Dosen pengampu :
Oleh :
Puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Mengenal
Gerakan Tajdid dan Pembaruannya” karena pertolongan-Nya kami bisa mengerjakan
makalah ini dengan baik meskipun masih banyak kekurangan.
Terima kasih kami haturkan kepada semua yang telah membantu dan
berkontribusi
pengerjaan makalah ini. Terlebih kepada bapak Ainun Nadlif, S Ag M.Pd.I. selaku
dosen pengampu mata kuliah Kemuhammadiyahan. Semoga makalah ini dapat
berguna bagi pembaca.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Muhammadiyah merupakan gerakan Islam, da‘wah amar ma‘rūf nahī munkar berasas
Islam bersumber Al-Qur’an dan As-Sunnah, yang didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan
pada tanggal 8 Dzulhijjah 1330, bertepatan pada tanggal 18 November 1912 di kota
Yogyakarta. Muhammadiyah berdiri dengan tujuan untuk mencontoh dan meneladani
jejak perjuangan Nabi Muhammad saw. Dalam rangka menegakkan dan menjunjung
tinggi agama Islam semata-mata demi terwujud nya ‘izzul Islām wal muslimīn yaitu
kejayaan Islam sebagai kemuliaan hidup umat Islam. Dalam perkembangan
Persyarikatan Muhammadiyah yang semakin menunjukkan arti perannya dalam
kehidupan beragama, juga aspek-aspek lain di luar agama seperti ekonomi, sosial,
pendidikan dan sebagainya, maka semakin membutuhkan kinerja yang kuat untuk
selalu memperjuangkan Persyarikatan Muhammadiyah. Untuk itu diperlukan
berbagai strategi dalam usaha membentuk kader-kader Muhammadiyah yang
tangguh. Pada awal rintisanya, Muhammadiyah telah mengambil langkah strategis
dalam bentuk yang nyata dan permanen, yakni dengan mengadakan pendidikan kader
dalam lembaga formal yang diharapkan mampu menjadi anak panah Muhammadiyah
yang ketika dilepas dari busurnya akan dapat mengenai sasaran dan dapat
memberikan warna pada sasaran yang dituju. Hal ini diimbangi dengan organisasi-
organisasi yang berdiri di Muhammadiyah, yaitu organisasi otonom (Ortom)
Muhammadiyah yang diberikan kebebasan dalam menjalankan Organisasi tersebut
antara lain, Aisyiah, Nasyiatul Aisyiah (NA), Pemuda Muhammadiyah (PM), Ikatan
Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), Tapak Suci Putra Muhammadiyah (TS), yang
diharapkan mampu memperkokoh eksistensi Persyarikatan Muhammadiyah.
B. Rumusan Masalah
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Tajdid
Tajdid adalah kata yang diambil dari bahasa Arab ini berakar dari kata “jaddada-
yujaddidu-tajdiidan” yang artinya “terbaru atau menjadi baru”. Tajdid adalah mengembalikan
ajaran agama Islam kembali kepada Al-Qur'an dan As-Sunnah, karena pada zaman sekarang
ini ajaran Islam mengalami penyimpangan dan pencampuran dengan pemahaman yang bukan
berasal dari Islam, sedangkan tajrid berarti pengosongan, pengungsian, pengupasan,
pelepasan atau pengambil alihan. Fungsi dari tajdid adalah manfaat “pemurnian” tajdid yang
dimaksudkan sebagai pemeliharaan matan segala sesuatu yang diajarkan Islam yang sesuai
dan bersumber kepada Al quran dan As-sunnah. Menurut persyarikatan Muhammadiyah,
tajdid merupakan noda satu watak dari segala sesuatu yang diajarkan Islam.
Kegiatan santunan orang yang tidak mampu, yatim, orang jompo sangat
mendominasi program Jamiat Kheir dibuktikan kemudian oleh pengurus dengan
membuat panti asuhan Daarul Aitam, yang secara khusus merawat dan mendidik
anak-anak yatim yang hingga saat ini masih aktif.
Dan yang tidak kalah pentingnya untuk diketahui adalah bahwa Jamiat Kheir
ketika itu memiliki reputasi internasional melalui hubungan dengan kaum muslimin
di timur tengah. Dengan dasar ukhuwah Islamiyah, Jamiat Kheir banyak membantu
secara finansial untuk korban perang di Tripoli (Libya), membantu pembangunan
jalan kereta api di Hijaz yang menghubungkan kota Madinah Almunawwarah dengan
daerah-dearah disekitar Syam (Yordania, Palestina, Syria, Iraq) dan lain-lain.
Syarikat Islam (SI) atau yang sebelumnya bernama Sarekat Dagang Islam
(SDI) merupakan salah satu organisasi yang pertama kali lahir di Indonesia.
Organisasi ini telah memiliki cukup banyak massa dan mengalami perkembangan
pesat semasa masih berlangsung.
D. Pembaruan Muhammadiyyah
E. Pembaruan Persis
Dakwah Persis pada masa awal pendirian ditempuh dengan jalan diskusi
keagamaan yang bertempat di rumah H. Zamzam dalam acara kenduri. Lalu ketika A.
Hassan masuk menjadi bagian dari Persis sekitar tahun 1926, arah dakwah Persis
mulai diarahkan kepada perdebatan yang biasanya dilakukan secara terbuka baik
secara langsung maupun melalui media cetak.
Dakwah Persis pun dilakukan melalui media pendidikan. Hal itu bisa
dibuktikan dengan pendirian Pendidikan Islam (Pendis) oleh Mohammad Natsir yang
merupakan cikal bakal berdirinya Pesantren Persatuan Islam. Media penerbitan dan
publikasi pun tak lupa dijadikan sebagai salah satu sarana dakwah Persis seperti
diterbitkannya majalah Pembela Islam, Aliran Islam, Al-Lisan, Selain melalui media
penerbitan. Dakwah Persis pun dilakukan melalui media pendidikan
Penyebaran dan dakwah Persis pun dilakukan melalui kegiatan tabligh dan
ceramah yang diisi oleh para ulama Persis seperti A. Hassan, Mohammad Yunus, H.
Zamzam, Endang Abdurrahman, Itulah sebagian aksi dakwah Persatuan Islam
(Persis) dari masa ke masa. Suatu aksi dakwah yang masih memerlukan perjalanan
panjang ketika umat dihadapkan pada sejumlah persoalan.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA