Anda di halaman 1dari 9

HADIS SHOHIH

&
HADIS HASAN
Pelajaran Ilmu Hadis Kelas XI
MAN Seluma
Hadis Shahih
1. Pengertian hadis ṣhaḥīḥ
 Kata ṣhaḥīḥ secara bahasa diartikan sehat, merupakan lawan dari
saqim (sakit atau lemah). Yang dimaksud hadis ṣaḥīḥ adalah hadis
yang sehat dan benar tanpa adanya penyakit dan cacat.
 Ulama berbeda pendapat mengenai pengertian Hadis ṣaḥīḥ, namun
secara umum pendapat mereka tidak memiliki perbedaan yang
siginifikan. Di antara pendapat para ulama tentang definisi hadis
ṣaḥīḥ adalah sebagai berikut:

“Hadis yang sanadnya bersambung (tanpa putus), diriwayatkan oleh


periwayat yang adil dan sempurna ingatannya dari periwayat yang
memiliki kualitas sepadan, tidak syaż dan tidak ada illat yang dapat
mencederainya”

Imam Nawawi dalam kitab Tadrib Ar-Rowy mendefinisikan lebih


ringkas, yaitu:

“Hadis yang sanadnya bersambung melalui orang-orang yang adil dan


sempurna ingatannya, tidak syaż dan tidak ada „ilat.”
2. Syarat-Syarat Hadis Shahih
‫ض‬ ‫الُضبَغ َاى‬
َ ‫ َّز‬Berdasarkan
َsyarat ْ ‫ َّهل‬definisi hadis ṣaḥīḥ di atas, dapat dipahami bahwa syarat-
hadis ṣaḥīḥ ada 5 yakni (sanadnya muttasil, periwayatnya adil,
periwayatnya dhabit, tidak syaz, dan tidak terdapat illat) berikut
penjelasannya:
1) Sanadnya Muttasil (sanad bersambung)
Maksudnya adalah bersambung sanadnya, artinya semua periwayat/perawi isi
hadis tersebut benar-benar mengambil/menerima hadis secara langsung dari periwayat
sebelumnya, begitupun seterusnya hingga sampai pada sanad terakhir.
Untuk memastikan sebuah hadis diterima langsung oleh periwayat dari
gurunya, Imam Muslim mensyaratkan keduanya harus hidup satu generasi dan
memungkinkan saling bertemu. Sedangkan Imam Bukhari mensyaratkan keduanya
harus benar-benar pernah bertemu. Oleh karenanya, kitab Shahih Bukhari dianggap
lebih utama karena syaratnya lebih ketat

