Anda di halaman 1dari 10

2.

1 Pengertian Aksiologi
Diskusi tentang aksiologi menjadi amat menarik, karena melibatkan peran dan
sumbangsih ilmu kepada masyarakat secara luas, berikut juga tanggung jawab ilmuan dalam
keilmuan yang dimiliki. Dari hal ini, aksiologi merupakan tujuan utama dari segala sesuatu
yang diperoleh. Sebab ini, (aksiologi) menjadi pertimbangan utama bagi perkembangan lanjut
sebuah ilmu pengetahuan.
Beberapa defenisi aksiologi :
 Aksiologi berasal dari kata axios (Yunani) berarti nilai dan logos yang berarti teori.
Jadi, aksiologi adalah teori tentang nilai.
 Aksiologi dalam buku Jujun S. Suriasumantri disebut sebagai teori nilai yang
berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh
 Menurut Barmel, aksiologi terbagi menjadi tiga bagian :
1. Moral conduct, yaitu tindakan moral, melahirkan disiplin khusus yakni etika
2. Aesthetic axpression, yaitu exspresi keindahan, melahirkan keindahan
3. Sosio-polotical life, yaitu kehidupan sosial politik, melahirkan filsafat sosial
politik.
Aksiologi dalam pandangan islam adalah ketakwaan atau kesalehan. Artinya ilmu
membentuk pribadi takwa atau saleh. Sementara itu, kesalehan atau ketakwaan memberikan
kontribuksi kemaslahatan. Al-qur’an sering sekali menyebutkan kontribusi ketakwaan
tersebut terhadap kemaslahatan umat manusia, baik secara individu maupun terhadap orang
lain. Aksiologi Qurani dibangun melaui dua jalan yang bersinergi. Adapun jalannya adalah
sebagai berikut
1. Membangun aksiologi melalui kepribadian para ilmuan.
Lembaga pendidikan sebagai wadah yang memproduksi para ilmuan tidak hanya
berfungsi membangun kognitif dan daya intelektual, tetapi juga harus mampu
membangun daya emosional dan spritual.
2. Aksiologi dibentuk melalui rekontruksi epistimologi.
Ilmu mesti dikenali dari semua sisi dan aspeknya dengan baik; mulai dari sumber, cara
mendapatkannya, pendekatan yang digunakan, hierarki ilmu pengetahuan, sampai
jaringan antarilmu.
2.2 Nilai
Manusia itu dinilai oleh manusia lain dalam tindakannya. Ada penilaian menurut indah
atau jeleknya. Penilaian tersebut disebut dengan penilaian secara estetis. Penilaian indah-tidak
indah itu amat dipengaruhi oleh rasa manusia yang susah ditentukan, berbeda-beda, dan
tergantung pada banyak hal. Selain itu, tindakan dinilai dari segi baik buruknya.
Nilai adalah gambaran seseorang tentang sesuatu yang indah dan yang menarik,
yang mempesona, yang menakjubkan, yang membuat kita bahagia, senang dan ingin
memilikinya.
1. Kebebasan Nilai dan Keterikatan Nilai
Perkembangan yang terjadi dalam pengetahuan ternyata melahirkan sebuah
polemik baru karena kebebasan pengetahuan terhadap nilai atau yang bisa kita
sebut sebagai netralitas pengetahuan (valuenfree). Sebaliknya, ada jenis
pengetahuan yang didasarkan pada ketertarikan nilai atau lebih dikenal sebagai
value bound.
2. Jenis-Jenis Nilai
Berikut adalah jenis-jenis nilai yang dikategorikan pada perubahannya : Baik
dan Buruk, Sarana dan Tujuan, Penampakan dan Real, Subyektif dan Obyektif,
Murni dan Campuran, Aktual dan Potensial.
