Anda di halaman 1dari 20

Analisis Strategi Pembelajaran Qur’an Hadits

Oleh:

Dzul Fadli Sya’bana


MAHASISWA PRODI PAI NON REGULER PROGRAM MAGISTER
(S2) UIN SU MEDAN KAMPUS II: JL. WILLIEM ISKANDAR
PASAR V MEDAN ESTATE 20371

ABSTRAK

Seorang guru harus memiliki strategi yang berbeda dalam belajar mengajar agar
siswa dapat belajar secara efektif dan efisien serta mencapai tujuan pembelajaran
yang diharapkan. Strategi adalah rencana yang mencakup serangkaian kegiatan
yang ditujukan untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Strategi dan
penggunaan metode pembelajaran hadis Al Qur'an sangat menentukan kualitas
hasil pembelajaran. Pendidikan Islam, termasuk pembelajaran Al-Qur'an dan
Hadits, sering dikritik karena tidak menghasilkan sikap dan perilaku yang
diinginkan. Banyak faktor telah dikemukakan sebagai penyebab masalah ini, yang
paling penting berkaitan dengan strategi pembelajaran. Strategi pembelajaran
umum tidak efektif dalam mengolah informasi kognitif menjadi nilai-nilai yang
terinternalisasi dengan baik yang memandu sikap dan perilaku. Penulis sangat
menganjurkan agar setiap program pengembangan pembelajaran dimulai dengan,
atau setidaknya mempertimbangkan secara serius, strategi pembelajaran. 

Kata Kunci: Pembelajaran, Strategi Pembelajaran, Pembelajaran Al Qur’an


Hadits.

ABSTRACT

A teacher must have different strategies in teaching and learning so that students
can learn effectively and efficiently and achieve the expected learning goals.
Strategy is a plan that includes a series of activities aimed at achieving certain
educational goals. The strategy and use of Al-Qur'an hadith learning methods
greatly determine the quality of learning outcomes. Islamic education, including
learning the Qur'an and Hadith, is often criticized because it does not produce the
desired attitudes and behaviors. Many factors have been suggested as the cause of
this problem, the most important of which relates to learning strategies. General
learning strategies are not effective in processing cognitive information into well-

1
internalized values that guide attitudes and behavior. The author strongly
recommends that any learning development program begins with, or at least
seriously considers, learning strategies.

Keywords: Learning, Learning Strategies, Learning Al Qur'an Hadits.

A. PENDAHULUAN

Pembelajaran Alquran dan Hadits yang merupakan pendidikan agama


Islam juga memberikan kontribusi bagi pencapaian pendidikan nasional. Tugas
pendidikan bukan hanya menuangkan informasi ke dalam benak siswa, tetapi
menanamkan konsep-konsep penting dan sangat berguna secara kokoh dalam
benak siswa. Untuk siswa untuk benar-benar memahami dan menerapkan
pengetahuan, mereka harus memecahkan masalah, menemukan pengetahuan, dan
terus-menerus mengerjakan ide. Pastikan siswa selalu terlibat aktif dalam proses
pembelajaran.

Hampir semua mata pelajaran PAI di sekolah memuat ayat-ayat Alquran.


Namun pada kenyataannya masih ada siswa yang kesulitan membaca Al Quran
dengan baik dan benar, siswa yang belum bisa menerapkan tajwid dan hafalan ayat
Al Quran, bahkan ada siswa yang masih sangat awam dengan ayat Al Quran.
Seperti yang kita ketahui, siswa pada dasarnya adalah individu yang unik dengan
disposisi dan kemampuan fisik, psikologis dan intelektual yang berbeda. Selain
itu, dalam proses belajar mengajar, setiap siswa memiliki dua karakteristik yang
berbeda dari dirinya. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al Quran Surat Al
Isla ayat 21:

ٰ َ ‫ْف فَض َّْلنَا بَ ْع‬


َ ‫اُ ْنظُرْ َكي‬
... ٍ ۗ ‫ضهُ ْم َعلى بَع‬
‫ْض‬
Artinya: “Perhatikanlah bagaimana Kami lebihkan sebagian dari mereka atas
sebagian (yang lain)........” 1

Al Quran Hadits merupakan sumber yang sangat penting bagi kehidupan


setiap siswa, karena melalui belajar, siswa akan dapat membaca, menulis,
1
[1] Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya, (Jakarta: Lentera Abadi, 2010),
Jilid-V, hlm. 453.

2
memahami makna dan tafsir Alquran dan Hadits. Analisis penulis terhadap Al-
Qur'an Hadist tentang pembelajaran secara umum memiliki kelemahan yang sama
bahwa siswa cenderung kurang aktif mengikuti proses pembelajaran dan pasif serta
tidak termotivasi dalam pembelajaran di kelas. Kelemahan tersebut di atas dapat
dikaitkan dengan kebiasaan belajar siswa sebelumnya yaitu siswa terbiasa belajar
di ruang kelas klasikal dan strategi pembelajaran teacher centered yang
menekankan pada teacher centered. Pembelajaran yang dapat dikaitkan dengan
potensi dan keterampilan siswa tidak sepenuhnya ditunjukkan.
Oleh karena itu, dalam tulisan ini, penulis menganalisis beberapa strategi
pembelajaran Al Qur'an Hadits. Penulis akan membahasnya satu per satu agar kita
para pendidik dapat meningkatkan kualitas pembelajaran kita dalam pengajaran
Al-Qur'an Hadist

