Anda di halaman 1dari 2

NAMA :JOKO PERMADI

NIM :09010321011

RESUME

PEMBAGIAN HADIS DARI SEGI KUANTITAS (JUMLAH SANAD)


Hadis dilihat dari segi kuantitas (jumlah) sanad, maka hadis dapat dibagi menjadi dua yaitu: hadis
mutawatir dan hadis ahad.

A. Hadis Mutawatir
1. Pengertian
Menurut bahasa, kata al-mutawatir adalah isim fa’il berasal dari masdar ”al-tawatur´
semakna dengan ”at-tatabu’u” yang berarti berturut-turut atau beriring-iringan seperti
kata “tawatara al-mataru” yang berarti “hujan turun berturut-turut”. Menurut istilah, hadis
mutawatir adalah hadis yang diriwayatkan oleh sejumlah perawi pada semua tabaqat
(generasi) yang menurut akal dan adat kebiasaan tidak mungkin mereka bersepakat untuk
berdusta. Dan beritanya itu disandarkan melalui panca indera, seperti penyaksian,
pendengaran langsung dan sebagainya.

2. Syarat-syarat Hadis Mutawatir


Dengan definisi di atas, dipahami bahwa suatu hadis bias dikatakan mutawatir apabila
telah memenuhi 4 syarat, yakni:
 Jumlah perawinya harus banyak;
 Perawi yang banyak ini harus terdapat dalam semua tabaqat (generasi) sanad;
 Secara rasional dan menurut kebiasaan (adat), para perawi-perawi tersebut
mustahil sepakat untuk berdusta;
 Sandaran beritanya adalah panca indera.
3. Nilai Hadis Mutawatir
Hadis mutawa>tir itu mengandung nilai “darury;”. Yakni suatu keharusan bagi
manusia untuk mengakui kapasitas kebenaran suatu hadis, seperti halnya seseorang yang
telah menyaksikan suatu kejadian dengan mata kepala sendiri.
4. Hukum Hadis Mutawatir
Hadis mutawatir mengandung hukum qat’iyu al-thubut, memberikan informasi yang pasti
akan sumber informasi tersebut. Oleh sebab itu tidak dibenarkan seseorang mengingkari
hadis mutawatir, bahkan para ulama menghukumi kufur bagi orang yang mengingkari
hadis mutawatir.
5. Keberadaan Hadis Mutawatir
Ibnu Salah berpendapat bahwa hadis mutawatir jumlahnya tidak banyak. Pendapat ini
dibantah keras oleh Ibn Hajar, “orang yang mengatakan bahwa hadis mutawatir
jumlahnya sedikit, berarti dia kurang serius mengkaji hadis”.
6. Macam-macam Hadis Mutawatir
Hadis mutawatir terdiri dari 2 macam, yakni :
 Mutawatir Lafziy menurut Syahrir Nuhun hadis mutawatir
lafziy harus di definisikan ulang bahwasanya hadis mutawatir lafziy adalah hadis
yang diriwayatkan oleh sejumlah besar perawi yang menurut kebiasaan mustahil
bersepakat untuk berdusta dengan penggunaan lafal yang memiliki kemiripan
yang tinggi dan hampir sesuai dengan lafal yang lainnya terhadap makna yang
sama.
 Mutawa>tir Ma’nawy
Mutawatir ma’nawy ialah hadis yang mutawatir pada maknanya, artinya berbagai
riwayat yang berlainan, namun mengandung satu sifat atau satu perbuatan. Istilah
lainnya, beberapa cerita yang tidak sama, tetapi berisi satu artiatau tujuan.
Contoh: Sembahyang maghrib tiga rakaat.
B. Hadis Ahad
1. Pengertian:
Secara bahasa, dari kata Ahad (  ‫أحاد‬ ) jama’ dari
Ahadun (‫أحد‬ ) yang berarti satu. Hadis  ahad   menurut bahasa ialah yang diriwayatkan
oleh satu orang saja ;

Menurut istilah, hadis ahad adalah: (‫واتر‬DD‫روط المت‬DD‫ع ش‬DD‫الم يجم‬D‫و م‬D‫ )ه‬yaitu hadis yang tidak
memenuhi syarat-syarat untuk menjadi hadis mutawatir.
2. Pembagian Hadis Ahad .
Pembagian hadis ahad terbagi 2 macam yaitu: (1) mashhur dan (2) ghairu mashhu>r.
Ghairu mashhur dibagi menjadi dua yaitu: (a) ‘aziz; (b) gharib. Sebagian ulama yang lain
membagi hadis ahad menjadi tiga.
 Hadis Mashhur.
Secara bahasa, lafal mashhu>r berasal dari isim maf’ul, dari Shahara (‫هر‬D‫)ش‬
sebagaimana kalimat (ucapan)   ‫شهرت األمر‬  (aku memasyhurkan/mempopulerkan
sesuatu) yang berarti  mengumumkan sesuatu atau dalam pengertian lain
diartikan terkenal, tenar, familiar atau populer.
 Hadis ‘aziz
ِ ‫ )َأ ْن اَل يَقِ َّل ر َُواتُهُ ع َِن ْاثنَي ِْن فِ ْي َج ِمي ِْع طَبَقَا‬artinya hadis yang semua tabaqat
adalah ( ‫ت ال َّسنَ ِد‬
sanadnya terdiri dari dua orang perawi.
 Hadis Gharib
Kata gharib adalah bentuk sifat mushabbihah yang secara harfiah berarti
menyendiri atau jauh dari kerabat.
3. Kehujjahan hadis ahad
Menurut jumhur ulama’ baik dari kalangan sahabat, tabi’in, serta para ulama’
sesudahnya, baik dari kalangan ahli hadis, ahli fikih, dan ahli ushul, kalau hadis ahad
yang sahih dapat dijadiakan hujjah dan wajib diamalkan.

Anda mungkin juga menyukai