوْ َن الَْف‬
‫اح َش 'ةَ َما‬ َ ْ ْ َ 'َ‫ُوطًا ِإ ْذ ق‬ ْ ‫ ﴾ ﴿ َو ل‬35 - 28 ﴿
‫'ال َو َت ْقطَ ُعوْ َن‬ َ ' ‫الر َ'ج‬ ِّ ‫َأح ' ٍ'د ِم َن ال َْع' ''ال َِميْ َن * َأِئنَّ ُك ْم لَتَ ' 'ْأتُوْ َن‬ 'َ ‫َس ' 'َب َق ُك ْم بِ َها ِم ْن‬
‫اب َق ْوِ'م ' ' ' ِ'ه‬ ِ ِ
َ ‫س ' ' ' 'بِيْ َل َو تَ ' ' ' 'ْأتُ ْو َن فيْ نَ' ' ' ''ادْي ُك ُم ال ُْمْن َ'ك ' ' ' َ'ر فَ َما َ'ك ' ' ''ا َن َ'ج ' ' ' َ'و‬ َّ ‫ال‬
ّ‫ِإال‬
ْ‫ص ' ْرنِي‬ ُ ْ‫ب ان‬ ِّ ‫'ال َر‬ َ ' َ‫ص'' ِاد ِقيْ َن * ق‬َّ ‫ت ِم َن ال‬ َ ‫اهلل ِإ ْن ُكْن‬ ِ ‫اب‬ ِ ‫َ َأ ْن قَ ''الُوْا اْئتِنَا بِ َع'' َذ‬
ِ‫َعلَى الْ َ'ق ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ْ'وِم ال ُْم ْف ِس' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ِديْ َن ﴾ ِإَلى آخِ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' 'ر‬
Muqaranah Kitab Tafsir Al-Jaza`iri dengan Kitab Tafsir As-Sa’di Mursyid Firdaus 28062 7

' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' '‫ْالقِص‬
. ِ‫َة‬
Artinya:
(Ayat 28-35) Dan (Allah kirim) Luth (kepada kaumnya),
ketika dia berkata kepada kaumnya, “Sesungguhnya kalian
sungguh mendatangi perbuatan keji yang tidak seorang pun
dari sekalian alam (kaum sebelum kalian) mendahului kalian
dengannya (perbuatan keji tersebut). Apakah sesungguhnya
kalian, sungguh kalian mendatangi para lelaki, memutus
jalan (menyamun), dan mendatangi kemungkaran pada
majlis kalian.“ Maka tidaklah jawaban kaumnya melainkan
bahwasanya mereka mengatakan, ”Datangkanlah adzab
Allah kepada kami jika engkau dari kalangan orang-orang
yang jujur.” Dia (Luth) berkata, ”Wahai Pemeliharaku,
Engkau tolonglah aku atas kaum yang berbuat rusak.“
Sampai akhir kisah.
2.2 Menerangkan Makna Ayat
Setelah mencantumkan lafal ayat, biasanya penyusun menerangkan
maknanya. Berikut ini contohnya: (hlm. 601, kolom 1)

'َ‫ قَ'دْ' جَ'مَ'عُ'وْ'ا' بَ'يْ'ن‬، 'ْ‫' وَ'كَ'ا'نُ'وْ'ا مَ'عَ' شِ'رْ'كِ'هِ'م‬، 'ِ‫فَ'أَ'رْ'سَ'لَ' ا'هللُ' لُ'وْ'طً'ا' إِ'لَ'ى' قَ'وْ'مِ'ه‬
'ِ‫ وَ' فَ'شْ'وِ' الْ'مُ'نْ'ك'رَ'ا'ت‬، 'ِ‫' وَ' تَ'قْ'طِ'يْ'ع' ال'سَّ'بِ'يْ'ل‬، 'ِ‫فِ'عْ'لِ' الْ'فَ'ا'حِ'شَ'ةِ' فِ'ى' ال'ذُّ'كُ'وْ'ر‬
'ْ‫ وَ' بَ'يَّ'نَ' لَ'هُ'م‬، 'ِ‫ فَ'نَ'ص ' 'َ'حَ'هُ'مْ' لُ' ' ' 'وْ'طٌ' عَ'نْ' ه'ذِ'هِ' اْ'ألُ'م'ُ ' ' 'وْ'ر‬، 'ْ‫فِ'يْ' مَ'جَ'ا'لِ'س ' 'ِ'هِ'م‬
'ْ‫' فَ'لَ'م‬، 'ِ‫' وَ' م'َ ' 'ا' تَ'ئ'ُ ' 'وْ'لُ' إِ'لَ'ي'ْ ' 'هِ' مِ'نَ' ا'لْ'عُ'قُ'وْ'بَ' ' 'ةِ' الْ'بَ'لِ'يْ'غ'َ ' 'ة‬،‫قَ'بَ'ا'ئِ'حَ'هَ' ' 'ا' فِ'يْ' نَ'فْ'س 'ِ'هَ'ا‬
'‫ب' َ'ق ْ'و' ِم' ِه' ِإالَّ' َأ ْن' ق'َ 'ا'ل'ُ'وا' ا'ْئتِ'نَ'ا‬ 'َ '‫ ﴿' فَ' َم'ا' َك'ا' َن' َج' َو'ا‬. '‫يَ'رْ'عَ'وُ'وْ'ا' وَ' لَ'مْ' يَ'ذْ'كُ'رُ'وْ'ا‬
'. '﴾ '‫ص'ا' ِد'قِ'يْ' َن‬ َّ '‫ت' ِم' َن' ال‬ 'َ '‫ب' ا'هللِ' ِإ ْن' ُك' ْن‬ 'ِ '‫بِ' َع' َذ'ا‬
'ِ‫' وَ' ج'َ 'زِ'عَ' مِ'نْ' شِ'دَّ'ة‬، 'َ‫ وَ' عَ'لِ'مَ' اسْ'تِ'حْ'قَ'ا'قَ'هُ'مُ' الْ'عَ'ذَ'ا'ب‬، 'ْ‫سمِ'نْ'هُ'مْ' نَ'بِ'يُّ'هُ'م‬ 'َ 'ِ‫فَ'أَ'ي‬
'‫ص' ' ' ْ'ر'نِ'يْ' َع'لَ'ى' ا'لْ' َق' ' ' ْ'و'ِ'م‬
ُ 'ْ‫ب' ا'ن‬ 'ِّ '‫' فَ' ' 'دَ'عَ'ا' عَ'لَ'يْ'هِ'مْ' وَ' ﴿' ق'َ ' 'ا' َ'ل' َر‬، 'ُ‫تَ'كْ' ' 'ذِ'يْ'بِ'هِ'مْ' لَ' ' 'ه‬
'ْ‫ فَ'أَ'رْ'سَ'لَ' ا'لْ'مَ'الَ'ِئ'كَ'ةَ' ِ'إلِ'هْ'الَ'كِ'هِ'م‬، 'ُ‫الْ' ُم' ْف' ِ'س' ِد'يْ' َن' ﴾' فَ'ا'سْ'تَ'جَ'ا'بَ' ا'هللُ' دُ'عَ'ا'ءَ'ه‬
.
Artinya:
Maka Allah mengirim Luth kepada kaumnya. Dan
bersamaan dengan kesyirikan mereka, mereka menyatukan
antara perbuatan keji terhadap kaum laki-laki (homoseks),
memutus jalan (menyamun), dan menyebarkan
kemungkaran di dalam majelis-majelis mereka. Lalu, Luth
menasihati mereka tentang perkara-perkara ini dan
menerangkan kepada mereka kejelekan-kejelekannya pada
Muqaranah Kitab Tafsir Al-Jaza`iri dengan Kitab Tafsir As-Sa’di Mursyid Firdaus 28062 8

dirinya (perkara-perkara tersebut), dan apa yang (perbuatan


tersebut) mengakibatkan hukuman yang berat. Maka mereka
tidak mempedulikan dan tidak mengingat (nasihat). (Maka
tidaklah jawaban kaumnya melainkan bahwasanya mereka
mengatakan, ”Datangkanlah adzab Allah kepada kami jika
engkau dari kalangan orang-orang yang jujur“).
Lalu Nabi mereka putus asa dari mereka, dia mengetahui
(bahwa) mereka berhak mendapatkan siksa, dan dia
bersedih hati dari sangatnya pendustaan mereka
terhadapnya, maka dia berdoa kejelekan atas mereka dan
(Dia berkata, ”Wahai Pemeliharaku, Engkau tolonglah aku
untuk mengalahkan kaum yang berbuat rusak“). Maka Allah
mengijabahi doanya, lalu Dia mengirim para malaikat untuk
membinasakan mereka.
2.3 Menerangkan Kosakata Ayat
Dalam menerangkan kosakata ayat, penyusun tidak selalu
menyebutkan pada setiap ayat, hanya menyebutkan yang perlu saja.
Berikut ini contohnya (hlm. 60, kolom 2):