B. PEMBAHASAN
1. Strategi Dalam Pembelajaran Al Qur’an Hadits
a. Strategi Pembelajaran

Secara bahasa, strategi dapat diartikan sebagai siasat, petunjuk, atau


cara. Dalam kaitannya dengan belajar mengajar, strategi dapat diartikan
sebagai pola umum kegiatan guru dan peserta didik dalam mewujudkan
kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan.2

Menurut Majid (2012), istilah belajar (mengajar) secara sederhana


menggambarkan upaya mengajar seseorang atau kelompok melalui
berbagai upaya, strategi, metode dan pendekatan yang berbeda untuk
mencapai tujuan yang direncanakan. Pembelajaran juga dapat dipandang
sebagai: Program kegiatan guru ke dalam pelajaran desain untuk
mendorong pembelajaran aktif dan menekankan penyediaan sumber
belajar. Oleh karena itu, belajar pada dasarnya adalah kegiatan yang

2
[2] Syaiful Bahri Djaramah and Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, Cet. 3 (Jakarta:
Rineka Cipta, 2006), hlm. 40

3
disengaja yang mengkoordinasikan/merangsang seseorang agar hasil
belajarnya baik dan sesuai dengan tujuan belajar.3

Isjoni (2011) kemudian mengemukakan bahwa pembelajaran adalah


perpaduan antara unsur manusia, bahan, fasilitas, peralatan, dan prosedur
yang berinteraksi untuk mencapai tujuan pembelajaran. Orang-orang yang
terlibat dalam sistem belajar mengajar terdiri dari siswa, guru dan staf
lainnya seperti : buku, papan tulis dan kapur tulis, foto, slide dan film, serta
kaset audio dan video. Fasilitas dan perlengkapan yang terdiri dari ruang
kelas, perlengkapan audio visual, dan komputer Prosedur, termasuk jadwal
dan metode komunikasi, latihan, belajar, ujian, dll.4

Menurut Abdul Majid, kegiatan pembelajaran akan bermuara pada dua


kegiatan pokok, yaitu: Pertama, bagaimana orang melakukan tindakan
perubahan tingkah laku melalui kegiatan belajar. Kedua, bagaimana orang
melakukan tindakan penyampaian ilmu pengetahuan melalui kegiatan
mengajar.5

Dick dan Carey menjelaskan bahwa semua strategi pembelajaran


merupakan komponen bahan/paket dan prosedur yang digunakan
membantu siswa mencapai tujuan belajarnya. Strategi pembelajaran tidak
terbatas pada prosedur kegiatan, tetapi meliputi seluruh komponen materi
atau paket pembelajaran dan pola pembelajaran itu sendiri.

Menurut Sani, pemilihan strategi pembelajaran sangat erat kaitannya


dengan kurikulum yang digunakan dan karakteristik siswa. Dalam konteks
ini, karakteristik siswa terutama terkait dengan pengalaman dan
pengetahuan awal siswa, minat siswa, gaya belajar, dan perkembangan
siswa. Tegasnya, strategi belajar dapat dikategorikan berdasarkan

3
[3] Zunidar, Strategi Pembelajaran, (Medan: Perdana Publishing, 2020), hlm. 52
4
[4] Ibid., hlm. 53
5
[5] Ibid., hlm. 54

4
bagaimana guru berkomunikasi dengan siswa secara tatap muka dan
strategi pembelajaran jarak jauh.

Menurut Slameto, strategi pembelajaran meliputi menjawab pertanyaan


seperti :6
a) Siapa melakukan apa dan menggunakan alat apa dalam proses
pembelajaran? Kegiatan ini berkaitan dengan peran sumber,
penggunaan bahan, dan alat bantu pembelajaran.
b) Bagaimana melakukan tugas-tugas belajar yang telah ditetapkan (hasil
analisis)? sehingga tugas-tugas tersebut dapat memberikan hasil yang
optimal. Kegiatan ini berkaitan dengan metode dan teknik
pembelajaran.
c) Kapan dan dimana kegiatan pembelajaran berlangsung dan berapa lama
kegiatan tersebut berlangsung?
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa membuat
strategi pembelajaran merupakan tugas guru sebagai perencana sekaligus
tugas guru sebagai pengelola atau ketua kelas. Strategi merupakan kunci
untuk membangun kegiatan pembelajaran yang memfasilitasi siswa untuk
memperoleh informasi pengetahuan sesuai dengan materi pelajaran. Hal ini
memungkinkan siswa untuk dengan mudah memahami, meningkatkan
keterampilan mereka, membentuk sikap mereka terhadap situasi atau tugas
yang akan dilakukan, dan mengubah perilaku mereka. Dinilai dan
disampaikan kepada siswa melalui penilaian pembelajaran. Secara umum,
strategi pembelajaran memiliki tiga fase utamanya :7
1) Tahap awal (prapelajaran) adalah tahap persiapan guru sebelum
kegiatan dimulai. Pada tahap ini terdapat beberapa kegiatan yang dapat
dilakukan guru :
a) Peninjauan Kehadiran siswa
b) Pretest (menanyakan pelajaran sebelumnya)
c) Apersepsi (mengulas kembali secara singkat pelajaran sebelumnya)

