DISUSUN OLEH :
PENDIDIKAN KIMIA II A
KELOMPOK VIII
Rasyidatul Amini
Shasa Meliani
Windi Apriyanti
i
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan, sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu, tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam
semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang
kita nanti-nantikan syafaatnya di akhirat nanti.
Terima kasih kami ucapkan kepada yang telah berpartisipasi dalam pembuatan
makalah ini, sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik dan rapi. Kami berharap semoga
makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca. Namun terlepas dari itu, kami
memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi terciptanya makalah
selanjutnya yang lebih baik lagi.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI......................................................................................................iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Biografi Muhammad Iqbal.....................................................................2
2.2 Pemikiran Filsafat Menurut Muhammad Iqbal......................................4
2.3 Pemikiran Filsafat Pendidikan Islam......................................................5
PENUTUP
KESIMPULAN ................................................................................................10
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
Iqbal adalah seorang putra dari keluarga yang berlatar belakang dari sebuah
kasta Brahma Kasymir. Kurang lebih tiga abad yang lalu, di masa Dinasti Moghul,
Dinasti Islam terbesar yang berkuasa di India saat itu, salah seorang nenek moyang
dari Iqbal masuk Islam dibawah bimbingan Syah Hamdani, seorang tokoh kaum
Muslimin pada waktu itu.
Kedua orang tua Iqbal terkenal dengan kesalehan dan ketaqwaan mereka.
Ayahnya adalah seorang sufi yang bekerja keras demi agama dan kehidupan. Konon,
pada suatu ketika ia melihat Iqbal sedang membaca al-Qur’an, maka Ayahnya berkata
kepadanya: “ Bila kamu ingin memahami al-Qur’an, bacalah seakan ia diturunkan
kepadamu”.
Sejak kecil Iqbal memang sudah dididik dengan pendidikan agama yang kuat
baik oleh orangtuanya maupun guru-gurunya di madrasah. Selepas dari sekolah
menengah, pada tahun 1893, Iqbal memperoleh beasiswa ke perguruan tinggi. Mir
Hasan seorang professor sastra Timur di Scotch Mission College, membujuk
temannya Nur Muhammad agar mengizinkan Iqbal untuk melanjutkan pendidikannya
di Sekolah Tinggi Modern pertama di wilayah tersebut. Di sekolah yang didirikan
para misionaris Scotlandia dan Belanda inilah semangat intelektual Iqbal mulai
tumbuh. Belum lagi didikan privat Mir Hasan dalam pengetahuan kesusasteraan Arab,
Urdu dan Persia, yang semakin menghidupkan bakat kepenyairan Iqbal.
2
pengetahuan secara intens. Bahkan Arnold mendorong Iqbal untuk lebih jauh
melanjutkan pendidikannya di Eropa.
Setelah selesai dari Government College, Iqbal menerima saran Arnold untuk
belajar di Eropa. Pada tahun 1905 Iqbal pun akhirnya berangkat ke Inggris dengan
membawa bekal ilmu dari dua gurunya, Mir Hasan dan Arnold. Di Inggris, ia
melanjutkan program Magister di Cambridge University. Selama tiga tahun, hidup
Iqbal habis untuk menyerap filsafat Barat. Ia belajar filsafat dari Taggart- Guru besar
agama di Cambridge.
Karena factor usia, Arnold yang saat itu menjadi guru besar di London
University istirahat dari jabatannya dan digantikan oleh Iqbal. Disana, Iqbal diangkat
menjadi guru besar bahasa Arab di Universitas London dan enam bulan kemudian dia
dipercaya menjadi Ketua jurusan Filsafat dan keusastraan Inggris. Disamping
mengajar , di London Iqbal juga mempelajari hukum, dan lulus sebagai advokat. Dan
pada tahun yang sama (1908) ia diterima sebagai pengacara oleh Lincoln Inn, dan
pemikirannya yang sudah memperlihatkan penguasaan atas ide-ide filsafat pada saat
itu sangat menyingkapkan kemampuanya untuk menguasai persoalan-persoalan
hukum.
3
Sekembalinya ke Tanah airnya,belasan buku telah dihasilkan Iqbal. Tulisan
pertamanya adalah Stray Reflection, yang mulai ditulisnya pada 27 April 1910. Buku
ini merupakan catatan-catatan lepas tentang hal-hal yang dilihat dan dialaminya.
Namun penulisan buku ini terhenti karena alasan yang tidak pasti. Lima tahun
kemudian, Pada 1915, Iqbal menerbitkan kumpulan puisinya dengan judul Asrar-e-
Khudi (Rahasia Jiwa) dalam bahsa Parsi. Puisi ini berisi tentang konsep ego dan
tekanan jiwa dari sebuah agama dan pandangan spiritual.
4
intelektual Timur (Islam), yang diiringi dengan pengetahuannya yang mendalam
tentang filsafat Barat.
