Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

MENGENAL GERAKAN TAJDID DAN


PEMBARUANNYA
Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Kemuhammadiyyahan

Dosen pengampu :

Ainun Nadlif, S Ag M.Pd.I

Oleh :

Sinta Nur Khofifah (202071000085)

Mulia Intan Mustika (202071000096)

Erwin Maulana Pramudita (202071000100)

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SIDOARJO
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Mengenal
Gerakan Tajdid dan Pembaruannya” karena pertolongan-Nya kami bisa mengerjakan
makalah ini dengan baik meskipun masih banyak kekurangan.

Terima kasih kami haturkan kepada semua yang telah membantu dan
berkontribusi
pengerjaan makalah ini. Terlebih kepada bapak Ainun Nadlif, S Ag M.Pd.I. selaku
dosen pengampu mata kuliah Kemuhammadiyahan. Semoga makalah ini dapat
berguna bagi pembaca.

Sebagaimana manusia pada umumnya pasti mempunyai kesalahan dan tidak


mungkin luput dari hal tersebut. Sehingga jika ada banyak kesalahan maupun
kekurangan dari apa yang dituliskan ini mohon dimaklumi.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Muhammadiyah merupakan gerakan Islam, da‘wah amar ma‘rūf nahī munkar berasas
Islam bersumber Al-Qur’an dan As-Sunnah, yang didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan
pada tanggal 8 Dzulhijjah 1330, bertepatan pada tanggal 18 November 1912 di kota
Yogyakarta. Muhammadiyah berdiri dengan tujuan untuk mencontoh dan meneladani
jejak perjuangan Nabi Muhammad saw. Dalam rangka menegakkan dan menjunjung
tinggi agama Islam semata-mata demi terwujud nya ‘izzul Islām wal muslimīn yaitu
kejayaan Islam sebagai kemuliaan hidup umat Islam. Dalam perkembangan
Persyarikatan Muhammadiyah yang semakin menunjukkan arti perannya dalam
kehidupan beragama, juga aspek-aspek lain di luar agama seperti ekonomi, sosial,
pendidikan dan sebagainya, maka semakin membutuhkan kinerja yang kuat untuk
selalu memperjuangkan Persyarikatan Muhammadiyah. Untuk itu diperlukan
berbagai strategi dalam usaha membentuk kader-kader Muhammadiyah yang
tangguh. Pada awal rintisanya, Muhammadiyah telah mengambil langkah strategis
dalam bentuk yang nyata dan permanen, yakni dengan mengadakan pendidikan kader
dalam lembaga formal yang diharapkan mampu menjadi anak panah Muhammadiyah
yang ketika dilepas dari busurnya akan dapat mengenai sasaran dan dapat
memberikan warna pada sasaran yang dituju. Hal ini diimbangi dengan organisasi-
organisasi yang berdiri di Muhammadiyah, yaitu organisasi otonom (Ortom)
Muhammadiyah yang diberikan kebebasan dalam menjalankan Organisasi tersebut
antara lain, Aisyiah, Nasyiatul Aisyiah (NA), Pemuda Muhammadiyah (PM), Ikatan
Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), Tapak Suci Putra Muhammadiyah (TS), yang
diharapkan mampu memperkokoh eksistensi Persyarikatan Muhammadiyah.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang penulis uraikan di atas,


maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:

 Mengetahui pengertian dari tajdid?


 Bagaimana gerakan jami'atul Khoir di Indonesia?
 Mengetahui maksud dari syarikat islam?
 Mengetahui maksud dari gerakan kemuhammadiyahan?
 Memahami tentang gerakan pesis?
C. Tujuan
Tujuan penelitian yang ingin kita capai adalah:
 Menjelaskan makna atau arti dari Tajdid, dan bisa memahami dengan baik
penfertian dari Tajdid.
 Mendeskripsikan gerakan yang ada di Jami’atul Khoir agar kita bisa
memahaminya dengan baik dan benar.
 Mendeskripsikan gerakan yang ada disyarikat islam agar kira bisa
memahaminya dengan baik dan benar.
 Menjelaskan tentang gerakan kemuhammadiyahan agar kita bisa
memahami dan mengetahui dengan baik dan benar.
 Mendeskripsikan tentang gerakan persis dengan baik dan benar agar bisa
difahaminnya dengan baik.

BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Tajdid

Tajdid adalah kata yang diambil dari bahasa Arab ini berakar dari kata “jaddada-
yujaddidu-tajdiidan” yang artinya “terbaru atau menjadi baru”. Tajdid adalah mengembalikan
ajaran agama Islam kembali kepada Al-Qur'an dan As-Sunnah, karena pada zaman sekarang
ini ajaran Islam mengalami penyimpangan dan pencampuran dengan pemahaman yang bukan
berasal dari Islam, sedangkan tajrid berarti pengosongan, pengungsian, pengupasan,
pelepasan atau pengambil alihan. Fungsi dari tajdid adalah manfaat “pemurnian” tajdid yang
dimaksudkan sebagai pemeliharaan matan segala sesuatu yang diajarkan Islam yang sesuai
dan bersumber kepada Al quran dan As-sunnah. Menurut persyarikatan Muhammadiyah,
tajdid merupakan noda satu watak dari segala sesuatu yang diajarkan Islam.

B. Pembaruan Jamiatul Khair

Jamiatul Khair adalah lembaga swasta yang bergerak dalam bidang


pendidikan dan berperan penting dalam sejarah perjuangan Indonesia. aktivitas
Jamiat Kheir lebih mengarah pada masalah sosial kemasyarakatan, yang menitik-
beratkan pada masalah penanggulangan kemiskinan dan kebodohan yang diderita
oleh umat Islam akibat penjajahan.

Kegiatan santunan orang yang tidak mampu, yatim, orang jompo sangat
mendominasi program Jamiat Kheir dibuktikan kemudian oleh pengurus dengan
membuat panti asuhan Daarul Aitam, yang secara khusus merawat dan mendidik
anak-anak yatim yang hingga saat ini masih aktif.

Dan yang tidak kalah pentingnya untuk diketahui adalah bahwa Jamiat Kheir
ketika itu memiliki reputasi internasional melalui hubungan dengan kaum muslimin
di timur tengah. Dengan dasar ukhuwah Islamiyah, Jamiat Kheir banyak membantu
secara finansial untuk korban perang di Tripoli (Libya), membantu pembangunan
jalan kereta api di Hijaz yang menghubungkan kota Madinah Almunawwarah dengan
daerah-dearah disekitar Syam (Yordania, Palestina, Syria, Iraq) dan lain-lain.

C. Pembaruan Syarikat Islam

Syarikat Islam (SI) atau yang sebelumnya bernama Sarekat Dagang Islam
(SDI) merupakan salah satu organisasi yang pertama kali lahir di Indonesia.
Organisasi ini telah memiliki cukup banyak massa dan mengalami perkembangan
pesat semasa masih berlangsung.

Sarekat Islam didirikan dengan tujuan untuk menggalang kerjasama di antara


para pedagang Islam demi memajukan perdagangan mereka dan mampu menyaingi
para pedagang asal China.  Sarekat Islam menjadi organisasi ternama yang identik
dengan gerakan nasionalis, demokratis, religius serta ekonomis. Hanya dalam waktu
singkat, Sarekat Islam dapat berkembang hingga menyebar ke seluruh lapisan
masyarakat.  Perkembangannya tidak terbatas di Pulau Jawa saja. Sarekat Islam
dimaksudkan untuk membela kepentingan pedagang-pedagang Indonesia dari
ancaman para pedangang China.  Pada proses pelaksanaannya pun tidak terlihat
adanya gerakan politik yang terjadi. Sarekat Islam memperjuangakan hak-hak
sesungguhnya yang ada di bidang politik. 