6
[6] Ibid.,
7
[7] Ibid., hlm. 55

5
2) Tahap pengajaran (teaching), yaitu langkah-langkah yang dilakukan
selama proses pembelajaran. Fase ini merupakan fase inti dari proses
pembelajaran, dimana guru menyajikan materi yang telah disiapkan.
Kegiatan yang dilakukan guru antara lain:
a. Menjelaskan tujuan pelajaran kepada siswa
b. Mendiskusikan poin-poin utama dari dokumen tersebut.
c. Penggunaan alat peraga
d. menuliskan hasil diskusi pada setiap topik
3) Tahap evaluasi dan tindak lanjut (evaluation) adalah evaluasi terhadap
hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran dan tindak lanjut.
Setelah melalui tahap pengajaran, langkah selanjutnya adalah guru
mengadakan posttest untuk menilai keberhasilan belajar siswa. Berikut
beberapa kegiatan yang dapat dilakukan guru pada tahap ini :
a. Mengajukan pertanyaan kepada siswa tentang apa yang dibahas
b. Mengidentifikasi materi yang belum dikuasai siswa
c. membagikan topik untuk didiskusikan pada pertemuan Anda
berikutnya.
Dalam konteks ini, hasil penilaian dapat dijadikan pedoman bagi guru
untuk menindaklanjuti dalam bentuk perbaikan atau penguatan. Oleh karena
itu, semua tahapan ini menegaskan bahwa kondisi belajar sudah ada dalam
aktivitas siswa, sekaligus memastikan bahwa hasil belajar selaras dengan
dimensi kognitif, emosional, dan psikomotorik.

b. Defenisi Al Quran Hadits

Al-Quran Hadits dapat dikatakan sebagai bagian penting dari mata


pelajaran pendidikan agama Islam yang diberikan untuk memahami dan
mengamalkan Al-Quran Hadits. 8

Al-Qur'an Hadits menekankan keterampilan membaca dan menulis yang


baik dan akurat, memahami makna teks dan konteks, dan mengamalkan isinya
8
[8] Daud Ali, Muhammad. Pendidikan Agama Islam. (Jakarta: PT. Grafindo Persada,
2006), hlm. 45

6
dalam kehidupan sehari-hari. Mata pelajaran Al Qur’an Hadits di Madrasah
Ibtidaiyah adalah salah satu dari mata pelajaran PAI yang merupakan sumber
utama ajaran agama Islam yang menekankan pada kemampuan membaca dan
menulis Al Qur’an dan Hadits dengan benar. Surat-surat pendek dan hadis-
hadis yang biasa diamalkan dalam kehidupan sehari-hari .9

2. Analisis Strategi Pembelajaran Alquran Hadits


A. Strategi Pembelajaran Alquran Hadits
Strategi pembelajaran adalah keseluruhan metode dan proses yang
digunakan guru untuk meningkatkan hasil belajar siswa . Dalam artikel ini ,
penulis ingin menganalisis beberapa strategi pembelajaran yang digunakan
dalam pembelajaran Al Quran dan Hadits.
a) Strategi Pembelajaran yang Nyaman
Di banyak negara, pendidikan dasar mulai dari taman kanak - kanak
hingga tahun pertama masuk SD ternyata terlalu berorientasi pada
pendidikan akademik formal . Anak - anak tidak diberi kesempatan untuk
belajar secara menyenangkan dan memperkaya pengalaman yang
mendasari kebenarannya pertumbuhan. Itu menghilangkan kesenangan
belajar . Anda mempelajari apa yang tidak Anda pelajari. Untungnya, ada
pendekatan yang telah teruji oleh waktu yang dapat dicapai ketika akal
sehat dikombinasikan dengan penelitian yang baik dan para pemimpin dan
guru sekolah yang berdedikasi , dan ketika sekolah diprogram untuk
berhasil daripada gagal. Masih banyak contoh sukses lainnya ..10
Selama itu , berbagai jenis sekolah telah berkembang, menawarkan
banyak pendekatan pembelajaran alternatif , pelajaran yang menyenangkan
dan penuh aksi dari taman kanak-kanak hingga sekolah dasar . Sekolah
model ini dirintis pada awal perkembangannya , seperti Sekolah Akademi
Klasik yang dioperasikan oleh Maxine Learning Institute di _ St Louis
Park, Minnesota, AS. Sekelompok kecil guru dan siswa bertemu pada tahun
9
[9] PERMEN Agama RI, Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi Pendidikan
Agama Islam dan Bahasa Arab di Madrasah, (Jakarta: Depag RI, 2008), hlm. 18
10
[10] Mulyono, ismail Suardi Wekke, Strategi Pembelajaran Di Abad Digital ,
(Yogyakarta, Gawe Buku, 2018) 133