‫الصلو ِة ِإنَّ اهللَ َم َع‬ َّ ‫الص ْب ِر َو‬ َّ ‫ست َِعينُوْا ِب‬ ْ ‫﴿ يَا َأ ُّي َها الَّ ِذيْنَ آ َمنُوْا ا‬
.﴾ َ‫الص ِب ِريْن‬ ّ
153 )2( : ُ‫ْالبَقَ َرة‬
‫ بِاْلِإ س 'ْتِعَ'انَةِ عَلَى ُأمُ 'وْرِهِمُ الدِّْينِيَّةِ وَ' الدُّْنيَوِيَ 'ة‬، َ‫أَمَ' 'رَ' اهللُ تَعَ' 'الَى ْالمُ 'ؤْمِنِيْن‬
. ﴾ ‫ال ِة‬
َ ‫الص‬
َّ ‫َو‬ ‫ص ْب ِر‬
َّ ‫ِبال‬ ﴿
ّ‫َفالص‬
ُ ْ‫حب‬
‫س‬ َ : ‫ُه َو‬ ‫َبْ ُر‬
ّ‫الن‬
َ‫س و‬ ِ ‫َ ْف‬
‫َك ّف‬
‫ُ َها‬
‫ع ّم‬ َ
، ‫َا َت ْك َر ُه‬
Artinya: 06 15 05 15 P 08
Wahai orang-orang beriman, kalian mohonlah pertolongan
(kepada Allah) dengan sabar dan shalat. Sesungguhnya Allah
itu bersama orang-orang yang sabar. Surah Al-Baqarah (2)
ayat 153
Muqaranah Kitab Tafsir Al-Jaza`iri dengan Kitab Tafsir As-Sa’di Mursyid Firdaus 28062 9

Allah Ta’ala memerintah orang-orang beriman untuk


memohon pertolongan (kepada-Nya) atas urusan-urusan din
dan duniawi mereka (dengan sabar dan shalat).
Sabar adalah menahan dan menjauhkan diri dari sesuatu
yang dia benci.
2.4 Memaparkan Istinbath Ayat
Penyusun terkadang memaparkan istinbath ayat. Dalam
pemaparannya, penyusun meletakkannya sebelum atau sesudah makna
ayat. Berikut ini contohnya (hlm. 201):
ِ ِ َ ' ' '‫ص‬ ِ
ُ‫ َوليُتِ َّم نِْع َمَت ' ''ه‬... ‫الة‬ َ ‫ ﴾ يَا َُّأي َها الَّذيْ َن‬-6 ﴿
َّ ‫آمنُ ْوا ِإ َذا قُ ْمتُ ْم ِإلَى ال‬
6 )5( : ُ‫ ا ْل َماِئ َدة‬. ﴾ ‫َعَلْي ُك ْم ل ََعلَّ ُك ْم تَ ْش ُكُروْ َن‬
‫ نَـْذُكرُ ِمنْهَـا مَـا‬، ‫ام َكِثيَْرٍة‬ ٍ ‫حَك‬
ْ ‫عَلى َأ‬ َ ‫ت‬ ْ ‫اشتََمَل‬
ْ ‫ظْيمٌَة َقِد‬ ِ ‫ع‬َ ‫هذِه آيٌَة‬ ِ
: ‫سَّهَلُه‬ َ ‫َيسََّرُه هللاُ َو‬
‫ازِم‬
ِ ‫ن َلَو‬ ْ ‫ات ِفْيَها ِإْمتَِثُالَها َو ْالَعمَُل بَِها ِم‬ ِ َ‫هذِه ْالمَْذُكْور‬ ِ ‫ن‬ َّ ‫ َأ‬: ‫حُدَها‬َ ‫َأ‬
َ‫ َِألنَُّه ص ـََدرََها بَِقْو ِل ـِه ﴿ يََأ ُّي َها الَّ ِذيْن‬، ‫ي َال َيتُِّم ِإَّال بِ ـِه‬ْ ‫ان َّالِذ‬ ِ ‫ْاِإليْمَ ـ‬
‫عَملُـــوْا‬ ْ ‫ ِإ‬، ‫ن آمَنُـــْوا‬ َ ْ‫لذي‬
ِ ‫ يَـــا َأيُّهَـــا َّا‬: ‫ي‬ْ ‫ َأ‬. ‫آخِرهَـــا‬ ِ ‫آ َمنُوْا ﴾ ِإَلى‬
. ‫عَناهُ َلُكْم‬
ْ ‫ان ُك ْم ِبمَا شََر‬
ِ َ‫ِبمُْقَتضَى ِإْيم‬
Artinya:
(6) Wahai orang-orang yang beriman ! Apabila kalian hendak
berdiri menuju shalat ..... dan supaya Dia menyempurnakan
nikmat-Nya atas kalian supaya kalian bersyukur. Surat Al-
Ma`idah (5) ayat 6
Ini adalah ayat yang agung, sungguh ia (ayat tersebut)
mengandung hukum yang sangat banyak, kami akan
menyebutkan sebagiannya yang Allah memudahkan dan
menggampangkannya:
Pertama: Bahwasanya semua yang tersebut pada ayat ini,
penerapannya dan pengamalannya termasuk dari konsekuensi-
konsekuensi keimanan, yang (keimanan tersebut) tidak
sempurna kecuali dengannya, karena Dia memulainya dengan
kalam-Nya (‫منُوْا‬َ ‫ )يََأيُّ َها الَّ ِذيْنَ آ‬sampai pada akhirnya.
Maksudnya: wahai orang-orang yang beriman. Kalian
lakukanlah apa yang telah Kami (Allah) syariatkan kepada
kalian sesuai (kadar) keimanan kalian. 07 15 05 25 P 15 08 15
06 01 P 17
3. Muqaranah Sistematika Penafsiran 09 15 06 10 P 16 10 15 06 19 P 14
Muqaranah Kitab Tafsir Al-Jaza`iri dengan Kitab Tafsir As-Sa’di Mursyid Firdaus 28062 10

Berdasarkan uraian di atas, penulis menilai bahwa penafsiran kitab


Tafsir Al-Jaza`iri lebih sistematis daripada kitab Tafsir As-Sa’di. Sebab, pada
kitab Tafsir Al-Jaza`iri ini bahasan yang seharusnya dipaparkan lebih awal,
penyusun paparkan terlebih dahulu, misalnya: pemaparan keterangan
kosakata-kosakata ayat, penyusun paparkan terlebih dahulu daripada
pemaparan makna ayat, karena pemaparan keterangan kosakata-kosakata
ayat diperlukan untuk memahami makna ayat. Begitu juga pemaparan
keterangan makna ayat dipaparkan terlebih dahulu daripada pemaparan
istinbath ayat. Dengan demikian, penafsiran kitab ini dapat mempermudah
pembaca dalam mempelajari Al-Qur`an, terutama bagi para pemula yang
ingin mempelajari tafsir Al-Qur`an. 11 15 08 21 P 14
Adapun penafsiran kitab Tafsir As-Sa’di kurang sistematis, karena
istinbath ayat disebutkan sebelum pemaparan makna ayat, walaupun
terkadang disebutkan setelah pemaparan makna ayat. Menurut penulis,
istinbath ayat sebaiknya selalu disebutkan setelah pemaparan makna ayat.
Sebab, pembaca seharusnya terlebih dahulu mamahami makna ayat sebelum
mengetahui istinbathnya. Adapun tentang keterangan kosakata ayat,
alangkah baiknya selalu disebutkan karena dapat membantu sebagian
pembaca yang belum mengetahui keterangan kosakata suatu ayat. Akan
tetapi, bagi pembaca yang mempunyai banyak wawasan tentang kosakata
ayat, kitab tafsir ini lebih sesuai karena lebih ringkas untuk mengetahui pokok
masalah dalam mempelajari tafsir Al-Qur`an.
Berdasarkan uraian di atas, penulis menyimpulkan bahwa penafsiran
kitab Tafsir Al-Jaza`iri lebih sistematis daripada kitab Tafsir As-Sa’di, wallahu
a’lam. 12 15 08 28 P 14
Muqaranah Kitab Tafsir Al-Jaza`iri dengan Kitab Tafsir As-Sa’di Mursyid Firdaus 28062

BAB III
MUQARANAH ISI KITAB
1. Tentang Kedalaman Istinbath Ayat
Pada subbab ini, penulis hendak membandingkan bahasan kedalaman
istinbath ayat. Untuk mengetahui itu, berikut ini penulis paparkan contoh
istinbath ayat pada kedua kitab tafsir ini:
Pertama, contoh istinbath ayat pada surat Al-Ma`idah ayat 6-7 pada
kitab Tafsir Al-Jaza`iri (jld. 1, hlm. 495-496):

