FILSAFAT ILMU
Dosen Pengampu:
Oleh:
2021
1. Perkembangan Ilmu Pengetahuan terjadi secara bertahap / evolutive
Perkembangan ilmu pengetahuan terjadi secara bertahap mengikuti
perkembangan keyakinan dan kepercayaan, pola pikir serta pengalaman masyarakat
dari masa ke masa. Perkembangan tersebut mempengaruhi perkembangan
pengetahuan dan peradaban budaya pada suatu daerah. Sebagai contoh pada
perkembangan pengetahuan dan peradaban budaya masyarakat Jawa. Keyakinan
dan kepercayaan nenek moyang masyarakat Jawa berkembang dari kepercayaan
animisme dan dinamisme secara bertahap berubah ke arah pola pikir modern yang
didasarkan pada bukti-bukti empiris. Masyarakat Jawa dahulu mempercayai hal-hal
bersifat mitos. Beberapa mitos digunakan dengan tujuan untuk mendidik anak.
Sebagai contoh, mitos masyarakat Jawa bahwa anak perempuan yang belum
menikah dan memakan sayap ayam akan sulit bertemu jodoh. Secara ilmiah dapat
dijelaskan bahwa sayap ayam memiliki kandungan lemak yang cukup tinggi dibanding
bagian tubuh ayam yang lain sehingga anak perempuan yang hormonnya sedang
tidak stabil dikhawatirkan akan berjerawat serta bagian sayap adalah bagian yang
sering disuntik hormon. Kemudian, mitos apabila makan sambal tiduran maka akan
jadi ular. Hal tersebut telah dapat dijelaskan secara logis bahwa makan sambal tiduran
tidak baik untuk pencernaan.
2. Perkembangan ilmu pengetahuan zaman pra-Yunani kuno (abad 15 – 7 SM)
Zaman pra Yunani kuno memiliki ciri ilmu pengetahuan pada peradaban
manusia yang menggunakan batu sebagai peralatan. Pengetahuan yang didapat
berdasar trial and error (coba-coba) (Fauzi, 2019). Manusia pada zaman ini memiliki
kemampuan: 1) know how dalam kehidupan sehari-hari berdasar pengalaman, 2)
berdasarkan pengalaman dan masih dihubungkan dengan magis, 3) menemukan
abjad dan sistem bilangan alam pada tingkat abstrak, 4) kemampuan menulis,
berhitung, menyusun kalender berdasar sintesa terhadap hasil abstraksi, 5)
kemampuan meramal peristiwa yang sebelumnya pernah terjadi (Mustansyir dalam
Fauzi, 2019).
Pada masa ini di wilayah timur terutama di wilayah kekuasaan Islam terjadi
perkembangan ilmu pengetahuan yang pesat (Karim, 2014). Islam tidak hanya
mendukung adanya kebebasan intelektual tetapi juga mengajarkan kecintaan
terhadap ilmu pengetahuan dan sikap hormat kepada ilmuwan tanpa memandang
agama (Ginting dan Situmorang, 2008).
Abad masa keemasan dunia Islam terjadi pada periode antara 750 M dan 1100
M. Plato dan Aristoteles telah memberikan pengaruh yang besar pada mazhab-
mazhab Islam (Ginting dan Situmorang, 2008). Beberapa ilmuwan Islam yang
menekuni bidang logika dan filsafat antara lain Al Kindi, Al farabi, Ibn Sina atau
Avicenna, Al Ghazali, Ibn Bajah atau Avempace, Ibnu Tufayl atau Abubacer, Ibn
Rushd atau Averroes, dan Al Ghazali (Karim 2014; Utama 2013).