2) Periwayatnya Adil
Adil adalah sebuah watak yang menjadikan seseorang selalu bertakwa dan
menjaga harga diri. Orang adil adalah seorang muslim, berakal sehat, tidak fāsiq dan
tidak jelek prilakunya (menjaga murūah). Dalam menilai keadilan seorang periwayat,
cukup dilakukan dengan salah satu metode berikut:
1. Keterangan seseorang atau beberapa ulama ahli ta‟dīl bahwa periwayat itu
bersifat adil.
2. Khusus mengenai periwayat hadis pada tingkat sahabat, mayoritas ulama sepakat
bahwa seluruh sahabat adalah adil.
3. Periwayatnya Ḍābiṭ (kuat hafalan)
Contoh Hadis Shohih Maksudnya masing-masing periwayatnya memiliki daya ingat
sempurna ketika menerima hadis, kemudian menjaga isi hadis
‫ص ْف َوانَ ْب ِن‬ َ ‫ ع َْن‬،‫ك‬ ٍ ِ‫ت َعلَى َمال‬ُ ‫ قَ َر ْأ‬:‫ قَا َل‬،‫ثَنَا يَحْ يَى ب ُْن يَحْ يَى‬
‫ أَ َّن َرسُو َل‬،‫ي‬
tersebut baik melalui hafalannya ( dābiṭ shadran) atau tulisannya
ِّ ‫ ع َْن أَبِي َس ِعي ٍد ْال ُخ ْد ِر‬،‫ار‬ ٍ ‫ ع َْن َعطَا ِء ب ِْن يَ َس‬،‫ُسلَي ٍْم‬
ٌ‫اجب‬ ‫و‬
ِ َ ِ َُ ‫ة‬ ‫ع‬‫م‬‫ج‬ُ ْ
‫ال‬ ‫م‬َ ْ‫َو‬ ‫ي‬ ‫ل‬
ُ ‫س‬ْ ُ
‫غ‬ ْ
‫«ال‬ :‫ل‬َ ‫ا‬َ ‫ق‬ ،‫م‬َ َ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو‬
َّ ‫ل‬‫س‬ َ ِ‫هللا‬ ( dābiṭ kitaban). Artinya, kapan pun hadis tersebut dibutuhkan, dia
‫َعلَى ُك ِّل ُمحْ تَلِ ٍم‬ dapat menunjukkan dengan cepat, baik melalui hafalan atau
“telah mengabarkan kepadaku yahya bin tulisannya, dengan tanpa adanya perubahan dari saat menerima
yahya, ia berkata: aku membacakan hadis pertama kali. Adapun sifat-sifat ke ābiṭan periwayat, menurut
kepada malik, dari safwan bin sulaim, para ulama, dapat diketahui melalui:
dari atha’ bin yasar, dari sa’id al-khudri,
bahwasanya Rasulullah shallallahu alaihi
4. Kesaksian para ulama.
wasallam bersabda: “mandi pada hari 5. Berdasarkan kesesuaian riwayatannya dengan riwayat orang
jum’at hukumnya wajib, yakni bagi yang lain yang telah dikenal ke ābiṭannya.
telah bermimpi (yang telah balig)” (HR.
Muslim) 4. Tidak Syaż (janggal)
Maksudnya ialah isi hadis (matan hadis) itu benar-benar tidak syaż.
Dalam arti tidak bertentangan dengan hadis lain yang diriwayatkan
oleh orang yang lebih ṡiqah.
5. Tidak terdapat ‟illat (cacat)
Maksudnya tidak ada sebab yang samar yang dapat menurunkan
derajat ke-ṣaḥīḥ-an hadis. „Illat hadis dapat terjadi pada sanad,
matan, atau keduanya sekaligus. Namun demikian, „illat yang paling
banyak terjadi adalah pada sanad, seperti menyebutkan muttaṣil
terhadap hadis yang munqati‟ atau mursal.
Kedudukan & Klasifikasi
4. Klasifikasi Hadis Shahih
a) Hadis ṣaḥīḥ li żātihi
3. Kedudukan Hadis Shahih adalah hadis yang memenuhi lima syarat keshahihan
sebuah hadis sebagaimana yang terhimpun dalam definisi
Hadis ṣaḥīḥ sebagai sumber ajaran Islam hadis sahih .
lebih tinggi kedudukannya dari hadis ḥasan. b) Hadis ṣaḥīḥ li gairihi
Karena itu apabila hadis ṣaḥīḥ bertentangan dengan adalah hadis hadis hasan yang naik derajatnya karena ada
hadis ḥasan, maka didahulukan hadis ṣaḥīḥ. Semua jalur periwayatan lain yang lebih kuat. Jalur periwayatan
ulama sepakat menerima hadis ṣaḥīḥ sebagai yang lebih kuat yang menyebabkan naiknya derajat hadis
sumber ajaran Islam atau hujjah yang dapat hasan menjadi ṣaḥīḥ li gairihi dikenal dengan istilah
digunakan untuk menentukan masalah akidah, syahid atau muttabi' .
hukum dan akhlak. Hukum-hukum yang Dari uraian tersebut, hadis ṣaḥīḥ li gairihi adalah:
berdasarkan hadis ṣaḥīḥ harus diamalkan. “Hadis yang keadaan rawi-rawinya kurang Hafizh
Tidak semua hadis ṣaḥīḥ dapat diriwatkan dan dhabit tetapi mereka masih terkenal sebagai
orang yang jujur maka derajatnya adalah ḥasan.
secara umum. Hal ini sesuai dengan apa yang
Lalu didapati pada hadis tersebut jalan (sanad) lain
dikatakan oleh Ibnu Mas‟ud Ra. “Tidaklah kamu
yang serupa atau lebih kuat, dan hal tersebut dapat
menyampaikan sebuah hadis pada kaum yang akal menutupi kekurangan yang ada pada hadis hasan
mereka tidak mampu memahaminya melainkan tersebut”. Hadis ḥasan jika memiliki padanan hadis
akan menjadi fitnah baginya” dengan sanad yang berbeda yang bisa
menguatkannya, maka derajatnya naik menjadi
hadis ṣaḥīḥ ligairihi. Urutan derajat hadis ṣaḥīḥ
ligairihi adalah di bawah ṣaḥīḥ liżātihi dan di atas
ḥasan liżātihi.
CONTOH HADIS SHAHIH