Sarekat Islam memperjuangkan keadilan tanpa menyerah serta menekan


adanya penindasan yang dilakukan oleh pemerintah Belanda. Kehadiran Sarekat
Islam di antara para masyarakat juga sudah sangat dinantikan, karena mereka
membutuhkan wadah untuk menyalurkan aspirasi rakyat Indonesia.  Pada Januari
1913, di Surabaya, Sarekat Islam menegaskan bahwa organisasi ini bukanlah sebuah
partai politik. Sarekat Islam terbuka untuk bangsa Indonesia. Namun, untuk menjaga
agar Sarekat Islam tetap menjadi organisasi rakyat, dilakukan pembatasan terhadap
masuknya pegawai negeri sebagai anggota. 
Setelah Sarekat Islam berjaya di Indonesia, organisasi ini mulai mengalami
perpecahan karena adanya perbedaan suasana kehidupan politik setelah tahun 1929.
Sarekat Islam telah terkena pengaruh komunis yang diperkenalkan oleh Hendrio
Joshepus Maria Sheevliet pada 1913.  Satu tahun setelahnya, 1914, Sheevliet bersama
Adolf Baars mendirikan Indische Social Democratische Vereenihing (ISDV) di
Semarang. Tujuan dari ISDV sendiri yaitu untuk menyebarkan paham Marxis. 
Namun, anggota ISDV tidak memiliki hubungan dekat dengan rakyat, sehingga
mereka pun berniat untuk mencoba memasuki Sarekat Islam Semarang yang
dipimpin oleh Semaun. Semaun sendiri tidak menyetujui jika Sarekat Islam harus
mengirimkan wakilnya ke dalam Volksraad (Dewan Perwakilan Rakyat). Perlahan-
lahan pengaruh Semaun pun semakin besar dalam Sarekat Islam yang kemudian
menimbulkan perpecahan.  Perpecahan pada Sarekat Islam terbagi menjadi dua
bagian, yaitu SI Merah dan SI Putih. Perpecahan ini terjadi lantaran adanya agitasi
dari para golongan komunis melalui tokoh Semaun dan Darsono ke dalam organisasi
SI.  SI Putih sendiri adalah organisasi yang berhaluan kanan, diketuai oleh
Tjokroaminoto, sedangkan SI Merah berhaluan kiri dipimpin oleh Semaun dari
Semarang.  SI Merah ini menentang adanya pencampuran agama dan politik dalam
organisasi Sarekat Islam. Celah yang terjadi antara SI Merah dan SI Putih pun
semakin meluas saaat keluarnya pernyataan dari PKI yang menentang adanya Pan-
Islamisme. 

D. Pembaruan Muhammadiyyah

Gerakan Tajdid atau Gerakan Reformasi Muhammadiyah sejak semula


menempatkan diri sebagai salah satu organisasi yang berkhidmat menyebarluaskan
ajaran Agama Islam sebagaimana yang tercantum dalam Alquran dan Assunah,
sekaligus memebersihkan berbagai amalan umat yang terang-trangan menyimpang
dari ajaran Islam, baik berupa khurafat, syirik, maupun bid’ah lewat gerakan dakwah.
Muhammadiyah sebagai salah satu mata rantai dari gerakan tajdid yang diawali oleh
ulama besar Ibnu Taimiyah sudah barang tentu ada kesamaaan nafas, yaitu
memerangi secara total berbagai penyimpangan ajaran Islam seperti syirik, khurafat,
bid’ah dan tajdid, sbab semua itu merupakan benalu yang dapat merusak akidah dan
ibadah seseorang.

Muhammadiyah sejatinya gerakan pembaruan. Gerakan Tajdid fil-Islam. Jika


diperas hingga ke inti terdalam maka yang ditemukan dalam gerakan Islam yang
didirikan oleh Kyai Haji Ahmad Dahlan ini ialah api pembaruan. Karakter pembaruan
Muhammadiyah jauh lebih kuat ketimbang sifat Muhammadiyah yang lainnya.

Pembaruan itu diwujudkan dalam mendobrak kebekuan berpikir umat dengan


membangun pemahaman Islam yang berkemajuan. Selain itu Muhammadiyah
memelopori lahirnya sistem pendidikan Islam modern, pelayanan kesehatan dan
sosial, pemberdayaan kaum miskin dengan gerakan Al-Ma'un, merintis gerakan Islam
ke ruang publik melalui 'Aisyiyah, dan karya pembaruan lainnya yang
membangkitkan kebangunan dunia Islam dan modernisasi kehidupan masyarakat.