Al Farabi sangat berjasa dalam mengenalkan dan mengembangkan cara
berpikir logis (berbagai system logika serta cara berpikir secara deduktif dan induktif)
kepada dunia Islam. Al Farabi diberi gelar Guru Kedua. Al Farabi telah
menerjemahkan berbagai karangan Aristoteles seperti Categories, Hermeneutics,
First, dan Second Analysis ke dalam bahasa Arab. Al Farabi dianggap sebagai peletak
dasar pertama ilmu musik dan menyempurnakan ilmu musik yang telah
dikembangkan sebelumnya oleh Phytagoras. Kontribusi lain dari Al Farabi yaitu
mengklasifikasi ilmu pengetahuan. Buku Al Farabi mengenai pembagian ilmu telah
diterjemahkan ke dalam bahasa Latin untuk konsumsi bangsa Eropa dengan judul De
Divisione Philosophae. Karya lainnya yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin
berjudul De Scientiis atau De Ortu Scientearum yang mengulas berbagai jenis ilmu
seperti ilmu kimia, optik, dan geologi. Al Farabi terkenal dengan doktrin wahda al
wujud yang membagi hierarki wujud menjadi: (1) dipuncak hierarki wujud adalah
Tuhan yang merupakan sebab bagi keberadaan yang lain, (2) para malaikat di
bawahnya yang merupakan sebab bagi keberadaan yang lain, (3) benda- benda langit
(angkasa), (4) benda-benda bumi (Ginting dan Situmorang, 2008).
Ibnu Sina dikenal di Barat dengan sebutan Avicienna. Ia dikenal sebagai
seorang filosof, dokter dan penyair. Ilmu pengetahuan yang ia tulis banyak ditulis
dalam bentuk syair. Beberapa buku yang ditulis antara lain Canon (buku paling
terkenal), Al Shifa, Al Qanun fi al Thibb (farmakologi). Gerard Cremona di Toledo telah
menerjemahkan Canon ke dalam bahasa Latin. Buku ini kemudian dijadikan buku teks
(text book) dalam ilmu kedokteran pada beberapa perguruan tinggi di Eropa, seperti
Universitas Louvain dan Montpelier. Al Shifa diterjemahkan oleh Ibnu Daud (di Barat
dikenal dengan nama Avendauth Ben Daud) di Toledo, terbatas pada pendahuluan
ilmu logika, fisika, dan De Anima (Ginting dan Situmorang, 2008).
Al Kindi, yang dianggap sebagai filosof Arab pertama yang mempelajari filsafat.
Ibnu Al Nadhim menempatkan Al Kindi sebagai salah satu orang paling terkenal dalam
filsafat alam (natural philosophy). Buku-buku Al-Kindi membahas terkait beberapa
cabang ilmu pengetahuan seperti geometri, aritmatika, astronomi, musik, logika dan
filsafat. Ibnu Abi Usai’bia menganggap Al-Kindi merupakan penerjemah terbaik kitab-
kitab ilmu kedokteran dari bahasa Yunani ke dalam bahasa Arab. Selain sebagai
penerjemah, Al Kindi juga menulis berbagai makalah yang diperkirakan terdapat 200
judul makalah. Buku yang telah disalin ke dalam bahasa Latin di Eropa berjudul De
Aspectibus yang berisi uraian tentang geometri dan ilmu optik, mengacu pada
pendapat Euclides, Heron, dan Ptolemeus (Ginting dan Situmorang, 2008).
Ibnu Rushd lahir dan dibesarkan di Cordova, Spanyol. Selain sebagai filosof, ia
juga seorang dokter. Ia mengarang buku ilmu kedokteran berjudul Colliget yang
dianggap setara dengan kitab Canon (Ginting dan Situmorang, 2008). Ia dikenal
dengan nama Averoes di Barat. Filsafat yang dikembangkan Ibn Rushd mengantarkan
pada sikap kritis ke arah pencerahan. Ia menyerukan untuk mengikuti garis-garis
pemikiran rasionalisme (Jayus dkk, 2020).