Shahih Lidzatihi Shahih Lighairihi
‫ ع َْن‬،‫ص ْف َوانَ ْب ِن ُسلَي ٍْم‬ َ ‫ ع َْن‬،‫ك‬ ٍ ِ‫ت َعلَى َمال‬ ُ ‫ قَ َر ْأ‬:‫ قَا َل‬،‫ثَنَا يَحْ يَى ب ُْن يَحْ يَى‬ • Misal, hadits yang diriwayatkan oleh At Tirmidzy no. 22
َ ِ‫ أَ َّن َرسُو َل هللا‬، ِّ‫ ع َْن أَبِي َس ِعي ٍد ْال ُخ ْد ِري‬،‫ار‬
‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه‬ ِ َ‫َعط‬
ٍ ‫اء ْب ِن َي َس‬ (dalam kitab sunan beliau) dari Hadits Muhammad bin
‫اجبٌ َعلَى ُك ِّل ُمحْ تَلِ ٍم‬ ْ ْ
ِ ‫ «ال ُغ ْس ُل يَوْ َم ال ُج ُم َع ِة َو‬:‫ قَا َل‬،‫َو َسل َّ َم‬ Amr, dari Amr bin Abi Salamah, dari Abi Hurairah
radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi
“telah mengabarkan kepadaku yahya bin yahya, ia wasallama bersabda :
berkata: aku membacakan kepada malik, dari • ‫لوال أن أشق على أمتي ألمرتهم بالسواك عند كل صالة‬
safwan bin sulaim, dari atha’ bin yasar, dari sa’id al- “Kalaulah tidak khawatir memberatkan umatku, maka
khudri, bahwasanya Rasulullah shallallahu alaihi
wasallam bersabda: “mandi pada hari jum’at aku akan memerintahkan mereka untuk bersiwak setiap
hukumnya wajib, yakni bagi yang telah bermimpi menjelang shalat”
(yang telah balig)” (HR. Muslim) • Muhamma bin Amr bin Alqamah ini adalah seorang
yang jujur akan tetapi beliau tidak tsiqah (kuat)
dalam hafalan. Maka hadits beliau dari jalan ini,
bernilai hasan.
• Berdasar hal ini, hadits ini juga memiliki jalur
periwayatan yang lain yang menjadikan hadits ini
terhukumi sebagai hadits shahih lighairih.
5. Tingkatan Derajat Hadis Ṣaḥīḥ
Kesahihan ditentukan oleh keadaan para rawinya (adil dan ābiṭ), ketersambungan sanad-sanadnya, selamat dari
kecacatan (illat) dan kejanggalan (syaż). Terdapat tingkatan atau martabat hadis sahih yang disebabkan oleh kualitas dan
kapasitas sanad dan rawinya. Tingkatan hadis sahih, antara lain:
a. Hadis Muttafaq Alaih Adalah hadis yang sanadnya disepakati oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim. Artinya Imam
Bukhari meriwayatkan hadis melalui sanad yang sama dengan sanad hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim.
b. Hadis Riwayat Bukhari sendirian
c. Hadis Riwayat Muslim sendirian
d. Hadis yang sanadnya memenuhi syarat ṣaḥīḥ Bukhari dan ṣaḥīḥ Muslim. Adalah hadis yang tidak diriwayatkan oleh
Imam Bukhari dan Muslim tetapi diriwayatkan oleh Imam lain. Adapun rijāl sanadnya termasuk rijāl sanad yang
dikategorikan ṡiqah oleh Imam Bukhari dan Muslim.
e. Hadis yang sanadnya memenuhi syarat hadis ṣaḥīḥ menurut imam Bukhari, namun Bukhari tidak meriwayatkannya
dalam kitab ṣaḥīḥ-nya.
f. Hadis yang sanadnya memenuhi syarat hadis ṣaḥīḥ menurut imam Muslim, namun Imam Muslim tidak
meriwayatkannya dalam kitab ṣaḥīḥ-nya.
g. Hadis yang sanadnya ṣaḥīḥ menurut selain Imam Bukhari dan Muslim seperti; ṣaḥīḥ
menurut Ibnu Hibban, ṣaḥīḥ menurut Ibnu Huzaimah, ṣaḥīḥ menurut Ibnu Majah,
ṣaḥīḥ menurut Imam al-Hakim, dan lain-lain tapi tidak ṣaḥīḥ menurut Bukhari dan
Muslim.
6. Urutan Sanad yang Paling Ṣaḥīḥ
Ada perbedaan pendapat mengenai sanad yang paling ṣaḥīḥ.
Satu ulama berpendapat sanad yang paling ṣaḥīḥ adalah sebagai berikut:
‫الز ْه ِريُّ ع َْن َسالِ ِم ْب ِن َع ْب ِدهلَّلا ِ ْب ِن ُع َم َرع َْن اَبِ ْي ِه‬
ٌّ ‫ب‬ ِ ‫اَبٌوبَ ْك ٍر ُم َح َم ُدبْنُ ُمسْللِ ِم بْنُ ُعبَ ْي ِدهلًّلا ِ ْب ِن ِشهَا‬
Ada ulama yang berpendapat sanad yang paling ṣaḥīḥ adalah
‫ب‬
ِ ِ‫طال‬َ ‫ُم َح ًّمدُابْنُ ِسي ِْر ْينَ ع َْن ُعبَ ْي َدةَ الس َّْل َمانِ ْي ع َْن ًعلِّ ِّي ابْنُ أَ ِبي‬
Ada ulama yang berpendapat sanad yang paling ṣaḥīḥ adalah:
‫ْس ع َْن َع ْب ُدهللا ب ُْن َم ْسعُو ِد‬ ِ ‫ان اأْل َ ْع َمش ع َْن اِ ْب َرا ِه ْي َم اِب ُْن يَ ِز ْي َد النَّ َغ ِع ْي ع َْن ع َْلقَ َمةَ اب ُْن قَي‬
ُ ‫ُسلَ ْي َم‬
Ada ulama yang berpendapat sanad yang paling ṣaḥīḥ adalah:
‫ي ع َْن زَ ْي ِن ال َعابِ ِد ْينَ َعلِي ْب ِن ال ُح َس ْي ِن ع َْن اَبِ ْي ِه عَلي ابن ابِي طَالب‬ ُّ
ُ ‫الز ْه ِر‬
Ada ulama yang berpendapat sanad yang paling ṣaḥīḥ adalah:
‫عع ع َْن ابن ُع َمر‬
ِ ِ‫س ع َْن نَاف‬ ٍ َ‫ك اب ُْن أَن‬
ُ ِ‫َمال‬
Yang terakhir ini merupakan pendapat Imam Bukhari. Kemudian, karena yang paling terpercaya dalam
meriwayatkan hadisnya Imam Malik adalah Imam Syafi‟i, maka
sanad yang paling ṣaḥīḥ adalah:
‫ك ع َْن نَافِ ِع ع َْن ابن ُع َم َر‬ِ ِ‫ال ِّشافِ ِع ع َْن َمال‬