:‫ن‬ِ ْ‫آليَتي‬
َ ‫ن ِهَدَايِة ْا‬ ْ ‫ِم‬
‫ َو‬، ‫لغســِْل‬
ُ ‫ان َكْيِفيَِّة ْالُوضــُْوِء َو َكيِْفَّيةِ ْا‬ُ ‫الطهَــارَ ِة َو بَيَــ‬ َّ ‫ ْاَألمْــرُ ِب‬-1
. ‫التيَُّمِم‬
َّ ِ‫َكيِْفَّية‬
. ِ ‫التيَُّمم‬
َّ ‫ضْوِء ِإَلى‬ ُ ُ‫ن ْالو‬ َ ‫ن ِم‬ِ ‫اقَلِة ِلْلمُْؤِم‬
ِ َّ‫ار الن‬
ِ ‫عَذ‬ ْ ‫ان ْاَأل‬ ُ ‫ بََي‬-2
. ‫سِل‬ْ ‫لغ‬
ُ ‫ضْوِء َو ْا‬ ُ ‫جَباتِ ْالُو‬ ِ ‫ان مُْو‬ ُ ‫ بََي‬-3
. ‫ام‬
ِ ‫عَّلُة ْاِإلْنَع‬ِ ‫ الشُّْكرُ ُهَو‬-4
. ‫ظِة َعَليَْها‬ َ َ‫حاف‬
َ ‫امَها َو ْالُم‬ ِ ‫عَلى ا ْلتَِز‬
َ ‫اعُد‬ِ َ‫لعُهْوِد ُيس‬ ُ ‫ ِذْكُر ْا‬-5
Artinya:
Termasuk petunjuk dua ayat ini adalah:
1. Perintah untuk bersuci dan keterangan tentang cara
berwudlu, cara mandi (janabah), dan cara tayammum.
2. Keterangan tentang alasan-alasan yang memalingkan
(kewajiban) berwudlu ke tayammum bagi seorang mukmin.
3. Keterangan tentang apa-apa yang mewajibkan (seseorang
untuk) berwudlu dan mandi (janabah).
4. Rasa syukur adalah sebab pemberian nikmat.
5. Mengingat janji dapat membantu (seseorang) dalam
melazimi dan menjaganya (janji tersebut).
Kedua, contoh istinbath ayat pada surat Al-Ma`idah ayat 6-7 pada kitab
Tafsir As-Sa’di (hlm. 201-202):

‫ نَْذُكرُ مِْنَها مَا َيسََّرُه‬، ‫ام َكِثيَْرٍة‬ ٍ ‫حَك‬ْ ‫عَلى َأ‬ َ ‫ت‬ ْ ‫اشَتمََل‬
ْ ‫ظيَْمةٌ َقِد‬ ِ ‫ع‬ َ ‫هذِه آيٌَة‬ ِ
: ُ‫هللا َوسََّهَله‬
ُ
ِ‫ازم‬ِ ‫ن َلـَو‬ ْ ‫ات ِفيْهَـا ِإْمتَِثُالهَـا َو ْالَعـمَـُل ِبهَـا ِم‬ ِ َ‫هذِه ْالمَْذُكْور‬ ِ ‫ن‬ َّ ‫ َأ‬: ‫حُدَها‬ َ ‫َأ‬
‫ َِألنَُّه صََدَرَها ِبَقْوِلِه ﴿ يََأ ُّي َها الَّ ِذيْنَ آ َمنُوْا‬، ‫ي َال يَِتُّم ِإَّال بِِه‬ْ ‫ان َّالِذ‬ِ ‫ْاِإليَْم‬
‫انكُ ْم‬
ِ ‫عمَُلوْا ِبمُْقَتضَى ِإْيمَ ـ‬ ْ ‫ ِإ‬، ‫آمنُْوا‬
َ ‫ن‬ َ ‫ يَا َأُّيَها َّالذِْي‬: ‫ي‬
ْ ‫ َأ‬. ‫آخرَِها‬ ِ ‫﴾ ِإَلى‬
. ‫عَناهُ َلُكْم‬
ْ ‫ِبمَا شََر‬
َّ ‫ ﴿ ِإ َذا قُ ْمتُ ْم ِإلَى ال‬: ِ‫الِة ِلَقْوِله‬
. ﴾ ‫صالَ ِة‬ َ َّ‫ام ِبالص‬
ِ َ‫لقي‬
ِ ‫ ْاَألْمرُ ِبْا‬: ْ‫اني‬
ِ ‫الث‬
َّ

11
‫‪Muqaranah Kitab Tafsir Tafsir Al-Jaza`iri dengan Kitab Tafsir As-Sa’di‬‬ ‫‪Mursyid Firdaus 28062‬‬ ‫‪12‬‬

‫الِة ‪ِ ،‬لَقْو ِلـهِ ‪ِ ﴿ :‬إ َذا قُ ْمتُ ْم ِإلَى َّ‬


‫الصـالَ ِة ﴾ ‪.‬‬ ‫النيَِّة ِللصـَّ َ‬
‫ث‪ْ :‬اَألمُْر بِ ِّ‬
‫الثِال ُ‬
‫َّ‬
‫ي ‪ِ :‬بَقصِْدَها َو ِنيَِّتَها‪.‬‬ ‫َأ ْ‬
‫عنْـَد‬
‫ن هللاَ َأمَـَر بِهَـا ِ‬ ‫الِة ‪َِ ،‬أل َّ‬
‫الصـ َ‬
‫َّ‬ ‫حةِ‬‫ارِة ِلص ِـ َّ‬
‫الطهَـ َ‬
‫اط َّ‬ ‫الرِابُع ‪ِ :‬إشـِْترَ ُ‬ ‫َّ‬
‫ب‪.‬‬‫جْو ُ‬‫صُل ِفيْ ْاَألمِْر ْالُو ُ‬ ‫ام ِإَليَْها ‪َ ،‬و ْاَأل ْ‬ ‫ْالقَِي ِ‬
‫عنْ ـد‬ ‫ب ِ‬ ‫ج ُ‬‫ت ‪َ ،‬و ِإنَّمَ ـا تَ ِ‬ ‫خْوِل ْالوَْق ِ‬ ‫ب بِ ـُد ُ‬‫ارَة َال تَجِ ُ‬
‫ن الطَّ َه ـ َ‬ ‫س‪َ :‬أ َّ‬ ‫ام ُ‬
‫ْالخَ ـ ِ‬
‫الِة ‪.‬‬ ‫ادِة الصَّ َ‬
‫ِإرَ َ‬
‫النفْـل‬ ‫ض َو َّ‬ ‫لفـرْ ِ‬ ‫الِة ‪ ،‬مَِنْا َ‬ ‫عَلْيهِ ِإسْم ُ الصَّ َ‬ ‫ق َ‬‫طَل ُ‬
‫ن ُكَّل َما ُي ْ‬ ‫س ‪َ :‬أ َّ‬ ‫السادِ ُ‬
‫َّ‬
‫حتَّى‬ ‫ارُة ‪َ ،‬‬ ‫الطهَ ـ َ‬
‫ط لَ ـهُ َّ‬ ‫ازِة ‪ُ ،‬تش ـْتَرَ ُ‬‫جنَ َ‬ ‫الِة ْال َ‬
‫ايِة ‪َ ،‬و صَ َ‬ ‫لكَف َ‬ ‫ض ْا ِ‬
‫‪َ ،‬و َفْر ِ‬
‫الَوِة َو الشُّْكرِ ‪.‬‬‫جْوِد التِّ َ‬
‫س ُ‬‫اء ‪َ ،‬ك ُ‬‫لعَلمَ ِ‬
‫ن ْا ُ‬
‫عْنَد َكِثيٍْر مِ َ‬‫جَّرِد ِ‬
‫جْوِد ْالمُ َ‬
‫الس ُ‬
‫ُّ‬
‫اجهَ ـُة مِن‬
‫حصُُل بِ ـِه ْالمَُو َ‬ ‫جه ‪َ ،‬و ُهَو ‪َ :‬ما َت ْ‬ ‫السِابُع ‪ْ :‬اَألمُْر بُِغسِْل ْاَلْو ِ‬‫َّ‬
‫ن‬
‫الذَق ِ‬
‫ن َو َّ‬ ‫حيَْي ِ‬
‫الل ْ‬
‫ن ِّ‬ ‫س ْالمُْعتَ ـادِ ‪ِ ،‬إَلى مَ ـا ْانحَ ـَدرَ ِم َ‬
‫ت ش ـَْعِر الرَّْأ ِ‬‫اب ِ‬
‫َمنَ ـ ِ‬
‫خُل ِفيْـهِ ْالَمضَْمضـَُة َو‬
‫عْرضـًا ‪َ .‬و يَـْد ُ‬
‫ن َ‬
‫ن ِإَلى ْاُألُذ ِ‬
‫ن ْاُألُذ ِ‬
‫طْوًال ‪َ ،‬و ِم َ‬
‫ُ‬
‫انت‬
‫ن كَ ـ َ‬
‫ن ِإ ْ‬
‫لك ْ‬
‫ي ِفيْ ـهِ ‪ِ .‬‬
‫الشُعْوُر َّالتِ ْ‬
‫خُل ِفْيهِ ُّ‬
‫السنَِّة ‪َ ،‬و يَْد ُ‬
‫اق بِ ُّ‬
‫ستِْنشَ ُ‬
‫ْالِإ ْ‬
‫ت َكِثيَْفًة ِإْكَتفَى‬
‫ان ْ‬
‫لبشََرِة ‪َ ،‬وإنْ َك َ‬
‫اء ِإَلى ْا َ‬
‫صالِ ْالمَ ِ‬
‫ن ِإيْ َ‬
‫ال بَُّد مِ ْ‬
‫خِفْيَفةً َف َ‬
‫َ‬
‫ظاهِِرَها ‪.‬‬ ‫ِب َ‬
‫‪....‬‬
‫ِ‬
‫ْالحَ' ' 'ادِ'يْ وَ' الْخَمْس' ' 'ُوْنَ ‪َ :‬أنَّهُ' يَنْبَغِ'يْ لِلْعَ'بْ' ' 'دِ أَنْ َيتَ' ' 'دَبَّرَ' الْح َكمَ وَْاألَس' ' 'ْرَارَ فِ'يْ‬
‫شَ'رَِائعِ اهللِ ‪ ،‬فِى الطَّهَ'ارَ'ةِ وَ' غَيْرِهَ'ا لِيَ'زْدَ'ادَ مَعْ'رِفَ'ةً' وَ عِلْمً'ا ‪ ،‬وَ' يَ'زْدَ'ادَ ش'ُكْرً'ا‬
‫ِهللِ' وَ مَ'حَبَّةً لَ'هُ ‪ ،‬عَلَى مَ'ا ش'َرَ'عَ مِنَ ْاألَحْكَ'امِ َّالتِيْ ُتوْص'ِلُ ْالعَبْ'دَ إَِلى الْمَنَ'ازِلِ‬
‫الرفِيْعَ'ةِ ‪.‬‬
‫ْالعَ'الِيَةِ َّ‬
‫‪Artinya:‬‬
‫)‪Ini adalah ayat yang agung, sungguh ia (ayat tersebut‬‬
‫‪mengandung hukum yang sangat banyak, kami akan‬‬
‫‪menyebutkan sebagiannya yang Allah memudahkan dan‬‬
‫‪menggampangkannya:‬‬
‫‪Pertama: Bahwasanya semua yang tersebut pada ayat ini,‬‬
‫‪penerapan dan pengamalannya termasuk dari konsekuensi-‬‬
‫‪konsekuensi keimanan, yang (keimanan tersebut) tidak sempurna‬‬
‫( ‪kecuali dengannya, karena Dia memulainya dengan kalam-Nya‬‬
‫‪) sampai pada akhirnya. Maksudnya: wahai‬يََأ ُّي َها الَّ ِذيْنَ آ َمنُوْا‬
‫‪orang-orang yang beriman. Kalian lakukanlah apa yang telah Kami‬‬
‫‪(Allah) syariatkan kepada kalian sesuai (kadar) keimanan kalian.‬‬
Muqaranah Kitab Tafsir Tafsir Al-Jaza`iri dengan Kitab Tafsir As-Sa’di Mursyid Firdaus 28062 13

