Anda di halaman 1dari 22

ANALISIS TENTANG FAWATIHUS SUWAR

Dosen Pengampu:

Dr. Yayuk Fauziyah, M.PdI

Disusun Oleh:

1. Achmad Zaid Al Qodli (202071000045)

2. Faruq Basila (202071000043)

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SIDOARJO

2021

i
DAFTAR ISI

COVER.......................................................................................................................................i

DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii

BAB I.........................................................................................................................................1

PENDAHULUAN................................................................................................................1

1.1 Latar Belakang..........................................................................................................1-2

1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................2

1.3 Tujuan..........................................................................................................................2

BAB II.......................................................................................................................................3

PEMBAHASAN..................................................................................................................3

2.1 Pengertian Fawatihus Suwar.....................................................................................3-4

2.2 Macam-Macam Fawatihus Suwar...........................................................................4-11

2.3 Kedudukan Fawatihus Suwar...............................................................................11-15

2.4 Pendapat Ulama tentang Huruf Fawatihus Suwar................................................15-17

BAB III.....................................................................................................................................18

KESIMPULAN............................................................................................................18-19

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................19

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Belajar Al-Quran telah banyak dilakukan oleh para ulama dan sarjana tempo

dulu, termasuk para sahabat pada zaman Rasulullah saw. Hal itu tidak lepas dari disiplin

dan keahlian yang dimiliki oleh mereka masing-masing. Ada yang mencoba

mengelaborasi dan melakukan eksplorasi lewat perspektif keimanan historis, bahasa dan

sastra, pengkodifikasian, kemu’jizatan penafsiran serta telaah kepada huruf-hurufnya.

Kondisi semacam itu bukan hanya merupakan  tanggung jawab seorang Muslim

untuk memahami bahasa-bahasa agamanya. Tetapi sudah berkembang kepada nuansa

lain yang menitikberatkan kepada studi yang bersifat ilmiah yang memberikan kontribusi

dalam perkembangan pemikiran dalam dunia Islam. Kalangan sarjana Barat banyak yang

melibatkan diri dalam pengkajian Al-Quran, dengan motivasi dan latar belakang kultural

maupun intelektual yang berbeda-beda.

Ilmu fawatihis suwar adalah ilmu cabang ulumul qur’an yang khusus membahas

pembukaan surah-surah al-qur’an. Ilmu ini penting sekali untuk dipelajari supaya orang

akan bisa mengetahui rahasia/hikmah Allah Swt di dalam pembukaan surah-surah kitab

al-qur’an.

Dalam catatan As-Suyuthi, ada kurang lebih 20 pendapat yang berkaitan dengan

persoalan ini. Dilafalkan secara terpisah sebanyak huruf yang berdiri sendiri. Huruf Al-

muqaththa‘ah (huruf yang terpotong potong ) di sebut fawatih suwar (pembukaan surat)

1
menurut as-suyuthi tergolong dalam ayat mutasyabihah. Itulah sebabnya, banyak telaah

tafsir untuk mengungkapkan rahasia yang terkandung di dalamnya.

Di antara ulama yang mengarang ilmu ini adalah Abdul adhim bin abdul wahid,

yang terkenal dengan sebutan ibnu ishba’. Beliau menulis kitab Al-Khawaathirus

syawabih fi Asraaril fawaatih.

Al-Quran sebagaimana diketahui terdiri dari 114 surat, yang di awali dengan

beberapa macam pembukaan (Fawatih Al-Suwar), di antara macam pembuka surat yang

tetap aktual pembahasannya hingga sekarang ini huruf muqatha’ah. Menurut Watt,

huruf-huruf yang terdiri dari huruf-huruf alphabet (hijaiyah) ini, selain mandiri juga

mengadung banyak misterius, karena sampai saat ini belum ada pendapat yang dapat

menjelaskan masalah itu secara memuaskan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Pengertian Fawatihus Suwar?

2. Macam-macam Fawatihus Suwar?

3. Bagaimana kedudukan Fawatihus Suwar?

4. Pendapat Ulama tentang huruf Fawatihus Suwar?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian Fawatihus Suwar,

2. Macam-macam Fawatihus Suwar,

3. Kedudukan Fawatihus Suwar,

4. Untuk mengetahui pendapat Ulama tentang huruf Fawatihus Suwar,

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Fawatihus Suwar

Menurut bahasa fawatih adalah jamak dari kata fatihah, yang berarti

pembukaan atau permulaan atau awalan. Sedangkan kata as-suwar adalah jamak dari

kata as-surah yaitu sekumpulan ayat-ayat Al-qur’an yang mempunyai awalan dan

akhiran.

Dari segi makna bahasa, fawatih as-suwar berarti pembukaan-pembukaan

surah karena posisinya yang mengawali perjalanan teks-teks setiap surah. Bila

sebuah surah dimulai oleh huruf-huruf hijaiyah, huruf itu bisa dinamakan ahruf

muqatta’ah (huruf huruf yang terpisah) karenaposisi huruf tersebut cenderung

“menyendiri”, tidak bergabung untuk membentuk sebuah kalimat serta kebahasaan.