5. Perkembangan ilmu pengetahuan zaman Renaissance (abad 14 – 17 M)
Paham yang lahir pada zaman ini yaitu rasionalisme, empirisme, kritisisme,
idealisme, dan positivisme dan marxisme (Anwar, 2013). Paham rasionalisme
menyatakan bahwa akal itulah alat terpenting dalam memperoleh dan menguji
pengetahuan. Paham idealisme menyatakan bahwa hakikat fisik adalah jiwa. Paham
empirisme menyatakan bahwa tidak ada sesuatu dalam pikiran kita selain didahului
oleh pengalaman (Ginting dan Situmorang, 2008). Paham kritisisme mengajarkan
sebuah teori pengetahuan yang berusaha untnuk mempersatukan dua pertentangan
antara rasionalisme dan empirisme dalam suatu hubungan yang saling terkait. Paham
idealisme (Anwar, 2013).
Tokoh-tokoh yang berpengaruh dalam perkembangan filsafat ilmu pada zaman
ini adalah John Locke (1632-1714) David Hume (1711-1776) dan Immanuel Kant
(1724-1804) (Utama, 2013). Sedangkan tokoh-tokoh penganut paham rasionalisme
antara lain Rene Decrates, Spinoza, dan Leibnez Menurut Decrates, kebenaran
adalah kepastian rasional subyek tentang kesesuaian tersebut (Anwar, 2013). Tokoh-
tokoh dalam paham empirisme antara lain Thomas Hobbes, John Locke, dan David
Hume. John Locke terkenal dengan teori tabula rasa. Ia berpendapat bahwa
pengetahuan hanya berasal dari indra yang dibantu oleh pemikiran, ingatan, perasaan
indrawi diatur menjadi bermacam-macam pengetahuan (Utama, 2013). David Hume
menegaskan bahwa sumber satu-satunya untuk memperoleh pengetahuan adalah
pengalaman (Anwar, 2013). Hakikat pemikiran Hume bersifat analitis, kritis, dan
skeptis. Immanuel Kant merupakan penganut kritisisme yang mengenalkan cara
pengenalan dan pengambilan kesimpulan secara sintetis yang diperoleh secara a
posteriori, putusan analitis yang diperoleh secara a priori, dan kesimpulan sintetis
yang diperoleh secara a priori (Utama, 2013).
Beberapa ilmu telah lahir pada abad ke-18 antara lain taksonomi, ekonomi,
kalkulus, dan statistika. Kemudian farmakologi, geofisika, geormopologi, palaentologi,
arkeologi, dan sosiologi pada aba ke-19 (Ginting dan Situmorang, 2008).
Abad 20 sampai dengan sekarang disebut dengan zaman abad kontemporer.
Zaman ini memiliki ciri desentralisasi manusia (Utama, 2013). Ilmuwan terkenal pada
abad 20 adalah Albert Einstein yang menyatakan bahwa alam itu tak berhingga
besarnya dan tak terbatas tetapi tidak berubah status totalitasnya atau bersifat statis
dari waktu ke waktu (Surajiyo 2004).
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, K. 2013. Sejarah dan Perkembangan Filsafat Ilmu. Fiat Justisia Ilmu Hukum.
Vol. 7 (2):113-125
Fauzi, N., dan I. Chudzaifah. 2019. Pandangan dan Kontribusi Islam terhadap
Perkembangan Sains. Al Fikr Jurnal Pendidikan Islam. Vol. 5 (1): 1-8
Jayus, M., M. Irham, dan A. Karimah. 2020. Fiqh Rasional dan Tekstual Ibn Rusyd
serta Implikasinya dalam Hukum Islam Modern. El-Izdiwaj Indonesian Journal of
Civil and Islamic Family Law. Vol. 1 (1): 87-96
Karim, A. 2014. Sejarah Perkembangan Ilmu Pengetahuan. Fikrah, Vol. 2 (1): 273-
289
Ginting, P. dan S.H. Situmorang. 2008. Filsafat Ilmu dan Metode Riset. USU Press,
Medan.
Surajiyo. 2004. Sejarah dan Strategi Perkembangan Ilmu Pengetahua. Jurnal Ilmiah
Universitas Pelita Harapan. Vol. VII (2):81-91
Utama, I. G. B. R. 2013. Filsasfat Ilmu dan Logika. Universitas Dhyana Pura, Badung.