7
1991 untuk menganalisis beberapa praktik pendidikan terbaik di dunia . _ _
_ Mereka mengembangkan program pendidikan yang disebut program
Maxin's "Best of The Integrated Learning Systems" .).
Empat pendiri utama sekolah ini, yaitu: Nancy Nicholson Terry, Nora
Flood, Janet Oliver, dan Amira Sewell – telah banyak mengikuti pelatihan
Montessori secara ekstensif. Di samping itu mereka banyak menggunakan
model-model pembelajaran yang mereka dapatkan dari berbagai bahan,
lokarya dan pelatihan-pelatihan. Pada 1994 akademi tersebut telah
berkembang untuk membimbing para peserta didik dari TK hingga tingkat
SMP.
Demikian juga pendidikan kreatif dan menyenangkan telah
dikembangkan pula oleh The Classical Academy yang menggunakan The
Writing Way to Reading karya Romaldo Spalding – sebuah program fonik
terpadu yang dihubungkan dengan banyak metode Doman (seperti
dilakukan Montessori International), program Matematika Jepang, Kumon;
Metode Latihan Otak karya Paul Dennison; program Marva Collins
Classical Literature-sebuah program multimedia yang menghubungkan
sejarah dan seni; dan sejumlah metode belajar cepat yang dapat
memberikan stimulasi. Demikian pula The Upper School diadakan oleh
Iowa Test of Basic Skills (Ujian Kemampuan Dasar Iowa) bagi seluruh
peserta didik yang dirintis sejak 1993.
Dari program ini ditemukan bahwa rata-rata pelajar mengalami
peningkatan kemampuan diri sebesar 1,6 tahun dalam jangka enam bulan.
Bahkan, beberapa pelajar meraih empat dan lima tahun peningkatan
kemampuan di berbagai bidang akademik. Hidup sesungguhnya
menyenangkan. Dalam menapaki kehidupan kita saat ini, kita memang
masih kerap menjumpai hal-hal yang tidak menyenangkan. Tawuran antar
pelajar, tabrakan kereta api, konflik antar elit politik, konflik antar etnis,
SDM yang masih rendah adalah sebagian kecil dari hal-hal yang tidak
menyenangkan itu. Namun, hal-hal yang tampak tidak menyenangkan itu
dapat kita hadapi – apabila kita memang harus bersentuhan dengannya-

8
dengan diri kita yang sudah kita posisikan untuk berada dalam keadaan
yang menyenangkan (fun). Gordon Dryden dan Dr. Jeannette Vos dalam
bukunya Learning Revolution menunjukkan kepada kita cara memposisikan
diri kita agar dapat berada dalam keadaan yang fun.11
Dalam al-Qur‘an sendiri digambarkan bahwa hidup ini sebenarnya
sebuah permainan dan senda gurau, artinya janganlah menghadapi sesuatu
masalah dalam hidup ini dengan ketegangan urat syaraf, stress, ketergesa-
gesaan, tekanan mental seperti menghadapi hidup dan mati. Karena
hakekat hidup adalah sebuah permainan sandiwara, artinya semua orang
punya peran sendiri-sendiri, punya kesempatan sendiri-sendiri kapan harus
tampil di depan panggung dan kapan harus masuk ruangan belakang atau
dalam pementasan wayang kapan wayang harus berada di atas layar dan
kapan harus sembunyi di kotak, semua punya skenario sendiri-sendiri
sesuai lakon yang dipilih Ki Dalang. Penjelasan Al-Qur‘an yang
mengilustrasikan bahwa kehidupan di dunia ini laksana permainan dan
senda gurau terdapat dalam beberapa ayat QS. Al-An‘am: 32, QS.
Muhammad: 36, QS. Al-Hadid: 20.
Walaupun hidup ini laksana permainan namun al-Qur‘an juga
memberikan ‖warning‖ atau peringatan bahwa dalam melakukan permainan
hidup kita tidak boleh main-main, harus dihadapi dengan kesungguhan,
perjuangan, kesabaran, istiqomah, daya tahan, keberanian, kejujuran dan
berbagai karakter terpuji lainnya agar kita mampu mencetak ‖goal‖ berupa
tercapainya cita-cita hidup. Pesan seperti ini sebagaimana ayat QS. Ali
Imran: 200 :
     
    
Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman! Bersabarlah kamu dan
kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap-siaga (di
perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu
beruntung”.

11
[11] Ibid., hlm. 135

9
Kesungguhan dalam menghadapi kehidupan yang pada hakikatnya
sebuah permainan dan senda gurau tersebut tak ubahnya laksana para
pemain sepak bola, walaupun semua orang mengetahui bahwa sepak bola
itu hanyalah permainan, namun sewaktu bermain di tengah lapangan tidak
boleh main-main agar mampu mencetak goal. Kalau ada pemain sepak bola
yang hanya main-main di tengah lapangan maka dia pasti dikeluarkan dan
dianggap bukan pemain yang sejati dan profesional. Demikian para pemain
sandiwara maupun aktor sinetron/film, tentunya sewaktu tampil di
panggung maupun depan kamera harus melakukan perannya dengan
sunguh-sungguh serat didukung dengan penghayatan pelaku secara
maskimal agar disebut sebagai pemain sandiwara atau aktor/aktris
sinetron/film yang profesional, walaupun pada hakekatnya semua orang
tahu bahwa sandiwara dan sinetron/film itu hanyalah permainan belaka.
Dalam dunia pendidikan pun nampaknya para guru, ustadz, kyai
maupun siapapun yang bergerak dalam dunia pendidikan harus
menciptakan suasana kegiatan belajar mengajar yang menyenangkan.
Makna kesenangan di sini adalah bagaimana dalam kegiatan pendidikan
tidak ada tekanan-tekanan mental dan fisik baik pada diri pendidik maupun
peserta didik sehingga melaksanakan kegiatan belajar mengajar dalam
kondisi fun, pikiran jernih, tidak tegang serta terciptanya suasana yang
mendorong tumbuh berkembangnya fisik, mental serta berbagai kecerdasan
peserta didik.
Namun demikian pelaksanaan pembelajaran harus dilakukan
dengan kesungguhan, keseriusan, kedisiplinan, kejujuran serta berbagai
sifat terpuji lainnya agar dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran
sebagaimana kesungguhan para pemain sepak bola maupun pemain
sinetron/film dan sandiwara. Al-Qur‘an juga menegaskan bahwa walaupun
hidup sebagai permainan namun kita jangan sampai hanyut dalam bentuk
permainan itu sendiri karena semua itu hanyalah wahana untuk mencari
siapa yang menjadi pemain terbaik dalam permainannya yaitu segala
aktivitasnya merupakan amal shaleh dan orientasinya tidak hanya dalam

10
kehidupan dunia tetapi juga kampung akherat. Hal itu sebagaimana firman
Allah Swt QS. AlKahfi : 7.
         