Kedua: Perintah untuk menegakkan shalat, karena kalam-Nya: (‫ِإ َذا‬


‫صالَ ِة‬ َّ ‫)قُ ْمتُ ْم ِإلَى ال‬.
Ketiga: Perintah berniat untuk shalat, karena kalam-Nya: ( ‫ِإ َذا قُ ْمتُ ْم‬
‫صالَ ِة‬ َّ ‫)ِإلَى ال‬. Maksudnya: dengan bermaksud dan berniat untuk
menjalankannya (shalat).
Keempat: Suci adalah syarat sah shalat, karena Allah
memerintahkan dengannya ketika hendak menunaikannya
(shalat), dan asal suatu perintah adalah wajib. 13 15 09 02 P 13
Kelima: Bahwasanya bersuci itu tidak wajib dengan sebab
masuknya waktu shalat, dan ia (bersuci itu) hanya wajib ketika
(seseorang) hendak menunaikan shalat.
Keenam: Bahwasanya setiap apa yang dimutlakkan nama shalat
atasnya, dari yang fardlu, sunah, fardlu kifayah, shalat jenazah,
(maka) suci itu disyaratkan baginya, hingga (dalam hal) sujud -
menurut kebanyakan ulama-, seperti sujud tilawah dan sujud
syukur.
Ketujuh: Perintah membasuh muka, yaitu apa yang bertatap muka
itu tercapai dengannya, dari tempat-tempat yang biasa tumbuh
rambut kepala sampai apa yang turun ke bawah, dari dua jenggot
dan dagu secara memanjang, dan dari telinga (satu) sampai
telinga (lainnya) secara melebar. Berkumur dan istinsyaq itu
termasuk di dalamnya, berdasarkan dalil sunah, dan termasuk di
dalamnya (membasuh) rambut-rambut yang ada padanya (muka).
Akan tetapi jika (rambut-rambut yang ada di muka tersebut) tipis,
maka harus menjadikan air sampai ke kulit, dan jika tebal, maka
cukup (dibasuh) yang tampak saja.
... .
Kelima puluh satu: Bahwasanya sepantasnya bagi seorang hamba
menadaburkan hikmah-hikmah dan rahasia-rahasia yang terdapat
pada syariat-syariat Allah, yaitu pada masalah bersuci dan
selainnya supaya menambah pengetahuan dan ilmu(nya), dan
menambah rasa syukur kepada Allah dan rasa cinta kepada-Nya
atas apa-apa yang telah Dia syariatkan dari hukum-hukum yang
menjadikan seorang hamba itu sampai kepada kedudukan yang
mulia lagi tinggi. 14 15 09 04 P 15
Dari contoh di atas, dapat diketahui bahwa istinbath ayat pada kitab
Tafsir Al-Jaza`iri, yaitu pada surat Al-Ma`idah (4) ayat 6 - 7, penyusun hanya
menyebutkan lima pengertian sederhana yang dapat diambil dari ayat
tersebut, yaitu perintah untuk bersuci, keterangan alasan tentang hal yang
memindahkan dari berwudlu ke tayammum, keterangan yang mewajibkan
untuk berwudlu dan mandi janabah, syukur adalah sebab pemberian nikmat,
dan mengingat janji dapat membantu untuk melazimi dan menjaga janji
tersebut.
Adapun istinbath ayat pada kitab Tafsir As-Sa’di, pada ayat yang sama,
yaitu surat Al-Ma`idah (4) ayat 6 - 7, penyusun mengambil istinbath sebanyak
Muqaranah Kitab Tafsir Tafsir Al-Jaza`iri dengan Kitab Tafsir As-Sa’di Mursyid Firdaus 28062 14

lima puluh satu. Beliau menyebutkan banyak permasalahan hukum-hukum


fikih yang berkenaan dengan ayat tersebut, seperti syarat sah shalat dan lain
sebagainya. Hal ini menunjukkan bahwa penyusun sangat cermat dalam
mengambil istinbath yang terkandung dalam suatu ayat karena banyaknya
ilmu yang beliau miliki. Menurut penulis, kedalaman istinbath dapat membantu
pembaca dalam mentadaburi ayat-ayat Al-Qur`an.
Dari uraian di atas, penulis menyimpulkan bahwa istinbath ayat pada
kitab Tafsir As-Sa’di lebih mendalam daripada istinbath ayat pada kitab Tafsir
Al-Jaza`iri, wallahu a’lam. 15 15 09 09 P 15
2. Tentang Penyebutan Kisah Isra`iliyat
Pada subbab ini, penulis hendak membandingkan penyebutan kisah
isra`iliyat yang terdapat pada dua kitab tafsir ini. Sebagai bahan perbandingan,
penulis paparkan lafal ayat surat Al-Baqarah (2) ayat 248 beserta keterangan
yang terdapat pada dua kitab tafsir ini. Berikut ini pemaparannya:

‫ت فِيْ' ِه َس' ِكيْنَةٌ ِم ْ'ن َربِّ ُك ْ'م‬


ُ ْ‫ْك ِ'ه َأ ْن يَْأتِيَ ُك ُم التَّابُو‬
ِ ‫ال لَهم نَبُِّيهم ِإ َّن آيةَ مل‬
ُ َ ْ ُ ْ ُ َ َ‫﴿ َ'و ق‬
'ً‫ك َآليَة‬ َ ِ‫ارو َ'ن تَ ْح ِملُهُ الْمَالَِئ َكةُ' ِإ َّن فِ ْي ذل‬ ُ ‫آل َه‬ ُ ‫آل ُموْ َسى َو‬ ُ ‫َ'و بَِقيَّةٌ' ِم َّما' َت َر َك‬
. ﴾ ‫لَ ُك ْم ِإ ْن ُكنْتُ ْم ُمْؤ ِمنِيْ' َن‬
Artinya:
Dan Nabi mereka berkata kepada mereka, “Sesungguhnya tanda
kerajaannya adalah bahwasanya datang kepada kalian sebuah
peti yang di dalamnya terdapat ketenangan dari Pemelihara kalian,
dan (terdapat pula) sisa dari apa-apa yang ditinggalkan oleh
keluarga Musa dan Harun yang dibawa oleh para malaikat.
Sesungguhnya pada yang demikian itu sungguh ada satu tanda
(kekuasaan Allah) untuk kalian jika kalian beriman.
Keterangan pada kitab Tafsir Al-Jaza`iri (hlm. 194-195):

