Anda di halaman 1dari 11

PERJANJIAN PENGIKATAN

UNTUK JUAL BELI (PPJB)

Nomor: 011/B/FAS/I/2024

Pada hari ini, selasa tanggal 22 bulan Januari tahun

2024 (Dua ribu dua puluh empat) yang bertanda - tangan

di bawah ini dengan diketahui para saksi yang akan turut

menandatangani perjanjian ini :

1. Nama : RA Aphrolia Tri Marini

Tempat Tanggal Lahir : Kediri, 15 April 1971

Umur : 53 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

NIK KTP : 3271055504710015

Alamat : Jl.Arya Widura III No 1,

RT/RW 006/014,Kel. Tegal Gundul Kec. Bogor Utara,

Kota Bogor

Dalam hal ini bertindak selaku dan atas nama pribadi

selanjutnya disebut sebagai Pembeli;

2. Nama : Mohamad Wildan

Tempat Tanggal Lahir : Bogor, 07 Desember 1990


Umur : 33 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

NIK KTP : 3201150712900002

Alamat : KP. Tegalwaru RT/RW 04/05

Kelurahan Tegalwaru Kecamatan Ciampea Kab Bogor

Dalam hal ini bertindak selaku dan atas nama pribadi

selanjutnya disebut sebagai Penjual;

Penjual dan Pembeli telah sepakat mengenai hal-hal

sebagai berikut :

1. Perjanjian Pengikatan Jual-Beli ini dituangkan

mengikuti format Akad al-Bay’ dan dijalankan


mengikuti kaidah hukum-hukum syariah Islam.

2. Unit yang dijadikan sebagai Objek Jual Beli ini

adalah tanah kavling yang selanjutnya disebut sebagai

Al-Fatih Kost unit 07,luas tanah ± 133 meter persegi,

Jl Balungbangjaya,RT/RW 001/009,Kecamatan Bogor Barat

Kabupaten Bogor, Kota Bogor Jawa Barat.

3. Ketentuan pokok hukum syara’ tentang al-Bay’ yang

termaktub dalam Mukadimah Akad al-Bay’ pada pasal 1

dokumen ini merupakan satu kesatuan yang tak

terpisahkan dan dimaksudkan untuk dijadikan rujukan.

Pasal 1

Mukadimah Akad al-Bay

(KETENTUAN POKOK HUKUM SYARA’ TENTANG JUAL BELI)

1. Definisi Jual Beli Secara Umum :

Al-Bay’ (jual-beli) secara bahasa artinya pertukaran,

sedangkan secara syar‘i bermakna: mubâdalah mâl[in]

bi mâl[in], tamlîk[anl wa tamalluk[an] ‘alâ sabîl at-

tarâdhî (pertukaran harta dengan harta lain dalam

bentuk penyerahan dan penerimaan pemilikan


[pertukaran dan pemindahan pemilikan] berdasarkan

kerelaan pembeli dan penjual.

Jual-beli ada tiga bentuk. Pertama: jual-beli tunai;

Kedua: jual-beli salaf atau pesanan

(salam/istishna’); Ketiga: jual-beli kredit (al-bay’

bi ad-dayn wa bi at-taqsîth).

2. Definisi Jual Beli tunai:

al-bay’ adalah salah satu bentuk jual beli dimana

barang diserahkan pada saat akad, sedangkan harganya

dibayar secara tunai.

3. Sebagai jual beli, terhadap al-bay’ berlaku hukum-


hukum jual beli secara umum disertai dengan

ketentuan-ketentuan khusus tentangnya.

4. Sehingga sah, akad al- harus memenuhi rukun dan

syaratnya.