 
Artinya : “Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi
sebagai perhiasan baginya, untuk Kami menguji mereka,
siapakah di antaranya yang terbaik perbuatannya.”12

Dalam strategi pembelajaran menyenangkan direkomendasikan


dengan metode PAKEM. PAKEM kepanjangan dari Pembelajaran Aktif,
Kreatif, Efektif Dan Menyenangkan.13 Secara garis besar, penerapan
PAKEM dalam proses pembelajaran dapat digambarkan sebagai berikut:
a) Peserta didik terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan
pemahaman dan kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar
melalui berbuat.
b) Guru menggunakan berbagai alat bantu dan berbagai cara dalam
membangkitkan semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai
sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran menarik,
menyenangkan, dan cocok bagi peserta didik.
c) Guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan belajar
yang lebih menarik dan menyediakan pojok baca.
d) Guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif,
termasuk cara belajar kelompok.
e) Guru mendorong peserta didik untuk menemukan caranya sendiri
dalam pemecahan suatu masalah, untuk mengungkapkan gagasannya,
dan melibatkam peserta didik dalam menciptakan lingkungan
sekolahnya.
PAKEM diperlihatkan dengan berbagai kegiatan yang terjadi selama
KBM. Pada saat yang sama, gambaran tersebut menunjukkan kemampuan

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya, (Jakarta: Lentera Abadi, 2010)
12

Mulyono, ismail Suardi Wekke, Strategi Pembelajaran Di Abad Digital , (Yogyakarta,


13

Gawe Buku, 2018) 140.

11
yang perlu dikuasai guru untuk menciptakan keadaan tersebut. 14 Dalam
pembelajaran Al qur’an Hadits, strategi pembelajaran yang menyenangkan
dengan metode PAKEM menjadi menjadi rekomendasi pembelajaran yang
efektif, ketika pembelajaran itu menyenangkan maka hasil belajar juga
dapat secara maksimal.
b) Revolusi Strategi Pembelajaran
Menurut Dryden dan Vos (2002: 23-29) bahwa model learning revolution
atau revolusi cara belajar mengajarkan kita beberapa hal pokok, yaitu: (1)
Setiap orang adalah guru dan sekaligus murid. Dan untuk pertama kalinya,
anak-anak mengambil-alih posisi menentukan dalam revolusi komunikasi.
1) Bagi kebanyakan orang, belajar akan sangat efektif jika dilakukan
dalam suasana menyenangkan.
2) Ciptakan lingkungan yang baik, maka anak-anak yang berasal dari
keluarga miskin sekalipun akan berkembang dalam proses belajar
mandiri.
3) Saat terbaik untuk mengembangkan kemampuan belajar adalah sebelum
masuk sekolah karena sebagian besar jalur penting di otak dibentuk
pada tahun-tahun awal yang penting tersebut.
4) Guru-guru yang cemerlang kini dapat mengajar jutaan orang, melalui
komunikasi elektronik interaktif dan meraup banyak uang dari
pekerjaan yang mereka sukai.
5) Orang dapat belajar dengan baik ketika mereka mau belajar, bukan pada
usia yang ditentukan orang lain.
6) Bahkan kalangan tak mampu dapat juga memanfaatkan teknologi
kalangan yang bervisi jauh ke depan tentu saja dapat melakukannya
dengan jauh lebih baik.
7) Metode baru lebih berhasil dalam pelatihan karyawan.
8) Informasi yang kompleks sekalipun dapat diserap dan diingat dengan
mudah jika siswa benar-benar terlibat (di dalam proses pembelajaran).

Mulyono, ismail Suardi Wekke, Strategi Pembelajaran Di Abad Digital , (Yogyakarta,