Namun, segi pembacaannya tidak bebeda dari lafaz yang diucapkan pada huruf

hijaiyah.

Ibnu Abi al-Asba’ menulis sebuah kitab yang membahas tentang

bab “pembuka surah-sutah” ini secara lebih mendalam, yaitu kitab al-khaqatir as-

sawanih fi asrar al-Fawatih. Ia mencoba menggambarkan tentang beberapa kategori

dari pembukaan pembukaan surah yang ada dalam Al-qur’an. Pertama, pujian

terhadap Allah yang dinisbatkan pada sifat-sifat kesempurnaan

tuhan. Kedua, penggunaan huruf-huruf hijaiyah yang terdapat di 29

surah. Ketiga, penggunaan kata seru atau sapaan (al-hurufun nida’) yang terdapat di

10 surah dengan rincian : 5 seruan di tujukan kepada Rosul secara khusus, dan 5

seruan lainnya ditujukan kepada umat. Keempat, berbentuk sumpah (al-aqsam) yang

3
terdapar di 15 surah. Fawatihus Suwar adalah beberapa pembukaan dari surah-surah

Al-qur’an atau beberapa

Macam awalan dari surah-surah Al-qur’an. Sebab, seluruh surah al-qur’an

yang berjumlah 114 buah surah itu dibuka dengan sepuluh macam pembukaan,

tidak ada satu surahpun yang keluar dari sepuluh macam pembukaan itu. Dan tiap-

tiap macam pembukaan itu mempunyai rahasia/hikmah sendiri-sendiri, hingga perlu

sekali untuk dipelajari.

Istilah fawatihus suwar ini sering dijumbuhkan orang dengan al-huruful

muqaththa’ah (huruf terputus-putus yang terdapat di permulaan surah-surah al-

qur’an) seperti Dr. Shubhi Ash-Shahih dalam kitabnya Mabahits fi’Ulumil

Qur’an. Karena itu, perlu ditegaskan bahwa fawatihus suwar itu berbeda dengan

huruful muqaththa’ah yang hanya mempunyai salah satu macam dari fawatihus

suwar yang ada sepuluh macam yang hanya menjadi pembahasan dari 29 surah dari

114 surah-surah Al-qur’an.

2.2 Macam-macam Fawatihus Suwar

Beberapa ulama telah melakukan penelitian tentang pembukaan surat Alquran,

diantaranya sebagai yang dilakukan al-Qasthalani. Ia mengiventarisir Fawatih al-

Suwar menjadi sepuluh macam. Sementara Ibn Abi al-Isba dalam kitabnya al-

Khaqatir al-Sawanih fi Asrar Fawatih, hanya menyebutkan lima saja.

A. Pembukan dengan pujian kepada Allah (al-istiftah bi al-tsana).

Pujian kepada Allah ada dua macam, yaitu:

4
1) Menetapkan sifat-sifat terpuji kepada Allah (al-itsbat shifat al-madhiy) dengan

menggunakan salah satu lafal berikut.

a) Memakai lafal hamdalah, yakni dibuka dengan (‫د هلل‬HH‫)الحم‬, yang terdapat

dalam 5 surat.

b) Memakai lafal (‫)تبارك‬, yang terdapat dalam 2 surat.

2) Mensucikan Allah dari sifat-sifat negatif (tanzih ‘an sifat naqshim) dengan

menggunakan lafal tasbih, (H‫بحن‬H‫بح\س‬HH‫بح\س‬H‫ )يسبح\س‬sebagai yang terdapat dalam 7

surat. Berdasarkan uraian di atas, ternyata masing-masing surat tersebut

menetapkan sifat-sifat yang negatif. Surat-sufat yang diawali dengan pujian ini

memiliki tasbih itu merupakan monopoli Allah. Dalam hal ini, tasbih dimulai

dengan mashdar dan selanjutnya diikuti dengan fi’il. Ini semua dimaksudkan agar

mencakup seluruh tasbih, sekaligus menunjukkan betapa ajaibnya Al-Quran itu.

B. Pembukaan dengan huruf-huruf yang terputus-putus (Istiftah bi al-huruf al-

muqatha’ah).

Pembukaan dengan huruf-huruf ini terdapat dalam 29 surat dengan memakai 14

huruf tanpa diulang, yakni (‫)ا\ي\هـ\ن\م\ل\ك\ق\ع\ك\ص\س\ر\ح‬. Penggunan huruf-huruf

tersebut dalam pembukaan surat-surat Alquran disusun dalam 14 rangkaian, yang

terdiri dari kelompok berikut:

1) Kelompok sederhana, terdiri dari satu huruf, terdapat dalam 3 surat, yakni (

‫)ص‬ (QS. Shad); (‫)ق‬ (QS. Qaf); dan (‫)ن‬ (QS. Nun).

2) Kelompok yang terdiri dari dua huruf, tedapat dalam 3 surat, yakni (‫)حم‬ (QS. Al-

Mu’min; QS. Al-Sajdah; QS. Al-Zukhruf, QS. Al-Dukhan; QS. Al-Jatsiyah; dan

QS.Al-Ahkaf; (‫( )طه‬QS. Thaha); (‫)طس‬ (QS. Al-Naml); dan (‫)يس‬ (QS. Yasin).