5. Rukun al-bay’ ada tiga:

a. Al-‘aqidân (dua pihak yang berakad) yaitu al-

mustashni’ (yang memesan barang) atau pembeli dan

ash-shâni’ (pembuat) atau penjual. Kedua pihak

haruslah pihak yang secara syar’iy sah melakukan

tasharruf.

b. Ijab dan qabul, dalam hal ini harus ada suka sama

suka diantara kedua pihak, adanya kesatuan

majelis dan keterpautan antara ijab dan qabul.

c. Al-‘ma’qûd ‘alayh (obyek akad) yaitu barang yang

dipesan untuk dibuat (al-mustashna’ fîhiatau al-

mashnû’).

6. Syarat Khusus al-bay’ terkait al-mabî’ (barang

dagangan) dan harga.

a. Al-Mabî’ itu harus sesuatu yang suci, tidak


najis; halal dimanfaatkan; adanya kemampuan

penjual untuk menyerahkannya; harus ma‘lûm

(jelas), tidak majhul. Jika barang dagangannya

berupa tamar (kurma), sa’îr (barley), burr

(gandum), dzahab (emas), fidhah (perak), atau

uang, dan milh (garam) maka tidak boleh

diperjualbelikan (dipertukarkan). Rasul saw.

bersabda:

‫َّذَهِب َواْل ِفَّض ُة ِباْل ِفَّض ِة َواْل ُب ُّر ِب اْل ُبِّر َوالَّش ِعيُر‬M
M‫الَّذَهُب ِبال‬

‫ِبالَّشِعيِر َوالَّتْم ُر ِب الَّتْمِر َواْل ِمْلُح ِب اْل ِمْلِح ِمْثًال ِبِمْث ٍل‬
‫َسَواًء ِبَسَواٍء َيًد ا ِبَيٍد َفِإَذا اْخَتَلَفْت َهِذِه ْاَألْصَناُف َفِبيُعوا‬
‫َكْيَف ِشْئُتْم ِإَذا َكاَن َيًد ا ِبَيد‬

Emas dengan emas, perak dengan perak, gandum

dengan gandum, barley dengan barley, kurma

dengan kurma dan garam dengan garam (harus)

semisal, sama dan tunai. Jika jenisnya berbeda

maka perjualbelikanlah sesuka kalian selama

dilakukan secara tunai. (HR Muslim).

Artinya, tidak boleh menjual emas, perak, garam,

kurma, gandum atau barley, secara kredit,

terkecuali dilakukan secara tunai.

Di samping itu al-mabî’ (barang dagangan) tersebut

haruslah milik penjual atau si penjual memang

memiliki hak untuk menjualnya, misal sebagai

wakil dari pemiliknya. Rasul saw. bersabda:

‫َال َتِبْع َم ا َل ْيَس ِعْنَدَك‬


Janganlah engkau menjual sesuatu yang bukan milikmu

(HR Abu Dawud, an-Nasai, Ibn Majah, at-Tirmidzi,

Ahmad dan al-Baihaqi).

Jual-beli ini tidak seperti as-salaf atau as-salam


yang dikecualikan dari larangan tersebut. Jadi,

barang yang dijual itu haruslah sempurna milik

si penjual. Jika barang itu sebelumnya dia beli

dari pihak lain maka pembelian itu harus sudah

sempurna, yaitu harus sudah terjadi perpindahan

pemilikan atas barang itu secara sempurna dari

pihak lain itu kepadanya. Artinya, barang itu

telah sempurna dia miliki, baru ia sah untuk

menjualnya. Ketentuan ini menjadi salah satu

titik kritis dalam muamalah al-murâbahah li al-

âmir bi asy-syirâ’—sering disebut murabahah saja


—atau yang sejenis.