14

Gawe Buku, 2018) hlm. 144

12
9) Meskipun ada anak yang tertinggal di sekolah, tidak ada kata terlambat
untuk mengejarnya, dengan metode belajar terpadu.
10) Penelitian otak menunjukkan bahwa kecerdasan tikus dapat
berkembang di lingkungan yang tepat dan demikian pula halnya dengan
manusia.
11) Teknologi belajar interaktif menyediakan beberapa kesempatan bisnis
terbaik di dunia.
12) Tipe kecerdasan tidak hanya satu dan setiap orang memiliki gaya
belajar yang unik, sama uniknya dengan sidik jari. Sekolah yang efektif
harus dapat mengenali dan melayaninya.
13) Gunakan dunia nyata sebagai ruang kelas: pelajari dan tindaki.
14) Game komputer dapat mengubah berbagai aspek dalam belajar.
15) Tidak harus menjadi negara besar untuk memimpin dunia. Yang paling
menentukan adalah pemerintahan yang bervisi ke depan.
16) Sistem-belajar cepat (accelerated learning) telah teruji selama
bertahun-tahun di berbagai sekolah bahasa asing; sekarang sistem ini
harus dimanfaatkan oleh semua orang.
Menurut Dryden dan Vos (2002: 29-35) bahwa model learning revolution
menawarkan alternatif-alternatif praktis yang telah teruji: tindakan dan
program yang berupaya, secara efektif dan sederhana, membangun masa
depan yang lebih baik bagi diri sendiri, keluarga, sekolah, bisnis, masyarakat
dan negara. Pembelajaran mandiri adalah kunci utama. Jika kita menyediakan
lingkungan dan peralatan yang baik untuk pelatihan mandiri, anak-anak kecil
pun akan menjadi pendidik mandiri yang antusias sepanjang hidupnya.
Menurut Iswanto, pendidik dan semua orang yang terlibat dalam
pengambilan keputusan di dunia pendidikan memiliki kewajiban untuk
menciptakan lingkungan sosial yang memperkuat aspek teknlogi (Iswanto, Yun
2016 : 7-24). Sehingga dengan kemudahan teknologi yang dengan mudah bisa
diakses oleh peserta didik akan mempermudah tercapainya tujuan
pembelajaran. Tentunya dalam hal ini diharuskan adanya control yang
maksimal dari pendidik, tenaga kependidikan dan orang ta di rumah terhadap

13
penggunaan media tersebut. Hal ini dimaksudkan untuk meminimalisir
penggunaan media teknologi untuk hal-hal yang tidak berguna bahkan
cenderung memiliki dampak yang negative untuk dunia pendidikan. Maria
Montessori, dokter wanita pertama asal Italia, telah menyediakan lingkungan
semacam itu hampir seratus tahun yang lalu, dan menunjukkan bahwa anak-
anak berusia tiga dan empat tahun dengan mental terbelakang, mampu
berkembang baik dalam hal menulis, membaca, dan perhitungan dasar. Namun,
masih banyak negara yang belum dapat meraih hal tersebut, bahkan untuk anak
anak-normal‖. (Hainstock, 1997).
Sekarang kita tahu bahwa setiap orang memiliki gaya belajar, bekerja, dan
berpikir yang unik. Namun, dapat dipastikan hampir semua lembaga
pendidikan sejak TK hingga perguruan tinggi yang mengajar seakan-akan
semua peserta didik punya gaya belajar yang seragam-akademis, abstrak, dan
teoritis. Penelitian menunjukkan dengan jelas bahwa hanya 30 persen orang
yang berhasil belajar dengan cara klasikal-general. Sebanyak 70 persen lainnya
belajar dengan berbagai gaya yang paling menonjol adalah dengan praktek.
Kita juga hidup dalam era yang menyediakan kesempatan bagi banyak
orang untuk mengembangkan kehidupannya secara aktif sampai usia lebih dari
75 atau 80 tahun. Namun yang menjadi permasalahan muncul adalah
bagaimana menciptakan partisipasi aktif dalam sebuah masyarakat pembelajar.
Dengan berbagai pemikiran tersebut muncullah sejumlah keyakinan:
a) Hampir segala hal adalah mungkin dilakukan. Kita dapat meraih hampir
semua hal yang semula hanya diimpikan oleh para utopis.
b) Hampir setiap masalah telah terselesaikan, paling tidak sebagian, di suatu
tempat di dunia ini. Tinggallah kita harus memilih solusi yang diyakini
terbaik dalam menyelesaikan masalah.
c) Bila masalah belum dipecahkan, kini kita memiliki teknik-teknik sederhana
untuk menemukan penyelesaian terbaik.
d) Tidak perlu menjadi negara kaya, perusahaan raksasa, atau sekolah besar
untuk memimpin dunia. Berbagai terobosan spektakuler justru lahir dari
sekolah dan perusahaan kecil.

14
Akhirnya yang paling penting, paradigma baru pembelajaran ini
memberikan peluang dan tantangan yang besar bagi perkembangan profesional,
khususnya kalangan pendidikan baik pada preservice dan inservice. Di banyak hal,
paradigma ini menggambarkan redefinisi profesi pengajaran dan peran-peran yang
dimainkan guru dalam proses pembelajaran. Sebagai seorang profesional, guru
seharusnya memiliki kapasitas yang memadai untuk melakukan tugas
membimbing, membina dan mengarahkan peserta didik dalam menumbuhkan
semangat keunggulan, motivasi belajar, dan memiliki kepribadian serta budi
pekerti. Abad Pengetahuan menghasilkan sederet prinsip pembelajaran baru dan
perilaku yang harus dipraktekkan. Berdasarkan gambaran pembelajaran di abad
pengetahuan di atas, nampaklah bahwa pentingnya pengembangan model
pembelajaran baru yang perlu diterapkan di sekolah, madrasah, pesantren, rumah
tangga maupun lembaga-lembaga pendidikan nonformal seperti TPQ/TPA, majelis
taklim dan kursus-kursus.
c) Strategi ekspository learning
Strategi ekspository learning yaitu strategi pembelajaran yang menekankan
penyampaian materi pembelajaran secara verbal atau lisan dari seorang guru
kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi
dengan optimal.15
Langkah-langkah penerapan Strategi Pembelajaran Ekspositori antara lain:16
1) Persiapan merupakan tahap awal kunci dari Strategi Pembelajaran Ekspositori,
tujuannya adalah
a) Membangkitkan motivasi dan minat siswa untuk belajar.
b) Merangsang dan menggugah rasa ingin tahu siswa.
c) Menciptakan suasana dan iklim pembelajaran yang terbuka dan
menyenangkan bagi siswa agar siswa merasa tertarik dengan situasi belajar.