َّ ‫صــُتهُ َأ‬
‫ن‬ َ ‫ال‬ ُ ‫اضــحا ً َو‬
َ ‫خ‬ ِ ‫ات مَع ْنَى ْاآليَــةِ َو‬
ِ ‫لكِلمَــ‬
َ ‫شــْرحِ ْا‬
َ ِ‫ح ب‬
َ َ‫صــب‬
ْ ‫قَ' ' ' ْد' َأ‬
ْ ‫عَليِْهْم َأ‬
‫ن‬ َ ‫ت‬ َ ‫هللا تَ َعـَالى ِلطَـُالْو‬
ِ ‫ك‬ ِ ‫ن آيَـَة تَْمِليْـ‬
َّ ‫عَلمَُهْم َأ‬
ْ ‫ش َـمِْوْيَل النَِّبيَّ َأ‬
‫جُّمِعِهْم َو ِّاتحَـادِِهْم َو‬
َ َ‫ب مِْنُهْم َو هُـَو َرمْـُز ت‬ ُ ‫ت ْالمَ ْغص ُـْو‬ ُ ‫ابْو‬ ُ َّ‫َيْأِتيَُهُم الت‬
ِ ‫آل مُْوس َـى َو‬
‫آل‬ ِ ‫ار‬
ِ ‫ن آثَ ـ‬
ْ ِ‫اه م‬
ُ ‫اتِهْم ِلَما حَ ـَو‬
ِ َّ‫استِْمَدادِ ُقَّوِة َمْعَنِوي‬
ْ ‫َمصَْدُر‬
‫عَمامَ ـِة‬
ِ ‫عص ـَا ُمْوس ـَى َو َنْع ِلـِه َو‬
َ ‫ َو‬، ‫اح‬
ِ ‫اض ْاَأل ْلـَو‬
ِ َ‫ن ؛ َكرُض ـ‬
َ ‫ارْو‬
ُ ‫هَ ـ‬
‫ان‬
َ ‫ َف َكـ‬، ِ‫التيْ ـه‬
ِّ ْ‫عَليِْهْم ِفي‬
َ ‫ان يُنْ ـَزُل‬
َ ‫ي كَ ـ‬
ْ ‫ن َّالِذ‬
ِّ َ‫ن ْالم‬
َ ِ‫يٍء م‬
ْ َ‫ن َو ش‬
َ ‫ارْو‬
ُ ‫َه‬
‫خَرجُـْوا ِلِقتَـال‬
َ ‫حتَهَـا فَـِإَّنُهْم ِإَذا‬
ْ ‫ن َت‬
َ ‫اتُلْو‬
ِ ‫الرَايةِ ُيقَـ‬
َّ ِ‫ابة‬
َ ‫ت ِبمََث‬
ُ ‫ابْو‬
ُ َّ‫هذا الت‬
َ
Muqaranah Kitab Tafsir Tafsir Al-Jaza`iri dengan Kitab Tafsir As-Sa’di Mursyid Firdaus 28062 15

َ‫ن مَــا َبِقي‬


َ ‫اتُلْو‬
ِ ‫ن يُقَــ‬
َ ‫حَ َملُــْوُه َمَعُهْم ِإَلى َداخِــِل ْالمَْعرَكَــةِ َو َال َيزَالُــْو‬
‫ن ُهنَــــا َو ُهْم‬
ْ ‫ َو ِم‬، ‫عَليْــــِه عَــــُدُّوُهْم‬
َ ‫ت بَِأيْــــِديِْهْم َلْم يَْغِلْبُهْم‬
ُ ‫ابْو‬
ُ ‫الت‬
َّ
‫عَلى َتمِْليْـك‬
َ ‫ت آيَـًة‬
ِ ‫ابْو‬
ُ ‫الت‬
َّ ‫ان‬
َ ‫جَعَل هللاُ َتَعَالى َلُهْم ِإْتيَـ‬
َ ِ‫ن ِلْلِقَتال‬
َ ‫حَّفُزْو‬
َ َ‫َيت‬
‫ســُكن‬
ْ َ‫ي ِقتَا ِلهِ ْم َفت‬
ْ ‫حمُِلْونَُه مََعُهْم ِف‬
ْ ‫ت َي‬
ِ ‫س ْالوَْق‬
ِ ‫ي نَْف‬
ْ ‫عَلْيِهْم َو ِف‬
َ ‫ت‬
َ ‫طُالْو‬
َ
، ‫هللا تَ َعـَالى‬
ِ ‫ن‬ ِ ‫ن بِـِإْذ‬
َ ‫صرُْو‬
ِ َ‫ن َو يَْنت‬
َ ‫اتُلْو‬
ِ ‫سُهْم َفُيَق‬
ُ ‫ِبهِ ُقُلْوبُُهْم َو تَْهَدُأ نُُفْو‬
‫ن ْالَعَمِالقَـة‬
َّ ‫ار تَقُـْوُل ِإ‬
َ ‫خبَـ‬
ْ ‫ن ْاَأل‬
َّ ‫ت فَـِإ‬
ِ ‫ابْو‬
ُ ‫لت‬
َّ ‫الِئكَـةِ ِل‬
َ ‫حمِْل ْالَم‬
َ ‫﴿ َأمَّا َكْيِفيَُّة‬
ٍ‫اســيِْر َوبِآفَــات‬
ِ ‫ض ْالَبَو‬
ِ َ‫عنْــَدُهْم ِإَذا ْابُتلُــْوا بِمَــر‬
ِ ‫ت‬
ِ ‫ابْو‬
ُ ‫الت‬
َّ ِ‫اءمُْوا ب‬
َ َ‫َتشــ‬
‫سرَِائْيَل َو‬
ْ ‫ي ِإ‬
ْ ِ‫ت ِلبَن‬َ ‫ابْو‬
ُ َّ‫هذا الت‬
َ ‫ن يَُرُّدْوا‬ ْ ‫ي َأ‬
ْ ‫غْيرَِها َفَفَّكُرْوا ِف‬ َ ‫اعيٍَّة َو‬
ِ َ‫ِزر‬
‫ان َأْو‬
ِ ‫جرُّهَــا بََقَرتَــ‬ُ ‫عرَبَــةٍ َي‬َ ْ‫جَعلُــْوُه ِفي‬
َ ‫ َف‬، ‫ار‬ٍ ‫هللا َأقْــَداراً َِألقْــَد‬
ُ َ‫ســاق‬َ
ُ‫ت ْالَعرَبَـة‬
ِ َ‫ازِل بَِنيْ ِإسـَْرِائيَْل َفَمشـ‬
ِ ‫جهَـِة مَنَـ‬
ِ ‫جُهْوهَـا ِإَلى‬
َّ ‫ان َو َو‬
ِ َ‫َفَرس‬
. ﴾ ‫سرَِائْيَل‬
ْ ‫ي ِإ‬
ْ ِ‫ازِل َبن‬
ِ َ‫ت بَِها ِإَلى َمن‬
ْ ‫حتَّى َوصََل‬
َ ‫الِئَكُة‬
َ ‫ساقَْتَها ْالَم‬
َ ‫َف‬
Artinya:
Sungguh makna ayat ini telah menjadi jelas dengan adanya
keterangan kosakata ayat, dan ringkasnya bahwasanya Nabi
Samuel memberitahu kepada mereka bahwa tanda pengangkatan
Allah Ta’ala terhadap Thalut sebagai raja atas mereka adalah
bahwasanya peti yang dirampas dari mereka datang kepada
mereka, dan ia menjadi sebuah kode perkumpulan dan kesatuan
mereka dan sumber kekuatan mental mereka karena ia berisi
peninggalan keluarga Musa dan Harun; seperti serpihan alwah
(papan kitab Taurat), tongkat dan sandal Musa, sorban Harun, dan
sedikit dari manna yang diturunkan atas mereka di Tih. Maka peti
ini bagaikan panji yang mereka berperang di bawahnya, maka
sesungguhnya apabila mereka keluar untuk berperang, mereka
membawanya ke medan perang dan mereka tidak henti-hentinya
berperang dan tidak ada musuh yang dapat mengalahkan mereka
selagi peti tersebut tetap ada pada mereka. Dan dari sini
sementara mereka bersiap-siap untuk berperang, Allah Ta’ala
mendatangkan peti buat mereka sebagai tanda atas penguasaan
Thalut atas mereka. Dan pada waktu itu mereka membawanya
bersama mereka pada peperangan mereka, maka hati-hati
mereka menjadi tenang dan jiwa-jiwa mereka (juga) menjadi
tenang. Lalu mereka berperang dan mereka memperoleh
kemenangan dengan izin Allah Ta’ala. Adapun cara para malaikat
membawa peti itu, maka sesungguhnya sejarah mencatat
bahwasanya para ‘Amaliqah (kaum ‘Aad yang tinggal di Ariha`)
merasa sial dengan peti yang ada pada mereka, karena (dengan
adanya peti tersebut) mereka diuji dengan penyakit bawasir,
kerusakan pada pertanian, dan selainnya. Lalu, mereka berpikir
untuk mengembalikan peti tersebut kepada Bani Isra`il dan Allah
Muqaranah Kitab Tafsir Tafsir Al-Jaza`iri dengan Kitab Tafsir As-Sa’di Mursyid Firdaus 28062 16

menetapkan takdir-takdir untuk takdir-takdir yang lain, lalu mereka


meletakkannya di dalam suatu gerobak yang ditarik oleh dua ekor
sapi atau dua ekor kuda, dan mereka mengarahkannya ke arah
perumahan Bani Isra`il. Maka, berjalanlah gerobak itu. Lalu, para
malaikat menggiringnya sampai ke perumahan Bani Isra`il.
Dari keterangan surat Al-Baqarah (2) ayat 248 pada kitab Tafsir Al-
Jaza`iri di atas, dapat diketahui bahwa: 16 15 09 16 P 11 17 15 09 21 P 14
Pertama, penyusun menyatakan bahwa nabi tersebut bernama
Samuel. Setelah penulis tilik pada kitab tafsir lainnya, seperti kitab Tafsir
Ath-Thabari, ternyata riwayat yang menyatakan bahwa nabi tersebut
bernama Samuel itu bersumber dari Wahb bin Munabbih 2, yang banyak
menukil dari kitab-kitab isra`iliyat 3. Dengan demikian, pernyataan bahwa
nabi tersebut bernama Samuel dihukumi sebagai isra`iliyat.