Supaya akad jual-beli itu sempurna, harus

terjadi perpindahan pemilikan atas al-mabî’ itu

dari penjual kepada pembeli. Jika al-mabî’ itu

termasuk barang yang standarnya dengan dihitung,

ditakar atau ditimbang (al-ma’dûd, al-makîl wa

al-mawzûn) maka harus terjadi serah terima (al-

qabdh). Jika bukan yang demikian maka tidak

harus terjadi al-qabdh, melainkan begitu selesai

ijab dan qabul, terjadilah perpindahan pemilikan

atas al-mabî’. Intinya, pemilikan pembeli atas

barang yang dia beli akan sempurna jika tidak

ada lagi penghalang baginya untuk men-tasharruf

barang tersebut, baik dijual, disewakan,

dikonsumsi, dihibahkan dan sebagainya.

b. Adapun harga dalam jual-beli, artinya merupakan

utang (dayn), baik dibayar sekaligus ataupun

dicicil. Kebolehan itu sesuai dengan hadis

Barirah dan hadis tentang jual-beli secara


kredit yang dilakukan Nabi saw. dengan seorang

Yahudi di atas.

Seseorang boleh menawarkan barangnya dengan dua

harga, harga tunai dan harga kredit—biasanya

lebih tinggi dari harga kontan. Hal itu karena

Rasul saw. pernah bersabda:

‫ِإَّن َما اْل َبْيُع َعْن َت َراٍض‬


Sesungguhnya jual-beli itu hanyalah dengan

saling ridha (antara penjual dan pembeli) (HR

Ahmad dan Ibn Majah).


Pasal 2

OBJEK JUAL BELI

Penjual dan Pembeli telah sepaham bahwa yang termasuk

dalam jual beli ini adalah tanah kavling yang dikenal

sebagai Al-Fatih Kost unit 07,luas tanah ± 133 meter

persegi, Jl Balungbangjaya,RT/RW 001/009,Kecamatan Bogor

Barat Kabupaten Bogor, Kota Bogor Jawa Barat. Luas tanah

yang menjadi kesepakatan para pihak adalah ± 133 meter

persegi.

Pasal 3

HARGA OBJEK JUAL BELI

Penjual dan Pembeli telah setuju dan mupakat bahwa harga

jual beli/pengoperan/pemindahan hak atas Harga

kesepakatan sebesar Rp. 860.000.000,- (delapan ratus

enam puluh juta rupiah), jumlah uang dibayarkan oleh

Pihak Pertama kepada Pihak Kedua sebagai berikut:

a. sebesar Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah) telah

dibayar pada 27 November 2023;

b. sebesar Rp. 425.000.000,- (empat ratus dua puluh


lima juta rupiah) pada 22 Januari 2024;

b. Pelunasan sebesar Rp. 430.000.000,- (empat ratus

tiga puluh juta rupiah) pada 22 Februari 2024;

c. Biaya lain termasuk iuran setelah serah terima

rumah kost bukan merupakan tanggung jawab pihak

kedua
Pasal 4

SURAT-SURAT

1. Pihak Kedua dengan ini berjanji dan mengikat diri

untuk mengurus agar Sertipikat Tanah terdaftar atas

nama Pihak Kedua hal mana akan diselesaikan dan

disanggupi untuk diselesaikan oleh Pihak Kedua sesuai

dengan mekanisme proses oleh pihak yang berwenang

(Badan Pertanahan Nasional) Kabupaten Bogor.

2. Pihak Kedua akan menyerahkan tanah kost ini dengan

menjamin, bahwa :

a. tanah kost tersebut tidak dijaminkan/ dibebani

kepada pihak manapun dan dalam bentuk apapun;

b. tanah kost tersebut tidak sedang dalam sengketa

dengan pihak ketiga lainnya;

c. Surat-surat kepemilikan tanah kost selain

sertipikat, yaitu Surat Pemberitahuan Pajak

Terhutang (SPPT) dipenuhi oleh Pihak Kedua dengan

mengikuti mekanisme proses penerbitan pihak yang

berwenang
d. Apabila Sertipikat Tanah telah terbit sesuai dari

BPN, maka kedua belah pihak akan melaksanakan dan

menanda tangani Akta Jual Beli dihadapan seorang

Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT)

Pasal 5

BIAYA-BIAYA

1. Biaya-biaya yang ditanggung oleh Pihak Kedua adalah

a. Biaya legalisasi PPJB dihadapan Notaris

b. Pengecekan dan Validasi sertifikat

c. Pajak Penjualan / PPH

d. Biaya Akta Jual Beli / AJB


e. Pemecahan SPPT

2. Biaya-biaya yang ditanggung oleh Pihak Pertama adalah

a. Pajak Pembelian / BPHTB

b. Biaya Balik Nama / BN

Pasal 6

PEMBATALAN AKAD DAN GANTI RUGI

1. Setelah akad ini disepakati, para pihak tidak boleh

membatalkan akad, baik barang belum dibuat atau

sedang dibuat, kecuali atas persetujuan pihak lain.