3. Hakikat Nilai
a. Nilai berasal dari kehendak (Voluntarisme)
b. Nilai berasal darikesenangan (Hendonisme)
c. Nilai berasal dari kepentingan
d. Nilai berasal dari hal yang lebih disukai (Preference)
e. Nilai berasal dari kehendak rasio murni
4. Status Metafisik Nilai
a. Subyektivisme
b. Obyektivisme logis
c. Obyektivisme metafisik
5. Karakteristik Nilai
a. Bersifat abstrak
b. Polaritas
c. Bersifat hirarkis
2.3 Etika
Ilmu dibangun atas dasar ontologi, epistemologi dan aksiologi haruslah berlandaskan
etika sehingga ilmu itu tidak bebas nilai.
Istilah etika berasal dari kata “ethos” (bahasa Yunani) yang berati adat kebiasaan. Dalam
istilah lain, para ahli menyebutnya dengan moral, juga berarti kebiasaan, namun kedua kata
ini memiliki perbedaan, etika bersifat teori sedangkan moral bersifat praktik. Etika merupakan
cabang filsafat yang membicarakan perbuatan manusia dari sudut yang baik dan tidak baik
yang berlaku umum. Etika mempersoalkan bagaimana manusia bertindak, sedangkan moral
mempersoalkan bagaimana semestinya tindakan manusia itu.
Secara ringkas, defenisi etika dan moral adalah suatu teori mengenai tingkah laku
manusia, yaitu baik dan buruk yang masih dapat dijangkau oleh akal atau tindakan manusia
yang dilakukan dengan sengaja. Moral adalah suatu ide tentang tingkah laku manusia
(baik/buruk) menurut situasi tertentu. Fungsi etika adalah untuk mencari ukuran tentang
penilaian tingkah laku perbuatan manusia. Namun, etika selalu mencapai tujuan akhir untuk
menemukan ukuran etika yang dapat diterima secara umum.
Tingkah laku manusia dapat dinilai oleh etika harus memenuhi syarat berikut
1. Perbuatan manusia harus disertai pengertian.
2. Perbuatan manusia dilakukan dengan sengaja
3. Perbuatan manusia dilakukan secara bebas/dengan kehendak sendiri.
a) Etika Alamiah
menunjukkan fakta tentang sesuatu dengan mengevaluasinya telah dikenal secara luas
sebagai dua hal berbeda yang saling berhadapan.
b) Etika Obyektif
Pengertian kata atau istilah obyektif, sebagaimana istilah subyektif itu samar dan jauh
dari kejelasan. Istilah etika obyektif untuk menunjuk setiap kalimat etika yang
dikemukakan secara bebas tidak ada muatan suatu kepentingan apapun dari orang yang
mengemukakannya (Edwards, 1972:70).
c) Etika Universal
Terciptanya perdamaian, kesenangan kenyamanan, dan kebahagiaan merupak tujuan
manusia yang bersifat universal. Oleh karenanya pada setiap komunitas manusia juga
dengan sendirinya terdapat standar tentang baik-buruk dan patut-tidak patut yang berlaku
universal yang dapat menjadi kerangka standar etika universal.
d) Etika Sosiokultural
Standar kepatutan didalam setiap transaksi komunikatif, oleh karenanya akan beragam
menurut ragam budaya yang melatar belakangi komunikator yang terlibat, termasuk
pengkontruksi realitas sosial politik melalui wacana tertulis di dalam opini media massa
cetak.
e) Etika Ilmiah atau Etika Kritis
Kritisme etika dalam konteks ini ditujukan pada segi-segi moral dari segala sesuatu
yang terjadi dan terdapat didalam teks dan dampak yang mungkin timbul dari teks ini.