Kedua, penyusun menerangkan bahwa makna 'ٌ‫بَِقيَّة‬ (sisa) adalah


serpihan alwah (papan kitab Taurat), tongkat dan sandal Musa, sorban Harun,
dan sedikit manna yang diturunkan atas Bani Isra`il di Tih. Makna kata 'ٌ‫بَِقيَّة‬
(sisa) sebagaimana yang diterangkan oleh penyusun tersebut termasuk dari
kisah isra`iliyat yang bisa jadi benar dan bisa jadi bohong, maka tidak boleh
didustakan maupun dibenarkan 4.
Ketiga, penyusun menyebutkan bahwa para ‘Amaliqah merasa sial
dengan adanya peti yang ada pada mereka. Dengan sebab itu, mereka
berpikir untuk mengembalikan peti tersebut kepada Bani Isra`il. Lalu, mereka
meletakkan peti tersebut di dalam sebuah gerobak yang ditarik oleh dua ekor
sapi atau kuda yang diarahkan ke perumahan Bani Isra`il. Kemudian Allah
mengirim para malaikat untuk menggiringnya hingga sampai ke perumahan
Bani Isra`il. Kisah yang disebutkan oleh penyusun tersebut termasuk dari
kisah isra`iliyat yang tidak boleh didustakan maupun dibenarkan 5.
Dari uraian di atas, dapat diketahui bahwa Al-Jaza`iri menyebutkan
kisah isra`iliyat untuk keterangan Surat Al-Baqarah (2) ayat 248. Kisah
isra`iliyat yang disebutkan oleh penyusun tersebut adalah kisah isra`iliyat yang
tidak boleh dibenarkan maupun didustakan, namun boleh diceritakan 6. Jadi,

2
Lihat Jami’ul Bayan susunan Ibnu Jarir, jld. 2, hlm. 373.
3
Lihat Syarhu Muqaddimatin fi Ushulit Tafsir susunan Al-‘Utsaimin, hlm. 41.
4
Lihat Al-Isra`iliyyatu wal Maudlu’at susunan Abu Syahbah, hlm. 170-173.
5
Lihat Al-Isra`iliyyatu wal Maudlu’at susunan Abu Syahbah, hlm. 172-173.
6
Lihat Al-Isra`iliyyatu wal Maudlu’at susunan Abu Syahbah, hlm. 107.
Muqaranah Kitab Tafsir Tafsir Al-Jaza`iri dengan Kitab Tafsir As-Sa’di Mursyid Firdaus 28062 17

keterangan ayat yang berasal dari kisah isra`iliyat tersebut tidak boleh
didustakan maupun dibenarkan. 18 15 09 30 P 11
Keterangan pada kitab Tafsir As-Sa’di (hlm. 91, kolom 3):

ِ ‫سيَّةً يُشَا ِهد ُْونَ َها َو ِه َي ِإ ْتيَــانُ التَّابُ ْو‬


‫ت‬ ِّ ‫ضا آيَةً ِح‬ً ‫ثُ َّم َذ َك َر لَ ُه ْم نَبِيُّ ُه ْم َأ ْي‬
ْ ‫سـ ِك ْينَةٌ ت‬
‫َسـ ُكنُ بِ َها‬ َ ‫ت‬ ِ ‫ي قَ ْد فَقَـد ُْوهُ زَ َمانًا طَـ ِو ْيالً َو فِ ْي ذلِـ َك التَّابُ ْو‬ ْ ‫الَّ ِذ‬
‫ســى‬ َ ‫ َو فِ ْي ِه بَقِيَّةٌ ِم َّما ت ََر َك آ ُل ُم ْو‬، ‫اط ُر ُه ْم‬
ِ ‫ َو تَ ْط َمِئنُّ لَ َها َخ َو‬، ‫قُلُ ْوبُ ُه ْم‬
. ‫ فََأتَتْ بِ ِه ا ْل َمالَِئ َكةُ َحا ِملَةً لَهُ َو ُه ْم يَ َر ْونَهُ ِعيَانًا‬، َ‫َو آ ُل هَا ُر ْون‬
Artinya: 19 15 10 07 P 09
Kemudian Nabi mereka juga menyebutkan satu tanda yang
konkret, yang mereka menyaksikannya. Yaitu, datangnya peti
yang telah hilang dari mereka selama masa yang panjang. Dan di
dalam peti tersebut ada suatu ketenangan yang hati-hati mereka
merasa tentram dengannya, dan pikiran-pikiran mereka (juga)
merasa tenang karenanya. Dan di dalamnya (juga) ada
peninggalan keluarga Musa dan Harun, lalu para malaikat datang
dengan membawanya dan mereka melihatnya dengan jelas.
Pada keterangan di atas, dapat diketahui bahwa As-Sa’di menerangkan
makna ayat tersebut secara lahiriah, tidak menyebutkan kisah isra`iliyat.
Dari semua uraian di atas, dapat diketahui bahwa Al-Jaza`iri
menyebutkan kisah isra`iliyat yang tidak boleh didustakan maupun dibenarkan
namun boleh diceritakan, untuk keterangan surat Al-Baqarah (2) ayat 248.
Adapun As-Sa’di hanya menerangkan makna ayat tersebut secara lahiriah,
tanpa menyebutkan kisah isra`iliyat. Menurut pengamatan penulis, As-Sa’di
tidak menyebutkan kisah isra`iliyat untuk keterangan ayat sama sekali. Pada
bagian pendahuluan kitab Tafsir As-Sa’di, ‘Abdullah bin ‘Abdul ‘Aziz bin
‘Uqail mengatakan bahwa As-Sa’di tidak menyebutkan kisah isra`iliyat untuk
keterangan ayat (hlm. 6). Bahkan, As-Sa’di sendiri berpendapat bahwa
bolehnya menyebutkan kisah isra`iliyat itu tidak menunjukkan bolehnya
disebutkan untuk keterangan ayat Al-Qur`an. Berikut ini pernyataan beliau
(hlm. 273, kolom 2):

‫ َو‬، ‫ســ َراِئ ْيلِي َّ ِـة‬ ْ ‫ب هللاِـ بِاَْأل ْخبَا ِر ْاِإل‬


ِ ‫س ْي ُـر ِكتَا‬ ِ ‫وَ قَ ْد تَقَ َّد َم َأنَّهُـ الَ يَ ُج ْو ُز تَ ْف‬
َّ‫ فَ ـِإن‬، ‫لَ ْو َعلَى ت َْج ِو ْي ِـز ال ِّر َوايَ ِـة َع ْنهُ ْـم بِاُْأل ُم ْو ِر الَّتِ ْـي الَ يُ ْجزَ ُم بِ ِك ْذبِ َها‬
َ‫ فَال‬، ‫ب‬ ُ ‫ـذ‬ َّ ‫ق َو الَ تُ َكـ‬ َ ‫ـو ٌـر الَ ت‬
ُ ‫ُص ـ َّد‬ ْ ‫ َو تِ ْل َك ُأ ُمـ‬، ‫ب هللاِـ يَقِ ْينِيَّـةٌـ‬ ِ ‫َم َعانِ َـي ِكتَا‬
. ‫يُ ْم ِكنُ اتِّفَاقُهُ َما‬
Muqaranah Kitab Tafsir Tafsir Al-Jaza`iri dengan Kitab Tafsir As-Sa’di Mursyid Firdaus 28062 18

Artinya:
Dan sungguh telah lewat bahwasanya tidak boleh menafsirkan
Kitabullah dengan kisah-kisah isra`iliyat walaupun meriwayatkan
dari mereka (Bani Isra`il) dalam perkara-perkara yang tidak
dipastikan kebohongannya itu boleh. Maka sesungguhnya
makna-makna Kitabullah itu pasti, sedangkan (kisah isra`iliyat)
itu adalah perkara-perkara yang tidak dibenarkan maupun
didustakan, maka keduanya tidak mungkin menyatu.
Dengan demikian, penulis menyimpulkan bahwa kitab Tafsir As-Sa’di
itu lebih utama, jika dibandingkan dengan kitab Tafsir Al-Jaza`iri ditinjau dari
ada tidaknya kisah isra`iliyat untuk keterangan ayat padanya. Hal ini
sebagaimana yang dikatakan oleh Abu Syahbah bahwa dengan tidak
menyebutkan kisah isra`iliyat yang boleh diceritakan itu lebih utama 7
,

wallahu a’lam.20 15 10 12 P 12 21 15 10 19 P 11

Namun demikian, penulis mendapati bahwa Al-Jaza`iri dan As-Sa’di


sama-sama menyebutkan kisah isra`iliyat yang batil dalam kitab tafsir
keduanya untuk menunjukkan kebatilan kisah tersebut kepada pembaca.
Berikut ini contohnya:
Pertama, contoh kisah isra`iliyat yang batil pada kitab Tafsir Al-Jaza`iri
(jld. 4, hlm. 362):