Dan yang paling terpercaya dalam meriwayatkan hadisnya Imam Syafi‟i adalah
Imam Ahmad, maka urutan sanad ini merupakan sanad terbaik dan disebut dengan silsilah emas‫)) ِس ْل˜ ِسلَ ُة ل َّذا˜˜ه َِب‬
7. Kitab Hadis yang Secara Umum Paling Ṣaḥīḥ
Muhaddis yang pertama kali mengumpulkan hadis ṣaḥīḥ dalam sebuah kitab ialah
Imam Bukhari dengan kitabnya al-Jami‟ al-Ṣaḥīḥ kemudian Imam Muslim dengan kitabnya Ṣaḥīḥ
Muslim.

Secara umum, ulama sepakat bahwa ṣaḥīḥ Imam Bukhari lebih unggul dibanding
ṣaḥīḥ Muslim karena beberapa alasan:
a) Syarat muttaṣil menurut Imam Bukhari lebih ketat. Untuk memastikan sebuah hadis diterima
langsung oleh periwayat dari gurunya, Imam Muslim mensyaratkan mencukupkan keduanya
hidup satu generasi dan memungkinkan untuk saling bertemu.Sedangkan Imam Bukhari
mensyaratkan harus benar-benar pernah bertemu
b) Imam Bukhari lebih berhati-hati dalam menentukan keṡiqahan periwayat. Hadis-hadis Bukhari
mengandung berbagai permasalahan yang lebih lengkap, sehingga lebih detail dalam hal
menggali hukum fikih. Namun demikian ṣaḥīḥ Muslim lebih sistematik dibanding ṣaḥīḥ Bukhari.
Karena dalam ṣaḥīḥ Muslim tidak memotong matan hadis dan tidak mengulang-ulang sanad.

Anda mungkin juga menyukai