Iqbal memandang sudah saatnya kaum Muslim melakukan rekonstruksi
terhadap segala pemikiran yang berkembang di dunia Islam. hal utama yang
dilakukan Iqbal dalam hal ini adalah menentang dualism filsafat klasik abstrak, yang
telah mempertahankan pikiran dan materi dalam wadah yang ketat. Menurut Iqbal,
cita-cita yang bersumber dari idealism dan kenyataan yang bersumber dari realism
bukanlah dua kekuatan yang saling bertentangan. Keduanya dapat didamaikan. Dalam
hal ini, Iqbal telah menarik inspirasi dunia filsafat modern ke arah pendekatan
induktif untuk mendekati semangat Islam, meski bedanya, Islam mengakui adanya
realitas transendental.
Dari hal di atas, dapat dikatakan bahwa paradigma pemikiran yang digunakan
Iqbal untuk menelorkan rekonstruksinya adalah dengan menggunakan metodologi
berpikir yang bersifat sintesis. Dia berhasil memadukan tradisi intelektual Barat
dengan tradisi intelektual Timur dalam suatu paradigma berpikir. Namun demikian,
upaya sintesis pemikiran yang dilakukan Iqbal bukannya dilaksanakan tanpa sikap
kritis. Dia seleksi terlebih dahulu apa yang datang dari Barat, sehingga pemikirannya
tetap komprehensif; mencakup Timur dan Barat.
Bidang pendidikan telah menjadi salah satu agenda pembaharuan intelektual
Iqbal, karena ia melihat bahwa intelektualisme Islam pada waktu itu dapat dikatakan
nyaris berhenti, karena kaum Muslim telah berhenti mengambil inspirasi dari Al-
Qur’an. Diagnosis yang ditawarkan Iqbal untuk menyembuhkan persoalan ini adalah
dengan menumbuhkan kembali semangat intelektualisme melalui tiga sumber, yaitu
serapan indrawi, rasio, dan intuisi. Ketiga sumber ini, menurut Iqbal, harus diambil
dan digunakan secara serempak, tanpa harus mengesampingkan salah satunya. Inilah
yang disebut dengan berpikir qur’ani. Apabila kaum Muslim mampu melakukan cara
berpikir semacam ini, maka revolusi pengetahuan dalam dunia Islam akan terjadi
secara mengagumkan.
5
di bumi. Di bawah bayang-bayang filsafat Hellenisme-Yunani, teologi islam telah
berkembang jauh. Akan tetapi, pada waktu yang sama, teologi ini telah mengaburkan
wawasan kaum Muslim tentang Al-Qur’an. Oleh karena ini, Iqbal memandang bahwa
kini sudah saatnya kaum Muslim melakukan rekonstruksi pemikiran dalam berbagai
bidang, termasuk pendidikan Islam.
Sebenarnya, Muhammad Iqbal secara tekstual belum pernah menulis teori atau
filsafat pendidikan dalam sebuah buku, apalagi sebuah kurikulum pendidikan bagi
kaum Muslim. Namun secara kontekstual, seluruh pemikirannya mengisyaratkan
perlunya rekonstruksi dalam bidang pendidikan Islam. melalui gubahan sajak-
sajaknya, Iqbal melakukan kritik terhadap sistem pendidikan yang berlaku pada saat
itu.
a. Konsep individu
Dengan konsep ini, Iqbal menekankan bahwa hanya manusia yang dapat
melaksanakan pendidikan. Oleh karena itu, pendidikan menurut Iqbal harus dapat
memupuk sifa-sifat individualitas manusia agar menjadi manusia sempurna. Yang
dimaksud manusia sempurna menurut Iqbal adalah yang dapat menciptakan sifat-sifat
ketuhanan menjelma dalam dirinya, sehingga ia bisa berprilaku seperti Tuhan. Sifat-
sifat ini diserap ke dalam dirinya hingga menjadi penyatuan secara total.
b. Pertumbuhan individu
6
c. Keseimbangan jasmani dan ruhani
Dalam pandangan Iqbal, perkembangan individu memiliki implikasi bahwa ia
harus dapat mengembangkan kekayaan batin dari eksistensinya. Pengembangan
kekayaan batin ini tidak dapat dilaksanakan dengan melepaskannya dari kaitan materi.
Oleh karena itu, antara jasmani sebagai realitas dengan ruhani sebagai ide harus
dipadukan dalam proses pengembangan individu.
e. Kreativitas individu
Muhammad Iqbal menolak kausalitas tertutup, yang menyebabkan seolah-olah
tak ada satu pun yang baru yang dapat atau mungkin terjadi lagi. Sesungguhnya
manusia memiliki kreativitas yang perlu dikembangkan secara evolutif. Dengan
kreativitasnya, manusia mampu melepaskan diri dari keterbatasan, serta menembus
dan menaklukkan waktu. Adapun kreativitas itu sendiri hanya dapat
ditumbuhkembangkan melalui proses pendidikan.
