Anda di halaman 1dari 12

JUAL BELI

PENGERTIAN JUAL BELI


• Jual beli dalam bahasa Arabnya disebut
dengan al-bay’. Artinya,tukar menukar
atau saling menukar. .
• Jual beli menurut syara’ adalah akad
tukar menukar harta dengan harta yang
lain melalui tata cara yang telah
ditentukan oleh hukum islam.
DASAR HUKUM JUAL BELI
• Firman Allah dalam surat al-Baqarah ayat 282:
Artinya: Dan
persaksikanlah apabila kamu berjual beli; dan janganlah penulis dan saksi
saling sulit-menyulitkan. Jika kamu lakukan (yang demikian), maka
AL-QUR’AN sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada dirimu. Dan bertakwalah
kepada Allah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.

• Hadis Rasul yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad yang artinya “ dari
Rafi’ Ibn Khudaij ia berkata; Rasulullah Saw ditanya oleh seseorang;
apakah usaha yang paling baik wahai Rasulullah. Beliau menjawab
AL-HADITS seseorang yang bekerja dengan usahanya sendiri dan jual beli yang
baik (dibenarkan oleh syariat Islam). Hadis riwayat Ahmad.

• Ulama telah sepakat bahwa jual-beli diperbolehkan dengan alasan


bahwa manusia tidak akan mampu mencukupi kebutuhan dirinya,
tanpa bantuan orang lain. Namun demikian, bantuan atau barang
IJMA’ milik orang lain yang dibutuhkannya itu, harus diganti dengan barang
lainnya yang sesuai.
Hukum-hukum yang bersangkut paut
dengan jual beli
• 1. Mubah (boleh), ialah asal hukum jual beli;
• 2. Wajib,  seperti wali menjual harta anak yatim
apabila terpaksa, begitu juga qadhi menjua harta
muflis (orang yang lebih banyak utangnya daripada
hartanya) sebagaimana akan datang keterangannya
tentang muflis;
• 3. Haram, sebagaimana yang telah lalu apa-apa jual
beli yang terlarang;
• 4. Sunat, seperti jual beli kepada sahabat atau pamili
yang dikasihi, dan kepada orang yang sangat berhajat
kepada barang itu.
Rukun Jual Beli

Aqid (Pihak Ma’qud Sighat Ijab


yang Kabul (ucapan
Alaih mencakup
serah terima dari
bertransaks barang yang jual dan penjual dan
i) harganya pembeli)
SYarat-syarat Jual beli
Penjual dan pembeli

Atas kehendak sendiri

Penjual dan pembeli haruslah minimal 2 (dua) orang

Barang yang dijual haruslah milik sempurna ( milik sendiri).

Barang yang dijual harus jelas wujudnya dan dapat diserahkan

Barang yang dijual harus suci zatnya menurut syara’

Barang yang diperjualbelikan haus diperoleh dengan cara yang halal


Hukum (Ketetapan) Ba’i Beserta Pembahasan
Barang dan Harga

Hukum (Ketetapan)
Akad
• Tsaman (harga) dan Mabi’
(Barang Jualan)
Macam-Macam Jual Beli

Bai’ Sohihah
•Bai’ Fasidah
Jual Beli Yang Sah Hukumnya, Tetapi
Dilarang Agama

Jual beli pada Jual beli dengan


Jual beli dengan
saat Khutbah cara menghadang
niat menimbun
dan shalat di jalan sebelum
barang
jum’at sampai ke pasar

Jual beli dengan


Jual beli barang
cara mengurangi Jual beli dengan
yang masih di
ukuran dan cara mengecoh
tawar orang lain
timbangan
Jual beli Salam (Jual beli Pembayaran di
Muka).
• Kata as-salam disebut juga dengan as-salaf.
Maknanya, adalah menjual sesuatu dengan
sifat-sifat tertentu, masih dalam tanggung
jawab pihak penjual tetapi pembayaran
segera atau tunai.
• Para ulama fikih menamakannya dengan
istilah alMahawi’ij. Artinya, adalah sesuatu
yang mendesak, karena jual beli tersebut
barangnya tidak ada di tempat, sementara
dua belah pihak yang melakukan jual beli
dalam keadaan terdesak.
Jual beli Istishna’
• Istishna’ adalah akad yang berasal dari
bahasa Arab artinya buatan.
• Pengertian bay’ Istishna’ adalah akad jual
barang pesanan di antara dua belah pihak
dengan spesifikasi dan pembayaran tertentu
• Menurut para ulama bay’ Istishna’ (jual beli
dengan pesanan) merupakan suatu jenis
khusus dari akad bay’ as-salam (jual beli
salam).
Perbandingan antara Salam dan Istishna’
dalam praktek
  SALAM ISTISHNA’
Objek Barang yang akan ditransaksikan harus Barang yang akan ditransaksikan belum
dipesan lebih dahulu dan berupa ada dan masih akan dipesan biasanya
pertanian (agricultur) seperti barang-barang pabrik atau manufaktur
padi,gandum dll. seperti komputer, pakaian oleh raga dll

Posisi Bank Syari’ah Sebagai pembeli barang yang masih Sebagai pembeli yang membiayai
dalam proses pesanan pembuatan barang pesanan

Posisi Nasabah Sebagai penjual yang mengusahakan Sebagai penjual yang mendapat
barang pembiayaan dari Bank Syariah untuk
pembuatan barang yang dipesan

Margin Keuntungan Harus ditetapkan pada awal terjadinya Harus ditetapkan pada awal terjadinya
akad, akan tetapi boleh berubah sesuai akad, akan tetapi boleh berubah sesuai
dengan kesepakatan para pihak yang dengan kesepakatan para pihak yang
ada ada

Cara Pembayaran Langsung dan tunai pada awal akad oleh Langsung dan tunai pada awal akad
pihak Bank Syariah sebagi pembeli. oleh pihak Bank Syariah sebagi pembeli

Anda mungkin juga menyukai