2.4 Konsep Dasar Etika


Etika sering disebut filsafat moral dan merupakan cabang filsafat yang biasanya disebut
filsafat moral yang berbicara mengenai tindakan manusia dalam kaitannya dengan tujuan
utama hidupnya. Filsafat ini merupakan cabang filsafat yang berbicara tentang praktis
(tindakan) manusia. Dalam istilah filsafat, etika berarti ilmu tentang apa yang bisa dilakukan
atau ilmu tentang adat kebiasaan yang menggambarkan nilai-nilai, kesusilaan tentang baik dan
buruk, etika juga pengetahuan tentang nilai-nilai itu sendiri. Etika tidak mempersoalkan
bagaimana manusia harus bertindak dan berperilaku yang ditentukan oleh berbagai norma
dengan tujuan melahirkan kebahagiaan, keutamaan dan kehidupan ideal.
Etika dibedakan dalam tiga pengertian pokok yaitu
1) ilmu tentang apa yang baik dan berkewajiban moral.
2) Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak.
3) Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.

Dapat disimpulkan bahwa etika adalah nilai-nilai atau norma-norma yang menjadi
pegangan bagi seseorang, atau kelompok orang mengatur tingkah lakunya menurut kaida-
kaidah atau norma-norma.

Sifat dasar etika adalah kritis, menurut Darmodiharjo dan Sidarta, etika bertugas:

a) untuk mempersoalkan norma yang dianggap berlaku


b) etika mengajukan pertanyaan tentang legitimasi-legitimasinya, artinya norma yang
tidak dapat mempetahankan diri dari pertanyaan krisis dengan sendirinya akan
kehilangan haknya.
c) etika mempersoalkan pula hak setiap lembaga seperti orang tua, sekolah, negara dan
agama untuk memberikan perintah atau larangan yang ahrus diataati.
d) Etika memberikan bekal kepada manusia untuk mengambil sikap yang rasional
terhadap semua norma.
e) Etika menjadi alat pemikiran dan rasional dan bertanggung jawab bagi seorang ahli
dan bagi siapa saja yang tidak mau diombang-ambingkan oleh norma-norma yang ada.

Sebagai sebuah cabang filsafat, etika sangat menekankan pendekatan kritis dalam melihat
dan mengagumi nilai dan norma moral serta permasalahan-permasalahan moral timbul dalam
kehidupan manusia, khususya masyarakat. Etika dalam pengertian kedua ini dapat
dirumuskan sebagai refleksi kritis dan rasional mengenai nilai dan norma yang menyangkut
bagaimana manusia harus hidup baik sebagai manusia, dan mengenai masalah-masalah
kehidupan manusia dengan mendasarkan diri pada nilai dan norma-norma moal yang umum
diterima.

2.5 Estetika
Istilah estetika dipopulerkan oleh Alexander Gottlieb Baumgarten (1714-1762) melalui
beberapa uraian yang berkembang menjadi ilmu tentang keindahan (Encyclopedia
2001,1999). Estetika merupakan nilai-nilai yang berkaitan dengan kreasi seni dengan
pengalaman-pengalaman kita yang berhubungan dengan seni.
Teori Estetika :
1. Teori Estetika Formal
Teori ini beranggapan bahwa keindahan merupakan hasil formil dari ketinggian, lebar,
ukuran (dimensi) dan warna.
2. Teori Estetika Ekspresionis
Teori ini beranggapan bahwa keindahan karya seni terutama bergantung pada apa yang
di ekspresikannya.
3. Teori Estetika Psikologis
Menurut teori ini keindahan memiliki 3 aspek :
1. Keindahan dalam arsitektur merupakan irama yang sederhana dan mudah
2. Keindahan merupakan akibat dari emosi yang hanya dapat diperlihatkan dengan
prosedur Psikoanalistik.
3. Keindahan merupakan akibat rasa kepuasan di pengamat sendiri terhadap obyek
yang dilihatnya.
2.6 Pendidikan
Dalam kamus besar bahasa indonesia pendidikan berasal dari kata dasar didk (mendidik),
yaitu memelihara dan memberi latihan (ajaran, pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan
pikiran. Sedangkan pendidikan mempunyai pengertian yaitu proses pengubahan sikap dan tata
laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran dan latihan, proses perbuatan, cara mendidik.
Ki Hajar Dewantara, sebagai tokoh pendidikan Nasional Pendidikan Indonesi, peletak
dasar yang kuat pendidikan nasional yang progresif untuk generasi sekarang dan generasi
yang akan datang merumuskan pengertian pendidikan sebagai berikut: pendidikan umunya
berarti daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter),
pikiran (intelektual dan tubuh anak), dalam taman siswa tidak boleh dipisahkan bagian-bagian
itu agar supaya kita memajukan kesempurnaan hidup, kehidupan, kehidupan dan penghidupan
anak-anak yang kita didik, selaras dengan duniamya.
Dari etimologi dan analisis pengertian pendidikan di atas, secara singkat pendidikan dapat
dirumuskan sebagai tuntunan pertumbuhan manusia sejak lahir hingga tercapai kedewasaan
jasmani dan rohani, dalam interaksi dengan alam dan lingkungan masyarakatnya. Pendidikan
merupakan proses yang terus menerus, tidak berhenti. Di dalam proses pendidikan ini,
keluhuran martabat manusia dipegang erat karena manusia (yang terlibat dalam pendidikan
ini) adalah subyek dari pendidikan. Karena merupakan subyek di dalam pendidikan, maka
dituntut suatu tanggung jawab agar tercapai suatu hasil pendidikan yang baik. Jika
memperhatikan bahwa manusia itu sebagai subyek dan pendidikan meletakkan hakikat
manusia pada hal yang terpenting, maka perlu diperhatikan juga masalah otonomi pribadi.
Maksudnya adalah manusia sebagai subyek pendidikan harus bebas untuk “ada” sebagai
dirinya yaitu manusia yang berpribadi, yang bertanggung jawab.
Melalui pendidikan manusia menyadari hakikat dan martabatnya di dalam relasinya yang
tidak terpisahkan dengan alam lingkungannya dan sesamanya. Itu berarti, pendidikan
sebenarnya mengarahkan manusia menjadi insan yang sadar diri dan sadar lingkungan. Dari
kesadarannya itu mampu memperbarui diri dan lingkungannya tanpa kehilangan kepribadian
dan tidak tercabut dari akar tradisinya.
Pendidikan secara luas dianggap sebagai usaha moral. Subjek didik diupayakan dengan
penanaman nilai-nilai moral dan peningkatan perilaku individual maupun sosial.