2. Jika terjadi dharar yakni kerugian finansial pada

salah satu pihak maka pihak yang dirugikan boleh

menuntut ganti rugi.

3. Besarnya kerugian dan ganti rugi ditetapkan melalui

kesepakatan diantara Pembeli dan Penjual.

4. Dalam hal tidak tercapai kesepakatan besarnya

kerugian dan ganti rugi, maka penentuan kerugian dan

ganti rugi tersebut dipercayakan kepada pihak ketiga

yang disepakati oleh para pihak.

Pasal 7
Penyelesaian Perselisihan

1. Dalam hal terjadi perselisihan selama pelaksanaan

akad jual beli al-bay’ ini hingga selesai seluruh

kewajiban kedua pihak baik Pembeli dan Penjual, maka

kedua pihak telah menyepakati untuk menyelesaikan

perselisihan itu secara kekeluargaan melalui

musyawarah dan mufakat dengan tetap mengacu kepada

ketentuan hukum syara’.

2. Dalam hal tidak tercapai mufakat dan penyelesaian,

kedua pihak menyepakati untuk menunjuk pihak ketiga

yang disepakati bersama untuk menjadi hakim


Pasal 8

LAIN-LAIN

1. Akad ini dibuat oleh para pihak dalam keadaan sadar

tanpa tekanan pihak manapun.

2. Dokumen ini dibuat dalam dua rangkap yang memiliki

kekuatan hukum yang sama. Masing-masing salinan

dipegang oleh para pihak

Bogor, 22 Januari 2024

Pihak Yang Berakad

Pembeli (Al-Mustashni’) Penjual (Ash-Shâni’)

RA Aphrolia Tri Marini Mohamad Wildan

Saksi-saksi :

………………………………………… …………………………………………
Al-Fatih KOST UNIT 07 (Kavling)
PENJELASAN AWAL SEBELUM PERJANJIAN

Halaman ini dipergunakan developer sebagai acuan dan koreksi dalam pembacaan isi perjanjian yang dijelaskan
langsung kepada calon konsumen atau yang mewakili. Dalam tiap pasal PPJB harus diparaf oleh developer dan
konsumen.

Penjelasan tentang PERJANJIAN PENGIKATAN UNTUK JUAL BELI


(PPJB)

Pasal 1 MUKADDIMAH AKAD AL-BAY (JUAL BELI) 



Pasal 2 OBJEK JUAL BELI 
Pasal 3 HARGA OBJEK JUAL .BELI 
Pasal 4 SURAT-SURAT 
Pasal 5 BIAYA-BIAYA 
Pasal 6 PEMBATALAN AKAD DAN GANTI RUGI 
Pasal 7 PENYELESAIAN PERSELISIHAN 
Pasal 8 LAIN-LAIN 

Saya menyatakan telah membacakan dan menjelaskan dengan baik seluruh isi dokumen
Perjanjian Pengikatan Untuk Jual Beli (PPJB) berikut lampiran yang ada.

Tanggal : ………………………………………………………..

Nama : ………………………………………………………..

Tanda tangan :

Saya menyatakan telah menerima penjelaskan dengan baik seluruh isi dokumen Perjanjian
Pengikatan Untuk Jual Beli (PPJB) berikut lampiran yang ada.

Tanggal : ………………………………………………………..

Nama : ………………………………………………………..

Tanda tangan :

Anda mungkin juga menyukai