7
bahwa pendidikan hendaknya memerhatikan aspek intelektual manusia dan intuisinya
sekaligus.
g. Pendidikan watak
Apabila manusia memperlengkapi diri dengan sifat individualitas yang dapat
berkembang secara optimal, yang kemudian dilandasi dengan keimanan yang
tangguh, maka ia dapat menjelma menjadi kekuatan yang tak terkalahkan. Manusia
seperti ini akan dapat mengarahkan dirinya kepada kebajikan, serta dapat
menyelaraskan diri dengan kehendak Tuhan. Itulah yang disebut Iqbal dengan watak
yang tangguh. Watak ini mencakup sensitivitas dan kekuatan. Sensitiv terhadap
perikemanusiaan dan nilai-nilai ideal, serta kekuatan dalam berpegang teguh pada
maksud yang telah dicetuskan dalam kalbu. Untuk dapat mengembangkan watak
seperti ini, menurut Iqbal, pendidikan hendaknya dapat memupuk tiga sifat yang
merupakan unsur utama manusia, yaitu keberanian, toleransi, dan keprihatinan.
h. Pendidikan sosial
Muhammad Iqbal menandaskan bahwa kehidupan sosial selayaknya
dilaksanakan di atas dasar dan prinsip tauhid. Tauhid seyogianya dapat hidup dalam
kehidupan intelektual dan emosional manusia. Dengan ini, Iqbal bermaksud
mengungkapkan bahwa tata kehidupan sosial seharusnya aktif dalam menguras dan
menggali segala kekuatan yang tersirat dalam ilmu pengetahuan, di samping dapat
pula mengontrol lingkungan kebendaan. Tidak mungkin membangun suatu tatanan
sosial tanpa disertai pemupukan ilmu pengetahuan dan pemanfaatan demi mencapai
tujuan yang hendak dicapai masyarakat manusia.
8
terjadi berbagai penyimpangan terhadap nilai-nilai kemanusiaan yang dilakukan oleh
sistem pendidikan yang ada.
Muhammad Iqbal mencoba menganalisis kerusakan budi dan pikiran yang
melanda peradaban manusia. Semua itu disebabkan karena kotoran jiwa manusia yang
telah melucuti keagungan intelektual dan emosional manusia. Meski peradaban
manusia telah mencapai kemegahan, pemerintahan yang luas, dan perniagaan yang
berkembang, namun jiwa manusia tetap diliputi kegelisahan. Hal ini karena jiwa-jiwa
itu telah dihinggapi kotoran-kotoran peradaban. Oleh karena itu, Iqbal memandang
sudah saatnya dilakukan rekonstruksi pendidikan.
Kritik Muhammad Iqbal terhadap pendidikan Barat sebenarnya merupakan
tindakan defensifnya untuk menyelamatkan pemikiran kaum Muslim dari pencemaran
dan kerusakan yang ditimbulkan gagasan-gagasan Barat. Gagasan-gagasan Barat itu
datang melalui berbagai disiplin keilmuan yang maksud utamanya adalah
menghancurkan standar-standar moralitas tradisional Islam dengan memunculkan
pandangan materialistik. Sedangkan kritik Muhammad Iqbal terhadap sistem
pendidikan tradisional Islam merupakan tindakan korektifnya atas kesalahpahaman
kaum Muslim dalam memandang pendidikan dunia Timur yang lebih mengutamakan
aspek keakhiratan daripada keduniaan, dengan cara menyeimbangkan kedua aspek
ini.
Dengan segala kritikan ini, Muhammad Iqbal mencoba merumuskan sistem
pendidikan yang merupakan sintesis dari sistem pendidikan Barat dan sistem
pendidikan Timur. Inilah yang dimaksud Iqbal dengan rekonstruksi pendidikan Islam.
rekonstruksi ini sedemikian rupa diberikan landasan filosofisnya oleh Iqbal, sehingga
pendidikan Islam senantiasa berusaha meningkatkan dinamika dan kreativitas
manusia.
Gagasan rekonstruksi pendidikan ini dimunculkan Iqbal tidak terlepas dari
faktor sosio-historis yang mengitarinya. Wilayah kekuasaan kaum Muslim pada
waktu, khususnya di India, telah dipecah belah oleh penjajah yang menyebabkan
timbulnya konflik sosio-politik di antara mereka. Konflik ini pada gilirannya
memunculkan dua pandangan yang berbeda. Pandangan pertama bersifat akomodatif-
kooperatif terhadap sistem pendidikan Barat, dan pandangan kedua bersifat
konservatif-tradisional yang anti pendidikan Barat. Pandangan pertama diwakili
Ahmad Khan dan pandangan kedua diwakili Al-Maududi. Menanggapi kedua
pandangan yang berseberangan ini, Muhammad Iqbal memunculkan gagasan
9
rekonstruksi pendidikan Islam yang merupakan sintesis di antara keduanya. Dengan
demikian, pendidikan Islam, dalam pandangan Iqbal, merupakan pendidikan yang
bukan Barat dan bukan pula Timur, tetapi pendidikan yang berada di antara keduanya.
PENUTUP
KESIMPULAN
10
DAFTAR PUSTAKA
A. Mukti Ali.1998. Alam Pemikiran Islam Modern di India dan Pakistan. Bandung: Mizan.
11