5
3) Kelompok yang terdiri dari tiga huruf, yakni (‫)الم‬ QS. Al-Bqarah, QS. Ali Imran,

QS. Al-Ankabut, QS. Al-Rum, QS. Luqman dan QS. Al-Sajdah); (‫)الر‬ (QS. Yunus,

QS. Hud, QS. Ibrahim, QS. Yusuf, dan QS. Al-Hijr, dan (‫)طسم‬ (QS. Al-Qashash

dan QS. Al-Syu’ara).

4) Kelompok yang terdiri dari empat huruf, yakni ( ‫المر‬ ) (QS. Al-Ra’ad) dan (

‫( )المص‬QS.Al-A’raf).

5) Kelompok yang terdiri dari lima huruf, yakni rangkaian (‫( )كهيعص‬QS. Maryam)

dan (‫)حم عسق‬ (QS. Asy-Syura).

C. Pembukaan dengan panggilan (al-istiftah bi al-nida).

Nida (Pembukaan) ini ada tiga macam, yaitu nida’ untuk nabi, nida untuk

kaum mukminin dan nida untuk umat manusia.

D. Pembukaan dengan kalimat (jumlah) khabariah (al-istiftah bi al-jumal al-

khabariayyah).

Jumlah khabariyyah di dalam pembukaan surat ada dua macam, yaitu:

1) Jumlah ismiyyah

Jumlah ismiyyah yang menjadi pembuka surat terdapat 11 surat, yaitu:

(a) (‫( )براءة من هللا ورسوله‬Inilah pernyataan) pemutusan hubungan dari Allah dan

rasul-Nya (QS. Al-Taubah).

(b) (‫)سورة انزلناها وفرضناها‬ (ini adalah) satu surat yang Kami nuzulkan dan kami

wajibkan (QS. Al-Nur).

(c) (‫)تنزيل الكتاب من هللا العزيز الحكيم‬ /Kitab Alquran ini dinuzulkan oleh Allah yang

Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana (QS. Al-Zumar)

6
(d) (‫بيل هللا‬HH‫لوا عن س‬HH‫روا زص‬HH‫ذين كف‬HH‫)ال‬ (orang-orang kafir dan menghalang-halangi

(manusia), dari jalan Allah), (QS. Muhammad);

(e) (‫ا مبينا‬HHHH‫ك فتح‬HHHH‫)ان فتحنال‬  Sunngguh kami telah, memberikan keapdamu

kemenangan yang nyata (QS. Al-Fath)

(f) (‫ران‬HH‫ان علم الق‬HH‫)الرحم‬ /Alah Yang Maha Pemurah. Yang telah mengajarkan,

(QS. Al-Rahman)

(g) (‫)الحاقة ماالحاقة‬ / Kiamat, apakah hari kiamat itu? (QS. Al-Haqqa)

(h) (‫)ان ارسلنانوحا الي قوم‬ /Sungguh telah mengutus Nuh kepada kaumnya (QS.

Nuh)

(i) (‫)انا انزلنه في ليلة القدر‬ /Sungguh telah menurunkannya (Alquran) pada malam

al-Qadr (QS. Al-Qadr); QS. Al-Qadr;.

(j) (‫)القارعة ما القارعة‬ /Hari Kiamat, apakah Hari kiamat itu?(QS. Al-Qari’ah)

(k) (‫)انا اعطيناك الكوثر‬ /Sungguh kami telah memberikan kepadamu nikmat yang

banyak (QS. Al-Kawtsar).

2) Jumlah fi’liyah

Jumlah fi’liyah yang menjadi pembuka surat-surat Alquran terdapat dalam 12

surat, yaitu

(a) (‫)يسئلونك عن االنفال‬ /Mereka bertanya kepadamu tentang pendistribusian harta

rampasan

perang (QS. Al-Anfal)

(b) (‫تعجلوه‬HH‫)اتي امرهللا فال تس‬ /Telah pasti datangnya ketetapan Allah itu, maka

janganlah minta disegerakan (QS. Al-Nahl)

7
(c). (‫)اقترب للناس حسابهم‬ /Telah dekat datangnya saat itu (QS. Al-Qamar)

(d) (‫ون‬HH‫دافلحل المئمن‬HH‫)ق‬ /Sungguh beruntung orang-orang yang beriman (QS. Al-

Mukminun

(e) (‫)اقتربت الساعة‬ /telah dekat kepada manusia hari menghisab segala amalam

mereka (QS. Al Anbiya);

(f) (‫)قدسمع هللا قول التي تجادلك‬ /Seseorang telah meminta kedatangan azab yang akan

menimpanya (QS. Al-Ma’arij)

(g) (‫)القسم بيوم القيامة‬ /Aku bersumpah dengan hari kiamat (QS. Al-Qiyamah)

(h) (‫)الاقسم بهذا البالد‬ /Aku bersumpah dengan kota ini, Makkah (QS. Balad)

(i) (‫)عبس وتولي‬ /Dia (Muhammad) bermuka Masam dan berpaling (QS. ‘Abasa)

(j) (‫اب‬HH‫ل الكت‬HH‫)لم يكن الذين كفروا من اه‬ /Dia Orang-orang kafir, yakni ahli kitab dan

orang-orang musyrik (mengatakan bahwa mereka) tidak akan meninggalkan

agamanya (QS. Al-Bayyinah)

(k) (‫)الهاكمتكاثر‬ /Bermegah-megahan telah melalaikan kamu (QS. Al-Takatsur).