2.7 Standarisasi Nilai Baik dan Buruk


Secara umum kata baik dalam makna lugas artinya sesuatu yang patut dan berguna.
Beberapa pengertian baik yang dijelaskan dari berbagai sumber antara lain:
a. Baik adalah sesuatu yang telah mencapai kesempurnaan.
b. Baik adalah sesuatu yang menimbulkan rasa keharusan dalam kepuasan, kesenangan,
persesuaian, dan seterusnya.
c. Baik adalah sesuatu yang mempunyai nilai kebenaran atau nilai yang diharapkan, yang
memberikan kepuasan.
d. Sesuatu hal dikatakan baik, bila ia mendatangkan rahmat, memberikan perasaan
senang atau bahagia. Jadi sesuatu dikatakan baik bila ia dihagai secara positif.
e. Baik adalah sesuatu yang sesuai dengan keinginan.

Sedangkan buruk dalam arti Letterlijk artinya rusak, busuk, jahat. Dalam hubungannya
akhlak, berbagai sumber menjelaskan pengertian buruk sebagai berikut:

a. Tidak baik, tidak seperti yang seharusnya, tidak sempurna, kualitasnya dibawah
standar, kurang dalam nilai.
b. Keji, jahat, tidak bermoral, tidak menyenangkan, tidak dapat disetujui, tidak dapat
diterima.
c. Segala perbuatan yang tercela yang bertentangan dengan norma-norma masyarakat
yang berlaku.
A. Hedonis
Hedonisme adalah pandangan yang mengatakan bahwa kenikmatan merupakan
kebaikan alamiah dan satu-satunya kebaikan, sedangkan kesakitan adalah keburukan
alamiah. Dalam memandang kebahagian, aliran hedonisme terbagi menjadi dua, yaitu:
1. Kebahagiaan yang berorientasi pada diri sendiri.
Golongan ini berpandangan bahwa manusia itu seharusnya banyak mencari
kebahagiaan untuk dirinya. Segala upaya dalam kehidupan ini selalu berorientasi
kepada kebahagiaan dirinya. Bila seseorang diperhadapkan alternatif pilihan apakah
suatu perbuatan harus dilakukan atau ditinggalkan, maka yang harus dilihat untuk
dipertimbangkan adalah tingkat kenikmatan dan kesengsaraan yang ditimbulkan oleh
perbuatan itu. Kalau tingkat kenikmatannya lebih besar berarti perbuatan itu dikatakan
baik, tetapi kalau tingkat kesengsaraan lebih besar maka perbuatan itu dikatakan
buruk.
2. Kebahagiaan yang berorientasi pada diri sendiri
Tokoh yang membangun aliran ini adalah Bentham (1748-1832) dan John Stuart
Mill (1806-1873). Keduanya adalah ahli filsafat berkebangsaan Inggris. Aliran ini
berpandangan bahwa manusia seyogyanya mencari kebahagiaan itu untuk sesama
manusia, bahkan untuk semua makhluk hidup di muka bumi ini. Nilai baik atau
burukdari suatu perbuatan adalah kesenangan atau kesengsaraan yang diakibatkan oleh
perbuatan itu.akibat dari perbuatan itu bukan hanya untuk dirasakan oleh diri kita
sendiri tetapi untuk dirasakan oleh semua makhluk. Oleh karenanya, setiap orang yang
melakukan perbuatan,harus mempertimbangkan keseimbangan antara kenikmatan
untuk dirinya sendiri dengan kenikmatan orang lain.
Kesimpulan standarisasi hedonis adalah Kaum hedonis menemukan standar nilai
dalam kuantitas kesenangan yang dijabarkan oleh individu atau masyarakat.

B. Idealis
kata idealis merupakan istilah dalam filsafat mempunyai arti yang sangat berbeda
dalam bahasa sehari-hari. Secara umum, kata itu berarti: 1) seorang yang menerima
ukuran moral yang tinggi, estetika dan agama serta menghayati nya, 2)orang yang dapat
melukiskan dan menghancurkan suatu rencana atau program yang belum ada. Tiap
pembaharu sosial adalah seorang idealis dalam arti kedua ini, karena ia menyokong
sesuatu yang belum ada.mereka yang berusaha mencapai perdamaian yang abadi atau
memusnahkan kemiskinan juga dapat dinamakan idealis dalam arti ini, kata idealis dapat
dikatakan sebagai pujian. Seorang yang memperjuangkan tujuan-tujuan yang dipandang
orang lain tidak mungkin dicapai.
W.E Hocking, seorang idealis mengatakan bahwa kata-kata "idealism" adalah lebih
tepat daripada "idealism". Secara ringkas, idealism mengatakan bahwa realitas terdiri atas
ide-ide, pikiran-pikiran, akal (mind) atau jiwa (selves) dan bukan benda material dan
kekuatan. Idealism menekankan "mind" sebagai hal yang lebih dahulu daripada materi.
Jika materialisme mengatakan bahwa materi adalah riil dan akal adalah fenomena yang
menyertainya, maka idealisme mengatakan bahwa akal itulah yang riil dan materi adalah
produk sampingan.dengan begitu maka idealisme mengandung pengingkaran bahwa
dunia ini pada dasarnya adalah sebuah mesin besar dan harus ditafsirkan sebagai materi,
mekanisme atau kekuatan saja.
idealisme adalah suatu pandangan dunia atau metafisika yang mengatakan bahwa
realitas dasar terdiri atas atau sangat erat hubungannya dengan ide pikiran atau jiwa.
Dunia mempunyai arti yang berlainan dari apa yang nampak pada permukaan nya. Dunia
dipahami dan ditafsirkan oleh penyelidikan tentang hukum-hukum pikiran atau
kesadaran, dan tidak hanya oleh metode ilmu obyektif semata-mata.
Menurut sebagian dari kelompok idealis, terdapat kesatuan yang dalam, suatu
rangkaian tingkatan yang mengungkapkan,dari materi melalui bentuk tumbuh-tumbuhan
kemudian melalui bentuk binatang hingga sampai kepada manusia, akal dan jiwa.
Standarisasi nilai baik dan buruk idealis adalah Kaum idealis mengakui sistem
obyektif norma rasional sebagai kriteria.

C. Naturalis
naturalis adalah aliran yang di dalamnya mengatakan bahwa anak sejak lahir sudah
memiliki pembawaan sendiri-sendiri baik bakat, minat, kemampuan, sifat, watak, dan
pembawaan lainnya. Pembawaan akan berkembang sesuai dengan lingkungan alami
bukan lingkungan yang dibuat-buat. Aliran ini juga memiliki kesamaan dengan aliran
nativisme. Aliran nativismeyaitu aliran yang mengajarkan bahwa anak lahir sudah
memiliki pembawaan baik dan buruk. Perkembangan anak hanya ditentukan oleh
pembawaannya sendiri-sendiri. Lingkungan sama sekali tidak mempengaruhi apabila
membentuk kepribadian anak. Jika pembawaan jahat, akan menjadi jahat, jika
pembawaannya baik, maka akan menjadi baik.jadi lingkungan yang diinginkan dalam
perkembangan anak adalah lingkungan yang tidak dibuat-buat yakni lingkungan alami.
Standarisasi baik dan buruk naturalis,aristoteles berpendapat bahwa kita dapat
menemukan hal yang bagus bagi manusia dan hal-hal yang diperlukan manusia untuk
menjalani kehidupan yang baik. Dengan kata lain,adalah mungkin untuk menggambarkan
aktivitas-aktivitas yang mendukung pertumbuhan manusia,misalnya hal-hal alamiah bagi
manusia dimana mereka dapat terus berkembang dan kondisi-kondisi yang membuat hal
itu mungkin.pandangan aristoteles mengandung implikasi bahwa dalam hal ini tidak
terdapat satu hal baik, sehingga apa yang baik dan apa yang tidak baik selalu tergantung
pada kondisi. Dengan demikian, tidak ada hal semacam "baik titik pokoknya baik",
sebaliknya kita hendaknya berkata "baik lagi". Misalnya apa yang baik bagi kaktus belum
tentu baik bagi anggrek, apa yang baik bagi seekor kuda belum tentu baik bagi singa dan
seterusnya, Termasuk hal yang baik bagi manusia. Dengan demikian, kebaikan bukanlah
obyek atau properti abstrak yang memancarkan kebaikannya secara terpisah dari manusia
atau makhluk lainnya. Sebaliknya, kebaikan adalah sebuah model eksistensi yang
ditentukan oleh kondisi alamiah dari beragam makhluk hidup.

Anda mungkin juga menyukai