15
[12]Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,
(Jakarta: Kencana, Cet. VII, 2010), hlm. 128
16
[13] Gurusinga dan Sibarani, 2011. Penerapan Strategi Pembelajaran Ekspositori
Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Fakultas Teknik Universitas Satya Negara
Indonesia, 2 (Jakarta: CV. Gema, 2021), hlm. 29-31.

15
2) Penyajian merupakan langkah penyampaian materi pelajaran dari guru kepada
siswa atau sekelompok siswa yang sesuai dengan persiapan yang telah
dilakukan dari awal.
3) Korelasi merupakan hubungan antara materi pelajaran dengan pengalaman
siswa atau dengan hal-hal lain yang memungkinkan siswa dapat menangkap
keterkaitannya dalam struktur pengetahuan yang dimilikinya.
4) Menyimpulkan tahapan untuk memahami inti dari materi pelajaran yang telah
dipaparkan. Dalam Strategi Pembelajaran Ekspositori melalui langkah
menyimpulkan siswa akan dapat mengambil intisari dari proses penyajian dan
memberi keyakinan kepada siswa tentang kebenaran sesuatu paparan.
5) Mengaplikasikan merupakan langkah yang sangat penting dalam Strategi
Pembelajaran Ekspositori sebab guru akan dapat mengumpulkan informasi
tentang penguasaan materi siswa tehnik yang biasa dilakukan pada langkah ini
adalah memberikan tes yang sesuai dengan materi yang telah diajarkan.
d) Strategi penyampaian/exposition
Strategi penyampaian/exposition, yaitu bahan pelajaran disajikan kepada
peserta didik dalam bentuk jadi kemudian mereka dituntut untuk menguasai
bahan tersebut.
e) Strategi penemuan/discovery
Strategi penemuan/discovery, yaitu bahan pelajaran dicari dan ditemukan
oleh peserta didik melalui berbagai aktivitas, sehingga tugas guru lebih banyak
sebagai fasilitator dan pembimbing bagi peserta didiknya.
f) Strategi pembelajaran kelompok/group
Strategi pembelajaran kelompok/group, yaitu bentuk belajar kelompok
besar atau klasikal. Peserta didik dikelompokkan lalu dibimbing oleh seorang
ataubeberapa orang guru.
g) Strategi pembelajaran individu/individual
Strategi pembelajaran individu/individual, yaitu bahan pelajaran didesain
oleh guru agar peserta didik belajar secara mandiri. Kecepatan, kelambatan dan

16
keberhasilan pembelajaran peserta didik sangat ditentukan oleh kemampuan
individu mereka yang bersangkutan.17

B. Penerapan Strategi
Pembelajaran Keberhasilan seorang guru menerapkan suatu strategi
pembelajaran sangat tergantung dari kemampuan guru menganalisis kondisi
pembelajaran yang ada. Meskipun seorang guru itu telah memahami langkah-
langkah operasional strategi pembelajaran, namun belum tentu seorang guru
bisa berhasil dalam menerapkannya. Oleh karena itu diperlukan suatu hasil
analisis terhadap kondisi pembelajaran yang akan menjadi pijakan dasar dalam
menentukan suatu strategi pembelajaran seperti berikut:
a) Tujuan Pembelajaran
Dalam proses pembelajaran, guru harus menetapkan terlebih dahulu tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai. Kemp dan David E. Kapel menyebutkan
bahwa tujuan pembelajaran suatu pernyataan yang spesifik yang dinyatakan
dalam perilaku atau penampilan yang diwujudkan dalam bentuk tulisan untuk
menggambarkan hasil belajar yang diharapkan.18
Menurut Taksonomi Bloom, secara teoritis tujuan pembelajaran dibagi atas
tiga kategori, yaitu tujuan pembelajaran ranah kognitif, tujuan ranah
pembelajaran ranah efektif, dan tujuan pembelajaran ranah psikomotorik.
Adanya perbedaan tujuan pembelajaran akan berimplikasi pula pada perbedaan
strategi pembelajaran yang harus diterapkan, jadi dalam penerapan suatu
srtategi pembelajaran tidak bisa mengabaikan tujuan pembelajaran yang akan
dicapai.
b) Karakteristik siswa
Karakteristik siswa berhubungan dengan aspek-aspek yang melekat pada
diri siswa, seperti motivasi, bakat, minat, kemampuan awal, gaya belajar,
kepribadian, dan sebagainya. Tanpa mempertimbangkan karakteristik siswa
tersebut, maka penerapan strategi pembelajaran tertentu tidak bisa mencapai

17
[14] S. Satriani, “Rancangan Pembelajaran Al-Qur’an Hadis Berbasis Project Based
Learning Pada Madrasah Ibtidaiyah,” vol. 4, 2022.
18
[15] “JURNAL KAJIAN AL-QUR’AN DAN HADITS,” vol. Vol 11, No, 2022.

