Anda di halaman 1dari 5

Makalah fiqh

Al buyu’(jual beli)

Dosen pengampu:

Musda asmara, MA

Disusun oleh kelompok 8:

1. Raju anggara (20591144)


2. Retno anggi fitriyanti (20591144)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI)

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) CURUP

2021
A. Pengertian Jual Beli (Al Buyu’)

Jual beli Adalah proses pemindahan hak milik/barang atau harta kepada pihak lain dengan menggunakan
uang sebagai alat tukarnya. Menurut etimologi, jual beli adalah pertukaran sesuatu dengan sesuatu (yang
lain). Kata lain dari jual beli adalah al-ba’i, asy-syira’, al-mubadah, dan at-tijarah.

B. Rukun dan Syarat Jual Beli

Rukun dan syarat jual beli adalah ketentuan-ketentuan dalam jual beli ayang harus dipenuhi agar jual
belinya sah menurut syara’ (hukum islam).

 Rukun Jual Beli:


1. Dua pihak membuat akad penjual dan pembeli
2. Objek akad (barang dan harga)
3. Ijab qabul (perjanjian/persetujuan) Orang yang melaksanakan akad jual beli ( penjual dan
pembeli)
 Syarat-syarat yang harus dimiliki oleh penjual dan pembeli adalah :
1. Berakal, jual belinya orang gila atau rusak akalnya dianggap tidak sah.
2. Baligh, jual belinya anak kecil yang belum baligh dihukumi tidak sah. Akan tetapi, jika anak itu
sudah mumayyiz (mampu membedakan baik atau buruk), dibolehkan melakukan jual beli
terhadap barang-barang yang harganya murah seperti : permen, kue, kerupuk, dll.
3. Berhak menggunakan hartanya. Orang yang tidak berhak menggunakan harta milik orang yang
sangat bodoh (idiot) tidak sah jual belinya. Firman Allah ( Q.S. An-Nisa’(4): 5):
 Sigat atau Ucapan

Ijab dan Kabul. Ulama fiqh sepakat, bahwa unsur utama dalam jual beli adalah kerelaan antara penjual
dan pembeli. Karena kerelaan itu berada dalam hati, maka harus diwujudkan melalui ucapan ijab (dari
pihak penjual) dan kabul (dari pihak pembeli).

 Adapun syarat-syarat ijab kabul adalah :


1. Orang yang mengucap ijab kabul telah akil baliqh.
2. Kabul harus sesuai dengan ijab.
3. Ijab dan kabul dilakukan dalam suatu majlis.
 Barang Yang Diperjual Belikan

Barang yang diperjual-belikan harus memenuhi syarat-syarat yang diharuskan, antara lain :

1. Barang yang diperjual-belikan itu halal.


2. Barang itu ada manfaatnya.
3. Barang itu ada ditempat, atau tidak ada tapi ada ditempat lain.
4. Barang itu merupakan milik si penjual atau dibawah kekuasaanya.
5. Barang itu hendaklah diketahui oleh pihak penjual dan pembelidengan jelas, baik zatnya,
bentuknya dan kadarnya, maupun sifat-sifatnya.
 Nilai tukar barang yang dijual (pada zaman modern sampai sekarang ini berupa uang).

Adapun syarat-syarat bagi nilai tukar barang yang dijual itu adalah :

1. Harga jual disepakati penjual dan pembeli harus jelas jumlahnya.


2. Nilai tukar barang itu dapat diserahkan pada waktu transaksi jual beli, walaupun secara hukum,
misalnya pembayaran menggunakan kartu kredit.
3. Apabila jual beli dilakukan secara barter atau Al-muqayadah (nilai tukar barang yang dijual
bukan berupa uang tetapi berupa uang).

 Syarat Jual-Beli

Syarat jual beli menurut madzhab Hanafiyah. Dalam akad jual beli harus disempurnakan empat (4) syarat,
yaitu:

1. Syarat In’iqad (dibolehkan oleh syar’i)


2. Syarat Nafadz (harus milik pribadi sepenuhnya)
3. Syarat Umum (terbebas dari cacat)
4. Syarat Luzum (Syarat yang membebaskan dari khiyar)

Syarat jual beli menurut madzhab Malikiyah. Malikiyah merumuskan 3 macam syarat jual beli, yaitu:

1. Aqid
2. Sighat
3. Obyek Jual Beli

Syarat jual beli menurut madzhab Syafi’iyah. Syafi’iyah merumuskan dua kelompok persyaratan jual
beli, yaitu:

1. Ijab Qabul
2. Obyek Jual beli.

Menurut Madzhab Hanabilah. Madzhab Hanabilah merumuskan tiga kategori syarat jual beli, yaitu:

1. Aqid
2. Sighat
3. Obyek Jual Beli

C. MACAM-MACAM JUAL BELI

1. Macam- Macam Jual Beli Ditinjau dari Segi Obyek Jual Beli

a. Jual beli benda yang kelihatan

Yaitu pada waktu melakukan akad jual beli benda atau barang yang diperjualbelikan ada di depan penjual
dan pembeli. Hal ini lazim dilakukan masyarakat banyak dan boleh dilakukan, seperti membeli beras di
pasar.
b. Jual beli yang disebutkan sifat-sifatnya dalam perjanjian.

Yaitu jual beli salam (pesanan). Menurut kebiasaan para pedagang, salam adalah untuk jual beli yang
tidak tunai, salam pada awalnya berarti meminjamkan barang atau sesuatu yang seimbang dengan harga
tertentu, maksudnya ialah perjanjian yang penyerahan barang-barangnya ditangguhkan hingga masa
tertentu, sebagai imbalan harga yang telah ditetapkan ketika akad

c. Jual beli benda yang tidak ada serta tidak dapat dilihat

Yaitu jual beli yang dilarang oleh agama Islam karena barangnya tidak tentu sehingga dikhawatirkan
barang tersebut diperoleh dari curian atau barang titipan yang akibatnya dapat menimbulkan kerugian
salah satu pihak.

2. Macam-Macam Jual Beli Ditinjau dari Segi Pelaku Akad (Subyek)

a. Dengan lisan

Penyampaian akad yang dilakukan oleh kebanyakan orang seperti dengan berbicara.

b. Dengan perantara atau utusan

Penyampaian akad jual beli melalui perantara, utusan, tulisan, atau surat-menyurat sama halnya dengan
ijab qabul dengan ucapan, misalnya Via Pos dan Giro. Jual beli ini dilakukan antara penjual dan pembeli
tidak berhadapan dalam satu majelis akad, tetapi melalui Pos dan Giro, jual beli seperti ini dibolehkan
menurut syara’.

c. Jual beli dengan perbuatan

Yaitu mengambil dan memberikan barang tanpa ijab qabul, seperti seseorang mengambil rokok yang
sudah bertuliskan label harganya, dibandrol oleh penjual kemudian diberikan uang pembayarannya
kepada penjual. Jual beli dengan cara demikian dilakukan tanpa sighat ijab qabul antara penjual dan
pembeli, menurut sebagian Syafi’iyah tentu hal ini dilarang sebab ijab qabul sebagai rukun jual beli.
Tetapi sebagian lainnya, seperti Imam Nawawi membolehkan jual beli barang kebutuhan sehari-hari
dengan cara yang demikian, yakni tanpa ijab qabul terlebih dahulu.

3. Macam-Macam Jual Beli Berdasarkan Pertukaran

a. Jual beli saham (Pesanan)

Jual beli saham adalah juual beli melalui pesanan, yaitu jual beli dengan cara menyerahkan terlebih
dahulu uang muka kemudian barangnya diantar belakangan.
b. Jual beli muqayadhah (barter)

Jual beli muqayadhah adalah jual beli dengan cara menukar barang dengan barang, seperti menukar baju
dengan sepatu.

c. Jual beli muthlaq

Jual beli muthalaq adalah jual beli barang dengan suatu yang telah disepakati sebagai alat penukaran
seperti uang

d. Jual beli alat penukar dengan alat penukar

Jual beli alat tukar dengan alat penukaran adalah jual beli barang yang bisa dipakai sebagai alat penukar
dengan alat penukar lainya, seperti uang perak dengan uang emas.

4. Macam-Macam Jual Beli Berdasarkan Segi Harga

a. Jual beli yang menguntungkan (al-murabbahah).

b. Jual beli yang tidak menguntungkan (at-tauliyah)

Yaitu jual beli yang tidak menguntungkan yang menjual barang dengan harga aslinya, sehingga penjual
tidak mendapatkan keuntungan.

a. Jual beli rugi(al-khasarah).

b. Jual beli al-musawah..

Jual beli al-musawah adalah penjual menyembunyikan harga aslinya tetapi kedua orang yang akad saling
meridhai,jual beli seperti inilah yang sekarang berkembang.

Anda mungkin juga menyukai