َ ‫ب َو َغـ َراِئ‬
‫ب‬ َ ‫س َراِئ ْي َـل ع ََجـ اِئ‬ ِ ُ‫س ُر ْو َـن هُنَا نَ ْقالً عَنْ ُكت‬
ْ ‫ب بَنِ ْـي ِإ‬ ِّ َ‫َذ َك َر ا ْل ُمف‬
‫ب فَـ َرَأى‬ِ ‫ش ِع َهاـ َأنَّهُـ نَظَ َـر ِمنْ ُكـ َّو ِة ا ْل ِم ْحـ َرا‬
َ ‫ص ِـة دَا ُو َد ه ِذ ِه ِمنْ َأ ْب‬َّ ِ‫فِ ْي ق‬
ِ‫ا ْمـــ َرَأةً تَ ْغت َِســـ ُـل فََأ َحب َّ َها َو طَلَبَ َها بِـــَأنْ أَ ْرســـَ َل َز ْوجَ َها ِإلَى ا ْل ِج َهـــاد‬
ْ‫ض ـنَا عَن‬ ْ ‫ َأ ْع َر‬. ‫ت قَتِ ْيالً َحت َّى يَتَ َز َّو َـج دَاودُ ا ْم َرَأتَ ـهُـ بَ ْعـ َد َم ْوتِ ـ ِـه‬ ‫لِيَ ُم ْو َـ‬
ِ ‫ي هللا ِ عَنْ ه ِذ ِه ْاَأل َكا ِذ ْي‬
‫ب ا ْل َم ْم ُج ْو َجــ ِـة الَّتِ ْـي‬ ‫ه ِذ ِه ْاَألبَا ِط ْي ِـل ُمنَ ِّز ِه ْي َـن نَبِ َّـ‬
‫ف َما‬ ‫س ـ َـ‬ُ ‫س ـبُ ْواـ ِإلَى يُ ْو‬ َ َ‫شــْأنا ً َك َما ن‬ َ ‫س ِإ ْي َمانــا ً َو‬ِ ‫الَ يَ ْرتَ ِكبُ َهاـ َأقَــ ُّل النَّا‬
ْ‫ـق هللاِـ تَ َعــالَى بَ ْعـ َد َأن‬ ُ ‫ـو ِـد َو هُ ْم َأ ْكـ َذ‬
ِ ‫ب َخ ْلـ‬ ْ ‫ ِر َوايَـةًـ َع ِن ْاليَ ُهـ‬، ‫سـبُ ْواـ‬ َ َ‫ن‬
. ‫لُ ِعنُ ْواـ بِظُ ْل ِم ِه ْـم‬
Artinya:
Disini, para mufasir menyebutkan keajaiban-keajaiban dan
keanehan-keanehan pada kisah Dawud dengan menukil dari
kitab-kitab Bani Isra`il. Ini adalah kisah terburuk, (yaitu)
bahwasanya beliau melihat dari sebuah lubang dinding mihrab.
Lalu, beliau melihat seorang perempuan yang sedang mandi,
7
Lihat Al-Isra`iliyyatu wal Maudlu’at susunan Abu Syahbah, hlm. 107.
‫‪Muqaranah Kitab Tafsir Tafsir Al-Jaza`iri dengan Kitab Tafsir As-Sa’di‬‬ ‫‪Mursyid Firdaus 28062‬‬ ‫‪19‬‬

‫‪maka beliau mencintainya dan berusaha mendapatkannya‬‬


‫‪dengan mengirim suaminya ke medan jihad agar dia mati‬‬
‫‪terbunuh, sehingga Dawud dapat menikahi istrinya setelah‬‬
‫‪kematiannya. Kami berpaling dari kebatilan-kebatilan ini dalam‬‬
‫‪keadaan menyucikan Nabi Allah dari kebohongan-kebohongan‬‬
‫‪yang terbuang ini -yang mana hal ini tidak dilakukan oleh‬‬
‫‪manusia yang paling sedikit iman dan keadaannya, seperti yang‬‬
‫‪mereka tuduhkan kepada Nabi Yusuf apa yang telah mereka‬‬
‫‪tuduhkan- (yaitu) riwayat dari orang-orang Yahudi, sedangkan‬‬
‫‪mereka itu adalah makhluk Allah Ta’ala yang paling dusta‬‬
‫‪setelah mereka dilaknat dengan sebab kedzaliman mereka.‬‬
‫‪Kedua, contoh kisah isra`iliyat yang batil pada kitab Tafsir As-Sa’di‬‬
‫‪(hlm. 273, kolom 1): 22 15 10 21 P 15‬‬

‫صــ ِـة ‪ّ ،‬أنَّ‬


‫ــذ ُك ُر ْونَ فِ ْي هــ ِذ ِه ْالقِ َّ‬ ‫ســ ِر ْي َـن يَ ْ‬ ‫َو ا ْعلَ ْم َأنَّ َكثِ ْيــ ًراـ ِمنَ ا ْل ُمفَ ِّ‬
‫ص ـالِحـ‬ ‫ساءَ ا ْقتَ َر ُح ْوهَا َعلَى َ‬ ‫صمـَّاءَ َم ْل َ‬ ‫ص ْخ َر ٍـة َ‬ ‫النَّاقَةَـ قَ ْد َخ َر َجتْ ِمنْ َ‬
‫ت النَّاقَــــةُـ َو هُ ْم‬ ‫ض ا ْل َحا ِمــــ ِـل ‪ ،‬فَ َخــــ َر َج ِ‬ ‫ضــــ ْـت تَ َم ُّخ َـ‬ ‫‪َ ،‬و َأن َّ َها تَ َم َّخ َ‬
‫ت ‪َ ،‬و‬ ‫ث َرغَيَا ٍ‬ ‫ص ْيالً ِحيْنَ َعقَ ُر ْوهَا ‪َ ،‬ر َغا ثَالَ َ‬ ‫يَ ْنظُ ُر ْو َـن ‪َ ،‬و َأنَّ لَ َها فَ ِ‬
‫سالَ ُم قَــا َل لَ ُه ْم ‪:‬ـ‬ ‫صالِ ًحا َعلَ ْي ِـه ال َّ‬ ‫ق لَهُـ ا ْل َجبَ ُل َو د ََخ َل فِ ْي ِـه ‪َ ،‬و َأنَّ َ‬ ‫ا ْنفَلَ َ‬
‫ـــو ِـم ْاَأل َّو ِـل ِمنَ ْاَألي َّ ِام‬
‫ُصـــبِ ُح ْواـ فِى ا ْليَ ْ‬ ‫ب بِ ُك ْم َأنْ ت ْ‬ ‫آيَةـُ نُـــ ُز ْو ِـل ا ْل َعـــ َذا ِ‬
‫صفَ َّرةٌـ ‪َ ،‬و ا ْليَ ْومِ الثَّانِـى ‪:‬ـ ُم ْح َمــ َّرةٌ ‪َ ،‬و الثَّالِث‬ ‫الثَّالَثَ ِـة َو ُو ُج ْوهُ ُك ْم ُم ْ‬
‫س َو َّدةٌ ‪ ،‬فَ َكانَ َك َما قَا َل ‪.‬‬ ‫‪:‬ـ ُم ْ‬
‫س ـ ْي ِـر ِكتَــا ِ‬
‫ب‬ ‫ت الَّتِ ْـي الَ يَ ْنبَ ِغ ْـي نَ ْقلُ َها فِ ْي تَ ْف ِ‬ ‫َو ُك ُّل ه َذا ِمنَ ْاِإل ْ‬
‫س َراِئ ْيلِيَّا ِـ‬
‫شــــ ْي ٍـء ِم ْن َها بِ َو ْجــــ ٍـه ِمنَ‬ ‫ــــرآ ِن َما يَــــ ُد ُّـل َعلَى َ‬‫س فِى ْالقُ ْ‬ ‫هللاِـ ‪َ ،‬و لَ ْي َ‬
‫ص ـ ِح ْي َحةًـ لَ ـ َذ َك َرهَا هللاُـ تَ َعــالَى ‪َِ ،‬ألنَّ فِ ْي َها ِمنَ‬ ‫ْال ُو ُج ْو ِه ‪ ،‬بَ ْـل لَ ْو َكانَ ْـت َ‬
‫ع ِذ ْكـ َرهُ ‪،‬‬ ‫ت مـا َ الَ يُ ْه ِملُـهُـ تَ َعــالَى ‪َ ،‬و يَـ َد ُ‬ ‫ب َو ا ْل ِعبَـ ِر َو ْاآليَــا ِ‬ ‫ْال َع َجاِئ ِـ‬
‫ض‬‫ب بَ ْع َ‬ ‫ـذ ُ‬ ‫ق بِنَ ْقلِ ِه ‪ ،‬بَ ِـل ا ْلقُـ ْـرآنُ يُ َكـ ِّ‬
‫ق َمنْ الَ يُ ْوثَ ُـ‬ ‫َحتَّى يَْأتِ َـي ِمنْ طَ ِر ْي ِ‬
‫صالِ ًحا قَا َل لَهُ ْم ‪:‬ـ ﴿ تَ َمتَّعُ ْواـ فِ ْي دَا ِر ُك ْم ثَالثَـةَـ‬ ‫ت ‪ ،‬فَِإنَّ َ‬ ‫ه ِذ ِه ا ْل َم ْذ ُك ْو َرا ِ‬
‫س‬‫ص ْي ِـر ِج ًّدا ‪ ،‬فَِإنَّهُـ لَ ْي َ‬ ‫ي ‪ :‬تَنَعَّ ُم ْواـ َو تَلَ َّذ ُذ ْوا بِه َذا ا ْل َو ْق ِ‬
‫ت ا ْلقَ ِ‬ ‫َأي َّ ٍام ﴾ َأ ْـ‬
‫س َوى ه َذا ‪.‬‬ ‫َاع َو الل َّ َّذ ِة ِ‬
‫لَ ُك ْم ِمنَ ا ْل َمت ِ‬
‫ب ‪َ ،‬و َذ َكـ َـر لَهُ ْم‬ ‫ـو َع ا ْل َعـ َذا ِ‬ ‫َو َأ ُّ‬
‫ي لَـ َّـذ ٍة َو تَ َمتُّ ٍعـ لِ َمنْ َوعَّ َدهُ ْم نَبِيُّهُ ْـم ُوقُـ ْ‬
‫ــــو َع ُمقَ ِّد َماتِــــ ِـه ‪ ،‬فَــــ َوقَ َعتْ يَ ْو ًما فَيَ ْو ًماـ ‪َ ،‬علَى َو ْجــــ ٍـه يَعُ ُّمهُ ْم َو‬ ‫ُوقُ ْ‬
Muqaranah Kitab Tafsir Tafsir Al-Jaza`iri dengan Kitab Tafsir As-Sa’di Mursyid Firdaus 28062 20