17
hasil belajar secara maksimal. Sebab karakteristik siswa yang amat kompleks
tersebut harus juga dijadiakan pijakan dasar dalam menentukan strategi
pembelajaran yang akan digunakan. Oleh karena itu, seorang guru hendaknya
betul-betul memahami karakteristik siswa yang mengikuti proses pembelajaran.
c) Kendala sumber/media belajar
Media pembelajaran adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim
ke penerima pesan. Ketersediaan sumber/media belajar bauj berupa manusia
maupun non manusia (hardware dan software) sangat mempengaruhi proses
pembelajaran. Terkait dengan penerapan strategi pembelajaran bahwa setiap
strategi pembelajaran digunakan untuk materi/isi pembelajaran tertentu, dan
juga membutuhkan media/sumber belajar tertentu. Mengingat begitu
pentingnya keberadaan sumber belajar, maka setiap guru sudah seharusnya
memiliki kemampuan dalam mengembangkan sumber belajar/media
pembelajaran.
d) Karakteristik/ struktur bidang studi
Struktur bidang studi terkait dengan hubungan-hubungan diantara bagian-
bagian suatu bidang studi. Perbedaan struktur bidang studi tersebut
membutuhkan strategi pembelajaran yang berbeda pula. Itulah sebabnya,
pemahaman seorang guru terhadap struktur bidang studi yang diajarkan sangat
penting dalam penetapan metode pembelajaran yang akan digunakan.

18
3. KESIMPULAN
Dari beberapa penjelasan yang sudah pemakalah jelas kan sebelumnya
dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran sangat berkaitan erat guna
mendukung kegiatan pembelajaran Al Quran Hadits yang dilakukan guru
didalam kelas. Sebagaimana kita ketahui bahwasanya Strategi pembelajaran
ialah keseluruhan metode dan prosedur yang digunakan oleh guru dalam
meningkatkan hasil belajar siswa dalam hal ini strategi pembelajaran Al Qur’an
Hadits.
Beberapa strategi pembelajaran Al Qur’an Hadits ialah: 1) Strategi
Pembelajaran Yang menyenangkan, 2) Revolusi Strategi Pembelajaran 3)
Strategi ekspository learning 4) Strategi penyampaian/exposition 5) Strategi
penemuan/discovery 6) Strategi pembelajaran kelompok/group dan 7) Strategi
pembelajaran individu/individual.
Dalam menerapkan strategi pembelajaran Al Quran hadits ada beberapa
hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam merepkan strategi pembelajaran Al
Qur’an Hadits yaitu a. Tujuan Pembelajaran, b. Karakteristik siswa, c. Kendala
sumber/media belajar, dan d. Karakteristik/ struktur bidang studi.
Dengan memilih strategi pembelajaran Al Qur’an Hadits bagi seorang guru
PAI terutama guru Al Qur’ana Hadits yang tepat dengan membertimbangkan
hal-hal penerapan strategi pembelajaran, diharapkan pembelajaran Al Qur’an
Hadits terlaksana dengan efektif dan hasil belajar tecapai sesuai yang
diharapkan.

19
DAFTAR PUSTAKA

[1] Departemen Agama RI, “Al-Qur’an dan Tafsirnya,” vol. 5, p. 453, 2010.

[2] S. B. D. and A. Zain, “Strategi Belajar Mengajar,” p. 40, 2006.

[3] Zunidar, “Strategi Pembelajaran,” 2020.

[4] H. A, “Bimbingan dan Konseling,” 2002.

[5] A. Metode, P. Al, Q. U. R. An, and H. Di, “Analisis metode pembelajaran al


- qur’an hadits di madrasah ibtidaiyah,” pp. 18–27, 2022.

[6] M. Pembelajaran, A. L. Qur, and A. N. Hadis, “Media Digital Di Madrasah


Tsanawiyah,” vol. 5, no. 2, pp. 245–254, 2020.

[7] H. Hasbullah, “Lingkungan Pendidikan Dalam Al-Qur’an Dan Hadis,”


Tarbawi J. Keilmuan Manaj. Pendidik., vol. 4, no. 01, p. 13, 2018, doi:
10.32678/tarbawi.v4i01.833.

[8] M. Daud Ali, Pendidikan Agama Islam. 2006.

[9] P. A. RI, “Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi Pendidikan Agama
Islam dan Bahasa Arab di Madrasah,” p. 18, 2008.

[10] I. S. W. Mulyono, “No TitleStrategi Pembelajaran Di Abad Digital,” p. 133,


2018.

[11] M. Sa’dan`, “Posisi Perempuan Kepala Keluarga dalam Kontestasi Tafsir &
Negosisasi Realita Masyarakat Nelayan Madura: Kajian Muhammad
Syahrur,” J. Stud. Ilmu-ilmu Al-Qur’an dan Hadis, vol. 18, no. 2, p. 211,
2017, doi: 10.14421/qh.2017.1802-04.

[12] W. Sanjaya, “Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses


Pendidikan,” 2010.

[13] G. dan Sibarani, “Penerapan Strategi Pembelajaran Ekspositori Untuk


Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Fakultas Teknik Universitas Satya
Negara Indonesia,” pp. 29-31., 2011.

[14] S. Satriani, “Rancangan Pembelajaran Al-Qur’an Hadis Berbasis Project


Based Learning Pada Madrasah Ibtidaiyah,” vol. 4, 2022.

[15] “JURNAL KAJIAN AL-QUR’AN DAN HADITS,” vol. Vol 11, No, 2022.

20

Anda mungkin juga menyukai