Pembaruan Muhammadiyah berangkat dari gagasan dasar al-ruju ila al-Quran


wa al-Sunnah, yakni gerakan kembli kepada Al-Quran dan Sunnah Nabi. Langkahnya
pemurnian Islam untuk menemukan ajaran yang otentik, sekaligus melahirkan Islam
yang berkemajuan. Kendari sering disebut ad-hoc, pembaruan Muhammadiyah
langsung atau tidak langsung telah menjadi alam pikiran (state of mind) mayoritas
umat Islam, termasuk bagi mereka yang dulu menentangnya.

E. Pembaruan Persis

Persatuan Islam (disingkat Persis atau PERSIS) adalah sebuah organisasi


Islam di Indonesia. Suatu gerakan yang hendak mengembalikan umat kepada Qur’an
dan Sunnah mengutip perkataan Ibnu Taimiyyah yakni ruju’ ila Qur’an wa Sunnah
yang artinya kembali kepada Qur’an dan Sunnah. pendirian Persatuan Islam (Persis)
ini bermula dari kenduri serta diskusi keagamaan yang dilakukan di rumah salah
seorang pendiri Persis yakni H. Muhammad Yunus dan H. Zamzam.

Dakwah Persis pada masa awal pendirian ditempuh dengan jalan diskusi
keagamaan yang bertempat di rumah H. Zamzam dalam acara kenduri. Lalu ketika A.
Hassan masuk menjadi bagian dari Persis sekitar tahun 1926, arah dakwah Persis
mulai diarahkan kepada perdebatan yang biasanya dilakukan secara terbuka baik
secara langsung maupun melalui media cetak.

Dakwah Persis pun dilakukan melalui media pendidikan. Hal itu bisa
dibuktikan dengan pendirian Pendidikan Islam (Pendis) oleh Mohammad Natsir yang
merupakan cikal bakal berdirinya Pesantren Persatuan Islam. Media penerbitan dan
publikasi pun tak lupa dijadikan sebagai salah satu sarana dakwah Persis seperti
diterbitkannya majalah Pembela Islam, Aliran Islam, Al-Lisan, Selain melalui media
penerbitan. Dakwah Persis pun dilakukan melalui media pendidikan

Penyebaran dan dakwah Persis pun dilakukan melalui kegiatan tabligh dan
ceramah yang diisi oleh para ulama Persis seperti A. Hassan, Mohammad Yunus, H.
Zamzam, Endang Abdurrahman, Itulah sebagian aksi dakwah Persatuan Islam
(Persis) dari masa ke masa. Suatu aksi dakwah yang masih memerlukan perjalanan
panjang ketika umat dihadapkan pada sejumlah persoalan.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Pembaruan Islam adalah proses pemurnian dimana konsep pertama


atau konsep asalnya difahami dan ditafsirkan sehingga menjadi lebih jelas
bagi masyarakat pada masanya dan lebih penting lagi penjelasan itu tidak
bertentangan dengan aslinya. Pembaruan Islam mempunyai rujukan yang
jelas, yaitu Al-Quran dan As-Sunnah, sementara pembaruan lain akan
terus berproses mencari dan tidak memiliki rujukan yang mutlak dan pasti.
Pembaruan itu diwujudkan dalam mendobrak kebekuan berpikir umat
dengan membangun pemahaman Islam yang berkemajuan. Selain itu
Muhammadiyah memelopori lahirnya sistem pendidikan Islam modern,
pelayanan kesehatan dan sosial, pemberdayaan kaum miskin dengan
gerakan Al-Ma'un, merintis gerakan Islam ke ruang publik melalui
'Aisyiyah, dan karya pembaruan lainnya yang membangkitkan
kebangunan dunia Islam dan modernisasi kehidupan masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Deliar Noor. "Gerakan Modernis Islam di Indonesia". Jakarta. Pustaka LP3ES


Indonesia,1996,

Dr. Haedar Nashir. M,Si.Muhammdiyah gerakan pembaharuan. Suara


Muhammadiyah.
Sukidi Mulyadi, artikel Defisit Demokrasi di Dunia Islam, dalam Islam Negara dan
CivilSociety, Gerakan dan Pemikiran Islam Kontemporer, (Jakarta: Paramadina,
2005: 229).

Jalaluddin Rahmad. "Jejak Pemimpin Pembaharuan Sampai Guru Bangsa".


Yogyakarta.Pustaka Pelajar, 2001.

Anda mungkin juga menyukai