َ‫اســ ِودَادِهَا ِمن‬ ْ ‫اصــفِ َرارِهَا َو‬ ْ ‫ َو‬، ‫شــ ُملُهُ ْـم ( اِ ْح ِمــ َرارِ ُو ُجــ ْو ِه ِه ْم‬ْ َ‫ي‬
.)‫ب‬ ِ ‫ا ْل َع َذا‬
‫ فَ ـاْلقُ ْرآنُ فِ ْي ـ ِـه‬." ‫ضــادٌّ لَــهُـ ؟‬ ٌ ِ‫هَــ ْل هــ َذا ِإال َّ ُمنَــاق‬
ْ ُ‫ض لِ ْلق‬
َ ‫ َو ُم‬، ‫ــرآ ِن‬
. ُ‫س َواه‬ِ ‫ا ْل ِكفَايَةُ َو ا ْل ِهدَايَةُ عَنْ َما‬
Artinya:
Ketahuilah, bahwasanya banyak mufasir menyebutkan dalam
kisah ini, bahwasanya unta betina itu telah keluar dari sebuah batu
besar yang keras dan licin, yang mereka mengusulkannya pada
Shalih. Ia (batu besar yang keras dan licin itu) merasakan sakitnya
melahirkan seperti halnya wanita hamil itu merasakan sakitnya
melahirkan. Lalu, keluarlah seekor unta betina sedangkan mereka
melihatnya. Unta betina itu memiliki seekor anak unta yang telah
disapih tatkala mereka menyembelihnya. Ia bersuara tiga kali
(ketika melihat induknya disembelih) dan gunung itu terbelah
untuknya dan ia masuk di dalamnya. (Para mufasir juga
menyebutkan) bahwasanya Shalih ‘alaihis salam berkata kepada
mereka, “Tanda turunnya adzab kepada kalian adalah,
bahwasanya kalian memasuki waktu pagi pada hari pertama dari
tiga hari ini sedangkan wajah-wajah kalian menguning, hari kedua
memerah, dan hari ketiga menghitam”. Maka terjadilah seperti apa
yang beliau katakan.
Semua ini termasuk kisah isra`iliyat yang tidak pantas dinukil pada
penafsiran Kitabullah. Tidak ada sesuatu di dalam Al-Qur`an yang
menunjukkan atas sesuatu pun darinya dari arah manapun.
Bahkan, andaikan kisah tersebut benar, sungguh pasti Allah Ta’ala
sudah menyebutkannya karena ada keajaiban-keajaiban,
pelajaran-pelajaran, dan tanda-tanda di dalamnya yang tidak Allah
sia-siakan dan tidak Dia tinggalkan penyebutannya, sehingga
harus datang dari jalan orang yang nukilannya tidak dapat
dipercaya. Bahkan, Al-Qur`an mengingkari sebagian apa yang
telah disebutkan ini karena sesungguhnya Shalih berkata kepada
mereka, “Kalian bersenang-senanglah di dalam rumah kalian
selama tiga hari”. Maksudnya, kalian bersenang-bersenang dan
berlezat-lezatlah dengan waktu yang sangat pendek ini, karena
sesungguhnya tidak ada kesenangan dan kelezatan buat kalian
melainkan ini.
Kelezatan dan kenikmatan apa (yang akan didapatkan) bagi
orang yang Nabi mereka telah mengancam terjadinya adzab dan
menyebutkan kepada mereka terjadinya permulaan-permulaannya
(adzab). Lalu, terjadilah (permulaan adzab itu) hari demi hari
secara menyeluruh dan merata pada mereka, (yaitu) memerah,
menguning, dan menghitamnya wajah-wajah mereka dari sebab
adzab. 23 15 10 28 P 10
Tidaklah hal ini kecuali berlawanan dengan Al-Qur`an dan
bertentangan dengannya. Maka Al-Qur`an itu di dalamnya sudah
ada kecukupan dan petunjuk tanpa (membutuhkan) selainnya.
Muqaranah Kitab Tafsir Tafsir Al-Jaza`iri dengan Kitab Tafsir As-Sa’di Mursyid Firdaus 28062 21

Dari dua contoh di atas dapat diketahui bahwa Al-Jaza`iri menyebutkan


kisah isra`iliyat yang batil tentang kisah Nabi Dawud ‘alaihis salam dalam
tafsir surat Shad (38) ayat 24. Adapun As-Sa’di menyebutkan kisah israiliyat
yang batil tentang kisah Nabi Shalih ‘alaihis salam dalam tafsir surat Al-A’raf
(7) ayat 73, untuk menunjukkan kebatilan kisah isra`iliyat tersebut kepada
pembaca.
Menunjukkan kebatilan kisah isra`iliyat kepada pembaca itu adalah
suatu hal yang harus dilakukan oleh seseorang yang menyebutkan kisah
isra`iliyat yang batil, sebagaimana dikatakan oleh Abu Syahbah 8. Dengan
demikian pembaca akan berhati-hati dengan kisah tersebut sehingga tidak
menjadikan kisah tersebut untuk bahan cerita ataupun keterangan , wallahu
a’lam.24 15 11 02 P 11

8
Lihat Al-Isra`iliyyatu wal Maudlu’at susunan Abu Syahbah, hlm. 107.
Muqaranah Kitab Tafsir Al-Jaza`iri dengan Kitab Tafsir As-Sa’di Mursyid Firdaus 28062

BAB IV
PENUTUP
1. Simpulan
1.1 Penafsiran kitab Tafsir Al-Jaza`iri lebih sistematis daripada penafsiran
kitab Tafsir As-Sa’di.
1.2 Istinbath ayat pada kitab Tafsir As-Sa’di lebih mendalam daripada kitab
Tafsir Al-Jaza`iri.
1.3 Kitab Tafsir As-Sa’di itu lebih utama, jika dibandingkan dengan kitab
Tafsir Al-Jaza`iri ditinjau dari ada tidaknya kisah isra`iliyat untuk
keterangan ayat padanya.
2. Saran
2.1 Para pemula yang ingin mempelajari tafsir Al-Qur`an supaya menjadikan
kitab Tafsir Al-Jaza`iri sebagai salah satu rujukan. Hanya saja, mereka
harus berhati-hati apabila mendapati kisah isra`iliyat.
2.2 Bagi muslimin yang ingin mempelajari tafsir Al-Qur`an lebih mendalam
supaya menjadikan kitab Tafsir As-Sa’di sebagai salah satu rujukan.

﴾ ‫ب ال َْعالَ ِم ْي َن‬ ِ ِ ‫﴿ الْحم ُد‬


ِّ ‫هلل َر‬ َْ

22
Muqaranah Kitab Tafsir Al-Jaza`iri dengan Kitab Tafsir As-Sa’di Mursyid Firdaus 28062

DAFTAR PUSTAKA
1. Al-‘Utsaimin, Shalih bin Muhammad, Syarhu Muqaddimatin fi Ushulit
Tafsir, Darul ‘Aqidah, Iskandariyah-Kairo, Cetakan I, Tahun 1429 H / 2008
M.
2. Ar-Rasikh, ‘Abdul Mannan, Mu’jamu Ishthilahati Ushulil Fiqh, Darubni
Hazm, Beirut, Lebanon, Cetakan I, Tahun 1424 H / 2003 M.
3. Ath-Thabari, Abu Ja’far Muhammad bin Jarir, Jami’ul Bayan fi Tafsiril
Qur`an, Darul Ma’rifah, Beirut, Lebanon, Cetakan III, Tahun 1398 H / 1978
M.
4. Abu Syahbah, Muhammad bin muhammad, Al-‘Allamah, Asy-Syaikh, Ad-
Duktur, Al-Isra`iliyyatu wal Maudlu’atu fi Kutubit Tafsir, Maktabatus
Sunnah, Kairo-Mesir, Cetakan IV, Tahun 1408 H.

23

Anda mungkin juga menyukai