Adapun hikmah dan rahasia adanya pembukaan surat-surat dengan nida’ yaitu

untuk memberi perhatian dan peringatan, baik bagi Nabi, umatnya, maupun

untuk menjadi pedoman kehidupan ini.

E. Pembukaan dengan sumpa (al-istiftah bi al-qasam).

Sumpah yang digunakan dalam pembukaan surat Al-quran ada tiga macam

dan terdapat dalam 15 surat.

1) Sumpah dengan benda-benda angkasa, misalnya (‫فات‬H‫)والص‬ (Demi rombongan

yang bersaf-saf) dalam QS. Al-Shaffat; (‫)والنجم‬ (Demi bintang) dalam surat al-

8
Najm; (‫)زالمرسالت‬ (Demi malaikat-malaikat yang mencabut nyawa) dalam QS. Al-

Nai’at; (‫ذات البروج‬ ‫)والسماء‬ (Demi lagit yang memiliki gugusan bintang) dalam QS.

Al-Buruj; (‫ارق‬HH‫ماء و الط‬HH‫)والس‬ (Demi langit dan yang datang pada malam harinya)

dalam QS al-Thariq; (‫)والفجروليال عشر‬ (Demi fajar dan malam yang sepuluh) dalam

QS. Al-Fajr; dan (‫والضحها‬ ‫)والشمس‬ (Demi matahari dan cahanyanya di waktu duha)

dalam QS. Al-Syams.

2) Sumpah dengan benda-benda bawah, misalnya (‫)والذاريات ذروا‬ (Demi angin yang

menerbangkan debu dengan sekuat-keuatnya) dalam QS. Al-Dzariyyat; (

‫)والطور‬ (Demi bukit Thur) dalam QS. Al-Thur; (‫)والتين‬ (Demi buah Tin) dalam QS.

Al-Thin; (‫)والعاديت‬ (Demi

kuda perang yang berlari kencang) dalam QS. Al-‘Adiyat.

3) Sumpah dengan waktu, misalnya (‫)واليل‬ (Demi malam) dalam QS. Al-Layl; (

‫)والضحي‬ (Demi waktu duha) dalam QS. Al-Dhuha; (‫)والعصر‬ (Demi waktu) dalam

QS. Al-Ashr.

Hikmah dari fawatih al suwar dengan sumpah ini, pertama, agar manusia

meneladani sikap bertanggung jawab; berbicara harus benar dan jujur dan berani

berbicara untuk menegakkan keadilan; kedua, agar dalam bersumpah manusia

harus senantiasa memakai nama-nama Allah bukan selain-Nya; ketiga,

digunakannya beberapa benda sebagai sumpah Allah dimaksudkan agar benda-

benda itu diperhatikan manusia dalam rangka mendekatkan diri keapda Allah,

karena pada dasarnya, benda-benda itu ciptaan Allah.

F. Pembukaan dengan syarat (al-istiftah bi al-syarth).

Syarat yang digunakan dalam pembukaan surat Al-Quran ada dua macam

dan digunakan dalam 7 surat, yakni: (1) (‫)اذالشمس كورت‬ / Apabila matahari digulung

9
dalam QS. Al-Takwir; (2) (‫ )اذالشماء انفطرت‬/Apabila langit terbelah, dalam QS. Al-

Infithar; (3) (‫)اذالشماء انشقت‬ /Apabila langit terbelah, dalam QS. Al-Insyiqaq, (4) (‫اذا‬

‫ )واقعت الواقعة‬/Apabila terjadi hari kiamat , dalam QS. Al-Waqi’ah; (5) (‫اءك‬QQ‫اذاج‬

‫افقون‬QQQ‫ )المن‬/Apabila orang-orang munafik datang kepedamu, dalam QS. Al-

Munafiqun; (6) (‫زلزالها‬ ‫زلت االرض‬QQQQQ‫)اذا زل‬ /Apabila bumi dogoncangkan dengan

goncangan yang dahsyat, dalam QS. Al-Zaljalah; (7) (‫رهللا والفتح‬QQ‫ )اذاجاءنص‬/Apabila

telah datang pertolongan Allah dan kemenangan, dalam QS. Al-Nashr.

G. Pembukaan dengan kata kerja perintah (al-istiftah bi al-amr)

1) Dengan (‫)اقرأ‬ bacalah, yang hanya terdapat dalam QS. Al-Alaq

2) Dengan (‫)قل‬ katakanlah, yang terdapat dalam QS al-Jin, QS. Al-Kafirun, QS. Al-

Falaq dan QS. Al-Nas.

H. Pembukaan dengan pertanyaan (al-istiftah bi al-istifham)

Bentuk pertanyaan ini ada dua macam yaitu:

1) Pertanyaan, positif yang pertanyaan dengan menggunakan kalimat positif.

Pertanyaan ini digunakan dalam 4 pendahuluan surat Alquran, yaitu: (‫ل اتي علي‬HH‫ه‬

‫ )االنسان حين من الدهر‬Bukankah telah datang atas manusia satu waktu dari masa dalam

QS. Al-Dahr, (‫)عم يتساءلونعن البإالعجيم‬ Tentang apakah mereka saling bertanya tentang

berita yang besar, dalam QS al-Naba, (‫ية‬HH‫ديث الغاش‬HH‫اك ح‬HH‫ل ات‬HH‫ )ه‬Sudah datangkah

kepadamu berita tentang hari pembalasan? Dalam QS. Al-Ghasyiyah, (‫ارايت الذي يكذب‬

‫ )بالدين‬Tahukah kamu orang-orang yang mendustakan agama? Dalam QS. Al-Ma’un.

2) Pertanyaan negatif, yaitu pertanyaan dengan menggunakan kalimat; negatif, yang

hanya terdapat dalam dua surat, yakni (‫درك‬HH‫ك ص‬HH‫رح ل‬HH‫ )الم نش‬Bukankah kami telah

melapangkan dadamu untukmu, dalam QS. Al-Insyirah dan (‫الم تركيف فعل ربك بأصحب‬

10
‫ )الفيل‬Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak

terhadap tentara bergajah dalam QS. Al-Fil.

I. Pembukaan dengan doa (al-istiftah bi al-du’a)

Pembukaan dengan doa ini terdapat dalam tiga surat. Yaitu: (‫ )ويل للمطففين‬Kecelakaan

besar bagi orang-orang yang curang, dalam QS. Al-Muthaffifin, (‫)ويل لكل همزةلمزة‬

Kecelakaan bagi setiap pengumpat lagi pencela dalam QS. Al-Humazah, (‫تبتيدا ابي لهب‬

‫ )وتب‬Binasalah tangan Abu Lahab dan sungguh dia akan binasa dalam QS. Al-lahab.

J. Pembukaan dengan alasan (al-istiftah bi al-ta’lil)

Pembukan dengan alasan ini hanya terdapat dalam QS. Al-Quraisy (‫)إليلف قريش‬

Karena kebiasaan orang-orang Quraisy.

2.3 Kedudukan Fawatihus Suwar

Kedudukan Pembuka Surat Al-Quran

Menurut As-Suyuti, pembukaan-pembukaan surat (awail Al-suwar) atau

huruf-huruf potongan (Al-huruf Al-Muqatta’ah) ini termasuk ayat-ayat

mutasyabihat. Sebagai ayat-ayat mutasyabihat, para ulama berbeda pendapat lagi

dalam memahami dan menafsirkannya. Dalam hal ini pendapat para ulama pada

pokoknya terbagi dua. Pertama, pertama ulama yang memahaminya sebagai rahasia

yang hanya diketahui oleh Allah. As-Suyuti memandang pendapat ini sebagai

pendapat yang mukhtar (terpilih). Ibnu Al-Munzir meriwayatkan bahwa ketika Al-

Syabi ditanya tentang pembukaan-pembukaan surat ini berkata;

‫ان لكل كتاب صفوة وصفوة هذا الكتاب حرزف التهجي‬

Artinya:

11
“Sesungguhnya bagi setiap kitab ada sari patinya, dan sari pati Kitab (Al-Quran) ini

adalah huruf-huruf ejaannya”.

Abu Bakar juga diriwayatkan pernah berkata:

‫في كل كتاب سر وسره في القران اوائل السور‬

Artinya:

“Pada setiap kitab ada rahasia, dan rahasianya dalam Al-Quran adalah permulaan-

permulaan suratnya”.

Kedua, pendapat yang memandang huruf-huruf di awal surat-surat ini sebagai huruf-

huruf yang mengandung pengertian yang dapat dipahami oleh manusia. Karena itu

penganut pendapat ini memberikan pengertian dan penafsiran kepada huruf-huruf

tersebut.

Dengan keterangan di atas, jelas bahwa pembukaan-pembukaan surat ada 29

macam yang terdiri dari tiga belas bentuk. Huruf yang paliang banyak terdapat

dalam pembukaan-pembukaan ini adalah huruf Alif (‫)ا‬ dan lam (‫)ل‬, kemudian Mim (

‫)م‬, dan seterusnya secara berurutan huruf Ha (‫)ح‬, Ra (‫)ر‬, Sin (‫)س‬ Ta (‫)ط‬, Sad (

‫)ص‬, Ha (‫)ه‬, dan Ya’ (‫)ي‬, ‘Ain (‫)ع‬ dan Qaf (‫)ق‬, dan akhirnya Kaf (‫)ك‬, dan Nun (‫)ن‬.

Seluruh huruf yang terdapat dalam pembukaan-pembukaan surat ini dengan

tanpa berulang berjumlah 14 huruf atau separuh dari jumlah keseluruhan huruf

ejaan. Karena itu, para mufassir berkata bahwa pembukaan-pembukaan ini

disebutkan untuk menunjukkan kepada bangsa Arab akan kelemahan mereka.

Meskipun Al-Quran tersusun dari huruf-huruf ejaan yang mereka kenal, sebagiannya

datang dalam AlQuran dalam bentuk satu huruf saja dan lainnya dalam bentuk yang

tersusun dari beberapa huruf, namun mereka tidak mampu membuat kitab yang

12
dapat menandinginya. Pendapat ini telah dijelaskan secara panjang lebar oleh Al-

Zamakhsari (wafat 538 H) dan Al-Baidhawi (wafat 728 H). pendapat ini dikuatkan

oleh Ibn Taimiyah (wafat 728 H) dan muridnya, Al-Mizzi (wafat 742 H). Mereka

menguraikan tantangan Al-Quran di turunkan dalam bahasa Mereka sendiri. Akan

tetapi, mereka tidak mampu membuat kitab yang menyerupainya. Hal ini

menunjukkan kelemahan mereka dihadapan Al-Quran dan membuat mereka tertarik

untuk mempelajarinya.

Berikut ini dikemukakan beberapa riwayat dan pendapat ulama:

“Dari Ibn Abbas tentang firman Allah: (‫)الم‬, berkata Ibn Abbas:” Aku Allah lebih

mengetahui”, tentang (‫ )المص‬berkata Ibn Abbas:” Aku Allah akan memperinci”, dan

tentang (‫)الر‬ berkata Ibn Abbas: “Aku Allah melihat”. (Dikeluarkan oleh Ibn Abi

Hatim dari jalan Abu Al-Duha).

“Dari Ibn Abbas, berkata ia: “alif lam ra, ha’mim, dan nun adalah huruf-huruf al-

Rahman yang dipisahkan (dikeluarkan oleh Ibn Abi Hatim dari jalan Ikrimah)”.

“Dari Ibn Abbas tentang Kaf, Ha’, Ya’ Ain, Sad, berkata ia: “Kaf dari Karim

(pemurah). Ha dari Hadin (pemberi petunjuk), Ya, dari Hakim (bijaksana), ‘Ain dari

‘Alim (Maha Mengetahui), dan Sad dari Sadiq (yang benar). (Dikeluarkan oleh Al-

Hakim dan lainnya dari jalan Sa’id Ibn Jubair)

“Dari Salim Abd Ibn Abdillah berkata ia: (‫ الم‬،‫)حم‬ dan (‫)ن‬ dan seumpamanya adalah

nama Allah yang dipotong-potong”, (Dikeluarkan oleh Ibn Abi Hatim).

Dari Al-Saddiy, ia berkata: “Pembukaan-pembukaan surat adalah nama dari nama-

nama Tuhan Jalla Jalaluh yang dipisah-pisah dalam Al-Quran”. (Dikeluarkan oleh Ibn

Abi Hatim).

13
“Dari Ibn Abbas, berkata ia: (‫ الم‬،‫ طسم‬،‫)ص‬ dan yang seumpamanya adalah sumpah

yang Allah bersumpah dengannya, dan merupakan nama-nama Allah juga”.

(Dikeluarkan oleh Ibn Jarir dan lainya dari jalan Ali Ibn Abi Talhah).

Ada pendapat mengatakan bahwa huruf-huruf itu adalah nama-nama bagi Al-Quran,

seperti Al-Furqan dan Al-Zikir. Pendapat lain mengatakan bahwa huruf-huruf tersebut

adalah pembuka bagi surat-surat Al-Quran sebagaimana hanya qasidah sering diawali

dengan kata (‫)بل‬ dan (‫)ال‬.

Dikatakan juga huruf-huruf ini merupakan peringatan-peringatan (tanbihat)

sebagaimana halnya dalam panggilan (nida). Akan tetapi, di sini tidak digunakan kata-

kata yang biasa digunakan dalam bahasa Arab, seperti (‫)أال‬ dan (‫)أما‬ karena kata-kata

ini termasuk lafal yang sudah biasa dipakai dalam percakapan. Sedangkan al-Quran

adalah kalam yang tidak sama dengan kalam yang biasa sehingga digunakan alif (‫)ا‬.

Sebagai peringatan (tanbih) lebih terkesan kepada pendengar. Yang belum pernah

digunakan sama sekali sehingga lebih terkesan kepada pendengar.

Dalam hubungan ini sebagian ulam memandangnya peringatan (tanbih) kepada rasul

agar dalam waktu-waktu kesibukannya dengan urusan manusia berpaling kepada

Jibril untuk mendengarkan ayat-ayat yang akan disampaikan kepadanya. Sebagian

yang lain memandangnya sebagai peringatan (tanbih) kepada orang-orang Arab agar

mereka tertarik mendengarkannya dan hati mereka menjadi lunak kepadanya.

Tampaknya, pandangan yang pertama kurang tepat karena Rasul sebagai utusan Allah

dan yang terus-menerus merindukan

wahyu tidak perlu diberi peringatan. Sedangkan pandangan yang kedua adalah lebih

kuat karena orang-orang Arab yang selalu bertingkah, keras hati dan enggan

14
mendengarkan ketenaran perlu diberi peringatan (tanbih) agar perhatian mereka

tertuju kepada ayat-ayat yang disampaikan.

Di katakan juga bahwa Thaha (‫)طه‬ dan Yasin (‫)يس‬ berarti hai laki-laki atau hai

Muhammad atau hai manusia. Pendapat lain memandang kedua Thaha (‫)طه‬ dan

Yasin (‫)يس‬ sebagai nama bagi Nabi Saw.

2.4 Pendapat Ulama tentang Huruf Fawatihus Suwar

Dengan penjelasan ini menunjukkan bahwa fawatih as-suwar (pembuka-

pembuka surah) ada 29 macam yang terdiri dari 13 bentuk. Huruf yang paling

banyak terdapat dalam pembuka surahialah alif dan lam, kemudian mim, kemudian

ha, ra, sin, tha, shad, kemudian ha dan ya, ‘ain, qaf dan akhirnya Kaf dan nun.

Huruf-huruf yang di pakai dalam pembukaan surah dengan tidak berulang-

ulang ada 14, atau separuh huruf Hijaiyah. Karenanya para Mufassir berkata :

“disebut fatihah-fatihah surat dalam Al-Qur’an adalah untuk menunjukkan bahwa Al-

Qur’an tersusun dari huruf-huruf hijaiyah yang terkenal yang sebagiannya terdiri dari

satu satu huruf. Sedangkan sebagian yang lain terdiri dari satu huruf agar nyata

kepada bangsa Arab bahwa Al-Qur’an diturunkan denganmenggunakan huruf-huruf

yang mereka kenal. Ini merupakan bukti kelemahan mereka dalam mendatangkan

susunan kata yang menyerupai Al-Qur’an”.

Hal ini telah dijelaskansecara panjang lebar oleh Az-Zamakhsyary dan Al-

Baidhawy. Pendapat ini dikuatkan oleh Imam Ibnu Taimiyah (wafat tahun 728 H.)

dan Al-Hafiz Al-Mizzi (wafat tahun 742 H.)

Kesimpulan uraian-uraian beliau ialah bahwa Al-Qur’an di turunkan dalam

bahasa Arab, sedangkan bangsa Arab tidak dapat menandingi Al-Qur’an yang

15
diturunkan dalambahasa mereka sendiri. Hal ini menunjukkan kepada kelemahan

mereka. Andaikan Al-Qur’an diturunkan dalam bahasa yang lain dari bahasa Arab

sudahwajar mereka tidak dapat menandinginya.

Golongan ini memperhatiakan lebih jauh bahwa Tahaddi Al-Qur’an kepada

bangsa Arab yaitu meminta agar mereka mendatangkan yang seperti Al-Qur’an,

menambah jelas keadaannya danmenghasilkan sesuatu kekuatan dengan suatu

kenyataan yang aneh. Kita takjub memperhatikan orang-orang arab itu mempelajari

Al-Qur’an dan memberikan perhatiaan mereka kepadanya.

Al-Qur’an tidak saja melengkapi fawatih yang berbagai macam rupa yang

jumlah hurufnya sebanyak huruf hijaiyah dan yang susunannya terdiri dari separuh

huruf hijaiyah, bahkan meliputi dari setiap jenis separohnya.

Tidak pernah tergores dalam fikiran ulama salaf melainkan bahwa fawatih as-

suwar telah tersusun semenjak zaman Azali sedemikian rupa guna melengkapi segala

yang melemahkan manusia untuk mendatangkan yang seperti Al-Qur’an.

Oleh karena iktikad bahwa huruf-huruf ini telah sedemikian dari azalinya

maka banyak orang yang tidak berani menafsirkannya dan tidak berani mengeluarkan

pendapat yang tegas terhadap huruf-huruf itu, huruf-huruf itu dipandang masuk ke

golongan Mutasyabihah yang hanya Allah aendiri yang mengetahui tafsirnya. Asy-

Sya’by menegaskan bahwa huruf-huruf tersebut adalah rahasia dari Al-Qur’an.

Ali bin Abi Thalib berkata : “sesungguhnya bagi tiap-tiap kitab ada

saripatinya. Saripati Al-Qur’an adalah huruf-huruf Hijaiyah”

Abu bakkar As-Shiddiq pernah berkata : “di tiap-tiap kitab ada rahasianya.

Rahasianya dalam

16
ialah permulaan-permulaan surat”

Ahli-ahli Hadis menukilkan dari aiabnu Mas’ud dan Khulafa’ Rasyidin bahwa beliau-

beliau itu berkata:

‫ان هذه الحرف علم مستوروسرمحخوب استاثره ا هلل به‬

“sesungguhnya huruf-huruf itu adalah ilmu yang tersembunyi dan rahasia yang

terdinding, yang hanya Allah sendiri yang mengetahuinya”

Al-juwaini dan al-khuwaiby mengatakan bahwa kalimat-kalimat fawatih al

suwar itu merupakan adat tambih bagi Nabi Muhammad saw. Boleh jadi, dalam suatu

waktu nabi Muhammad dalam keadaan sibuk, Allah memerintahkan kepada Jibril a.s.

supaya surat-surat tersebut dimulai dengan huruf Al-muqatthaah ha mim, alif lam

mim, dan yang sejenisnya, agar Nabi Muhammad saw lebih terfokus.

Al-razy menantang keras pendapat ini demikian pula halnya dengan

Muhammad Rasyid Ridla dalam tafsirnya Al-manar sangat mencela pendapat

tersebut. Beliau membenarkan bahwa fawatih al suwar itu serbagai adat tambih. Akan

tetapi, tambih tersebut bukan ditujukan kepada Nabi saw., karena Rasulullah selalu

dalam keadaan siap siaga dan selalu dalam keadaan menanti-nanti kedatangan wahyu

(al-Shahih, 1977: 235). Jadi, tambih tersebut semata-mata hanya ditujukan kepada

kaum Musyrikin Mekkah dan kepada Ahli Kitab di Madinah. Beliau mengambil

alasan bahwa orang-orang kafir pada waktu itu satu sama lain menganjurkan agar

tidak mendengar Al-Qur’an disaat Nabi Muhammad saw. Membacakannya, sebagai

mana yang dinyatakan dalam firman Allah dalam surah Fushilat (41) ayat 26. Yang

artinya : “dan orang-orang kafir berkata,’janganlah kamu mendengar dengan

sungguh-sungguh akan Al-Qur’an ini, dan buatlah hiruk pikuk terhadapnya, supaya

kamu dapat mengalahkan (mereka)”.

17
BAB IV

KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang dapat kami ambil dari makalah ini adalah pembuka-

pembuka surat karena posisinya di awal dalam al qur’an, dibuka dengan 10 macam

pembukaan dan tidak ada surah pun yang keluar dari 10 macam tersebut. Para ulama

berpendapat bahwa huruf-huruf Fawatihus Suwar itu secara umum telah sedemikian azalli,

maka banyak ulama yang tidak berani menafsirkannya dan tidak berani mengeluarkan

pendapat yang tegas terhadap makna huruf-huruf tersebut.

Dari segi bahasa, fawatihus suwar berarti pembukaan-pembukaan surat, karena

posisinya yang mengawali perjalanan teks-teks pada suatu surat. Apabila dimulai dengan

huruf-huruf hijaiyah, huruf cenderung ‘menyendiri’ dan tidak bergabung membentuk suatu

kalimat secara kebahasaan. Dari segi pembacaannya pun, tidaklah berbeda dari lafazh yang

diucapkan pada huruf hijaiyah.

Ibnu Abi Al Asba’ menulis sebuah kitab yang secara mendalam membahas tentang

bab ini, yaitu kitab Al-Khaqathir Al-Sawanih fi Asrar Al-Fawatih. Ia mencoba

menggambarkan tentang beberapa kategori dari pembukaan-pembukaan surat yang ada di

dalam Al-Quran. Pembagian karakter pembukaannya adalah sebagai berikut. Pertama, pujian

terhadap Allah swt yang dinisbahkan kepada sifat-sifat kesempurnaan Tuhan. Kedua, yang

menggunakan huruf-huruf hijaiyah; terdapat pada 29 surat. Ketiga, dengan mempergunakan

kata seru (ahrufun nida), terdapat dalam sepuluh surat. lima seruan ditujukan kepada Rasul

secara khusus. Dan lima yang lain ditujukan kepada umat. Keempat, kalimat berita (jumlah

khabariyah); terdapat dalam 23 surat. kelima, dalam bentuk sumpah (Al-Aqsam); terdapat

dalam 15 surat.

18
Adapun Urgensi mempelajari ilmu tersebut secara pokok adalah supaya bertambah

keimanan kita dan keyakinan kita terhadap kebenaran ayat-ayat Allah SWT dan menjadi

pedoman kita dalam kehidupan. Kesimpulan dapat dikerucutkan sebagai berikut:

1. Ilmu-ilmu Fawatihus Suwar merupakan perkembangan dari Ulumul Qur’an

2. Ilmu Fawatihus Suwar adalah ilmu yang mengkaji pembukaan dan akhiran berupa kata,

huruf, atau kalimat dalam Al qur’an dengan memerhatikan kaidah tekstual dan kaidah

kontekstual

3. Bentuk-bentuk Fawatihus Suwar ada 10 macam, berdasarkan kandungan dan maknanya

19
DAFTAR PUSTAKA

1. Rosihan Anwar, Ulum Al-Qur’an, (Pustaka Setia: Bandung, 2008), 129.

2. Teungku M. Hasbi Ash-Shiddieqy. “ilmu-ilmu Alqur’an”. (Semarang: PT.

PUSTAKA RISKI PUTRA, 2002.) Hal 117

3. Drs. H. Mohammad Zainuddin, Lc., Dipl., M.H. “Metode Memahami Al qur’an”.

(Bandung: Media Percikan Iman, 2005). Hal 122-123

4. Supiana, M, Ag- M. Karman, M. Ag. Ulum Quran, (bandung: Pustaka Islamika:

2002), Hal 172-178.

5. https://duniacemoro.wordpress.com/2012/10/05/ulummul-quran-fawatihus-suwar/ (M

inggu, 26 Maret 2017. Diunggah pada jam 05 : 33 Pagi)

20

Anda mungkin juga menyukai